Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Sikap Dalam Keperawatan

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pasien pada saat sekarang semakin memahami hak-hak mereka untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, sehingga tidak jarang keluhan,
harapan, laporan, atau bahkan tuntutan mereka sampaikan sebagai bagian dari
upaya mempertahankan hak mereka sebagai penerima jasa pelayanan kesehatan.
Perawat sebagai pemberi pelayanan kesehatan di rumah sakit diharapkan selalu
ramah, bertabiat lembut, dapat dipercaya, trampil, cakap, dan memiliki tanggung
jawab morak yang baik.
Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk
pasien/klien baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan
memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang komprehensif. Sebagai
tenaga yang professional, dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap
yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggung jawab
moral.
Makalah ini menjelaskan tentang pengertian sikap, komponen sikap, proses
terbentuknya sikap, pengukuran sikap, motivasi diri untuk membangun sikap dalam
keperawatan yang professional. Pembuatan makalah ini juga dilatar belakangi
untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah etika keperawatan.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Pembuatan makalah ini mengambil beberapa rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian dari sikap ?
2. Apa saja komponen sikap ?
3. Bagaimana proses terbentuknya sikap ?
4. Apa saja tingkatan sikap ?
5. Bagaimana cara mengukur sikap ?
6. Bagaimana praktek atau tindakan dari sikap ?
7. Apa yang dimaksud dengan motivasi ?
8. Bagaimana cara memotivasi diri ?
9. Bagaiamana sikap perawat dalam praktek keperawatan ?
10. Apa saja strategi dalam pengembangan kepribadian ?

1.3 TUJUAN
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui :
1. Pengertian sikap
2. Komponen-komponen sikap
3. Proses terbentuknya sikap
4. Tingkatan sikap
5. Skala pengukuran sikap
6. Praktek atau tindakan sikap
7. Pengertian motivasi
8. Motivasi diri
9. Sikap dalam keperawatan
10. Strategi pengembangan diri
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN SIKAP


Secara umum, pengertian sikap (attitude) adalah perasaan, pikiran, dan
kecenderungan seseorang yang kurang lebih bersifat permanen mengenal aspek-
aspek tertentu dalam lingkungannya. Dalam pengertian yang lain, sikap adalah
kecondongan evaluatif terhadap suatu objek atau subjek yang memiliki konsekuensi
yakni bagaimana seseorang berhadap-hadapan dengan objek sikap. Tekanannya
pada kebanyakan penelitian dewasa ini adalah perasaan atau emosi. Sikap yang
terdapat pada diri individu akan memberi warna atau corak tingkah laku ataupun
perbuatan individu yang bersangkutan. Dengan memahami atau mengetahui sikap
individu, dapat diperkirakan respons ataupun perilaku yang akan diambil oleh
individu yang bersangkutan.Sikap adalah suasana perasaan atau sifat, di mana
perilaku yang ditujukan kepada orang, objek, kondisi, atau situasi, baik secara
tadisional maupun nilai atau keyakinan.
Sikap dapat juga diartikan sebagai pikiran dan perasaan yang mendorong
kita bertingkah laku ketika kita menyukai atau tidak menyukai sesuatu. Sedang
sikap sendiri mengandung tiga komponen yaitu : kognisi, emosi dan perilaku serta
bisa konsisten dan bisa juga tidak. Tergantung permasalahan apa yang mereka
hadapi. Kraus menemukan beberapa faktor yang memprediksi konsistensi sikap
dan perilaku seseorang yaitu: stabil sepanjang waktu, dilakukan dengan keyakinan
yang tinggi. konsisten dengan reaksi emosi seseorang ke arah perilaku, terbentuk
karena pengalaman langsung, mudah diingat.
Para ahli juga banyak menyumbangkan pengertian sikap. Berikut ini
pengertian sikap dari beberapa ahli:
 Notoatmodjo S. (1997): Sikap adalah reaksi atau respons yang masih
tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.
 Bimo Walgito, (2001): Sikap adalah organisasi pendapat, keyakinan
seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai
adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk
membuat respons atau berpenilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya.

2.2 KOMPONEN SIKAP


Komponen Sikap Ada tiga komponen yang secara bersama-sama
membentuk sikap yang utuh (total attitude) yaitu : (Notoatmodjo, 2007).
a. Kognitif (cognitive). Berisi kepercayaan seseorang mengenai apa yang
berlaku atau apa yang benar bagi obyek sikap. Sekali kepercayaan itu telah
terbentuk maka ia akan menjadi dasar seseorang mengenai apa yang dapat
diharapkan dari obyek tertentu.
b. Afektif (affective) Menyangkut masalah emosional subyektif seseorang
terhadap suatu obyek sikap. Secara umum komponen ini disamakan dengan
perasaan yang dimiliki obyek tertentu.
c. Konatif (conative) Komponen konatif atau komponen perilaku dalam
struktur sikap menunjukkan bagaimana perilaku atau kecenderungan
berperilaku dengan yang ada dalam diri seseorang berkaitan dengan obyek
sikap yang dihadapi (Notoatmodjo ,1997).

