Asuhan Kebidanan Bayi Dengan Infeksi SEPSIS
Asuhan Kebidanan Bayi Dengan Infeksi SEPSIS
Asuhan Kebidanan Bayi Dengan Infeksi SEPSIS
KONSEP DASAR
A. Pengertian
· Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada aliran darah bayi
selama empat minggu pertama kehidupan
( Bobak, 2004 )
· Suatu sindroma respon inflamasi janin/FIRS disertai gejala klinis infeksi yang diakibatkan adanya
kuman di dalam darah pada neonatus
(www.pediatrik.com)
· Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat
bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak
terpantau tanpa pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam waktu 24
sampai 48 hari
(Surasmi, 2003)
· Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu
bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru
lahir(DEPKES 2007)
· Sepsis neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari pertama setelah
kelahiran(Mochtar, 2005)
B. Patofisiologi
Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapacara yaitu:
Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh
bayi melalui sirkulasi darah janin. Penyebab infeksi adalah virus yang dapat menembus plasenta antara
lain:virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini antara
lain: malaria, sipilis, dan toksoplasma.
Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi sesudah kelahiran, terjadi akibat infeksi
nasokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat penghisap lendir, selang
endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi, dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Infeksi juga dapat melalui luka
umbilikus.(Surasmi, 2003)
Infeksi postnatal ini sebenernya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas
infeksi postnatal sangat tinggi. Seringkali bayi lahir di rumah sakit terkena infeksi dengan kuman-kuman
yang sudah tahan terhadap banyak jenis antibiotika, sehingga menyulitkan pengobatan.(Sarwono,2008 :
738-739)
C. Faktor Predisposisi
Dapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan
tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor predisposisi itu adalah: Penyakit
yang diderita ibu selama kehamilan, perawatan antenatal yang tidak memadai; Ibu menderita eklamsia,
diabetes mellitus; Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan;
Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan, adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif
pada neonatus; tidak menerapkan rawat gabung, sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang
penuh sesak, ketuban pecah dini, amnion kental dan berbau, pemberian minum melalui botol, dan
pemberian minum buatan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi sepsis pada bayi baru lahir dapat di bagi menjadi tiga kategori yaitu:
b. Persalinan prematur
c. Amnionitis klinis
d. Demam maternal
2. Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang terkena sepsis, tetapi tidak terbatas
pada buruknya praktek cuci tangan dan teknik perawatan, kateter umbilikus arteri dan vena, selang
sentral, berbagai pemasangan kateter selang trakeaeknologi invasive, dan pemberian susu formula.
3. Faktor penjamu meliputi jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat badan lahir rendah, dan
kerusakan mekanisme pertahanan dari penjamu
(Wijayarini,2005)
Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik.Tanda dan gejala sepsis
neonatorum yaitu: Tanda dan gejala umum meliputi hipertermia atau hipotermi bahkan normal,
aktivitas lemah atau tidak ada tampak sakit, berat badan menurun tiba-tiba; Tanda dan gejala pada
saluran pernafasan meliputi dispnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot pernafasan,merintih,
mengorok, dan pernafasan cuping hidung.
Gejala klinis :
· Laju nafas > 60 x/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen,apnea atau laju nafas < 30x/menit
· Letargi
· Intoleransi glukosa : hiperglikemia (plasma glukosa >10 mmol/L atau >170 mg/dl) atau
hipoglikemia (< 2,5 mmol/L atau < 45 mg/dl)
· Intoleransi minum
E. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik
Bila ditemukan dua atau lebih keadaan : laju napas > 60 x/menit atau < 30 x/menit atau apnea
dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi oksigen, suhu tubuh tidak stabil (< 360C atau > 37,50C),
waktu pengisian kapiler > 3 detik, hitung leukosit < 4.000 x 109/L atau > 34.000 x 109/L.
- Terduga/Suspek Sepsis
Adanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai gejala klinis infeksi.
- Terbukti/Proven Sepsis
Adanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai bakteremia/kultur darah positif.
- Laboratorium
Ø Perbandingan netrofil immatur (stab) dibanding total (stab+segmen) atau I/T ratio > 0,2
F. Penatalaksanaan Medis
1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis
untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino
glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ½ sampai 1 jam
pelan-pelan).
(Surasmi, 2003)
2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses
lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa
cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP
kuantitatif).
3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah,
foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.
4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan
CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.
