Syarat
Syarat
Syarat
Beberapa syarat terpenting dalam pemilihan lokasi pembibitan. Pemilihan lokasi akan
mempermudahkan dalam pemeliharaan bahan tanam. Pemilihan lokasi yang tidak
tepat akan megakibatkan pemeliharaan bahan tanam tidak maksimal dan hasilnya
tidak optimal.
Penentuan lokasi pembibitan
Lokasi pembibitan dapat mempengaruhi keberhasilan dalam usaha. Maka dari itu
penentuan lokasi harus disesuaikan dengan persyaratan tumbuh tanaman (bibit) yang
akan diusahakan.
Persyaratan tersebut antara lain :
Tinggi tempat
Setiap jenis tanaman memiliki persyaratan tumbuh yang berbeda-beda. Tanaman yang
tumbuh di dataran tinggi maka lokasi pembibitan harus dipilih di dataran tinggi. Begitu
pula pada tanaman yang tumbuh di dataran rendah.
Sinar matahari
Sinar matahari diperlukan tanaman dalam proses fotosintesis. Sinar matahari yang
efektif dalam membantu proses fotosintesis adalah sinar matahari pagi. Selain itu sinar
matahari juga berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (bibit). Bibit yang cukup
mendapatkan sinar matahari akan tumbuh lebih baik dan sehat. Bagi bibit tanaman
yang kekurangan sinar maka pertumbuhan bibit akan mengalami etiolasi dan lemah.
Kecepatan tumbuh tanaman dipengaruhi oleh konsentrasi auksin. Auksin ini berfungsi
untuk mengembangkan sel-sel tanaman. Pada konsentrasi auksin tinggi sel-sel
menjadi panjang dan banyak mengandung air. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
etiolasi pada tanaman.
Konsentrasi auksin dipengaruhi oleh sinar dimana pada daerah kurang sinar
konsentrasi lebih tinggi dibandingkan dengan daerah yang cukup sinar. Dengan
demikian di daerah yang kurang sinar pemanjangan selnya akan lebih cepat.
Sumber Air
Air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan dalam budidaya tanaman
termasuk dalam pembibitan. Air dalam kehidupan tanaman berfungsi sebagai:
mengangkut zat hara dari dalam tanah, transpirasi dan sebagai zat hara untuk
pertumbuhan tanaman.
Kekurangan air dapat mengakibatkan kerugian yang fatal. Kekurangan air pada
tanaman akan menjadi layu, daun menjadi rontok dan lama kelamaan akan mati.
1) Luas lahan
Contoh Kebutuhan lahan dalam usaha pembibitan padi pada umumnya 1/12 luas lahan
yang dibudidayakan. Untuk 1 ha memerlukan luas lahan pesemaian adalah 1/20 x
10.000 m2 = 500 m2.
Setelah anda menentukan lokasi dan luas lahan pembibitan, maka langkah awal dalam
melakukakan kegiatan adalah pembersihan lahan. Pembersihan lahan ini dilakukan
bukan hanya di areal pembibitan saja, manun di daerah sekitar lokasi pembibitan perlu
dibersihkan, terutama dari gulma-gulma sebagai inang hama dan penyakit.
Pembersihan lahan ini dilakukan untuk menghilangkan/ membuang benda-benda yang
dapat mengganggu kegiatan, maupun benda-benda yang merupakan sumber penyakit
misalnya batu, tunggul/sisa tanaman, gulma atau tumpukan sampah, tanaman inang.
Pembersihan lahan dapat dilakukan secara mekanis dan secara kimiawi. Cara mekanis
yaitu dengan cara pembabatan atau pembuangan sisa-sisa tanaman. Hasil dari
pembabadan tersebut dapat dikumpulkan di tempat yang aman dan dapat digunakan
sebagai bahan kompos. Sedang secara kimiawi dapat dilakukan dengan penyemprotan
menggunakan herbisida.
Pembersihan lahan ini perlu dilakukan terutama pembersihan tanaman inang. Apabila
tidak dilakukan pembersihan, maka kemungkinan akan adanya serangan hama dan
penyakit lebih besar. Tanaman inang ini merupakan tempat berkembang biaknya hama
dan penyakit sewaktu tanaman pokok belum ditanam. Hama dan penyakit akan
berkembang pada tumbuhan inang begitu ada tanaman yang disenangi/cocok berada
di lokasi tersebut, kemudian hama dan penyakit akan pindah dan menyerang
tanaman/bibit yang ada.
