Asuhan Keperawatan Ansietas (Kelompok 1)
Asuhan Keperawatan Ansietas (Kelompok 1)
Asuhan Keperawatan Ansietas (Kelompok 1)
ANSIETAS
Tugas Mata Kuliah Praktik Ilmu Keperawatan Jiwa I
Dosen Mata Kuliah : Ns. Anggi Ulfah Mawadah, S.Kep
KELOMPOK 1
KELAS REGULER A
ANGGOTA :
1. Ade Iyan Sofyan CKR0180001
2. Adinda Nurhaliza CKR0180002
3. Adisa Gustiani Dewi CKR0180003
4. Agam Subarma CKR0180004
5. Bella Esterica CKR0180005
6. Chintya Dwi Agustin CKR0180006
7. Dede CKR0180008
8. Delia Nurhalimah CKR0180009
9. Deti Melawati CKR0180010
10. Edah Jubaedah CKR0180012
11. Egi Septi Priatno CKR0180013
12. Farizka Dwi Mahardika CKR0180014
13. Farras Salsabella Amanda CKR0180015
14. Hana Khairunnisa CKR0180017
15. Ida Fatmawati CKR0180018
16. Iis Istiqomah Nur Pajrin CKR0180019
17. Kiki Karmila CKR0180020
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
TAHUN AJARAN 2018/2019
Jalan Lingkar Bayuning No.2, Kadugede, Kab.Kuningan, Jawa Barat 45561
KATA PENGANTAR
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .......................................................................1
1.2 Rumusan Masalah...................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................2
1.4 Sistematika Penulisan.............................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi......................................................................................3
2.2 Etiologi......................................................................................4
2.3 Rentang Respon Kecemasan....................................................5
2.4 Tanda Dan Gejala Kecemasan.................................................6
2.5 Penatalaksanaan Kecemasan....................................................7
2.6 Pengkajian................................................................................8
2.7 Diagnosa..................................................................................12
2.8 Intervensi.................................................................................13
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan..............................................................................36
3.2 Saran........................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
7. Bagaimana mengetahui diagnosa?
8. Bagaimana mengetahui intervensi?
9. Bagaimana cara membuat asuhan keperawatan ansietas?
1.3 Tujuan penulisan : Umum & khusus
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengetahuan lebih luas tentang Asuhan Keperawatan
Ansietas.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa mampu menjelaskan yang berkaitan dengan “ASUHAN
KEPERAWATAN ANSIETAS” pada mahasiswa lain, yaitu :
a) Mahasiswa mampu menjelaskan definisi Ansietas.
b) Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi Ansietas.
c) Mahasiswa mampu menjelaskan rentang respon kecemasan.
d) Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala kecemasan.
e) Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan kecemasan.
f) Mahasiswa mampu menjelaskan pengkajian pada Ansietas.
g) Mahasiswa mampu menjelaskan diagnosa Ansietas.
h) Mahasiswa mampu menjelaskan Intervensi Ansietas.
i) Mahasiswa mampu menjelaskan Asuhan Keperawatan Ansietas.
1.4 Sistematika penulisan
Penulis membuat sistematika penulisan dengan cara membaginya kedalam 3 Bab
dimana masing-masingnya mempunyai kaitan satu sama lain secara sistematika yaitu
sebagai berikut :
BAB I Pendahuluan terdiri dari : dalam bab ini terdiri dari latar belakang, rumusan
masalah, tujuan penulisan ada umum dan khusus, dan sistematika penulisan.
BAB II Tinjauan Teoritis : dalam bab ini Apa yang di maksud definisi Ansietas
etiologi, penyebabkan kecemasan, rentang respon kecemasan, tanda dan gejala
kecemasan, penatalaksanaan kecemasan, pengkajian, diagnosa, ntervensi, keperawatan
ansietas.
BAB III Penutup : bagian ini berisi tentang kesimpulan dan saran.
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi
Menurut Lynn S. Bickley (2009) “ kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi
pada keadaan sakit, pengobatan, dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi
sebagian klien kecemasan merupakan saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi
sebagian lainnya kecemasan dapat menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.”
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena
dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar
tidak diketahui dan berasal dari dalam (DepKes RI, 1990).
Kecemasan dapat didefininisikan suatu keadaan perasaan keprihatinan, rasa gelisah,
ketidak tentuan, atau takut dari kenyataan atau persepsi ancaman sumber aktual yang
tidak diketahui atau dikenal (Stuart and Sundeens, 1998).
Kecemasan mungkin hadir pada beberapa tingkat dalam kehidupan setiap individu,
tetapi derajat dan frekuensi dengan yang memanifestasikan berbeda secara luas. Respon
masing-masing individu memiliki kecemasan berbeda. Tepi emosional yang
memprovokasi kecemasan untuk merangsang kreativitas atau kemampuan pemecahan
masalah, yang lainnya dapat menjadi bergerak ke tingkat patologis. Perasaan umumnya
dikategorikan menjadi empat tingkat untuk tujuan pengobatan : ringan, sedang, berat,
dan panik. Perawat dapat menemukan klien cemas di mana saja di rumah sakit atau
lingkup masyarakat.
Kecemasan dan gangguannya dapat muncul dalam berbagai tanda dan gejala fisik
dan psikologik seperti gemetar, rasa goyah, nyeri punggung dan kepala, ketegangan otot,
napas pendek, mudah lelah, sering kaget, hiperaktivitas autonomik seperti wajah merah
dan pucat, berkeringat, tangan rasa dingin, diare, mulut kering, sering kencing, rasa
takut, sulit konsentrasi, insomnia, libido turun, rasa mengganjal di tenggorok, rasa mual
di perut dan sebagainya. Gejala utama dari depresi adalah efek depresif, kehilangan
minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan
mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) serta menurunnya
aktivitas.
