Makalah Sanitasi Tempat
Makalah Sanitasi Tempat
Makalah Sanitasi Tempat
“SANITASI BIOSKOP”
DISUSUN OLEH :
Segala puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan YME karena rahmat dan petunjuk-Nya
penulis bisa menyelesaikan makalah sebagai tugas mata kuliah Sanitasi Tempat-Tempat Umum
Dengan selesainya makalah ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada seluruh pihak yang telah ikut membantu menyelesaikan makalah ini. Penulis
ingin mengucapkan terima kasih yang sebanyak-banyaknya kepada,
1. Seluruh dosen pengampuh mata kuliah Sanitasi Permukiman dan Tempat-Tempat Umum yang
telah banyak membimbing dan memberi masukan kepada penulis hingga terselesaikannya
makalah ini.
2. Orang tua kami, atas segala restu dan dukungannya.
3. Teman-teman, yang selalu memberi semangat kepada penulis untuk menyelesaikan makalah
ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat penulis
harapkan. Kritik dan saran sekecil apapun akan penulis perhatikan dan pertimbangkan demi
penyempurnaan makalah ini.
Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan suatu nilai
tambah kepada para pembacanya.
Penulis
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sanitasi
2.2 Bioskop
2.3 Sanitasi Bioskop
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu untuk mengetahui hasil penilaian sanitasi di
bioskop.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sanitasi
Menurut Dr.Azrul Azwar, MPH, sanitasi adalah cara pengawasan masyarakat yang
menitikberatkan kepada pengawasan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mungkin
mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat.
Sehingga dapat disimpulkan sanitasi adalah segala upaya pengawasan terhadap faktor-
faktor lingkungan yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi
persyaratan kesehatan.
2.2 Bioskop
Menurut Suparlan, yang disebut dengan bioskop adalah suatu tempat yang mempunyai
bangunan atau gedung dengan konstruksi tertentu di dalamnya, yang mana masyarakat umum
berkumpul dengan dapat melihat film ada layar putih. Dalam hal ini maka yang dimaksud
dengan bioskop mempunyai unsur-unsur:
1. Gedung yang permanen
2. Ada fasilitas
3. Ada jam pertunjukkan tertentu
Macam-macam bioskop:
1. Film theater adalah tempat pertunjukan film biasa, di Indonesia ini disebut Bioskop.
2. Drive in Theater adalah tempat pertunjukan film dimana para penonton dapat
memasukan mobilnya sekaligus ke ruang tempat pertunjukan dan menonton dari atas
mobil yang dibawanya.
3. Cyclo Rama adalah tempat pertunjukan film dimana para penonton seolah-olah berada
ditengah-tengah kejadian cerita dalam film yang dipertunjukan.
Pertunjukan bioskop dengan dipungut biaya atau tidak yang bersifat sementara
misalnya pertunjukan film-film propaganda di kampung atau untuk umum di sekolah di
dalam pasar malam dll, dianggap bukan gedung bioskop resmi dan dibebaskan dari
peraturan-peraturan dan syarat-syarat untuk bioskop permanen.
2.3 Sanitasi Bioskop
Persyaratan, tuntutan dan standar bangunan bioskop (Cinema), terbagi sebagai berikut
(Rusdi, 2010):
A. Bagian Luar Bioskop
1. Letak
Letak atau lokasi gedung biskop perlu diperhatikan karena letak berpengaruh
terhadap kenyamanan dari gedung bioskop. Bentuk letak ini perlu diperhatikan sebagai
berikut:
a. Di tempat yang luas dengan alasan agar memberikan tampat untuk parkir mobil
dan lain-lain kendaraan, serta memberikan keleluasan dan kepuasan para
pengunjung untuk mamandang keindahan sekitarnya. Agar kendaraan dapat
diparkir dengan rapih/teratur perlu adanya rambu untuk tempat parkir
b. Di tempat yang strategis yaitu ditengah-tengah dekat perumahan penduduk agar
mudah dicapai dengan berjalan atau dengan kendaraan, serta ditengah-tengah
tempat rekreasi lain
c. Di tempat yang jauh dari faktor penganggu, seperti tempat pembuangan sampah,
industri yang gaduh dan terlalu ramai
d. Di tempat yang tinggi dan kering, tidak dekat rawa atau daerah banjir.
