Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Asuhan Kebidanan Bayi Dengan Infeksi SEPSIS

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 17

Asuhan Kebidanan Bayi dengan infeksi (sepsis neonatorum)

KONSEP DASAR

1. Konsep Teori Sepsis Neonatorum

A. Pengertian

· Sepsis neonatorum atau septikemia neonatal didefinisi sebagai infeksi bakteri pada aliran darah bayi
selama empat minggu pertama kehidupan

( Bobak, 2004 )

· Suatu sindroma respon inflamasi janin/FIRS disertai gejala klinis infeksi yang diakibatkan adanya
kuman di dalam darah pada neonatus

(www.pediatrik.com)

· Sepsis neonatorum adalah infeksi berat yang diderita neonatus dengan gejala sistemik dan terdapat
bakteri dalam darah. Perjalanan penyakit sepsis dapat berlangsung cepat sehingga sering kali tidak
terpantau tanpa pengobatan yang memadai sehingga neonatus dapat meninggal dalam waktu 24
sampai 48 hari

(Surasmi, 2003)

· Sepsis neonatal adalah merupakan sindroma klinis dari penyakit sistemik akibat infeksi selama satu
bulan pertama kehidupan. Bakteri, virus, jamur, dan protozoa dapat menyebabkan sepsis bayi baru
lahir(DEPKES 2007)

· Sepsis neonatorum adalah infeksi yang terjadi pada bayi dalam 28 hari pertama setelah
kelahiran(Mochtar, 2005)

B. Patofisiologi

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui beberapacara yaitu:

1. Pada masa antenatal atau sebelum lahir

Pada masa antenatal kuman dari ibu setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk ke dalam tubuh
bayi melalui sirkulasi darah janin. Penyebab infeksi adalah virus yang dapat menembus plasenta antara
lain:virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki, influenza, parotitis. Bakteri yang melalui jalur ini antara
lain: malaria, sipilis, dan toksoplasma.

2. Pada masa intranatal atau saat persalinan


Infeksi saat persalinan terjadi karena kuman yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan
amnion.Akibatnya terjadi amnionitis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus masuk
ketubuh bayi.Ketuban pecah lama mempunyai peranan penting dalam timbulnya plasentitis dan
amnionitis. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh, misalnya pada partus lama dan
sering kali di lakukan pemeriksaan vagina. Cara lain yaitu pada saat persalinan, kemudian menyebabkan
infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit bayi atau port de entre, saat bayi melewati jalan lahir yang
terkontaminasi oleh kuman ( misalnya: herpes genetalia, candida albicans, gonorrhea).

3. Infeksi pascanatal atau sesudah melahirkan

Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran umumnya terjadi sesudah kelahiran, terjadi akibat infeksi
nasokomial dari lingkungan di luar rahim (misalnya melalui alat-alat penghisap lendir, selang
endotrakea, infus, selang nasogastrik, botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut
menangani bayi, dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Infeksi juga dapat melalui luka
umbilikus.(Surasmi, 2003)

Infeksi postnatal ini sebenernya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas
infeksi postnatal sangat tinggi. Seringkali bayi lahir di rumah sakit terkena infeksi dengan kuman-kuman
yang sudah tahan terhadap banyak jenis antibiotika, sehingga menyulitkan pengobatan.(Sarwono,2008 :
738-739)

C. Faktor Predisposisi

Dapat berbagai faktor predisposisi terjadinya sepsis, baik dari ibu maupun bayi sehingga dapat dilakukan
tindakan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya sepsis. Faktor predisposisi itu adalah: Penyakit
yang diderita ibu selama kehamilan, perawatan antenatal yang tidak memadai; Ibu menderita eklamsia,
diabetes mellitus; Pertolongan persalinan yang tidak higiene, partus lama, partus dengan tindakan;
Kelahiran kurang bulan, BBLR, cacat bawaan, adanya trauma lahir, asfiksia neonatus, tindakan invasif
pada neonatus; tidak menerapkan rawat gabung, sarana perawatan yang tidak baik, bangsal yang
penuh sesak, ketuban pecah dini, amnion kental dan berbau, pemberian minum melalui botol, dan
pemberian minum buatan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi sepsis pada bayi baru lahir dapat di bagi menjadi tiga kategori yaitu:

