Laporan Field Experience RSUD Garut 2018 Manajemen PDF
Laporan Field Experience RSUD Garut 2018 Manajemen PDF
Laporan Field Experience RSUD Garut 2018 Manajemen PDF
1
DAFTAR ISI
2
BAB IV IMPLEMNTASI POA .................................................................................. 92
Lampiran ..............................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN
3
2. Instrumen Kegiatan Tim
3. Laporan Kegiatan In House Training SP2KP
4. Laporan Kegiatan In House Training Audit Keperawatan
5. Laporan Kegiatan Seminar Keperawatan
4
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
1. Ibu Henny Suzana Mediany, SKp, Mang. Ph.D, selaku Dekan Fakultas
2. Bapak Dr. H. Maskut Farid, MM, selaku Direktur RSUD Dr. Slamet Garut.
3. Ibu DR. F Sri Susilangsih, MN, selaku kepala Departemen Keperawatan Dasar
pembimbing institusi.
5
5. Bapak Budi Mulyadi, S.Kep.Ners.M.Si, selaku Kepala Seksi Profesi
11. Ibu Purbayanty Budhiaji, M.Kep, selaku Pembimbing Rumah Sakit Dr.
Slamet Garut
6
Dan semua pihak yang telah membantu penyelesaian laporan ini. Mohon
maaf atas segala kesalahan dan ketidaksopanan yang mungkin telah kami
sesama. Aamiin.
Penulis
7
BAB 1
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Manajemen kesehatan merupakan penerapan manajemen umum dalam sistem
pelayanan kesehatan masyarakat. Manajemen kesehatan mencakup fungsi-fungsi
manajemen (Wijono, 1997). Sistem adalah suatu kesatuan yang utuh, terpadu yang terdiri
dari berbagai elemen (sub sistem) yang saling berhubungan di dalam suatu proses atau
struktur dalam upaya menghasilkan sesuatu atau mencapai suatu tujuan tertentu. Oleh
sebab itu, kalau berbicara sistem pelayanan kesehatan adalah struktur atau gabungan dari
sub system di dalam suatu unit atau di dalam suatu proses untuk mengupayakan pelayanan
kesehatan masyarakat baik preventif, kuratif, promotif maupun rehabilitatif. Sehingga
sitem pelayanan kesehatan ini dapat berbentuk puskesmas, rumah sakit, balai kesehatan
masyarakat dan unit-unit atau organisasi-organisasi lain yang mengupayakan peningkatan
kesehatan. Dengan demikian, maka manajemen kesehatan masyarakat adalah proses
manajemen di tiap¬tiap sub system pelayanan (Wijono, 1997).
Sistem manajemen adalah suatu totalitas yang terdiri dari subsistem-subsistem
dengan atributnya yang satu sama yang lain saling berkaitan, saling ketergantungan, saling
berinteraksi dan saling pengaruh mempengaruhi dalam penggunaan sumber daya secara
efektif dan efisien sehingga mempunyai peranan, sasaran, dan tujuan tertentu. Sistem
manajemen yang diterapkan oleh manajer dalam memimpin suatu organisasi tergantung
pada karakter seorang manajer dan keadaan organisasi yang dipimpinnya. Sistem
manajemen terdiri atas Sistem Manajemen Organisasi, Sistem Pengambilan Keputusan,
Sistem Informasi Manajemen, Sistem Nilai dan Budaya Organisasi, dan Sistem
Manajemen tertutup dan terbuka. Proses manajemen adalah cara sistematis dalam
melakukan sesuatu terutama dalam mengelola sebuah pekerjaan atau obyek.
Sistem manajemen keperawatan sesuai dengan pendekatan sistem terbuka dimana
setiap komponen saling berhubungan dan berinteraksi serta dipengaruhi oleh lingkungan.
Proses manajemen keperawatan merupakan suatu sistem yang terdiri dari lima elemen
yaitu input, proses, output, kontrol dan mekanisme umpan balik. Input dari proses
manajemen keperawatan antara lain informasi, personel, peralatan dan fasilitas.
Kemampuan yang harus dimiliki pemimpin atau manajer organisasi pelayanan kesehatan
meliputi kemampuan menentukan arah organisasi (visi dan misi), menentukan tujuan
8
organisasi (goal setting), bekerja berdasarkan rencana (planning), menggunakan waktu
secara efektif (time schedule), memberdayakan kemampuan staf, kemampuan memotivasi,
komunikasi efektif, pengawasan dan indepensi.
Proses manajemen keperawatan adalah kelompok manajer dari tingkat pengelola
keperawatan tertinggi sampai ke perawat pelaksana yang mempunyai tugas dan wewenang
untuk melakukan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengawasan dalam
pelaksanaan pelayanan keperawatan. Untuk melaksanakan proses manajemen diperlukan
keterampilan teknik, keterampilan hubungan antar manusia,dan keterampilan konseptual.
Output adalah asuhan keperawatan, pengembangan staf dan riset. Kontrol yang
digunakan dalam proses manajemen keperawatan termasuk budget dari bagian
keperawatan, evaluasi penampilan kerja perawat, prosedur yang standar dan akreditasi.
Mekanisme timbal balik (feedback) berupa laporan finansial, audit keperawatan, survey
kendali mutu dan penampilan kerja perawat. Berdasarkan prinsip-prinsip tersebut maka
para manajer dan administrator bekerjasama dalam perencanaan dan pengorganisasian
serta fungsi-fungsi manajemen lainnya untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
Kebijakan pemerintah terkait dengan pelayanan keperawatan yaitu peraturan
menteri kesehatan no 10 tahun 2015 dan peraturan menteri kesehatan no 38 tahun 2014.
PMK no 10 tahun 2015 mengenai pengaturan standar pelayanan keperawatan di rumah
sakit khusus bertujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan di rumah sakit
khusus dan rumah sakit umum yang memiliki pelayanan keperawatan kekhususan yang
disusun berdasarkan kompetensi dan kewenangan perawat dengan memperhatikan
keselamatan, keamanan, kesehatan, lingkungan hidup, perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi, serta pengalaman, perkembangan masa kini dan masa yang akan datang.
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian integral
dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan dituju kepada
individu, keluarga, kelompok atau masyarakat baik sehat maupun sakit (UU Keperawatan
no 38 tahun 2014). Pelayanan keperawatan profesional dapat terwujud apabila
dilaksanakan oleh tenaga keperawatan yang profesional sehingga dapat berkontribusi
dalam peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan keperawatan
(Sumijatun, 2010). Menurut Kusnanto (2004) pelayanan keperawatan profesional adalah
rangkaian upaya melaksanakan sistem pemberian asuhan keperawatan kepada masyarakat
9
sesuai dengan kaidah-kaidah keperawatan sebagai profesi. Mutu pelayanan kesehatan di
rumah sakit juga ditentukan oleh mutu pelayanan keperawatan.
Pelayanan keperawatan terutama diperuntukkan bagi pemenuhan kebutuhan dasar
manusia (Kuntoro, 2010). Pelayanan keperawatan sebagai bentuk kegiatan utama dari
pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat belum dapat diwujudkan sebagai
pelayanan kesehatan yang berkualitas. Keadaan aktual pelayanan keperawatan menunjukan
bahwa banyak tenaga keperawatan lebih berkonsentrasi dan terlibat dengan tindakan
pengobatan dan penggunaan teknologi yang berorientasi medik untuk mengatasi
kompleksitas penyakit (Sitorus & Panjaitan, 2011).
Pelaksanaan pelayanan keperawatan tidak terlepas dari fungsi-fungsi manajemen
keperawatan yang dilaksanakan secara efisien dan efektif. Ada lima fungsi manajemen
keperawatan yaitu perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), ketenagaan
(staffing), pengarahan (actuating), pengawasan (controling) (Marquis dan Huston, 2013).
Masing-masing fungsi manajemen tersebut saling keterkaitan satu sama lain dan dapat
diterapkan baik oleh manajer tingkat atas, menengah maupun bawah. Dalam jajaran
keperawatan dapat diterapkan mulai dari Kepala bagian keperawatan sampai kepala
ruangan (Swansburg, 2000). Kepala ruangan menjalakan fungsi manajemen keperawatan
yaitu meliputi manajemen pelayanan keperawatan dan manajemen asuhan keperawatan.
Manajemen pelayanan keperawatan didukung oleh pengorganisasian asuhan
keperawatan melalui metode pemberian asuhan keperawatan sebagai bagian dari fungsi
pengorganisasian. Adapun komponen fungsi pengorganisasian meliputi struktur organisasi,
metode pemberian asuhan keperawatan, pengelompokan aktivitas untuk mencapai tujuan,
bekerja dalam organisasi dengan memahami kekuatan dan otoritas (Marquis dan Huston,
2013). Metode penugasan merupakan suatu sistem yang akan diterapkan dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan dan meningkatkan derajat kesehatan pasien. Metode penugasan keperawatan
menurut Grant dan maseey (1997) dalam Marquis dan Huston (2013) terdapat lima metode
asuhan keperawatan yaitu : Metode kasus, metode fungsional, metode keperawatan primer,
metode keperawatan tim, metode modifikasi keperawatan tim-primer. Menurut Laughin,
Thomas dan Barterm (1995) dalam Nursalam (2015) model yang lazim digunakan di
rumah sakit hanya 3 yaitu asuhan keperawatan total, keperawatan tim dan keperawatan
primer. Masing-masing metode pemberian asuhan keperawatan memiliki kelebihan dan
kekurangannya.
10
Metode keperawatan yang sering digunakan adalah asuhan keperawatan metode tim.
Asuhan keperawatan metode tim dikenal di Indonesia pada tahun 1996 yang telah
diterapkan dibeberapa rumah sakit. Metode ini merupakan suatu metode pemberian asuhan
keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif (Douglas,
1984 dalam Simamora, 2013). Keuntungan menggunakan metode tim adalah memfasilitasi
pelayanan keperawatan yang komprehensif dan memungkinkan pencapaian proses
keperawatan. Kerugiannya adalah rapat tim memerlukan waktu, sehingga mengganggu
komunikasi dan koordinasi anggota tim dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien (Simamora, 2013). Pelaksanaan metode tim menggunakan tim yang terdiri dari
anggota yang berbeda-beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap kelompok
pasien. Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri dari perawat profesional,
teknikal, dan pembantu dalam satu tim kecil yang saling membantu. Metode ini didasarkan
pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai kontribusi dalam
merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga timbul motivasi dan rasa
tanggung jawab perawat yang tinggi (Tussaleha, 2014). Menurut Arwani dan Supriyatno
(2006) pemberian metode tim pada asuhan keperawatan bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan objektif pasien sehingga pasien merasa puas.
Metode tim juga dapat meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, dan motivasi
perawat karena dalam metode ini ada kerjasama antar sesama perawat dan transfer of
knowledge.Untuk tercapainya tujuan tersebut maka tugas dan tanggung jawab dari tim
keperawatan harus diarahkan dan benar-benar direncanakan serta memiliki ketua tim yang
profesional. Menurut Huber (2010), Marquis & Huston (2012) dikutip dalam
Rusmianingsih (2012) dan Swansbrug (2000) Faktor yang mempengaruhi dari metode tim
yaitu kepemimpinan, komunikasi, koordinasi, penugasan, motivasi dan supervisi. Sitorus
(2006) mengatakan ketua tim sebagai perawat profesional, harus mampu menggunakan
berbagai teknik kepemimpinan dan harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, serta evaluasi asuhan keperawatan. Ketua tim harus mampu
mengontrol setiap perkembangan pasien, keberhasilan asuhan keperawatan sangat
ditentukan oleh ketua tim yang profesional. Hasil penelitian yang di lakukan oleh Sari, C
tahun 2014 di ruang rawat inap RSUD Dr. Muhammad zein Painan menyatakan bahwa
pelaksanaan peran dan tugas kepala ruangan berdasarkan penerapan metode pemberian
asuhan keperawatan tim baik 66,67%. Pelaksanaan metode pemberian asuhan keperawatan
tim oleh ketua tim kurang baik 81,82%. Pelaksanaan metode pemberian asuhan
11
keperawatan tim oleh perawat pelaksana dilakukan dengan baik 54,84%. Penelitian yang
dilakukan oleh Herwina (2012) sebagian besar pelaksanaan manajemen dalam pelaksanaan
metode tim keperawatan menurut persepsi perawat pelaksana adalah 57% baik dan 43%
mempersepsikan kurangnya pelaksanaan metode tim keperawatan.
Faktor yang mempengaruhi motivasi dan pelaksanaan asuhan keperawatan
menentukan kualitas pelayanan keperawatan yang berdampak terhadap kepuasan pasien
dan keluarga terhadap pelayanan keperawatan (Bahtiar & Suarli, 2010). Menurut Handoko
(2005), mengatakan makin kuat motivasi seseorang, makin kuat pula usahanya untuk
mencapai tujuan apabila tujuan itu dianggap penting, makin kuat pula usaha dan motivasi
untuk mencapainya. Motivasi termasuk sebagai faktor penentu dalam pelaksanaan metode
keperawatan tim. Motivasi merupakan energi untuk membangkitkan dorongan dari dalam
diri perawat yang berpengaruh, membangkitkan, mengarahkan dan memelihara perilaku
yang berkaitan dengan lingkungan kerja, memenuhi kebutuhan stimulasi berorientasi pada
tujuan individu untuk mencapai kepuasan.
Pelayanan keperawatan merupakan salah satu profesi di rumah sakit yang berperan
penting, dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Tenaga perawat menempati proporsi terbesar dibanding tenaga kesehatan lain dan
merupakan tenaga profesional yang paling lama kontak dengan pasien (Aditama, 2010).
Kepala ruang memiliki peran sebagai first line manager di sebuah rumah sakit.
Seorang manajer menjadi pemimpin yang efektif apabila mampu menentukan strategi yang
tangguh, menjadi perencana yang handal, menjadi organisator yang cetakan, motivator
yang efektif, pengawas yang objektif dan rasional, penilai yang tidak berpengaruh oleh
pertimbanganpertimbangan yang subjektif dan emosional disamping keahlian pribadi.
(Manggala, 2013). Seperti fungsi dalam manajerial yang lain maka fungsi dari kepala
ruang juga meliputi komponen-komponen yang sama yaitu planning, organizing, actuating
dan controling.
Pengorganisasian yang dilakukan pimpinan meliputi kewenangannya, tanggung
jawabnya, pendelegasian tugas termasuk pengorganisasian perawatan di tingkat ruang
dalam memberikan asuhan keperawatan. Fungsi pengarahan, dalam menjalankan fungsi
pengarahan kepala ruangan kepala ruangan akan melakukan kegiatan staf, mengkoordinasi
dan memotivasi staf keperawatan. Fungsi pengarahan ini adalah merupakan fungsi dari
kepemimpinan seorang kepala ruangan secara menyeluruh seperti, bagaimana gaya
kepemimpinannya, bagaimana mengelola konflik dan sebagainya (Pratiwi dkk, 2010).
12
Peran dan fungsi managerial harus dilakukan perawat profesional. Untuk dapat
melakukan kegiatan manajemen maka diperlukan beberapa keahlian manajemen yang
dapat membantu dalam meningkatkan pelayanan kesehatan yang optimal dengan cara
meningkatkan ilmu dan teknologi.
Tingkat keberhasilan pelayanan rumah sakit dapat dilihat dari berbagai aspek yaitu
pemanfaatan sarana pelayanan, mutu pelayanan dan tingkat efisiensi pelayanan. untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan mutu pelayanan dan efisiensi pelayanan rumah sakt
diperlukan berbagai indikator dan alur pelayanan yang dapat dijadikan sebagai acuan dan
parameter pembanding antara fakta dan standar.
Kegiatan manajemen pelayanan tidak dapat terlepas dari alur pelayanan atau flow of
care dimana melalui alur ini mengatur pergerakan pasien dalam memenuhi kebutuhan
fasilitas pelayanan kesehatan. Didalam alur ini akan melibatkan pelayanan medis,
peleyanan keperawatan, sumber daya fisik, dan sistem internal yang diperlukan dari mulai
pasien masuk sampai pasien keluar dengan mempertahankan kualitas dan kepuasan pasien.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk memberikan gambaran manajemen strategis dengan pendekatan sistem dan
proses manajemen keperawatan, melalui kajian tata kelola klinis di RSU dr. Slamet
Garut.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui kajian situasi sistem pemberian asuhan keperawatan sesuai dengan
fungsi-fungsi manajemen di ruang perawatan.
b. Melalui kajian situasi dapat mengetahui arah pencapaian sesuai visi misi rumah
sakit.
c. Mengetahui fungsi-fungsi rumah sakit (good governance) terkait dengan pelayanan
klinis dikelola sesuai dengan 7 pilar tata kelola klinis.
C. MANFAAT
1. Bagi Rumah Sakit
Field Experience manajemen keperawatan dan tata kelola klinis merupakan salah satu
13
sarana untuk mengidentifikasi dan menganalisis permasalah manajerial, selanjutnya
melakukan intervensi untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi dalam unit
keperawatan sehingga diharapkan menjadi bahan masukan dalam peningkatan mutu
pelayanan keperawatan.
2. Bagi Mahasiswa Magister Manajemen Keperawatan
Field Experience manajemen keperawatan dan tata kelola klinis merupakan salah
satu sarana untuk menerapkan teori dan konsep yang didapatkan selama perkuliahan
sehingga diharapkan menjadi bahan refleksi terhadap kompetensi yang didapatkan.
3. Bagi Institusi Pendidikan.
Field Experience manajemen keperawatan dan tata kelola klinis merupakan salah
satu sarana melakukan refleksi terhadap kurikulum dan metode pembelajaran
sehingga diharapkan menjadi bahan evaluasi dan masukan terhadap keberhasilan
pembelajaran.