2. Halaman
a. Halaman sangat penting untuk gedung bioskop, digunakan untuk parkir
kendaraan dan hendaknya cukup luas
b. Halaman harus bersih, tidak terdapat sampah-sampah yang berserakan,
genangan air, oli, dll
c. Pagi dan malam hari halaman bioskop perlu penerangan minimal 3 cm pada
permukaan tanah
d. Halaman perlu diberi pagar sebagai pembatas
e. Arah-arah lalu lintas dibuat teratur baik untuk penonton maupun untuk
kendaraan-kendaraan yang keluar masuk halaman
f. Sisa peralatan yang tidak digunakan untuk parkir dapat dibuat pertamanan
dengan tumbuh-tumbuhan, bunga-bunga untuk menambah keindahan sekitarnya
B. Bagian Dalam Bioskop
1. Ruang Tunggu
Ruang tunggu di gedung bioskop perlu sekali karena:
a. Memberikan tempat bagi para pengunjung yang telah untuk beristirahat
b. Memberikan tempat bagi para penonton untuk menunggu gilirannya menonton
film.
Oleh sebab itu, ruang tunggu perlu dijaga kebersihannya, disediakan tempat
sampah yang cukup, kursi diatur sedemikian rupa, diberi potpot bunga sehingga ruang
tunggu tersebut bentuknya menarik dan menyenangkan.
2. Exterior Traffic
Exterior traffic sangat penting, karena akan melancarkan lalu lintas penonton
untuk menuju ke bagian-bagian lain di lingkungan exteriour gedung tersebut.
Tanpa adanya exteriour traffic lalu lintas penonton akan terganggu. Beberapa hal
yang harus mendapatkan perhatian dari exteriour traffic adalah:
a. Hendaknya jalan-jalan tersebut dibuat cukup lebar
b. Hendaknya jalan-jalan yang menghubungkan dari bagian ke bagian lain cukup
jelas dan teratur
c. Agar keluar masuknya pengunjung teratur maka pintu yang menuju ke ruang
pertunjukkan dan pintu yang keluar dari tempat pertunjukkan hendaknya
terpisah
d. Perlu diperhatikan pencahayaan yang cukup agar tidak panas perlu dipasang
ventilasi buatan
e. Untuk menjaga kebersihan perlu disediakan tempat-tempat atau rokok maupun
puntung rokok
Hal yang penting dalam exterior traffic adalah sebagai berikut:
a. Hendaknya jalan/gang dibuat cukup lebar sesuai dengan tempat duduk yang
tersedia di ruang tunggu.
b. Pembidangan dari pelataran-pelataran seperti:
1) Daerah snack bar
2) Daerah WC/urinoir
3) Daerah tempat orang-orang masuk ke tempat pertunjukan dibagi lagi dalam
pembidangan kelas-kelas.
4) Daerah penjualan karcis
c. Penertiban keluar masuknya para pengunjung dari dan ke dalam tempat
pertunjukan. Pengaturan ini dapat dilakukan dengan diadakan nya pintu masuk
sendiri pintu keluar sendiri sehinggga pada waktu pertunukan bioskop selesai, tidak
menganggu bagi orang-orang yang akan menonton pertunjukan kedua.
d. Adanya tempat abu dan putung rokok sepanjang jalan dari daerah tersebut.
e. Penerangan dan ventilasi yang cukup dapat dipasang ventilasi buatan beruap kipas
angin atau exhauster atau sesuai dengan kemampuan pengatur udara (air
conditioning).