1. Faktor maternal terdiri dari:

a. Ruptur selaput ketuban yang lama

b. Persalinan prematur

c. Amnionitis klinis

d. Demam maternal

e. Manipulasi berlebihan selama proses persalinan


f. Persalinan yang lama

2. Pengaruh lingkungan yang dapat menjadi predisposisi bayi yang terkena sepsis, tetapi tidak terbatas
pada buruknya praktek cuci tangan dan teknik perawatan, kateter umbilikus arteri dan vena, selang
sentral, berbagai pemasangan kateter selang trakeaeknologi invasive, dan pemberian susu formula.

3. Faktor penjamu meliputi jenis kelamin laki-laki, bayi prematur, berat badan lahir rendah, dan
kerusakan mekanisme pertahanan dari penjamu

(Wijayarini,2005)

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala sepsis neonatorum umumnya tidak jelas dan tidak spesifik.Tanda dan gejala sepsis
neonatorum yaitu: Tanda dan gejala umum meliputi hipertermia atau hipotermi bahkan normal,
aktivitas lemah atau tidak ada tampak sakit, berat badan menurun tiba-tiba; Tanda dan gejala pada
saluran pernafasan meliputi dispnea, takipnea, apnea, tampak tarikan otot pernafasan,merintih,
mengorok, dan pernafasan cuping hidung.

Gejala klinis :

· Suhu tubuh tidak stabil (< 36 0C atau > 37,5 0C)

· Laju nadi > 180 x/menit atau < 100 x/menit

· Laju nafas > 60 x/menit, dengan retraksi atau desaturasi oksigen,apnea atau laju nafas < 30x/menit

· Letargi

· Intoleransi glukosa : hiperglikemia (plasma glukosa >10 mmol/L atau >170 mg/dl) atau
hipoglikemia (< 2,5 mmol/L atau < 45 mg/dl)

· Intoleransi minum

· Tekanan darah < 2 SD menurut usia bayi

· Tekanan darah sistolik < 50 mmHg (usia 1 hari)

· Tekanan darah sistolik < 65 mmHg (usia < 1 bulan)

· Pengisian kembali kapiler/capillary refill time > 3 detik

E. Pemeriksaan Penunjang/Diagnostik

Bila ditemukan dua atau lebih keadaan : laju napas > 60 x/menit atau < 30 x/menit atau apnea
dengan atau tanpa retraksi dan desaturasi oksigen, suhu tubuh tidak stabil (< 360C atau > 37,50C),
waktu pengisian kapiler > 3 detik, hitung leukosit < 4.000 x 109/L atau > 34.000 x 109/L.
- Terduga/Suspek Sepsis

Adanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai gejala klinis infeksi.

- Terbukti/Proven Sepsis

Adanya satu atau lebih kriteria FIRS disertai bakteremia/kultur darah positif.

- Laboratorium

Ø Leukositosis (> 34.000 x 109/L)

Ø Leukopenia (< 4.000 x 109/L)

Ø Netrofil muda > 10%

Ø Perbandingan netrofil immatur (stab) dibanding total (stab+segmen) atau I/T ratio > 0,2

Ø Trombositopenia < 100.000 x 109/L)

Ø CRP > 10 mg/dl atau 2 SD dari normal

F. Penatalaksanaan Medis

1. Diberikan kombinasi antibiotika golongan Ampisilin dosis 200 mg/kg BB/24 jam i.v (dibagi 2 dosis
untuk neonatus umur < 7 hari, untuk neonatus umur > 7 hari dibagi 3 dosis), dan Netylmycin (Amino
glikosida) dosis 7 1/2 mg/kg BB/per hari i.m/i.v dibagi 2 dosis (hati-hati penggunaan Netylmycin dan
Aminoglikosida yang lain bila diberikan i.v harus diencerkan dan waktu pemberian ½ sampai 1 jam
pelan-pelan).