D. SISTEMATIKA PENULISAN
Laporan field experience tata kelola klinis dibuat berdasarkan sistematika makalah
yang diterjemahkan dari program kerja RPS mencakup:
I. BAB I PENDAHULUAN
II. BAB II PROFIL DAN HASIL KAJIAN STRATEGIS RSU Dr. Slamet Garut
III. BAB III KAJIAN SITUASI TATA KELOLA KLINIS DAN ANALISA
IV. BAB IV IMPLEMENTASI POA
V. BAB V PENUTUP
14
BAB II
HASIL KAJIAN BERDASARKAN MANAJEMEN STRATEGIS
NO NON JUMLAH
JENIS PENDIDIKAN PNS
PNS
1 Dokter Spesialis Penyakit Anak 3 1 4
16
2 Dokter Spesialis Kebidanan dan 3 1 4
Kandungan
3 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 4 - 4
4 Dokter Spesialis Bedah Umum 2 1 3
5 Dokter Spesialis Anastesi 2 - 2
6 Dokter Spesialis Penyakit T H T 2 - 2
7 Dokter Spesialis Penyakit Mata 1 1 2
8 Dokter Spesialis Penyakit Syaraf 2 - 2
9 Dokter Spesialis Penyakit Kulit dan 1 - 1
Kelamin
10 Dokter Spesialis Jantung 1 - 1
11 Dokter Spesialis Radiologi 1 - 1
12 Dokter Spesialis Pathologi Klinik 3 - 3
13 Dokter Spesialis Bedah Orthopedi 1 - 1
14 Dokter Spesialis Jiwa 1 - 1
15 Dokter Spesialis Path. Anatomi 1 - 1
16 Dokter Spesialis Forensik 1 - 1
17 Dokter Spesialis Paru 1 - 1
18 Dokter Gigi 1 1 1
19 Dokter Umum 10 7 17
JUMLAH 37 12 49
Pelayanan kesehatan di RSUD Dr. Slamet Garut dibagi ke dalam jenis pelayanan
perawatan, pelayanan medis, pelayanan penunjang medis serta pelayanan umum.
a. Intalasi Gawat Darurat ( IGD )
Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD dr. Slamet Garut memberikan pelayanan
kegawatdaruratan non stop 24 jam dengan lokasi strategis dan mudah diakses.
Ruang yang telah tersedia antara lain adalah koridor untuk akses kendaraan
17
pembawa pasien, ruang administrasi, ruang triase, ruang bersalin darurat, ruang
periksa anak, ruang periksa dan pemantauan umum dan ruang tindakan. Sementara
yang belum tersedia adalah peralatan diagnostic canggih untuk dimanfaatkan
petugas jaga ketika menanggulangi pasien kritis.
Pelayanan Ambulance Emergency dan 118
1. Pelayanan ambulance selama 24 jam terbagi dalam 3 shift jaga.
2. Operator 118 mendapat permintaan pelayanan ambulance gawat darurat baik
langsung maupun melalui telepon/radio.
3. Operator langsung menghubungi petugas jaga 118 untuk memberikan
pelayanan setelah memberitahukan alamat tujuan yang jelas dan kondisi pasien
apabila diketahui.
4. Petugas 118 langsung berangkat sesuai dengan permintaan.
5. Setelah pertolongan dilaksanakan keluarga/penanggungjawab pasien
menyelesaikan administrasi pada petugas pembayaran IGD RSUD dr. Slamet
Garut.
6. Petugas 118 membuat laporan pada buku register pasien ambulance Gawat
Darurat.
Untuk pasien gawat tidak darurat, dibuatkan permintaan untuk masuk rawat
inap. Pasien darurat tidak gawat, setelah dilakukan tindakan/pengobatan kemudian
dipulangkan. Sedangkan pasien tidak gawat tidak darurat setelah diperiksa dan
diberi pengobatan kemudian dipulangkan. Bagi pasien yang tidak memerlukan
perawatan dapat pulang setelah menyelesaikan administrasi. Pasien yang masuk
ruangan observasi masksimal 24 jam harus sudah ada keputusan untuk penanganan
selanjutnya kecuali ada indikasi lain.
b. Intalasi Rawat Jalan (Poloklinik)
Kunjungan yang relatif tinggi, IRJ berpotensi untuk dikembangkan sebagai
instalasi yang memberikan pemasukan tinggi bagi RSUD dr. Slamet Garut. Namun
berdasarkan standarisasi rumah sakit tipe B, Klinik spesialis yang ada saat ini
kurang lengkap yaitu belum terdapat pelayanan spesialis rehabilitasi medik, dan
mikrobiologi medik.
Status Pasien :
Sebagian besar pasien yang datang adalah pasien umum, sehingga hal ini dapat
menjadi pengaman dari arus kas rumah sakit.
18
Pasien yang mendapat jaminan dari perusahaan asuransi PT. BPJS, Jamkesmas
dan Jamkesda, Jampersal, dan jaminan lainnya cukup besar dan dimasa
mendatang akan semakin berkembang sehingga akan mengakibatkan
bertambahnya pangsa pasar yang dapat ditangani oleh rumah sakit.
Asal pasien yang dirujuk ke rumah sakit dan jenis penyakit terbesar yang
diderita yaitu :
- Dari puskesmas : jantung, penyakit dalam dan penyakit syaraf.
- Dari dokter praktek : patologi anatomi, gizi dan rehabilitasi medik. Rujukan
dari dokter praktek akan memberikan rujukan pasien yang lebih privat dan
akan mendukung kepada pemanfaatan sarana pelayanan di rumah sakit
dengan tarif yang lebih elastis dan yang lebih penting adalah tingkat
kepuasan dari pasiennya.
- Dari RS : Jiwa, memberikan gambaran akan kebutuhan rujukan untuk pasien
jiwa karena RSUD dr. Slamet Garut adalah satu-satunya rumah sakit yang
memberikan pelayanan kesehatan jiwa di Kota Garut.
- Pasien datang sendiri : TKA, kebidanan dan kandungan dan THT.
Pelayanan rawat jalan terdiri dari :
a. Klinik Spesialis Penyakit Dalam
b. Klinik Spesialis Bedah Klinik Spesialis Anak
c. Klinik Spesialis Kebidanan dan
d. Klinik Spesialis Telinga, Hidung dan Tenggorokan (THT)
e. Klinik Spesialis Mata
f. Klinik Spesialis Kulit dan Kelamin
g. Klinik Spesialis Syaraf
h. Klinik Gigi dan Mulut
i. Klinik Spesialis Orthopedi
j. Klinik Spesialis Jantung
k. Klinik Gizi
l. Klinik Tumbuh Kembang Anak
m. Klinik Jiwa
n. Klinik Psikologi
o. Klinik VIP (Intan)
19
c. Instalasi Rawat Inap
Pelayanan rawat inap terdiri dari beberapa kelas antara lain : Kelas Utama
(VVIP dan VIP), Kelas I, Kelas II dan Kelas III. Pembagian ruangan berdasarkan
SMF dan kelas ruangan. Kondisi beberapa ruangan rawat inap yang ada masih
dirasakan kurang memenuhi persyaratan baik berkaitan dengan kebersihan, luas
ruangan dan adanya pedagang asongan, sehingga perlu dilakukan penataan fisik
yang mengacu kepada standar akreditasi rumah sakit.
d. Intalasi Bedah Sentral
Pelayanan di instalasi bedah sentral saat ini belum memadai karena sarana dan
prasarana yang tersedia belum memenuhi standar akreditasi, sehingga perlu
penambahan di berbagai aspekdan perbaikan yang mengarah pada standar sebagai
rumah sakit Tipe B.
e. Intalasi Rawat Intensif
Ruang instalasi rawat intensif perlu adanya penataan denah ruangan dan
fasilitas. Akses keluar masuk seharusnya terpisah antara pasien dan karyawan,
ruang tunggu keluarga pasien telah disediakan secara khusus sehingga
meminimalisir terjadinya infeksi nosokomial. Peralatan yang ada saat ini belum
memadai baik jenis maupun jumlahnya. Untuk memenuhi kualifikasi sebagai
pelayan intensif diperlukan adanya penambahan atau pengembangan gedung serta
pelayanan yang diberikan tidak terbatas pada perawatan intensif.
f. Intalasi Rehabilitas Medis
Kondisi Eksisting ruang yang ada saat ini perlu adanya pengembangan, yaitu
penambahan ruang untuk pendidikan, ruang staff, ruang konference, dan ruang pelayanan
rehabilitasi. Kaitan dengan peralatan perlu adanya penambahan.
g. Instalasi Radiologi
Untuk meningkatkan pelayanan Radiologi di perlukan penataan dan
pengembangan ruangan serta penambahan alat sesuai standar pelayanan sehingga
kualitas pelayanan dapat lebih di optimalkan. Memberikan pelayanan kesehatan
yang berhubungan dengan penggunaan gelombang elektromagnetik, ultrasound
serta peralatan-peralatan lain yang melengkapinya.
h. Instalasi Laboratorium
Untuk pelayanan Laboratorium di perlukan penataan ruangan dan alat-alat
sesuai standar pelayanan rumah sakit. Instalasi laboratorium menyelenggarakan
20
pelayanan laboratorium diagnostik selama 24 jam. Lingkup kegiatan yang
dilakukan di instalasi laboratorium meliputi :
- Pemeriksaan Kimia Klinik
- Pemeriksaan Gula Darah
- Pemeriksaan Hematologi
- Pemeriksaan Serologi
- Pemeriksaan Bacteriologi
- Pemeriksaan Urine
- Pemeriksaan Tinja
i. Instalasi Patologi Anatomi
Instalasi Patologi Anatomi saat ini perlu adanya pengembangan ruangan serta
peningkatan kualitas SDM, mengingat aktivitas pelayanan yang diberikan cukup
banyak seperti penataan pemeriksaan imuno histokimia dan histokimia, kebutuhan
peralatan yang lain adalah potong beku dan perangkatnya.
j. Instalasi Patologi Klinik
Untuk mendukung peningkatan kinerja laboratorium beberapa fasilitas ruangan
yang ada perlu dilakukan penambahan antara lain ruang rapat, ruang dokter, ruang
paramedis dan ruang laboratorium mikrobiologi.
k. Instalasi Farmasi
Perlu adanya pengembangan gedung sehingga ruang kepala instalasi farmasi,
ruang apoteker, ruang tamu apoteker, ruang rapat dan ruang administrasi dapat
tergabung menjadi satu di gedung instalasi farmasi. RSUD dr. Slamet Garut
menyediakan secara lengkap jenis obat yang dibutuhkan pasien dan membuka
pelayanan 24 jam.
Pelayanan kefarmasian berorientasi kepada penderita dengan cara
melaksanakan sistem distribusi individual prescription dan flour stock, pemantauan
terapi obat, melakukan kegiatan pelayanan informasi obat dan melakukan konseling.
Untuk pasien dengan kasus tertentu misalnya hipertensi dan diabetes pada saat
pengambilan obat akan dilakukan konseling oleh apoteker jaga dengan cara :
- Pasien akan didata dengan menggunakan kartu data pasien
- Data pasien dicatat mulai dari awal pengobatan
- Setiap pengambilan obat berikutnya pasien akan diberi informasi dan dievaluasi
perkembangan terapinya.
21
l. Instalasi Gizi
Instalasi gizi saat ini telah memberikan pelayanan dan memenuhi kebutuhan
makanan di instalasi rawat inap. Selain memberikan pelayanan tersebut, instalasi
ini juga melayani makanan diet untuk pasien-pasien dengan penyakit tertentu.
Instalasi gizi melayani pendistribusian makanan ke seluruh ruang rawat inap.
Untuk jadwal pendistribusian makanan terbagi menjadi 3 waktu, antara lain :
Pagi : pukul 06.30 – 07.00 WIB
Siang : pukul 12.00 – 13.00 WIB
Sore : pukul 16.00 – 17.00 WIB
Pelayanan gizi RSUD dr. Slamet Garut mempunyai kegiatan sebagai berikut :
1. Kegiatan pengadaan dan penyedia makanan bagi pasien dan karyawan
2. Pelayanan gizi rawat inap
3. Penyuluhan/konsultasi gizi rawat jalan
4. Kegiatan pelatihan gizi dan pengembangan gizi terapan.
Pada tahun 2015 kapasitas tempat tidur Rumah Sakit sebanyak 568 Tempat Tidur
dengan distribusi sebagai berikut :
Kelas Perawatan
Kapasitas
No Gedung Kls Kls Kls
Tempat
Perawatan VVIP VIP Isolasi
Tidur I II III
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 Marjan Atas 21 19 2
2 Marjan Bawah 24 12 12
3 Mutiara Atas 20 20
4 Mutiara 17 17
22
Kelas Perawatan
Kapasitas
No Gedung Kls Kls Kls
Tempat
Perawatan VVIP VIP Isolasi
Tidur I II III
Bawah
5 Intan Sartika 16 16
6 Jade 30 8 9 13
7 Topaz 30 22 8
8 Agate Atas 44 42 2
9 Agate Bawah 44 42 2
10 Permata 11 11
11 Perinatologi 45 25 20*
12 Kalimaya Atas 26 26
13 Kalimaya 33 26 7
Bawah
14 Nusa Indah Atas 32 31 1
15 Nusa Indah 20 18 2
Bawah
16 Mirah 18 6 12
17 Aster 10 10
18 Cempaka 38 7 6 8 17
19 Zamrud 36 33 3
20 Safir 24 24
21 Puspa Utama 14 14
Atas
22 Puspa Utama 16 16
Bawah
23 Ruby 20 20
24 ICU 4
25 HD 25
Adapun susunan organisasi RSUD dr. Slamet Garut diatur dalam Peraturan Daerah
Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi
Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten
23
Garut Tahun 2008 Nomor 39) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah
Kabupaten Garut Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah
Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008 tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi
Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten
Garut Tahun 2012 Nomor 8). Sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Garut Nomor
445/Kep.461-Ortala/2009 pada tanggal 22 Desember 2009 dengan Status RSUD Dr.
Slamet menjadi BLUD Penuh.
Adapun tujuan dan sasaran yang berkaitan dengan visi dan misi Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Tahun 2014-2019 pemerintah daerah
telah menetapkan indikator Kinerja. Prioritas Pembangunan 2014-2019 yang berkaitan
dengan program Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet adalah :
1. Program pelayanan kesehatan penduduk miskin
2. Program peningkatan keselamatan ibu melahirkan dan anak
3. Program pengadaan, peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit
4. Program pemeliharaan sarana dan prasarana rumah sakit
5. Program pengelolaan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD)
6. Peningkatan Rumah Sakit dr. Slamet menjadi Tipe B Pendidikan;
Berdasarkan teori H.L. Bllum derajat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi
oleh empat faktor yaitu faktor lingkungan, faktor perilaku, faktor pelayanan kesehatan,
faktor keturunan. faktor lingkungan mempunyai pengaruh sebesar 45% terhadap derajat
kesehatan masyarakat, sementara faktor perilaku berpengaruh sebesar 30% faktor
pelayanan kesehatan berpengaruh sebesar 20% dan faktor keturunan berpengaruh sebesar
5%, oleh karena itu upaya yang dilakukan oleh RSUD dr. Slamet adalah mengedepankan
upaya penyembuhan (curative) dan upaya pemulihan (rehabilitatif) yang didukung oleh
upaya pencegahan (preventif) dan Promosi (promotif) serta upaya rujukan.
Dengan berlakunya Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat
Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2008 Nomor 39)
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 8 Tahun
2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Garut Nomor 24 Tahun 2008
tentang Pembentukan dan Susunan Organisasi Lembaga Teknis Daerah dan Inspektorat
Kabupaten Garut (Lembaran Daerah Kabupaten Garut Tahun 2012 Nomor 8), yang
menyatakan bahwa Rumah Sakit adalah merupakan salah satu SKPD yang perlakuanya
24
Sama dengan Perangkat Daerah lainya yang setatusnya bukan Rumah Sakit Swadana.
Sehingga dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa untuk memenuhi kebutuhannya
berlaku penuh Kepres 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Barang/jasa
Pemerintah, dan hal ini mengakibatkan, adanya keterbatasan dalam pengadaan barang/jasa
terutama untuk pengadaan yang kaitannya dengan Alat-alat kesehatan, Obat dan Gizi.
Berkaitan dengan SDM, bahwa dengan bertambahnya ruang perawatan maka
bertambah pula kapasitas Tempat Tidur pasien. Hal tersebut berpengaruh terhadap
kebutuhan SDM, sehingga perlu di lakukan rekrutmen tenaga untuk memenuhinya
kekurangannya.
Seiring dengan terbitnya Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum, memberikan fleksibilitas untuk
menerapkan praktek-praktek bisnis yangs ehat bagi instansi pemerintah, sebagai
pengecualian dari ketentuan-ketentuan umum pengelolaan keuangan negara. Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU) merupakan contoh penerapan
pengelolaan keuangan berbasis kinerja pada instansi pemerintah.
Sejalan dengan hal tersebut Peraturan Pemerintah nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah, menyetakan bahwa perangkat daerah yang memiliki
spesifikasi teknis dibidang pelayanan umum berpotensi untuk dikelola melalui Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-BLUD). Menindaklanjuti
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tersebut, telah ditetapkan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum Daerah (PPK-BLUD).
Dengan adanya fleksibilitas yang diberikan dan tuntutan peningkatan pelayanan
publik, maka RSUD dr. Slamet Garut segera mengajukan persyaratan-persyaratan untuk
penerapan PPK-BLUD. Adapun persyaratan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Persyaratan Subtantif yang berkaitan dengan bidang pelayanan.
2. Persyaratan Teknis yang berkaitan dengan tugas pokok dan fungsinya layak dikelola
dan di tingkatkan pencapainnya melalui BLUD.
3. Persyaratan Administratif yang meliputi :
a. Surat pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan,
dan manfaat bagi masyarakat.
b. Pola Tata Kelola.
c. Rencana Strategis Bisnis,
25
d. Standar Pelayanan Minimal.
e. Laporan Keungan Pokok atau prognosa/proyeksi laporan keuangan, dan
f. Laporan audit terakhir atau persyaratan bersedia untuk diaudit secara independen.
Setelah persyaratan tersebut diteliti dan dinilai oleh Tim Penilai Tingkat Kabupaten
Garut. Alhamdullilah bahwa RSUD dr. Slamet Garut layak untuk diterapkan PPK BLUD
sesuai dengan Surat Keputusan Bupati Garut Nomor 445/Kep.461-Ortala/2009 pada
tanggal 22 Desember 2009 dengan Status BLUD Penuh. Dengan ditetapkannya RSUD dr.