Beberapa gejala lainnya dari depresi adalah konsentrasi dan perhatian berkurang,
harga diri dan kepercayaan diri berkurang,gagasan tentang rasa bersalah dan tidak
berguna, pandangan masa depan yang suram dan pesimistis, gagasan atau perbuatan
membahayakan diri atau bunuh diri, tidur terganggu, nafsu makan berkurang.
3
Keadaan cemas biasanya disertai dan diikuti dengan gejala depresi. Untuk diagnosis
dibutuhkan penentuan kriteria yang tepat antara berat ringannya gejala, penyebab serta
kelangsungan dari gejala apakah sementara atau menetap. Pada gangguan cemas
lainnya biasanya depresi adalah bentuk akhir bila penderita tidak dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi. Pada cemas menyeluruh depresi biasanya bersifat sementara dan
lebih ringan gejalanya dibanding kecemasan, gangguan penyesuaian memiliki gejala
yang jelas berkaitan erat dengan stres kehidupan.
2.2 Etiologi
Menurut Sylvia D. Elvira ( 2008 : 11 ) Ada beberapa faktor yang menyebabkan
kecemasan. Antara lain faktor Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ
biologi adalah ketidakseimbangan zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang
disebabkan karena kurangnya oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor
psikologi yang berpengaruh terhadap perkembangan kepribadian seseorang, baik hal
yang menentramkan, menyenangkan dan menyedihkan.
1. Faktor Predisposisi
Stressor predisposisi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
menyebabkan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Ketegangan dalam kehidupan
tersebut dapat berupa :
a. Peristiwa Traumatik, yang dapat memicu terjadinya kecemasan berkaitan dengan
krisis yang dialami individu baik krisis perkembangan atau situasional.
b. Konflik Emosional, yang dialami individu dan tidak terselesaikan dengan baik.
Konflik antara id dan superego atau antara keinginan dan kenyataan dapat
menimbulkan kecemasan pada individu.
c. Konsep diri terganggu akan menimbulkan ketidakmampuan individu berpikir
secara realitas sehingga akan menimbulkan kecemasan.
d. Frustasi akan menimbulkan rasa ketidakberdayaan untuk mengambil keputusan
yang berdampak terhadap ego.
e. Gangguan fisik akan menimbulkan kecemasan karena merupakan ancaman
terhadap integritas fisik yang dapat mempengaruhi konsep diri individu.
f. Pola mekanisme koping keluarga atau pola keluarga menangani stress akan
mempengaruhi individu dalam berespon terhadap konflik yang dialami karena pola
mekanisme koping individu banyak dipelajari dalam keluarga.
g. Riwayat gangguan kecemasan dalam keluarga akan mempengaruhi respons
individu dalam berespons terhadap konflik dan mengatasi kecemasannya.
4
h. Medikasi yang dapat memicu terjadinya kecemasan adalah pengobatan yang
mengandung benzodiazepin, karena benzodiazepine dapat menekan neurotransmiter
gamma amino butyric acid (GABA) yang mengontrol aktivitas neuron di otak yang
bertanggung jawab menghasilkan kecemasan.
2. Faktor presipitasi
Stresor presipitasi adalah semua ketegangan dalam kehidupan yang dapat
mencetuskan timbulnya kecemasan (Suliswati, 2005). Stressor presipitasi kecemasan
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
a. Ancaman terhadap integritas fisik. Ketegangan yang mengancam integritas fisik
yang meliputi :
Sumber Internal, meliputi kegagalan mekanisme fisiologis sistem imun, regulasi
suhu tubuh, perubahan biologis normal (misalnya : hamil).
Sumber Eksternal, meliputi paparan terhadap infeksi virus dan bakteri, polutan
lingkungan, kecelakaan, kekurangan nutrisi, tidak adekuatnya tempat tinggal.
b. Ancaman terhadap harga diri meliputi sumber internal dan eksternal :
Sumber Internal : kesulitan dalam berhubungan interpersonal di rumah dan
tempat kerja, penyesuaian terhadap peran baru. Berbagai ancaman terhadap
integritas fisik juga dapat mengancam harga diri.
Sumber Eksternal : kehilangan orang yang dicintai, perceraian, perubahan status
pekerjaan, tekanan kelompok, sosial budaya.
5
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal yang penting dan
mengesampingkan yang lain. Sehingga seseorang mengalami perhatian yang
selektif namun dapat melakukan sesuatu yang lebih terarah. Dengan kata lain,
lapang persepsi terhadap lingkungan menurun. Individu lebih memfokuskan pada
hal yang penting saat itu dan mengesampingkan hal lain.
b. Kecemasan Berat
Sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang cenderung untuk
memusatkan pada sesuatu yang terinci dan spesifik dan tidak dapat berfikir pada
hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Orang tersebut
memerlukan banyak pengarahan untuk dapat memusatkan pada satu area lain.
c. Tingkat Panik Dari Kecemasan
Berhubungan dengan terperangah, ketakutan dari orang yang mengalami panik
tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan pengarahan. Panik melibatkan
disorganisasi kepribadian. Dengan panik, terjadi peningkatan aktifitas motorik,
menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang
menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat kecemasan ini
tidak sejalan dengan kehidupan, dan juga berlangsung terus dalam waktu yang
lama, dapat terjadi kelelahan yang sangat, bahkan kematian. Pada tingkat ini
individu sudah tidak dapat mengontrol diri lagi dan tidak dapat melakukan apa-
apa lagi walaupun sudah diberi pengarahan.
