Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Konsep CMHN

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 15

A.

Konsep CMHN

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi mental sejahtera yang memungkinkan hidup
harmonis dan produktif sebagai bagian yang utuh dari kualitas hidup seseorang, dengan
memperhatikan semua segi kehidupan manusia ( Keliat,2019 ).

Ciri-ciri sehat jiwa :

1. Bersikap positif terhadap diri sendiri


2. Mampu tumbuh berkembang dan mencapai aktualisasi diri
3. Mampu mengatasi stress atau perubahan pada dirinya
4. Bertanggung jawab terhadap keputusan dan tindakan yang diambil
5. Mempunyai persepsi yang realistisdan menghargai perasaan serta sikap orang lain
6. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan

Ciri-ciri individu yang sehat jiwa meliputi menyadari sepenuhnya kemampuan


dirinya, mampu menghadapi stress kehidupan yang wajar, mampu bekerja produktif dan
memenuhi kebutuhan hidupnya, menerima dengan baik apa yang ada pada dirinya dan
merasa nyaman bersama dengan orang lain ( Keliat,2019).

Masalah psikososial yaitu setiap perubahan dalam kehidupan individu baik yang
bersifat psikologis ataupun sosial yang mempunyai pengaruh timbal balik dan dianggap
berpotensi cukup besar sebagai faktor penyebab terjadinya gangguan jiwa (atau gangguan
kesehatan) secara nyata, atau sebaliknya masalah kesehatan jiwa yang berdampak pada
lingkungan sosial ( Keliat, 2019 ).

Ciri-ciri masalah psikososial :

1. Cemas khawatir berlebihan, takut


2. Mudah tersinggung
3. Sulit konsentrasi
4. Bersifat ragu-ragu / merasa rendah diri
5. Merasa kecewa
6. Pemarah dan agresif
7. Reaksi fisik seperti jantung berdebar, otot tegang, sakit kepala
Gangguan jiwa yaitu suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu dan
atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial ( Keliat,2019 ).

Ciri-ciri hgangguan jiwa :

1. Sedih berkepanjangan
2. Tidak semangat dan cenderung malas
3. Marah tanpa sebab
4. Mengurung diri
5. Tidak mengenali orang
6. Bicara kacau
7. Bicara sendiri
8. Tidak mampu merawat diri

Rentang sehat-sakit kesehatan jiwa :

Respom Adaptif Respon Maladaptif

Sehat Jiwa MasalahPsokososial Gangguan Jiwa

B. Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas

Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang


komprehensif, holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa,
renan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta
pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa) ( Keliat,2019 ).

Pelayanan keperawatan komprehensif adalah pelayanan yang difokuskan pada


pencegahan primer pada anggota masyarakat yang sehat jiwa, pencegahan sekunder pada
anggota masyarakat yang mengalami masalah psikososial (resiko gangguan jiwa) dan
pencegahan tersier pada pasien gangguan jiwa dengan proses pemulihan ( Keliat, 2019 ).

Dari rentang respon tersebut sehat jiwa dicirikan dengan pikiran yang ligis,
persepsi akurat, emosi konsisten, perilaku selaras dengan lingkungan dan memiliki
hubungan sosial yang memuaskan. Individu yang mengalami gangguan psikososial
adalah yang mengalami pikiran menyimpang (distres), gangguan persepsi ilusi,
emosional mengahadapi stimulus, perilaku kadang-kadang tidak selaras dengan
lingkungan dan menarik diri ( Keliat 2019 ).

Apabila seseorang sudah mengalami waham, halusinasi, tidak mampu


mengendalikan emosi, tingkah lakunya kacau (disorganisasi), isolasi sosial, maka sudah
dikategorikan mengalami gangguan jiwa ( Keliat, 2019 ).

Pelayanan keperawatan holistik adalah pelayanan menyeluruh pada semua aspek


kehidupan manusia yaitu aspek bio-psiko-sosio-kurtural dan spiritual ( Keliat, 20219 ).

1. Aspek (bio-fisik) dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan organ
tubuh yang dialami anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan
dalam rangka adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya. Demikian pula dengan
penyakit fisik lain baik yang akut, kronis maupun terminal yang memberi dampak
pada kesehatan jiwa.
2. Aspek psikologis dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami
masyarakat seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat
yang memerlukan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut.
3. Aspek sosial dikaitkan dengan kehilangan suami/istri/anak, keluarga dekat,
kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan
dari berbagai sektor terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial
yang memuaskan.
4. Aspek kultural dikaitkan dengan budaya tolong menolong dan kekeluargaan yang
dapat digunakan sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai
permasalahan yang ditemukan.
5. Aspek spiritual dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat
diberdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan
masalah yang ditemukan.

Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang


pelayanan yaitu dari pelayanan kesehaatan jiwa spesialis, pelayanan kesehatan jiwa
integrative dan pelayanan kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat.
Pemberdayaan seluruh potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat diupayakan agar
terwujud masyarakat yang mandiri dalam memelihara kesehatannya. Pelayanan
keperawatan paripurna akan diuraikan lebih mendalam dalam modul pengorganisasian
masyarakat ( Keliat, 2019 ).

Pelayanan keperawatan diberikan secara terus menerus (continuity of care) dari


kondisi sehat sampai sakit dan sebaliknya, baik di rumah maupun di rumah sakit, (di
mana saja orang berada), dari dalam kandungan sampai lanjut usia ( Keliat, 2019 ).

C. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komprehensif

Pelayanan keperawatan jiwa komprehensif adalah pelayanan keperawatan jiwa


yang diberikan pada masyarakat pascabencana dan konflik, dengan kondisi masyarakat
yang sangat beragam dalam rentang sehat-sakit yang memerlukan pelayanan keperawatan
pada tingkat pencegahan primer, sekunder, dan tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan
jiwa yang komprehensif mencakup 3 tingkat pencegahan yaitu pencegahan primer,
sekunder, dan tersier ( Keliat, 20219 ).

a. Pencegahan primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan
pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah pencegahan
terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa.
Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan
jiwasesuai dengan kelompok umur yaitu anak, remaja, dewasa, dan usia lanjut.
Aktivitas pada pencegahan primer adalah program pendidikan kesehatan, program
stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa, manajemen stress,
persiapan menjadi orang tua.
Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
1. Memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua antara lain :
a. Pendidikan menjadi orang tua
b. Pendidikan tentang perkembangan anak sesuai dengan usia
c. Memantau dan menstimulasi perkembangan
d. Mensosialisasikan anak dengan lingkungan
2. Pendidikan kesehatan mengatasi stress :
a. Stress Pekerjaan
b. Stress Perkawinan
c. Stress Sekolah
d. Stress Pascabencana
3. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu, individu yang
kehilangan pasangan, kehilangan pekerjaan, kehilangan rumah/tempat tinggal,
yang semuanya ini mungkin terjadi akibat bencana. Beberapa kegiatan yang
dilakukan adalah :
a. Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan.
b. Menggerakkan dukungan masyarakat seperti menjadi orang tua asuh bagi
anak yatim piatu.
c. Melatih keterampilan sesuai dengan kehilangan masing-masing untuk
mendapatkan pekerjaan.
d. Mendapatkan dukungan pemerintah dan LSM untuk memperoleh tempat
tinggal.
4. Program pencegahan penyalahgunaan obat. Penyalahgunaan obat sering
digunakan sebagai koping untuk mengatasi masalah. Kegiatan yang dapat
dilakukan:
a. Pendidikan kesehatan melatih koping positif untuk mengatasi stress.
b. Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa
menyakiti orang lain.
c. Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada
diri seseorang.
5. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara
penyelesaian masalah oleh individu yang mengalami keputusasaan. Oleh karena
itu perlu dilakukan program:
a. Memberikan informasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang
tanda-tanda bunuuh diri.
b. Menyediakan lingkungan yang aman untuk mencegah bunuh diri.
c. Melatih keterampilan koping yang adaptif.
b. Pencegahan sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini
dan penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan
pelayanan adalah menurunkan angka kajadian gangguan jiwa. Target pelayanan
adalah anggota masyarakat yang beresiko/memperlihatkan tanda-tanda masalah
psikososial dan gangguan jiwa. Aktivitas pada pencegahan sekunder adalah:
1. Menemukan khasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari
berbagai sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain, dan penemuan
langsung,.
2. Melakukan penjaringan kasus dengan melakukan langkah-langkah sebagai
berikut:
a. Melakukan pengkajian dua menit untuk memperoleh data fokus pada
semua pasien yang berobat ke puskesmas dengan keluhan fisik (formal
terlampir pada modul pencatatan dan pelaporan).
b. Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi
maka lanjutkan pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan
kesehatan jiwa.
c. Mengumunkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa
(ditempat umum)
d. Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai
dengan standar pendegelasian program pengobatan (bekerja sama dengan
dokter) dan memonitor efek samping pemberian obat gejala dan kepatuhan
pasien minum obat
e. Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang
dibutuhkan pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada
gangguan fisik yang memerlukan pengobatan)
f. Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar
melaporkan segera kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda
yang tidak biasa, dan menginformasikan jadwal tindak lanjut
g. Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang
aman, melakukan pengawasan ketat, menguatkan koping dan melakukan
rujukan jika mengancam keselamatan jiwa. Menempatkan pasien ditempat
yang aman sebelum dirujuk dengan menciptakan lingkungan yang tenang,
dan stimulus yang minimal
h. Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk
membantu pemulihan pasien seperti terapi aktivitas kelompok, terapi
keluarga dan terapi lingkungan
i. Memfasilitasi self help group (kelompok pasien, kelompok keluarga atau
kelompok masyarakat pemerhati) berupa kegiatan kelompok yang
membahas masalah-masalah yang terkait dengan kesehatan jiwa dan cara
menyelasaikannya
j. Menyediakan hotline service untuk intervensi krisis yaitu pelayanan dalam
24 pukul melalui telepon berupa pelayanan konseling
k. Melakukan tindak lanjut (follow up dan rujukan kasus)
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah pelayanan keperawatan yang berfokus pelayanan
keperawatan adalah pada peningkatan fungsi dan sosilisasi serta pencegahan
kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mengurangi
kecacatan / ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu
anggota masyarkat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
Aktivitas pencegahan tersier meliputi :
1. Program dukungan sosial dengan menggerakkan sumber-sumber di
masyarakat seperti sumber pendidikan, dukungan masyarakat (tetangga,
teman dekat, tokoh masyarakat), dan pelayanan terdekat dan terjangkau
masyarakat. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap
penerimaan pasen gangguan jiwa.
b. Penjelasan tentang pentingnya pemanfaatan pelayanan kesehatan dalam
penanganan pasien yang mengalami kekambuhan.
2. Program rehabilitasi untuk memberdayakan pasien dan keluarga hingga
mandiri berfokus pada kekuatan dan kemampuan pasien dan keluarga dengan
cara :
a. Meningkatkan kemampuan koping yaitu belajar mengungkapkan dan
menyelesaikan masalah dengan cara yang tepat
b. Mengembangkan sistem pendukung dengan memberdayakan keluarga dan
masyarakat
c. Meneyediakan pelatihan kekampuan dan potensi yang perlu
dikembangkan oleh pasien, keluarga, dan masyarakat agar pasien dapat
produktif kembali
d. Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan
untuk dirinya.
3. Program sosialisasi
a. Membuat tempat pertemuan untuk sosialisasi
b. Mengembangkan keterampiln hidup (aktifitas hidup sehari-hari(ADL),
mengelola rumah tangga, mengembangkan hobi)
c. Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ketempat
rekreasi.
d. Kegiatan sosial dan keagamaan, (arisan bersama, pengajian, majelis
taklim, kegiatan adat)
4. Program mencegah stigma
Stigma merupakan anggapan yang keliru dari masyarakat terhadap
gangguan jiwa. Oleh karena itu, perlu dibefikan program mencegah stigma
untuk menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa.
Beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu :
a. Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tenaga kesehatan
jiwa dan gangguan jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai
pasien gangguan jiwa.
b. Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat atau orang berpengaruh
dalam rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa
D. Proses Keperawatan Jiwa Komunitas
a. Pengkajian
Pengkajian awal dilakukan dengan menggunakan pengkajian 2 menit berdasarkan
keluhan pasien. Setelah ditemukan tanda –tanda menonjol yang mendukung adanya
gangguan jiwa maka pengkajian dilanjutkan dengan menggunakan format pengkajian
kesehatan jiwa. Data yang dikumpulkan mencakup keluhan utama, riwayat kesehatan
jiwa, pengkajian psikososial, dan pengkajian status mental ( format berlampir pada
modul pencatatan dan pelaporan). Teknik pengkumpulan data dapat dilakukan
melalui wawancara dengan pasien dan keluarga, pengamatan lansung terhadap
kondisi pasien, serta melalui pemeriksaan ( Keliat, 2019 ).
b. Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang sering dirumuskan berdasarkan hasil pengkajian,
baik masalah yang bersifat aktual ( gangguan kesehatan jiwa ) maupun yang berisiko
mengalami gangguan jiwa ( Keliat, 2020 ).
Diagnosis keperawatan yang sering ditemukan pada pasca bencana adalah :
1. Masalah kesehatan jiwa pada anak remaja :
a. Depresi
b. Perilaku kekerasan
2. Masalah kesehatan jiwa pada usia dewasa :
a. Harga diri rendah
b. Isolasi sosial
c. Gangguan persepsi sensori : halusinasi
d. Gangguan proses piker : waham
e. Perilaku kekerasan
f. Resiko bunuh diri
g. Defisit perawatan diri
3. Masalah kesehatan jiwa lansia :
a. Demensia
b. Depresi
c. Perencanaan keperawatan
Rencana tindakan keperawatan disesuaikan dengan standar asuhan keperawatan
kesehatan jiwa yang mencakup tindakan psikoteraupetik yaitu penggunaan berbagai
teknik komunikasi terapeutik dalam membina hubungan dengan pasien ; pendidikan
kesehatan tentang prinsip – prinsip kesehatan jiwa dan gangguan jiwa aktivitas
kehidupan sehari – hari meliputi perawatan diri ( kebersihan diri,berdandan, makan,
dan minum, buang air besar dan buang air kecil ); terapi modalitas seperti terapi
aktivitas kelompok, terapi lingkungan, dan terapi keluarga; tindakan kolaborasi
(pemberian obat – obatan dan monitor efek samping). Dalam menyusun rencana
tindakan harus dipertimbangkan bahwa untuk mengatasi sebuah diagnosis
keperawatan diperlukan beberapa kali pertemuan hingga tercapai kemampuan yang
diharapkan baik untuk pasien maupun keluarga. Rencana tindakan keperawatan
ditujukan kepada individu, keluarga,kelompok, dan komunitas ( Keliat, 2019).
1. Pada tingkat individu difokuskan pada peningkatan keterampilan dalam
melaksanakan ADL dan keterampilan koping adaptif dalam mengatasi masalah.
2. Pada tingkat keluarga difokuskan pada pemberdayaan keluarga dalam merawat
pasien dan mensosialisasikan pasien dengan lingkungan.
3. Pada tingkat kelompok difokuskan pada kegiatan kelompok dalam rangka
sosialisasi agar pasien mampu beradaptasi dengan lingkungan.
4. Pada tingkat komunitas difokuskan pada peningkatan kesadaran masyarakat
tentang kesehatan jiwa dan gangguan jiwa, menggerakkan sumber – sumber yang
ada di masyarakat yang dapat dimanfaatkan oleh pasien dan keluarga.
d. Tindakan keperawatan
Tindakan keperawatan dilakukan berdasarkan rencana yang telah dibuat.
Tindakan keperawatan dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien saat
ini. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga, dan tim kesehatan lain dalam
melakukan tindakan. Tujuannya adalah memberdayakan pasien dan keluarga agar
mampu mandiri memenuhi kebutuhannya dan meningkatkan keterampilan koping
dalam menyelesaikan masalah. Perawat bekerja dengan pasien dan keluarga untuk
mengidentifikasi kebutuhan mereka dan memfasilitasi pengobatan melalui kolaborasi
dan rujukan ( Keliat, 2019 ).
e. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk menilai perkembangan kemampuan pasien dan keluarga
dalam memenuhi kebutuhan dan menyelesaikan masalah. Kemampuan yang
diharapkan adalah:
1. Pada tingkat individu diharapkan pasien mampu :
a. Melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari sesuai kemampuannya
b. Membina hubungan dengan orang lain dilingkungannya secara berharap
c. Melakukan cara-cara menyelesaikan masalah yang dialami

2. Pada tingkat keluarga diharapkan keluarga mampu :


a. Membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien hingga pasien hingga
pasien mandiri
b. Mengenal tanda dan gejala dini terjadinya gangguan jiwa
c. Melakukan perawatan pada anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
atau kekambuhan
d. Mengidentifikasi perilaku pasien yang membutuhkan konsultasi segera
e. Menggunakan sumber-sumber yang tersedia dimasyarakat seperti tetangga,
teman dekat, dan pelayanan kesehatan terdekat.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya meningkatkan dan
mempertahankan perilaku pasien yang berperan pada fungsi yang terintegrasi. Sistem
pasien atau klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok, organisasi, atau komunitas.
American Nurses’ Association mendefenisikan keperawatan kesehatan jiwa sebagai suatu
bidang spesialisasi bidang keperawatan yang menerapkan teori perilaku manusia sebagai
ilmunya dan penggunaan diri yang bermanfaat sebagai kiatnya (Stuart, 2013).
Perawat CMHN (Community Mental Health Nursing) sebagai tenaga kesehatan
yang bekerja di masyarakat dan bersama masyarakat, harus mempunyai kemampuan
dalam meningkatkan peran serta masyarakat, terutama tokoh masyarakat, dengan cara
melatih tokoh masyarakat untuk menjadi kader kesehatan jiwa. Hal ini di perlukan agar
masyarakat dekat dengan pelayanan kesehatan jiwa sehinggan individu yang sehat jiwa
tetap sehat, individu yang beresiko dapat dicegah agar tidak mengalami gangguan jiwa,
dan individu yang mengalami gangguan jiwa dapat sembuh atau mandiri (minimal 50%)
dan dapat dilanjutkan perawatannya oleh kader kesehatan jiwa (Keliat, 2011).
B. Tujuan
Untuk mendapatkan informasi tentang ilmu keperawatan khususnya pada bidang
keperawatan kesehatan jiwa komunitas.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar CMHN


B. Prinsip Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas
C. Pelayanan Keperawatan Jiwa Komprehensif
D. Proses Keperawatan Jiwa Komunitas

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN Basic. Jakarta : EGC.
Stuart, G.W. 2013. Principles and practice of psychiatric nursing (10thedition). St.Louis :
Elsevier Mosby.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang
komprehensif holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa ,
rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan
kekambuhan (gangguan jiwa). tujuannya untuk Meningkatkan pengetahuan, keterampilan
dan sikap perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan kesehatan jiwa bagi
masyarakat sehingga tercapai kesehatan jiwa masyarakat secara optimal (Keliat, 2011).

Anda mungkin juga menyukai