Slamet Garut sebagai PPK BLUD penuh maka untuk pengadaan barang/jasa yang dananya
bersumber dari :
a. Jasa layanan
b. Hibah tidak terikat
c. Hasil kerja sama dengan pihak lain, dan
d. Pendapatan lain-lain yang sah
Diberikan fleksibilitas, artinya dalam pengadaan barang dan jasa dapat mengabaikan
sebagian atau seluruhya dari ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang dan
atau jasa pemerintah bila terdapat alasan efektivitas dan efisiensi. Adapun berkaitan
dengan Sumber Daya Manusia dengan berlakunya penerapan PPK BLUD maka RSUD dr.
Slamet Garut, Pimpinan BLUD melaksanakan pengangkatan dan perberhentian pegawai
BLUD yang berasal dari Non PNS berdasarkan pada prinsip efisien, ekonomis dan
produktif dalam meningkatakan pelayanan.
26
d. Penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan teknologi bidang
kesehatan dalam rangka peningkatan pelayanan kesehatan dengan memperhatikan
etika ilmu pengetahuan bidang kesehatan.
Dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, permasalahan, tantangan, dan
peluang yang ada maka visi Rumah Sakit Umum Daerah dr. Slamet Garut adalah :
“ RSUD dr. Slamet Menjadi Kebanggaan Masyarakat Garut Yang Dipercaya,
Aman, Nyaman dan Terjangkau “.
Penjelasan makna Visi :
1. Rumah Sakit yang menjadi kebanggaan masyarakat Garut berarti dalam melaksanakan
pelayanan selalu didukung dengan sumber daya sesuai dengan standar dan profesional
yang siap untuk berkompetisi dengan lembaga layanan kesehatan lainnya;
2. Rumah Sakit yang dipercaya berarti rumah sakit selalu membangun kepercayaan
masyarakat atas pelayanan yang dilaksanakan dan merupakan kegiatan yang harus
dilakukan seiring dengan harapan dan tuntutan untuk meningkatkan kepuasan
masyarakat;
3. Rumah Sakit yang aman berarti rumah sakit yang bebas dari bahaya atau resiko medis
dan non medis serta bebas dari tindakan pelayanan yang tidak profesional /
kesewenang-wenangan;
4. Rumah Sakit yang nyaman berarti rumah sakit yang memiliki suasana yang tenang,
damai dan sejuk, sehingga pelayanan dapat dilaksanakan sesuai dengan harapan;
5. Rumah Sakit yang terjangkau berarti setiap jenis pelayanan dilakukan secara cepat,
mudah dan dapat diakses oleh setiap pengguna pelayanan.
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah,
sebagai penjabaran visi yang telah ditetapkan. Dengan pernyataan misi diharapkan seluruh
anggota organisasi dan pihak yang berkepentingan dapat mengetahui dan mengenal
keberadaan dan peran instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Untuk mencapai Visi tersebut sekaligus mendukung terwujudnya Visi Dinas
Kesehatan dan Visi Pemerintah Kabupaten Garut maka Misi RSUD dr. Slamet adalah
sebagai berikut :
1. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang prima dan terjangkau dengan
menjunjung tinggi kode etik serta senantiasa memperhatikan fungsi sosial;
2. Peningkatan dan Optimalisasi sarana dan prasarana rumah sakit;
27
3. Membangun kemitraan dengan lembaga lainnya dalam rangka peningkatan pelayanan
kesehatandan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dalam
menunjang program pemerintah Kabupaten Garut.
4. Meningkatkan profesionalisme dan keramahan pegawai RSUD dr. Slamet Garut
28
VISI TUJUAN INDIKATOR PENCAPAIAN
Rumah Sakit yang dalam melaksanakan 100% Perawat memiliki STR
menjadi pelayanan selalu didukung 100% perawat telah melalui proses
kebanggaan dengan sumber daya kredensialing dan pemetaan
masyarakat Garut sesuai dengan standar dan 100% Perawat memiliki surat penugasan dan
profesional yang siap kewenangan klinis
untuk berkompetisi 100% Perawat telah mengikuti uji
dengan lembaga layanan kompetensi
kesehatan lainnya Perawat ditempatkan sesuai keahlian dan
kompetensi
90% perawat telah mengikuti pelatihan
sesuai kompetensinya
Rumah Sakit yang Rumah sakit selalu Indeks kepuasan pasien terhadap pelayanan
dipercaya membangun kepercayaan perawat >80%
masyarakat atas pelayanan
yang dilaksanakan dan
merupakan kegiatan yang
harus dilakukan seiring
dengan harapan dan
tuntutan untuk
meningkatkan kepuasan
masyarakat;
Rumah Sakit yang rumah sakit yang bebas Angka KTD, KNC, KPC menurun.
aman dari bahaya atau resiko Pelayanan keperawatan yang diberikan
medis dan non medis serta sesuai standar yang telah ditetapkan
bebas dari tindakan Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan,
pelayanan yang tidak menjunjung tinggi kode etik.
profesional / SOP berdasarkan evidence based.
kesewenang-wenangan
Rumah Sakit yang rumah sakit yang memiliki Kondisi ruangan perawatan yang bersih dan
nyaman berarti suasana yang tenang, rapih
damai dan sejuk, sehingga Pengunjung / penunggu pasien dibatasi
pelayanan dapat Adanya jam besuk pasien
dilaksanakan sesuai
dengan harapan;
Rumah Sakit yang setiap jenis pelayanan Waktu Pelayanan keperawatan /respons time
terjangkau dilakukan secara cepat, yang diberikan dari mulai pasien masuk <5
mudah dan dapat diakses menit.
oleh setiap pengguna Petugas sigap dan tanggap dalam memenuhi
pelayanan kebutuhan pasien
29
D. ANALISIS LINGKUNGAN (WHERE ARE WE NOW)
Analisis Lingkungan Eksternal
1) Merupakan Rumah Sakit tipe B Rujukan tertinggi di kabupaten garut
2) Memiliki fasilitas dan sarana prasarana cukup memadai
3) Sudah terakreditasi KARS Paripurna
4) Terdapat RS swasta saingan dengan fasilitas dan sarana prasarana lebih memadai
5) Adanya kebijakan pemerintah dalam penetapan BPJS
6) Lokasi strategis, akses menuju Rumah Sakit mudah.
7) Kemajuan teknologi dan informasi, namun tidak diimbangi system informasi RS yang memadai.
Analisis Lingkungan Internal
1) Memiliki tenaga profesional Perawat (Ners) cukup memadai
2) Proses kredensialing sudah dilakukan pada perawat pra PK dan PK1, yang lainnya
berupa pemetaan perawat.
3) Mapping PK oleh bidang keperawatan dengan mempertimbangkan pendidikan, masa
kerja, belum berdasarkan PMK No. 40 Tahun 2017.
4) Di beberapa ruangan, masih ada perawat yang belum mengikuti pelatihan sesuai
kompetensi yang dibutuhkan ruangan, salah satunya di R. Inap anak.
5) Indeks kepuasan pasien masih < 80%
6) Sarana prasarana dan BMHP masih belum memadai
7) Dokumentasi keperawatan masih belum terisi lengkap
8) Identifikasi pasien masih belum optimal (gelang identifikasi pasien hanya ada di
beberapa ruangan, sebagian besar perawat hanya konfirmasi nama pasien)
9) Serah terima operan masih belum terlaksana dengan baik
10) Metode asuhan dengan menggunakan metode team , ketua team ada di pagi hari dan
untuk shift siang dan sore oleh penangung jawab team
11) Metode team untuk pembagian pasien berdasarkan jumlah pasien dan tidak
menghitung tingkat ketergantungan pasien
12) Belum pernah dilakukan audit mutu keperawatan
E. ANALISA SWOT
1) Matrix External Factors Analysis Summary (EFAS)
EFAS Bobot Rating Skor Ket
30
OPPORTUNITY
0.1 Merupakan Rumah Sakit tipe B 0.2 4 0.8
Rujukan tertinggi di kabupaten
Garut
0.2 Memiliki fasilitas dan sarana 0.1 3 0.3
prasarana cukup memadai
0.3 Lokasi strategis, akses menuju 0.15 4 0.6
Rumah Sakit mudah.
0.4 Sudah terakreditasi Paripurna 0.15 4 0.6
SUB TOTAL 0.6 2.3
THREAT
T.1 Kebijakan pemerintah dengan 0.15 4 0.6
adanya JKN KIS / BPJS
meningkatkan jumlah kunjungan
pasien yang berobat.
T.2 Terdapat RS swasta saingan 0.1 3 0.3
dengan fasilitas dan sarana
prasarana lebih memadai
T.3 Kemajuan teknologi dan 0.15 4 0.6
informasi, namun tidak diimbangi
system informasi RS yang
memadai.
SUB TOTAL 0.4 1.5
TOTAL 1.00 3.8
2) Internal Factors Analysis Summary (IFAS)
IFAS Bobot Rating Skor Ket
STRENGTH
S.1 Metode asuhan dengan 0.15 4 0.6
menggunakan metode team ,
ketua team ada di pagi hari dan
untuk shift siang dan sore oleh
penangung jawab team
S.2 Pendidikan Perawat sudah Ners 0.15 4 0.6
sebanyak 15%, S1 keperawatan
27%, D3 keperawatan 58%
S.3 Mapping PK oleh bidang 0.15 3 0.45
keperawatan dengan
mempertimbangkan pendidikan,
masa kerja, belum berdasarkan
PMK No. 40 Tahun 2017.
S.4 Proses kredensialing sudah 0.15 3 0.45
dilakukan pada perawat pra PK
dan PK1, yang lainnya berupa
pemetaan perawat.
SUB TOTAL 0.6 2.1
WEAKNESS
W.1 Indeks kepuasan pelanggan masih 0.03 3 0.09
< 80 %
31
W.2 Masih ditemukan insiden 0.04 4 0.16
keselamatan pasien, seperti KTC,
KNC, KTD
W.3 Proses kredensialing sudah 0.04 3 0.12
dilakukan pada perawat pra PK
dan PK1, yang lainnya berupa
pemetaan perawat.
W.4 Sarana prasarana dan BMHP 0.04 4 0.16
masih belum memadai
W.5 SOP asuhan keperawatan masih 0.03 3 0.09
belum lengkap dan tidak update.
W.6 Dalam menjalankan asuhan, 0.03 3 0.09
perawat melaksanakan tugas
sesuai intruksi dokter saja dan
pelimpahan wewenang.
W.7 Identifikasi pasien masih belum 0.04 3 0.12
optimal (gelang identifikasi
pasien hanya ada di beberapa
ruangan, sebagian besar perawat
hanya konfirmasi nama pasien)
W.8 Metode team untuk pembagian 0.04 4 0.16
pasien berdasarkan jumlah pasien
dan tidak memperhitungkan
tingkat ketergantungan pasien
W.9 Ketersediaan obat, alat, dan bahan 0.03 3 0.09
habis pakai seringkali kurang
memadai, sehingga menimbulkan
keluhan pasien karena harus
membeli obat sendiri ke luar
W.10 Belum adanya dokumentasi 0.04 4 0.16
asuhan keperawatan yang lengkap
( perawat hanya menuliskan
SOAP)
W.11 Belum pernah dilakukan audit 0.04 4 0.16
mutu keperawatan
SUB TOTAL 0.4 1.4
TOTAL 1.0 3.5
O
0,6
III I
W 2,1
S
1,4 IV II
32
1,5 T
33
BAB III
HASIL KAJIAN SITUASI BERDASARKAN TATA KELOLA
1. Manajemen Risiko
dan Patient Safety
a. Ketepatan Tersedia Panduan Ketepatan Tedapat SPO pemasangan
Identifikasi identifikasi pasien dan SPO gelang identitas pasien.
pasien pemasangan gelang identitas Saat pasien berada di poli
pasien. Pemasangan gelang dan klinik tidak mendapatkan
stiker pasien 100%: gelang identitas, pasien
menanyakan minimal 2 hanya membawa buku
identitas: nama, umur dan atau status untuk pemeriksaan
tanggal lahir dilengkapi nomor dan diberikan kepada
rekam medis, mencocokkan petugas pendaftaran di tiap
sebelum melakukan tindakan klinik. Jadi perawat di
keperawatan. klinik mengidentifikasi
pasien hanya dengan
memanggil nama saat
akan dilakukan
pemeriksaan. 34
b. Peningkatan Teknik komunikasi SBAR dan Penggunaan teknik
komunikasi TBAK ditandatangani oleh komunikasi SBAR dan
efektif dokter penanggung jawab dalam TBAK belum berjalan
24 jam 100%: setiap konsul optimal. Pencatatan
melaui telepon oleh dokter jaga komunikasi baik lisan
ruangan kepada DPJP, secara maupun lewat telepon di
lisan dan telepon dituliskan catatatan terintegrasi
secara lengkap, dibacakan belum menggunakan
kembali secara lengkap dan tehnik SBAR dan TBAK.
dikonfirmasi kembali (TBaK).
(supervisi dokumentasi oleh
karu per bulan)
c. Peningkatan Kepatuhan pelabelan dan Di Poli Klinik tidak
keamanan obat penyimpanan obat Tidak terjadi dilakukan pemberian
yang perlu salah pasien, salah waktu obat-obatan langsung
diwaspadai dan (terlambat pemberian obat, kepada pasien. Perawat
tidak terjadinya pemberian obat yang terlalu hanya memberikan resep
kesalahan cepat, obat stop tetap dari dokter kepada pasien
pemberian obat dilanjutkan), salah cara untuk pengambilan obat di
pemberian/ route, salah dosis, apotik rawat jalan.
salah obat, salah dokumentasi.
d. Pengurangan Kepatuhan perawat dalam Berdasarkan wawancara
risiko infeksi melakukan kebersihan tangan kepala ruangan poli klinik,
terkait dengan metode enam langkah perawat belum seluruhnya
pelayanan dan lima momen. Ketaatan patuh dalam melakukan
kesehatan cuci tangan: 5 momen = 100%. cuci tangan, terutama saat
6 langkah benar = 100 %. momen sebelum
Pencatatan dilakukan oleh IPCN melakukan kontak dengan
dan IPCLN. pasien. Ada pula perawat
1 Sebelum kontak dengan mencuci tangan enam
pasien langkah, namun dilakukan
2 Sebelum tindakan aseptic dengan cepat atau sesuai
3 Setelah kontak dengan waktu yang benar.
cairan tubuh Ditemukan juga, fasilitas
4 Setelah kontak dengan handscrub dan handwash
pasen tidak lengkap sering habis
5 Setelah kontak dengan sehingga menghambat
lingkungan pasen. untuk melakukan
kebersihan tangan.
2 Sistem Penjamin Resiko
Mutu pelayanan menurunnya
keperawatan dan mutu asuhan
35
Audit Klinik
a. Proses Berdasarkan alur penerimaan Dari hasil observasi dalam
(Pelayanan pasien di poliklinik RSUD dr. penerimaan pasien di poli
flow of care): Slamet berikutini : klinik :
Penerimaan 1. Pasien datang mengambil 1. Perawat di poliklinik
pasien di poli nomor antrian di mesin hanya menunggu saat
klinik anjungan pendaftaran pasien datang ke
mandiri poliklinik
2. Setelah mendapat nomor 2. Perawat di poliklinik
antrian pasien/kelurga hanya melakukan
pasien menuju loket pemeriksaan
pendaftaran untuk pengkajian keluhan
mendapatkan jaminan pasien dan memeriksa
kesehatan nasional tanda-tanda
(SEP)/membayar ke kasir vital.Selanjutnya
untuk pasien umum. pasien di suruh
3. Setelah mendapat SEP/ menunggu sampai
kartu pendaftaran pasien dilakukan
dan keluarga langsung ke pemeriksaan oleh
poliklinik sesuai rujukan dokter
dan menunggu panggilan 3. Perawat di poliklinik
untuk pemeriksaan. tidak melakukan
4. Apabila pasien memerlukan pemberian asuhan
pemeriksaan penunjang keperawatan.
dari poliklinik diberikan 4. Pasien setelah
surat pengantar sesuai dilakukan
pemeriksaan yang pemeriksaan oleh
dibutuhkan dokter kalau perlu
5. Setelah pemeriksaan dokter pemeriksaan
pasien ke apotik penunjang diberi surat
6. Pasien yang tidak perlu pengantar, kalau bisa
rawat inap langsung boleh langsung pulang
pulang diberikan resep untuk
7. Pasien yang perlu rawat mengambil obat di
langsung ke pendaftaran apotik
rawat inap (admission 5. Kalau perlu untuk
office) mendapatkan
perawatan lanjutan
diberikan pengantar
36
untuk ke bagian
admission office.
37
dianggap memenuhi keperawatan dengan
persyaratan jabatan mempertimbangkan
b. Menyaring atau pendidikan, masa kerja,
menyeleksi kandidat: masih perlu pembenahan
seleksi terhadap sesuai PMK 40 Tahun
persyaratan 2017.
administratif, seleksi Pengembangan CPD
berdasarkan hasil sesuai dengan kebutuhan
pengujian (tes), dan yang dilakukan oleh
seleksi atas dasar bidang keperawatan belum
kepribadian. dilakukan.
c. Membuat penawaran
kerja
3 Proses Orientasi dan
penempatan
4 Pengembangan & retensi
5 Pelaksanaan jenjang karir
sesuai dengan PMK no. 40/
2017: Mapping
Assesmen kompetensi
Kredensial (komite)
Penugasan klinik (direktur
rs) penugasan kerja
sesuai area praktik
6 Ada CPD: gap kompetensi,
kenaikan jenjang
Kepuasan Kerja Kepuasan adalah persepsi Di tahun 2018 belum
Perawat terhadap produk atau jasa yang dilakukan evaluasi
telah memenuhi harapannya. kepuasan kerja perawat di
Kepuasan didasarkan pada poliklinik.
faktor-faktor motivasi, yang
meliputi:
a. keinginan untuk
peningkatan
b. percaya bahwa gaji yang
didapatkan sudah
mencukupi
c. memiliki kemampuan
pengetahuan,
38
keterampilan, dan
nilai-nilai yang diperlukan
d. umpan balik
e. kesempatan untuk
mencoba
f. instrumen penampilan
untuk promosi, kerja sama,
dan peningkatan
penghasilan.
