Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tutorial Tumbuh Kembang-Olga Fanny

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 23

SMF & Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak TUTORIAL KLINIK

RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda


Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman

PENGARUH KELAINAN MATA


TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK

Disusun sebagai Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik


di Bagian Ilmu Kesehatan Anak

OLGA FANNY TANTIWI NURDIN


1910017063

Pembimbing:
dr. Diane Meytha Supit, Sp. A (K)

PROGRAM STUDI PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
LEMBAR PENGESAHAN

TUTORIAL KLINIK

PENGARUH KELAINAN MATA


TERHADAP TUMBUH KEMBANG ANAK

Diajukan dalam Rangka Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak

Oleh:

OLGA FANNY TANTIWI NURDIN


1910017063

Pembimbing:

dr. Diane Meytha Supit, Sp. A (K)

SMF/LABORATORIUM ILMU KESEHATAN ANAK


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Tutorial tentang “ Pengaruh Kelainan Mata terhadap Tumbuh Kembang
Anak”. Tutorial ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman.
3. dr. Ahmad Wisnu Wardhana, Sp. A selaku Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. Diane Meytha Supit, Sp. A (K), selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran selama penulis menjalani pendidikan Dokter Muda di Laboratorium Ilmu
Kesehatan Anak, terutama di divisi Tumbuh Kembang.
5. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD AWS/FK Universitas
Mulawarman.
Penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan, sehingga penyusun
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnan tutorial klinik ini. Akhir kata, semoga tutorial
klinik ini berguna bagti penyusun sendiri dan para pembaca.

Samarinda, Juni 2020

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

Kelainan mata pada anak harus sudah diketahui sedini mungkin. Gangguan mata dapat
terjadi pada setiap fase kehidupan, yaitu masa embrionik, masa janin (kehamilan 12 – 40 minggu),
masa tumbuh kembang bayi – anak. Banyak kelainan mata berawal dari masa janin dan berakibat
fatal dikemudian hari, dan banyak kelainan mata pada bayi dan anak yang tidak dapat dilihat
dengan mata biasa yakni pemeriksaan seorang ahli. Gejala kelainan pada mata anak sering tidak
khas sehingga memerlukan modifikasi teknik-teknik pemeriksaan dari yang biasa. Perkembangan
sistem penglihatan pada anak masih berlangsung selama sepuluh tahun pertama kehidupan dan
terdapat potensi terjadi ambliopia yakni penurunan tajam penglihatan tanpa disertai kelainan
organis di retina. Perkembangan mata sering mencerminkan organ dan jaringan dalam tubuh
secara keseluruhan. Banyak kelainan somatik kongenital tercermin di mata. Perlu kerja sama
antara dokter mata, dokter anak, dokter saraf, dan pekerja kesehatan lainnya dalam menangani
kasus ini.1-3
Secara garis besar, kelainan mata yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah
gangguan tajam penglihatan, katarak kongenital, glaukoma kongenital, retinoblastoma, dan
strabismus.4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi
Mata merupakan salah satu organ panca indera penting yang memerlukan pemeriksaan
dan perawatan secara teratur dan yang sangat vital bagi manusia. Sekitar 80 persen dari
informasi yang diterima berasal dari mata. Tajam penglihatan yang baik merupakan hal penting
yang harus dimiliki dan dipertahankan oleh siapa pun, tidak terkecuali bagi anak. Anak
memerlukan penglihatan yang baik untuk membantu proses belajarnya ataupun tumbuh
kembangnya agar lebih optimal.6
Tumbuh kembang merupakan manifes yang kompleks dari perubahan morfologi, biokimia,
dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa. Isitilah tumbuh kembang
sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda. Pertumbuhan adalah perubahan yang
bersifat kuantitatif. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai
kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan akalnya. Perkembangan
adalah perubahan bersifat kuantitatif dan kualitatif, yang merupakan bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas. Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa,
motorik, emosi, dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu/koheren.
Apabila terjadi kelainan mata, maka terdapat perubahan struktur dan fisiologis dari organ atau
tubuh anak tersebut yang berarti dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.22

2.2. Epidemiologi
Sedikit data mengenai prevalensi dan tipe kelainan mata pada anak-anak di negara
berkembang. Prevalensi kelainan mata pada anak-anak di Amerika diperkiran 5-10% dan
ambliopia 1-5%. Studi di India memperlihatkan 5,1% anak-anak usia sekolah memiliki ketajaman
penglihatan kurang dari 6/12 pada mata yang lebih baik. Dewasa ini terjadi kecenderungan
peningkatan prevalensi miopia di berbagai belahan dunia terutama di Asia dan peningkatan
prevalensi miopia sangat menonjol pada anak-anak usia sekolah. Anak-anak tersebut seharusnya
mendapatkan perhatian khusus dalam program pemeriksan penglihatan.6, 21

2.3. Perkembangan Penglihatan


Pembentukan organ penglihatan dimulai sejak minggu- minggu awal kehamilan. Pada
minggu ke-6 kehamilan, wajah dengan lingkaran besar untuk mata mulai terbentuk. Periode kritis
perkembangan fungsi penglihatan terjadi antara kehamilan 20 minggu dan usia 2-3 tahun, tapi
perkembangan ini masih terus berlangsung hingga usia 5-6 tahun. Pada minggu ke-27 kehamilan,
janin dalam kandungan telah bisa membuka menutup matanya. Ketika masih dalam kandungan,
rangsang perkembangan dihasilkan oleh input yang timbul dari sel- sel otak janin sendiri tanpa
rangsang cahaya. Aktivitas sel- sel otak janin awalnya tidak beraturan, tetapi secara bertahap
sistemp penglihatan menjadi matang dan siap menerima rangsang dari luar saat kehamilan
mencapai usia cukup bulan.9
Gangguan penglihatan pada mata bayi dan balita bisa menghambat perkembangan anak,
sehingga peran orangtua dan juga klinisi untuk menyadari gangguan penglihatan sedini mungkin
sangat penting. Dengan memahami seperti apa perkembangan penglihatan mata bayi, dapat
dikenali potensi terjadinya gangguan penglihatan pada anak.10,11

1. Penglihatan Mata Bayi Baru Lahir10,11


Pada saat lahir, bayi hanya melihat warna hitam dan putih serta variasi bayangan abu-
abu oleh karena sel saraf pada retina yang belum berkembang sempurna. Bayi baru lahir belum
memiliki kemampuan untuk memfokuskan penglihatan terhadap suatu objek yang dekat.

