Blasting
Blasting
Blasting
BAHAN PELEDAK
1
Tetapi kecepatan reaksi intesif menunjukan bahwa gelombang tenaga
persatuan waktu dari bahan peledak dipertimbangkan lebih besar.
Contoh :
Sebuah mobil berjalan dengan kecepatan 100 km / jam
memerlukan 10 liter ( ± 10 Kg ) bensin per jam.
Suatu bahan peledak dalam suatu bentuk isian terkonsentrasi
didalam sebuah lobang bor dengan diameter 100 mm untuk isian
sebanyak 10 Kg/meter.Kecepatan pengapian kira – kira 5 km / detik.Ini
berarti bahwa 10 Kg dapat meledak dalam waktu 1 / 5000 detik =
0,0002 detik.
Gerlombang tenaga ( relatif ) per satuan waktu untuk bensin = 10 x 10
= 100
Untuk bahan peledak :
1 x 10 x 60 x 60
=....................................
0,0002
= 180.000.000
1. DYNAMIT / DAMOTIN
2. ANFO
Ammonium Nitrate Fuel Oil disebut Blasting Agent artinya
sebelum dicampur dengan solar masih berupa pupuk biasa
seperti Urea,baru setelah dicampur dengan solar dengan
perbandingan : AN = 94,5 % dan FO = 5,5 % secara praktis
menjadi bahan peledak.
Secara umum ANFO mempunyai sifat – sifat sebagai berikut :
Penangan serta pengangkutan aman dan mudah .
Harga lebih murah ( seperlima harga bahan pelaedak yang lain )
2
Tidak tahan air ( tidak cocok untuk lokasi yang basah )
Dencity dan Bulk Strength rendah
Kecepatan detonasi lambat
Tidak termasuk Cup Sensitive
Termasuk Blasting Agent
Anfo adalah bahan peledak yang banyak digunakan pada Proyek
Bangunan untuk diatas permukaan dan dibawah
permukaan.Harganya hanya 1/5 dari harga bahan peledak yang
biasa digunakan,terbuat dari campuran kira – kira 1 galon
minyak diesel wiel dengan 100 lb prilled ammonium nitrat –
firtilizer. Pencampuran dibiarkan selama 24 jam agar solar
meresap dengan baik kedalam amonium nitrat.
Ammonium nitrat diledakan dengan “ primair “ yang terdiri dari
isian denamit yang diletakan pada dasar lobang bor dan kadang
– kadang pada pertengahan kedalaman .
Detonator listrik mungkin digunakan untuk meledakan
dinaminya.
Sifat ANFO density = 0.9 kg / liter.
Kecepatan pengapian = 2200 m / detik
Ketahanan terhadap air = tidak ada .
Bahan peledak yang reaksinya pelan – pelan banyak kandungan
gasnya,akan menguntungkan untuk batuan yang banyak
retakannya,pecah – pecah dan berongga.
3. DETONATOR
Detonator berfungsi sebagai penggalak / pemula ledakan yaitu
untuk menghentak / meledakan bahan peledak atau sumbu
ledak.
Jenis detonator :
a. Detonator biasa / Plain detonator
Diledakan dengan menggunakan sumbu api / safety
fuse / dibakar.
b. Detonator listrik / Electrik detonator
Diledakan dengan menggunakan arus listrik /
exploder.
Jenis Detonator Listrik :
Detonator Listrik Instantaneous
3
Pada detonator type ini maka begitu ada arus listrik
masuk, maka detonator akan langsung meledak.
4
arus listrik yang semula dikumpulkan didalam
condensor kemudian dilepaskan segera bersamaam
kedalam rangkaian peledakan bila telah mencapai
voltage yang ditentukan.
METHODE PENGAPIAN
1. PEMBAKARAN LISTRIK
5
2. PEMBAKARAN SUMBU
Safety fuse ,pada prinsipnya terdiri dari suatu sumbu dari “ black
blasting power “ ,tertutup didalam sumbu bulat kecil,terdiri
beberapa lembar kain .
Sumbu terisolasi dengan baik terhadap cairan dan kerusakan
luar,lain dengan bantuan 2 lapisan isolasi.
Safety fuse harus mempunyai suatu kontrol yang baik dari waktu
pembakaran.
Waktu pembakaran ialah 2 menit setiap meter “ Plain fuse
detonator “ terdiri dari suatu tabung almunium yang
mengandung matial peledak.