Selain hal diatas, kepuasan juga
dipengaruhi faktor lingkungan
dan atasan maupun rekan kerja
4 IPCP (Inter 1. Care Pathway tersedia Dalam proses pelaksanaan Tidak
Professional 2. Pengelolaan pasien secara kolaborasi inter optimalnya
Colaoration tim profesional di poliklinik hubungan
Practice) 3. Diskusi interprofesional RSUD DR. Slamet belum antar profesi
berkala optimal yang ditandai dalam
4. Dokumentasi asuhan dengan hasil observasi pemberian
teruntegrasi perawat hanya asuhan kepada
5. Komunikasi antar profesi menjalankan instruksi dan pasien
secara efektif dan asertif delegasi dari profesi lain
(dokter). Metode
komunikasi yang
digunakan antar profesi
menggunakan SBAR
(Situation, Background,
Assesment,
Recomendation) dan
TBaK (Tulis, Baca,
Konfirmasi) belum
berjalan optimal,dalam
CPPT (Catatan
Perkembangan Pasien
Terintegrasi) dibedakan
dengan warna untuk
penulisan masing –
masing profesi pemberi
asuhan.
5 Perawatan Perubahan kultur: Kepala ruangan di klinik
39
berpusat pada 1. Respect: Keunikan, kurang paham mengenai
pasien/ patient nilai-nilai, pilihan, otonomi konsep PCC, sehingga di
centered care 2. Choice and empowerment: poliklinik belum
Hak dan tanggung jawab menerapkan konsep
pasien untuk berpartisipasi tersebut.
NO ITEM IDEAL
dan diberdayakan AKTUAL Masalah
3. Patient involvement:
Pelibatan dan keterlibatan
pasien dan keluarga
4. Access and support:
Kemudahan akses
pelayanan dan bantuan
5. Informasi: Komunikasi,
informasi dan edukasi.
6 Riset klinik dan a. Ada hasil penelitian Belum ada perawat di Terhambatnya
pelayanan perawat klinik yang melakukan pembaruan
penelitian kecuali bila
berbasis bukti b. Ada Kebijakan riset sedang menjalani keilmuan
ilmiah c. Ada pengembangan pendidikan formal. dalam
Penelitian sementara
pengetahuan/ model/ teknis keperawatan
didapatkan dari
pelayanan. mahasiswa yang
melakukan penelitian di
RSUD dr. Slamet. Tidak
ada SPO dan pedoman
untuk penelitian perawat.
Tidak ada alokasi dana
untuk penelitian perawat
atau profesi lain.
7 Pengelolaan Paper based/ Electronic data Untuk informasi klinis Tidak
informasi klinis based: belum mengggunakan optimalnya
kompeterisasi. Selama ini
a. Dokumentasi askep komputer untuk data entri penggunaan
elektronik tersedia pasien yang dilakukan sistem
pemeriksan di komputer
b. Komunikasi/ informasi informasi
administrasi poliklinik.
c. Edukasi Komputer digunakan berbasis
d. Riset untuk pelayanan Electronic
administrasi saja, dan
belum terintegrasi dengan data based
proses asuhan
keperawatan.
40
1 Manajemen Resiko
Resiko dan Ketidakselamatan
Patient Safety pasien
e. Ketepatan Tersedia Panduan Ketepatan Tedapat SPO
Identifikasi identifikasi pasien dan SPO pemasangan gelang
pasien pemasangan gelang identitas identitas pasien. Saat ini
pasien. Pemasangan gelang pasien di ruang rawat
identitas dan stiker pasien inap tidak terpasang
100%.Sebelum melakukan gelang identitas pasien,
tindakan perawatan menanyakan kecuali ruang
minimal 2 identitas pasien yaitu: perinatologi dikarenakan
nama, umur dan atau tanggal keterbatasan dana dalam
lahir dilengkapi dengan pengadaannya. Sebelum
mencocokan nomor rekam medis dilakukan tindakan,
pada gelang pasien dengan perawat tidak selalu
nomor rekam medis yang melakukan identifikasi
terdapat di status pasien. pasien, sesekali hanya
menyebutkan nama
pasien saja, nomor
rekam medis dan
tanggal lahir pasien
tidak disebutkan.Selain
itu identifikasi pasien di
status pasien masih
menggunakan tulisan
manual belum dengan
sistem labeling.
f. Manajemen Tersedia SPO pengkajian resiko SPO pengkajian resiko
Risiko Jatuh jatuh. Fasilitas memadai dan jatuh sudah disediakan
dalam kondisi baik untuk side di ruangan. Fasilititas
rail tempat tidur.Stiker pasien penunjang untuk
resiko jatuh memadai, format mencegah pasien jatuh
pengkajian resiko pasien jatuh yang ada saat ini
terisi lengkap. diantaranya side rail
Pelaksanaan asesmen risiko dan tempat tidur berfungsi
langkah pencegahan jatuh serta baik,tersedia format
Insiden pasien jatuh selama pengkajian resiko pasien
perawatan rawat inap 0% jatuh, tidak ada stiker
1. Perawat melakukan skrining dan tanda atau symbol
41
resiko jatuh dengan skala segitiga kuning untuk
morse (dewasa) dan skala pasien resiko jatuh. Jika
humpty dumpty (anak). ada kejadian insiden
2. Perawat memasang stiker (KNC, KTC, KTD) di
kuning (resiko jatuh) pada ruangan perawat akan
gelang identitas pasen lapor ke kepala ruangan,
dengan resiko jatuh tinggi. lalu disampaikan ke tim
3. Perawat mengawasi pasien KPRS untuk
dengan hasil skoring resiko ditindaklanjuti. Kepala
jatuh ruangan mengisi laporan
4. Perawat melakukan asesmen di form, membuat
ulang secara berkala pada kronologis.Setelah
pasen beresiko jatuh rendah menerima pelaporan,
dan sedang setiap 24 jam, tim KPRSakan
sedangkan resiko jatuh melakukan
tinggi setiap 8 jam/ setiap gradinguntuk
shift. menentukan langkah
5. Perawat mengawasi selanjutnya. Saat
perubahan dilakukan observasi
pengobatan/tindakan pada masih cukup banyak
pasien seperti pasca operasi, formulir pengkajiann
transfuse darah atau bila resiko jatuh yang belum
pasien jatuh KTD. di isi oleh perawat.
6. Perawat memastikan pasien Pasien dengan rsiko
resiko jatuh rendah dan jatuh sedang sampai
tinggi dalam keadaan aman. berat juga tidak
Untuk ruang rawat inap ada dilakukan penambahan
penunggu pasien untuk stiker atau tanda
memanggil perawat Segitiga kuning.
7. Perawat Berdasarkan wawancara
mendokumentasikan dalam dengan beberapa kepala
status rekam medis pasien ruangrawat inapbahwa
dengan membubuhan nama asesmen resiko jatuh
jelas dan tanda tangan. dilaksanakan oleh
8. DPJP memverifikasi hasil perawat menggunakan
asesmen perawat. formulir pengkajian
yang tersedia. Hasil
observasi, perawat
penanggung jawab
42
pasien masih belum
seluruhnya
memanfaatkan fasilitas
yang ada untuk
pencegahan terjadinya
jatuh dikarenakan
jumlah yang kurang
memadai dan fungsi
pengawasan terhadap
hasil skoring resiko
belum optimal,
disamping itu terkadang
asesmen tidak segera
dilakukan oleh perawat
saat pasien baru masuk.
Side rail sering tidak
terpasang pada pasien
yang memiliki resiko
jatuh.
Selama melakukan
observervasi, tidak
ditemukan adanya
pasien jatuh, namun
beberapa kali melihat
dan menemukan pasien
dengan resiko jatuh
justru melakukan
mobilisasi turun dari
tempat tidur sendiri atau
hanya didampingi
keluarga, tanpa perawat.
Perawat tidak
melakukan pengkajian
ulang terhadap pasien
dengan resiko jatuh
sedang – berat.
43
g. Peningkatan 1005 Verbal order (SBAR) dan Penggunaan teknik
komunikasi TBAK ditandatagani dokter komunikasi SBAR dan
efektif dalam waktu 24 jam. Setiap TBAK belum berjalan
konsul melaui telepon oleh optimal. Pencatatan
perawat kepada dokter jaga komunikasi baik lisan
ruangan atau DPJP maupun lewat telepon di
Secara lisan dan telepon catatatan terintegrasi
dituliskan secara lengkap, belum menggunakan
dibacakan kembali secara tehnik SBAR dan
lengkap dan dikonfirmasi TBAK.Ada beberpa
kembali (TBaK). (supervisi perawat yang
dokumentasi oleh karu per bulan) menyatakan bahwa ia
masih belum paham
tentang konten yang
disampaikan dalam
komunikasi SBAR.
h. Peningkatan Kepatuhan pelabelan dan Belum semua obat
keamanan obat penyimpanan KCL 7.45% dengan kosentrat tinggi
yang perlu injection dan NaCl 3% infus di di beri label, obat
diwaspadai dan ruang rawat 100%. Sentinel tersimpan di trolley
tidak event dan adverse event: Tidak emergency, akan tetapi
terjadinya terjadi salah pasien, salah waktu trolley emergency tidak
kesalahan (terlambat pemberian obat, terkunci. Penggunaan
pemberian obat pemberian obat yang terlalu dan pengawasan obat –
cepat, obat stop tetap obatan masih kurang
dilanjutkan), salah cara optimal. Ada beberpa
pemberian/ route, salah dosis, trolley emergency yang
salah obat, salah dokumentasi. tidak sesuai dengan
fungsinya, di beberapa
ruang rawat inap trolley
emergency berisi
campuran sisa obat –
obatan pasien.
Selama obseversi
menemukan perawat
yang melakukan
tindakan pemberian obat
dengan injeksi kurang
memperhatikan prinsip 7
44
benar, yaitu benar
pasien, benar obat, benar
waktu pemberian, benar
dosis, benar Route
pemberian, benar
dokumentasi, dan benar
informasi. Sebagian
besar perawat hanya
mengkonfirmasi benar
pasien saja
pada tanggal 7
Novembert 2018, pukul
17.21 WIB terlihat
perawat dalam
menyiapkan obat injeksi
disatukan dalam 1 baki,
sehingga resiko untuk
KNC, KTC, KTD sangat
mungkin terjadi.
i. Pengurangan Kepatuhan perawat dalam Berdasarkan wawancara
risiko infeksi melakukan kebersihan tangan dengan beberpa kepala
terkait dengan metode enam langkah ruangan, perawat belum
pelayanan dan lima momen. Ketaatan cuci seluruhnya patuh dalam
kesehatan tangan: 5 momen = 100%. 6 melakukan cuci tangan,
langkah benar = 100 %. terutama saat momen
Pencatatan dilakukan oleh IPCN sebelum melakukan
dan IPCLN. (survey5 hari/ bln kontak dengan pasien.
oleh Tim PPI RS). Hasil observasi tiga
6 Sebelum kontak dengan perawat masing-masing
pasien didapatkan tidak
7 Sebelum tindakan aseptic melakukan cuci tangan
8 Setelah beresiko kontak sebelum kontak
dengan cairan tubuh tindakan, baik itu
9 Setelah kontak dengan pasen menggunakan handrub
10 Setelah kontak dengan ataupun air: diantaranya
lingkungan pasen. pemberian obat via IV
line, mengganti cairan
infus, dan mengajarkan
pasien untuk mobilisasi.
45
Ada pula perawat
mencuci tangan tetapi
tidak sesuai dengan
enam langkah,.
Ditemukan juga fasilitas
botol handrub sering
habis sehingga
menghambat untuk
melakukan kebersihan
tangan.
46
selama observasi tidak
menemukan pasien yang
menggunakan kasur
pencegah decubitus.
2 Sistem Penjamin Resiko
Mutu pelayanan menurunnya mutu
keperawatan dan asuhan
Audit Klinik
b. Proses Hal – hal prosedur penerimaan Hasil wawancara dengan
(Pelayanan pasien baru: beberapa kepala ruang,
flow of care): 8. Perawat melakukan 6 SPO untuk penerimaan
Penerimaan langkah cuci tangan pasien masih dalam
9. Perawat mengucapkan salam proses revisi. Dari hasil
dan memperkenalkan diri observasi di ruang rawat
10. Perawat memastikan inap perawat dalam
identifikasi pasien sesuai penerimaan pasien baru,
rekam medik pasien didapatkan data sebagai
11. Menjelaskan maksud dan berikut:
tujuan penerimaan pasien 6. Adm di ruangan
baru: Agar pasien/ keluarga rawat inap
mendapat pelayanan yang menerima telepon
baik, cepat dan terarah untuk pemesanan
sesuai dengan kondisi pasien bed yang kosong
dan fasilitas yang ada, serta (waktu shft pagi,
mengetahui hak dan jika shift sore
kewajibannya selama perawat jaga yang
dirawat. langsung menerima
12. Menempatkan pasien di telepon)
kelas yang disepakati 7. Penerimaan pasien
13. Menyampaikan informasi baru di ruang rawat
kepada pasien dan keluarga inap
tentang: dikonfirmasikan
14. Hak dan kewajiban pasien lewat telepon
a. Petugas yang akan terlebih dahulu
merawat kepada adm
b. Catatan perkembangan ruangan, baik dari
kondisi pasien dan UGD maupun
rencana askep poliklinik melalui
c. Informasi tarif petugas AO, lalu
47
d. Informasi tata tertib di adm menanyakan
ruangan kepada perawat
e. Fasilitas kamar pasien, tentang kesiapan di
letak kamar mandi, ruangan. Jika sudah
ruang perawat dan siap, maka
fasilitas yang tersedia dipersilahkan ke
serta cara ruangan.
penggunaannya 8. Tempat tidur pasien
15. Melaporkan kepada DPJP baru disiapkan oleh
16. Melaksanakan Askep mulai perawat ruangan
dari pengkajian sampai atau mahasiswa
evaluasi praktik.
17. Melakukan 6 langkah cuci 9. Pasien di antar
tangan perawat dan atau
18. Mendokumentasikan hasil porter serta
tindakan penerimaan pasien keluarga dari IGD/
baru di rekam medik pasien. klinik / pindahan
dari ruangan lain,
berdasarkan level
kondisi pasien.
10. Perawat masih ada
yang tidak
melakukan 6
langkah cuci tangan
sebelum kontak
dengan pasien
11. Perawat dan atau
porter pengantar
menempatkan
pasien di kelas yang
disepakati, perawat
yang mengelola
menyusul ke tempat
yang dituju.
12. Perawat
mengucapkan salam
namun sering lupa
memperkenalkan
diri
48
13. Perawat
memastikan
identifikasi pasien
sesuai rekam medik
pasien (hanya
memanggil nama
pasien saja, pasien
tidak terpasang
gelang identitas)
14. Perawat tidak
menjelaskan
maksud dan tujuan
penerimaan pasien
baru
15. Perawat tidak
menginformasikan
Petugas yang akan
merawat dan dokter
DPJP, jadwal visit
DPJP dan rencana
obat yang diberikan.
16. Perawat jarang
menyampaikan
informasi kepada
pasien dan keluarga
tentang Hak dan
kewajiban pasien,
catatan
perkembangan
kondisi pasien dan
rencana askep,
informasi tarif,
informasi tata tertib
di ruangan dan
fasilitas kamar
pasien, letak kamar
mandi, ruang
perawat dan
fasilitas yang
49
tersedia serta cara
penggunaannya
17. Perawat tidak
langsung
melaporkan kepada
DPJP setelah pasien
masuk ruangan.
18. Perawat jarang
melakukan
pengkajian pasien
baru.
19. Perawat tidak
melakukan edukasi
6 langkah cuci
tangan kepada
pasien dan keluarga.
20. Perawat jarang
mendokumentasika
n hasil tindakan
penerimaan pasien
baru di rekam
medik pasien.
b. Proses Berikut indikator pengelolaan Berdasarkan observasi
(Pelayanan pasien berdasarkan tingkat selama 6 hari di ruang
flow of care): ketergantungan (Susilaningsih, rawat inap pasien,
Pengelolaan dkk; 2008): didapatkan data sebagai
pasien Selama dalam perawatan, berikut:
Apabila pasien berada dalam Untuk tingkat
tingkat ketergantungan ringan: ketergantungan ringan:
1. Pasien mandi sendiri, 1. 5% kualitas
fasilitas/ peralatan mandi pelayanan kurang
disiapkan petugas, kecuali baik
50
eliminasinya sendiri,dan pelayanan pasien dengan
tingkat ketergantungan
didampingi/ dibantu
ringan adalah:
petugas pada kondisi
1. 77% Pasien tidak
tertentu
difasilitasi untuk
4. Pasien mendapatkan menjalankan ibadah
52
pemberian
/aktifitas
pendampingan
psiko-emosi-spiritual
apabila membutuhkan
kebutuhan
12 Proses pemenuhan
kebutuhan dasar pasien
dilayani oleh perawat yang
kompeten, apabila
dilakukan oleh praktikan
atau perawat yang masih
dalam fase orientasi perlu
didampingi oleh
pembimbing atau
53
penanggung jawab
55
menyeleksi kandidat: keperawatan melalui
seleksi terhadap kasie Asuhan
persyaratan KeperawatanRekruitmen
administratif, seleksi dan seleksi dilakukan di
berdasarkan hasil bagian bidang. Magang
pengujian (tes), dan dilaksanakan di 4 besar
seleksi atas dasar unit perawatan
kepribadian. (maternitas, bedah,
f. Membuat penawaran dalam, anak). Idealnya
kerja satu tahun, namun
9 Proses Orientasi dan karena terlalu lama dan
penempatan keperluan sesuai
10 Pengembangan & retensi kebutuhan, maka tiga
11 Pelaksanaan jenjang karir bulan sudah cukup.
sesuai dengan PMK no. 40/ Setelah itu dilakukan
2017: Mapping Assesmen asesmen kompetensi di
kompetensi Kredensial bidang keperawatan (uji
(komite) Penugasan tulis, wawancara),
klinik (direktur rs) kredensial di komite
penugasan kerja sesuai area (Tim komite akan
praktik dilakukan review oleh
Ada CPD: gap kompetensi, asesor), nantinya akan
kenaikan jenjang mendapatkan sertifikat
asesmen kompentensi.
