Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

LP Waham-1

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

WAHAM
STASE KEPERAWATAN JIWA

Disusun Oleh :MIRANTI


NIM: 22300088

Preseptor Klinik
DIANSARI EVITA,S.Kep.Ners

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


INSTITUT CITRA INTERNASIONAL BANGKA BELITUNG
TAHUN 2023
A. Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang keliru tentang isi pikiran yang dipertahankan
secra kuat atau terus-menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017).
Waham adalah suatu keyakinan seseorang yang berdasarkan penilaian yang
realistis yang salah, keyakinan yang tidak konsisten dengan tingkat intelektual dan latar
belakang budaya, ketdakmampuuan merespon stimulus internal dan eksternal melalui
proses interaksi/informasi secara akurat (Yosep dan Sutini, 2014).
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat atau
terus-menerus, tapi tidak sesuai dengan kenyataan. Waham adalah teermasuk gangguan
isi pikiran. Pasien meyakini bahwa dirinya adalah seperti apa yang ada didalam isi
pikirannya. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk
waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita skizofrenia (Yusuf, 2015).

B. Proses Terjadinya Waham


Menurut Yusuf (2015), proses terjadinya waham terdiri dari ;
1. Fase kebutuhan manusia rendah (lack of human need)
Waham diawali dengan terbatasnya berbagai kebutuhan pasien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik, pasien dengan waham dapat terjadi pada orang
dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya pasien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Hal itu terjadi karena adanya
kesenjangan antara kenyataan (reality), yaitu tidak memiliki finansial yang cukup
dengan ideal diri (self ideal) yang sangat ingin memiliki berbagai kebutuhan,
seperti mobil, rumah, atau telepon genggam.
2. Fase kepercayaan diri rendah (lack of self esteem)
Kesenjangan antara ideal diri dengan kenyataan serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi menyebabkan pasien mengalami perasaan menderita, malu, dan
tidak berharga.
3. Fase pengendalian internal dan eksternal (control internal and external)
Pada tahapan ini, pasien mencoba berpikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau
apa yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan, dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Namun, menghadapi kenyataan bagi pasien adalah sesuatu
yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, dianggap penting, dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, sebab kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar pasien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dikatakan pasien itu tidak benar, tetapi
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjadi perasaan. Lingkungan hanya menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau

1
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan pasien tidak merugikan
orang lain.
4. Fase dukungan lingkungan (environment support)
Dukungan lingkungan sekitar yang mempercayai (keyakinan) pasien dalam
lingkungannya menyebabkan pasien merasa didukung, lama-kelamaan pasien
menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena
seringnya diulang-ulang. Oleh karenanya, mulai terjadi kerusakan kontrol diri dan
tidak berfungsinya norma (superego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan
dosa saat berbohong.
5. Fase nyaman (comforting)
Pasien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat pasien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya, pasien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi sosial
(isolasi sosial).
6. Fase peningkatan (improving)
Apabila tidak adanya konfrontasi dan berbagai upaya koreksi, keyakinan yang
salah pada pasien akan meningkat. Jenis waham sering berkaitan dengan kejadian
traumatik masa lalu atau berbagai kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang
hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain.

C. Klasifikasi Waham
Berikut adalah klasifikasi waham dan tanda dan gejala yang ditimbulkan (Yosep dan
Sutini, 2014) ;
1. Waham Kebesaran
Meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya ini direktur sebuah
bank swasta lho..” atau “Saya punya beberapa perusahaan multinasional” “saya
ini titsan bung karno” “saya punya banyak perusahaan, punya rumah di berbagai
negara” “saya bisa menyembuhkan penyakit”
2. Waham Curiga
Meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, serta diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Misalnya, “Saya tahu..kalian semua memasukkan racun ke dalam
makanan saya”.

2
3. Waham Agama
Memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Kalau saya mau masuk
surga saya harus membagikan uang kepada semua orang.”
4. Waham Somatik
Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit, serta
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Saya sakit
menderita penyakit menular ganas”, setelah pemeriksaan laboratorium tidak
ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien terus mengatakan bahwa ia terserang
kanker.
5. Waham Nihilistik
Meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, serta diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Misalnya, “Ini kan alam kubur ya,
semua yang ada di sini adalah roh-roh”.

D. Manifestasi Klinis
Menurut (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017) tanda dan gejalan wahan sebagai berikut :
1. Mengungkapkan isi waham
2. Menunjukan perilaku sesui isi waham
3. Isi pikir tidak sesuai realistis
4. Isi pembicaraan sulit dimengerti
5. Merasa sulit berkonsentrasi
6. Merasa khwatir
7. Curiga berlebihan
8. Waspada berlebihan
9. Bicara berlebihan
10. Sikap menentang atau permusuhan
11. Wajah tegang
12. Pola tidur berubah
13. Tidak mampu mengambil keputusan
14. Fliht of idea
15. Produktifitas kerja menurun
16. Tidak mampu merawat diri
17. Menarik diri.