3) Bedengan
Bedengan merupakan areal untuk menempatkan bibit. Ukuran bedegan tidak ada
standar yang pasti. Pembuatan bedengan ini harus disesuaikan dengan jumlah bibit
dan kemudahan dalam pengamatan dan pemeliharaan bibit. Hal yang perlu
diperhatikan dalam pembuatan bedengan adalah: bibit yang ada pada bedengan dapat
memperoleh sinar matahari yang merata, dan memiliki sistim drainase yang baik.
4) Media tanam
Istilah media tanam tentu tidak asing bagi orang yang berkecimpung di dunia
pertanian/bercocok tanam, karena media tanam merupakan salah satu syarat
berlangsungnya kegiatan tersebut. Kondisi media tanam yang meliputi sifat fisik, kimia
dan biologi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Oleh karena itu
pengetahuan dan pemahaman tentang media tanam perlu diketahui.
Media tanam dapat diartikan sebagai tempat tinggal bagi tanaman. Tempat tinggal
yang baik adalah yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman.
Media tersebut harus memenuhi berbagai persyaratan.
PERLAKUAN KHUSUS PADA BENIH
Jenis perlakuan khusus
Secara umum benih akan segera berkecambah jika disemai pada media yang cocok dengan
lingkungan yang sesuai. Tetapi seringkali terjadi benih disemai yang setelah melewati batas
waktu yang ditetapkan tidak mampu memperlihatkan pertumbuhan dan perkembangan
embrionya menjadi kecambah, meskipun benih yang dikecambahkan sudah mencapai tingkat
masak fisiologis dan faktor lingkungan sesuai untuk terjadinya proses perkecambahan.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terhambatnya benih untuk berkecambah, diantaranya
adalah :
1) Benih terifeksi patogen.
2) Benih mengalami dormansi.
Untuk mengatasi terhambatnya benih berkecambah maka sebelum benih dikecambahkan perlu
diberi perlakuan terlebih dahulu. Tujuan perlakuan benih antara lain :
1) Untuk mempercepat terjadinya proses perkecambahan.
2) Untuk mematahkan dormansi benih.
3) Untuk mencegah adanya patogen yang terbawa benih.
2) Perlakuan kimia
Perlakuan kimia adalah perlakuan dengan menggunakan bahan kimia. Maksud dari perlakuan
kimia ini adalah :
a) Untuk menjadikan agar kulit benih menjadi lebih lunak sehingga mudah dilalui air pada
waktu penyerapan.
b) Untuk mencegah atau memberantas patogen yang terbentuk oleh benih.
Perlakuan kimia ini dapat dilakukan dengan cara merendam benih dalam larutan kimia dengan
konsentrasi dan waktu tertentu, selain itu perlakuan kimia yang dilakukan untuk mencegah atau
mengendalikan hama penyakit dapat dilakukan dengan cara memberikan pestisida tertentu
kepada benih, baik sebelum benih dikemas untuk disimpan 88
maupun sewaktu benih akan ditanam di lahan. Hal ini tergantung pada karakter dari benih.
Bahan kimia yang bisa digunakan dalam perlakuan secara kimia ini antara lain asam sulfat, asam
nitrat, potassium hydroxide, asam hidrochlorit, potassium nitrat, urea, hormon tumbuh dan
pestisida. Contoh :
a) Benih kentang direndam dalam larutan asam sulfat pekat selama 20 menit sebelum ditanam
b) Benih Jagung sebelum disimpan diberi fungisida redomil dengan konsentrasi 100 gram
benih/1 gram fungisida.
c) Untuk mencegah serangan penyakit rendam benih dalam larutan fungisida dan bakterisida
sekitar 2-3 gr/liter.