Menurut Yu Victor Y.H dan Hans E. Monintja

dosis antibiotik untuk sepsis neonatorum :

· Ampisislin 200 mg/kgBB/hari, dibagi 3 atau 4 kali pemberian,

· Gentamisin 5 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 pemberian,

· Kloramfenikol 25 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 atau 4 kali pemberian,

· Sefalasporin 100 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 2 kali pemberian,

· Eritromisin500 mg/kg BB/hari, dibagi dalam 3 dosis

(Surasmi, 2003)

2. Dilakukan septic work up sebelum antibiotika diberikan (darah lengkap, urine, lengkap, feses
lengkap, kultur darah, cairan serebrospinal, urine dan feses (atas indikasi), pungsi lumbal dengan analisa
cairan serebrospinal (jumlah sel, kimia, pengecatan Gram), foto polos dada, pemeriksaan CRP
kuantitatif).

3. Pemeriksaan lain tergantung indikasi seperti pemeriksaan bilirubin, gula darah, analisa gas darah,
foto abdomen, USG kepala dan lain-lain.

4. Apabila gejala klinik dan pemeriksaan ulang tidak menunjukkan infeksi, pemeriksaan darah dan
CRP normal, dan kultur darah negatif maka antibiotika diberhentikan pada hari ke-7.

5. Apabila gejala klinik memburuk dan atau hasil laboratorium menyokong infeksi, CRP tetap
abnormal, maka diberikan Cefepim 100 mg/kg/hari diberikan 2 dosis atau Meropenem dengan dosis 30-
40 mg/kg BB/per hari i.v dan Amikasin dengan dosis 15 mg/kg BB/per hari i.v i.m (atas indikasi khusus).
Pemberian antibiotika diteruskan sesuai dengan tes kepekaannya. Lama pemberian antibiotika 10-14
hari. Pada kasus meningitis pemberian antibiotika minimal 21 hari.

6. Pengobatan suportif meliputi : Termoregulasi, terapi oksigen/ventilasi mekanik, terapi syok, koreksi
metabolik asidosis, terapi hipoglikemi/hiperglikemi, transfusi darah, plasma, trombosit, terapi kejang,
transfusi tukar.

KONSEP MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN

I. Pengkajian Data

Dilakukan pada tanggal……jam….WIB

A. Data Subjektif

1. Biodata

- Biodata bayi

Nama bayi : nama untuk mengenal, memanggil ,dan menghindari terjadinya kekeliruan. (Christina,
2000: 41)

Umur : umur bayi dapat mengantisipasi diagnose masalah keseharan dan tindakan yang
dilakukan. (Modul pelatihan fungsional bidan di desa, Depkes RI: 10)

Tanggal lahir : tanggal lahir bayi dikaji untuk mengetahui umur bayi.

Jenis kelamin : untuk mencocokkan identitas sesuai nama anak, serta menghindari kekeliruan bila
terjadi kesamaan nama dengan anak yang lain.

Anak ke : untuk mengetahui paritas dari orang tua / mengetahui berapa anak yang dilahirkan.

- Biodata orang tua


Nama : untuk mengenal/memanggil klien, serta sebagai penanggung jawab terhadap anak.