Tanda dan gejala waham dapat dilihat dengan cara (Kusumawati, 2010) :
1. Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakinninya (tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya berulang kali secara berlebihan tetapi tidak sesuai
dengan kenyataan

3
2. Klien tampak tidak mempunyai orang lain
3. Curiga
4. Bermusuhan
5. Merusak diri sendiri, orang lain dan lingkungan
6. Takut dan sangat waspada
7. Tidak tepat menilai lingkungan/realitas
8. Ekspresi wajah tegang
9. Mudah tersingung

Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Genetis : diturunkan, adanya abnormalitas perkembangan sistem saraf yang
berhubungan dengan respon biologis yang maladaptif.
b. Neurobiologis : adanya gangguan pada korteks pre frontal dan korteks limbic
c. Neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine, serotonin dan glutamat.
d. Psikologis : ibu pencemas, terlalu melindungi, ayah tidak peduli.
2. Faktor Presipitasi
a. Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b. Mekanisme penghantaran listrik yang abnormal.
c. Adanya gejala pemicu

Akibat yang sering muncul


Menuru Keliat 2016, akibat yang sering muncul pada seseorang dengan waham yaitu:
1. Gangguan fungsi kognitif (perubahan daya ingat)
Cara berpikir magis dan primitif, perhatian, isi pikir, bentuk dan
pengorganisasianbicara (tangensial, neologisme, sirkumtansial)
2. Fungsi persepsi
Depersonalisasi dan halusinasi
3. Fungsi emosi
Afek datar, afek tidak sesuai, reaksi berlebihan, ambivalen
4. Fungsi motorik
5. Imfulsif gerakan tiba-tiba dan spontan, manerisme, stereotopik gerakan yang
diulang-ulang, tidak bertujuan, tidak dipengaruhi stimulus yang jelas, katatonia.
6. Fungsi sosial : kesepian
7. Isolasi sosial, menarik diri dan harga diri rendah.

4
-Kemiskinan
-Konflik sosial budaya
-Terisolasi dan stress

E. Rentang Respon

F. Pathway
Biologis Keturunan Psikologis Sosial Budaya
-Gangguan perkembangan
sistem saraf Keluarga -Pengaruh pengsuh
-Gangguan fungsi otak ada yang -Pengaruh
-Gangguan reseptor dopamin sakit jiwa lingkungan
(dopamin neuro transmiter -Tindakan kekerasan
berlebihan)
-Gangguan SSP

Gangguan orientasi realitas

Tekanan pikiran

Hilangnya kemampuan hubungan emosi

Skizofrenia

Afektif

Stressor internal dan eksternal

Gangguan konsep diri

Perasaan yang negatif terhadap diri sendiri

Harga diri rendah

Merasa gagal mencapai keinginan

Gangguan isi pikir

Waham

Kerusakan komunikasi verbal

5
Pikiran tidak realistis

Flight of idea

Kehilangan asosiasi

Pengulangan kata-kata yang didengar

G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan Teoritis
a. Status mental
1) Pada pemeriksaan status mental, menunjukkan hasil yang sangat normal,
kecuali bila ada sistem waham abnormal yang jelas.
2) Suasana hati (mood) pasien konsisten dengan isi wahamnya.
3) Pada waham curiga didapatkannya perilaku pencuriga.
4) Pada waham kebesaran, ditemukan pembicaraan tentang peningkatan identitas
diri dan mempunyai hubungan khusus dengan orang yang terkenal.
5) Adapun sistem wahamnya, pemeriksa kemungkinan merasakan adanya
kualitas depresi ringan.
6) Pasien dengan waham tidak memiliki halusinasi yang menonjol/menetap
kecuali pada pasien dengan waham raba atau cium. Pada beberapa pasien
kemungkinan ditemukan halusinasi dengar.
b. Sensorium dan kognisi
1) Pada waham, tidak ditemukan kelainan dalam orientasi, kecuali yang
memiliki waham spesifik tentang waktu, tempat, dan situasi.
2) Daya ingat dan proses kognitif pasien dengan utuh (intact).
3) Pasien waham hampir seluruh memiliki daya tilik diri (insight) yang jelek.
4) Pasien dapat dipercaya informasinya, kecuali jika membahayakan dirinya,
keputusan yang terbaik bagi pemeriksa dalam menentukan kondisi pasien
adalah dengan menilai perilaku masa lalu, masa sekarang, dan yang
direncanakan.

2. Diagnosa Keperawatan
a. Waham berhubungan dengan kelainan neurologis ( mis gangguan sitem
lambik )

6
3. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa SLKI SIKI
Keperawatan
(SDKI)
1. Waham Status Orientasi (L.09090) Manajemen Waham
(D.0105) Setelah dilakukan tindakan (I.09295) :
keperawatan 3x24 jam Observasi:
diharapkan status orientasi
Definisi : 1. Monitor waham yang
membaik dengan kriteria
Keyakinan yang isinya membahayakan diri
hasil :
keliru tentang isi sendiri, orang lain dan
1. Produktifitas meningkat
pikiran yang lingkungan
2. Verbalisasi waham
dipertahankan secara 2. Monitor efek terapetik
menurun
kuat atau tersu dan efek samping obat
3. Perilaku waham menurun
menerus namun Terapeutik:
4. Perilaku sesuai realita
tidak sesuai dengan 3. Bina hubungan
membaik
kenyataan 5. Isi pikiran sesuai realita interpersonal saling

membaik percaya
6. Konsentrasi membaik 4. Tunjukkan sikap tidak
7. Pola tidur membaik menghakimi secara
8. Kemampuan konsisten
mengambil keputusan 5. Diskusikan waham
membaik dengan berfokus pada
9. Proses pikir membaik perasaan yang mendasari
10. Perawatan diri waham (“anda terlihat
membaik seperti sedang nerasa
ketakutan”)
6. Hindari perdebtan
tentang keyakinan yang
keliru, nyatakan keraguan
sesuai fakta
7. Hindari memperkuat
gagasan waham
8. Sediakan lingkungan
aman dan nyaman
9. Berikan aktivitas
rekreasi dan pengalihan
sesuai kebutuhan
10. Lakukan intervensi

7
pengontrolan perilaku
waham ( mis.limit setting,
pembatasan wilayah,
pengekangan fisik, atau
seklusi)
Edukasi :
11. Anjurkan
mengungkapkan dan
memvalidasi waham (uji
realitas) dengan orang
yang dipercaya (pemberi
asuhan/keluarga)
12. Anjurkan melakukan
rutinitas harian secara
konsisten
13. Latih manajemen stress
14. Jelaskan tentang
waham serta enyakit
terkait (mis. Delirium,
skozofrenia, atau
depresi), cara mengatasi
dan obat yang diberika
Kolaborasi
15. Kolaborasi pemberian
obat, sesuai indikasi.

Orientasi Realita (I.09297) :


Observasi:
1. Monitor perubhan
orientasi
2. Monitor perubahan
kognitif dan perilaku
Teraupetik:
3. Perkenalkan nama saat
akan memulai interaksi
4. Orientasikan orang,
waktu ,tempat
5. Hadirkan realita (beri
penjelasan alternative,

8
hindari perdebatan)
6. Sediakan lingkungan
dan rutinitas secara
konsisten
7. Atur stimulus sensorik
dan lingkungan
(mis.kunjungan,
pemandangan, suara
pencahayaan, bau, dan
sentuhan)
8. Gunakan symbol dala
mengorientasikan
lingkungan (mis.tanda,
gambar, warna)
9. Lakukan dalam terapi
kelompok orientasi
10. Berikan waktu istirahat
dan tidur yang cukup,
sesuai kebutuhan
11. Fasilitasi akses
informasi (mis, telivisi,
surat kabar, radio )jika
perlu
Edukasi :
12. Anjurkan perawatan
diri sendiri mandiri
13. Anjurkan penggunaan
alat banyu
(mis,kacamata, alat
bnatu dengar, gigi
palsu)
14. Ajarkan keluarga dalam
perawatan orientasi
realita

9
4. Implementasi Keperawatan
Menurut (Norma, 2013) Implementasi keperawatan merupakan tahap keempat
dalam proses keperawatan yang merupakan serangkaian kegiatan/tindakan yang
dilakukan oleh perawat kepada klien. Tindakan keperawatan dilakukan dengan
mengacu pada rencana tindakan/intervensi keperawatan yang telah
ditetapkan/dibuat. Ukuran intervensi keperawatan yang diberikan kepada klien
terkait dengan dukungan, pengobatan, tindakan untuk memperbaiki kondisi,
pendidikan untuk klien-keluarga, atau tindakan untuk mencegah masalah kesehatan
yang muncul dikemudian hari.
Untuk kesuksesan pelaksanaan implementasi keperawatan agar sesuai dengan
rencana keperawatan, perawat harus mempunyai kemampuan kognitif (intelektual),
kemampuan dalam hubungan interpersonal, dan keterampilan dalam melakukan
tindakan. Proses pelaksanaan implementasi harus berpusat kepada kebutuhan klien,
faktor-faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi
implementasi keperawatan, dan kegiatan komunikasi.

5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan merupakan tahap terakhir dari proses keperawatan dengan
cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai
atau tidak. Evaluasi keperawatan dilakukan untuk menilai apakah masalah
keperawatan telah teratasi dengan mengacu pada kriteria evaluasi yaitu Waham
Teratasi.

10
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Anna. (2015). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : ECG

Yusuf, A. H. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta : Salemba Medika

Yosep dan Sutini. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Refika Aditama

Kusumawati dan Hartono . 2016 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba Medika

Keliat, Budi Anna. 2016. Kumpulan Proses Keperawatan Masalah Jiwa. Jakarta : FIK,

Universitas Indonesia

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Dewan

Pengurus Pusat PPNI : Jakarta.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Dewan Pengurus

Pusat PPNI : Jakarta.

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Dewan

Pengurus Pusat PPNI : Jakarta.

11

Anda mungkin juga menyukai