METODE TEST
6
pengukuran kabel
penyambung
detenstor
sambungan
RANGKAIAN SERI
7
Gambar
PENGUKURAN
Tahanan untuk seri = 50 x 1,6 Ω = 80 Ω ( ± 5 %
penyimpangan )
80 Ω
Tahanan setelah sambungan paralel =................. = 20 Ω
4
Tahanan seri
( = ....................... )
Jumlah seri
8
MESIN BLASTING
PENGISIAN
9
DATARAN BLASTING
1. Perhitungan Pengisian
Q x V x K B
RUMUS Q total =.....................................
Jumlah lobang perbaris
d = diameter lubang , mm
V = beban ,yaitu jarak baris kebaris atau ketebing
V ⋲ 35 - 45 x d
E = Jarak lobang – dalam meter ( m ) = 1,2 x V
K = Tinggi dataran – dalam meter ( m )
U = Drilling tambahan = 0,3 x V – dalam meter
H = Kedalaman lobang bor = Km + U + 0,05 ( K + u ) dalam
m
B = Lebar baris – dalam meter
q = Koefisien isian – Kg/m 3 ⋲ 0,35 – 4
Q total = Jumlah isian setiap lobang – dalam Kg
Tinggi dataran K = 12 m
Lebar baris B = 20 m
Diameter lobang = 64 mm
V =
40 x d = 2,56 m
U =
0,3 x V = 0,77 m
H =
12 + 0,77 + 0,005 ( 12 + 0,77 ) = 13,4 m
E =
1,2 x V = 3,07 m
20
Jumlah lobang per baris = ................... ⋲
3,07
20
Jarak lobang di lapangan =..................... =
2,86 m 7
q = 0,38
0,38 x 2,56 x 12 x 20
Q total =............................................ = 29,15 kg
8
10
Sebagaian dari perencanaan mesin dan peralatan pemilihan diameter
lobang bor dipengaruhi oleh faktor – faktor berikut ini :
- Biaya blasting
- Diameter hasil blasting
- Resiko lemparan akibat blasting
- Adanya retakan
- Banyaknya boulder yang terjadi
11
4. Lebih menghaluskan/meratakan permukaan dan dasar hasil
galian.
5. Biasanya menghasilkan pecahan batu yang lebih baik.
12
5,0 6,0 2,50 2,20 2,75 10,50 0,35
6,0 7,2 2,88 2,60 3,25 17,00 0,34
7,0 8,3 2,88 2,55 3,20 19,30 0,34
8,0 9,3 2,88 2,55 3,20 21,30 0,33
9,0 10,4 2,88 2,50 3,10 23,60 0,34
10,0 11,4 2,88 2,50 3,10 25,60 0,33
11,0 12,5 2,88 2,45 3,05 27,90 0,34
12,0 13,5 2,88 2,40 3,00 30,00 0,35
13,0 14,6 2,88 2,40 3,00 32,00 0,34
14,0 15,6 2,88 2,35 2,90 34,30 0,36
15,0 16,7 2,88 2,30 2,85 36,60 0,37
13
Karena blasting ,untuk tinggi dataran blasting kurang dari 2 x Vmax
tidak dianjurkan menggunakan lubang bor dengan diameter
besar,karena prosedur blasting lebih sukar dikontrol.Itu dapat
dibandingkan dengan blasting yang sifatnya untuk meratakan dengan
menggunakan lobang bor diameter kecil.Untuk alasan
praktis,betapapun dataran blasting dengan ketinggian kecil /
rendah,sering kali diblasting dengan lobang bor diameter besar dan
untuk alasan tersebut diatas kejadian tersebut tidak dimasukan di
dalam tabel.Resiko dari lemparan batu cukup besar dan oleh karena itu
blasting pada dataran blasting yang rendah/tidak tebal dan dengan
diameter lobang bor besar,harus hanya dilaksanakan apabila
banguanan disekitarnya cukup jauh.
BLASTING BOULDERS
14
Isian bertambah menjadi 0,2 kg/ m3 jika boulder terpendam
seluruhnya dan kedalaman lobang bor juga bertambah menjadi 1,2 x
separo ketebalan boulder.
