Konsep Dasar Anak Autis
Konsep Dasar Anak Autis
Konsep Dasar Anak Autis
c. Perkembangan Sintaksis
Susunan sintaksis paling awal terlihat pada usia kira-kira 18 bulan walaupun
pada beberapa anak terlihat pada usia 1 tahun bahkan lebih dari 2 tahun. Awalnya
berupa kalimat dua kata. Rangkaian dua kata, berbeda dengan masa sebelumnya
yang disebut masa holofrastis. Kalimat satu kata bisa ditafsirkn dengan
mempertimbangkan konteks penggunaannya. Hanya mempertimbangkan arti kata
semata-mata tidaklah mungkin kita menangkap makna dari kalimat satu kata
tersebut. Peralihan dari kalimat satu kata menjadi kalimat yang merupakan
rangkaian kata terjadi secara bertahap. Pada waktu kalimat pertama terbentuk
yaitu penggabugan dua kata menjadi kalimat, rangkaian kata tersebut berada pada
jalinan intonasi. Jika kalimat dua kata memberi makna lebih dari satu maka anak
membedakannya dengan menggunakan pola intonasi yang berbeda.
Perkembangan pemerolehan sintaksis meningkat pesat pada waktu anak menjalani
usia 2 tahun dan mencapai puncaknya pada akhir usia 2 tahun.
d. Perkembangan Morfologi
Periode perkembangan ditandai dengan peningkatan panjang ucapan rata-rata
yang diukur dalam morfem. Panjang rata-rata ucapan, mean length of utterance
(MLU) adalah alat prediksi kompleksitas bahasa pada anak yang berbahasa
Inggris. MLU sangat erat berhubungan dengan usia dan merupakan prediktor yang
baik untuk perkembangan bahasa. Dari usia 18 bulan sampai 5 tahun MLU
meningkat kira-kira 1,2 morfem per tahun. Penguasaan morfem mulai terjadi saat
anak mulai merangkai kata sekitar usia 2 tahun.
e. Perkembangan FonologiPerkembangan fonologi melalui proses yang panjang dari
dekode bahasa. Sebagian besar konstruksi morfologi anak akan tergantung pada
kemampuannya menerima dan memproduksi unit fonologi. Selama usia
prasekolah, anak tidak hanya menerima inventaris fonetik dan sistem fonologi tapi
juga mengembangkan kemampuan menentukan bunyi mana yang dipakai untuk
membedakan makna. Pemerolehan fonologi berkaitan dengan proses konstruksi
suku kata yang terdiri dari gabungan vokal dan konsonan. Bahkan dalam
babbling, anak menggunakan konsonan-vokal (KV) atau konsonan-vokal-
konsonan (KVK). Proses lainnya berkaitan dengan asimilasi dan substitusi sampai
pada persepsi dan produksi suara
3. Perkembangan Interaksi
Proses perkembangan interaksi sosial berlangsung dari tahap yang sangat
sederhana antara anak dan ibu. Hal ini terlihat sejak anak masih bayi hingga anak
memasuki dunia sekolah dimana anak mulai berinteraksi dengan lingkungan
sebayanya. Bentuk interaksi yang tampak seperti menaati peraturan yang berlakuagar
individu tetap diterima oleh lingkungannya. Hal ini dilakukan karena setiap individu
memiliki kebutuhan akan pentingnya pergaulan.
Individu sebagai makhluk sosial, secara kodrati telah memiliki kemampuan
untuk berinteraksi sosial.Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berinteraksi
sosial yang efektif, bimbingan dan konseling mengambil peran yang sangat besar
dalam membantu siswa mengembangkan kemampuan berinteraksisosial. Dalam
lingkup pendidikan, kemampuan interaksisosial siswa lebih diarahkan kepada
interaksi teman sebaya, kemampuan berinteraksi dengan warga sekolah, adaptasi
terhadap norma dan nilai yang berlaku di sekolah, kemampuan bekerja sama dalam
kelompok.
Interaksi sosial yang terjadi dalam diri remaja lebih banyak menekankan pada
interaksi terhadap kelompok sebaya. Karena remaja lebih banyak berada diluar rumah
bersama dengan teman-teman sebaya sebagai kelompoknya. Sebagaimana dijelaskan
oleh Horrocks dan Benimoff (dalam Hurlock 2000) menjelaskan pengaruh teman
sebaya sebagai berikut:
“Kelompok sebaya merupakan dunia nyata kawula muda, yang menyiapkan
panggung dimana ia dapat menguji diri sendiri dan orang lain. Di dalam
kelompok sebaya ia merumuskan dan memperbaiki konsep dirinya, di sinilah ia
dinilai oleh orang lain yang sejajar dengan dirinya dan yang tidak dapat
memaksakan sanksi-sanksi dunia dewasa yang justru ingin dihindari. Kelompok
sebaya memberikan sebuah dunia tempat kawula muda dapat melakukan
sosialisasi dalam suasana di mana nilai-nilai yang berlaku bukanlah nilai-nilai
yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman-teman seusianya”