2. Perkembangan Penglihatan pada Bulan Pertama


Pada bulan pertama kehidupan, bayi tidak terlalu sensitif terhadap cahaya. Namun, bayi
sudah dapat membedakan cahaya gelap dan terang. Apabila diperiksa, reaksi terhadap cahaya
dalam bentuk mengarahkan atau menutup mata bila terdapat cahaya. Pupil mengecil bila diberi
sinar.12
Pada minggu pertama, bayi mulai memiliki kemampuan untuk melihat warna, mulai
dari merah, jingga, kuning, dan hijau. Sedangkan untuk melihat warna biru dan ungu, bayi
memerlukan waktu lebih lama karena cahaya biru memiliki panjang gelombang yang pendek dan
reseptor warna biru pada manusia jumlahnya lebih sedikit.10,11

3. Perkembangan Penglihatan pada Bulan 2-3


Penglihatan bayi menjadi lebih tajam dan kedua mata mulai berkoordinasi untuk
melihat lebih jelas, sudah mampu mengikuti pergerakan suatu objek dan mencoba untuk meraih
sesuatu yang dilihatnya. Bila salah satu mata ditutup, bayi gelisah. Bayi juga belajar untuk
mengalihkan pandangannya dari satu objek ke objek lain tanpa menggerakkan kepalanya, dan
juga bayi menjadi lebih sensitif terhadap cahaya. Usia 2 bulan, bayi dapat mengikuti sinar.12
Pada usia 1-2 bulan, koordinasi kedua mata bayi belum maksimal, sehingga apabila
terkadang terlihat mata bayi strabismus (juling) itu adalah hal yang normal. Namun, kalau hal
tersebut terjadi terlalu sering, bahkan konsisten atau perbedaannya cukup besar, maka disarankan
untuk segera membawa ke dokter. 10,11

4. Perkembangan Penglihatan pada Bulan 4-6


Pada tahap ini, bayi mengalami perkembangan yang pesat pada otak yang mengatur
penglihatan, sehingga bayi dapat melihat lebih tajam dan menggerakkan bola mata lebih cepat dan
akurat saat mengikuti suatu objek. Ketajaman penglihatan bayi berkembang dari 20/400 pada saat
lahir menjadi 20/25 pada bulan keenam. Bayi sudah dapat melihat warna selayaknya orang
dewasa.10,11
Bayi juga mulai memiliki koordinasi tangan dan mata yang lebih baik pada bulan
keempat hingga keenam, sehingga bayi bisa menjangkau benda dekat atau mengarahkan botol
susu ke arah mulutnya dengan tepat.12
Usia 5 bulan, bayi mulai mengenal depth perception, yaitu bayi akan mulai dapat
mengenali jarak antara suatu objek dengan objek lainnya. Pada usia ini bayi mulai melihat secara
tiga dimensi. Usia 6 bulan merupakan waktu yang tepat untuk memeriksakan mata bayi ke dokter
untuk melihat apakah ada gangguan pada ketajaman mata pada bayi.10,11

5. Perkembangan Penglihatan pada Bulan 7-12


Bayi sekarang sudah bisa merangkak dan mulai belajar untuk mengoordinasikan
penglihatan dengan gerakan tubuhnya. Bayi semakin baik dalam menentukan jarak serta lebih
akurat dalam mengambil dan melempar suatu objek. Pada masa ini, orang tua harus memberikan
perhatian ekstra untuk menjaga bayi dari cedera karena ia akan mulai menjelajahi
lingkungannya.10,11

6. Perkembangan Penglihatan pada 1-2 Tahun


Pada usia dua tahun, koordinasi mata-tangan dan persepsi kedalaman anak harus
dikembangkan dengan baik.Anak-anak di usia ini sangat tertarik untuk menjelajahi lingkungan
mereka dan dalam melihat dan mendengarkan. Mereka mengenali benda-benda dan gambar-
gambar yang sudah dikenal dalam buku-buku dan dapat dicoret dengan menggunakan krayon atau
pensil.11
Tabel 2.1 Perkembangan ketajaman penglihatan12

2.4. Etiologi dan Faktor Risiko


Kejadian saat kehamilan berupa ibu yang memiliki penyakit infeksi dan persalinan ibu
sangat mempengaruhi penglihatan anak, begitu juga penyakit bayi pada masa perinatal atau
neonatalnya.5
1. Penyakit Infeksi Ibu saat kehamilan
a. Rubela/Campak
 1/3 - ½ kasus tidak terdiagnosis  karena gejala ringan. Makin muda usia kehamilan
 makin besar resiko Infeksi pada janin  manifestasi klinis makin berat
 Virus Rubela dapat merusak: susunan saraf pusar, mata, jantung dan pendengaran
 Kelainan mata yang dapat terjadi: katarak, gloukoma, kelainan retina  resiko
kebutaan.