5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-
40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14
hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.
6. Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi
metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang,
transfusi tukar.
I. Pengkajian Data
A. Data Subjektif
1. Biodata
- Biodata bayi
Nama bayi : nama untuk mengenal, memanggil ,dan menghindari terjadinya kekeliruan. (Christina,
2000: 41)
Umur : umur bayi dapat mengantisipasi diagnose masalah keseharan dan tindakan yang
dilakukan. (Modul pelatihan fungsional bidan di desa, Depkes RI: 10)
Tanggal lahir : tanggal lahir bayi dikaji untuk mengetahui umur bayi.
Jenis kelamin : untuk mencocokkan identitas sesuai nama anak, serta menghindari kekeliruan bila
terjadi kesamaan nama dengan anak yang lain.
Anak ke : untuk mengetahui paritas dari orang tua / mengetahui berapa anak yang dilahirkan.
Umur : untuk mengetahui umur dari ibu serta suami, selain itu digunakan untuk mengetahui
keadaan ibu apakah termasuk primipara muda atau primipara tua. (Poedji Rochjati, 2003: 74)
Pendidikan : tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam tindakan asuhan kebidanan,
selain itu anak akan lebih terjamin pada orang tua pasien (anak) yang tingkat pendidikannya tinggi.
(Depkes RI, 1994: 10)
Pekerjaan : jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga, juga dapat
memengaruhi kesehatan.
Penghasilan : mengetahui taraf hidup ekonomi dan berkaitan dengan status gizi anak.
Alamat : dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan dapat memberi
petunjuk keadaan tempat tinggal pasien. (Depkes RI, 1994: 10)
Bayi lemas, gerak tidak aktif, banyak tidur, reflex hisap jelek, tangisan merintih, dll.
Kehamilan yang lalu mengalami gangguan/ tidak, seperti mual-muntah, perdarahan pervaginam yang
banyak, nyeri kepala gangguan penglihatan, anak lahir spontan/ tidak, ditolong oleh dokter/ bidan/
dukun, lahir jam berapa dan jenis kelamin apa. Pengkajian risiko harus dilakukan berdasarkan riwayat
obstetric dan medis ibu dalam kehamilan sekarang, hal ini memungkinkan bidan mengidentifikasi
kondisi kesehatan personal yang perlu dirujuk. Komplikasi yang tejadi pada masa nifas antara lain:
perdarahan, demam tinggi, serta gangguan pemberian ASI. (Salmah, 2006: 133)
Ibu mengatakan pada kehamilan anak yang terakhir ini tidak pernah menderita penyakit kencing manis,
darah tinggi, asma, penyakit hati, TBC, maupun penyakit lain yang dapat berpengaruh terhadap
kehamilannya. Ibu rutin periksa ke bidan.Ibu juga tidak pernah mengalami keluhan yang
berlebihan.Pada saat persalinan tidak bisa secara normal dan terpaksa operasi SC karena ada indikasi
kelainan pada DJJ janin.
6. Kebutuhan Dasar
Pola nutrisi : nutrisi terbaik untuk BBL adalah ASI yang dapat diberikan segera setelah bayi lahir,
pemberiannya ondeman. Setelah bayi lahir segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar sedikit,
kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kg bb, selanjutnya ditambah 30 cc/kg bb untuk hari berikutnya.
Pola eliminasi : neonatus akan buang air kecil selama 6 jam setelah kelahirannya, buang air besar
pertama kalinya dalam 24 jam pertama berupa mekoneum perlu dipikirkan kemungkinan mekoneum
Plug Syndrome, megakolon, obstruksi saluran pencernaan.
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
- Suhu : normal (36.5 – 37,5 ͦ C), apabila suhu 36 ͦ C merupakan gejala awal hipotermi
dan apabila suhu > 37,5 ͦ C merupakan gejala awal hipertermi.
- Pernafasan : normalnya 40 x/menit, apabila < 30 x/ menit atau > 60 x/ menit bayi sukar
bernafas, 5% - 10% karena bayi mengalami 4 penyesuaian utama yang dilakukan belum dapat
memeroleh kemajuan dalam perkembangan.
- Berat badan : normalnya 2500 gram – 4000 gram (jika BB bayi < 2500 gram maka termasuk
BBLR, namun jika BB bayi < 4000 gram maka bayi tersebut termasuk bayi besar)
2. Pemeriksaan Fisik
Mata :untuk mengetahui apakah ada kelainan pada sclera, icterus/ tidak, tidak ada perdarahan
subconjungtiva.