“Concussion shot “ hanya dapat digunakan didaerah luar kota ,karena
adanya gelombang getaran yang ditimbulkan ( lihat gambar 3 )
Untuk boulder yang seluruhnya diatas tanah,isian sebesar 1,0 kg/m3
biasanya diperlukan “ Concussion shot “ dipakai sedemikian sehingga
ia punya kontak yang baik dengan permukaan boulder .Sejumlah
penyumbatan harus dipakai dalam bentuk lempung basah atu matrial
yang sesuai.
Muka
tanah
Gabar
1 Gabar
3
Gabar
2
15
4. Kendaraan pengangkut harus pada kondisi yang baik ada alat
pemadaman kebakaran harus berada didekat sopir.
5. Bungkusan bahan peledak tidak boleh dilemparkan selama
pemuatan atau pembongkaran ,tetapi harus dengan hati – hati
diturunkan dan disimpan agar bungkusan bahan peledak tidak
meluncur atau jatuh .
6. Mesin kendaraan pengangkut bahan peledak harus di matikan
pada waktu membongkar atau memuat bahan peledak.
LANDASAN TEORI
16
Suatu peledakan dianggap baik jika memenuhi target produksi
pemboran,menghasilkan fragmentasi sesuai ukuran yang dibutuhkan
dan menimbulkan pengaruh terhadap lingkungan sekitar seminimal
mungkin.
Operasi pemboran dan peledakan saat ini masih belum memuaskan
yang ditandai oleh hasil peledakan yang masih terdapat banyak
boulder.
Agar hasil peledakan sesuai harapan,maka dilakukan evaluasi terhadap
pola peledakan dengan menitik beratkan pada geometeri peledakan.
Pola peledakan merupakan susunan lubang – lubang tembak yang
penempatannya berdasarkan pada geometri peledakan terhadap
bidang bebas.Faktor – faktor yang mempengaruhi pola peledakan
adalah :
17
GAMBAR 1
PELEDAKAN SEARAH KEMIRINGAN KEKAR
B.PEMBORAN
GAMBAR 2
PELEDAKAN BERLAWAN KEMIRINGAN KEKAR
18
Untuk dapat memenuhi prinsip pemboran diatas,banyak faktor -
faktor yang mempengaruhinya. Diantara faktor – faktor yang
berpengaruh,dalam evaluasi untuk perbaikan fragmentasi hasil
peledakan ini ditinjau :
19
2.ARAH LUBANG TEMBAK
20
3:1 1:1
GAMBAR 3
GELOMBANG TEKAN LUBANG BOR TEGAK DAN MIRING
3.POLA PEMBORAN
Pada umumnya ada dua macam pola pemboran lubang tembak yaitu :
- Pola pemboran sejajar ( paralel pattern )
- Pola pemboran selang – seling (staggered pattern )
21
Dalam penerapannya,pola pemboran sejajar adalah pola yang
umum,karena lebih mudah dalam pemboran dan pengaturan lebih
lanjut bila dibandingkan dengan pola pemboran selang – seling.Tetapi
dalam peningkatan mutu,pola pemboran selang – seling lebih efektif.
C.PELEDAKAN
1. GEOMETRI PELEDAKAN
a.BURDEN
b.SPACING
GAMBAR 4
SKETSA GEOMETRI PELEDAKAN
22
D S A
Mesin Bor
B B
K
H K
H
J
J
KETERANGAN :
A – Hole inclination
B – Burden
D – Hole diameter ( m )
J – Subdriling
K – Bench height
S – Spacing
23
c.STEMMING
GAMBAR 5
INTERAKSI TENAGA GELOMBANG TEKAN UNTUK PENYALAAN
BERUNTUN DAN SERENTAK
24
A.Penyalaan Beruntun
B.Penyalaan Serentak
e.SUBDRILLING
25
Penggunaan subdrilling yang terlalu pendek dapat mengakibatkan
terjadinya tonjolan pada kaki jenjang dan apabila terlalu dalam akan
menyebabkan timbulnya cekungan pada lantai jenjang.