b. Cytomegalovirus
 Gejala pada anak dan orang dewasa  ringan, bahkan tanpa gejala
 10 – 15% bayi lahir dari Ibu dengan infeksi CMV menunjukkan gejala klinis pada masa
bayi.
 Gejala klinis pada bayi baru lahir  berat badan kurang, Ikterus, kepala kecil,
perkapuran otak, Retardasi mental.
 Kelainan pada mata: Korioretinitis dan Strabismus (Juling)

c. Toksoplasma
 Berasal dari hewan: kucing
 Infeksi secara oral: daging yang tidak matang, tertelan kista melalui sayuran yang tidak
dicuci baik.
 Tidak pernah infeksi dari orang ke orang kecuali transplasentae dari Ibu ke janin.
Insiden pada wanita hamil 1 – 10%
 Pada banyak kasus, tidak terdiagnosis  gejala tidak spesifik dan sangat ringan.
 Gejala klinis pada orang dewasa bervariasi: rasa lelah / fatigue dan demam, radang
tenggorokan, pembesaran kelenjar getar bening.
 Diagnosis toksoplasma bawaan  sulit, banyak kasus tanpa gejala klinis.
 Riwayat infeksi pada Ibu  sebagai pegangan mewaspadai kelainan yang mungkin
terjadi.
 Masalah: pemeriksaan toksoplasma belum rutin dilakukan.
 Infeksi neonatal berat:
 Gejala infeksi umum
 Gejala pada mata
 Gejala susunan saraf pusat
 Mayoritas infeksi toksoplasma kongenital
 Subklinis / tanpa gejala
 Penelitian prospektif didapatkan 20 – 85% kasus menderita korioretintis dikemudian
hari yang kemudian dapat berakhir dengan kebutaan

d. Sifilis
 Ditularkan secara transplasentae
 Penularan terjadi sepanjang kehamilan  mengenai banyak organ
 Kemungkinan bayi tertular  100%.
 Gejala klinis:
 Gejala Dini:
o Still birth
o Prematuritas
o Pertumbuhan janin terhambat
o Saddle nose
o Pilek persisten
o Kelainan kulit
o Kuning
o Kelainan mata: Korioretinitis
 Gejala Lambat:
o Gagal tumbuh
o Kelainan gigi
o Kelainan tulang
o Kelainan mata: Radang Kornea  kelumpuhan kornea  buta total

e. Gonore
 Penularan terjadi karena mata bayi terkontaminasi di jalan lahir
 Gejala timbul pada umur 1 – 3hari:
 Cairan kuning, kental pada kedua mata
 Kelopak mata bengkak
 Sulit membuka mata
 Komplikasi yang sering terjadi:
o Perforasi kornea
o Buta

2. Riwayat Persalinan
a. Prematuritas
 Usia kehamilan < 37 minggu
 Kelainan mata yang sering terjadi adalah retinopati, kelainan lain merupakan miopia
dan astigmatisme
 Gangguan pembentukan pembuluh darah retina
 Dapat mengakibatkan kebutaan, dengan insidens kebutaan:
 BB < 1000 gram: 5 – 11 %
 BB 1000 – 1500 gram: 0.3 – 1.1%
 Bayi prematur, perlu pemeriksaan mata berkala dan deteksi penyimpangan refraksi.
b. Trauma Lahir
 Berupa:
 Trauma mekanis
 Trauma hipoksia / Asfiksia
 Faktor resiko yang meningkatkan insidens trauma lahir:
 Makrosomia ( BB > 4000gr )
 Presentasi ganda
 Panggul sempit
 Persalinan dengan tindakan
 Persalinan lama
 Distosia bahu
 Kelainan mata akibat hipoksia, perdarahan otak dan trauma yang mengenai
persyarafan perlu pemeriksaan mata sedini mungkin

c. Kelainan Kronosom
 Sindrom Down (trisomi 21)
 Penampilan fisik: MONGOLOID
 Kelainan mata : Katarak, strabismus, Nistagmus, gangguan refraksi berat.
 Sindrom Turner
 Penderita kehilangan satu kromosom X, seharusnya 44 + xx , menjadi 44 +
xo.
 Penampilan fisik: perawakan pendek, leher berselaput (web neck)
 Kelainan mata: ptosis (mata menonjol), katarak, strabismus dan nistagmus.

3. Penyakit pada Masa Perinatal/Neonatal


Ikterus Neonatorum / Hiperbilirubinemia
 Gejala klinis kuning pada bayi baru lahir
 Kriteria yang perlu mendapat pengobatan:
 Bayi prematur : Kadar Bilirubin  10mg %
 Bayi cukup besar  12 mg %
 Transfusi tukar:
 Kuning timbul pada hari I
 Peningkatan Bilirubin  5 mg % / hari dengan tanda-tanda hemolisis
(penghancuran sel darah merah).
 Kadar Bilirubin > 20 mg %
 Komplikasi:
 Kern ikterus
 Mata: Hiperpigmentasi Retina yang kemungkinan terjadi Miopia, buta
warna.

4. Kelainan Metabolik
 Katarak merupakan gejala yang paling menonjol pada beberapa penyakit metabolik,
seperti:
 Diabetes melitus tipe juvenilis.
 Galaktosemi (gangguan metabolisme karbohidrat)
 Hipokalsemia

5. Tumor Mata
 Tumor mata / bola mata yang dapat dikenali pada masa bayi antara lain:
 Hemangioma: tumor pembuluh darah
 Retinoblastoma:
o Tumor ganas yang paling sering ditemukan pada masa bayi.
o Diduga peranan faktor genetik
o Gejala khas yaitu, refleks putih (refleks mata kucing), strabismus dan
pelebaran pupil pada satu sisi mata.