2.6 Pengkajian
1. Faktor Predisposisi.
Berbagai teori telah dikembangkan untuk menjelaskan asal ansietas :
a. Teori Psikoanalitik.
Ansietas adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen kepribadian,
ID dan superego. ID mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang,
sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh
norma- norma budaya seseorang. Ego atau Aku, berfungsi menengahi hambatan
dari dua elemen yang bertentangan dan fungsi ansietas adalah mengingatkan ego
bahwa ada bahaya.
b. Teori Interpersonal.
Ansietas timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan dari
hubungan interpersonal. Ansietas juga berhubungan dengan perkembangan,
trauma seperti perpisahan dan kehilangan sehingga menimbulkan kelemahan
spesifik. Orang dengan harga diri rendah mudah mengalami perkembangan
ansietas yang berat.
c. Teori Perilaku.
Ansietas merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang mengganggu
kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Daftar tentang
pembelajaran meyakini bahwa individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya
dihadapkan pada ketakutan yng berlebihan lebih sering menunjukkan ansietas
pada kehidupan selanjutnya.
8
d. Kajian Keluarga.
Menunjukkan bahwa gangguan ansietas merupakan hal yang biasa ditemui dalam
suatu keluarga. Ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dan antara
gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis.
Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus benzodiazepine.
Reseptor ini mungkin membantu mengatur ansietas penghambat dalam
aminobutirik. Gamma neuroregulator (GABA) juga mungkin memainkan peran
utama dalam mekanisme biologis berhubungan dengan ansietas sebagaimana
halnya endorfin. Selain itu telah dibuktikan kesehatan umum seseorang
mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi terhadap ansietas. Ansietas
mungkin disertai dengan gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas
seseorang untuk mengatasi stressor.
2. Faktor Presipitasi.
Stressor pencetus mungkin berasal dari sumber internal atau eksternal. Stressor
pencetus dapat dikelompokkan menjadi 2 kategori :
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan fisiologis
yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan aktifitas hidup
sehari- hari.
b. Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan identitas, harga
diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.
3. Perilaku.
Kecemasan dapat diekspresikan secara langsung melalui perubahan fisiologi dan
perilaku dan secara tidak langsung melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping
dalam upaya melawan kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan
dengan peningkatan tingkat kecemasan.
a. Respon Fisiologis Terhadap Ansietas.
Sistem Tubuh Respons
Kardiovaskuler Palpitasi.
Jantung berdebar.
Tekanan darah meningkat dan denyut nadi menurun.
Rasa mau pingsan dan pada akhirnya pingsan.
Pernafasan Napas cepat.
Pernapasan dangkal.
9
Rasa tertekan pada dada.
Pembengkakan pada tenggorokan.
Rasa tercekik.
Terengah-engah.
Neuromuskular Peningkatan reflek.
Reaksi kejutan.
Insomnia.
Ketakutan.
Gelisah.
Wajah tegang.
Kelemahan secara umum.
Gerakan lambat.
Gerakan yang janggal.
Gastrointestina Kehilangan nafsu makan.
l Menolak makan.
Perasaan dangkal.
Rasa tidak nyaman pada abdominal.
Rasa terbakar pada jantung.
Nausea.
Diare.
Perkemihan Tidak dapat menahan kencing.
Sering kencing.
Kulit Rasa terbakar pada mukosa.
Berkeringat banyak pada telapak tangan.
Gatal-gatal.
Perasaan panas atau dingin pada kulit.
Muka pucat dan bekeringat diseluruh tubuh.
10
Gugup.
Bicara cepat.
Tidak ada koordinasi.
Kecenderungan untuk celaka.
Menarik diri.
Menghindar.
Terhambat melakukan aktifitas.
Kogniti Gangguan perhatian.
f Konsentrasi hilang.
Pelupa.
Salah tafsir.
Adanya bloking pada pikiran.
Menurunnya lahan persepsi.
Kreatif dan produktif menurun.
Bingung.
Khawatir yang berlebihan.
Hilang menilai objektifitas.
Takut akan kehilangan kendali.
Takut yang berlebihan.
11
4. Sumber Koping
Individu dapat mengalami stress dan ansietas dengan menggerakkan sumber koping
tersebut di lingkungan. Sumber koping tersebut sebagai modal ekonomok,
kemampuan penyelesaian masalah, dukungan sosial dan keyakinan budaya dapat
membantu seseorang mengintegrasikan pengalaman yang menimbulkan stress dan
mengadopsi strategi koping yang berhasil.
5. Mekanisme Koping.
Ketika mengalami ansietas individu menggunakan berbagai mekanisme koping
untuk mencoba mengatasinya dan ketidakmampuan mengatasi ansietas secara
konstruktif merupakan penyebab utama terjadinya perilaku patologis. Ansietas
tingkat ringan sering ditanggulangi tanpa yang serius.
Tingkat ansietas sedang dan berat menimbulkan 2 jenis mekanisme koping :
a. Reaksi yang berorientasi pada tugas, yaitu upaya yang disadari dan berorientasi
pada tindakan untuk memenuhi secara realitis tuntutan situasi stress.
b. Mekanisme pertahanan ego, membantu mengatasi ansietas ringan dan sedang,
tetapi jika berlangsung pada tingkat sadar dan melibatkan penipuan diri dan
distorsi realitas, maka mekanisme ini dapat merupakan respon maladaptif
terhadap stress.
