Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Budaya Lokal

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 7

DAUN KATUK (SAUROPUS ANDROGYNUS)

A. Definisi Daun Katuk


Sauropus androgynus atau dikenal dengan nama katuk di Indonesia yang
berasal dari keluarga. Daun Katuk (Sauropus Androgynus) merupakan tumbuhan
sayuran yang banyak terdapat di Asia Tenggara. Ciri-ciri tanaman katuk adalah
cabang-cabang agak lunak, daun tersusun selang-seling pada satu tangkai, berbentuk
lonjong sampai bundar dengan panjang 2,5 cm, dan lebar 1,25-3 cm (Anonimb,
2008). Daun Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tanaman obat-obatan
tradisional yang mempunyai zat gizi tinggi, sebagai antibakteri, dan mengandung beta
karoten sebagai zat aktif warna karkas. Daunnya berwarna hijau gelap yang
mengandung sumber klorofil yang berguna untuk peremajaan sel dan bermanfaat
untuk sistem sirkulasi (Selvi dan Bhaskar, 2012).
Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya adalah : saponin, flavonoid,
dan tanin, isoflavonoid yang menyerupai estrogen ternyata mampu memperlambat
berkurangnya massa tulang (osteomalasia), sedangkan saponin terbukti berkhasiat
sebagai antikanker, antimikroba,dan meningkatkan sistem imun dalam tubuh
(Santoso, 2009).
Tanaman Daun Katuk (Sauropus androgynus) tumbuh menahun, berbentuk
semak perdu dengan ketinggian antara 21/2-5 m. Tanaman katuk terdiri dari akar,
batang, daun, bunga, buah dan biji. Sistem perakarannya menyebar ke segala arah dan
dapat mencapai kedalaman antara 30-50 cm. Batang tanaman tumbuh tegak dan
berkayu. Tanaman katuk mempunyai daun majemuk genap, berukuran kecil,
berbentuk bulat seperti daun kelor. Permukaan atas daun berwarna hijau gelap,
sedangkan permukaan bawah daun berwarna hijau muda. Produk utama tanaman
katuk berupa daun yang masih muda. Daun katuk sangat potensial sebagai sumber
gizi karena memiliki kandungan gizi yang setara dengan daun singkong, daun papaya,
dan sayuran lainnya.
Daun katuk merupakan salah satu jenis sayuran yang mudah diperoleh di
setiap pasar, baik pasar tradisional maupun swalayan. Ditinjau dari kandungan
gizinya, daun katuk merupakan jenis sayuran hijau yang banyak manfaat bagi
kesehatan dan pertumbuhan badan. Di dalam daun katuk terdapat cukup banyak
kandungan kalori, protein, kalsium, zat besi, fosfor dan vitamin yang dibutuhkan oleh
tubuh manusia. Daun katuk dapat memperlancar pengeluaran ASI, kemudian dalam
perkembangan selanjutnya, dibuat infus akar daun katuk digunakan sebagai diuretik
dan sari daun katuk digunakan sebagai pewarna makanan.
Komposisi Daun Katuk: Energi 59 kkal, Protein 4,8 gr, Lemak 1 gr,
Karbohidrat 11 gr, serat 1,5 gr, Kalsium 04 mg, Fosfor 83 mg, Zat Besi 2,7 mg,
Vitamin A 10370 SI, Vitamin B1 0,1 mg, Vitamin C 239 mg. (Sumber Informasi Gizi
: Berbagai publikasi Kementerian Kesehatan Republik Indonesia).

B. Manfaat Daun Katuk


1. Meningkatkan Produksi ASI
Ibu menyusui yang mengkonsumsi ekstrak daun katuk dengan dosis 2x dan 3x
sehari memiliki pengaruh yang bermakna terhadap kadar hormon prolaktin dalam
darah (Nurjanah et al, 2017). Pada ibu menyusui yang mengkonsumsi ekstrak daun
katuk, sebanyak 70% dari ibu menyusui terjadi peningkatan produksi ASI hingga
melebihi kebutuhan bayinya. Sedangkan pada ibu yang tidak mengkonsumsi
ekstrak daun katuk, hanya 6,7% yang mengalaimi kenaikan produksi ASI hingga
melebihi kebutuhan bayinya (Suwanti, E dan Kuswati, 2016). Produksi ASI
meningkat karena dalam daun katuk mengandung alkaloid dan sterol (Rahmanisa,
S dan Tara, 2016). Mengkonsumsi ekstrak daun katuk dan daun kelorsaat hamil
akan mempercepat keluarnya kolostrum (Setiawandari dan Istiqomah, 2017).
Kualitas ASI tidak dipengaruhi dengan adanya pemberian ekstrak katuk pada ibu.
Kadar protein dan lemak dalam ASI tetap terjaga walaupun dengan ibu
mengonsumsi ekstrak (Sa’roni et al, 2004). Katuk juga dapat dimanfaatkan untuk
suplemen ibu hamil dan menyusui yang akan mempercepat keluarnya kolostrum
dan akan memperbanyak produksi ASI sehingga bayi akan mendapatkan ASI
eksklusif yang mencukupi kebutuhan bayi tanpa harus mengkonsumsi susu sapi.
2. Antianemia
Klorofil dari daun katuk memiliki potensi sebagai alternatif pengobatan
anemia hemolitik dengan adnya peningkatan kadar Hb dan ferritin. Perawatan
klorofil daun katuk dapat meningkatkan ferritin pada tikus meskipun perbedaan
yang dihasilkan tidak signifikan secara statistik Klorofil daun katuk berpotensi
dapat digunakan sebagai antioksidan akibat stres oksidatif (Suparmi et al., 2016).
3. Antiinflamasi
Patch ekstrak daun katuk memiliki efekivitas yang relatif sama dengan
natrium diklofenak dalam penyembuhan radang. Dengan menggunakan dosis
ekstrak 400 mg/kg BB, terjadi penghambatan peradangan berkisar 66,67-100%
(Desnita et al, 2018).
4. Aktivitas Anti Bakteri
Ektrak daun katuk telah terbukti memiliki aktivitas antibakteri. Daun katuk
memiliki aktivitas antibakteri Klebsiela Pnemoniae dan bakteri Staphylococcus
Aures. Ekstrak dari bagian daun lebih efektif daripada ekstrak bagian batang dan
akar. Pada ekstrak metanol dan etanol memiliki nilai penghambatan yang
signifikan terhadap bakteri Proteus vulgaris, Bacillus cereus dan Staphylococcus
aureus. Penghambatan kurang signifikan pada pengujian dengan menggunakan
bakteri Klebsiella pneunomoniae, E.coli dan Pseudomonas aeroginosa
(K,Gayathramma et al., 2012).
Ekstrak daun katuk juga dapat digunakan sebagai antibakteri Salmonella
typhi. Pada penelitian lain, aktivitas antimikroba yang dimiliki ekstrak daun katuk
(Sauropus androgynus) dapat menghambat pertumbuhan beberapa bakteri yang
ditandai dengan adanya zona hambat. Ekstrak yang diuji dalam pengujian beberapa
bakteri tersebut meliputi ekstrak metanol, ekstrak etanol dan ekstrak air. Bakteri
yang diuji yaitu bakteri gram positif (Bacillis cereus, Bacillis subtilis dan
Staphylococcus aureus) dan bakteri gram negarif (Escherichia coli, Klebsiella
pnemoniae dan Salmonella typhimurium) (Ariharan et al., 2013).
Pada pengujian ekstrak Sauropus androgynus (L) Merr terhadap bakteri
Propionibacterium acnes tidak terdapat zona hambat, sedangkan pada
Staphylococcus epidermis tredapat zona hambat. Sehingga ekstrak daun katuk
dapat digunakan sebagai obat jerawat yang disebabkan karena Staphylococcus
epidermis namun tidak dapat digunakan pada jerawat yang disebabkan karena
Propionibacteriuum acnes (Mulyani et al., 2017).
Selain digunakan dalam bentuk ekstrak langsung, daun katuk juga dapat
digunakan dalam bentuk salep. Dalam bentuk salep, pada konsentrasi ektrak salep
20% memiliki daya hambat yang lebih baik terhadap bakteri Staphylococcus
aureus dibandingkan dengan konsentrasi ekstrak 10% dan 15% (Zukhri et al.,
2018).
C. Cara Pengolahan Daun Katuk
Daun katuk bisa dikonsumsi dalam bentuk sayur-sayuran, jus-jusan, atau bisa
juga dilalap sesuai selera.
1. Jus Daun Katuk
a. Bahan :
 100 gram daun katuk
 3 buah wortel ukuran sedang
 1 sdm air perasan lemon
 300 ml air putih
b. Cara membuat :
1) Cuci dan bersihkan wortel serta daun katuk di bawah air yang mengalir
sampai bersih.
2) Potong-potong wortel dan daun katuk.
3) Masukkan bahan dalam blender, tambahkan air.
4) Haluskan dan tambahkan air lemon.
5) Blender lagi sampai rata.
6) Tuang dalam gelas dan masukkan dalam lemari es.
7) Sajikan dingin dan habiskan saat itu juga.

2. Sayur Daun Katuk Bening


a. Bahan :
 300 gram daun katuk yang sudah bersih
 1 buah jagung sayur atau jagung manis (disisir halus)
 2 siung bawang putih (iris tipis)
 3 butir bawang merah (iris tipis)
 2 cm lengkuas
 2 lembar daun salam (dicuci bersih)
 Gula pasir secukupnya
 Garam halus secukupnya
 Air secukupnya
b. Cara Membuat Sayur Daun Katuk :
1) Rebus air bersama irisan bawang merah, bawang putih, daun salam dan
lengkuas.
2) Tunggu sampai air rebusan benar-benar mendidih.
3) Masukkan jagung sayur yang sudah disisir halus ke dalam rebusan air dan
tunggu sampai matang.
4) Masukkan daun katuk ke dalam rebusan jagung sayur lalu tambahkan gula
pasir dan garam.
5) Aduk sampai tercampur rata dan tunggu sampai matang
6) Sayur daun katuk siap dihidangkan
DAFTAR PUSTAKA

Azis, S dan Muktiningsih SR. (2006). Studi Manfaat Daun Katuk (Sauropus
androgynus), Cermin Dunia Kedokteran; 151: 48-50.
Mulyani, Yuli Wahyu Tri et al. 2017. Ekstrak Daun Katuk (Sauropus Androgynus (L)
Merr) Sebagai Antibakteri Terhadap Propionibacterium Acnes Dan
Staphylococcus Epidermidis. Jurnal Farmasi Lampung Vol.6.No2:46-54.
Rahmanisa, S dan Tara. 2016. Efektivitas Daun Katuk (Sauropus androgynus)
terhadap Produksi ASI. Majority Vol.5No.1:117-121.
Santoso, U. 2009. Manfaat Daun Katuk Bagi Kesehatan Manusia.
www.uripsantoso.wordpress.com.30 Januari 2020.13.03 WITA.
Suwanti, E dan Kuswati. 2016. Pengaruh Konsumsi Ekstrak Daun Katuk Terhadap
Kecukupan Asi Pada Ibu Menyusui Di Klaten. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan,
Volume 5, No 2,halaman 110-237.

Anda mungkin juga menyukai