6. Dan lain-lain risiko tinggi


 Anak dengan riwayat keluarga dengan gangguan penglihatan
 Anak dengan kelainan mental
 Anak tuli

2.5. Klasifikasi
A. Gangguan Tajam Penglihatan1-3
Pemeriksaan mata pada anak dilakukan segera setelah lahir untuk melihat kelainan yang
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Demikian juga, pada bayi dengan berat lahir rendah, perlu
dilihat diskus optikus dan makula karena ada risiko terjadi retinopati prematuritas (ROP).
Perkembangan binokular pada bayi baru lahir terlihat pada gerakan mata yang tidak
teratur dan tidak terkoordinasi. Pada umur 5-6 minggu, mulai berkembang refleks fiksasi,
sehingga bayi bisa mengikuti sinar yang bergerak lambat. Pada umur 3 bulan, bayi dapat
mengikuti benda bergerak di sekelilingnya.
Pada umur 4 tahun, tajam penglihatan diperiksa dengan grafik “E” (bagi yang belum bisa
baca) atau optopipe HOTV dan pemeriksaan streopsis. Tajam penglihatan mendekati normal pada
umur 5-6 tahun. Anak-anak berumur antara 2-6 tahun mempunyai kelainan refraksi 80% berupa
hipermetropia, 5% miopia, dan 15% emetropia. Miopia sering timbul pada umur 6-9 tahun dan
meningkat selama remaja. Hipermetropi menetap, relatif tetap, atau berkurang samapi usia 19
tahun.
Gangguan tajam penglihatan pada bayi cenderung ke arah hipermetrop sampai umur
kira-kira 7 tahun. Setelah itu, gangguan tajam penglihatan cenderung miopia sampai dewasa.
Faktor keturunan dan lingkungan berpengaruh terhadap pemanjangan sumbu bola mata sehingga
terjadi kelainan refraksi.
Kelainan refraksi pada anak-anak harus dikoreksi dan diberi kacamata. Tajam
penglihatan pada bayi dapat diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis,
sangat penting sejarah keluarga apakah ada yang menderita seperti itu. Orang tua harus
mengamati bagaiamana penglihatan bayi pada malam dan siang hari; apakah ada ada pergerakan
mata yang tidak terkontrol. Pada pemeriksaan riwayat kelahiran, perlu ditanyakan apakah ada
anoksia perinatal yang sangat penting dalam proses gangguan penglihatan. Harus diketahui umur
kehamilan, berat badan lahir, dan kemungkinan adanya ROP. Harus diperiksa adanya
kemungkinan kelainan pada mata seperti mikroptalmi, katarak kongenital. Persistent hiperplastic
primary vitreous, dan kelainan nervus optikus.
Pada umur 5-16 tahun, tajam penglihatan diperiksa dengan tabel Snellen. Apabila
normal, periksa tajam penglihatan setiap 2 tahun sampai umur 16 tahun. Penglihatan warna
diperiksa pada umur 8-12 tahun. Pemeriksaan refraksi obyektif sangat penting pada pemeriksaan
mata anak, terutama apabila terdapat tanda adanya gangguan penglihatan.

B. Katarak Kongenital1-3
Katarak adalah kekeruhan lensa mata. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubela, diabetes melitus, toksoplasmis, hipoparatiroid,
galaktosemia, histoplasmosis pada waktu hamil. Kelainan ini dapat juga menyertai kelainan-
kelainan mata yang merupakan penyakit keturunan, misalnya mikroptalmus, aniridia, koloboma,
megalokornea.
Pada katarak kongenital, bila terlihat gambaran putih ditengah-tengah pupil yang disebut
leukorea, perlu dipertimbangkan penyakit mata lain yang mirip yaitu retinoblastoma stadium dini,
retrolenal fibroplasia dan endiptalmis. Kekeruhan lensa yang menyeluruh dapat diketahui dengan
melebarkan pupil dengan tetes mata medriasil. Bila seluruh lensa keruh, penanganan kasus harus
segera dilakukan, yaiu operasi eksraksi linier. Operasi harus sedini mungkin dilakukan; mulai
umur 2 bulan dan jangan lewat dari umur 6 bulan. Pada katarak kongenital harus dicari
penyebabnya: apakah ada sindrom rubela. Katarak kongenital yang disebabkan oleh virus rubela
mempunyai prognosis paling jelek. Seringkali hasil operasi berakhir dengan phtisis bulbi (bola
mata kempes).
Pada katarak kongenital, penanganan yang terlambat akan menimbulkan komplikasi:
- Ambliopia sensoris (penurunan visus tanpa kelainan organis di retina). Ini
disebabkan oleh makula lutea yang tidak berkembang sempurna
- Strabismus (penyimpangan posisi bola mata).
- Nistagmus (gerakan tidak terkontrol dari bola mata). Ini terjadi bila katarak
kongenital mengenai kedua mata.

C. Glaukoma Kongenital4
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan bola mata
yang disertai pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapangan pandan.
Glaukoma kongenital dapat timbul tersendiri atau bersamaan dengan banyak kelainan
kongenital yang lain. Kelainan ini sering bersifat bilateral. Peninggian tekanan bola mata dapat
terjadi akibat gangguan aliran humor aqueus, yang disebabkan oleh:
- Pertumbuhan berlebihan jaringan mesoderm di sudut bilik mata depan
- Diferensiasi jaringan embrional yang tidak sempurna di sudut bilik mata depan
- Adanya membran Barkan yang menutupi sudut bilik mata depan
Gejala paling awal glaukoma kongenital adalah terlihat bayi silau dengan mengeluarkan
air mata. Pada pemeriksaan awal,terlihat kornea mata keruh. Diameter kornea melebar lebih besar
daripada ukuran normal, yang disebut buftalmos (mati sapi). Tajam penglihtan menurun dan
tekanan bola mata meningkat.
Diagnosis banding glaukoma kongenital adalah cedera forcep saat lahir, anomali
perkembangan kornea dan segmen anterior, dan mukopolisaaridosis (sindrom Huler). Semua
penyakit ini ditandai kekeruhan kornea, tetapi bola mata tidak membesar.
Diagnosis ini harus segera ditegakkan. Pengobatan sedini mungkin dilakukan dengan
operasi goniotomi.