2.7 Diagnosa
Adapun diagnosa yang biasanya muncul pada kecemasan adalah :
1. Penyelesaian Kerusakan.
2. Kecemasan.
3. Pola Napas Tidak Efektif.
4. Koping Individu Tidak Efektif.
5. Diam.
6. Gangguan Pembagian Bidang Energi.
7. Ketakutan.
8. Inkontinensial.
9. Stres.
10. Perubahan Nutrisi.
11. Respon Pasca Trauma.
12. Ketidakberdayaan.
13. Gangguan Harga Diri.
12
14. Gangguan Pola Tidur.
15. Isolasi Sosial.
16. Perubahan Proses Berfikir.
17. Gangguan Eliminasi Urine.
2.8 Intervensi
1. Tujuan Umum : Klien akan mengurangi ansietasnya dari tingkat ringan hingga panik.
2. Tujuan khusus :
Klien mampu untuk :
a. Membina hubungan saling percaya.
b. Melakukan aktifitas sehari-hari.
c. Mengekspresikan dan mengidentifikasi tentang kecemasannya.
d. Mengidentifikasi situasi yang menyebabkan ansietas.
e. Meningkatkan kesehatan fisik dan kesejahteraannya.
f. Klien terlindung dari bahaya.
1. Ansietas Ringan.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas Tidak nyaman. Gerakan tidak tenang
ringan adalah Gelisah. Perhatikan tanda peningkatan
ansietas Insomnia ringan ansietas
normal dimana Perubahan nafsu Bantu klien menyalurkan energi
motivasi makan ringan secara konstruktif
individu pada Peka Gunakan obat bila perlu
keseharian Dorong pemecahan masalah
Pengulangan
dalam batas
pertanyaan Berikan informasi akurat dan
kemampuan
Perilaku mencari fuktual
untuk
perhatian Sadari penggunaan mekanisme
melakukan dan
Peningkatan pertahanan
memecahkan
kewaspadaan Bantu dalam mengidentifikasi
masalah yang
Peningkatan keterampilan koping yang berhasil
meningkat.
persepsi Pertahankan cara yang tenang dan
pemecahan tidak terburu
13
masalah Ajarkan latihan dan tehnik
Mudah marah. relaksasi
2. Ansietas Sedang.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Ansietas sedang Perkembangan dari Pertahankan sikap tidak
adalah cemas ansietas ringan tergesa-gesa, tenang bila
yang Perhatian terpilih berurusan dengan klien
mempengaruhi dari lingkungan Bicara dengan sikap
pengetahuan Konsentrasi hanya tenang, tegas
baru dengan pada tugas-tugas meyakinkan
penyempitan individu Gunakan kalimat yang
lapangan Suara bergetar pendek dan sederhana
persepsi Ketidaknyamanan Hindari menjadi cemas,
sehngga jumlah waktu yang marah, dan melawan
individu digunakan Dengarkan klien
kehilangan Takipnea Berikan kontak fisik
pegangan tetapi
Takikardia dengan menyentuh
dapat mengikuti lengan dan tangan klien
Perubahan dalam
pengarahan
nada suara Anjurkan klien
orang lain.
Gemetaran menggunakan tehnik
Peningkatan relaksasi
memukul-mukulkan perasaannya
3. Ansietas Berat
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Pada ansietas Perasaan terancam Isolasi klien
berat Ketegangan otot yang berlebihan dalam lingkungan
14
lapangan Diaforesis yang aman dan
persepsi Perubahan pernapasan tenang
menjadi Napas panjang Biarkan
sangat Hiperventilasi perawatan dan
menurun. kontak sering
Dispnea
Individu sampai konstan
Pusing
cenderung Berikan obat-
Perubahan gastrointestinalis
memikirkan obatan klien
Mual muntah
hal yang melakukan hal
Rasa terbakar pada ulu hati
sangat kecil untuk dirinya
Sendawa
saja dan sendiri
Anoreksia
mengabaikan Observasi adanya
hal yang lain. Diare atau konstipasi
tanda-tanda
Individu Perubahan kardivaskuler
peningkatan
tidak mampu Takikardia agitasi.