3. WC dan Urinoir
Persyaratan dari WC adalah:
a. Jumlah WC (jamban) adalah minimal 1 buah untuk setiap 200 kursi
b. Jamban untuk laki-laki dan jamban untuk wanita harus terpisah
c. Harus tersedia air yang cukup banyak untuk menggelontor maupun untuk
membersihkan
d. Keadaan jamban harus selalu dalam keadaan bersih dan terpelihara
e. Penerangan minimal 50 lx pada permukaan lantai
Persyaratan dari urinoir:
a. Jumlah minimal 1 buah untuk 100 kursi
b. Tersedia air pembersih yang cukup
c. Penerangan minimal 5 fc pada lantai
d. Keadaan selalu bersih dan terpelihara
e. Urinoir yang baik adalah type single urinoir, cara membersihkannya secara berkala
5 menit atau 10 menit sekali dapat dipakai “intermittent automatic flushing
device”.
Di tempat tersebut sebaiknya terdapat washtafel (tempat cuci tangan) dilengkapi
dengan sabun dan tissue.
4. Pemadam Kebakaran
a. Di dalam gedung bioskop harus tersedia alat pemadam kebakaran yang masih
berfungsi dan diletakkan di tempat yang mudah dilihat dan mudah dijangkau oleh
umum
b. Pada setiap alat pemadam kebakaran perlu adanya penjelasan tentang cara
penggunaannya
c. Jumlah pemadam kebakaran disesuaikan dengan besar kecilnya gedung bioskop
C. Ruang Pemutaran Film
1. Dinding
Dinding gedung bagian dalam dibuat menurut konstruksi yang tepat sehingga
mencegah gema suara, mencegah penyerapan suara (absorbsi), serta membantu
resonansi (menguatkan suara). Dinding gedung menerapkan sistem akustik. Sistem
Akustik adalah pengolahan tata suara pada suatu ruang untuk menghasilkan kualitas
suara yang nyaman untuk dinikmati.
2. Lantai
Lantai harus terbuat dari bahan yang kedap air, keras, tidak licin, dan mudah
dibersihkan. Kemiringan (slope) dibuat sedemikian rupa sehingga pemandangan
penonton yang berada dibelakang tidak terganggu oleh penonoton didepannya.
Kemiringan/penurunan perbedaan tinggi antara barisan kursi yang satu dengan barisan
yang lain di depan atau di belakangnya kurang leibh 10 centimeter. Seperti yang
dikemukakan oleh departemen penerangan bersama lembaga ilmu pengetahuan
indonesia atas hasil penyelidikanya yaitu:
“Jarak antara sandaran kursi yang berurutan menurut normal ukuran orang
Indonesia adalah kurang lebih 90 cm, dengan sudut penurunan ideal ke arah layar 6,20
terhadap garis horizontal, berarti perbedaan tinggi kepala kursi yang berurutan 10
centimeter.”
3. Tempat Duduk atau Kursi
Tempat duduk juga merupakan faktor yang penting dalam gedung bioskop
karena apabila tempat duduk tidak nyaman untuk diduduki maka penonton akan
merasa terganggu menyaksikan pertunjukan. Tempat duduk dibuat untuk perorangan
dan dilengkapi dengan sandaran belakang, sandaran tangan, dan sandaran kaki untuk
mencegah kelelahan selama pertunjukan.
Pengaturan harus sedemikian rupa sehingga tidak berimpitan minimal ada jarak
40 cm antara kursi dengan kursi di depannya untuk jalan penonton menuju kursi yang
dituju. Barisan kursi terdepan minimal 6 meter dari layar dengan sudut pandangan
kurang dari 30o. Tiinggi kursi dari lantai sebaiknya 48 cm dengan sandaran setinggi 38
sampai 40 cm, sedangkan sandaran tangan disesuaikan dengan kemungkinan tangan
dapat bersandar dengan baik, ukuran kursi disesuaikan dengan keadaan orang
Indonesia pada umumnya yaitu minimal 40-45 cm, terbuat dari bahan yang kuat dan
tempat duduk yang empuk, tetapi memudahkan untuk membersihkan baik kotoran
ataupun serangga.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA