Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Tamak

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 16

Rakus (Tamak)

Makalah

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Abnornal

Dosen Pengampu : Firman Rismanto, M. Psi

Disusun oleh :

Aini Nabila (1171040190)

Nefa Utami Putri (1171040200)

Syisilia (1171040209)

PRODI TASAWUF PSIKOTERAPI

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga makalah yang berjudul “Rakus (Tamak)” ini
bisa diselesaikan tepat pada waktunya.

Makalah ini penyusun buat untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Tasawuf Tokoh
yangdiampu oleh Firman Rismanto, M. Psi.

Selanjutnya penyusun mengucapkan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah


membantu dalam proses penyelesaian makalah ini. Penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari sempurna. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari para
pembaca agar kelak bisa berkarya dengan lebih baik.

Akhirnya penyusun berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga makalah ini
bermanfaat bagi para pembaca yang budiman. Amin.

Bandung, 3 Oktober 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................................3
A. Pengertian Tamak dalam Perspektif Islam dan Psikologi..........................................................3
B. Hubungan Perilaku Tamak terhadap Kesehatan Jiwa Manusia..................................................5
C. Cara Menghindari Perilaku Tamak............................................................................................8
BAB III PENUTUP.............................................................................................................................11
A. Kesimpulan..............................................................................................................................11
B. Saran........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Di jaman yang sudah sangat modern ini dengan kelengkapan teknologi yang
memadai, manusia dapat menjangkau hampir seluruh aspek kehidupan. Mulai dari materi
hingga kehidupan bersosialisasi dapat terpenuhi dengan kecanggihan teknologi.
Masyarakat saat ini sudah bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari hanya melalui sebuah
aplikasi yang terdapat di dalam ponsel pintar yang dimiliki. Pun dengan persoalan
interaksi, saat ini masyarakat sudah bisa saling berkomunikasi setiap hari lagi-lagi dengan
bantuan sebuah aplikasi yang bisa mereka gunakan dari pagi hingga malam hari.

Memang, nafsu atau keinginan untuk memiliki sesuatu adalah sifat dasar yang ada
pada diri manusia. Namun dengan adanya bantuan dari teknologi tersebut menjadikan
masyarakat modern semakin berperilaku seperti itu karena mudah dalam memenuhi
kebutuhan. Merasa demikian, membuat masyarakat juga semakin ingin dan ingin lagi
memiliki sesuatu yang dirasa mampu untuk didapatkan. Perlahan, bagi yang tidak bisa
mengontrol maka perilaku tersebut akan terus berkembang sehingga menjadikannya
perilaku berlebihan dalam keinginan mendapatkan atau memiliki sesuatu. Perilaku
tersebut sering kita kenal dengan istilah rakus atau tamak. Yang mana perilaku ini apabila
dibiarkan terus menerus akan menimbulkan efek tidak baik bagi kejiwaan seseorang.

Melihat fenomena tersebut, oleh karenanya dalam makalah ini penyusun akan
membahas mengenai perilaku tamak yang sebelumnya sudah sedikit tergambarkan.
Bagaimana pengertian tamak dalam perspektif islam maupun psikologi serta bagaimana
korelasi antara perilaku tersebut dengan kejiwaan seseorang. Juga, bagaimanakah cara
yang dapat dilakukan agar kita terhindar dari perilaku tamak tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Tamak dalam perspektif Islam dan Psikologi ?

1
2. Bagaimana pengaruh perilaku Tamak terhadap kejiwaan manusia ?
3. Bagaimana cara menghindari perilaku Tamak ?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian Tamak dalam perspektif Islam dan Psikologi.


2. Untuk mengetahui pengaruh perilaku Tamak terhadap kejiwaan manusia.
3. Untuk mengetahui cara menghindari perilaku Tamak.

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Tamak dalam Perspektif Islam dan Psikologi

Kata tamak berasal dari akar kata ,,,, yang berarti keinginan hati yang kuat
untuk mendapatkan sesuatu.1 Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tamak
berarti selalu ingin memperoleh sesuatu yang banyak, untuk dirinya sendiri; loba atau
serakah, dalam arti keinginan untuk memperoleh sebanyak-banyaknya.2
Iri hati atas kepunyaan orang lain adalah suatu keadaan psikologis yang
mendorong orang memburu harta dan menjadikan perolehan material sebagai poros
putaran pikirannya. Kecenderungan materal timbul dari keserakahan yang tak
terkendali, karena menciptakan kebahagiaan khayali. Keserakahan dipandang sebagai
suatu faktor pembawa nestapa dalam kehidupan manusia sebagai hasilnya manusia
mengabaikan segala sesuatu dalam mengorbankan segala prilaku moral dalam
usahanya untuk mengumpulkan harta, hingga akhirnya rasa kekurangan berakar
dalam hati.
Orang yang serakah tak akan pernah puas dengan semua harta dunia, persis
sebagimana api membakar semua bahan bakar yang diberikan, bilamana keserakan
menguasai suatu bangsa ia mengubah kehidupan sosialnya menjadi medan
pertengkaran dan perpecahan sebagai ganti keadilan, keamanan, dan kedamaian.
Secara alami, dalam masyarakat semacam itu keluhuran moral dan rohani tidak
mendapat kesempatan. Tindakan orang yang serakah menciptakan rangkaian nestapa
bagi masyarakat, karena ia bermaksud memenuhi hawa nafsunya dengan cara-cara
yang tidak adil termasuk yang akan membawa kemiskinan bagi orang lain . orang
serakah merebut sumbet-sumber kekayaan untuk mendapatkan yang lebih banyak dari
haknya sendiri, dan mengakibatkan permasalahan ekonomi yang parah.3
Sebagian orang mengklaim bahwa kekayaan adalah sumber yang memenuhi
banyak hasrat, sehingga mereka memberikan perhatian besar kepadanya.
Kenyataannya orang miskinlah yang unggul dalam kebanyakan bidang yang paling
mulia dan agung dalam sejarah. Lebih jauh, kekayaan melimpah dapat merusak bagi
1
Abu Husain Ahmad bin Faris bin Zakariyah, Maqayis al-Lugah (juz III; Bairut: Dar al-Fikr, 1970) hlm 925
2
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (edisi kedua, Jakarta: Balai
Pustaka, 1996), hlm 997
3
Sayid Mujtaba Musawi Lari, Menumpas Penyakit Hati, (cetakan ketiga, Jakarta: Lentera, 1997), hlm 161

3
orang yang mewarisi sejumlah besar uang, umumnya mereka jadi mengabaikan segala
peluang untuk memperoleh pendidikan dan ilmu pengetahuan sambil
menenggelamkan diri dalam dosa dan nafsu, karena merasa tidak membutuhkan lagi
pekerjaan ataupun pengembangan diri.4
Kata-kata tamak dengan berbagai bentuknya dapat ditemukan di dalam Al-
Qur’an sebanyak 12 kali dan pada umumnya berarti berkeinginan atau mengharapkan
sesuatu, seperti yang terdapat pada QS. Al-A’raf:56 yaitu:

َ‫نِين‬HHH‫ريبٌ ِمنَ ْال ُمحْ ِس‬HHH


ِ َ‫ا ۚ إِ َّن َرحْ َمتَ هَّللا ِ ق‬HHHً‫ا َوطَ َمع‬HHHً‫وهُ َخوْ ف‬HHHُ‫اَل ِحهَا َوا ْدع‬HHH‫ص‬ ِ ْ‫دُوا فِي اأْل َر‬HHH‫َواَل تُ ْف ِس‬
ْ ِ‫ َد إ‬HHHْ‫ض بَع‬
Artinya: Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada
orang-orang yang berbuat baik.

Dapat dipahami bahwa tamak itu adalah sifat adanya sifat kegelisahan dan
keputus asaan terhadap rahmat Allah SWT sehingga menimbulkan ketidakpuasan
terhadap apa yang dimilkinya. Jadi pada prinsipnya tamak yang tercela adalah sifat
yang dimilki oleh manusia yang berkeinginan untuk memperbanyak harta, serta tidak
ada kepuasan terhadap apa yang dimilkinya dengan tujuan untuk memperkaya diri
sendiri.