Proses kredensial masih
berjalan, baru
menyelesaiakn Pra PK
menuju ke PK 1. Setelah
dapat penugasan
klinisnya, kemudian
dilakukan penempatan
oleh bidang sesuai
kebutuhan.
Mapping PK oleh
bidang keperawatan
dengan
mempertimbangkan
pendidikan, masa kerja,
belum berdasarkan PMK
56
No. 40 Tahun 2017.
Pengembangan CPD
sesuai dengan kebutuhan
yang dilakukan oleh
bidang keperawatan,
belum berdasarkan gap
kompetensi oleh
masing – masing
perawat.
b. Metode Prinsip metode penugasan tim: Metode penugasan
Penugasan 1. Suatu model asuhan yang perawat di ruang rawat
dan Timbang dilaksanakan oleh suatu tim inap menurut
terima terhadap satu atau wawancara dengan
sekelompok klien/pasien kepala ruangan, ka. Tim
2. Tim dipimpin oleh seorang dan perawat pelaksana
perawat yang secara klinis adalah metode tim.
kompeten, mempunyai Berdasarkan wawancara
kemampuan yang baik Karu: Metode tim di
dalam komunikasi, ruang rawat inap untuk
mengorganisasi, dan pembagian pasien
memimpin didasarkan Jumlah
3. Dalam model ini, tim dapat pasien dan belum
terdiri dari pelaksana asuhan memperhitungkan
dengan level kemampuan tingkat ketergantungan
yang berbeda tetapi semua pasien. Pada saat
aktifitas tim harus pembagian pasien,
terkoordinasi secara baik bantuan dari satu tim
4. Dalam proses asuhan, diberikan tidak seperti
dibutuhkan kesinambungan yang pegang pasiennya.
antar tim untuk setiap shift Agak merepotkan jika
dinas (Pagi – Sore – ada perawat yang
Malam). Dokumentasi mendapatkan jumlah
akurat, timbang terima total care agak banyak.
berbasis pasien Pada saat pembagian
5. Semua anggota tim harus kondisi minimal care
paham terhadap atau parsial care, kondisi
permasalahan klien – pasien bisa berubah total
intervensi dan dampaknya – care, bantuan tim tidak
karenanya dibutuhkan case maksimal. Pemahaman
57
conference secara periodik metode tim oleh perawat
dan berkesinambungan di rawat inap masih
Timbang Terima Pasen (Hand bervariatif persepsinya
Over): baik dari aspek
1. Persiapan alat: Alat Tulis, pengertian, cara dan
Rekam medic pasen peran katim. Selama
2. Persiapan perawat: ini ketua tim juga
Semua perawat jaga dalam memegang pasien yang
keadaan siap dengan berbeda dengan anggota
memakai seragam lengkap tim nya, sehingga tidak
berkumpul di Nurse Station. muncul kordinasi antara
3. Pelaksanaan: ketua tim dan anggota
a. Karu/ PP/ Katim/ tim, selain itu
Perawat senior perencanaan dibuat oleh
memimpin operan masing-masing perawat
b. PP/ Katim/ Perawat penanggungjawab
senior menyampaikan pasien.
laporan kegiatan shift Belum ada
sebelumnya, meliputi; kesinambungan
jumlah pasen, pasen informasi antara ketua
yang memerlukan tim dan anggota tim.
pegawasan/ konsultasi/ Pekerjaan ketua tim dan
observasi ketat/ kondisi anggota tim belum
lainnya yang perlu sesuai tupoksi.
disampakan, serah Hasil observasi metode
terima dengan memakai penugasan:
status pasen. 1. Katim hanya
c. Perawt yang menerima berdianas pada
laporan melakukan shift pagi saja,
klaridfikasi dan Tanya untuk sore dan
jawab. malan ada ketua
d. Kepala ruangan shift. Katim dan
menerima laporan anggota tim yang
e. Membaca do’a bertugas atau
f. Karu melakukan bertanggung jawab
timbang terima pasen atas sejumlah
secara berkeliling sesuai pasien. Pembagian
timnya masing-msing pasien dibuat per
dengan cara: kamar.
58
1) Mengucapkan 2. Tugas-tugas
salam dilaksanakan
2) Mengidenfikasi kepada pasien
pasen kelolaannya
3) Perawat yang sendiri. Jika
selesai berdinas melakukan tugas
menyampaikan kepada pasien
akan pulang dan bukan kelolaan,
diganti dengan proses dan hasilnya
perawat shift dikomunikasikan
berikutnya pada penanggung
g. Perawat yang akan jawab pasien yang
berdinas menyapa bersangkutan.
pasen, memperkenalkan 3. Pada saat serah
diri, menyampaikan terima pasien antar
lamanya berdinas dan shift,
menganalisa keadaan masing-masing
umum serta perawat
lingkungannya. mengoperkan
h. Jika telah selesai operan kepada perawat
keliling, semua perawat yang bertanggung
kembali ke nurse jawab atas pasien
station, perawat yang yang sama dengan
akan berdinas masuk ke perawat tersebut
kelompok timnya pada shift
masing-masing dan berikutnya, sesuai
yang selesai bedinas dengan tim nya, hal
pulang ini jarang
i. Karu/ PP/ Katim/ dilakukan.
Perawat senior yang 4. Pada saat serah
berdinas mengecek terima pasien (hal
buku komunikasi ini masih jarang
dilakukan) yang
dilaporkan adalah
diagnosa medik,
terapi medik dan
pemeriksaan
penunjang. Untuk
aspek keperawatan
59
hanya yang bersifat
kolaborasi. Namun
kepala ruangan
selalu menekankan
untuk
menyampaikan
kondisi pasien
berdasarkan
persepsi
keperawatan.
Masih ada
beberapa perawat
yang masih
kebingungan
menyampaikan
informasi secara
SBAR.
5. Pada saat serah
terima tidak
dilakukan di Nurse
station (jarang
dilakukan,
langsung ke kamar
pasien)
menggunakan
status pasien,
hanya
menggunakan buku
komunikasi,
sehingga
ditemukan
dokumentasi yang
tidak lengkap pada
shift sebelumnya
6. Apabila pada saat
timbang terima
perawat yang dinas
pada shift tersebut
belum lengkap atau
60
sudah ada yang
pulang maka perlu
dibuat kesepakatan
bahwa perawat
yang ada
bertanggung jawab
atas pasien yang
dikelola rekannya.
7. Masing-masing
perawat
bertanggung jawab
mengisi
dokumentasi atau
laporan kondisi
pasien, catatan
perawatan, rencana
perawatan yang
sudah dan akan
dilaksanakan pada
shift berikutnya
(jarang dilakukan).
8. Dalam proses
asuhan,
kesinambungan
antar tim untuk
setiap shift dinas
(Pagi – Sore –
Malam) belum
optimal.
9. Dokumentasi
kurang akurat.
c. Penjadwalan Jadwal dinas adalah suatu 1. Setiap akhir bulan
Shift batasan waktu untuk mengatur kepala ruangan
jam kerja dalam melaksanakan mendiskusikan
setiap hari.. dengan stafnya
Pengaturan jadwal dinas untuk penyusunan
merupakan tanggung jawab jadwal dinas. Sudah
kepala ruangan atau ketua tim, di infokan di akhir
namun lebih diutamakan adalah dinas, untuk
61
kepala ruangan karena lebih menulis permintaan
mengetahui tingkat kesibukan dinas.
ruangan dan karakteristik 2. Kepala ruangan
stafnya. Prinsip penjadwalan mempertimbangkan
yang perlu diperhatikan adalah: stafnya yang
keadilan dalam menetapkan mungkin harus
jadwal diacu dari kondisi pasien bergilir dinas.
dan kondisi perawat; manajer Pertimbangan
yang membuat jadwal dianjurkan jadwal berupa
telah mengetahui kondisi pasien perawat yang cuti,
dan aktivitas harian; jadwal harus dan permintaan
diketahui oleh seluruh staf’’ libur.
jadwal harus mempertimbangkan 3. Kepala ruangan
penetapan hari libur dan cuti; membuat jadwal
penjadwalan harus dinas dengan
mempertimbangkan tugas lain menempatkan
diluar memberikan asuhan Ketua tim di shift
keperawatan, seperti tugas dalam pagi, dan ketua shift
pendidikan berkelanjutan, pada shift sore dan
pengembangan staf dalam malam.
seminar, pelatihan, rapat, dan 4. Setelah jadwal
kepanitiaan; penjadwalan harus dibuat ditanda
memprediksi adanya kondisi tangani oleh kepala
tidak terduga seperti sakit dan ruangan yang
ketidakhadiran; penjadwalan bersangkutan,
juga harus menyiapkan alternatif kepala instalasi
solusi jika terjadi Rawat inap dan
ketidakseimbangan tenaga Kepala bidang
keperawatan dengan jumlah dan keperawatan
kualitas pasien. 5. Setelah jadwal dinas
ditandatangani di
simpan di file
jadwal dinas
ruangan.
6. Pengaturan shift
masih agak sulit.
Karena ada
beberapa perawat
yang sedang ijin
62
belajar, dan tugas –
tugas mendadak
yang lainnya seperti
seminar atau
pelatihan sehingga
mengganggu proses
dinas.
63
10. Komunikasi antar profesi hanya menjalankan
secara efektif dan asertif instruksi dan delegasi
dari profesi lain
(dokter). Metode
komunikasi yang
digunakan antar profesi
menggunakan SBAR
(Situation, Background,
Assesment,
Recomendation) dan
TBaK (Tulis, Baca,
Konfirmasi) belum
berjalan optimal, dalam
CPPT (Catatan
Perkembangan Pasien
Terintegrasi) dibedakan
dengan warna untuk
penulisan masing –
masing profesi pemberi
asuhan. Asuhan
profesional adalah lintas
profesi, baik dokter,
perawat, lab, apoteker,
gizi.Namun dalam
pelaksanaan di runag
rawat inap, yang paling
sering berinteraksi
hanyalah
perawat-dokter,
sementara profesi lain
belum terlalu
terlihat.Tersediaformulir
CPPT, SBAR, TBaK,
ada telepon ruangan, cap
SBAR, rincian tupoksi,
clinical pathwaydi
beberapa ruang rawat
inap.
5 Perawatan Perubahan kultur: Beberapa kepala
6. Respect: Keunikan, nilai-nilai,
64
berpusat pada pilihan, otonomi ruangan kurang paham
7. Choice and empowerment:
pasien/ patient mengenai konsep PCC,
Hak dan tanggung jawab
centered care pasien untuk berpartisipasi sehingga konsep PCC
dan diberdayakan
belum optimal dalam
8. Patient involvement: Pelibatan
dan keterlibatan pasien dan penerapannya.
keluarga
Berdasarkan observasi,
9. Access and support:
Kemudahan akses pelayanan secara tidak langsung
dan bantuan
konsep PCC sudah dapat
10. Informasi: Komunikasi,
informasi dan edukasi. berjalan walaupun tidak
sistematis, seperti
memberdayakan dan
meminta keluarga
pasien ikut berpartisipasi
dalam pemberian
asuhan, serta terdapat
edukasi yang diberikan
oleh perawat kepada
pasien dan keluarga.
6 Riset klinik dan d. Ada hasil penelitian perawat Belum ada perawat yang Terhambatnya
e. Ada Kebijakan riset
pelayanan melakukan penelitian pembaruan
f. Ada pengembangan
berbasis bukti pengetahuan/ model/ teknis kecuali bila sedang keilmuan dalam
pelayanan.
ilmiah menjalani pendidikan keperawatan
formal. Penelitian
sementara didapatkan
dari mahasiswa yang
melakukan penelitian di
RSUD dr. Slamet Tidak
ada SPO dan pedoman
untuk penelitian
perawat, SPO dan
pedoman penelitian
dibuat untuk mahasiwa
yang melakukan
penelitian di RSUD dr.
Slamet. Tidak ada
alokasi dana untuk
penelitian perawat atau
profesi lain di RSUD
DR. Slamet
65
7 Pengelolaan Paper based/ Electronic data Untuk informasi klinis Tidak optimalnya
informasi klinis based: mengggunakan penggunaan sistem
kompeterisasi untuk data
NO ITEM e. Dokumentasi
IDEAL askep base AKTUAL
pasien masuk dan informasi
Masalahberbasis
elektronik tersedia keluar yang dilakukan Electronic
1 Manajemen Resiko data
oleh administrasi di
Resiko dan f. Komunikasi/ informasi based
ruang rawat inap. Ketidakselamatan
Patient Safety g. Edukasi Selama ini komputer pasien
h. Riset untuk data semua
bergabung di komputer
l. Ketepatan administrasi.
Tersedia Panduan Ketepatan Tedapat Komputer
SPO pemasangan
digunakan untuk
Identifikasi identifikasi pasien dan SPO gelang identitas pasien. Saat
pelayanan administrasi
pasien pemasangan gelang identitas ini saja,
pasien didanIGD belum
tidak
terintegrasi
pasien. Pemasangan gelang terpasang dengan
gelang identitas
proses asuhan
dan stiker pasien 100%: pasien, keperawatan.dikarenakan
menanyakan minimal 2 keterbatasan dana dalam
identitas: nama, umur dan pengadaannya.sebelum
atau tanggal lahir dilengkapi dilakukan tindakan, perawat
nomor rekam medis, selalu melakukan
mencocokkan sebelum identifikasi pasien dengan
melakukan tindakan menyebutkan nama pasien
keperawatan. saja, nomor rekam medis
dan tanggal lahir pasien
tidak disebutkan.Selain itu
identifikasi pasien di status
pasien masih menggunakan
tulisan manual belum
dengan sistem labeling.
m. Manajemen Tersedia Panduan resiko SPO pengkajian resiko jatuh
Resiko Pasien jatuh, SPO pengkajian resiko sudah disediakan di
D. HASIL KAJIAN IGD
66
Jatuh jatuh. Fasilitas memadai dan ruangan. Fasilititas
dalam kondisi baik untuk penunjang untuk mencegah
side rail tempat tidur.Stiker pasien jatuh yang ada saat
pasien resiko jatuh memadai, ini diantaranya side rail
format pengkajian resiko tempat tidur berfungsi
pasien jatuh terisi lengkap. baik,tersedia format
Pelaksanaan asesmen risiko pengkajian resiko pasien
dan langkah pencegahan jatuh. Jika ada kejadian
jatuh. Insiden pasien jatuh insiden (KNC, KTC, KTD)
selama perawatan rawat inap di ruangan perawat akan
0% lapor ke kepala ruangan,
9. Perawat melakukan lalu disampaikan ke tim
skrining resiko jatuh KPRS untuk ditindaklanjuti.
dengan skala morse Kepala ruangan mengisi
(dewasa) dan skala laporan di form, membuat
humpty dumpty (anak). kronologis.Setelah
10. Perawat memasang menerima pelaporan, tim
stiker kuning (resiko KPRSakan melakukan
jatuh) pada gelang gradinguntuk menentukan
identitas pasen dengan langkah selanjutnya. Saat
reiko jatuh tinggi. dilakukan observasi masih
11. Perawat mengawasi cukup banyak formulir
pasien dengan hasil pengkajiann resiko jatuh
skoring resiko jatuh yang belum di isi oleh
12. Perawat melakukan perawat yang sedang
asesmen ulang secara berjaga pada saat itu. Pasien
berkala pada pasen dengan rsiko jatuh sedang
beresiko jatuh rendah sampai berat juga tidak
dan sedang setiap 24 dilakukan penambahan
jam, sedangkan resiko stiker atau tanda Segitiga
jatuh tinggi setiap 8 jam/ kuning.
setiap shift. Berdasarkan wawancara
13. Perawat mengawasi kepala ruangan Asesmen
perubahan resiko jatuh dilaksanakan
pengobatan/tindakan oleh perawat menggunakan
pada pasien seperti pasca formulir pengkajian resiko
operasi, transfuse darah jatuh. Hasil observasi,
atau bila pasien jatuh perawat penanggung jawab
KTD. pasien masih belum
67
14. Perawat memastikan seluruhnya memanfaatkan
pasien resiko jatuh fasilitas yang ada untuk
rendah dan tinggi dalam pencegahan terjadinya jatuh
keadaan aman. Untuk dikarenakan jumlah yang
ruang E2 ada penunggu kurang memadai dan fungsi
pasien untuk memanggil pengawasan terhadap hasil
perawat skoring resiko belum
15. Perawat optimal, disamping itu
mendokumentasikan terkadang asesmen tidak
dalam status rekam segera dilakukan oleh
medis pasien dengan perawat saat pasien baru
membubuhan nama jelas masuk. Side rail sering
dan tanda tangan. tidak terpasang pada pasien
16. DPJP memverifikasi yang memiliki resiko jatuh.
hasil asesmen perawat. Di ruangan observasi pasien
bayi dan anak sementara
masih menggunakan tempat
tidur dewasa yang
ukurannya kurang tepat,
sehingga beresiko untuk
jatuh. Selama observer
melakukan shadowing,
tidak ditemukan adanya
pasien jatuh, namun
beberapa kali melihat dan
menemukan pasien dengan
resiko jatuh justru
melakukan mobilisasi turun
dari tempat tidur sendiri
atau hanya didampingi
keluarga, tanpa perawat.
n. Peningkatan Teknik komunikasi SBAR Penggunaan teknik
komunikasi dan TBAK ditandatangani komunikasi SBAR dan
efektif oleh dokter penanggung TBAK belum berjalan
jawab dalam 24 jam 100%: optimal. Pencatatan
setiap konsul melaui telepon komunikasi baik lisan
oleh dokter jaga ruangan maupun lewat telepon di
kepada DPJP, secara lisan catatatan terintegrasi belum
dan telepon dituliskan secara menggunakan tehnik SBAR
68
lengkap, dibacakan kembali dan TBAK.
secara lengkap dan
dikonfirmasi kembali
(TBaK). (supervisi
dokumentasi oleh karu per
bulan)
o. Peningkatan Kepatuhan pelabelan dan Belum semua obat dengan
keamanan obat penyimpanan obat dengan kosentrat tinggi di beri
yang perlu konsentrat tinggi seperti KCL label, obat tersimpan di
diwaspadai dan 7.45% injection dan NaCl 3% trolley emergency, akan
tidak infus di ruang rawat 100%. tetapi trolley emergency
terjadinya Sentinel event dan adverse tidak terkunci. Penggunaan
kesalahan event: Tidak terjadi salah dan pengawasan obat –
pemberian obat pasien, salah waktu obatan masih kurang
(terlambat pemberian obat, optimal.
pemberian obat yang terlalu Selama obseversi
cepat, obat stop tetap menemukan perawat yang
dilanjutkan), salah cara melakukan tindakan
pemberian/ route, salah dosis, pemberian obat dengan
salah obat, salah injeksi kurang
dokumentasi. memperhatikan prinsip 7
benar, yaitu benar pasien,
benar obat, benar waktu
pemberian, benar dosis,
benar Route pemberian,
benar dokumentasi, dan
benar informasi. Sebagian
besar perawat hanya
mengkonfirmasi benar
pasien saja.
p. Pengurangan Kepatuhan perawat dalam Berdasarkan wawancara
risiko infeksi melakukan kebersihan tangan kepala ruangan, perawat
terkait dengan metode enam langkah belum seluruhnya patuh
pelayanan dan lima momen. Ketaatan dalam melakukan cuci
kesehatan cuci tangan: 5 momen = tangan, terutama saat
100%. 6 langkah benar = 100 momen sebelum melakukan
%. Pencatatan dilakukan oleh kontak dengan pasien. Hasil
IPCN dan IPCLN. observasi lima perawat
11 Sebelum kontak dengan masing-masing didapatkan
69
pasien tidak melakukan cuci
12 Sebelum tindakan tangan sebelum kontak
aseptic tindakan, baik itu
13 Setelah kontak dengan menggunakan handrub
cairan tubuh ataupun air: diantaranya
14 Setelah kontak dengan pemberian obat via IV line,
pasen mengajarkan pasien untuk
15 Setelah kontak dengan bladder training, dan
lingkungan pasen. mengajarkan pasien untuk
mobilisasi. Ada pula
perawat mencuci tangan
enam langkah, namun
dilakukan dengan cepat atau
sesuai waktu yang benar.