2.URUTAN PENYALAAN
_
X = A (V/Q) 0,8
Q 0,17
( E / 115 ) -0,09
Keterangan :
_
X = Ukuran fragmentasi rata – rata, cm
A = Faktor batuan ,yaitu :
1 untuk batuan lunak ( soft rock )
7 untuk batuan menengah ( medium rock )
10 untuk batuan keras,banyak kekar ( hard rock )
13 untuk batuan lunak,banyak kekar
V = Volume batuan yang diledakan,BCM
26
Q = Jumlah bahan peledak untuk satu lubang tembak, Kg
E = 100 ( relative weight strength ANFO )
115 = relative weighth strength TNT
V = B x S x L
Dimana :
V = Volume batuan yang diledakan ( BCM )
B = Burden ( m )
S = Spacing ( m )
L = Tinggi jenjang ( m )
de = 0,34 x De 2 x SG
Dimana :
de = loading density, lb/ft dikonvesikan ke Kg/m dengan cara
mengalikan dengan 0,454 kg/lb dan 3,2808 ft/m
De = diameter lubang tembak ( inch )
SG = specific grafity bahan peledak
-(x / x c )
R = e
Keterangan :
R = Perbandingan dari material yang tertinggal pada ayakan
terhadap material keseluruhan ( feed )
27
x = Ukuran ayakan ( inch )
_
x c = x / ( 0,63 ) 1/n
n = index of uniformity
Keterangan :
d = diameter isian ( mm )
B = burden ( m )
W = standard deviasi pemboran ( m )
A = spacing / burden
L = panjang isian bahan peledak ( m )
H = tinggi jenjang ( m )
KEGIATAN PELEDAKAN
A. PEMBORAN
28
Dari pengamatan di lapangan,pola pemboran yang diterapkan
adalah staggered dengan harga geometri peledakan bervariasi.Hal
ini tergantung pada pengawasan kerja dan kondisi lapangan.
a. Kecepatan Pemboran
Kecepatan pemboran ditentukan berdasarkan waktu yang
diperlukan untuk membuat satu lubang tembak dengan
kedalaman tertentu.
Waktu daur pemboran dari alat bor dapat dihitung dengan cara
menjumlahkan waktu yang diperlukan untuk melakukan tahapan
pemboran satu lubang tembak.Persamaan daur pemboran
adalah sebagai berikut :
Ct = Pt + Bt + St + Lt + Ht ( rumus Mc Gregor )
Keterangan :
Ct = waktu daur pemboran,menit
Pt = waktu mengambil posisi,yaitu waktu yang
diperlukan untuk
memindahkan alat bor dari satu lubang tembak ke
tempat yang
akan dibuat lubang tembak berikutnya,menit
Bt = waktu membor dari permukaan sampai kedalam an
tertentu,menit
St = waktu untuk menyambung batang bor,menit
Lt = waktu untuk mengangkat dan melepaskan batang
bor,menit
Ht = waktu untuk mengatasi hambatan,menit
29
Karena lubang tembak di lapangan sedalam 6 meter,maka
diperlukan dua batang bor.Sehingga dilakukan penyambungan
batang bor untuk membuat satu lubang tembak.Maka
persamaan di atas menjadi :
Ct = Pt + Bt1 + St + Bt2 + Lt + Ht
Dimana :
Bt 1 = waktu pemboran dengan satu batang bor
Bt 2 = waktu pemboran dengan dua batang bor
Hambatan – hambatan yang sering dijumpai pada saat
dilakukan kegiatan pemboran antara lain :
H
Vt = ------- meter /menit ( rumus Mc.Gregor )
Ct
Keterangan :
30
kali pengamatan dan data – data tersebut diolah dengan
statistik.
Dari persamaan di atas,maka dapat dihitung kecepatan
pemboran rata – rata pada saat ini adalah sebesar 0,64 meter
per menit
Ef = F / F’ x 100 %
Keterangan :
Ef = efesiensi kerja alat bor
F = Jumlah kedalaman lubang bor yang dihasilkan
secara nyata dalam
waktu kerja yang digunakan,meter
F’ = Jumlah kedalaman lubang bor yang seharusnya
dicapai dalam
Waktu kerja yang digunakan,meter
Pengukuran efisiensi pemboran di lapangan dilakukan dengan
mengamati dan mencatat :
31
1. Jumlah lubang bor yang secara nyata dibuat dengan jatah
waktu kerja yang ada dalam satu hari.
2. Menghitung secara teoritis jumalah lubang bor yang
seharusnya dapat dibuat dengan berbekal kepada data
kecepatan pemboran dan jatah waktu kerja.
Waktu kerja di lapangan waktu breksi andesit dimulai jam 0.800
sampai jam 17.00,dengan waktu istirahat 1 jam,dimulai dari
12.00 sampai jam 13.00.Berdasarkan jadwal kerja,waktu kerja
yang tersedia untuk pemboran adalah 7,75 jam atau 465 menit.