D. Retinoblastoma4
Retinoblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari lapisan neuroretina (sel kerucut
dan batang) atau sel glia. Kelainan ini bersifat kongenital. Apabila mengenai kedua mata, biasanya
kelainan ini diturunkan secara dominan autosom; sedangkan bila mengenai satu mata, dianggap
bersifat mutasi somatik.
Retinoblastoma ditemukan pada 1 di antara 30.000 kelahiran dan sama banyak pada laki-
laki dan wanita. Tidak terdapat predileksi ras.
Gejala subjektif sebagai gambaran klinik retinoblastoma biasanya tidak disadari sampai
perkembangnya cukup lanjut. Di stadium awal, tumor biasanya hanya terlihat dengan
pemeriksaan yang teliti; lebih lanjut, terliht pupil bewarna putih (leukoria); dan lebih lanjut lagi,
bisa terlihat strabismus, glaukoma, peradangan dalam bola mata, dan tajam penglihatan yang
menurun. Penyakit yang mirip dengan retinoblastoma pada stadium ini adalah retrolental
fibroplasia, corpus vitreum persisten primer, displasia retina, penyakit coats, dan endoptamitis.
Gejala objektif tampak suatu masa yang menonjol di dalam bola mata. Tumor dapat
terletak di atas retina-disebut pertumbhan endofitik-atau bisa tumor terlihat di bawah retina-
disebut pertumbuhan eksofitik. Secara histopatologik, retinoblastoma terdiri atas sel-sel berbentuk
bulat dengan nukleus besar hiperkromatik dan sitoplasma sedikit; terlihat daerah nekrosis dan
deposit kalsium. Gambaran khas adalah adanya rosete, yaitu suatu gambaran berupa susunan sel
kuboid yang mengelilingi suatu lumen dan nukleus di daerah basal.
E. Strabismus1-4
Strabismus adalah penyimpangan posisi bola mata karena gangguan penglihatan binokuler.
Pada kondisi penglihatan binokuler normal, bayangan suatu benda jatuh secara bersamaan di
fovea masing-masing mata (fiksasi bivofea). Salah satu mata dapat tidak sejajar dengan mata
yang lain, sehingga pada satu waktu hanya satu mata yang melihat benda bersangkutan. Setiap
penyimpangan ini disebut strabismus. Penyimpangan dapat terjadi ke dalam (esotropia), ke luar
(eksotropia), ke atas (hipertropia), ke bawah (hipotropia). Strabismus yang terjadi pada kondisi
penglihatan binokuler disebut strabismus manifes (tropia). Strabismus yang muncul setelah
penglihatan binokuler terganggu (misalnya dengan penutupam salah satu mata) disebut strabismus
laten (foria).
Strabismus dijumpai sekitar 4% kelainan mata anak. Penatalaksanaan harus dimulai
sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan, untuk mempertahankan ketjaman penglihatan dan
fungsi penglihatan binokuler sebaik mungkin.
Ada 2 bentuk kedudukan bola mata:
- Kedudukan primer, yaitu kedudukan bola mata pada waktu melihat lurus ke depan
dengan jarak minimal 6 meter dengan posisi badan dan kepala tegak. Pada kedudukan
primer, mata dalam kedudukan sempurna dan tidak terjadi penyimpangan, walaupun
reflek fusi diganggu. Keadaan ini disebut ortofori.
- Kedudukan sekunder, yaitu kedudukan bola mata pada fiksasi dekat. Kedudukam ini
dikenal dengan kedudukan cardinal atau midline.
Sampai umur 7 tahun atau 8 tahun, otakbiasanya dapat memberikan respon terhadap
penglihatan binokuler yang abnormal. Respon tersebut adalah diplopi, supresi, kelainan
korespondensi retina, dan fiksasi eksentrik.
Pemeriksaan strabismus memerlukan anamnesis yang cermat mengenai:
a. Riwayat keluarga. Strabismus dan ambliopia sering ditemukan dalam keluarga
b. Usia onset. Ini merupakan faktor penting untuk prognosis. Semakin dini onset
strabismus, semakin buruk prognosis untuk fungsi penglihatan binokulernya.
c. Jenis onset. Strabismus dapat terjadi secara perlahan, mendadak, intermitten
d. Jenis deviasi (besarnya strabismus pada posisi primer)
e. Fiksasi, bisa terjadi hanya pada satu mata, keduanya, atau bisa bergantian.
Tujuan utama penatalaksanaan strabismus pada anak adalah pemulihan efek sensoris
yang merugikan (seperti ambliopia, supresi, kehilangan stereopsis), dan perbaikan fungsi
binokularitas mata dengan terapi medis atau bedah.
Anak dapat diperiksa untuk mengetahui adanya strabismus pada semua umur. Tetapi
untuk ambliopia atau strabismus harus dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan. Telah
terbukti bahwa, untuk memperbaiki fungsi binokularitas, sebaiknya peneatalaksanaan dilakukan
sebelum umur 2 tahun. Pada umur 8 tahun, status sensorik sudah terfiksasi sehingga gangguan
streopsis dan ambliopia tidak dapat ditangani secara efektif.