Umur : untuk mengetahui umur dari ibu serta suami, selain itu digunakan untuk mengetahui
keadaan ibu apakah termasuk primipara muda atau primipara tua. (Poedji Rochjati, 2003: 74)

Agama : Riwayat Kelahiran

Pendidikan : tingkat pendidikan sangat besar pengaruhnya di dalam tindakan asuhan kebidanan,
selain itu anak akan lebih terjamin pada orang tua pasien (anak) yang tingkat pendidikannya tinggi.
(Depkes RI, 1994: 10)

Pekerjaan : jenis pekerjaan dapat menunjukkan tingkat keadaan ekonomi keluarga, juga dapat
memengaruhi kesehatan.

Penghasilan : mengetahui taraf hidup ekonomi dan berkaitan dengan status gizi anak.

Alamat : dicatat untuk mempermudah hubungan bila keadaan mendesak dan dapat memberi
petunjuk keadaan tempat tinggal pasien. (Depkes RI, 1994: 10)

2. Alasan masuk ruang perinatology

Bayi lemas, gerak tidak aktif, banyak tidur, reflex hisap jelek, tangisan merintih, dll.

3. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang Lalu

Kehamilan yang lalu mengalami gangguan/ tidak, seperti mual-muntah, perdarahan pervaginam yang
banyak, nyeri kepala gangguan penglihatan, anak lahir spontan/ tidak, ditolong oleh dokter/ bidan/
dukun, lahir jam berapa dan jenis kelamin apa. Pengkajian risiko harus dilakukan berdasarkan riwayat
obstetric dan medis ibu dalam kehamilan sekarang, hal ini memungkinkan bidan mengidentifikasi
kondisi kesehatan personal yang perlu dirujuk. Komplikasi yang tejadi pada masa nifas antara lain:
perdarahan, demam tinggi, serta gangguan pemberian ASI. (Salmah, 2006: 133)

4. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang

Ibu mengatakan pada kehamilan anak yang terakhir ini tidak pernah menderita penyakit kencing manis,
darah tinggi, asma, penyakit hati, TBC, maupun penyakit lain yang dapat berpengaruh terhadap
kehamilannya. Ibu rutin periksa ke bidan.Ibu juga tidak pernah mengalami keluhan yang
berlebihan.Pada saat persalinan tidak bisa secara normal dan terpaksa operasi SC karena ada indikasi
kelainan pada DJJ janin.

5. Riwayat kesehatan Keluarga


Ditanyakan mengenai latar belakang keluarga terutama anggota keluarga yang mempunyai penyakit
tertentu terutama penyakit menular seperti TBC, hepatitis. Penyakit keluarga yang diturunkan seperti
kencing manis, kelainan pembekuan darah, jiwa, asma, riwayat kehamilan kembar. Factor yang
meningkatkan kemungkinan kehamilan kembar adalah factor ras, keturunan, umur wanita, dan paritas.
(Manuaba, 2009: 265 )

6. Kebutuhan Dasar

Pola nutrisi : nutrisi terbaik untuk BBL adalah ASI yang dapat diberikan segera setelah bayi lahir,
pemberiannya ondeman. Setelah bayi lahir segera susukan pada ibunya, apakah ASI keluar sedikit,
kebutuhan minum hari pertama 60 cc/kg bb, selanjutnya ditambah 30 cc/kg bb untuk hari berikutnya.

Pola eliminasi : neonatus akan buang air kecil selama 6 jam setelah kelahirannya, buang air besar
pertama kalinya dalam 24 jam pertama berupa mekoneum perlu dipikirkan kemungkinan mekoneum
Plug Syndrome, megakolon, obstruksi saluran pencernaan.

B. Data Objektif

1. Pemeriksaan Umum

- Keadaan Umum : cukup / lemah

- Kesadaran : composmentis/ letargi/ somnolen

- Suhu : normal (36.5 – 37,5 ͦ C), apabila suhu 36 ͦ C merupakan gejala awal hipotermi
dan apabila suhu > 37,5 ͦ C merupakan gejala awal hipertermi.