Ditemukan juga, fasilitas
botol handrub sering habis
sehingga menghambat
untuk melakukan
kebersihan tangan.
2 Sistem Penjamin Resiko
Mutu pelayanan menurunnya mutu
keperawatan dan asuhan
Audit Klinik
c. Proses Berdasarkan alur penerimaan Dari hasil observasi dalam
(Pelayanan pasien di IGD RSUD dr. penerimaan pasien baru,
flow of care): Slamet berikut ini didapatkan data sebagai
Penerimaan adalahprosedur penerimaan berikut:
pasien baru di IGD: 21. Perawat IGD
19. Pasien datang dilakukan melakukan triase,
triase dan pendaftaran. kemudian menyarankan
20. Setelah dilakukan triase keluarga pasien untuk
pasien mendapatkan mendaftar diloket
pemeriksaan awal oleh pendaftaran pasien IGD
dokter jaga ruangan. 22. Setelah dilakukan
21. Hasil dari pemeriksaan triase, pasien
awal oleh dokter jaga dipindahkan keruangan
ruangan menentukan sesuai hasil dari triase
apakah pasien: tersebut.
a. Meninggal 23. Ada 5 macam triase di
70
b. Boleh Pulang IGD RSUD dr. Slamet,
c. Di rawat yaitu
d. Di rujuk a. ATS 1; Resusitasi
e. Dilakukan tindakan b. ATS 2; Observasi
operasi c. ATS 3 dan ATS 4;
Bedah, Non bedah,
Isolasi, dan Ponek.
d. ATS 5
24. Dokter jaga ruangan
melakukan
pemeriksaan pasien.
25. Jika
diperlukanpemeriksaan
penunjang dokter jaga
akan menulir di
formulir jenis
pemeriksaan penunjang
yang diperlukan.
26. Pasien dilakukan
pemeriksaan penunjang
dengan didampingi oleh
perawat dan atau porter
serta keluarga
tergantung dari level
kondisi pasien.
27. Kemudian dokter jaga
menentukan kelanjutan
status kesehatan pasien,
apakah:
a. Boleh Pulang
c. Di rawat
d. Di rujuk
e. Dilakukan tindakan
operasi.
b. Proses Berikut indikator pengelolaan Berdasarkan observasi pada
(Pelayanan pasien berdasarkan tingkat pasien di IGD, didapatkan
flow of care): ketergantungan data sebagai berikut:
Pengelolaan (Susilaningsih, dkk; 2008): tingkat ketergantungan
pasien Selama dalam perawatan, ringan (5 pasien):
71
Apabila pasien berada dalam 4. Pasien mandi sendiri,
tingkat ketergantungan fasilitas/ peralatan
ringan: mandi disiapkan
9. Pasien mandi sendiri, petugas, kecuali
fasilitas/ peralatan kebutuhan personal:
mandi disiapkan (tidak dilakukan).
petugas, kecuali 5. Pasien makan sendiri,
72
bantuan,jawaban dilakukan)
10. Petugas tanggap
terhadap panggilan
terhadap permintaan
dipenuhi tidak lebih dari
bantuan, jawaban
lima menit
terhadap panggilan
16. Perawat dipenuhi tidak lebih
mendokumentasikan dari lima menit:
segala tindakan yang (dilakukan)
73
dipantau secara akurat menginginkan
dimandikan keluarga
diperbolehkan
18 Kebutuhan nutrisi dan
sepanjang tidak
cairan disediakan,pasien
beresiko terhadap
dibantu untuk makan
perburukan kondisi
dan minum baik secara
pasien : (tidak
parsial ataupun total
dilakukan)
19 Pasien dibantu saat 2. Terapi oksigen diberikan
menjalani fungsi apabila
eliminasi, apabila diperlukan,dilakukan
pasien menginginkan sesuai standar :
dibantu keluarga (dilakukan)
diperbolehkan
3 Terapi cairan diberikan
sepanjang tidak
sesuai kebutuhan, dan
beresiko terhadap
dipantau secara
perburukan kondisi
akurat : (dilakukan
pasien
tetapi pemantauan
20 Pasien dibantu saat kurang optimal)
proses mengkonsumsi 4 Kebutuhan nutrisi dan
obat oral untuk cairan
menjamin bahwa obat disediakan,pasien
yang dikonsumsi sesuai dibantu untuk makan
dengan dosis dan jadwal dan minum baik secara
istirahat dengan
kebutuhan
nyaman, a.l. dengan
25 Petugas tanggap
mengatur jadwal
terhadap permintaan
pemberian obat dan
bantuan, datang/
menjawab permintaan tindakan tidak
bantuan dalam kurun mengganggu waktu
waktu tidak lebih dari tidur pasien : (tidak
75
segala tindakan yang 12 Proses pemenuhan
dilakukan pada pasien, kebutuhan dasar pasien
serta respon dan dilayani oleh perawat
perkembangan yang kompeten,
kondisinya apabila dilakukan oleh
praktikan atau perawat
yang masih dalam fase
orientasi perlu
didampingi oleh
pembimbing atau
penanggung jawab :
(dilakukan)
13 Perawat membahas
temuan penting dengan
dokter penanggung
jawab untuk
penanganan
kolaboratif lebih
lanjut: (tidak
dilakukan)
14 Perawat
mendokumentasikan
segala tindakan yang
dilakukan pada pasien,
serta respon dan
perkembangan
kondisinya :
(dilakukan)
77
3 Staffing dan Resiko tidak
Pengembangan optimalnya
profesional pemberian asuhan
keperawatan
Perencanaantenaga 12 Ada pemetaan kebutuhan Berdasarkan wawancara
i. Mengidentifikasi dengan kepala ruang IGD
jabatan yang lowong jumlah SDM yang ada saat
j. Mencari informasi ini adalah 48 perawat, dari
jabatan melalui 48 perawat sebagian belum
analisis jabatan memiliki sertifikat pelatihan
k. Menentukan calon BCLS. Rata – rata perawat
yang tepat yang bertugas di IGD sudah
l. Memilih berada pada PK 2.
metode-metode Berdasarkan wawancara
rekrutmen yang Kepala bidang keperawatan
paling tepat melalui kasie Asuhan
13 Proses rekruitmen & KeperawatanRekruitmen
seleksi: dan seleksi dilakukan di
g. Memanggil calon bagian bidang. Magang
yang dianggap dilaksanakan di 4 besar unit
memenuhi perawatan(maternitas,
persyaratan jabatan bedah, dalam, anak).
h. Menyaring atau Idealnya satu tahun, namun
menyeleksi karena terlalu lama dan
kandidat: seleksi keperluan sesuai kebutuhan,
terhadap persyaratan maka tiga bulan sudah
administratif, seleksi cukup. Setelah itu dilakukan
berdasarkan hasil asesmen kompetensi di
pengujian (tes), dan bidang keperawatan (uji
seleksi atas dasar tulis, wawancara),
kepribadian. kredensial di komite (Tim
i. Membuat komite akan dilakukan
penawaran kerja review oleh asesor),
14 Proses Orientasi dan nantinya akan mendapatkan
penempatan sertifikat asesmen
15 Pengembangan & retensi kompentensi. Proses
16 Pelaksanaan jenjang kredensial masih berjalan,
karir sesuai dengan PMK baru menyelesaiakn Pra PK
no. 40/ 2017: Mapping menuju ke PK 1. Setelah
78
Assesmen kompetensi dapat penugasan klinisnya,
Kredensial (komite) kemudian dilakukan
Penugasan klinik penempatan oleh bidang
(direktur rs) sesuai kebutuhan.
penugasan kerja sesuai Mapping PK oleh bidang
area praktik keperawatan dengan
17 Ada CPD: gap mempertimbangkan
kompetensi, kenaikan pendidikan, masa kerja,
jenjang masih pembenahan sesuai
PMK 40 Tahun 2017.
Pengembangan CPD sesuai
dengan kebutuhan yang
dilakukan oleh bidang
keperawatan.
b. Metode Prinsip metode penugasan Metode penugasan perawat
Penugasan tim: di ruang IGD menurut
dan Timbang 6. Suatu model asuhan wawancara dengan kepala
terima yang dilaksanakan oleh ruangan, ka. Tim dan
suatu tim terhadap satu perawat pelaksana adalah
atau sekelompok metode tim.
klien/pasien Berdasarkan wawancara
7. Tim dipimpin oleh Karu: Metode tim di IGD
seorang perawat yang untuk pembagian pasien
secara klinis kompeten, didasarkan Jumlah pasien
mempunyai kemampuan dan tingkat
yang baik dalam kegawatdaruratan pasien.
komunikasi, Ada 5 ruangan dengan
mengorganisasi, dan pembagian jumlah perawat
memimpin yang berbeda – beda.
8. Dalam model ini, tim Pemahaman metode tim
dapat terdiri dari oleh perawat di IGD masih
pelaksana asuhan dengan bervariatif persepsinya baik
level kemampuan yang dari aspek pengertian, cara
berbeda tetapi semua dan peran katim.
aktifitas tim harus Tidak ada kesinambungan
terkoordinasi secara baik informasi antara ketua tim
9. Dalam proses asuhan, dan anggota tim. Pekerjaan
dibutuhkan ketua tim dan anggota tim
kesinambungan antar tim belum sesuai tupoksi.
79
untuk setiap shift dinas Hasil observasi metode
(Pagi – Sore – Malam). penugasan:
Dokumentasi akurat, 10. Katim hanya berdianas
timbang terima berbasis pada shift pagi saja,
pasien untuk sore dan malan
10. Semua anggota tim harus ada ketua shift.
paham terhadap Pembagian pasien
permasalahan klien – berdasarkan ruangan
intervensi dan masing- masing yang
dampaknya – karenanya ada di IGD.
dibutuhkan case 11. Tugas-tugas
conference secara dilaksanakan kepada
periodik dan pasien kelolaannya
berkesinambungan sendiri.
Timbang Terima Pasen 12. Pada saat serah terima
(Hand Over): pasien antar shift,
4. Persiapan alat: Alat masing-masing
Tulis, Rekam medic perawat mengoperkan
pasen kepada perawat yang
5. Persiapan perawat: bertanggung jawab
Semua perawat jaga atas pasien yang sama
dalam keadaan siap dengan perawat
dengan memakai tersebut pada shift
seragam lengkap berikutnya, sesuai
berkumpul di Nurse dengan tim nya.
Station. 13. Pada saat serah terima
6. Pelaksanaan: pasien yang dilaporkan
j. Karu memimpin adalah diagnosa
operan medik, terapi medik
k. Katim/ Perawat dan pemeriksaan
senior penunjang. Untuk apek
menyampaikan keperawatan hanya
laporan kegiatan yang bersifat
shift sebelumnya, kolaborasi.
meliputi; jumlah 14. Pada saat serah terima
pasen, pasen yang tidak dilakukan di
memerlukan Nurse station, tidak
pegawasan/ menggunakan status
konsultasi/ observasi pasien, hanya
80
ketat/ kondisi menggunakan buku
lainnya yang perlu komunikasi, sehingga
disampakan, serah ditemukan
terima dengan dokumentasi yang
memakai status tidak lengkap pada
pasen. shift sebelumnya
l. Perawat yang 15. Masing-masing
menerima laporan perawat bertanggung
melakukan jawab mengisi
klaridfikasi dan dokumentasi atau
Tanya jawab. laporan kondisi pasien,
m. Kepala ruangan catatan perawatan,
menerima laporan rencana perawatan
n. Membaca do’a yang sudah dan akan
o. Karu melakukan dilaksanakan pada shift
timbang terima berikutnya.
pasen secara 16. Dalam proses asuhan,
berkeliling sesuai kesinambungan antar
timnya tim untuk setiap shift
masing-msing dinas (Pagi – Sore –
dengan cara: Malam) belum
4) Mengucapkan optimal. Dokumentasi
salam kurang akurat.
5) Mengidenfikasi
pasen
6) Perawat yang
selesai berdinas
menyampaikan
akan pulang dan
diganti dengan
perawat shift
berikutnya
p. Perawat yang akan
berdinas menyapa
pasen,
memperkenalkan
diri, menyampaikan
lamanya berdinas
dan menganalisa
81
keadaan umum serta
lingkungannya.
q. Jika telah selesai
operan keliling,
semua perawat
kembali ke nurse
station, perawat
yang akan berdinas
masuk ke kelompok
timnya
masing-masing dan
yang selesai bedinas
pulang
r. Karu/ PP/ Katim/
Perawat senior yang
berdinas mengecek
buku komunikasi
c. Penjadwalan Jadwal dinas adalah suatu 7. Setiap akhir bulan
Shift batasan waktu untuk kepala ruangan
mengatur jam kerja dalam mendiskusikan dengan
melaksanakan setiap hari.. stafnya untuk
Pengaturan jadwal dinas penyusunan jadwal
merupakan tanggung jawab dinas. Sudah di infokan
kepala ruangan atau ketua di akhir dinas, untuk
tim, namun lebih diutamakan menulis permintaan
adalah kepala ruangan karena dinas.
lebih mengetahui tingkat 8. Kepala ruangan
kesibukan ruangan dan mempertimbangkan
karakteristik stafnya. Prinsip stafnya yang mungkin
penjadwalan yang perlu harus bergilir dinas.
diperhatikan adalah: keadilan Pertimbangan jadwal
dalam menetapkan jadwal berupa perawat yang
diacu dari kondisi pasien dan cuti, dan permintaan
kondisi perawat; manajer libur.
yang membuat jadwal 9. Setelah jadwal dibuat
dianjurkan telah mengetahui ditanda tangani oleh
kondisi pasien dan aktivitas kepala ruangan yang
harian; jadwal harus bersangkutan, kepala
diketahui oleh seluruh staf’’ instalasi Rawat inap
82
jadwal harus dan Kepala bidang
mempertimbangkan keperawatan
penetapan hari libur dan cuti; 10. Setelah jadwal dinas
penjadwalan harus ditandatangani di
mempertimbangkan tugas simpan di file jadwal
lain diluar memberikan dinas ruangan.
asuhan keperawatan, seperti 11. Pengaturan shift masih
tugas dalam pendidikan agak sulit.Sering terjadi
berkelanjutan, kegiatan yang
pengembangan staf dalam mendadak sepeti
seminar, pelatihan, rapat, dan seminar atau pelatihan
kepanitiaan; penjadwalan sehingga mengganggu
harus memprediksi adanya proses
kondisi tidak terduga seperti
sakit dan ketidakhadiran;
penjadwalan juga harus
menyiapkan alternatif solusi
jika terjadi
ketidakseimbangan tenaga
keperawatan dengan jumlah
dan kualitas pasien.
d. Kepuasan Kepuasan adalah persepsi Di tahun 2018 belum
Kerja Perawat terhadap produk atau jasa dilakukan evaluasi kepuasan
yang telah memenuhi kerja perawat di IGD.
harapannya. Kepuasan
didasarkan pada faktor-faktor
motivasi, yang meliputi:
a. keinginan untuk
peningkatan
b. percaya bahwa gaji
yang didapatkan sudah
mencukupi
c. memiliki kemampuan
pengetahuan,
keterampilan, dan
nilai-nilai yang
diperlukan
d. umpan balik
e. kesempatan untuk
83
mencoba
f. instrumen penampilan
untuk promosi, kerja
sama, dan peningkatan
penghasilan.
Selain hal diatas, kepuasan
juga dipengaruhi faktor
lingkungan dan atasan
maupun rekan kerja
4 IPCP (Inter 11. Care Pathway tersedia Dalam proses pelaksanaan Tidak optimalnya
Professional 12. Pengelolaan pasien kolaborasi inter profesional hubungan antar
Colaoration secara tim di IGD RSUD DR. Slamet profesi dalam
Practice) 13. Diskusi interprofesional belum optimal yang pemberian asuhan
berkala ditandai dengan hasil kepada pasien
14. Dokumentasi asuhan observasi perawat hanya
teruntegrasi menjalankan instruksi dan
15. Komunikasi antar profesi delegasi dari profesi lain
secara efektif dan asertif (dokter). Metode
komunikasi yang digunakan
antar profesi menggunakan
SBAR (Situation,
Background, Assesment,
Recomendation) dan TBaK
(Tulis, Baca, Konfirmasi)
belum berjalan
optimal,dalam CPPT
(Catatan Perkembangan
Pasien Terintegrasi)
dibedakan dengan warna
untuk penulisan masing –
masing profesi pemberi
asuhan.