2.6. Pengaruh terhadap Tumbuh Kembang Anak

Kelainan penglihatan memiliki konsekuensi yang serius untuk kehidupan anak-anak


bila tidak diatasi. Penglihatan yang buruk tidak hanya menghalangi kegiatan belajar di
sekolah tetapi juga berpengaruh pada masa dewasa nantinya karena 80% proses belajar
anak–anak diperoleh melalui sistem visual.6

Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh aspek
kehidupan termasuk diantaranya pada proses pendidikan. Penglihatan juga merupakan jalur
informasi utama, oleh karena itu keterlambatan melakukan koreksi terutama pada anak usia
sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan
berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan. Penglihatan yang tidak baik akan sulit
menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh gurunya dalam proses kegiatan
belajar mengajar.8

Kelainan tajam penglihatan pada anak usia sekolah merupakan masalah kesehatan
yang penting. Saat ini sangat kurang perhatian mengenai gangguan penglihatan khususnya
anak sekolah padahal lingkungan belajar tidak baik menjadi salah satu pemicu terjadinya
penurunan ketajaman penglihatan anak, seperti membaca tulisan di papan tulis dengan jarak
terlalu jauh tanpa didukung oleh pencahayaan kelas memadai, anak membaca buku dengan
jarak terlalu dekat, sarana prasarana sekolah tidak ergonomis saat proses belajar mengajar.13

Mungkin kemampuan yang paling terpengaruh akibat kelainan mata dalam tumbuh
kembang anak adalah kemampuan mobilitas, ketrampilan untuk bergerak secara leluasa di
dalam lingkungannya. Ketrampilan mobilitas ini sangat terkait dengan kemampuan orientasi,
yaitu kemampuan untuk memahami hubungan lokasi antara satu obyek dengan obyek lainnya
di dalam lingkungan.7

Kelainan penglihatan juga memberikan pengaruh terhadap kognisi anak. Kognisi


adalah persepsi anak terhadap orang lain dan objek yang diorganisasikan secara selektif.
Respon anak terhadap orang dan objek tergantung pada bagaimana orang dan objek tersebut
tampak dalam dunia kognitifnya dan citra atau “peta” dunia setiap orang itu bersifat
individual. Setiap orang mempunyai citra dunianya masingmasing karena citra tersebut
merupakan produk yang ditentukan oleh factor-faktor berikut: (1) Lingkungan fisik dan
sosisalnya, (2) struktur fisiologisnya, (3) keinginan dan tujuannya, dan (4) memori-memori
masa lalunya. Dari keempat faktor yang menentukan kognisi anak kelainan mata menyandang
kelainan dalam struktur fisiologisnya, dan mereka harus membantu fungsi indera penglihatan
mereka dengan indera-indera lainnya untuk mempersepsi lingkungannya. Banyak di antara
mereka tidak pernah mempunyai pengalaman/memori visual, sehingga konsepsi orang awas
mereka tentang dunia ini sejauh tertentu mungkin berbeda dari konsepsi orang awas pada
umumnya.

Orang tua memainkan peranan yang penting dalam perkembangan sosial anak.
Perlakuan orang tua terhadap anaknya yang memiliki kelainan mata sangat ditentukan oleh
sikapnya terhadap kelainan tersebut, dan emosi merupakan satu komponen dari sikap di
samping dua komponen lainnya yaitu kognisi dan kecenderungan tindakan. Kelainan mata
pada anak selalu menimbulkan masalah emosional pada orang tuanya. Mungkin ayah dan
ibunya sempat akan merasa sedih, kasihan, merasa bersalah, merasa tidak tahu harus
menangani bagaimana sebelum pada akhirnya mereka dapat menangani atau menatalaksana
anaknya dengan baik. Sikap orang tua tersebut akan berpengaruh terhadap hubungan di antara
mereka (ayah dan ibu) dan hubungan mereka dengan anak itu, dan hubungan tersebut pada
gilirannya akan mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak. Mungkin anak akan
merasa sedih atau menjadi lebih pasif dalam bergaul dengan sebayanya atau bahkan
sebayanya mengucilkan anak tersebut.

2.7. Pencegahan
1. Merangsang Fungsi Penglihatan sejak Bayi9
Rangsang penglihatan yang dilakukan sejak bayi memegang peranan penting dalam
perkembangan fungsi penglihatan. Saat bayi lahir cukup bulan, telah terbentuk jalur dari mata
ke pusat penglihatan di otak sehingga bayi dapat menerima rangsang penglihatan berupa
berbagai intensitas cahaya dan kontras, garis, gambar, dan pola tertentu, dan gerakan. Bayi
baru lahir belum dapat membedakan warna. Jalur penglihatan untuk mengenali warna baru
berfungsi pada usia 2-3 bulan, dan warna pertama yang dikenali bayi adalah merah.
Agar perkembangan fungsi penglihatan pada bayi dapat berlangsung optimal, rangsang
penglihatan memerlukan: cahaya yang menerangi benda, bukan yang menyorot langsung ke
mata bayi; fokus; atensi atau perhatian; pengenalan terhadap benda yang baru atau berganti-
ganti; dan setelah 2-3 bulan, warna. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua
atau pengasuh untuk merangsang perkembangan fungsi penglihatan pada bayi:
 Pastikan asupan nutrisi ibu cukup dan seimbang sejak awal kehamilan.
Berkonsultasilan dengan tenaga kesehatan saat pemeriksaan kehamilan. Hindari
paparan asap rokok dan alkohol serta obat- obatan atau suplemen yang tidak
direkomendasikan.
 Bayi yang lahir kurang bulan memerlukan pengawasan khusus dari tenaga kesehatan
untuk mendeteksi tanda awal gangguan perkembangan, termasuk gangguan
penglihatan. Secara umum, penglihatan bayi kurang bulan belum perlu rangsang
penglihatan seperti bayi cukup bulan. Kondisi dalam kandungan gelap tanpa cahaya
atau struktur mata bayi kurang bulan belum sempurna, sehingga agar perkebangan
fungsi penglihatan dapat berlangsung dengan optimal, sedapat mungkin bayi kurang
bulan dilindungi dari paparan cahaya terang hingga usianya setara dengan kehamilan
40 minggu.