Hidung :simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung.
Genetalia :untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi perempuan labia mayora sudah
menutupi labia minora.
3. Pemeriksaan neurologis
a. Reflek moro/terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan maka akan menimbulkan
gerak terkejut.
b. Reflek mengenggam
Apabila telapak tangan disentuh dengan jari pemeriksa maka akan berusaha mengenggam jari
pemeriksa.
c. Reflek rooting/mencari
Apabila pipi disentuh oleh jari pemeriksa maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.
e. Glabella reflek
Bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa maka ia akan mengerutkan
keningnya dan mengedipkan matanya.
f. Gland reflek
Bila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri maka ia berusaha mengangkat kedua pahanya.
Bila bayi diangkat dari tempat tidur/bila digendong maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya.
4. Pemeriksaan antopometri
a. Berat badan
b. Panjang badan
c. Lingkar kepala
Normal 10 – 11 cm
e. Ukuran kepala
Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang kepala (12 cm)
- Diameter biparietalis
- Diameter bi temporalis
Adaptasi social àSejauh mana bayi dapat beradaptasi sosial baik dengan orang tua, keluarga maupun
orang lain.
Bahasa àKemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaannya melalui tangisan untuk menyatakan rasa
lapar, BAB, BAK dan kesakitan.
Motorik halus àKemampuan bayi untuk menggerakkan bagian kecil dari anggota badannya
Motorik kasar àKemampuan bayi untuk melakukan aktivitas dengan menggerakkan anggota tubuhnya.
6. Pemeriksaan penunjang
Jenis
Hasil Pemeriksaan
Nilai Normal
Hemoglobin
g/dl (12 – 16 )
LED
Leokosit
…
/mm3 (4 – 10 ribu)
Trombosit
PCV/ Hematokrit
% (37 – 48)
Eritrosit
Hitung Jenis:
EOS
1–3
BAS
0–1
ST
2–6
SEG
50 – 70
LYM
20 – 40
MO
2–8
CRP
Negative/ positive
Dx : By Ny “…” dengan infeksius (Menurut Helen Varney,2007: 656; Lyda Juall,2009 : 518)
Ds : Ibu mengatakan mendengarkan tangis bayinya lemah dan jarang serta melihat bayinya hanya
minum susunya sedikit.
Do :
Masalah :
Ds : orang tua mengatakan tidak mengerti dengan penyakit yang sedang diderita bayinya.
Do : -
III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial
Ds : -
Do : KU : lemah
Ds : -
Do : KU : cukup
Minum malas
Ds : -
Do : KU : lemah
Intervensi :
a. Observasi input dan output cairan, serta tingkatkan masukan cairan peroral minimal 25%.
R : fluktuasi perubahan suhu bayi dapat terjadi sebagai respon terhadap dehidrasi.
Intervensi :
a. Observasi TTV
KH : TTV dalam batas normal, warna kulit merah muda, dan sclera putih.
Intervensi :
V. Intervensi
Pemeriksaan darah lengkap, terutama kadar leukosit dalam batas normal (4-10 ribu).
Intervensi :
R : mencuci tangan adalah salah satu cara untuk menghindari terhadap bahaya infeksi.
R : meningkatkan pemahaman orang tua terhadap kondisi bayinya sehingga lebih kooperatif terhadap
tindakan yang diberikan.
Tujuan : orang tua memahami penyakit dan tindakan petugas yang diperlukan sehubungan
dengan penyakit bayinya.
KH : - Orang tua memahami penyebab infeksi
- Orang tua mengetahui tentang hal yang akan terjadi jika tidak segera ditangani.
Intervensi :
R : meningkatkan pemahaman dan kerja sama orang tua dalam prosedur tindakan.
c. Informasikan kepada orang tua hal yang mungkin terjadi jika tidak segera ditangani
R : efek samping yang mungkin terjadi adalah ikterus karena kadar bilirubin yang tinggi.
VI. Implementasi
VII. Evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri Neonatal
Emergensi Dasar. Jakarta: Depkes RI, 2006; 92-7.
Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk
dokter, bidan dan perawat di rumah sakit. Jakarta : IDAI, MNH-JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 19-20.
Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta :
YBP - SP
Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University Press
Salmah, dkk. 2006. Asuhan kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC