Fieldtrip PB 20111
Fieldtrip PB 20111
Fieldtrip PB 20111
Oleh:
Kurniawan Sigit Wicaksono, Medha
Baskara, Lukman Qurata Aini,
Suhartini dan Kurniatun Hairiah
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS PERTANIAN
2011
PERTANIAN BERLANJUT 2011
DAFTAR ISI
Kunjungan lapangan 2
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Kunjungan lapangan 3
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Latar Belakang
Sistem pertanian berlanjut merupakan sistem Pertanian yang layak secara ekonomi
dan ramah lingkungan. Pada tingkat bentang lahan pengelolaannya difokuskan pada
pemanfaatan biodiversitas tanaman pertanian dalam mempertahankan pollinator,
pengendalian gulma, pengendalian hama dan penyakit, hidrologi (kuantitas dan
kualitas air) dan mengurangi emisi karbon. Banyak macam penggunaan lahan yang
tersebar di seluruh bentang lahan, yang mana komposisi dan sebarannya beragam
tergantung pada beberapa faktor antara lain iklim, topografi, jenis tanah, vegetasi
dan kebiasaan serta adat istiadat masyarakat yang ada disekelilingnya.
Kunjungan lapangan 4
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Materi I
Tujuan:
1. Mahasiwa mampu mengidentifikasi jenis penggunaan lahan (land use) dan jenis
tutupan lahan (land cover) pada skala lansekap.
2. Mahasiswa memahami karakteristik lansekap sehingga mampu menentukan
tindakan yang diperlukan guna mencapai pertanian berlanjut.
Pengantar:
Lansekap adalah sebidang lahan yang bisa kita lihat secara komprehensif di sekitar
kita TANPA melihat secara dekat/secara tertutup pada komponen tunggal dan yang
terlihat familiar dengan kita. Pengertian lain lansekap adalah konfigurasi khusus
dari topografi, tutupan lahan, tata guna lahan, dan pola pemukiman yang membatasi
beberapa aktivitas dan proses alam serta budaya. Terdapat 4 kunci dasar untuk
mempelajari karakteristik lansekap yaitu:
1. Komposisi lanskap, misalnya tipe habitat/land use
2. Struktur lanskap, misalnya susunan berbagai macam land use pada suatu lanskap
3. Managemen lanskap
4. Konteks regional
Pemahaman karakteristik lansekap berguna untuk penentuan tipe lansekap yang
terbentuk. Setiap tipe memilki perlakukan atau tindakan yang berbeda-beda dalam
hal konservasi, perbaikan, rekontruksi,dan pengelolaan.
Kunjungan lapangan 5
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Cara kerja:
1. Tentukan lokasi yang representative sehingga kita dapat melihat lansekap secara
keseluruhan.
2. Lakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai bentuk penggunaan
lahan yang ada. Isikan pada kolom penggunaan lahan Dokumentasikan dengan
foto.
3. Identifikasikan jenis vegtasi yang ada, isikan hasil identifikasi ke dalam kolom
tutupan lahan.
4. Lakukan pengamatan secara menyeluruh terhadap berbagai tingkat kemiringan
lereng yang ada serta tingkat tutupan kanopi dan sersahnya.
5. Isikan hasil pengamatan pada form berikut ini:
Tingkat tutupan
Tutupan Posisi
Penggunaan lahan Manfaat
lahan lereng Kanopi Seresah
Kunjungan lapangan 6
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Kunjungan lapangan 7
7. Buatlah sketsa transek dari lokasi fieldtrip yang digunakan.
Kunjungan lapangan
PERTANIAN BERLANJUT 2011
8
PERTANIAN BERLANJUT 2011
8. Tentukan tipe lansekap dan saran apa yang perlu dilakukan bedasarkan hasil
gambar sketsa no 6 dengan menggunakan arahan dari Tabel 1.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
9. Tentukan besarnya tingkat heterogenitas penggunaan lahan, bagaimana interaksi
masing-masing penggunaan lahan bila dikaitkan dengan usaha Pertanian yaitu:
aspek penyinaran, siklus air dan hara, sebaran hama dan penyakit, pollinator .
Lakukan anlisa singkat terkait berbgai hal tersebut.
Kunjungan lapangan 9
PERTANIAN BERLANJUT 2011
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………..
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………….
Kunjungan lapangan 10
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Tujuan:
Pengantar:
Indikator air secara tidak langsung mencerminkan bagaimana pengelolaan lahan pada
skala lansekap dengan batasan DAS. Parameter yang diukur adalah kualitas air
meliputi tingkat kekeruhan dan debit air sungai. Tingkat kekeruhan air
mencerminkan jumlah sedimen air sungai, yang berarti semakin besar jumlah
sedimen menunjukkan bahwa di lereng atas telah terjadi erosi tanah atau telah
terjadi erosi atau longsor pada tebing sungai. Jadi, besarnya erosi terkait dengan
penggunaan lahan dan praktek konservasi tanah dan air. Hal ini menunjukkan bahwa
pengelolaan lahan diatasnya tidak memenuhi kaedah konservasi tanah dan air.
Kunjungan lapangan 11
PERTANIAN BERLANJUT 2011
organic yang diambil dari alam sekitar, pengolahan tanah dikurangi oleh masukan
seresah dan lain-lain.
Indikator karbon terkait dengan isu pemanasan global yang berkembang saat ini
adalah berhubungan dengan keberadaan pohon dan ekosistem yang terbentuk. Emisi
karbon dapat dikurangi dengan menjaga keberadaan hutan karena berfungsi sebagai
penyerap karbon di udara dan menyimpannya dalam waktu yang lama. Peran lanskap
dalam menyimpan karbon bergantung pada besarnya luasan tutupan lahan hutan
alami dan lahan pertanian berbasis pepohonan baik tipe campuran (agroforestri)
atau monokultur (perkebunan). Namun demikian besarnya karbon tersimpan di lahan
bervariasi antar penggunaan lahan tergantung pada jenis, kerapatan dan umur
pohon. Oleh karena itu ada tiga parameter yang diamati pada setiap penggunaan
lahan yaitu jenis pohon, umur pohon, dan biomassa yang diestimasi dengan mengukur
diameter pohon dan mengintegrasikannya ke dalam persamaan allometrik.
a. Indikator air, melalui pengamatan kualitas air meliputi kekeruhan dan debit
b. Indikator biodiversitas dari sisi agronomi
c. Indikator biodiversitas dari sisi hama penyakit.
d. Indikator cadangan karbon (diberikan saat tutorial kelas)
Kunjungan lapangan 12
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Materi II.
Pengukuran kulitas air sebagai indikator pertanian berlanjut
(COD, BOD, pH, kekeruhan, dan biologi)
Pengantar:
Dewasa ini penurunan kualitas air tidak hanya terjadi di daerah hilir, tetapi juga
didaerah hulu. Alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian dan permukiman
merupakan faktor utama penyebab terjadinya penurunan kualitas air sungai di
daerah hulu melalui sedimentasi, penumpukan hara, dan pencemaran kimia pestisida.
Kondisi ini mempengaruhi kesehatan manusia dan keberadan makhluk hidup yang ada
di perairan. Penumpukan unsur hara di perairan memicu booming alga, akumulasi
racun pestisida dapat membunuh hewan air dan menimbulkan berbagai jenis
penyakit bagi manusia. Oleh sebab itu perlu adanya monitoring atau pendugaan
kualitas air.