3) Perlakuan fisis
Perlakuan fisis adalah perlakuan yang dilakukan terhadap benih dengan memberi tindakan yang
bersifat fisis. Perlakuan fisis ini dapat dilakukan dengan cara :
a) Perendaman dengan air panas
Benih dimasukkan ke dalam air panas dan dibiarkan sampai menjadi dingin selama beberapa
waktu tertentu, agar kulit menjadi lunak sehingga wadah dilalaui air dan udara. Contoh : benih
apel direndam pada air mendidih selama 2 menit, kemudian diangkat dan dikecambahkan.
b) Perlakuan dengan temperatur tertentu
Benih disimpan pada temperatur tertentu sebelum disemai pada temperatur yang cocok untuk
perkecambahannya. Perlakuan ini dimaksudkan untuk menghilangkan bahan-bahan
penghambat pertumbuhan atau agar terjadi pembentukan bahan-bahan yang dapat merangsang
pertumbuhannya. Contoh : benih selada akan berkecambah apabila disimpan pada suhu rendah,
dan akan dorman pada suhu 30 oc – 35 oc. Pada benih yang mempunyai masa dormansi fisik
yang lama seperti pada biji Sengon, Akasia, Jambu mete dan Kaliandra bisa dilakukan dengan
penyiraman dan perendaman dengan air hangat selama 2-5 menit kemudian rendam dalam air
dingin selama 1-2 hari. Pada biji Jati, Kemirinn karena kulitnya keras bisa dilakukan dengan
cara menggosokkan benih pada benda keras, pada Mangga bisa dilakukan dengan cara menyayat
dan membuang kulit bijinya. Biji Pepaya mengandung zat tertentu yang dapat menghambat
perkecambahan sehingga untuk mengatasinya bisa dilakukan perendaman dengan Atonik
konsentrasi 1 cc/2liter air selama 1 jam lalu diperam dengan gulungan kain basah selama 24
jam.
c) Menyiapkan biji
Setelah biji dikeluarkan dari buah atau polongnya, bersihkan daging buah dan lendir yang
menempel agar tidak menjadi tempat tumbuhnya jamur. Untuk biji yang berukuran besar seperti
biji Mangga atau Durian, pembersihan cukup dilakukan dengan mencucinya menggunakan air
bersih. Sementara itu, untuk biji berukuran kecil seperti biji Jambu, atau biji yang terbungkus
lapisan pembungkus (pectin) seperti biji Pepaya, pembersihan dilakukan dengan meremas-
remasnya menggunakan abu gosok sampai lendirnya hilang, lalu dicuci dengan air bersih.
Setelah bersih, biji diseleksi dengan melihat penampilan fisiknya. Biji yang memenuhi syarat
sebagai benih adalah biji yang padat dan bernas, bentuk dan ukurannya seragam, permukaan
kulitnya bersih dan tidak cacat. Kemudian biji hasil seleksi fisik direndam dalam air. Pilih biji
yang tenggelam, karena ini menandakan daya kecambahnya lebih tinggi dibandingkan dengan
biji yang terapung. Biij-biji inilah yang digunakan untuk memperbanyak tanaman secara
generatif. Sementara itu, untuk mencegah serangan penyakit, rendam biji di dalam larutan
fungisida dan bakterisida seperti Benlate atau Dithane dengan dosis 2-3 gram/liter. Bisa juga
menggunakan larutan formalin 4% atau sublimat 1% dengan dosis sesuai aturan yang tertera di
label kemasan. Ada beberapa tanaman yang bijinya harus segera disemai setelah dikeluarkan
dari buah atau polongnya. Biji seperti ini dikenal dengan biji rekalsitrans yaitu biji yang daya
kecambahnya akan menurun jika disimpan terlalu lama, atau bahkan tidak akan tumbuh jika
dikeringkan. Contohnya adalah biji Kemirinn, Meranti, Mahoni, Mangga, Durian, dan Nangka
Ada biji yang tetap berdaya kecambah tinggi walaupun sudah dikeringkan sampai kadar airnya
hanya 5-10% dan disimpan dalam waktu yang lama. Asalkan dikemas dengan baik dan selalu
terjaga suhu, cahaya dan kelembabannya. Biji seperti ini disebut biji orthodok. Contohnya
adalah biji sayuran seperti Cabai dan Tomat; biji tanaman buah berumur pendek seperti
Semangka, Melon, dan Pepaya; serta biji tanaman kehutanan seperti Jati dan Sengon.
d) Perlakuan biji
Ada kalanya biji yang disemai lambat berkecambah bahkan tidak berkecambah sama sekali,
walaupun media semainya sudah cocok. Hal ini disebabkan oleh dormansi yaitu keadaan
terbungkusnya lembaga biji oleh lapisan kulit atau senyawa tertentu. Sebenarnya, dormansi
merupakan cara embrio biji mempertahankan diri dari keadaan lingkungan yang tidak
menguntungkan, tetapi berakibat pada lambatnya proses perkecamabahan. Berikut ini jenis-jenis
dormansi biji dan cara mengatasinya.
e) Dormansi fisik
Dormansi fisik sering terjadi pada biji tanaman sayuran dan beberapa jenis tanaman kehutanan
seperti Sengon, akasia, jambu mete dan kaliandra. Penyebabnya adalah kulit biji yang tidak
dapat dilewati oleh air. Cara mengatasinya, siram dan rendam biji dalam air panas selama 2-5
menit sampai kulitnya menjadi lebih lunak. Kemudian, rendam biji di dalam air dingin selama 1-
2 hari agar air dapat menembus pori-pori kulit biji dan sampai ke embrionya.
f) Dormansi mekanis
Dormansi mekanis sering terjadi pada biji Jati, Kemirinn, kenari, dan mangga. Penyebabnya
adalah kulit biji yang terlalu keras sehingga sulit ditembus calon akar dan tunas. Pada biji
mangga, dormansi ini dapat diatasi dengan menyayat dan membuang kulit bijinya. Sementara
itu, pada biji yang terbungkus tempurung seperti biji Kemiri dan kenari, dormansi mekanis dapat
diatasi dengan membuang tempurungnya menjadi tipis, rusak atau retak agar mudah ditembus
calon akar dan tunas. Caranya dengan mengetok pukul, mengikir-asah, menggesekkan pada
lantai kasar, menggesek menggunakan kertas pasit, atau dengan membakarnya sebelum
disemai.
g) Dormansi kimia
Dormansi kimia sering terjadi pada biji yang mengandung lapisan pektin seperti biji Pepaya.
Penyebabnya adalah adanya kandungan zat tertentu di dalam biji yang menghambat
perkecambahan. Cara mengatasinya, rendam biji di dalam larutan Atonik dengan dosis 1 cc per
2 liter air selama 1 jam. Kemudian peram biji dengan gulungan kain basah selama 24 jam.
Pemilihan benih
Benih dengan berat jenis lebih tinggi, mempunyai mutu fisiologis (daya
kecambah dan vigor) yang lebih tinggi, serta pertumbuhan dilapang yang
lebih cepat dan seragam. Pemilihan benih untuk mendapatkan benih yang
bernas dapat menggunakan larutan air garam atau abu (pada benih padi).
Tujuan perendaman ini adalah untuk mendapatkan benih yang bernas,
menekan atau menghilangkan inokulum penyakit yang terbawa pada benih
karena air garam atau abu berfungsi antiseptik. Hanya benih padi yang
tenggelam dalam larutan air garam atau abu saja yang dipilih untuk
disemai.
A. Pengertian Perkecambahan
Perkecambahan benih merupakan proses pertumbuh-an dan perkembangan embrio. Hasil
dari perkecambahan akan muncul tumbuhan kecil dari dalam biji (gambar 2.1). Proses
pertumbuhan embrio saat perkecambahan benih adalah plumula tumbuh dan berkembang
menjadi pucuk dan radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar. Berdasarkan letak kotiledon
pada saat perkecambahan dikenal dua tipe perkecambahan yaitu hipogeal dan epigeal.
Proses produksi tanaman dimulai dengan benih ditanam, kemudian tanaman dipelihara
dan hasil tanaman (akar, umbi, batang, pucuk, daun, bunga, dan buah) dipanen. Kegiatan
produksi pertanian memerlukan unit pembibitan tanaman. Pembibitan tanaman adalah suatu
proses penyediaan bahan tanaman yang berasal dari benih tanaman (biji tanaman berkualitas
baik dan siap untuk ditanam) atau bahan tanaman yang berasal dari organ vegetatif tanaman
untuk menghasilkan bibit (bahan tanaman yang siap untuk ditanam di lapangan. Teknik
penanaman yang akan dikem-bangkan meliputi berbagai teknik dari setiap aspek pembibitan
dan produksi benih serta teknik untuk mengoptimalkan proses pertu-mbuhan dan
perkembangan organ tanaman sehingga diperoleh hasil panen yang mempunyai kualitas dan
kuantitas yang baik.
C. Faktor-faktor Perkecambahan
Perkecambahan benih sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik internal maupun
eksternal. Faktor internal berhubungan dengan kondisi benih yang dikecambahkan, sedangkan
faktor eksternal lebih berkaitan dengan lingkungan.