Waktu persiapan
pulang
F’ = Wt x Vt x 60 menit/jam
Keterangan :
Wt = waktu kerja untuk menghasilkan harga F, jam / alat bor
Vt = kecepatan pemboran,m/menit
60 = perubahan dari jam ke menit
32
Dari data hasil pengamatan diperoleh :
Wt = 192,49 jam/alat bor x 2 unit alat bor
= 384,98 jam
Vt = 0,64 m/menit
F’ = Wt x Vt x 60 menit/jam
F’ = 384,98 jam x 0,64 m/menit x 60 menit/jam
= 14783,23 m
Jadi jumlah kedalaman lubang bor secara teoritis dalam 23 hari kerja
( 192,49 jam kerja dengan 2 unit alat bor ) adalah 14783,23 m
Sedangkan kenyataannya di lapangan dalam waktu kerja yang sama
jumlah kedalaman lubang bor adalah : 11658 m.
Dengan menggunakan persamaan diatas dan data pengamatan di
lapangan di lapangan,maka efisiensi kerja alat bor adalah :
Ef = F / F’ x 100 %
= 11658 m / 14783,23 x 100 %
= 78,25 %
Keterangan
P = produksi alat bor, m3 /jam
Vt = kecepatan pemboran, meter/menit
Veq = volume setara, m3/ jam
Ef = efisiensi kerja alat bor, %
60 = konversi dari jam ke menit
Dilapangan untuk menghitung produksi alat bor dilakukan dengan
langkah – langkah sebagai berikut :
33
2.Mengukur jumlah kedalaman lubang tembak dalam daerah
peledakan dengan mengalikan jumlah lubang tembak dengan
kedalaman lubang tembak ( meter )
V
V eq =----------------- ( rumus Mc Gregor )
n x H
Keterangan :
V eq = Volume setara, m3/m
V = Volume batuan yang diledakan , m3
n = Jumlah lubang tembak yang diledakan
H = Kedalaman lubang tembak, m
Volume setara merupakan suatu angka yang menyatakan setiap meter
atau feet pemboran setara dengan sejumlah volume tertentu material
yang diledakan,dinyatakan dalam satuan m3/ m atau Cuft / ft.
Berdasarkan perhitungan dan data pengamatan dilapangan diperoleh
produksi nyata alat bor pada saat ini sebesar 1595,17 BCM/hari.
B.PELEDAKAN
1. Geometri peledakan
Geometri peledakan terdiri dari
burden,spacing,subdrilling,staming,kedalam lubang
tembak.Berdasarkan pengamatan di lapangan ,geometeri
peledakan yang dipergunakan tidak tetap,karena masih
sangat tergantung pada pengawasan kerja.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menentukan
geometeri peledakan.Salah satu diantaranya sudah banyak
digunakan dan cukup sederhana adalah metode R.L Ash.
a.” BURDEN”
34
Burden adalah jarak terdekat lubang tembak kearah
bidang bebas atau jarak tegak lurus dari kolom isian bahan
peledak dengan bidang bebas terdekat,kearah mana
material hasil peledakan akan terlempar.
Untuk menentukan harga burden digunakan burden ratio
dengan rumus :
12 x B
Kb =---------------- ( rumus R.L Ash. )
De
Keterangan :
Kb = burden ratio
B = burden, ft
De = diameter lubang tembak, inch.
Kb = 12 B/De
= 12 x 7,87 ft/3 in
= 31,48
Dengan demikian harga Kb di Quarry sudah memenuhi
syarat.
b. “SPACING “
Spacing adalah jarak antar lubang tembak dalam satu
bartis.Untuk menghitung besarnya spacing digunakan
spacing ratio dengan persamaan
S
Ks =----------- ( rumus R.L Ash )
B
KETERANGAN :
Ks = spacing ratio
S = spacing
B = Burden
35
meter.Spacing rata – ratanya adalah 3,2 m ( 10,5 ft ). Sehingga harga K
s adalah :
S
Ks =--------------
B
= 10,5 ft/7,87 ft
= 1,33
Jadi harga Ks di lapangan adalah 1,33.
Keterangan :
Kj = subdrilling ratio
J = subdrilling
Harga Kj berkisar antara 0,2 - 0,3
Harga Kj di Quarry adalah :
Kj = J / B
= 1,31 ft/t,87 ft
= 0,17 ft.
d.” STEMMING “
Stemming adalah bagian dqari lubang tembak yang tidak
diisi bahan peledak tetapi diisi material pemampat seperti
cutting,pasir dan sebagainya.
