LP SC Dan Iugr
LP SC Dan Iugr
LP SC Dan Iugr
PENDAHULUAN
2. Tujuan Khusus
Mampu melakukan asuhan keperawatan pada ibu post operasi sectio
caesaria
1.3 Manfaat
Laporan Pendahuluan (LP) Ini diharapkan dapat menjadi landasan
teori mahasiswa dalam memberikan atau melakukan asuhan keperawatan
(maternitas) khususnya pada ibu post operasi dengan sectio caesaria.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, section caesarea
juga dapat didefinisikan sebagai bsuatu histektomia untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Mochtar, 2011).
Istilah caesarea berasal dari kata kerja latin caedere yang berarti
memotong atau menyayat (Cunningham, 2006). Sectio caesarea adalah
suatu pembedahan guna melahirkan bayi melalui insisi pada dinding
abdomen dan uterus (Oxorn, 2010).
2.4 Kontraindikasi
Menurut Oxorn, (2010) sectio caesarea tidak boleh dilakukan bila terdapat
keadaan sebagai berikut :
a. Bila janin sudah mati atau berada dalam keadaan yang jelek Sehingga
kemungkinan hidup kecil. Dalam keadaan ini tidak ada alasan untuk
melakukan operasi berbahaya yang tidak diperlukan.
b. Bila jalan lahir ibu mengalami infeksi yang luas dan fasilitas untuk
sectio caesarea extraperitoneal tidak tersedia.
c. Bila dokter dan tenaga asisten tidak berpengalaman atau memadai.
2.9 Etiologi
Menurut Oxorn (2010), indikasi sectio caesarea lebih bersifat absolute dan
relative. Setiap keadaan yang tidak memungkinkan kelahiran lewat jalan
lahir merupakan indikasi absolute untuk sectio caesarea. Diantaranya adalah
panggul sempit yang sangat berat dan neoplasma yang menyumbat jalan
lahir. Pada indikasi, kelahiran pervaginam bisa terlaksana tetapi dengan
keadaan tertentu membuat kelahiran lewat sectio caesarea akan lebih aman
bagi ibu, anak ataupun keduanya. Faktor-faktor yang menyebabkan
perlunya tindakan sectio caesarea yaitu:
a. Faktor ibu
Disporporsi fetopelvic, mencakup panggul sempit, fetus terlalu besar,
atau adanya ketidakseimbangan antara ukuran bayi dan ukuranpelvic.
Disfungsi uterus, mencakup kerja uterus yang tidak terkoordinasikan,
inersia, ketidakmampuan dilatasi cervix, partus menjadi lama.
1. Neoplasma
Neoplasma yang menyumbat pelvis menyebabkan persalinan
normal tidak mungkin dilakukan. Kanker invasif yang didiagnosa
pada trimester ketiga dapat diatasi dengan sectio caesarea yang
dilanjutkan dengan terapi radiasi, pembedahan radikal atau
keduanya.
2. Riwayat sectio caesarea sebelumnya.
Meliputi riwayat jenis insisi uterus sebelumnya, jumlah sectio
caesarea sebelumnya dan indikasi sectio caesarea sebelumnya.
Pada sebagian negara besar ada kebiasaan yang dilakukan akhir-
akhir ini yaitu setelah prosedur sectio caesarea dilakukan maka
persalinan mendatang juga harus diakhiri dengan tindakan sectio
caesarea juga.
3. Plasenta previa sentralis dan lateralis
4. Abruptio plasenta
5. Toxemia gravidarum antara lain pre eklamsia dan eklamsia,
hipertensi essensial dan nephritis kronis.
6. Diabetes maternal
7. Infeksi virus herpes pada Traktus genitalis
b. Faktor janin
1. Gawat janin
Disebut gawat janin, bila ditunjukkan dengan adanya bradikardi
berat atau takikardi. Namun gawat janin tidak menjadi indikasi
utama dalam peningkatan angka sectio caesarea. Stimulasi
oxytocin menghasilkan abnormalitas pada frekuensi denyut
jantung janin. Keadaan gawat janin pada tahap persalinan
memungkinkan dokter memutuskan untuk melakukan operasi.
