Bab Iii-1
Bab Iii-1
Bab Iii-1
sama lain dan dilandasi dengan rasa cinta (mawaddah) dan kasih-sayang
(rahmah), pada dasarnya setiap calon pasangan suami isteri yang akan
melangsungkan atau akan membentuk suatu rumah tangga akan selalu bertujuan
untuk menciptakan keluarga yang sakinah dan sejahtera serta kekal untuk
selamanya1.
Keluarga sakinah terdiri dari dua suku kata yaitu keluarga dan sakinah.
dari pasangan suami isteri sebagai sumber intinya berikut anak-anak yang lahir
dari mereka. Jadi setidak-tidaknya keluarga adalah pasangan suami isteri. Baik
perkawinan3. Disini ada titik penekanan melalui perkawinan, kalau tidak melalui
perkawinan maka bukan keluarga. Dan hidup bersama seorang pria dengan
seorang wanita tidak dinamakan keluarga, jika keduanya tidak diikat oleh
1
Abdul Muhaimin As’ad, Risalah Nikah Penuntun Perkawinan, (Surabaya: Bintang
Terang 99, 1993), h. 10.
2
Departemen Agam RI, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI
Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, 2005), h. 4.
3
Departemen Agam RI, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen Agama RI
Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Urusan Agama Islam, 2009), h. 4.
4
BP4 Provinsi DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestariaan Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2009), h. 4.
35
36
Sebagaimana Allah SWT telah menjelaskan dalam al-Qur’an dalam surat Ar-Rum
(30): 21:
Dalam ayat tersebut terkandung tiga makna yang dituju oleh suatu
perkawinan6, yaitu:
itulah pasangan muda dimana rasa cintanya sangat tinggi yang termuat
terjadi benturan karena tak mampu mengontrol rasa cinta yang terkadang
5
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, (Semarang: PT. Toha Putra, 1999),
h. 366.
6
Ahmad Mubarok, Nasehat Perkawinan dan Konsep Hidup Keluarga, (Jakarta:
Jatibangsa, 2006), h. 18.
37
berduaan, itu bukan gejolak wujud cinta (mawaddah) yang ada pada
Apabila benar-benar dipahami ayat tersebut kita akan mengakui bahwa apa
yang menjadi idam-idaman dari banyak orang zaman sekarang itu, itu jugalah
yang oleh Allah SWT dinyatakan sebagai tujuan suami isteri, yakni adanya
pun menginginkan bahwa antara suami isteri itu terdapat saling percaya, saling
dengan isteri yang cocok menyebabkan sang suami itu pikirannya menjadi
suaminya, sang suami ini akan menjadi betah di rumah dan kemudian tentram
dalam hati7.
ketenangan fisik9. Dalam al-Qur’an surat al-Fath ayat 4 disebutkan bahwa Allah
7
Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta, Departemen
Agama, 2001), h. 89.
8
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab-Indonesia Terlengkap, (Cet. II; Surabaya: Pustaka
Progressif, 1997), h. 646.
9
Muslich Taman dan Aniq Farida, 30 Pilar Keluarga Samara: Kado Membentuk Rumah
Tangga Sakinah Mawaddah Wa Rahmah, (Cet. I; Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2007), h. 7.
38
berbunyi:
bahwa keluarga sakinah yang dikehendaki fitrah manusia dan agama ialah
terwujudnya suasana keluarga yang satu tujuan, selalu dapat berkumpul dengan
baik, rukun dan akrab dalam kehidupan sehari-hari. Dengan suasana itu,
terciptalah perasaan yang sama-sama senang dan keinginan untuk meredam emosi
dapat tercipta suasana salam (damai dan sejahtera) dan aman di tengah
masyarakat.
Sedangkan yang dimaksud dengan sakinah adalah rasa tentram, aman dan
hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang. Sebaliknya apabila
sebagian atau salah satu yang telah disebutkan tadi tidak terpenuhi, maka orang
tersebut akan merasa kecewa, resah dan gelisah. Hajat hidup yang diinginkan
10
Yang dimaksud dengan tentara langit dan bumi ialah penolong yang dijadikan Allah
untuk orang-orang mukmin seperti malaikat-malaikat, binatang-binatang, angin taufan dan
sebagainya,
11
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, op.cit., h. 461.
39
Pengertian keluarga sakinah dalam istilah ilmu fiqih disebut usrah atau
qirabah yang juga telah menjadi bahasa Indonesia yaitu kerabat 13. Dalam kamus
besar Indonesia keluarga adalah ibu bapak dengan anak-anaknya atau satuan
adalah ketenangan, kedamaian, dari akar kata sakan menjadi tenang, damai,
merdeka, hening dan tinggal16. Dalam Islam kata sakinah menandakan ketenangan
dan kedamaian secara khusus, yakni kedamaian dari Allah yang berada dalam
hati. Secara terminologi, keluarga sakinah adalah keluarga yang tenang dan
tentram, rukun dan damai. Dalam keluarga itu terjalin hubungan mesra dan
harmonis, diantara semua anggota keluarga dengan penuh kelembutan dan kasih
sayang17.
rumah tangga ada saat dimana terjadi gejolak, namun dapat segera tertanggulangi
dan akan melahirkan sakinah. Sakinah bukan hanya yang tampak pada ketenangan
12
Provinsi DKI Jakarta, Membina Keluarga Sakinah, (Jakarta: Badan Penasihatan
Pembinaan dan Pelestariaan Perkawinan (BP4) Provinsi DKI Jakarta, 2010), h. 5.