- Nadi : normalnya 120 – 160 kali/ menit

- Pernafasan : normalnya 40 x/menit, apabila < 30 x/ menit atau > 60 x/ menit bayi sukar
bernafas, 5% - 10% karena bayi mengalami 4 penyesuaian utama yang dilakukan belum dapat
memeroleh kemajuan dalam perkembangan.

- Jenis kelamin : laki-laki/ perempuan.

- Berat badan : normalnya 2500 gram – 4000 gram (jika BB bayi < 2500 gram maka termasuk
BBLR, namun jika BB bayi < 4000 gram maka bayi tersebut termasuk bayi besar)

- Panjang badan : normalnya 48 – 53 cm

2. Pemeriksaan Fisik

Kepala :adakah caput succedaneum, chepal hematoma, keadaan ubun-ubun tertutup.


Muka :warna kulit merah.

Mata :untuk mengetahui apakah ada kelainan pada sclera, icterus/ tidak, tidak ada perdarahan
subconjungtiva.

Hidung :simetris, bersih, tidak ada secret, tidak ada pernapasan cuping hidung.

Mulut :reflek menghisap baik, tidak ada palatoskisis.

Telinga :simetris, tidak ada serumen

Leher :tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, bendungan vena jugularis.

Dada :simetris, tidak ada retraksi dada.

Tali pusat :bersih, tidak ada perdarahan, terbungkus kassa.

Abdomen :simetris, tidak ada massa, tidak ada infeksi.

Genetalia :untuk bayi laki-laki testis sudah turun, untuk bayi perempuan labia mayora sudah
menutupi labia minora.

Anus :tidak terdapat atresia ani

Esktremitas :tidak terdapat polidaktili dan syndaktili

3. Pemeriksaan neurologis

a. Reflek moro/terkejut

Apabila bayi diberi sentuhan mendadak terutama dengan jari dan tangan maka akan menimbulkan
gerak terkejut.

b. Reflek mengenggam

Apabila telapak tangan disentuh dengan jari pemeriksa maka akan berusaha mengenggam jari
pemeriksa.

c. Reflek rooting/mencari

Apabila pipi disentuh oleh jari pemeriksa maka ia akan menoleh dan mencari sentuhan itu.

d. Reflek menghisap/sucking reflek

Apabila bayi diberi dot/putting maka ia berusaha untuk menghisap.

e. Glabella reflek
Bayi disentuh pada daerah os glabella dengan jari tangan pemeriksa maka ia akan mengerutkan
keningnya dan mengedipkan matanya.

f. Gland reflek

Bila bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri maka ia berusaha mengangkat kedua pahanya.

g. Tonick neck reflek

Bila bayi diangkat dari tempat tidur/bila digendong maka ia akan berusaha mengangkat kepalanya.

4. Pemeriksaan antopometri

a. Berat badan

BB bayi normal 2500 – 4000 gram

b. Panjang badan

PB bayi lahir normal 48 – 52 cm

c. Lingkar kepala

Lingkar kepala bayi normal 33 – 38 cm

d. Lingkar lengan atas

Normal 10 – 11 cm

e. Ukuran kepala

- Diameter sub oksipito bregmatika

Antara foramen magnum – ubun-ubun besar (9,5 cm)

- Diameter sub oksipito frontalis

Antara foramen magnum ke pangkal hidung (11 cm)

- Diameter fronto oksipitalis

Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang kepala (12 cm)

- Diameter mento oksipitalis

Antara dagu ke titik terjauh belakang kepala (13,5 cm)


- Diameter sub mento bregmatika

Antara os hyoid ke ubun-ubun besar (9,5 cm)

- Diameter biparietalis

Antara 2 tulang parientalis (9 cm)

- Diameter bi temporalis

Antrara ke 2 tulang temporalis (8 cm)

5. Pemeriksaan tingkat perkembangan

Adaptasi social àSejauh mana bayi dapat beradaptasi sosial baik dengan orang tua, keluarga maupun
orang lain.

Bahasa àKemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaannya melalui tangisan untuk menyatakan rasa
lapar, BAB, BAK dan kesakitan.