Persamaan yang digunakan untuk menentukan harga dari
stemming adalah
adalah :
36
Kt =------------ ( rumus R.L Ash )
B
Keterangan :
Kt = stemming ratio
T = stemming
B = burden
Kt = T / B
= 14,43 ft/7,87 ft
= 1,83
H
Kh =------------ ( rumus R.L Ash )
B
Keterangan :
Kh = hole depth ratio
H = Kedalaman lubang tembak
B = burden
Kh =H/B
= 19,68 ft/7,87 ft
= 2,5
37
3.Pengisian bahan peledak
Pengisian bahan peledak kedalam lubang tembak dilakukan
secara coloum loading.Seluruh bagian lubang tembak diisi
dengan bahan peledak sampai batas stemming.Dengan
demikian lubang tembak terdiri dari tiga bagian,yaitu :
- Kolom pemampat ( stemming )
- Kolom bahan peledak
- Kolom primer
2 2 2 2 B
2 2 2 2
B
1 1 1 1
1 1 1 1 B
B
0 0 0 0
S
B
ARAH PELEMPARAN
Keterangqan :
B ( Burden ) = 2,4 m
S ( Spacing ) = 3,2 m
38
4. Powder Factor
Powder factor adalah suatu bilangan yang menyatakan berat
batuan yang berhasil dibongkar oleh sejumlah bahan peledak
( berat ) tertentu,dinyatakan dalam satuan ton batuan per
kilogram bahan peledak.
Untuk menghitung powder faktor, terlebih dahulu harus diketahui
data – data mengenai luas daerah yang diledakan,tinggi
jenjang,jumlah bahan peledak untuk setiap lubang
tembak,jumlah lubang tembak,dan kerapatan batuan.
Berdasarkan pengamatan di lapangan,harga powder factor
adalah 10,8 ton/kg
5. Specific Charge
Specific Charge merupakan berat bahan peledak yang
diperlukan untuk membongkar batuan dalam volume tertentu
dan dinyatakan dalam satuan kg/m3 atau kg/BCM.Dari hasil
pengamatan dan perhitungan di lapangan,diperoleh harga rata –
rata specific charge 0,236 kg/BCM.
Lampiran A
PEMAKAIAN BAHAN PELEDAK
TABEL I
DATA PEMAKAIAN BAHAN PELEDAK
No n D A Dt Hsl
( kg ) ( kg ) ( pcs ) ( m3 )
1 100 18,8 975 100 3360
2 108 21,6 975 108 3726
3 89 17,8 775 89 3070,5
4 85 17 775 85 2932,5
5 75 15 675 75 2551,5
6 70 14 550 70 3045
7 55 10,4 325 55 1732,5
8 85 17 775 85 3570
9 60 12 500 60 2610
10 82 16,4 875 82 3815
11 96 19,2 850 96 4176
12 71 12,8 650 71 2710,4
13 40 8 400 40 1500
14 69 13,8 475 69 2471,1
15 55 11 525 55 2132,6
Total 1140 224,8 10100 1140 43403,1
Rata 76 15 832,7 88,8 2893,5
Keterangan :
39
n = Jumlah lubang tembak untuk sekali peledakan
D = Damotin ( Kg )
A = ANFO ( Kg )
Dt = Detonator ( pcs )
Hsl + Volume batuan yang dibonkar tiap peledakan ( M3 )
LAMPIRAN B
PERHITUNGAN NYATA PEMBORAN
1.Kecepatan Pemboran
Untuk menentukan kecepatan pemboran di gunakan rumus :
H
Vd =............
Ct
Dimana :
H = Kedalaman lubang tembak ( 5,65
meter )
Ct = Waktu edar pemboran ( 9,57 menit )
Maka :
5,65 meter
Vd =............................ = 0,6 meter / menit
9,57 menit
2.Volume setara
Harga volume setara yang dihasilkan pada kegiatan peledakan
saat ini adalah 6,19 m 3 / meter.
3.Efisiensi Pemboran
Harga efisiensi pemboran yang dihasilkan untuk saat ini adalah
89,23 %
Dimana :
Vd = Kecepatan pemboran, 0,6 meter /
menit
Veq = Volume setara, 6,19 m 3 / meter
Efd = Efesiensi pemboran 89,23 %
40
Maka :
41
42