13
Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Ilmu Fiqih, Jilid II, Cet. II,
(Jakarta: Departemen Agama, 1984/1985), h. 156.
14
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar
Bahasa Indonesia, Cet. I, (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 413.
15
Ibid., h. 769.
16
Cyril Glasse, Ensiklopedia Islam, Penerjemah Ghuron A Mas’adi, cet. II, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada, 1991), h. 351.
17
Hasan Basri, Membina Keluarga Sakinah, cet. IV, (Jakarta: Pustaka Antara, 1996), h. 16.
40
lahir, tetapi harus disertai dengan kelapangan dada, budi bahasa yang halus
hati dan bergabungnya kejelasan pandangan dengan tekad yang kuat. Kehadiran
sakinah tidak datang begitu saja, tetapi ada syarat kehadirannya, hati harus
“Keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah,
mampu memenuhi hajat spiritual dan material secara layak dan seimbang,
diliputi suasana kasih sayang antara anggota keluarga dan lingkungannya
dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan
memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia”20.
keluarga sakinah adalah keluarga unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari
ayah, ibu dan anak-anaknya hidup secara harmonis, diliputi rasa kasih sayang,
yang shalih dan salihah. Didalamnya, kita akan menemukan kehangatan, kasih-
18
M. Quraish Shihab, Pengantin al-Qur’an: Kalung Permata Buat Anak-anakku, (Cet. I;
Jakarta: Lentera, 2007), h. 80-82.
19
Departemen Agama RI, Pedoman Pejabat Urusan Agama Islam, edisi 2004, (Jakarta:
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan
Haji, 2004), h. 1191.
20
Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Keluarga Sakinah, (Bandung:
Departemen Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat Bidang Urusan Agama Islam, 2001), h. 21.
41
sayang, kebahagiaan dan ketenangan yang akan dirasakan oleh seluruh anggota
keluarga21.
yang bahagia, sejahtera dan damai akan melahirkan masyarakat yang rukun,
kegiatan masyarakat.
menyusun kriteria-kriteria umum keluarga sakinah yang terdiri dari keluarga pra
nikah, keluarga sakinah I, keluarga sakinah II, keluarga sakinah III dan keluarga
sakinah plus23 dan dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan masing-masing
21
Mashuri Kartubi, Baiti Jannati Memasuki Pintu-pintu Syurga dalam Rumah Tangga,
(Jakarta: Yayasan Fajar Islam Indonesia, 2007), h. 92.
22
Departemen Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Departemen
Agama RI, 2001), h. 2.
23
Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 Pemerintah Daerah Tentang Program Pembinaan
Gerakan Keuarga Sakinah.
24
Departemen Agama RI, Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah,
(Bandung: Departemen Agama Kantor Wilayah Provinsi Jawa Barat Bidang urusan Agama Islam,
2001), h. 21
42
perkawinan yang sah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan
25
Ibid., h. 25.
26
Departemen Agama RI, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah,
(Jakarta: Departemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggara Haji Direktorat Urusan
Agama Islam, 2005), h. 25.
43
tolak ukur masing-masing tingkatan. Tolak ukur ini juga dapat dikembangkan
sesuai situasi dan kondisi di sekitarnya. Adapun tolak ukur umum adalah sebagai
berikut:
h. Berbuat asusila;
1974;
b. Keluarga memiliki surat nikah atau bukti lain, sebagai bukti perkawinan
yang sah;
27
Ibid., h. 26.
44
fakir miskin;
3. Keluarga sakinah II
a. Tidak terjadi perceraian, kecuali sebab kematian atau hal sejenis lainnya
menabung;
lima sempurna;
amoral lainnya.
hendaknya:
28
Ibid., h. 27.
45
kemasyarakatan;
g. Melaksanakan ibadah haji secara baik dan benar, sesuai tuntunan agama
tersebut hendaknya:
yang mabrur;
29
Ibid., h. 28.
30
Danuri, Pertambahan Penduduk dan Kehidupan Keluarga, (Yogyakarta, LPPK, IKIP,
1976), h. 19.
31
Aziz Mushoffa, Untaian Mutiara Buat Keluarga: Bekal bagi Keluarga dalam Menapaki
Kehidupan, (Cet. I; Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), h. 12-14.