Terlebih apabila ditunjang kondisi ibu yang kurang mendukung.
Sebagai contoh, bila ibu menderita hipertensi atau kejang pada
rahim dapat mengakibatkan gangguan pada plasenta dan tali pusar
yaitu aliran darah dan oksigen kepada janin menjadi terganggu.
Kondisi ini dapat mengakibatkan janin mengalami gangguan
seperti kerusakan otak. Bila tidak segera ditanggulangi, maka
dapat menyebabkan kematian janin (Oxorn, 2010).
2. Ukuran Janin
Berat bayi lahir sekitar 4000 gram atau lebih (giant baby),
menyebabkan bayi sulit keluar dari jalan lahir. Umumnya
pertumbuhan janin yang berlebihan disebabkan sang ibu
menderita kencing manis (diabetes mellitus). Bayi yang lahir
dengan ukuran yang besar dapat mengalami kemungkinan
komplikasi yang lebih berat dari pada bayi normal karena sifatnya
masih seperti bayi prematur yang tidak bisa bertahan dengan baik
terhadap persalinan yang lama (Oxorn, 2010).
3. Cacat atau kematian janin sebelumnya Ibu - ibu yang pernah
melahirkan bayi yang cacat atau mati dilakukan sectio caesarea
elektif.
4. Malposisi dan malpresentasi bayi
5. Insufisiensi plasenta
6. Inkompatibilitas rhesus, jika janin mengalami cacat berat akibat
antibodi dari ibu Rh (-) yang menjadi peka dan bila induksi dan
persalinan pervaginam tidak berhasil maka tindakan sectio
caesarea dilakukan.
7. Post mortem caesarean
yaitu dilakukan pada ibu yang baru saja meninggal bilamana bayi
masih hidup
2.10 Pathofisiologi SC
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal/spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan
menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf -saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah resiko infeksi.
2.11 Pathway
A. DEFINISI
D. KLASIFIKASI
Antara PJT dan SGA banyak terjadi salah pengertian karena definisi
keduanya hampir mirip. Tetapi pada SGA tidak terjadi gangguan
pertumbuhan, bayi hanya mempunyai ukuran tubuh yang kecil. Sedangkan
pada IUGR terjadi suatu proses patologis sehingga berat badan janin tersebut
kecil untuk masa kehamilannya.
Berdasarkan gejala klinis dan USG janin kecil dibedakan atas:
1. Janin kecil tapi sehat. Berat lahir di bawah presentil ke-10 untuk masa
kehamilannya. Mempunyai ponderal index dan jaringan lemak yang
normal.
Ponderal index = BB(gram) x 100
PB(cm)
Simetris Asimetris
1. Maternal
a. Tekanan darah tinggi
b. Penyakit ginjal kronik
c. Diabetes Melitus
d. Penyakit jantung dan pernapasan
e. Malnutrisi dan anemia
f. Infeksi
g. Pecandu alkohol dan obat tertentu
h. Perokok
F. INSIDEN
Di negara berkembang angka PJT kejadian berkisar antara 2%-8% pada
bayi dismature, pada bayi mature 5% dan pada postmature 15%. Sedangkan
angka kejadian untuk SGA adalah 7% dan 10%-15% adalah janin dengan
PJT.
G. MANIFESTASI KLINIS
Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT biasanya tampak kurus, pucat,
dan berkulit keriput. Tali pusat umumnya tampak rapuh dan layu dibanding
pada bayi normal yang tampak tebal dan kuat. PJT muncul sebagai akibat dari
berhentinya pertumbuhan jaringan atau sel. Hal ini terjadi saat janin tidak
mendapatkan nutrisi dan oksigenasi yang cukup untuk perkembangan dan
pertumbuhan organ dan jaringan, atau karena infeksi. Meski pada sejumlah
janin, ukuran kecil untuk masa kehamilan bisa diakibatkan karena faktor
genetik (kedua orangtua kecil), kebanyakan kasus PJT atau Kecil Masa
Kehamilan (KMK) dikarenakan karena faktor-faktor lain. Beberapa
diantaranya sbb:
PJT dapat terjadi kapanpun dalam kehamilan. PJT yang muncul sangat
dini sering berhubungan dengan kelainan kromosom dan penyakit ibu.
Sementara, PJT yang muncul terlambat (>32 minggu) biasanya berhubungan
dengan problem lain. Pada kasus PJT, pertumbuhan seluruh tubuh dan organ
janin menjadi terbatas. Ketika aliran darah ke plasenta tidak cukup, janin
akan menerima hanya sejumlah kecil oksigen, ini dapat berakibat denyut
jantung janin menjadi abnormal, dan janin berisiko tinggi mengalami
kematian. Bayi-bayi yang dilahirkan dengan PJT akan mengalami keadaan
berikut :
H. PATOFISIOLOGI
1. Kondisi kekurangan nutrisi pada awal kehamilan
Pada kondisi awal kehamilan pertumbuhan embrio dan trofoblas
dipengaruhi oleh makanan. Studi pada binatang menunjukkan bahwa
kondisi kekurangan nutrisi sebelum implantasi bisa menghambat
pertumbuhan dan perkembangan. Kekurangan nutrisi pada awal
kehamilan dapat mengakibatkan janin berat lahir rendah yang
simetris. Hal sebaiknya terjadi kondisi percepatan pertumbuhan pada
kondisi hiperglikemia pada kehamilan lanjut.
2. Kondisi kekurangan nutrisi pada pertengahan kehamilan
Defisiensi makanan mempengaruhi pertumbuhan janin dan plasenta,
tapi bisa juga terjadi peningkatan pertumbuhan plasenta sebagai
kompensasi. Didapati ukuran plasenta yang luas.
3. Kondisi kekurangan nutrisi pada akhir kehamilan
Terjadi pertumbuhan janin yang lambat yang mempengaruhi interaksi
antara janin dengan plasenta. Efek kekurangan makan tergantung pada
lamanya kekurangan. Pada kondisi akut terjadi perlambatan
pertumbuhan dan kembali meningkat jika nutrisi yang diberikan
membaik. Pada kondisi kronis mungkin telah terjadi proses
perlambatan pertumbuhan yang irreversibel.
I. DIAGNOSIS
1. Faktor Ibu
cara ini sangat mudah, murah, aman, dan baik untuk diagnosa pada
kehamilan kecil. Caranya dengan menggunakan pita pengukur yang di
letakkan dari simpisis pubis sampai bagian teratas fundus uteri. Bila pada
pengukuran di dapat panjang fundus uteri 2 (dua) atau 3 (tiga) sentimeter
di bawah ukuran normal untuk masa kehamilan itu maka kita dapat
mencurigai bahwa janin tersebut mengalami hambatan pertumbuhan.
3. USG Fetomaternal
4. Doppler Velocimetry
Dengan menggunakan Doppler kita dapat mengetahui adanya
bunyi end-diastolik yang tidak normal pada arteri umbilicalis, ini
menandakan bahwa adanya PJT.
Skor 2 0
Reaktivitas DJJ ≥2 <2
Akselerasi-stimulasi ≥2 <2
Rasio SD A.Umbilikal <3 ≥3
Gerak Napas-stimulasi ≥2 <2
Indeks Cairan Amnion ≥ 10 < 10
5. Pemeriksaan Laboratorium
J. DIAGNOSIS BANDING
Janin kecil pada ibu yang ukuran tubuhnya kecil pula. Wanita yang
tubuhnya kecil secara khas akan memiliki bayi yang berukuran kecil pula. Jika
wanita itu memulai kehamilannya dengan berat badan kurang dari 100 pound
(<50 kg). Resiko melahirkan bayi yang kecil menurut usia gestasionalnya akan
meningkat paling tidak dengan sebanyak dua kali lipat (Eastman dan
Jackson,1986; Simpson dkk.,1975). Pada wanita yang kecil dengan ukuran
panggul yang kecil, kelahiran bayi yang kecil dengan berat lahir yang secara
genetik dibawah berat lahir rata-rata untuk masyarakat umum, tidak selalu
merupakan kejadian yang tidak dikehendaki.