berfikir Palpitasi Jangan
realistis dan Rasa tidak nyaman pada mennyentuh klien
membutuhka prekokardia tanpa permisi
n banyak Berkurangnya jarak persepsi secara Yakinkan klien
pengarahan, berat bahwa dia aman
untuk dapat Ketidakmampuan untuk Kaji keamanan
memusatkan berkonsentrasi dalam lingkungan
pada daerah Rasa terbakar sekitarnya
lain. Kesulitan dan ketidaktepatan
pengungkapan
Aktivitas yang tidak berguna
Bermusuhan
4. Panik.
Deskripsi Batasan Karakter Intervensi
Adalah Hiperaktif / imobilitasi Tetap bersama
tingkat berat klien ; minta bantuan
dimana Rasa terisolasi yang Jika mungkin
individu ekstrim hilangkan beberapa
berada pada Kehilangan desintegrasi stressor fisik dan
15
bahaya kepribadian psikologisdari
terhadap diri Sangat goncang dan otot- lingkungan
sendiri dan otot tegang Bicara dengan
orang lain Ketidakmampuan untuk tenang, sikap
serta dapat berkomunikasi dengan meyakinkan,
menjadi kalimat yang lengkap menggunakan nada
diam atau Distori persepsi dan suara yang rendah
menyerang penilaian yang tidak Katakan pada klien
dengan cara realistis terhadap bahwa anda (staf)
kacau. lingkungan dan ancaman tidak akan
Perilaku kacau dalam membahayakan
usaha melarikan diri dirinya sendiri atau
Menyerang orang lain
Isolasikan klien pada
daerah yang aman
dan nyaman
Lanjut dengan
perawatan ansietas
berat
A. Identitas Klien
Inisial : Ny. M
Umur : 53 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Berladang
Suku bangsa : Melayu
Status marital : Menikah
Alamat lengkap : Jln. Adisucipto Gg. Cempaka Putih Dalam
16
B. Alasan Masuk
Klien mengatakan terkena stroke 2 tahun yang lalu dan dibawa ke RSUD Soedarso . Klien
melakukan terapi di RS sebanyak 4 kali. Tetapi tidak ada perubahan yang signifikan. Klien
terkena stroke sudah 4 kali. Dan yang terakhir terkena stroke saat Idul Adha 2015 klien
tiba-tiba terjatuh saat ingin ke WC dan mengalami kelumpuhan di bagian kiri tubuh klien
dari ekstremitas atas ke ekstremitas bawah dan bicara jadi pelo
Saat Pengkajian :
Klien mengatakan merasa cemas dengan keadaannya. Klien mengatakan sebelumnya 3
kali terkena tidak sampai seperti ini. Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny.
M seperti ini, tidak tahu cara perawatannya dan sudah lama tidak kontrol ke-pelayanan
kesehatan karena kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan seperti dulu.
Masalah Keperawatan : Gangguan Alam Perasaan : Kecemasan, Kurang
Pengetahuan Keluarga Dalam Merawat Klien Dirumah.
C. Faktor Predisposisi
1. Faktor perkembangan
Klien mengatakan sebelumnya 3 kali terkena penyakit tapi tidak sampai seperti ini.
2. Faktor komunikasi dalam keluarga
Komunikasi antar anggota keluarga baik, saat mempunyai masalah, klien sering
menceritakannya kepada anggota keluarganya yang lain terutama suaminya.
3. Faktor psikologis
Klien termasuk tipe orang yang terbuka, dan tidak merasa dirinya tidak berharga
walaupun klien mengalami hambatan dalam mobilisasi.
4. Faktor genetik
Dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang sama dengan klien. Kakak
klien memiliki riwayat hipertensi . Suami klien ada riwayat hipertensi.
D. Faktor Presipitasi
1. Faktor sosial budaya
Klien tidak mempunyai hambatan dengan sosial budayanya.
2. Faktor biokimia
Adanya rasa khawatir karena penyakitnya sekarang karena klien 3 kali terkena dan
terakhir yang parah dan khawatir adanya komplikasi yang lain .
3. Faktor psikologis
17
Adanya masalah yang tidak hilang-hilang (Penyakitnya). Dimana klien merasa cemas
dengan masalahnya
E. Pemeriksaan Fisik
1. Tanda-Tanda Vital
TD : 220 / 100 mmHg N : 88 x/mt S : 36.7 0C P: 22 x/mt
2. Ukur
TB : 153 cm BB : 46 kg (*) turun ( ) naik
3. Keluhan Fisik ( ) ya (*) tidak
Klien mengatakan saat ini tidak ada keluhan fisik yang dirasakan .
F. Psikososial
1. Genogram
Keterangan :
Laki-laki :
Perempuan :
Sudah meninggal :
Klien :
Tinggal serumah :
Klien adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Klien berumur 53 tahun. Klien sudah
menikah dan memiliki 3 orang anak. Klien tinggal serumah dengan suami dan 3 orang
anaknya. Hubungan klien dengan keluarganya terjalin dengan erat dan sangat baik.
Orang yang terdekat dengan klien adalah suaminya.
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh
Klien senang dengan keadaan tubuhnya dari rambut sampai ujung kaki. Klien juga
mengatakan tidak mempunyai bagian tubuh yang tidak disukai.
b. Identitas diri
Klien bekerja sebagai petani di ladangnya yang terletak di belakang rumahnya.
Biasanya klien menghabiskan waktu luangnya dengan bertani, menonton TV dan
18
berbincang-bincang dengan anak dan suaminya. Semenjak sakit klien hanya bisa
menonton TV dan berbincang-bincang dengan anak dan suaminya
c. Peran diri
Klien berperan sebagai ibu rumah tangga. Semenjak sakit klien tidak bisa memenuhi
perannya.
d. Ideal Diri
Klien mengatakan bercita-cita untuk bisa menyekolahkan anaknya setinggi-
tingginya.
e. Harga Diri
Klien merasa tidak ada masalah dalam berhubungan dengan keluarga dan orang lain.
3. Hubungan Sosial
Klien memiliki orang yang berarti dalam kehidupannya yaitu suami dan anaknya.
Klien berkata jika ada masalah, klien akan menceritakan kepada suami dan anaknya
pasti akan membantu memecahkan masalah yang dialami klien. Klien tidak mengikuti
kegiatan diluar rumah karena kondisinya.
4. Spiritual
Klien beragama Islam dan yakin dengan adanya Tuhan Yang Maha Esa. Klien
mengatakan sholat lima waktu walaupun dengan kodisinya saat ini, dan berharap diberi
kesembuhan atas penyakitnya.
G. Status Mental
1. Penampilan
Klien berpenampilan rapi, pakaian yang digunakan sesuai dengan tempatnya.
Rambut klien tersisir rapi. Rambut pendek seleher.
2. Pembicaraan
Klien berbicara pelo (kurang jelas, harus mendengarkan dari dekat). Klien menjawab
pertanyaan yang diberikan dengan tepat, selama proses wawancara klien berbicara
mengenai satu topik dengan jelas (Isi pembicaraan).
3. Aktivitas motorik
Saat wawancara klien tampak tenang dalam berbicara, tidak ada gerakan yang
diulang-ulang ataupun gemetar. Namun saat membicarakan penyakitnya klien
tampak sedikit cemas
4. Alam perasaan
19
Klien mengatakan terkadang khawatir dengan kondisinya, takut ada komplikasi lain.
Klien tidak menunjukkan ekspresi yang berlebihan saat sedih maupun gembira. Klien
terlihat senang saat menceritakan pengalamannya yang menyenangkan.
5. Afek
Dari hasil observasi afek yang ditunjukkan klien sesuai dengan stimulus yang
diberikan.
6. Interaksi selama wawancara
Selama proses wawancara, Klien mau menjawab pertanyaan perawat. Kontak mata
klien ada dan klien menatap wajah perawat saat wawancara dan mau menjawab
pertanyaan perawat dengan panjang lebar.
7. Persepsi
Keluarga mengatakan klien tidak pernah berbicara sendiri. Klien mengatakan tidak
pernah mengalami halusinasi.
8. Proses pikir
Selama wawancara, pembicaraan klien singkat dan tidak berbelit-belit dan ada
hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat lainnya dalam satu topik.
9. Isi pikir
Selama wawancara tidak ditemukan gangguan isi pikir. Pemikiran klien realistis.
10. Tingkat kesadaran
Klien menyadari bahwa dia sedang berada di rumahnya, klien juga sadar dan mengenal
dengan siapa dia berbicara dan lingkungannya. Tingkat kesadaran klien terhadap
waktu, orang dan tempat jelas.
11. Memori
Klien dapat mengingat peristiwa yang terjadi pada dirinya baik di masa lalu maupun
saat ini. Klien juga ingat ketika ditanyakan apakah tadi klien sudah makan atau
belum, jam berapa. Klien tidak mengalami gangguan daya ingat baik jangka panjang
maupun jangka pendek.
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Selama wawancara, konsentrasi klien baik dan fokus terhadap apa yang ditanyakan.
Klien bersekolah hanya sampai tingkat SD, klien mampu untuk menjawab hitungan
sederhana.
13. Kemampuan penilaian
20
Saat diberikan pilihan seperti apakah klien mendahulukan kegiatan berladang atau
menyiapkan sarapan untuk keluarga. Klien memilih menyiapkan sarapan terlebih
dahulu karena kalau sudah membuat sarapan klien leluasa keladangnya
14. Daya tilik diri
Klien mengetahui penyakit yang dideritanya.
3 Mekanisme Koping
Klien mengatakan setiap mempunyai masalah selalu menceritakannya kepada
keluarganya.
21
4 Kurang Pengetahuan Tentang
Klien mengatakan sudah lama tidak kontrol kondisinya ke pelayanan kesehatan,
Keluarga mengatakan bingung melihat kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara
perawatannya dirumah, Ny. M hanya meminum obat warung dan berjemur saat pagi
hari di teras rumah .
5 Aspek Medis
Keluarga mengatakan dokter rumah sakit menyatakan Ny. M terkena Stroke. Saat
wawancara keluarga tidak tahu obat-obat apa yang diminum Ny. M , karena obatnya sudah
habis dan Ny. M sudah lama tidak kontrol ke pelayanan kesehatan .
6 Analisa Data
No Data Masalah
1. DS :
Klien mengatakan merasa cemas dengan
kondisinya saat ini (penyakitnya). Kecemasan
Klien mengatakan tubuhnya bagian kiri
mati rasa.
Keluarga mengatakan sebelumnya klien
sudah 4 kali menjalani terapi, tapi tidak
ada perubahan yang signifikan. Dan
sekarang kondisi klien seperti ini.
DO :
Klien dan keluarga tampak cemas
Klien tampak gelisah
Klien dan keluarga bertanya-tanya
tentang kondisi klien saat ini.
2. DS :
Klien mengatakan terkadang khawatir
dengan kondisinya, takut ada komplikasi Ketakutan
lain
DO :
Wajah klien tampak ketakutan
Bertanya-tanya kepada perawat
22
3. DS :
Keluarga mengatakan bingung melihat
kondisi Ny. M seperti ini, tidak tahu cara Kurang Pengetahuan
perawatannya dan sudah lama tidak
kontrol ke-pelayanan kesehatan karena
kondisi Ny. M yang tidak bisa berjalan
seperti dulu.
Klien mengatakan sudah lama tidak
kontrol kondisinya ke pelayanan
kesehatan, hanya meminum obat warung
dan berjemur saat pagi hari di teras
rumah
DO :
Klien dan keluarga bertanya-tanya
kepada perawat
7 Daftar Masalah
1. Kecemasan
2. Ketakutan
3. Kurang pengetahuan
I. Pohon Masalah
Ketakutan
Kecemasan
Kurang Pengetahuan
J. Tindakan Keperawatan
23
Novemb hubungan merasa cemas dan klien
er 2015 saling dengan mengataka
percaya kondisinya saat n sedikit
Bantu ini (penyakitnya). tenang
klien Klien mengatakan sudah
mengidenti tubuhnya bagian dijelaskan
fikasi dan kiri mati rasa. dan
menguraik Keluarga diajarkan
an mengatakan cara
perasaanny sebelumnya klien mengatasi
a sudah 4 kali penyakit
Bantu menjalani terapi, yang
klien tapi tidak ada dirasakan
memahami perubahan yang klien (mati
perspektif signifikan. Dan rasa).