Motorik halus àKemampuan bayi untuk menggerakkan bagian kecil dari anggota badannya

Motorik kasar àKemampuan bayi untuk melakukan aktivitas dengan menggerakkan anggota tubuhnya.

6. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium à Pemeriksaan darah lengkap

Jenis

Hasil Pemeriksaan

Nilai Normal

Hemoglobin

g/dl (12 – 16 )

LED

Cukup/ tidak cukup

mm/ jam (2 – 20)

Leokosit


/mm3 (4 – 10 ribu)

Trombosit

/mm3 (150 – 400 ribu)

PCV/ Hematokrit

% (37 – 48)

Eritrosit

/mm3 (4,0 – 5,5 juta)

Hitung Jenis:

EOS

1–3

BAS

0–1

ST

2–6

SEG

50 – 70
LYM

20 – 40

MO

2–8

CRP

Negative/ positive

Neg < 6 mg/L

II. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Aktual

Dx : By Ny “…” dengan infeksius (Menurut Helen Varney,2007: 656; Lyda Juall,2009 : 518)

Ds : Ibu mengatakan mendengarkan tangis bayinya lemah dan jarang serta melihat bayinya hanya
minum susunya sedikit.

Do :

1. Tangisnya lemah dan jarang

2. Pernafasan tidak teratur

3. Reflek hisap kurang

4. Bayi banyak tidur

5. Gerak tidak aktif

6. Pada pemeriksaan darah lengkap kadar leukosit melebihi batas normal.

Masalah :

1. Kurangnya pengetahuan orang tua mengenai penyakit bayinya.

Ds : orang tua mengatakan tidak mengerti dengan penyakit yang sedang diderita bayinya.

Do : -
III. Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial

Masalah yang mungkin timbul pada bayi dengan infeksius:

1. Potensial terjadi dehidrasi akibat kurangnya menetek.

Ds : -

Do : KU : lemah

Refleks menghisap : lemah

Bayi lebih banyak tidur

Turgor kulit jelek

2. Potensial terjadi hipertermi.

Ds : -

Do : KU : cukup

Kadar leukosit tidak dalam batas normal

Suhu : > 37,5 ͦ C

Minum malas

3. Potensial terjadi icterus

Ds : -

Do : KU : lemah

Mata : sclera kuning

Kulit berwarna kuning

IV. Kebutuhan Segera

1. Potensial terjadi dehidrasi akibat kurangnya menetek.

Tujuan : mencegah terjadinya dehidrasi.

KH : - Kebutuhan ASI bayi terpenuhi

- Refleks menghisap baik

- BB tetap dan meningkat


- Turgor kulit baik

- Input dan output cairan seimbang

Intervensi :

a. Observasi input dan output cairan, serta tingkatkan masukan cairan peroral minimal 25%.

R : peningkatan kehilangan cairan melalui feces dan evaporasi menyebabkan dehidrasi.

b. Observasi TTV terutama suhu tubuh bayi.

R : fluktuasi perubahan suhu bayi dapat terjadi sebagai respon terhadap dehidrasi.

c. Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian cairan parenteral.

R : mungkin diperlukan untuk memperbaiki dan mencegah dehidrasi.

2. Potensial terjadi hipertermi.

Tujuan : mencegah terjadinya hipertermi.

KH : TTV dalam batas normal

Intervensi :

a. Observasi TTV

R : TTV sangat penting untuk mendeteksi dini adanya hipertermi.

b. Observasi tanda-tanda hipertermi

R : mengetahui peningkatan derajat leukosit dan tindakan yang dibutuhkan.

c. Observasi intake dan output bayi

R : intake dan output menentukan cairan yang keluar dan masuk.

3. Potensial terjadi icterus sehubung dengan kadar leukosit yang tinggi.

Tujuan : mencegah terjadinya ikterus.