K. KOMPLIKASI PJT
PJT yang tidak segera diberi tindakan penanganan dokter dapat
menyebabkan bahaya bagi janin hingga menyebabkan kematian. Kondisi ini
disebabkan karena terjadinya kondisi asupan nutrisi dan oksigenasi yang tidak
lancar pada janin. Jika ternyata hambatan tersebut masih bisa di tangani
kehamilan bisa dilanjutkan dengan pantauan dokter, sebaliknya jika sudah tidak
bisa ditangani maka dokter akan mengambil tindakan dengan memaksa bayi untuk
dilahirkan melalui operasi meski belum pada waktunya.
1. Janin
Antenatal : gagal nafas dan kematian janin
Setelah lahir :
a. Langsung:
Asfiksia
Hipoglikemi
Aspirasi mekonium
DIC
Hipotermi
Perdarahan pada paru
Polisitemia
Hiperviskositas sindrom
Gangguan gastrointestinal
b. Tidak langsung
Pada simetris PJT keterlambatan perkembangan dimulai dari
lambat dari sejak kelahiran, sedangkan asimetris PJT dimulai sejak
bayi lahir di mana terdapat kegagalan neurologi dan intelektualitas.
Tapi prognosis terburuk ialah PJT yang disebabkan oleh infeksi
kongenital dan kelainan kromosom.
2. Ibu
Preeklampsi
Penyakit jantung
Malnutrisi
L. PENATALAKSANAAN
Langkah pertama dalam menangani PJT adalah mengenali pasien-
pasien yang mempunyai resiko tinggi untuk mengandung janin kecil.
Langkah kedua adalah membedakan janin PJT atau malnutrisi dengan janin
yang kecil tetapi sehat. Langkah ketiga adalah menciptakan metode adekuat
untuk pengawasan janin pada pasien-pasien PJT dan melakukan persalinan di
bawah kondisi optimal.
1. Pada PJT pada saat dekat waktu melahirkan, yang harus dilakukan adalah
segera dilahirkan
2. Pada PJT jauh sebelum waktu melahirkan, kelainan organ harus dicari
pada janin ini, dan bila kelainan kromosom dicurigai maka amniosintesis
(pemeriksaan cairan ketuban) atau pengambilan sampel plasenta, dan
pemeriksaan darah janin dianjurkan
a. Tatalaksana umum : setelah mencari adanya cacat bawaan dan
kelainan kromosom serta infeksi dalam kehamilan maka aktivitas
fisik harus dibatasi disertai dengan nutrisi yang baik. Tirah baring
dengan posisi miring ke kiri, Perbaiki nutrisi dengan menambah 300
kal perhari, Ibu dianjurkan untuk berhenti merokok dan
mengkonsumsi alkohol, Menggunakan aspirin dalam jumlah kecil
dapat membantu dalam beberapa kasus IUGR Apabila istirahat di
rumah tidak dapat dilakukan maka harus segera dirawat di rumah
sakit. Pengawasan pada janin termasuk diantaranya adalah melihat
pergerakan janin serta pertumbuhan janin menggunakan USG setiap
3-4minggu
3. Kondisi bayi.
Janin dengan PJT memiliki risiko untuk hipoksia perinatal
(kekurangan oksigen setelah melahirkan) dan aspirasi mekonium (terhisap
cairan mekonium). PJT yang parah dapat mengakibatkan hipotermia (suhu
tubuh turun) dan hipoglikemia (gula darah berkurang). Pada umumnya
PJT simetris dalam jangka waktu lama dapat mengakibatkan pertumbuhan
bayi yang terlambat setelah dilahirkan, dimana janin dengan PJT asimetris
lebih dapat “catch-up” pertumbuhan setelah dilahirkan.
1. Istirahat
Mungkin merupakan satu-satunya terapi yang paling sering direkomendasikan.
Secara teori istirahat akan menurunkan aliran darah ke perifer dan
meningkatkan aliran darah ke sirkulasi uteroplasenta, yang diduga dapat
memperbaiki pertumbuhan janin. Pada penelitian yang dilakukan oleh Laurin
Dkk, menunjukkan bahwa rawat inap di rumah sakit tidak bermanfaat, tidak
terdapat perbedaan berat badan lahir antara pasien yang dirawat inap dengan
rawat jalan.