Asuhan profesional adalah
lintas profesi, baik dokter,
perawat, lab, apoteker, gizi.
Namun dalam pelaksanaan
di IGD, yang paling sering
berinteraksi hanyalah
perawat-dokter, sementara
84
profesi lain belum terlalu
terlihat.
5 Perawatan Perubahan kultur: Kepala ruangan kurang
berpusat pada 11. Respect: Keunikan, paham mengenai konsep
nilai-nilai, pilihan,
pasien/ patient otonomi PCC, sehingga di IGD
centered care 12. Choice and belum menerapkan konsep
empowerment: Hak dan
tanggung jawab pasien tersebut. Berdasarkan
untuk berpartisipasi dan observasi, secara tidak
diberdayakan
13. Patient involvement: langsung sedikit-sedikit hal
Pelibatan dan tersebut sudah berjalan,
keterlibatan pasien dan
keluarga seperti memberdayakan dan
14. Access and support: meminta keluarga pasien
Kemudahan akses
pelayanan dan bantuan ikut berpartisipasi dalam
15. Informasi: Komunikasi, pemberian asuhan, serta
informasi dan edukasi.
terdapat edukasi yang
diberikan oleh perawat
kepada oasien dan keluarga.
6 Riset klinik dan g. Ada hasil penelitian Belum ada perawat yang Terhambatnya
perawat
pelayanan melakukan penelitian pembaruan
h. Ada Kebijakan riset
berbasis bukti i. Ada pengembangan kecuali bila sedang keilmuan dalam
pengetahuan/ model/
ilmiah menjalani pendidikan keperawatan
teknis pelayanan.
formal. Penelitian
sementara didapatkan dari
mahasiswa yang melakukan
penelitian di RSUD dr.
Slamet Tidak ada SPO dan
pedoman untuk penelitian
perawat, SPO dan pedoman
penelitian dibuat untuk
mahasiwa yang melakukan
penelitian di RSUD dr.
Slamet. Tidak ada alokasi
dana untuk penelitian
perawat atau profesi lain di
RSUD Dr. Slamet
7 Pengelolaan Paper based/ Electronic data Untuk informasi klinis Tidak optimalnya
informasi klinis based: mengggunakan penggunaan sistem
i. Dokumentasi askep kompeterisasi untuk data informasi berbasis
elektronik tersedia base pasien masuk dan Electronic data
85
j. Komunikasi/ informasi keluar yang dilakukan oleh based
k. Edukasi administrasi di ruang IGD.
l. Riset Selama ini komputer untuk
data semua bergabung di
komputer administrasi.
Komputer digunakan untuk
pelayanan administrasi saja,
dan belum terintegrasi
dengan proses asuhan
keperawatan.
86
E. PRIORITAS MASALAH, PERENCANAAN PERBAIKAN STRATEGIS (PPS) DAN PLAN OF ACTION (POA)
2.Manajemen 1. Ketersediaan stiker jatuh dan symbol segitiga kuning 5 50 250 4 30 120 4 20 80 450
Risiko Jatuh yang sangat terbatas.
2. Kepatuhan perawat masih rendah dalam melakukan 5 50 250 4 30 120 4 20 80 450
assesmen resiko jatuh terhadap pasien yang baru
masuk, pemasangan side rail, dan pengkajian ulang
terhadap pasien dengan resiko jatuh.
3.Peningkatan 1. Kepatuhan petugas dalam labeling obat – obatan 5 50 250 5 30 150 5 20 100 500
keamanan dngan konsetrasi tinggi masih rendah.
obat yang 2. Troley emergency tidak dipergunakan sebagaimana 4 50 250 4 30 120 5 20 100 470
perlu fungsinya.
87
High Risk High Volume Problem Prone
(nilai x bobot = (nilai x bobot = (nilai x bobot =
Komponen Area Prioritas skor) skor) skor) Jumlah
Rentang Nilai = 1 - Rentang Nilai = 1 - Rentang Nilai =
5 5 1–5
Bobot = 50 Bobot = 30 Bobot = 20
N B S N B S N B S
diwaspadai 3. Kepatuhan perawat dalam menggunakan prinsip 7 5 50 250 4 30 120 5 20 100 470
dan tidak benar dalam pemberian injeksi masih rendah.
terjadinya
kesalahan
pemberian
obat
4. Pengurangan
risiko infeksi 1. Kepatuhan perawat masih rendah dalam hand hygiene 5 50 250 4 30 120 4 20 80 450
terkait terutama untuk 5 momen.
pelayanan 2. Ketersediaan handrubs yang sangat terbatas. 5 50 250 5 30 150 5 20 100 500
kesehatan
II. Sistem 1. SPO penerimaan pasien baru masih dalam proses 5 50 250 5 30 150 5 20 100 500
Penjamin revisi.
Mutu 2. Kepatuhan perawat masih rendah dalam melakukan 4 50 250 4 30 120 4 20 80 450
pelayanan pengkajian terhadapa pasien baru dan
keperawatan mendokumentasikanya di lembar status pasien.
dan Audit
Klinik;
1.Proses 4 50 200 3 30 90 3 20 60 350
(Pelayanan flow 1. Untuk tingkat ketergantungan ringan, 5% kualitas
of care): pelayanan kurang baik; 60% kualitas pelayanan cukup
Penerimaan. baik; dan 35% kualitas pelayanan baik.
2. 3 item yang paling sedikit dilakukan pada pelayanan
pasien dengan tingkat ketergantungan ringan adalah: 4 50 200 3 30 90 3 20 60 350
a. 77% Pasien tidak difasilitasi untuk menjalankan
ibadah sesuai dengan keyakinannya. 4 50 200 3 30 90 3 20 60 350
b. 68% Pasien difasilitasi untuk dapat istirahat dan tidur
dengan nyaman, dengan meminimalisir kemungkinan
gangguan. 5 50 250 4 30 120 4 20 80 450
88
High Risk High Volume Problem Prone
(nilai x bobot = (nilai x bobot = (nilai x bobot =
Komponen Area Prioritas skor) skor) skor) Jumlah
Rentang Nilai = 1 - Rentang Nilai = 1 - Rentang Nilai =
5 5 1–5
Bobot = 50 Bobot = 30 Bobot = 20
N B S N B S N B S
2. Proses c. 55%Perawat tidak mendokumentasikan segala
(Pelayanan flow tindakan yang dilakukan pada pasien,serta respon
of care): dan perkembangan kondisinya. 4 50 200 3 30 90 3 20 60 350
Pengelolaan 3. Untuk tingkat ketergantungan sedang dan berat
pasien didapatkan data sebagai berikut; 20% kualitas
pelayanan kurang baik;51% kualitas pelayanan cukup
baik; dan 29% kualitas pelayanan baik.
4. 3 item yang paling sedikit dilakukan pada pelayanan
pasien dengan tingkat ketergantungan sedang dan berat
adalah: 4 50 200 5 30 150 3 20 60 410
1. 89% Perawat tidak membahas temuan penting
dengan dokter penanggung jawab untuk
penanganan kolaboratif lebih lanjut 4 50 200 4 30 120 3 20 60 380
2. 69% Pasien tidak mendapatkan bantuan dalam
proses memenuhi kebutuhan akan kebersihan diri
(mandi,gosok gigi ,kebersihan rambut dan
kuku),apabila pasien menginginkan dimandikan
keluarga diperbolehkan sepanjang tidak beresiko
terhadap perburukan kondisi pasien. 4 50 200 4 30 120 4 20 80 400
3. 60% Perawat tidak mendokumentasikan segala
tindakan yang dilakukan pada pasien, serta
respon dan perkembangan kondisinya.
3. Proses 3 50 150 4 30 120 3 20 60 420
(Pelayanan flow 1 59% Pasien dan keluarga diberikan pendidikan
of care): kesehatan sesuai dengan kebutuhan, berkaitan
Pemulangan dengan : terapi lanjutan,nutrisi,cara pemenuhan
pasien. kebutuhan dasar secara aman,tindakan yang harus
dilakukan bila terjadi kedaruratan,persiapan
pemeriksaan sebelum kontrol 3 50 150 3 30 90 3 20 60 300
89
High Risk High Volume Problem Prone
(nilai x bobot = (nilai x bobot = (nilai x bobot =
Komponen Area Prioritas skor) skor) skor) Jumlah
Rentang Nilai = 1 - Rentang Nilai = 1 - Rentang Nilai =
5 5 1–5
Bobot = 50 Bobot = 30 Bobot = 20
N B S N B S N B S
2 60% Kajian terhadap kebutuhan rawat lanjut
dirumah dilakukan 2 50 100 3 30 90 2 20 60 250
3 83% Pasien diperbolehkan pulang setelah indikator
pemulangan dipenuhi.
4. Hasil audit 5 50 250 5 30 150 4 20 80 480
1.Belum pernah dilakukan audit mutu asuhan keperawatan
oleh komite keperawatan melalui sub komite mutu
profesi
III. Staffing dan 1. Penataan dan pendistribusian tenaga belum berdasarkan 4 50 200 4 30 120 3 20 60 380
Pengembangan jenjang karir.
profesional 2. Mapping perawat belum berdasarkan PMK No. 40 4 50 200 4 30 120 3 20 60 380
1.Perencanaan Tahun 2017.
tenaga
2. Metode 1. Metode penugasan dalam bentuk tim, akan tetapi belum 4 50 200 4 30 120 4 20 80 400
Penugasan dan dapat berjalan secara optimal dalam hal:Profesional
Timbang Relationship (Hand over, Confeence, Kolaburasi,
terima delegasi, negosiasi), Patient Care Delivery System
(SAK dan SOP, Edukasi pasien), Compensation for
Professional Achievement (Jenjang karir, Sertifikasi,
Pelatihan), Pendekatan manajemen (POAC)
IV. IPCP (Inter 1. IPCP belum dapat berjalan. 3 50 150 3 30 90 3 20 60 300
Professional 2. Sistem komunikasi SBAR dan TBAK masih belum 4 50 200 4 30 120 3 20 60 380
Colaoration optimal.
Practice)
V. Perawatan 1. PCC belum dapat berjalan secara optimal 3 50 150 3 30 90 3 20 60 300
berpusat pada 2. Masih ada beberapa perawat yang belum paham konsep 4 50 200 4 30 120 3 20 60 380
pasien/ patient PCC.
centered care
90
High Risk High Volume Problem Prone
(nilai x bobot = (nilai x bobot = (nilai x bobot =
Komponen Area Prioritas skor) skor) skor) Jumlah
Rentang Nilai = 1 - Rentang Nilai = 1 - Rentang Nilai =
5 5 1–5
Bobot = 50 Bobot = 30 Bobot = 20
N B S N B S N B S
VI.Riset klinik 1. Belum ada perawat yang melakukan penelitian. 3 50 150 3 30 90 3 20 60 300
dan pelayanan
berbasis bukti
ilmiah
VII. Pengelolaan 1. Belum ada SIMKEP. 3 50 150 3 30 90 3 20 60 300
informasi
klinis
91
Berdasarkan penyusunan prioritas diatas maka Area Need Tobe Improved yang harus segera di
tindaklanjuti adalah sebagai berikut:
1. Ketersediaan gelang identitas pasien yang sangat terbatas, dan labeling pasien masih manual.
2. Kepatuhan petugas dalam labeling obat – obatan dngan konsetrasi tinggi masih rendah.
3. Ketersediaan handrubs yang sangat terbatas.
4. SPO penerimaan pasien baru masih dalam proses revisi
5. Belum pernah dilakukan audit mutu asuhan keperawatan oleh komite keperawatan melalui sub
komite mutu profesi
6. Troley emergency tidak dipergunakan sebagaimana fungsinya.
7. Kepatuhan perawat dalam menggunakan prinsip 7 benar dalam pemberian injeksi masih rendah
8. Kepatuhan perawat masih rendah dalam melakukan indentifikasi pasien dengan menanyakan
minimal 2 identitas pasien yaitu: nama, umur dan atau tanggal lahir dilengkapi dengan
mencocokan nomor rekam medis pada gelang pasien dengan nomor rekam medis yang terdapat
di status pasien sebelum melakukan tindakan keperawatan.
9. Ketersediaan stiker jatuh dan symbol segitiga kuning yang sangat terbatas.
10. Kepatuhan perawat masih rendah dalam melakukan assesmen resiko jatuh terhadap pasien yang
baru masuk, pemasangan side rail, dan pengkajian ulang terhadap pasien dengan resiko jatuh
11. Kepatuhan perawat masih rendah dalam hand hygiene terutama untuk 5 momen
12. Kepatuhan perawat masih rendah dalam melakukan pengkajian terhadapa pasien baru dan
mendokumentasikanya di lembar status pasien
13. 55% Perawat tidak mendokumentasikan segala tindakan yang dilakukan pada pasien,serta
respon dan perkembangan kondisinya
14. 59% Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan kebutuhan, berkaitan
dengan : terapi lanjutan,nutrisi,cara pemenuhan kebutuhan dasar secara aman,tindakan yang
harus dilakukan bila terjadi kedaruratan,persiapan pemeriksaan sebelum kontrol
15. 89% Perawat tidak membahas temuan penting dengan dokter penanggung jawab untuk
penanganan kolaboratif lebih lanjut.
16. 60% Perawat tidak mendokumentasikan segala tindakan yang dilakukan pada pasien, serta
respon dan perkembangan kondisinya.
17. Metode penugasan dalam bentuk tim, akan tetapi belum dapat berjalan secara optimal dalam
hal:Profesional Relationship (Hand over, Confeence, Kolaburasi, delegasi, negosiasi), Patient
92
Care Delivery System (SAK dan SOP, Edukasi pasien), Compensation for Professional
Achievement (Jenjang karir, Sertifikasi, Pelatihan), Pendekatan manajemen (POAC).
18. 69% Pasien tidak mendapatkan bantuan dalam proses memenuhi kebutuhan akan kebersihan
diri (mandi,gosok gigi ,kebersihan rambut dan kuku),apabila pasien menginginkan dimandikan
keluarga diperbolehkan sepanjang tidak beresiko terhadap perburukan kondisi pasien.
19. Penataan dan pendistribusian tenaga belum berdasarkan jenjang karir.
20. Mapping perawat belum berdasarkan PMK No. 40 Tahun 2017.
21. Sistem komunikasi SBAR dan TBAK masih belum optimal.
22. Masih ada beberapa perawat yang belum paham konsep PCC.
23. Untuk tingkat ketergantungan ringan, 5% kualitas pelayanan kurang baik; 60% kualitas
pelayanan cukup baik; dan 35% kualitas pelayanan baik.
24. 77% Pasien tidak difasilitasi untuk menjalankan ibadah sesuai dengan keyakinannya.
25. 68% Pasien difasilitasi untuk dapat istirahat dan tidur dengan nyaman, dengan meminimalisir
kemungkinan gangguan.
26. Untuk tingkat ketergantungan sedang dan berat didapatkan data sebagai berikut; 20% kualitas
pelayanan kurang baik; 51% kualitas pelayanan cukup baik; dan 29% kualitas pelayanan baik.
27. 60% Kajian terhadap kebutuhan rawat lanjut dirumah dilakukan
28. IPCP belum dapat berjalan.
29. PCC belum dapat berjalan secara optimal.
30. Belum ada perawat yang melakukan penelitian.
31. Belum ada SIMKEP.
32. 83% Pasien diperbolehkan pulang setelah indikator pemulangan dipenuhi.
93
F. PERENCANAAN PERBAIKAN STRATEGIS (PPS)
PERENCANAAN PERBAIKAN STRATEGIS
BERDASARKAN PRIORITAS
DI RAWAT INAP RSUD DR. SLAMET GARUT
No Komponen Area Prioritas Langkah Pemenuhan Metode Perbaikan Indikator Waktu Penanggun Ket
Area Prioritas Pencapaian gjawab
1 Manajemen Ketersediaan gelang Pengadaan gelang identitas dan Menyusun anggaran Tersedia gelang 6 bulan Wadir
Resiko dan identitas pasien yang sangat labeling pasien. identitas dan Keuangan
Patient Safety terbatas, dan labeling pasien labeling pasien
masih manual
Kepatuhan petugas dalam Meningkatkan kepatuhan petugas Monitoring dan 100% obat – 1 bulan Ka.Subkomite
labeling obat – obatan dalam labeling obat – obatan pengawasan berkala obatan dengan manajemen
dengan konsetrasi tinggi dengan konsetrasi tinggi. oleh subkomite elektrolit pekat resiko
masih rendah manajemen resiko ada labelnya
Ketersediaan handrubs yang Pengadaan handrubs Menyusun anggaran Tersedia 6 bulan Wadir
sangat terbatas handrubs Keuangan
Troley emergency tidak Mengembalikan fungsi trolley Monitoring dan 100% trolley 1 bulan Ka.Subkomite
dipergunakan sebagaimana emergency sebagaimana mestinya pengawasan berkala emergency manajemen
fungsinya oleh subkomite berfungsi resiko
manajemen resiko sebagaimana
mestinya
Kepatuhan perawat masih Meningkatkan kepatuhanperawat Monitoring dan 80% perawat 1 bulan Ka. Ruang
rendah dalam melakukan dalam melakukan indentifikasi pengawasan berkala patuh dalam
indentifikasi pasien dengan pasien dengan menanyakan oleh kepala ruang. melakukan
menanyakan minimal 2 minimal 2 identitas pasien yaitu: indentifikasi
identitas pasien yaitu: nama, nama, umur dan atau tanggal lahir pasien dengan
umur dan atau tanggal lahir dilengkapi dengan mencocokan menanyakan
dilengkapi dengan nomor rekam medis pada gelang minimal 2
mencocokan nomor rekam pasien dengan nomor rekam identitas pasien
medis pada gelang pasien medis yang terdapat di status yaitu: nama,
dengan nomor rekam medis pasien sebelum melakukan umur dan atau
yang terdapat di status tindakan keperawatan. tanggal lahir
pasien sebelum melakukan dilengkapi
tindakan keperawatan. dengan
94
No Komponen Area Prioritas Langkah Pemenuhan Metode Perbaikan Indikator Waktu Penanggun Ket
Area Prioritas Pencapaian gjawab
mencocokan
nomor rekam
medis pada
gelang pasien
dengan nomor
rekam medis
yang terdapat di
status pasien
sebelum
melakukan
tindakan
keperawatan.