Terdapat tiga jenis pendugaan kualitas air sungai yaitu fisik (suhu, warna,
kekeruhan), kimia (meliputi pH, COD, BOD) dan biologi (dengan memanfaatkan
makroinvertebata). Berikut ini penjelasan singkat masing-masing indikator:
Oksigen terlarut/Dissolve Oxygen (DO) merupakan oksigen yang ada di dalam air
yang berasal dari oksigen di udara dan hasil fotosintesis tumbuhan air. Oksigen
Kunjungan lapangan 13
PERTANIAN BERLANJUT 2011
dimana xi = jumlah individu yang ditemukan pada tiap family, ti = nilai toleransi
dari family, n = jumlah total organism dalm satu plot.
Kunjungan lapangan 14
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Menurut PP no 82 tahun 2001 pasal 8 mengklasifikasi kualitas atau mutu air menjadi
empat kelas yaitu:
1. Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum,
dan atau peruntukan lain yang memper-syaratkan mutu air yang sama dengan
kegunaan tersebut;
2. Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana
rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi
pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut;
3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan
air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain
yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;
4. Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang
sama dengan kegunaan tersebut.
Kriteria kualitas air pada masing-masing kelas berdasarkan nilai COD, BOD, DO, dan
pH dapat dilihat pada Tabel 3.
Kunjungan lapangan 15
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Tabel 3. Klasifikasi kualitas air berdasarkan nilai COD, BOD, DO, dan pH
Kelas
Parameter Satuan
I II III IV
DO mg/liter 6 4 3 0
BOD mg/liter 2 3 6 12
Semakin tinggi tingkat kelas suatu kondisi kualitas air menunjukkan bahwa
pengelolaan lahan pada skala lansekap tidak termasuk dalam kategori pertanian
berlanjut karena menunjukkan bahwa air sudah tercemar.
Cara kerja:
2. Masukan alat “multi water quality checker “ ke dalam aliran air sungai
4. Baca nilai angka tingkat kekeruhan, BOD, COD, DO, dan pH yang tercatat.
5. Isikan pada form yang telah disediakan dan kelaskan berdasarkan tabel
kualitas air (PP no 82 tahun 2001).
Kunjungan lapangan 16
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Hasil pengamatan
Parameter Satuan Kelas
Ulangan 1 Ulangan 2 Ulangan 3 Rerata
pH
…………. …………. …………. …………. …………. ………….
Kekeruhan
(Turbidity) …………. …………. …………. …………. …………. ………….
BOD
…………. …………. …………. …………. …………. ………….
DO
…………. …………. …………. …………. …………. ………….
COD
…………. …………. …………. …………. …………. ………….
Penjelasan singkat:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Kunjungan lapangan 17
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Pengamatan biologi
3. Aduk pada bagian tepat muka alat agar hewan air dapat terjaring .
7. Hitung jumlah individu pada tiap-tiap ordo/family, isikan pada form yang
telah tersedia.
10. Jelaskan bagaimana hubungan kulitas air berdasarkan data tercatat dengan
kondisi penggunaan lahan di atasnya.
Kunjungan lapangan 18
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Kunjungan lapangan 19
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Kunjungan lapangan 20
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Kunjungan lapangan 21
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Kunjungan lapangan 22
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Penjelasan singkat:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Kunjungan lapangan 23
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Materi III.
Tujuan :
Pengantar
Pada lahan pertanian tanaman semusim, pola tanam harus diatur sedemikian
rupa supaya permukaan tanah dapat terlindungi tanaman sepanjang tahun dan
mampu menekan laju erosi. Faktor iklim yang harus dipertimbangkan adalah curah
hujan, yang merupakan faktor penentu neraca lengas lahan. Sebagai arahan umum
adalah : (1). Curah hujan >200 mm/bulan selama 5-7 bulan berturutan dapat untuk
bertanam padi gogo; (2). Curah hujan 100-200 mm/bulan selama 3-5 bulan
Kunjungan lapangan 25
PERTANIAN BERLANJUT 2011
berturutan masih cocok untuk palawija. Pengaturan jarak tanam sangat tergantung
dari bidang olah yang tersedia. Pengaturan barisan tanaman dapat dimulai dari
pangkal teras atau 50 cm dari bibir teras. Barisan jagung dan ubikayu dimulai 50 cm
dari pangkal teras. Jumlah barisan jagung dan ubikayu selanjutnya tergantung dari
bidang olah yang tersedia.
Untuk tanaman tahunan, kemampuan tanaman untuk menaungi dan umur
berproduksi menjadi pertimbangan utama dalam penataan tanaman tahunan
terutama pada lahan yang miring. Tanaman tahunan juga dapat dikelompokkan ke
dalam zone agroklimat dengan menggunakan kriteria iklim, kedalaman air tanah, dan
ketinggian tempat. Pada dasarnya pemilihan jenis tanaman tahunan bagi suatu
daerah dikaitkan dengan beberapa pertimbangan penting, a.l.: sesuai dengan kondisi
agroklimat setempat; sesuai dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat (tanaman
disenangi petani, teknologinya mudah, tidak memerlukan masukan tinggi, sesuai
dengan ketersediaan tenagakerja), serta mendukung usaha konservasi tanah dan air.
Pengelolaan Gulma
Gulma merupakan tumbuhan yang merugikan dan tumbuh pada tempat yang
tidak dikehendaki. Karena sifat merugikan tersebut, maka di mana pun gulma
tumbuh selalu dicabut, disiang, dan bahkan dibakar. Namun bila dikelola dengan
benar dan optimal, gulma akan memberikan manfaat dan meningkatkan produktivitas
lahan. Beberapa gulma yang bermanfaat diantaranya adalah jenis rumput seperti
akar wangi (Vetivera zizanoides) yang dapat digunakan untuk konservasi tanah, dan
daun yang muda untuk pakan ternak. Pemanfaatan lain dari gulma diantaranya sisa
penyiangan gulma dapat menjadi media penyimpan unsur hara termasuk sebagai
mulsa atau untuk membuat kompos dengan status ketersediaan hara sedang sampai
tinggi disamping pemanfaatan lain sebagai tanaman obat. Berdasarkan kenyataan ini,
pengelolaan gulma perlu diarahkan agar gulma tidak selalu diasumsikan dapat
menurunkan dan merugikan produktivitas lahan, tetapi di sisi lain dapat memberikan
nilai tambah dan keuntungan bagi beberapa aktivitas makhluk hidup.
Gangguan gulma terhadap pertumbuhan tanaman, berturut-turut dipengaruhi
oleh spesies gulma, kelebatan dan pertahanannya menghadapi berbagai upaya
pengendalian/pengelolaan. Gulma beserta spesies yang mendominasinya sangat
dipengaruhi oleh teknik bercocok tanam dan pola pengelolaan tanah. Untuk
Kunjungan lapangan 26
PERTANIAN BERLANJUT 2011
mendapatkan pengetahuan yang memadai terhadap vegetasi gulma yang akan ditemui
di lapang, maka perlu diketahui pengelompokan spesies-spesies gulma yang tumbuh
di berbagai pola tutupan lahan.
Kunjungan lapangan 28
PERTANIAN BERLANJUT 2011
metode analisis dengan pandangan mata dan pencacatan macam spesies gulma
beserta skor kelebatan pertumbuhannya masing-masing (Soekisman et. al., 1984).
Metode estimasi visual merupakan pengumpulan data kualitatif. Data kualitatif
vegetasi gulma menunjukkan bagaimana suatu spesies gulma tersebar dan
berkelompok, stratifikasinya, periodisitas (seringnya ditemukan) dan pola komposisi
macam spesiesnya. Untuk memperoleh data kualitatif tersebut perlu ditentukan
macam peubah pengamatannya, penetapan luas dan jumlah petak contoh, serta
penyebaran hasil-hasil pengamatannya.
Cara kerja:
Kunjungan lapangan 29
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Kunjungan lapangan 30
PERTANIAN BERLANJUT 2011
UTARA
Tanpa Skala
Kunjungan lapangan 31
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Pengelolaan Gulma
Kunjungan lapangan 32
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Kunjungan lapangan 33
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Penjelasan singkat:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Kunjungan lapangan 34
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Materi IV
Pengukuran biodiversitas dari aspek hama penyakit
sebagai indikator pertanian berlanjut
Tujuan :
Pengantar
Kondisi sistem ekologi dalam agroekosistem juga dapat dikaji dengan melihat
dinamika komposisi peran dari jumlah individu spesies yang terkoleksi, lintas waktu
ataupun lokasi dalam hamparan (lansekap) yang sama. Cara ini sangat sesuai dalam
menilai/memahami kondisi ekologis yang dikaitkan dengan pengembangan tindakan
preventif dalam pengelolaan hama. Dalam hal ini yang dikoleksi adalah komunitas
arthropoda dan peran yang dimaksud adalah sebagai hama, musuh alami (predator
Kunjungan lapangan 35
PERTANIAN BERLANJUT 2011
dan parasitoid), serta arthropoda lain (pengurai dll). Keseimbangan komposisi peran
dari totalitas individu yang terkoleksi dijadikan sarana untuk memahami kondisi
ekologi lahan. Metode yang digunakan berupa pendekatan fiktorial dengan
menggunakan grafik tiga dimensi untuk menggambarkan posisi dari komposisi peran.
Untuk memahami metoda ini akan dipaparkan suatu contoh hipotetik data komposisi
peran dari hasil koleksi dan identifikasi arthropoda dari 7 waktu pengambilan
contoh pada musim tanam sebelumnya (Tabel 5).
Kunjungan lapangan 36
PERTANIAN BERLANJUT 2011
a. Tentukan titik 25% pada skala sumbu hama, lalu tarik garis sejajar dengan
sisi dasar sumbu tersebut. Garis sejajar tersebut merupakan garis 25%
komposisi hama (sebut sebagai Gh25) (Gambar 1A).
b. Lakukan hal yang sama untuk titik 50% serangga lain, untuk membuat garis
50% serangga lain (Gsl50) (Gambar 1B).
Kunjungan lapangan 37
PERTANIAN BERLANJUT 2011
SERANGGA LAIN
A 100
11
GH25
0 0
HAMA 100 0
100 MUSUH ALAMI
SERANGGA LAIN
B 100
11 Koordinat
GH25
0 0
GSL50
HAMA 100
0
100 MUSUH ALAMI
Kunjungan lapangan 38
PERTANIAN BERLANJUT 2011
A SL
H MA
B SL
H MA
C SL
H MA
Kunjungan lapangan 39
PERTANIAN BERLANJUT 2011
b. Titik-titik koordinat berada di antara titik sudut hama dan serangga lain, dekat
dengan sisi yang menghubungkan kedua titik sudut tersebut (Gambar 2B).
Keadaan ini menunjukkan kelangkaan musuh alami, dan jika kondisi memungkinkan
bagi hama untuk berkembang akan sangat kecil kemungkinan untuk dibendung,
sehingga akan terjadi peledakan hama.
c. Titik-titik koordinat berada di antara titik sudut hama dan musuh alami, dekat
dengan sisi yang menghubungkan kedua titik tersebut (Gambar 2C). Keadaan ini
adalah kondisi yang kurang sehat, sebab keberadaan musuh alami hanya ditopang
oleh populasi hama sebagai sumber makanan. Dalam keadaan ekstrim,
kemungkinan musuh alaminya dapat musnah dan akan berbahaya jika terjadi
migrasi hama.
Kunjungan lapangan 40
PERTANIAN BERLANJUT 2011
dilakukan meode pencucian. Metode koleksi dan penarikan contoh dapat dipelajari
dan dikembangkan sesuai dengan tujuan.
7. Sweep net
8. Kantong plastik
9. Kertas tissu
Cara kerja:
Kunjungan lapangan 41
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Daftar Pustaka:
Kunjungan lapangan 42
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Kunjungan lapangan 43
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Penjelasan singkat:
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………………..
Kunjungan lapangan 44
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Materi V
Indikator keberhasilan pertanian berlanjut dari aspek sosial
ekonomi
Tujuan
1. Mahasiswa memahami tentang indikator pertanian berkelanjutan dari aspek
sosial ekonomi
2. Mahasiswa bisa mengevaluasi keberlanjutan pertanian dari aspek sosial ekonomi
dengan melakukan wawancara kepada petani yang mengelola usahatani dalam
sebuah landscape
Pengantar
Kunjungan lapangan 45
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Kunjungan lapangan 46
PERTANIAN BERLANJUT 2011
sebagai suatu sistem usahatani dan pendekatan sistem yang berhubungan dengan
faktor-faktor biofisik, sosial, ekonomi dan budaya (SEARCA, 1995).
Tujuan keseluruhan dari pertanian yang berkelanjutan adalah untuk
meningkatkan kualitas hidup. Hal ini dapat dicapai melalui (SEARCA, 1995): (1)
pembangunan ekonomi; (2) memberikan prioritas pada ketahanan pangan (food
security); (3) menempatkan nilai yang tinggi pada pembangunan sumberdaya
manusia dan pemenuhan kebutuhannya; (3) pemberdayaan dan pembebasan petani;
(4) menjamin suatu lingkungan yang stabil (aman, bersih, seimbang dan dapat
diperbarui); dan (5) memfokuskan pada tujuan produktivitas jangka panjang.
Cara kerja:
semakin berkelanjutan).
Lahan sawah:
Lahan tegal:
Kunjungan lapangan 47
PERTANIAN BERLANJUT 2011
ini.
4 jenis Skor 4
3 jenis Skor 3
2 jenis Skor 2
1 jenis Skor 1
4 jenis Skor 4
3 jenis Skor 3
2 jenis Skor 2
1 jenis Skor 1
Jenis Lahan Tanah milik Sewa Sakap (bagi hasil) Jumlah (ha)
Sawah (ha)
Tegal (ha)
Pekarangan (ha)
Jumlah (ha)
Kunjungan lapangan 48
PERTANIAN BERLANJUT 2011
(3) Bibit untuk tanaman di lahan sawah: membuat sendiri atau membeli,
berapa persen? :
(4) Bibit untuk tanaman di lahan tegal: membuat sendiri atau membeli, berapa
persen? :
Kunjungan lapangan 49
PERTANIAN BERLANJUT 2011
0% sendiri Skor 1
(7) Modal:
Kunjungan lapangan 50
PERTANIAN BERLANJUT 2011
0% terpenuhi Skor 1
4. Akses pasar: tersedia pasar apa tidak akan komoditas yang Bapak/Ibu
budidayakan?
Kunjungan lapangan 51
PERTANIAN BERLANJUT 2011
Sebutkan alasannya.
Jawab:
………………………………………………………………………………………………………………….…………….
………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………
…..…………………………………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………
Pertanian : ( ya / tidak)
Kunjungan lapangan 52
PERTANIAN BERLANJUT 2011
7. Kepemilikan ternak:
Kotoran ternak yang dihasilkan, digunakan untuk apa dan bagaimana cara
pengelolaannya.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………..
………………………………………………………………………………………………………………………………………..
9. Kearifan lokal:
…………………………………………………………………………………………………………………..……………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
pertanian): ………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………..
Kunjungan lapangan 53
PERTANIAN BERLANJUT 2011
hama/penyakit : …………………………………………………………………………………………………….
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………………………………………………………
10. Kelembagaan
Sebutkan kelembagaan apa saja yang ada di masyarakat (yang terkait dengan
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………………………………………………………………….
………………………………………………………………………………………………………………………………………
11. Tokoh masyarakat: ada / tidak tokoh panutan dalam pengelolaan usahatani,
sebutkan.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………...............................................................................................
Kunjungan lapangan 54