2. Suplementasi Nutrisi Ibu
Pada suatu penelitian ditemukan bahwa kurangnya nutrisi ibu memilki
sedikit efek pada berat lahir. Kekurangan kalori yang berat hingga lebih kecil
1500 kalori per hari dihubungkan dengan penurunan berat bayi lahir rata-rata
hampir 300 gram. Terdapat data yang menunjukkan bahwa suplementasi nutrisi
dalam bentuk asupan kalori oral dan atau suplemen protein memilki sedikit
efek dalam meningkatkan berat badan lahir.
Defisiensi beberapa logam pada asupan makanan ibu juga dihubungkan
dengan PJT. Walles Dkk. membuktikan bahwa kadar seng pada leukosit
perifer, yang merupakan indikator sensitif keadaan seng jaringan, menurun
pada ibu dengan janin dengan PJT.
Asam eikosapentanoid yang terdapat pada minyak ikan, diduga dapat
meningkatkan berat lahir dan dapat digunakan dalam pencegahan dan terapi
PJT. Asam ini bekerja secara kompetisi dengan asam arakhidonat yang
merupakan substrat dari enzim siklooksigenase. Zat vasoaktif, tromboksan A2
(TxA2) dan prostasiklin I2 (PGI2) telah diteliti sebagai mediator yang dapat
menurunkan aliran uteroplasenta pada PJT idiopatik. Prostasiklin merupakan
vasodilator, dan tromboksan merupakan vasokonstriktor yang kuat.
Keseimbangan antara dua zat ini menghasilkan tonus vaskuler pada
uteroplasenta. Konsumsi minyak ikan diduga menghasilkan penurunan sintesis
tromboksan dan meningkatkan konsentrasi prostasiklin. Perubahan rasio ini
akan menghasilkan vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan aliran darah
utreroplasenta dan meningkatkan berat lahir, sehingga berguna dalam
pencegahan dan terapi PJT.
3. Terapi Farmakologi
Aspirin dan Dipiridamol
Aspirin atau asam asetilsalisilat, menghambat enzim siklooksigenase
secara ireversibel. Pemberian aspirin dosis rendah 1-2 mg/kg/hari
menghambat aktifitas siklooksigenase dan menghasilkan penurunan sintesis
tromboksan. Pemberian aspirin dosis rendah berkaitan dengan peningkatan
berat lahir rata-rata sebesar 516 gram. Juga ditemukan peningkatan yang
bermakna pada berat plasenta.
Dipiridamol, merupakan inhibitor enzim fosfodiesterase, dapat
menghambat penghancuran cyclic adenosine monophosphate (cAMP). Ini
akan meningkatkan konsentrasi cAMP yang dapat menyebabkan trombosit
lebih sensitif terhadap efek prostasiklin dan juga merangsang sintesis
prostasiklin yang menghasilkan vasodilatasi.
Beta mimetik
Obat ini memilki berbagai efek pada aliran daerah uteroplasenta. Salah
satunya adalah merangsang adenilat siklase miometrium yang menyebabkan
relaksasi uterus. Relaksasi ini akan menurunkan resistensi aliran darah uterus
dan meningkatkan perfusi. Efek vasodilatasi langsung pada arteri uterina juga
meningkatkan perfusi uterus. Secara teori hal ini bermanfaat pada pengobatan
PJT.
M. PENCEGAHAN
Beberapa penyebab dari PJT tidak dapat dicegah. Bagaimanapun juga,
faktor seperti diet, istirahat, dan olahraga rutin dapat dikontrol. Untuk
mencegah komplikasi yang serius selama kehamilan, sebaiknya seorang ibu
hamil mengikuti nasihat dari dokternya; makan makanan yang bergizi tinggi;
tidak merokok, minum alkohol dan menggunakan narkotik; mengurangi
stress; berolahraga teratur; serta istirahat dan tidur yang cukup. Suplementasi
dari protein, vitamin, mineral, serta minyak ikan juga baik dikonsumsi. Selain
itu pencegahan dari anemia serta pencegahan dan tatalaksana dari penyakit
kronik pada ibu maupun infeksi yang terjadi harus baik.