Sedangkan menurut perspektif Psikologi, Kepribadian yang rakus/tamak


merupakan sikap atau prilaku yang selalu merasa kurang terhadap apa yang ia miliki,
meskipun apa yang ia miliki itu telah memenuhi kelayakan dan standar. Tamak ini
bukan hanya berkaitan dengan harta dan benda, tetapi juga berkaitan dengan
pria/wanita, tahta/kekuasaan maupun kesenangan hidup lainnya. orang yang tamak ini
juga dikatakan terganggu perilaku nya, sebab ia tidak dapat menguasai diri bahkan
tidak memiliki kebebasan hidup. Manusia seharusnya mengendalikan harta benda,
tetapi karena kerakusannya justru ia terbelenggu dan diperbudak oleh harta bendanya
sendiri.5

4
Sayid Mujtaba Musawi Lari, Menumpas Penyakit Hati, (cetakan ketiga, Jakarta: Lentera, 1997), hlm 162
5
Dr.H. Abdul Mujib, M.Ag, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (edisi kedua, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2006), hlm 375

4
Tamak merupakan perilaku maladatif seperti narsistik dan anti social karena ia
enggan berbagi terhadap apa yang ia miliki kepada orang lain. tamak merupakan
gangguan mood, seperti eksaltasi yang mementingkan diri sendiri dan sejahtera yang
tidak beralasan, kemerdekaan hidupnya terbelenggu atau dibatasi oleh materi dan
hawa nafsu dan hidupnya penuh khayalan yang mengakibatkan kecemasan. orang
yang tamak juga akan kesulitan melakukan penyesuaian diri karena perilakunya
bertentangan dengan norma sosial juga kesulitan mengembangkan dirinya karena
kemerdekaan dirinya tidak teraktualisasi.6

Dapat disimpulkan tamak menurut perspektif psikologis merupakan suatu


kondisi seseorang itu mengalami gangguan kepribadian dimana seseorang yang
memiliki sifat tamak akan memiliki rasa ketidakpuasan terhadap apa yang telah
didapatinya, misalnya dia telah mendapatkan sesuatu namun baginya itu tidak cukup
maka bagimanapun caranya baik mengambil hak orang lain dia akan terus mengejar
semuanya demi memuaskan dirinya sendiri. Dengan ini membuat seseorang akan
mengalami kegelisahan tiada hentinya sebelum mendapatkan semua yang dia
inginkan.

Disebut mengalami narsistik atau anti sosial karena ia merasa takut apa yang
dia punya diambil oleh orang lain. dalam pengertian ini orang yang tamak suka
mengambil punya orang lain namun terhadap kepunyaanya sendiri dia sangatlah kikir,
orang yang memiliki sifat tamak akan menjauhkan dirinya dengan orang lain jika dia
mempunyai sesuatu yang berlebih karena takut jikalau haknya diambil. Dia juga
mementingkan diri sendiri tak tahu menahu tentang orang lain yang penting dirinya
telah dapat walaupun itu berlebih, karena sikap tamaknya dia tak akan membaginya
dengan orang lain.

B. Hubungan Perilaku Tamak terhadap Kesehatan Jiwa Manusia

Sebelum membahas tentang perilaku tamak yang berhubungan dengan kesehatan


mental seseorang, lebih dulu perlu diketahui apa dan bagaimana yang dimaksud

6
Dr.H. Abdul Mujib, M.Ag, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (edisi kedua, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2006), hlm 377

5
dengan sehat mental tersebut. Beberapa definisi tentang sehat mental atau normal
adalah sebagai berikut :
 WHO (World Health Organization)
Normal yang dimaksudkan oleh WHO adalah normal secara keseluruhan atau
kesehatan secara menyeluruh. Yang mana sehat disini diartikan sebagai
normalnya aspek-aspek kehidupan manusia mulai dari fisik, mental, dan
kehidupan sosial.
 WFMH (World Federation for Mental Health)
Sehat mental adalah suatu keadaan yang optimal pada sisi intelektual,
emosional, dan sosial. Serta tidak mengganggu lingkungan dalam kehidupan
sosialnya.
 C. Meninger
Beliau merupakan seorang psikiater yang mengungkapkan bahwa orang yang
sehat mental adalah orang yang mampu menyesuaikan dirinya dengan
lingkungan tempat ia berada yang di dalamnya mencakup banyak individu
lain. Serta menurutnya orang yang sehat mentalnya memiliki kecenderungan
untuk bahagia.
 H.B English
Adalah seorang psikolog yang menyatakan kesehatan mental adalah keadaan
pribadi yang positif. Sehat mental menurutnya bukan hanya sekadar tidak ada
gangguan mental saja.
 Kilander
Seorang ahli mental ini menyebutkan bahwa sehatnya mental seseorang sama
artinya dengan normal kepribadiannya. Dan ciri-ciri orang yang normal
taersebut adalah memiliki kematangan emosional, menerima realitas, dapat
hidup dan bekerja sama dengan orang lain, serta memiliki filsafat hidup yang
menjadikan hidupnya bermakna dan kuat saat ada goncangan dalam hidup.7

Berdasarkan definisi-definisi yang telah dipaparkan diatas, dapat disimpulkan


bahwa orang yang sehat mental bukan hanya sekadar tidak memiliki gangguan-
gangguan mental, tetapi orang yang memiliki kesehatan mental adalah yang dapat
mengendalikan dirinya dengan baik secara emosional maupun sosial. Maksudnya, ia

7
Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramiharja, Drs., Psi, Pengantar Psikologi Agama, (edisi kelima, Bandung : PT Refika
Aditama, 2017) hlm. 10-11

6
memiliki kepribadian yang normal atau sehat dan dapat mengontrol dirinya sendiri
dengan baik. Dan dalam kehidupan sosial, seseorang dikatakan sehat mental apabila
dapat menyesuaikan dirinya dengan lingkungan dan orang lain. Yang terpenting,
orang yang sehat mental adalah orang yang memiliki makna hidup dan
kecenderungan untuk bahagia.

Sedangkan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tamak adalah


sikap atau perilaku yang selalu merasa kurang atas apa yang telah dimiliki sehingga ia
tidak dapat mengontrol dirinya dari perilaku tersebut menunjukkan gejala dari
gangguan kepribadian. Orang yang rakus dikatakan sebagai orang yang terganggu
perilakunya sebab ia tidak dapat menguasai diri, bahkan tidak memiliki kebebasan
hidup. Manusia yang seharusnya mengendalikan harta benda yang dimiliki justru
malah terkendali olehnya karena kerakusannya sendiri.8

Gangguan perilaku saat ini memiliki arti gangguan pada perilaku seseorang
yang bersumber dari kepribadian. Dan istilah gangguan kepribadian (personality
disorder) berarti gangguan-gangguan dalam perilaku yang berdampak negatif dan
juga dinilai negatif oleh masyarakat. Personality disorder pada umumnya ditandai
oleh masalah-masalah dimana individu mengalami kesukaran melaksanakan
kehidupan dengan orang lain. Personality disorder menyangkut perilaku, pikiran, dan
perasaan yang sangat maladaptif bagi individu maupun orang-orang di sekitarnya.9

Dalam kasus perilaku tamak ini, jenis gangguan kepribadian yang akan timbul
adalah narsistik dan antisosial. Mengapa demikian, karena orang yang tamak memiliki
motivasi yang temporal dan duniawi, seperti menumpuk kekayaan dan harta benda.
Dan harta tersebut akan dia gunakan hanya untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan
orang lain. Serta perilaku tamak seringkali mendatangkan permusuhan dengan orang
lain bahkan saudara sendiri.

 Narcissistic
Orang yang memiliki gangguan ini biasanya selalu berusaha untuk tampil
agung. Mereka terlena dengan perhatian dari orang-orang namun sulit untuk
memahami perasaan orang. Ia akan bertindak secara dramatis dan berlebihan
8
Dr.H. Abdul Mujib, M.Ag, Kepribadian dalam Psikologi Islam, (edisi kedua, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA, 2006), hlm 375
9
Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramiharja, Drs., Psi, Pengantar Psikologi Agama, (edisi kelima, Bandung : PT Refika
Aditama, 2017) hlm. 119-121

7
tetapi dangkal emosi dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Memaksa
orang lain untuk memenuhi kebutuhannya tanpa memperdulikan kebutuhan
orang lain, memanfaatkan orang lain untuk kepentingannya, dan bersikap
arogan serta merendahkan orang lain. Orang-orang narcisistik lainnya
mengembangkan keyakinan bahwa mereka merupakan unik dan luar biasa
dalam bereaksi untuk menjadi satu-satunya orang yang berbeda dari orang lain
secara etnis, rasial, dan status ekonomi.10

 Antisosial
Antisosial dikenal sebagai suatu gangguan yang menggambarkan orang-orang
dengan kontrol diri yang lemah dan tidak memperhatikan kebenaran-
kebenaran bagi orang lain. Ciri dari orang yang antisosial adalah melemahnya
atau rusaknya kemampuan untuk membentuk hubungan yang positif dengan
orang lain. Ia merupakan orang yang dingin dan tidak berperasaan,
memperoleh kesenangan melalui persaingan dengan siapapun.11

Selain dari dampak-dampak yang telah dijelaskan mengenai perilaku tamak


tersebut diatas, Rasulullah juga menjelaskan tentang penderitaan dan bencana yang
timbul dari perilaku tamak ini, yakni :

1. Cemas, yang merugikan tubuhnya dan tidak menguntungkan baginya.


2. Depresi, yang tak berkesudahan.
3. Kejerihan yang hanya maut yang dapat membebaskannya.
4. Ketakutan sia-sia yang mengganggu kehidupannya.
5. Pengadilan, yang takkan menyelamatkannya dari siksaan Allah kecuali bila Ia
mengampuni.
6. Hukuman, dimana tak ada jalan lari atau menyingkir.12

C. Cara Menghindari Perilaku Tamak

10
Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramiharja, Drs., Psi, Pengantar Psikologi Agama, (edisi kelima, Bandung : PT Refika
Aditama, 2017) hlm 132-133
11
Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramiharja, Drs., Psi, Pengantar Psikologi Agama, (edisi kelima, Bandung : PT Refika
Aditama, 2017) hlm. 134
12
Sayid Mujtaba Musawi Lari, Menumpas Penyakit Hati, (cetakan ketiga, Jakarta: Lentera, 1997), hlm 166

8
Untuk menghindari sikap tamak yaitu dengan tiga unsur berikut: ilmu, sabar, dan
amal. Terangkum pada hal-hal berikut ini:
1. Berhemat dalam kehidupan serta pandai dalam menggunakan harta
2. Sadar bahwa dunia adalah tempat ujian, dan semua akan menemukan ajalnya.
Orang yang sadar akan hal ini maka ia tidak akan meperdulikan apa-apa yang
ada didunia dan terus berbuat baik agar dekat dengan Allah SWT.
3. Tidak perlu khawatir akan rizki Allah. Sesungguhnya rizki telah diatur tak
perlu lagi ragu atau takut kehabisan rizki. Jika sebuah pintu rizki tertutup
maka pintu-pintu rizki yang lainnya akan terbuka untuk seorang hamba yang
taat kepada Allah.
Sebagaimana dijelaskan dalam surah Al-‘Ankabut 60 : “ Dan berapa banyak
binatang yang tidak ( dapat ) membawa ( mengurus) rezekinya sendiri. Allah
lah yang memberi rezeki kepadanya dan kepadamu dan Dia Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui”.
4. Ber Qana’ah, yaitu merasa cukup. Hendaklah kita mengatahui bahwa qana’ah
adalah sifat yang mulia sedangkan tamak adalah perbuatan dosa dan sangat di
murkai oleh Allah. Sesunguhnya orang yang tamak adalah orang lemah dan
tipis imannya. 13[ CITATION Ham02 \l 1057 ]
5. Orang yang tamak adalah orang yang bersama dengan yahudi dan Nasrani
mereka adalah orang-orang yang hina sedangkan para nabi adalah manusia-
manusia yang mulia. Dengan akal pikirkan hal tersebut. Mati hina atau mati
mulia.
6. Orang yang menumpukkan harta adalah orang yang tidak empati terhadap
oranglain dan menimbulkan dam[pak yang tidak baik. Dalam hadis nabi
dijelaskan bahwa lihatlah orang dibawah bukan melihat orang-orang diatas
karna akan terus mencari tampa batas melampui kemampuan diri sendiri yang
mengakibatkan hidup tidak tidak tenang dan nyaman.
7. Tidak tertarik akan tipu daya dunia. Dunia adalah kefanaan, berbagai macam
hal untuk menyesatkan manusia dengan kelalaian. Sebagai hamba yang
bertaqwa sebaiknya kita tahu akan hakikat dunia ini. sebagimana dalam
riwayat muslim, hanya ada tiga hal yang akan menjadi milik seorang hamba.
Yaitu, apa yang di makannya sampai habis, apa yang di pakainya sampai

13
Hamka, Tasauf Modern, (Jakarta : PT. Pustaka Panjimas, 1990) hlm 219

9
rusak, dan apa yang diberikan kepada oranglain sebagai kebajikan untuknya
sendiri.
8. Tundukkan dunia untuk mencari kebahagiaan akhirat. Kekayaan
sesungguhnya yaitu yang dimiliki oleh hati manusia yang selalu
mengedepankan akhirat. Orang yang mengedepankan akhirat, tidak hanya
mendapatkan dunia namun juga mendapatkan kebahagiaan akhirat.
9. Bersedekah, dengan sedekah manusia akan merasa bahwa harta didunia ini
tidak hanya untuk diri sendiri tetapi ada bagian untuk oranglain juga. Serta
tidak mengikari diri dengan harta-harta tersebut hingga rakus yang merusak
hatinya sendiri.
10. Bersikap pertengahan. Yaitu tidak kikir dan tidak pula berlebih-lebihan.14
[ CITATION Hus02 \l 1057 ]

14
Husain Abdul, Istiadzah (Jakarta : Al-Huda, 2002) hlm 182

10
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan

Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tamak berarti selalu ingin
memperoleh sesuatu yang banyak, untuk dirinya sendiri; loba atau serakah, dalam arti
keinginan untuk memperoleh sebanyak-banyaknya. Kata-kata tamak dengan berbagai
bentuknya dapat ditemukan di dalam Al-Qur’an sebanyak 12 kali dan pada umumnya
berarti berkeinginan atau mengharapkan sesuatu. Sedangkan menurut perspektif
Psikologi, Kepribadian yang rakus/tamak merupakan sikap atau prilaku yang selalu
merasa kurang terhadap apa yang ia miliki, meskipun apa yang ia miliki itu telah
memenuhi kelayakan dan standar.

Dalam kasus perilaku tamak ini, jenis gangguan kepribadian yang akan timbul
adalah narsistik dan antisosial. Mengapa demikian, karena orang yang tamak memiliki
motivasi yang temporal dan duniawi, seperti menumpuk kekayaan dan harta benda.
Dan harta tersebut akan dia gunakan hanya untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan
orang lain. Serta perilaku tamak seringkali mendatangkan permusuhan dengan orang
lain bahkan saudara sendiri.

Diantara cara untuk menghindari perilaku tamak ini adalah ber Qana’ah, yaitu
merasa cukup. Bersikap pertengahan. Yaitu tidak kikir dan tidak pula berlebih-
lebihan. Sadar bahwa dunia adalah tempat ujian, dan semua akan menemukan ajalnya.
Orang yang sadar akan hal ini maka ia tidak akan meperdulikan apa-apa yang ada
didunia dan terus berbuat baik agar dekat dengan Allah SWT.

B. Saran

Akhir kata, penyusun berharap semoga makalah yang berjudul “Rakus


(Tamak)” ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membacanya. Juga, penyusun
memohon maaf atas kekurangan yang ada di dalamnya karena manusia tak pernah
luput dari kesalahan. Maka dari itu penyusun mengharapkan kritik dan saran dari
dosen pengampu maupun para pembaca semua.

11
DAFTAR PUSTAKA

Abdul, H. (2002). Istiadzah. Jakarta: Al Huda.

Dr. H. Abdul Mujib, M. (2006). Kepribadian dalam Psikologi islam. Jakarta: PT


GRAFINDO PERSADA.

Hamka. (2002). Tasauf Modern. jakarta: PT Pustaka Panjimas.

Kebudayaan, D. P. (1996). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Lari, S. M. (1997). Menumpas Penyakit Hati. Jakarta: Lentera.

Prof. Dr. Sutardjo A. Wiramiharja, D. P. (2017). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung:


PT Refika Aditama.

Zakariyah, A. H. (1970). Maqayis al-Lugah. Bairut: Dar al-Fikr.

12
xiii

Anda mungkin juga menyukai