pasien sekarang kondisi klien
terhadap klien seperti ini. mengataka
situasi n akan
stress dan memprakt
kondisi DO : ekkan cara
yang Klien dan yang
dialaminya keluarga tampak sudah
sekarang cemas diajarkan
tidak akan Klien tampak perawat.
sembuh gelisah O:
dalam Klien dan klien dan
waktu keluarga keluarga
singkat. bertanya-tanya masih
tentang kondisi tampak
Dengarkan klien saat ini. sedikit
dengan A: cemas
penuh membina A:
perhatian hubungan saling Masalah
24
Ajarkan percaya teratasi
teknik membantu klien sebagian
relaksasi mengidentifikasi P:
nafas menguraikan Intervensi
dalam perasaannya dilanjutkan
untuk membantu klien
kontrol memahami
mengurang perspektif pasien
i terhadap situasi
kecemasan stress yang
yang dialaminya.
dirasakan
mendengarkan
dengan penuh
perhatian
mengajarkan
teknik relaksasi
nafas dalam
untuk kontrol rasa
percaya diri dan
mengurangi
kecemasan yang
dirasakan klien.
R:
klien tampak
sudah percaya
dan mau cerita
tentang
kecemasan yang
dirasakan klien
klien mau
mengungkapkan
perasaannya
25
klien mau
mempraktekkan
Tarik nafas dalam
untuk mengurangi
kecemasan yang
dirasakan
2. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB Jelaskan Klien mengatakan Klien
Novemb pada klien terkadang dan
er 2015 tentang khawatir dengan keluarga
penyakitnya kondisinya, takut mengata
dan ada komplikasi kan
komplikasi lain sudah
yang bisa DO : ada
terjadi. Wajah klien gambara
Anjurkan tampak ketakutan n tentang
klien dan Bertanya-tanya penyakit
keluarga kepada perawat yang
untuk check A: dialami
up/kontrol jelaskan pada klien
kondisi klien tentang serta
klien ke penyakitnya dan komplik
pelayanan komplikasi yang asi yang
kesehatan bisa terjadi. bias
untuk Anjurkan klien terjadi.
mengatasi dan keluarga
kondisi untuk check O:
klien dan up/kontrol Klien
mencegah kondisi klien ke dan
terjadinya pelayanan keluarga
komplikasi kesehatan untuk tampak
lain . mengatasi mengerti
kondisi klien dan dengan
mencegah penjelasa
26
terjadinya n
komplikasi lain . perawat.
R:
klien dan keluarga
sudah mengerti apa A:
yang di jelaskan Masalah
perawat teratasi
klien dan keluarga
mau mendengarkan P:
apa yang Evaluasi
disampaikan intervensi
perawat yang sudah
dilakukan.
3. Selasa 16.00 DS : S:
3 WIB Jelaskan Keluarga Klien
Novemb pada klien mengatakan dan
er 2015 tentang bingung keluarga
penyakitn melihat kondisi mengata
ya dan Ny. M seperti kan
komplikas ini, tidak tahu sudah
i yang bisa cara ada
terjadi. perawatannya gambara
Ajarkan dan sudah n tentang
klien lama tidak penyakit
menggera kontrol ke- yang
kkan pelayanan dialami
bagian kesehatan klien
tubuh karena kondisi serta
yang mati Ny. M yang komplik
rasa tidak bisa asi yang
(ROM) berjalan seperti bias
untuk dulu. terjadi.
membantu Klien O:
memperla mengatakan Klien
27
ncar sudah lama dan
peredaran tidak kontrol keluarga
darah agar kondisinya ke mengerti
tidak pelayanan dengan
terjadi kesehatan, penjelasa
atrofi otot hanya n
Anjurkan meminum obat perawat.
klien dan warung dan
keluarga berjemur saat A:
untuk pagi hari di Masalah
check teras rumah teratasi
up/kontrol DO :
kondisi Klien dan
klien ke keluarga P:
pelayanan bertanya-tanya Evaluasi
kesehatan kepada perawat intervensi
untuk A: yang sudah
mengatasi Men jelaskan dilakukan
kondisi pada klien
klien dan tentang
mencegah penyakitnya
terjadinya dan komplikasi
komplikas yang bisa
i lain . terjadi.
mengajarkan
klien
menggerakkan
bagian tubuh
yang mati rasa
(ROM) untuk
membantu
memperlancar
peredaran
28
darah agar
tidak terjadi
atrofi otot
menganjurkan
klien dan
keluarga untuk
check
up/kontrol
kondisi klien
ke pelayanan
kesehatan
untuk
mengatasi
kondisi klien
dan mencegah
terjadinya
komplikasi lain
R:
klien dan
keluarga sudah
mengerti apa
yang di
jelaskan
perawat
klien dan
keluarga mau
mendengarkan
apa yang
disampaikan
perawat
klien
mempraktekka
n gerakan
29
(ROM) yang
diajarkan
perawat.
30
Evaluasi si
teknik menguraikan
relaksasi perasaannya
nafas dalam membantu
untuk klien
kontrol memahami
mengurangi perspektif
kecemasan pasien
yang terhadap
dirasakan situasi stress
yang
dialaminya.
mendengarkan
dengan penuh
perhatian
mengevaluasi
teknik
relaksasi nafas
dalam untuk
kontrol rasa
percaya diri
dan
mengurangi
kecemasan
yang dirasakan
klien.