Ketersediaan stiker jatuh Pengadaan stiker jatuh dan Menyusun anggaran Tersedia stiker 6 bulan Wadir
dan symbol segitiga kuning symbol segitiga kuning. jatuh dan symbol Keuangan
yang sangat terbatas. segitiga kuning
Kepatuhan perawat masih Meningkatkan Monitoring dan 80% perawat 1 bulan Ka.Ruang
rendah dalam melakukan kepatuhanperawatdalam pengawasan berkala patuh dalam
assesmen resiko jatuh melakukan assesmen resiko jatuh oleh kepala ruang melakukan
terhadap pasien yang baru terhadap pasien yang baru masuk, assesmen resiko
masuk, pemasangan side pemasangan side rail, dan jatuh terhadap
rail, dan pengkajian ulang pengkajian ulang terhadap pasien pasien yang baru
terhadap pasien dengan dengan resiko jatuh. masuk,
resiko jatuh pemasangan side
rail, dan
pengkajian ulang
terhadap pasien
dengan resiko
jatuh
Kepatuhan perawat masih Meningkatkan Monitoring dan 100% perawat 3 bulan Ka.PPI
rendah dalam hand hygiene kepatuhanperawatdalam hand pengawasan berkala patuh dalam
terutama untuk 5 momen hygiene terutama untuk 5 momen oleh PPI hand hygiene
terutama untuk 5
momen
2 Sistem SPO penerimaan pasien Membentuk tim untuk menyusun Menyusun revisi SPO Revisi SPO 1 bulan Kabid
Penjamin baru masih dalam proses revisi SPO penerimaan pasien penerimaan pasien baru penerimaan Keperawatan
95
No Komponen Area Prioritas Langkah Pemenuhan Metode Perbaikan Indikator Waktu Penanggun Ket
Area Prioritas Pencapaian gjawab
Mutu revisi baru pasien baru
pelayanan sudah ada
keperawatan
dan Audit
Klinik;
Belum pernah dilakukan Membentuk tim audit mutu Inhouse training audit Sudah ada tim 1 bulan Komite
audit mutu asuhan pelayanan keperawatan mutu asuhan audit mutu keperawatan
keperawatan oleh komite keperawatan pelayanan
keperawatan melalui sub keperawatan
komite mutu profesi berdasarkan SK
Direktur RS
Kepatuhan perawat masih Meningkatkan Monitoring dan 80% perawat 1 bulan Ka.Ruang
rendah dalam melakukan kepatuhanperawatdalam pengawasan berkala patuh dalam
pengkajian terhadapa pasien melakukan pengkajian terhadapa oleh kepala ruang melakukan
baru dan pasien baru dan pengkajian
mendokumentasikanya di mendokumentasikanya di lembar terhadapa pasien
lembar status pasien status pasien. baru dan
mendokumentasi
kanya di lembar
status pasien
55% Perawat tidak Meningkatkan Monitoring dan 80% perawat 1 bulan Ka.Ruang
mendokumentasikan segala kepatuhanperawatdalam pengawasan berkala patuh dalam
tindakan yang dilakukan melakukan pendokumentasian oleh kepala ruang melakukan
pada pasien,serta respon dan segala tindakan yang dilakukan pendokumentasia
perkembangan kondisinya pada pasien,serta respon dan n segala tindakan
perkembangan kondisinya yang dilakukan
pada pasien,serta
respon dan
perkembangan
kondisinya
59% Pasien dan keluarga Meningkatkan Monitoring dan 80% perawat 1 bulan Ka.Ruang
diberikan pendidikan kepatuhanperawatdalam pengawasan berkala patuh dalam
kesehatan sesuai dengan melakukan pendidikan kesehatan oleh kepala ruang melakukan
kebutuhan, berkaitan kepada pasien sesuai dengan pendidikan
dengan : terapi kebutuhan pasien kesehatan
96
No Komponen Area Prioritas Langkah Pemenuhan Metode Perbaikan Indikator Waktu Penanggun Ket
Area Prioritas Pencapaian gjawab
lanjutan,nutrisi,cara kepada pasien
pemenuhan kebutuhan dasar sesuai dengan
secara aman,tindakan yang kebutuhan pasien
harus dilakukan bila terjadi
kedaruratan,persiapan
pemeriksaan sebelum
kontrol
89% Perawat tidak Meningkatkan peran perawat Sosialisasi IPCP 75% perawat 1 bulan Kabid.
membahas temuan penting dalam IPCP terpapar IPCP Keperawatan
dengan dokter penanggung
jawab untuk penanganan
kolaboratif lebih lanjut.
60% Perawat tidak Meningkatkan Monitoring dan 80% perawat 1 bulan Ka.Ruang
mendokumentasikan segala kepatuhanperawatdalam pengawasan berkala patuh dalam
tindakan yang dilakukan melakukan pendokumentasian oleh kepala ruang melakukan
pada pasien, serta respon segala tindakan yang dilakukan pendokumentasia
dan perkembangan pada pasien,serta respon dan n segala tindakan
kondisinya. perkembangan kondisinya yang dilakukan
pada pasien,serta
respon dan
perkembangan
kondisinya
69% Pasien tidak Meningkatkan fokus telaah, basis Monitoring dan 80% perawat 1 bulan Ka.Ruang
mendapatkan bantuan dalam intervensi dan lingkup garapan pengawasan berkala patuh dalam
proses memenuhi kebutuhan perawat oleh kepala ruang melakukan
akan kebersihan diri pendidikan
(mandi,gosok kesehatan
gigi ,kebersihan rambut dan kepada pasien
kuku),apabila pasien sesuai dengan
menginginkan dimandikan kebutuhan pasien
keluarga diperbolehkan
sepanjang tidak beresiko
terhadap perburukan
kondisi pasien
3 Staffing dan Penataan dan Membentuk tim untukPenataan Sudah ada tim Penataan Sudah ada draft 6 bulan Kabid
97
No Komponen Area Prioritas Langkah Pemenuhan Metode Perbaikan Indikator Waktu Penanggun Ket
Area Prioritas Pencapaian gjawab
Pengembanga pendistribusian tenaga dan pendistribusian tenaga belum dan pendistribusian Penataan dan Keperawatan
n profesional belum berdasarkan jenjang berdasarkan jenjang karir tenaga belum pendistribusian dan Komite
karir. berdasarkan jenjang tenaga belum Keperawatan
karir berdasarkan SK berdasarkan
Direktur RS jenjang karir
Mapping perawat belum Membentuk tim untuk Mapping Sosialisasi dan bedah Terbentuk draft 6 bulan Kabid
berdasarkan PMK No. 40 perawat belum berdasarkan PMK PMK No. 40 Tahun mapping perawat Keperawatan
Tahun 2017 No. 40 Tahun 2017 2017 sesuai dengan dan Komite
PMK No. 40 Keperawatan
Tahun 2017
Metode penugasan dalam Menguatkan kembali sistem Inhouse training SP2KP Metode tim 1 bulan Kabid
bentuk tim, akan tetapi pelayananan keperawatan dengan metode tim dapat berjalan Keperawatan
belum dapat berjalan secara sistem SP2KP metode tim secara optimal,
optimal dalam terdapat ruang
hal:Profesional Relationship model
(Hand over, Confeence,
Kolaburasi, delegasi,
negosiasi), Patient Care
Delivery System (SAK dan
SOP, Edukasi pasien),
Compensation for
Professional Achievement
(Jenjang karir, Sertifikasi,
Pelatihan), Pendekatan
manajemen (POAC).
4 IPCP (Inter Sistem komunikasi SBAR Menguatkan kembali teknik Inhouse training Teknik 80% Perawat 1 bulan Kabid
Professional dan TBAK masih belum komunikasi SBAR dan TBAK komunikasi SBAR dan paham tentang Keperawatan
Colaoration optimal. TBAK komunikasi
Practice) SBAR dan
TBAK
IPCP belum dapat berjalan Sosialisasi IPCP Seminar IPCP 75% perawat 3 Bulan Kabid
terpapar IPCP Keperawatan
5 Perawatan Masih ada beberapa perawat Menguatkan kembali konsep PCC Inhouse training konsep 80% Perawat 1 bulan Kabid
berpusat yang belum paham konsep PCC paham konsep Keperawatan
pada pasien/ PCC PCC
98
No Komponen Area Prioritas Langkah Pemenuhan Metode Perbaikan Indikator Waktu Penanggun Ket
Area Prioritas Pencapaian gjawab
patient
centered care
PCC belum dapat berjalan Menguatkan kembali konsep PCC Inhouse training konsep 80% Perawat 1 bulan Kabid
secara optimal PCC paham konsep Keperawatan
PCC
6 Riset klinik Belum ada perawat yang Membentuk tim penelitian Sudah ada tim Penataan Sudah ada 1 bulan Kabid
dan melakukan penelitian keperawatan dan pendistribusian penelitian Keperawatan
pelayanan tenaga belum keperawatan dan Komite
berbasis bukti berdasarkan jenjang Keperawatan
ilmiah karir berdasarkan SK
Direktur RS
7 Pengelolaan Belum ada SIMKEP. Membentuk tim pengadaan Mengajukan usulan Adanya 12 bulan Kabid.
informasi software SIM Keperawatan pengadaan software pengajuan usulan Keperawatan
klinis (computerized) SIM Keperawatan pengadaan
(computerized) software SIM
Keperawatan
(computerized)
G. PLAN OF ACTION (RENCANA JADWAL IMPLEMENTASI POA RUANG RAWAT INAP RSUD DR. SALAMET GARUT)
99
BAB IV
IMPLEMENTASI POA
100
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
101
terhadap remunerasi berdasarkan PMK No. 40 Tahun 2017 bagi perawat dan
manajemen di RSU Dr. Slamet Garut.
B. SARAN
102
INSTRUMEN PELAKSANAAN KEGIATAN METODA PENUGASAN TIM
2. Membuat jadwal dinas pagi, sore, malam setiap shift ada ketua
timnya
103
No Tugas Ketua Tim yang mendukung pelaksanaan sistem Observasi Ket
pemberian asuhan keperawatan dengan metode tim
Ya Tidak
13. Mendampingi anggota tim dalam operan tugas jaga kepada tim
yang tugas berikutnya
1. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan
kepada kepala anggota yang jaga berikutnya
104
No Tugas anggota tim yang mendukung pelaksanaan sistem Observasi Keterangan
pemberian asuhan keperawatan dengan metode tim
Ya Tidak
11. Melakukan evaluasi askep setiap akhir tugas pada semua pasien
yang menjadi tanggungjawabnya dan ada di bukti catatan
keperawatan
13. Bila ketua tim tidak ada, wajib mengenalkan anggota tim yang
ada dalam satu gup yang akan memberikan askep pada jaga
berikutnya kepada klien/keluarga
105
INSTRUMEN KUALITAS PELAYANAN PASIEN
DI RUANG RAWAT INAP RSUD DR SLAMET
Ruangan : .......................................
Dilakukan
No Aspek Kualitas Layanan
Ya Tidak
Aturan/kebijakan RS
106
9 Petugas (perawat/dokter) tanggap terhadap keluhan
/masalah yang disampaikan pasien, dan menindaklanjutinya
10 Dokter menginformasikan kepada pasien tentang pemeriksaan diagnostik
yang perlu dilakukan,dan meminta persetujuan pasien/keluarga
11 Pemeriksaan diagnostik yang diusulkan/dilakukan semata-mata untuk
keperluan menegakkan diagnosis,sesuai dengan indikasi, bukan untuk
keperluan lain diluar kepentingan pasien (mis.Suply induced demand)
107
obat, dan penyuluhan sesuai kebutuhan
5. Pasien difasilitasi untuk dapat istirahat dan tidur dengan nyaman,
dengan meminimalisir kemungkinan gangguan
6. Pasien difasilitasi untuk menjalankan ibadah sesuai dengan
keyakinannya
7. Petugas tanggap terhadap permintaan bantuan,jawaban terhadap
panggilan dipenuhi tidak lebih dari lima menit
8. Perawat mendokumentasikan segala tindakan yang dilakukan pada
pasien,serta respon dan perkembangan kondisinya
20 Selama dalam perawatan, apabila pasien berada dalam ketergantungan
sedang dan berat:
1. Pasien mendapatkan bantuan dalam proses memenuhi kebutuhan
akan kebersihan diri (mandi,gosok gigi ,kebersihan rambut dan
kuku),apabila pasien menginginkan dimandikan keluarga
diperbolehkan sepanjang tidak beresiko terhadap perburukan
kondisi pasien
2. Terapi oksigen diberikan apabila diperlukan,dilakukan sesuai
standar
3. Terapi cairan diberikan sesuai kebutuhan, dan dipantau secara
akurat
4. Kebutuhan nutrisi dan cairan disediakan,pasien dibantu untuk
makan dan minum baik secara parsial ataupun total
5. Pasien dibantu saat menjalani fungsi eliminasi, apabila pasien
menginginkan dibantu keluarga diperbolehkan sepanjang tidak
beresiko terhadap perburukan kondisi pasien
6. Pasien dibantu saat proses mengkonsumsi obat oral untuk
menjamin bahwa obat yang dikonsumsi sesuai dengan dosis dan
jadwal pemberian
7. Pasien dibantu untuk kebutuhan mobilitas /aktifitas
8. Pasien difasilitasi untuk dapat tidur dan istirahat dengan nyaman,
a.l. dengan mengatur jadwal pemberian obat dan tindakan tidak
mengganggu waktu tidur pasien
9. Pasien difasilitasi untuk mendapatkan pendampingan
psiko-emosi-spiritual apabila membutuhkan
10. Pasien dipantau kondisinya secara periodik sesuai kebutuhan
11. Petugas tanggap terhadap permintaan bantuan,datang/menjawab
permintaan bantuan dalam kurun waktu tidak lebih dari lima menit
108
12. Proses pemenuhan kebutuhan dasar pasien dilayani oleh perawat
yang kompeten, apabila dilakukan oleh praktikan atau perawat
yang masih dalam fase orientasi perlu didampingi oleh
pembimbing atau penanggung jawab
13. Perawat membahas temuan penting dengan dokter penanggung
jawab untuk penanganan kolaboratif lebih lanjut
14. Perawat mendokumentasikan segala tindakan yang dilakukan pada
pasien, serta respon dan perkembangan kondisinya
21. Dalam perencanaan pemulangan pasien:
1. Pasien diperbolehkan pulang setelah indikator pemulangan
dipenuhi
2. Kajian terhadap kebutuhan rawat lanjut dirumah dilakukan
3. Pasien dan keluarga diberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan
kebutuhan, berkaitan dengan : terapi lanjutan,nutrisi,cara
pemenuhan kebutuhan dasar secara aman,tindakan yang harus
dilakukan bila terjadi kedaruratan, persiapan pemeriksaan sebelum
kontrol
109
LAPORAN KEGIATAN
110
3. Melaksanakan analisa deskriptif terhadap hasil audit keperawatan
4. Merencanakan perubahan dan perbaikan dalam audit keperawatan
5. Merencanakan reaudit keperawatan
6. Uji statistik sederhana
Pada sesi akhir dilakukan Post Test dengan soal yang sama dengan pre test.
Setelah dilakukan koreksi hasil test didapatkan hasil rerata pre test 38,71%.dan
post test 74,33% sehingga terjadi peningkatan sebesar 35,62%. Grafik sebagai
berikut:
Kegiatan dilanjutkan pada hari selasa, 11 Desember 2018, dihadiri 4 orang dari 8
orang yang diundang. 4 orang tidak hadir karena ada tugas.
Kegiatan ini melakukan:
1. Memilih dan menetapkan audit, serta menentukan kriteria dan standar
2. Memilih populasi,sampel, dan pengumpulan data.
3. Melaksanakan analisa deskriptif terhadap hasil audit keperawatan
4. Merencanakan perubahan dan perbaikan dalam audit keperawatan
5. Merencanakan reaudit keperawatan
6. Uji statistik sederhana
Lebih difokuskan pada uji statistic sederhana menggunakan t-test.
111
LAPORAN KEGIATAN
Setelah diskusi dilanjutkan dengan kegiatan role play SBAR dan TBAK (contoh
kasus role play terlampir) dalam pelaksanaan di ruangan antara lain:
Kelompok 1: SBAR pada setting Timbang Terima di Nurse Station
Kelompok 2: SBAR pada setting Timbang Terima di ruang pasien
112
Kelompok 3: SBAR pada setting Konference
Kelompok 4: SBAR pada setting komunikasi/laporan ke DPJP
Peserta sangat antusias dalam melakukan role play tersebut, menjiwai sesuai peran
yang ditentukan (Menjadi Ketua Tim, Kepala Ruang, dokter DPJP dan keluarga
pasien), termasuk juga saling memberikan kritik dan saran antar kelompok.
Pada sesi kesan dan pesan perwakilan peserta menyatakan bahwa merasa sangat
senang dan terima kasih telah diadakan kegiatan inhouse training yang merupakan
tambahan ilmu untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Kegiatan ini menjadikan
motivasi bagi perawat untuk selalu belajar dan menambah ilmu, agar dapat
tercapai kesetaraan dalam pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Pada sesi akhir dilakukan Post Test dengan soal yang sama dengan pre test.
Setelah dilakukan koreksi hasil test didapatkan hasil rerata pre test 56,83%.dan
post test 68,67% sehingga terjadi peningkatan sebesar 11,84%. Grafik sebagai
berikut:
113
LAPORAN KEGIATAN
114
5. Pertanyaan Pak Zam Zam: Bagaimana penerapan sistem jenjang karir dengan
permenpan No. 25 tahun 2018 tentang Jabatan Fungsional
6. Pertanyaan Pak Jajang: Sistem jenjang karir perawat klinis di komunitas
7. Pertanyaan Pak Indra: Bagaimana penerapan jenjang karir pada kondisi
rumah sakit RSUD Garut, dengan kondisi perawat yang terbatas. Bagaiman
kaitannya dengan penentuan indeks dalam remunerasi. Bagaimana tahapan
implementasi remunerasi tersebut. Jika tidak ada perawat PK 3 yang dinas
malam, bisakan didelegasikan ke PK dibawahnya.
115