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk mencegah PJT pada janin untuk
setiap ibu hamil sebagai berikut :
1. Usahakan hidup sehat
Konsumsilah makanan bergizi seimbang. Untuk kuantitas, makanlah
seperti biasa ditambah ekstra 300 kalori/hari.
2. Hindari stress selama kehamilan
Stress merupakan salah satu faktor pencetus hipertensi.
3. Hindari makanan obat-obatan yang tidak dianjurkan selama kehamilan
Setiap akan mengkonsumsi obat, pastikan sepengetahuan/resep dokter
kandungan.
4. Olah raga teratur
Olah raga (senam hamil) dapat membuat tubuh bugar, dan mampu
memberi keseimbangan oksigenasi, maupun berat badan.
5. Hindari alkohol, rokok, dan narkoba
6. Periksakan kehamilan secara rutin
Pada saat kehamilan, pemeriksaan rutin sangat penting dilakukan agar
kondisi ibu dan janin dapat selalu terpantau. Termasuk, jika ada kondisi PJT,
dapat diketahui sedini mungkin. Setiap ibu hamil dianjurkan melakukan
pemeriksaan setiap 4 minggu sampai dengan usia kehamilan 28 minggu.
Kemudian, dari minggu ke 28-36, pemeriksaan dilakukan setidaknya setiap 2
minggu sekali. Selanjutnya, lakukan pemeriksaan setiap 1 minggu sampai
dengan usia kelahiran atau 40 minggu. Semakin besar usia kehamilan,
semakin mungkin pula terjadi hambatan atau gangguan. Jadi, pemeriksaan
harus dilakukan lebih sering seiring dengan bertambahnya usia kehamilan.
BAB 3
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang dapat ditemukan
meliputi distress janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pust, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
A. Anamnesa
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register, dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
Merasa kontraksi
c. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun sepoerti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
2. Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda -
tanda persalinan.
3. Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM,
HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
C. Pemeriksaan fisik
1. Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang - kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
2. Leher
Kadang - kadang ditemukan adanya penbesaran kelenjar tioroid,
karena adanya proses menerang yang salah
3. Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang -kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing.
4. Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
5. Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang -
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung
6. Dada
Terdapat adanya pembesaran payu dara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae.
7. Abdomen
Tampak insisi post op SC, namun pada klien nifas abdomen kendor
kadang -kadang striae masih terasa nyeri. Fundus uteri 3 jari
dibawa pusat.
8. Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, pengeluaran air ketuban, bila
terdapat pengeluaran mekonium yaitu feses yang dibentuk anak
dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
9. Anus
Kadang - kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
Rupture
10. Ekstermitas
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan - kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
11. Tanda - tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.
12. Diagnosa Keperawatan
Beberapa diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada ibu
post SC yaitu :
4.1 Kesimpulan
Sectio caesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut, section caesarea
juga dapat didefinisikan sebagai bsuatu histektomia untuk melahirkan janin
dari dalam rahim (Mochtar, 2011).
Tujuan mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya
robekan serviks dan segmen bawah rahim. Indikasi dilakukan SC Plasenta
previa sentralis dan lateralis (posterior), Panggul sempit, Disproporsi
sefalopelvik, Ruptura uteri mengancam, Partus lama, Partus tak maju,
Distosia serviks. Penatalaksanaan dengan pemberian cairan per intra vena,
diit yang sesuai, mobilisasi, pemberian obat-batan analgesik, antipiretik dan
lain-lain.
4.2 Saran
Diharakan laporan pendahuluan asuhan keperawatan ini dapat
memberi pengetahuan dan menambah ilmu bagi sesama perawat maupun
tenaga medis lain dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien ibu
nifas dengan sectio caesarea.
DAFTAR PUSTAKA
Cunninghan FG, Gant NF, Leveno KJ, et al, 2005. Obstetri Williams Vol 1/Edisi
21. EGC. Jakarta.
Wikjosastro H, 2005. Ilmu Kandungan Edisi ke2 Cetakan ke4. YBB-SP. Jakarta