1. Faktor Internal
a. Tingkat Kemasakan Benih
Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tidak mempunyai
viabilitas tinggi. Bahkan pada beberarapa jenis tanaman menyebabkan tidak dapat berkecambah.
Benih yang belum masak secara fisiologis belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan
embrio belum sempurna. Contoh benih tomat (Lycopersicon esculentum Mill) yang belum
masak dapat berkecambah serta menghasilkan tananaman normal. Tetapi benih tersebut tidak
memiliki kekuatan tumbuh dan ketahanan terhadap keadaan yang tidak baik seperti pada benih
masak.
b. Ukuran Benih
Benih yang berukuran besar diduga memiliki cadangan makanan lebih banyak
dibandingkan benih yang kecil, serta embrionya juga besar. Makin besar/berat suatu benih maka
kandungan kabrbohidrat, protein, lemak dan mineral yang diperlukan untuk perkecambahan
semakin banyak pula. Maka benih besar dan berat akan menghasilkan kecambah yang besar
pula.
Walaupun benih berasal dari varietas yang sama, ukuran yang lebih besar akan mampu
tumbuh relatif cepat dibandingkan dengan ukuran benih yang lebih kecil. Kandungan cadangan
makanan akan mempengaruhi berat suatu benih. Hal ini tentu akan mempengaruhi kecepatan
tumbuh benih, karena benih yang berat dengan kandungan cadangan makanan yang banyak akan
menghasilkan energi yang lebih besar saat mengalami proses perkecambahan. Hal ini akan
mempengaruhi besarnya kecambah yang keluar dan berat tanaman saat panen.
Jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral.
Bahan-bahan ini diperlukan sebagai bahan baku dan energi bagi embrio pada saat
perkecambahan. Ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada
benih sorgum (Sorghum vulgare), makin besar/berat ukuran benih maka kandungan proteinnya
makin meningkat pula.
c. Dormansi
Benih yang mengalami dormansi tidak mau berkecambah meskipun sebenarnya hidup
dan kondisi lingkungan optimum (sesuai). Dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor
antara lain : impermeabilitas kulit biji terhadap air atau gas, resistensi kulit biji terhadap
pengaruh mekanis dll. Dormansi benih akan dibahas lebih luas pada bab berikutnya.
d. Penghambat Perkecambahan
Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih, misalnya
herbisida, lendir yang melapisi biji tomat. Biji pada buah tomat yang masak tidak akan
berkecambah dalam buah, meskipun suhu, kelembaban dan kadar oksigennya sesuai. Apabila
biji dikeluarkan dari buah, dikeringkan kemudian ditanam, biji itu akan segera berkecambah.
Hal ini disebabkan karena dalam biji tomat mengandung inhibitor yaitu zat dapat menghambat
pertumbuhan pada tanaman. Buah tomat (Solanum lycopersicum) mengandung asam absisat
(ABA) yang merupakan zat penghambat (inhibitor) perkecambahan. Lendir dalam buah tomat
merupakan bagian yang mengandung ABA, (gambar 2.3).
Jeruk nipis (Cytrus aurantifolia) mengandung asam askorbat yang mengganggu
penyerapan panjang gelombang cahaya, sehingga menghambat perkecambah-an benih. sama
halnya dengan buah tomat, bagian dalam buah jeruk nipis pada daging buah mengandung asam
askorbat, (gambar 2.3.). Mekanisme penghambatan biji pada asam askorbat pada jeruk
nipis berlangsung secara kimiawi.
Ada satu percobaan yang dilakukan untuk membuktikan
pengaruh inhibitor terhadap perkecambahan benih padi (Oryza sativa). Percobaan dilakukan
dengan merendam benih pada ke dalam larutan ekstraksi buah tomat, buah jeruk, dan air biasa.
Hasil percobaan menunjukkan benih padi yang direndam dalam larutan ekstraksi jeruk maupun
ekstraksi buah tomat tidak dapat berkecambah. Benih padi yang direndam dengan air biasa dapat
berkecambah. Hal ini menunjukkan ekstraksi buah tomat dan jeruk mengandung inhibitor yang
dapat menghambat perkecambahan benih padi tersebut.