KH : TTV dalam batas normal, warna kulit merah muda, dan sclera putih.

Intervensi :

1. Observasi intake dan output cairan

R : intake dan output menentukan cairan yang keluar dan masuk.


2. Observasi tanda – tanda hipertermi

R : mengetahui peningkatan derajat leukosit dan tindakan yang dibutuhkan.

3. Anjurkan pada ibu untuk segera memberi ASI.

R : kandungan ASI dapat meminimalkan terjadinya icterus.

V. Intervensi

Dx : By Ny “…” dengan infeksius

Tujuan : bayi dalam keadaan sehat

KH : TTV dalam batas normal

Suhu (36,5 – 37,5 ͦ C)

Nadi 120 – 160 kali/ menit

Pemeriksaan darah lengkap, terutama kadar leukosit dalam batas normal (4-10 ribu).

Intervensi :

1. Observasi TTV bayi

R : TTV adalah manifestasi keadaan tubuh yang patologis.

2. Sebelum dan sesudah melakukan tindakan petugas wajib mencuci tangan.

R : mencuci tangan adalah salah satu cara untuk menghindari terhadap bahaya infeksi.

3. Pertahankan bayi tetap hangat dan kering.

R : Keadaan basah dan lembab dapat memengaruhi suhu bayi.

4. Jaga kebersihan bayi.

R : dengan menjaga kebersihan bayi, deteksi dini terhadap infeksi.

5. Jelaskan pada orang tua tentang kondisi bayinya.

R : meningkatkan pemahaman orang tua terhadap kondisi bayinya sehingga lebih kooperatif terhadap
tindakan yang diberikan.

Masalah : Kurangnya pengetahuan orang tua sehubung denganpenyakit bayinya.

Tujuan : orang tua memahami penyakit dan tindakan petugas yang diperlukan sehubungan
dengan penyakit bayinya.
KH : - Orang tua memahami penyebab infeksi

- Orang tua mengetahui tindakan yang harus dilakukan.

- Orang tua mengetahui tentang hal yang akan terjadi jika tidak segera ditangani.

Intervensi :

a. Berikan informasi kepada orang tua terhadap penyebab infeksi

R : meningkatkan pemahaman dan menurunkan rasa takut akan penyakit bayinya.

b. Berikan penjelasan kepada orang tua mengenai tindakan yang diperlukan

R : meningkatkan pemahaman dan kerja sama orang tua dalam prosedur tindakan.

c. Informasikan kepada orang tua hal yang mungkin terjadi jika tidak segera ditangani

R : efek samping yang mungkin terjadi adalah ikterus karena kadar bilirubin yang tinggi.

VI. Implementasi

Implementasi mengacu pada intervensi

VII. Evaluasi

Evaluasi mengacu pada kriteria hasil

DAFTAR PUSTAKA

Bobak.2004. Keperawatan Maternitas. Jakarta : EGC

Khosim S, Indarso F, Irawan G, Hendrarto TW. Buku acuan pelatihan pelayanan obstetri Neonatal
Emergensi Dasar. Jakarta: Depkes RI, 2006; 92-7.

Khosim MS, Surjono A, Setyowireni D, et al. Buku panduan manajemen masalah bayi baru lahir untuk
dokter, bidan dan perawat di rumah sakit. Jakarta : IDAI, MNH-JHPIEGO, Depkes RI, 2004; 19-20.

Prawirohardjo,Sarwono.2005.Ilmu Kebidanan.Jakarta.Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo


(YBPSP).

Prawirohardjo, Sarwono. 2010. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal. Jakarta :
YBP - SP

Rochjati, Poedji. 2003. Skrining Antenatal Pada Ibu Hamil. Surabaya: Airlangga University Press
Salmah, dkk. 2006. Asuhan kebidanan Antenatal. Jakarta : EGC

http://www.pediatrik.com diakses tanggal 5 Desember

Anda mungkin juga menyukai