47
maknanya, mengimani yang ghaib, hari pembalasan dan qadla dan qadar.
qadar Allah, dalam hal ibadah mampu melaksanakan ibadah dengan baik,
3. Segi pendidikan dalam rumah tangga, dalam hal ini diperlukan peran
anggota keluarganya.
mudah sakit, jika ada anggota keluarga yang sakit segera menggunakan
، إن أﺑﺎ ﺳﻔﯿﺎن رﺟﻞ ﺷﺤﯿﺢ، ﯾﺎرﺳﻮل ﷲ: أن ھﻨﺪاً ﻗﺎﻟﺖ:ﻋﻦ ﻋﺎﺋﺸﺔ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﮭﺎ
)ﺧﺬي ﻣﺎ: ﻓﻘﺎل،وﻟﯿﺲ ﯾﻌﻄﯿﻨﻲ ﻣﺎ ﯾﻜﻔﯿﻨﻲ ووﻟﺪي إﻻ ﻣﺎ أﺧﺬت ﻣﻨﮫ وھﻮ ﻻ ﯾﻌﻠﻢ
. اﻟﺒﺨﺎري.(ﯾﻜﻔﯿﻚ ووﻟﺪك ﺑﺎﻟﻤﻌﺮوف
pemaaf. Begitu juga hubungan orang tua dengan anak, orang tua mampu
mentaati dan menunjukkan cinta dan kasih sayangnya terhadap orang tua
memaafkan.
32
Abdullah Qadri Al-Ahdi, Kitab Al-Mas’uliyah fil Islam Juz I, Thab’ah As-salasah, 1992,
h. 60.
49
Qur’an dan sunnah Rasul33. Tercapainya keluarga sakinah adalah dambaan bagi
setiap orang yang membangun mahligai rumah tangga. Keinginan yang mulia ini
dikatakan atau tidak, jauh hari sudah terpancang sebelum dua insan yang
berlainan jenis berikrar dalam sebuah pernikahan. Maka segenap daya dan upaya
keluarga yang memperoleh ketenangan hidup yang penuh cinta dan kasih sayang
sebagai tujuan utama dari perkawinan. Sebuah keluarga dapat disebut harmonis
sesama anggota keluarga dan terpenuhi standar kebutuhan materil dan spiritual
serta teraplikasinya nilai-nilai moral dan agama dalam keluarga. Inilah keluarga
Setelah suami isteri memahami hak dan kewajiban, ada beberapa unsur yang
33
Ahmad Azhar Basyir dan Fauzi Rahman, Keluarga Sakinah Keluarga Syurgawi,
(Yogyakarta: Titian Illahi Press, 1994), h. 11.
34
Syahmini Zaini, Membina Rumah Tangga Bahagia, (Jakarta: Kalamulia, 2004), h. 10.
50
Artinya: “Mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi
mereka35. (Q.S. Al- Baqarah (2): 87).
Suami isteri hendaknya sadar bahwa jodoh, rezki dan mati dalam
suami isteri kita masing-masing kita terima secara tulus dan ikhlas.
berusaha untuk saling mengisi kekurangan yang ada pada diri masing-
masing serta mau menerima dan mengakui kelebihan yang ada pada orang
35
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, op.cit, h. 27.
36
Kanwil Departemen Agama Provinsi Riau, Pedoman Gerakan Keluarga Sakinah,
(Pekanbaru: Proyek Pembinaan Keluarga Sakinah, 2004), h. 31.
51
kebahagiaan hidup adalah bersifat relatif sesuai dengan cita rasa dan
penuh keterbukaan.
suami dan isteri merupakan suatu yang perlu diterapkan. Hal tersebut
sesuai dengan prinsip bahwa tidak ada masalah yang tidak dapat
sikap terbuka, lapang dada, jujur, mau menerima dan memberi serta sikap
tidak mau menang sendiri dari pihak suami ataupun isteri. Sikap suka
37
Syahmini Zaini, op.cit., h. 13.
52
f. Suka Memaafkan
jarang persoalan yang kecil dan sepeleh dapat menjadi sebab terganggunya
Keluarga dalam lingkup yang lebih besar tidak hanya terdiri hanya
terdiri dari ayah, ibu dan anak. Akan tetapi menyangkut hubungan
persaudaraan yang lebih besar lagi baik hubungan antara anggota keluarga
38
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, op.cit., h. 439.
39
Kanwil Departemen Agama Provinsi Riau, op.cit., h. 33.
53
terjalin dengan baik antara keluarga dua belah pihak. Suami harus baik
keluarga suami.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT surat An-Nisa (4): 1:
Artinya: “Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu
sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim.
Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi
kamu”40. (Q.S. An-Nisa’: 1).
dituntut untuk senantiasa bersikap baik dan berbuat sesuai dengan garis-
40
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, op.cit., h. 250.
54
akan tercapai.
41
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahan, op.cit., h. 505.
42
Kanwil Departemen Agama Provinsi Riau, op.cit., h. 34.
55
hal43:
b. Buta ibadah
b. Pendidikan IPTEK
c. Pendidikan keterampilan
d. Pendidikan Akhlak
e. Pendidikan kemandirian
43
Kanwil Departemen Agama Provinsi Riau op.cit., h. 37.
56
a. Pengendalian keuangan
b. Pembudayaan menabung