1. Faktor Luar
a. Air
Syarat penting berlangsungnya perkecambahan yaitu adanya air. Dua faktor penting yang
mempengaruhi penyerapan air pada benih yaitu sifat pelindung kulit benih dan jumlah air yang
tersedia disekitarnya. Sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis
benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu. Perkembangan benih tidak
akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 - 90 % dan umumnya
dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 - 55 %. Kondisi media yang terlalu basah akan dapat
menghambat aerasi dan merangsang timbulnya penyakit serta busuknya benih karena cendawan
atau bakteri.
b. Temperatur
Pengaruh suhu terhadap perkecambahan benih dapat dicerminkan melalui suhu kardinal,
yaitu suhu minimum, optimum, dan maksimum dimana perkecambahan dapat terjadi (gambar
2.5). Suhu minimum yaitu suhu terendah dimana perkecambahan dapat terjadi, suhu di bawah
suhu tersebut tidak memungkinkan perkecambahan terjadi. Suhu optimum yaitu suhu di mana
perkecambahan tertinggi dicapai pada periode terpendek. Suhu maksimum yaitu suhu tertinggi
di mana perkecambahan dapat terjadi, di atas suhu tersebut tidak terjadi perkecambahan karena
merupakan batas ambang kritis benih tidak dapat hidup (mati).
Temperatur yang paling optimum untuk perkecambahan benih antara 20-35°C.
Temperatur antara 0-5°C kebanyakan benih gagal berkecambah atau terjadi kerusakan yang
menyebabkan abnormal. Benih jagung memerlukan suhu minimum untuk berkecambah antara
8-10°C, suhu optimum 32-35°C, dan suhu maksimum 40-44°C. Sementara itu benih gandum
hitam suhu minimum untuk berkecambah antara 3-5°C, suhu optimum 25-31°C, dan suhu
maksimum 30-40°C.
c. Oksigen
Saat perkecambahan, berlangsung proses respirasi disertai peningkatan pengambilan
oksigen, pelepasan karbondioksida, dan air serta energi berupa panas. Terbatasnya oksigen yang
dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih.
Kebutuhan oksigen sebanding dengan laju respirasi dan dipengaruhi oleh suhu,
mikroorganisme yang terdapat dalam benih. Mikroorganisme bisa menjadi kompetitor (pesaing)
benih dalam penyerapan oksigen, sehingga secara tidak langsung akan mempengaruhi
perkecambahan benih. Umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 %
oksigen dan 0.03 % CO2. Namun untuk benih yang dorman, perkecambahannya akan terjadi
jika oksigen yang masuk ke dalam benih ditingkatkan sampai 80 %, karena biasanya oksigen
yang masuk ke embrio kurang dari 3 %.
d. Cahaya
Benih yang dikecambahkan pada keadaan kekurangan cahaya atau gelap dapat
mengalami etiolasi. Etiolasi yaitu terjadinya pemanjangan yang tidak normal pada hipokotil
atau epikotil dan kecambah berwarna pucat serta lemah.
e. Medium
Medium yang baik untuk perkecambahan harus bersifat gembur, mempunyai
kemampuan menyimpan air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan
“damping off”.
Pemeliharaan; Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemeliharaan antara lain
adalah:
1. Penyiraman; Frekuensinya dapat diatur sesuai dengan kondisi
kelembapan tanah. Penyiraman sebaiknya dilakukan setiap hari, saat pagi dan
sore hari. Sistem pembuangan air pun juga perlu diperhatikan karena beberapa
jenis tanaman obat tidak tahan terhadap genangan air.
2. Penyulaman; Yaitu penanaman kembali tanaman yang rusak, mati atau
tumbuh tidak normal.
3. Pemupukan; Dalam hal ini sebaiknya pupuk yang digunakan adalah
pupuk organik, karena pupuk anorganik dikhawatirkan dapat menimbulkan
pengaruh kurang baik bagi senyawa/kandungan berkhasiat obat pada tanaman
obat.
4. Penyiangan; Dilakukan agar tidak ada kompetisi antara tanaman
budidaya dan gulma dalam mendapatkan hara dan cahaya matahari.
5. Pembumbunan; Dilakukan dengan tujuan untuk memperkokoh tanaman,
menutup bagian tanaman di dalam tanah seperti rimpang, umbi atau akar, serta
memperbaiki aerasi tanah.
6. Pengendalian OPT; Dalam hal ini dapat dilakukan secara mekanis dan
kimia. Pengendalian mekanis dilakukan dengan cara menangkap OPT dan
membuang bagian tanaman yang terserang penyakit. Pengendalian kimia dapat
dilakukan dengan penyemprotan pestisida, disarankan menggunakan pestisida
alami.