2.3 PROSES TERBENTUKNYA SIKAP


Menurut Azwar (2007) fakto-faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap
antara lain :
a. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terdapat stimulus sosial. Middllebrook
(1974) mengatakan bahwa tidak adanya pengalaman sama sekali dengan
suatu objek psikologis cenderung akan akan membentuk sikap negatif
terhadap objek tersebut.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang
searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Keinginan ini antara lain
di motivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk
menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. Diantara
orang yang diasanya dianggap penting oleh individu adalah orang tua, orang
yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, istri suami
dll.
c. Pengaruh budaya
Kebudayaan menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap
berbagai masalah karena kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan
mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan sikap kita.
d. Media massa
Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya,media
massa membawa pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan
opini seseorang. Pesan-pesan sugestif yang dibawa oleh informasi tersebut,
apabila cukup kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai sesuatu.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Kedua lembaga ini meletakkan dasar pengertian dan konsep moral
dalam individu sehingga kedua lembaga ini merupakan suatu sistem yang
mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap.
f. Pengaruh faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pertanyaan yang didasari oleh emosi
yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego. Peranan gender sangat mempengaruhi
keadaan emosional, perempuan menekankan pada tanggung jawab dalam
emosinya. Perempuan merasa bertanggung jawab terhadap emosi orang
lain. Mereka sangat memperhatikan keadaan emosi orang lain sehingga
lebih mampu untuk memahami perubahan emosional. Oleh sebab itu kaum
perempuan biasanya jauh lebih memiliki empati terhadap penderita orang
lain ketimbang laki-laki. Masyarakat memiliki stereotip bahwa laki-laki
kurang mampu menghayati perasaan emosionalnya. Adapun perempuan
sangat menghayati emosinya. Laki-laki mudah menyembunyikan emosi
yang dialaminya, sedangkan perempuan sulit menyembunyikannya. Oleh
sebab itu maka perempuan cenderung menganggap bahwa perempuan lebih
mudah merasakan takut, cemas dan sedih dari pada sedih dari pada laki-laki.
Sedangkan laki-laki dianggap lebih mudah untuk marah (smartpsikologi,
2007).

2.4 TINGKATAN SIKAP


Seperti halnya dengan pengetahuan, menurut Notoatmodjo (2007). Sikap
terdiri dari berbagai tingkatan :
1). Menerima (receiving)
Diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang
diberikan (objek).
2). Merespon (responding)
Diartikan bahwa sikap individu dapat memberikan jawaban apabila ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari
sikap.
3). Menghargai (vauling)
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah.
4). Bertanggung jawab (responsible)
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala
resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.5 SKALA PENGUKURAN SIKAP


a. SKALA LIKERT: digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.
b. SKALA GUTTMAN: Skala pengukuran dengan tipe ini, akan di dapat
jawaban yang tegas, yaitu ya atau tidak, benar atau salah, pernah atau
tidak, positf atau negatif, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat
berupa data interval atau rasio dikhotomi (dua alternatif). Jadi kalau
pada skala Likert terdapat interval 1,2,3,4,5 interval, dari kata “sangat
setuju” sampai “sangat tidak setuju”, maka dalam skala Gutmann hanya
ada dua interval yaitu “setuju atau tidak setuju”. Penelitian
menggunakan skala Guttman dilakukan bila ingin mendapatkan
jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang di tanyakan.
c. SKALA THURSTONE: Skala Thurstone adalah skala yang disusun
dengan memilih butir yang berbentuk skala interval. Setiap butir
memiliki kunci skor dan jika diurut, kunci skor menghasilkan nilai yang
berjarak sama. Skala Thurstone dibuat dalam bentuk sejumlah (40-50)
pernyataan yang relevan dengan variable yang hendak diukur kemudian
sejumlah ahli (20-40) orang menilai relevansi pernyataan itu dengan
konten atau konstruk yang hendak diukur.
d. SEMANTIK DIFERENSIAL: Skala diferensial yaitu skala untuk
mengukur sikap, tetapi bentuknya bukan pilihan ganda maupun
checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum di mana jawaban
yang sangat positif terletak dibagian kanan garis, dan jawaban yang
sangat negative terletak dibagian kiri garis, atau sebaliknya.
Data yang diperoleh melalui pengukuran dengan skala semantic
differential adalah data interval. Skala bentuk ini biasanya digunakan
untuk mengukur sikap atau karakteristik tertentu yang dimiliki
seseorang.
e. PENILAIAN (RATING SCALE): Data-data skala yang diperoleh
melalui tiga macam skala yang dikemukakan di atas adalah data
kualitatif yang dikuantitatifkan. Berbeda dengan rating scale, data yang
diperoleh adalah data kuantitatif (angka) yang kemudian ditafsirkan
dalam pengertian kualitatif. Seperti halnya skala lainnya, dalam rating
scale responden akan memilih salah satu jawaban kuantitatif yang telah
disediakan.
Rating scale lebih fleksibel, tidak saja untuk mengukur sikap tetapi
dapat juga digunakan untuk mengukur persepsi responden terhadap
fenomena lingkungan, seperti skala untuk mengukur status sosial,
ekonomi, pengetahuan, kemampuan, dan lain-lain. Dalam rating scale,
yang paling penting adalah kemampuan menterjemahkan alternative
jawaban yang dipilih responden.
2.6 PRAKTEK ATAU TINDAKAN SIKAP
Notoatdmojo (2003) menyatakan bahwa suatu sikap belum otomatis
terwujud dalam suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi
suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang
memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga
diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain.
Praktek ini mempunyai beberapa tingkatan, yaitu :
a. Persepsi (perception), yaitu mengenal dan memilih berbagai objek
sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek
tingkat pertama.
b. Respon terpimpin (guided response), yaitu indicator praktek tingkat dua
adalah dapat melakukan sesuatu sesuai dengan contoh.
c. Mekanisme (mechanism), yaitu apabila seseorang telah dapat melakukan
sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan
kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.
d. Adopsi (adoption), adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah
berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa
mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.7 MOTIVASI
Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
melakukan sesuatu. Motivasi adalah perasaan atau pikiran yang mendorong
seseorang melakukan pekerjaan atau menjalankan kekuasaan terutama dalam
berperilaku (Purwanto Ngalim, 2000 Dalam Mutikasari, 2008).
Motivasi adalah kondisi mental yang mendorong dilakukannya suatu
tindakan (action atau activities) dan memberikan kekuatan (energy) yang mengarah
kepada pencapaian kebutuhan, memberi kepuasan ataupun mengurangi
ketidakseimbangan. Oleh karena itu tidak akan ada motivasi, jika tidak dirasakan
rangsangan-rangsangan terhadap hal semacam di atas yang akan menumbuhkan
motivasi, dan motivasi yang telah tumbuh memang dapat menjadikan motor dan
dorongan untuk mencapai tujuan pemenuhan kebutuhan atau pencapaian
keseimbangan (Wikipedia, 2008).
Menurut sunaryo, (2008) motif merupakan suatu pengerak, keinginan, rangsangan
Motif atau motivasi berasal dari kata latin “ Moreve” yang berarti dorongan dalam
diri manusia untuk bertindak atau berprilaku pengertian motivasi tidak terlepas dari
kebutuhan.
Motivasi adalah keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang
memberikan energi, mendorong kegiatan, atau menggerakkan dan mengarah dan
menyalurkan perilaku kearah pencapaian kebutuhan yang memberi kepuasan
(Siswanto, 2003).
Motivasi adalah karakteristik psikologis manusia yang memberi kontribusi
pada tingkat komitmen seseorang. (Nursalam, 2007).
Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi
atau di respon (Notoatmojo , 2007) motivasi menurut Stoner dan freman adalah
karakteristik psikologi manusia yang memberikan kontribusihasrat, pembangkit
tenaga dan dorongan dalam diri manusia yang menyebabkan mereka, berbuat
sesuatu secara singkat dalam diri individu yang menyadari atau menentukan prilaku
individu.
Kata lain Motif adalah energi dasar yang terdapat dalam diri individu dan
menentukan individu dan menentukaan prilaku dan memberi tujuan dan arah
kepada prilaku manusia . Motivasi adalah suatu usaha yang di sadari untuk
mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia bergerak hatinya untuk bertindak
melakukan suatu sehingga mencapai hasil atau tujuan tertentu .
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah
sesuatu kekuatan dasar yang terdapat dalam diri individu yang menyebabkan
individu tersebut bertindak atau berbuat untuk memenuhi adanya kebutuhan agar
tercapai keseimbangan. Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan motivasi
adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan
kemampuannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau
mencapai tujuan tertentu.
Motivasi terdiri dari :
1. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang datangnya dari dalam individu.
2. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang datangnya dari luar individu.
3. Motivasi terdesak adalah motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan
munculnya serentak serta menghentak dan cepat sekali.
Banyak para ahli mengemukakan teori motivasi, diantaranya adalah sebagai
berikut :
a. Teori Motivasi Menurut Maslow
Teori motivasi versi Maslow dikaitkan dengan pemuasan berbagai
kebutuhan manusia. Menurut Maslow, manusia mempunyai kebutuhan yang
diklasifikasikan-nya pada ilmu tingkatan atau hirarki yaitu :
1. Kebutuhan fisiologi (sandang, pangan, papan) atau physiological needs.
2. Kebutuhan akan rasa aman (safety needs)
3. Kebutuhan sosial (social needs)
4. Kebutuhan pengakuan dan penghargaan (esteem needs)
5. Kebutuhan pengembangan diri (self actualization)
b. Teori Herzberg
Teori ini mengatakan bahwa kebutuhan yang mendorong orang bertingkah laku
terdiri dari 2 kelompok, yaitu :
1. Faktor higienik (faktor ekstrinsik) yaitu faktor yang mempengaruhi
ketidakpuasan.
2. Faktor motivasional (faktor intrinsik) yaitu yang menghasilkan kepuasan.
c. Teori X-Y Mc. Gregor
Teori ini mengatakan bahwa sikap dasar manusia akan mempengaruhi
motivasi. Teori ini membagi sikap manusia menjadi sikap teori X dan teori Y. Teori
X berasumsi bahwa manusia lebih suka diawasi dari pada diberi kebebasan, tidak
senang menerima tanggung jawab, malas, dan selalu ingin aman sedangkan teori Y
berasumsi bahwa manusia suka bekerja dan kontrol diri sendiri merupakan hal
esensial.
d. Teori Mc. Clelland atau Teori Prestasi
Teori ini mengatakan bahwa motivasi seseorang dipengaruhi oleh tiga
kebutuhan yaitu :
1. Keberhasilan yaitu ingin tampil lebih baik dari sebelumnya.
2. Afiliasi yaitu membentuk persahabatan, cinta dan rasa memiliki.
3. Kekuasaan yaitu mengontrol cara mempengaruhi orang lain dan
mempertahankan kontrol tersebut.
e. Teori Proses Motivasi
Teori ini fokus pada cara mengontrol atau mempengaruhi perilaku
manusia. Ada empat 4 teori terjadinya motivasi manusia.:
1. Penguatan (reinforcement). Konsekuensi dari perilaku sangat
mempengaruhi motivasi.
2. Pengharapan (expectancy). Individu termotivasi oleh harapan hasil yang
akan datang.
3. Keadilan (equity). Keadilan adalah usaha yang diberikan atau dihargai.
Perlakuan yang tidak adil akan merubah perilaku.
4. Penetapan tujuan (goal setting). Penetapan tujuan yang spesifik
menghasilkan tingkat penampilan yang lebih tinggi.
f. Teori harapan – Victor Vroom, teori ini beragumen bahwa kekuatan dari
suatu kecenderungan untuk bertindak dari suatu pengharapan bahwa
tindakan itu akan diikuti oleh suatu keluaran tertentu dan pada daya tarik
dari keluaran individu tersebut.
g. Reinforce theory, teori ini tidak menggunakan konsep suatu motive atau
proses motivasi. Sebaliknya teori ini menjelaskan bagaimana konsekuensi
perilaku dimasa lalu mempengaruhi tindakan dimasa yang akan datang.

2.8 MOTIVASI DIRI


Yang di maksud dengan Motivasi Intrinsik adalah motif-motif yang
menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu diransang dari luar, karena dalam diri
setiap individu suadah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Sebagai Contoh
seseorang yang senang membaca, tidak perlu ada yang menyuruh atau
mendorongnya, karena ia sudah rajin mencari buku-buku untuk dibacanya.
Perlu diketahui bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan
memiliki tujuan untuk menjadi orang yang terdidik, berpengetahuan, ahli dalam
bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai
ialah dengan belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak
mungkin menjadi ahli. Dorongan yang menggerakkan itu bersumber pada suatu
kebutuhan, kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik
dan berpengetahuan. Jadi memang motivasi itu muncul dari kesadaran diri sendiri
dengan tujuan secara esensial, bukan sekedar simbol atau seremonial.

2.9 SIKAP DALAM KEPERAWATAN


Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus menunjukan sikap
profesional kepada seluruh pasien yang di rawat.Beberapa sikap professional
tersebut antara lain:
1. sikap pemberi kasih sayang terhadap pasien yang dirawatnya.
2. sikap perhatian terhadap kebutuhan yang diperlukan oleh pasien.
3. sikap pemberi rasa aman terhadap pasien.
4. sikap ramah terhadap semua orang terutama pasien.
5. Sikap yang dicirikan dengan suara lembut dan murah senyum.
6. Sikap dapat dipercaya.
7. Percaya diri.
8. Memandirikan pasien agar tidak tergantung oleh perawat.
9. Sikap menghindari ucapan kasar yang dapat menyinggung perasaan pasien.
10. Sikap penuh pengertian dan pengapdian.=
11. Sikap kooperatif atau mudah diajak bekerjasama dengan pasien atau tenaga
medis lain.
12. Sikap yang dapat membatu mengatasi masalah pasien dan keleguarnya.

2.10 STRATEGI PENGEMBANGAN DIRI


2.10.1 Memahami potensi diri
Untuk memahami potensi diri, individu harus mampu menggali faktor
intern dan ekstern yang dimiliki individu tersebut. Faktor intern misalnya, memilih
informasi yang lengkap tentang diri individu dan memahami kelebihan yang
dimiliki. Sedangkan faktor ekstern contohnya, individu menguji atau mengukur
kemampuan dengan mengikuti berbagai kompetisi
2.10.2 Memiliki rasa ingin tahu yang besar
Untuk menciptakan rasa ingin tahu yang besar dapat dilakukan dengan
selalu membuka pemikiran terhadap hal-hal baru, ataupun hal-hal yang sudah
pernah dipelajari.
2.10.3 Mengenali konsep diri
Untuk mengenali konsep dirinya, individu belajar tentang diri sendiri,
menerima dan mengakui diri sebagai manusia biasa dengan segala kelebihan dan
kekurangannya. Memandang diri sebagai manusia yang berharga, yang mempunyai
tujuan dan cita-cita.
2.10.4 Mengidentifikasi hambatan dari diri sendiri maupun dari luar
 Hambatan yang berasal dari diri sendiri
Hambatan yang lahir dari diri sendiri seseorang meliputi tidak adanya tujuan yang
jelas, adanya prasangka buruk, tidak memiliki sikap yang sabar, adanya perasaan
takut gagal, kurang motivasi diri dan tertutup.
 Hambatan dari luar diri sendiri
Hambatan yang datangnya dari luar diri sendiri meliputi lingkungan keluarga,
lingkungan kerja, lingkungan bermain, budaya masyarakat, sistem pendidikan, dan
kualitas makanan yang dikonsumsi.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Sikap adalah suasana perasaan atau sifat, di mana perilaku yang ditujukan
kepada orang, objek, kondisi, atau situasi, baik secara tadisional maupun nilai atau
keyakinan. Sikap memiliki lima komponen sikap yaitu : kognitif, afektif, dan
konatif. Sikap terbentuk melalui berbagai proses pembentukan sikap. Sikap dapat
diukur melalui lima skala pengukuran sikap. sikap belum otomatis terwujud dalam
suatu tindakan (over behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan
nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara
lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas, juga diperlukan faktor pendukung
(support) dari pihak lain.

3.2 SARAN
Untuk menjadi perawat yang professional, perawat perlu memahami
bagaimana sikap dalam keperawatan. Perawat juga perlu motivasi yang tumbuh
dalam dirinya untuk tidak mudah menyerah dalam membangun sikap dalam
keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

Ismani Nila. 2001. ETIKA KEPERAWATAN. Jakarta : Widya Medika


Nursalam. 2007. MANAJEMEN KEPERAWATAN : APLIKASI DALAM
PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL. Edisi kedua. Jakarta : Salemba
Medika
Sardiman, A.M. 2001. INTERKASI DAN MOTIVASI BELAJAR-
MENGAJAR. Cet. IX, Jakarta: Raja grafindo Persada.
Suhaemi, M.E. 2003. ETIKA KEPERAWATAN : APLIKASI PADA
PRAKTEK. Jakarta : EGC
Sunaryo. 2002. PSIKOLOGI UNTUK KEPERAWATAN. Jakarta: EGC.
Sunaryo. 2010. PSIKOLOGI UNTUK KEPERAWATAN. Jakarta:EGC
Susianah Affandy. 2015. PROSES PEMBENTUKAN SIKAP [Internet].
Available from <https://www.kompasiana.com>. [di akses 1 Juni 2016]

Anda mungkin juga menyukai