2. Pemeriksaan Rutin dan Skrining Penglihatan Anak


Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya dimulai sejak usia dini. Skrining mata
bahkan perlu dimulai sejak bayi baru lahir untuk mendeteksi adanya kelainan pada mata,
sementara untuk menilai tajam penglihatan dimulai sejak usia ,52 tahun. American Academy of
Pediatrics merekomendasikan skrining neonatus harus dilakukan sebelum usia 3 bulan dan
intervensi telah diberikan sebelum usia 6 bulan. Untuk bayi yang lulus skrining, tetap
harus dilakukan evaluasi berkala, yakni pada usia 6 bulan-1 tahun, usia 3-4 tahun, usia
sekolah, ataupun setiap saat bila ada kecurigaan gangguan penglihatan. Pada usia bayi,
evaluasi penglihatan adalah dengan pemeriksaan red reflex, kedudukan dan pergerakan bola
mata. Di atas usia tiga tahun, penilaian tajam penglihatan menggunakan chart huruf, angka,
atau gambar tertentu sudah dapat dilakukan.20
Tujuan dari skrining penglihatan terutama pada anak-anak usia sekolah adalah
untuk mendeteksi kelainan refraksi dan kondisi mata lainnya yang berpotensi mempengaruhi
kemampuan siswa untuk belajar atau mengganggu performa akademisnya. Skrining penglihatan
merupakan suatu metode yang efektif biaya untuk mengidentifikasi anak–anak yang
memerlukan evaluasi dan penanganan oleh dokter mata. Diagnosis dan penanganan gangguan
penglihatan di awal akan memberikan kesempatan untuk perkembangan visual yang normal,
mencegah hilangnya tajam penglihatan lebih lanjut, serta dapat menurunkan masalah akibat
gangguan belajar, performa sekolah yang rendah, gangguan tumbuh kembang dan masalah
terkait tingkah laku.15
Tajam penglihatan harus dievaluasi, sekalipun hanya dapat dilakukan perkiraan kasar
atau perbandingan kedua mata. Pemeriksaan tajam penglihatan pada umur 2,5 – 3 tahun dilakukan
dengan menggunakan gambar Allen. Pada umur 4 tahun, digunakan E Snellen; dan pada umur 5-6
tahun, sebagian besar anak dapat merespon uji penglihatan.4
Retinopathy of prematurity (ROP) sering terjadi pada bayi prematur dan merupakan
salah satu penyebab kebutaan bayi dan anak di dunia, termasuk di Indonesia. Dengan kemajuan
teknologi di bidang perawatan bayi prematur, memungkinkan bayi prematur dengan berat lahir
rendah dan usia kehamilan yang sangat muda dapat bertahan hidup, namun seiring dengan
meningkatnya angka kehidupan bayi prematur tersebut, menyebabkan kejadian ROP juga
meningkat. Untuk itu perlu dilakukan skrining pada bayi prematur untuk mendeteksi dini ROP,
sehingga dapat dilakukan terapi yang sesuai untuk mencegah terjadinya kebutaan.
Skrining ROP dilakukan pada:
 Bayi baru lahir dengan berat ≤ 1500gram atau masa kehamilan ≤ 34 minggu
 Bayi risiko tinggi seperti mendapat fraksi oksigen (Fi O2) tinggi, transfusi
berulang, kelainan jantung bawaan, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim,
infeksi/sepsis, gangguan napas, asfiksia, perdarahan di otak (IVH), berat lahir ≤
1500gram, masa gestasi ≤ 34 minggu.
Waktu pemeriksaan:
 Masa gestasi > 30 minggu: 2-4 minggu setelah lahir
 Masa gestasi ≤ 30 minggu: 4 minggu setelah lahir.16
 Tidak dapat memfiksasi dan mengikuti objek pada usia 3 bulan.17
 Riwayat katarak bawaan, retinoblastoma, penyakit metabolik dalam keluarga,
juling18

3. Lain-lain
Ketegangan mata dapat dicegah dengan menggunakan cahaya yang cukup pada saat
membaca dan bekerja, dan menggunakan kacamata atau lensa yang disarankan. Kacamata hanya
berfungsi membantu agar mata dapat melihat lebih jernih dan jelas, bukan untuk mencegah atau
justru menambah kelainan yang ada. Hanya saja tentu, kalau kacamata dipakai, anak akan melihat
dengan jelas, sedangkan kalau tidak, penglihatannya tetap buram. Tidak ada angka kejadian
berdasarkan penelitian yang menjelaskan bahwa kontak lensa atau latihan mata dapat
menghentikan progresifitas dari kelainan mata, khususnya miopi. 14
Vitamin yang sangat diperlukan untuk penglihatan adalah vitamin A. Vitamin A menjaga
kesehatan sel pada berbagai macam struktur mata dan diperlukan untuk transfer cahaya ke syaraf -
syaraf yang ada di retina. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata
sehingga kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja terlalu
diporsir. Vitamin A sangat baik untuk kesehatan mata dan banyak terkandung pada wortel,
alpukat, brokoli, tomat, ikan salmon, hati, sayur bayam.8
Program pemberian suplementasi vitamin A diyakini efektif dan aman. Vitamin A
diberikan dengan dosis anjuran, tidak akan terjadi efek samping yang serius dan menetap. Efek
samping yang sampai sekarang terpantau cukup ringan hanya keluhan sakit kepala dan muntah.
(pada bayi fontanela mengeras atau menggelembung) dan tidak memerlukan pengobatan yang
khas. Jika status vitamin A sudah baik, pemberian suplemen menjadi tidak penting. Namun, jika
diteruskan juga tidak membahayakan.19
Usia Dosis Warna Kapsul

Bayi < 6 Bulan 50.000 IU Per Oral Biru


Bayi 6-12 Bulan 100.000 IU Per Oral Biru

Bayi > 1 th- < 6 th 200.000 IU Per Oral Merah

Tabel 2.2 Pemberitan Vitamin A sesuai Depkes RI19

Selain bayi dan balita, semua ibu yang baru melahirkan (masa nifas) sehingga bayinya
akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI dengan dosis 200.000 SI yang berwarna
merah dan diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan.19
Alpukat merupakan salah satu dari makanan yang padat nutrisi. Karena itu, tidak heran
kalau makanan satu ini baik untuk mata. Alpukat mengandung lebih banyak lutein dibandingkan
dengan buah lainnya. Zat ini sangat penting untuk mencegah degenerasi macular dan katarak.
Wortel sudah lama dikenal sebagai makanan yang baik untuk mata. Hal ini karena makanan ini
kaya akan beta karoten. Beta karoten akan diubah oleh tubuh menjadi vitamin A. Salmon kaya
akan omega-3 yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mata secara umum. Salmon juga
mengandung asam folik, vitamin D, vitamin B6, vitamin B12, dan vitamin A.8
BAB 3
PENUTUP