R:
klien mau
mengungkapk
an
perasaannya
klien mau
mempraktekka
31
n Tarik nafas
dalam untuk
mengurangi
kecemasan
yang
dirasakan
2. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB Anjurkan Klien dan Klien dan
Novembe klien dan keluarga keluarga
r 2015 keluarga mengatakan mengataka
untuk check sudah tidak n akan
up/kontrol khawatir dan melakukan
kondisi klien takut lagi akan kontrol ke
ke komplikasi yg pelayanan
pelayanan bisa terjadi . kesehatan
kesehatan DO :
untuk Klien O:
mengatasi mendengarkan Klien dan
kondisi klien penjelasan keluarga
dan perawat. tampak
mencegah mengerti
terjadinya A: dengan
komplikasi menganjurkan penjelasan
lain . klien dan perawat.
keluarga
untuk check A:
up/kontrol Masalah
kondisi klien teratasi
ke pelayanan P:
kesehatan Evaluasi
untuk intervensi yang
mengatasi sudah
kondisi klien dilakukan.
dan mencegah
32
terjadinya
komplikasi
lain .
R:
klien dan
keluarga
sudah
mengerti apa
yang di
jelaskan
perawat
klien dan
keluarga mau
mendengarkan
apa yang
disampaikan
perawat
33
3. Kamis 16.00 DS : S:
5 WIB Jelaskan Keluarga Klien dan
Novembe pada klien dan klien keluarga
r 2015 tentang mengatakan mengataka
penyakitny mengerti n mengerti
a dan dengan dengan
komplikasi kondisi kondisi
yang bisa yang klien serta
terjadi. dialami komplikasi
Evaluasi klien yang bias
cara klien DO : terjadi.
menggerak Klien
kan bagian mendengar O:
tubuh yang kan Klien
mati rasa penjelasan memprakte
(ROM) perawat. kkan cara
untuk yang
membantu diajarkan
memperlan A: Klien dan
car Men jelaskan keluarga
peredaran pada klien mengerti
darah agar tentang dengan
tidak penyakitnya penjelasan
terjadi dan perawat.
atrofi otot komplikasi
Anjurkan yang bisa
klien dan terjadi. A:
keluarga Mengevaluasi Masalah
untuk cara klien teratasi
check menggerakkan
up/kontrol bagian tubuh
kondisi yang mati rasa P:
klien ke (ROM) untuk Evaluasi
34
pelayanan membantu intervensi yang
kesehatan memperlancar sudah
untuk peredaran dilakukan
mengatasi darah agar
kondisi tidak terjadi
klien dan atrofi otot
mencegah Menganjurkan
terjadinya klien dan
komplikasi keluarga
lain . untuk check
up/kontrol
kondisi klien
ke pelayanan
kesehatan
untuk
mengatasi
kondisi klien
dan mencegah
terjadinya
komplikasi
lain
R:
klien dan
keluarga
sudah
mengerti
apa yang di
jelaskan
perawat
klien dan
keluarga
mau
35
mendengar
kan apa
yang
disampaika
n perawat
klien
mempraktek
kan gerakan
(ROM)
yang
diajarkan
perawat.
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Kecemasan merupakan reaksi yang sering terjadi pada keadaan sakit, pengobatan,
dan sistem perawatan kesehatan itu sendiri, bagi sebagian klien kecemasan merupakan
saringan terhadap persepsi dan reaksi mereka, bagi sebagian lainnya kecemasan dapat
menjadi bagian dari sakit yang dideritanya.
Kecemasan adalah ketegangan, rasa tidak aman dan kekawatiran yang timbul karena
dirasakan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan tetapi sumbernya sebagian besar
tidak diketahui dan berasal dari dalam.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan kecemasan. Antara lain faktor
Organ Biologi dan Faktor Psikoedukatif. Faktor organ biologi adalah ketidakseimbangan
36
zat kimia pada otak yang disebut neurotransmitter yang disebabkan karena kurangnya
oksigen. Faktor psikoedukatif adalah factor-faktor psikologi yang berpengaruh terhadap
perkembangan kepribadian seseorang, baik hal yang menentramkan, menyenangkan
dan menyedihkan.
b. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penyusun mengambil saran dalam rangka
meningkatkan pelayanan asuhan keperawatan. Saran-saran adalah sebagai berikut :
Untuk Keluarga Apabila sudah mengetahui dan memahami akibat yang akan dilakukan
oleh pasien akibat hospitalisasi, maka sebagai orang terdekat dengan pasien harus
memberikan support dan dorongan yang efektif kepada pasien agar tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan. Untuk Perawat Bagi seorang perawat sebaiknya harus
memahami dan mengerti baik secara teoritis maupun praktek tentang hospitalisasi agar
dapat menerapkan dan memberikan pelayanan yang efektif kepada pasien dan keluarga
yang mungkin mengalami stress, cemas, takut, sedih dan bahkan marah. Untuk Rumah
Sakit Bagi rumah sakit hendaknya mendekorasi ruangan rumah sakit dengan seindah
mungkin agar pasien tidak merasa takut dan gelisah berada dirumah sakit serta agar
pasien merasa nyaman berada dirumah sakit sehingga hal yang tidak diinginkan tidak
terjadi..
37
DAFTAR PUSTAKA
Hawari, D., 2008, Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI.
Mansjoer, A., 1999, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1, Jakarta : Penerbit
Aesculapius.
Nurjannah, I., 2004, Pedoman Penanganan Pada Gangguan Jiwa Manajemen, Proses
Keperawatan dan Hubungan Terapeutik Perawat-Klien, Yogyakarta : Penerbit MocoMedia
Stuart, G.W., dan Sundden, S.J., 1995, Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3, Jakarta : EGC.
Sulastri, S.Kep. 2013. Keperawatan Kesehatan Jiwa