Ganguan tajam penglihatan harus diketahui sedini mungkin. Tajam


penglihatan sudah mendekati normal pada umur 5 tahun-6 tahun. Tajam
penglihatan diperiksa setiap 2 tahun sampai umur 16 tahun.
Kelainan mata yang terjadi pada anak biasanya disebabkan oleh riwayat
penyakit ibu saat kehamilan, saat bersalin, dan bayi saat perinatal/neonatal.
Selain itu kelainan metabolik, tumor mata, dan lain-lain juga berpengaruh.
Secara garis besar, kelainan mata yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
anak adalah gangguan tajam penglihatan, katarak kongenital, glaukoma
kongenital, retinoblastoma, dan strabismus. Pengaruh kelainan-kelainan mata
terhadap tumbuh kembang anak dapat meliputi pengaruh terhadap
mobilitas,kognisi, atau bahkan psikososial anak.
Pencegahan kelainan mata yang dapat dilakukan adalah merangsang
penglihatan dengan baik sejak bayi, pemeriksan rutin dan skrining penglihatan,
serta tambahan lainnya seperti cahaya yang cukup, kebutuhan vitamin A, dan
makanan yang bernutrisi.
DAFTAR PUSTAKA

1. Douglas R. Fredrick. “Special subjects of Pediatric Interest”. Dalam:


Vaughan. Asbury, Editor. General Opftalmology. Edisi ke-16. Singapore:
Mc Graw Hill, 2004. h 353-361
2. Wright KW, Spiegel PH. Pediatric Opthalmology. Mosby, 1999. h 65
3. Sidarta Ilyas dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata FKUI. Gaya Baru, 2000. h
120-121, 186
4. Sunerti N. “Kelainan Mata yang Berpengaruh Terhadap Tumbuh Kembang
Anak”. Dalam: Soetjeningsih, & Gde Ranuh. Tumbuh Kembang Anak.
Edisi ke-2. Jakarta: EGC, 2013. h 479-484
5. Rozanah, S. Deteksi Dini Kelainan Mata pada Anak (Aspek Kesehatan
Anak). Seminar Deteksi Dini Kelainan Mata pada Anak (pp. 1-4). RS
Internasional Bintaro.
6. Geriputri et al.(2019). Skrining Kelainan Mata pada Siswa SD SDIT Abata
Mataram. Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA,(1),2:22-24.
7. Hill, E. dan Ponder, P. (1976). Orientation and Mobility Techniques: a
Guide for the Practitioner. New York: American Foundation for the Blind.
8. Damawiyah, Siti, & Iis Noventi.(2019). Ketajaman Penglihatan pada Anak
Usia Sekolah Dasar di RW 10 Desa Kramat Jegu Taman Sidoarjo. Jurnal
Ilmiah Kesehatan, (12) 2:82-89.
9. Sambo, C. (2015, Desember 27). Merangsang Fungsi Penglihatan Pada
Bayi (Bagian I). Retrieved from IDAI Indonesian Pediatric Society :
https://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/merangsang-fungsi-
penglihatan-pada-bayi-bagian-i
10. American Optometric Association. (n.d.). Infant Vision: Birth to 24
Months of Age. Retrieved June 30, 2020, from American Optometric
Association;: https://www.aoa.org/patients-and-public/good-vision-
throughout-life/childrens-vision/infant-vision-birth-to-24-months-of-age
11. Heiting, G. (n.d.). Your infant's vision development: What to know.
Retrieved June 30, 2020, from All About Vision:
https://www.allaboutvision.com/parents/infants.htm
12. Chamidah, A.N Ophtamologi. kuliah oftalmologi (pp. 81-204).
Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
13. Wati, N. 2008. Skrining Gangguan Tajam Penglihatan (Visus) Anak Usia
7-12 Tahun Sekolah Dasar. (online) (http://ejournal.respati.ac.id/sites/defa
ult/.../3.%20Jurnal%20Nur%20Alvira.d oc) diakses 2 Maret 2018.
14. Ilyas, H. 2012. Ilmu Penyakit Mata. Badan Penerbit FKUI. Jakarta
15. Prevent Blindness. (n.d.). Retrieved June 30, 2020, from Children’s Vision
And Eye Health: https://preventblindness.org/childrens-vision-and-eye-
health/
16. Sitorus R, Djatikusumo A, Andayani G, Barliana JD, Yulia DE, penyusun.
Pedoman nasional skrining dan terapi Retinopathy of prematurity (ROP)
pada bayi prematur di Indonesia. Jakarta: Persatuan Dokter Spesialis Mata
Indonesia, 2011.
17. AAP. Eye examination in infants, children, and young adults by
paediatricians. Pediatrics. 2003;111:902-7.
18. AAP. Visual system assessment in infants, children, and young adults by
paediatricians.Pediatrics. 2016;137:28-30.
19. Departemen Kesehatan RI. 2008. Profil kesehatan Indonesia 2007. Jakarta:
Depkes RI Jakarta
20. American Academy of Pediatrics, 2003. Eye Examination in Infants,
Children, and Young Adults by Pediatricians. Pediatrics. 111: 902-907
21. National Comission on Vission and Health. Vision Exam for Children
Prior to Entering School.2010
22. Soetjeningsih, & Gde Ranuh. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta:Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2012.

Anda mungkin juga menyukai