Tutorial Tumbuh Kembang-Olga Fanny
Tutorial Tumbuh Kembang-Olga Fanny
Tutorial Tumbuh Kembang-Olga Fanny
Pembimbing:
dr. Diane Meytha Supit, Sp. A (K)
TUTORIAL KLINIK
Diajukan dalam Rangka Tugas Ilmiah Kepaniteraan Klinik di Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Oleh:
Pembimbing:
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat-Nya penulis
dapat menyelesaikan Tutorial tentang “ Pengaruh Kelainan Mata terhadap Tumbuh Kembang
Anak”. Tutorial ini disusun dalam rangka tugas kepaniteraan klinik di Laboratorium Ilmu
Kesehatan Anak Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada :
1. dr. Ika Fikriah, M. Kes., selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
2. dr. Soehartono, Sp. THT-KL, selaku Ketua Program Studi Profesi Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman.
3. dr. Ahmad Wisnu Wardhana, Sp. A selaku Kepala Laboratorium Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman.
4. dr. Diane Meytha Supit, Sp. A (K), selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan dan saran selama penulis menjalani pendidikan Dokter Muda di Laboratorium Ilmu
Kesehatan Anak, terutama di divisi Tumbuh Kembang.
5. Rekan-rekan dokter muda di Lab/SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD AWS/FK Universitas
Mulawarman.
Penulis menyadari terdapat ketidaksempurnaan dalam penulisan, sehingga penyusun
mengharapkan kritik dan saran demi penyempurnan tutorial klinik ini. Akhir kata, semoga tutorial
klinik ini berguna bagti penyusun sendiri dan para pembaca.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Kelainan mata pada anak harus sudah diketahui sedini mungkin. Gangguan mata dapat
terjadi pada setiap fase kehidupan, yaitu masa embrionik, masa janin (kehamilan 12 – 40 minggu),
masa tumbuh kembang bayi – anak. Banyak kelainan mata berawal dari masa janin dan berakibat
fatal dikemudian hari, dan banyak kelainan mata pada bayi dan anak yang tidak dapat dilihat
dengan mata biasa yakni pemeriksaan seorang ahli. Gejala kelainan pada mata anak sering tidak
khas sehingga memerlukan modifikasi teknik-teknik pemeriksaan dari yang biasa. Perkembangan
sistem penglihatan pada anak masih berlangsung selama sepuluh tahun pertama kehidupan dan
terdapat potensi terjadi ambliopia yakni penurunan tajam penglihatan tanpa disertai kelainan
organis di retina. Perkembangan mata sering mencerminkan organ dan jaringan dalam tubuh
secara keseluruhan. Banyak kelainan somatik kongenital tercermin di mata. Perlu kerja sama
antara dokter mata, dokter anak, dokter saraf, dan pekerja kesehatan lainnya dalam menangani
kasus ini.1-3
Secara garis besar, kelainan mata yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak adalah
gangguan tajam penglihatan, katarak kongenital, glaukoma kongenital, retinoblastoma, dan
strabismus.4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Mata merupakan salah satu organ panca indera penting yang memerlukan pemeriksaan
dan perawatan secara teratur dan yang sangat vital bagi manusia. Sekitar 80 persen dari
informasi yang diterima berasal dari mata. Tajam penglihatan yang baik merupakan hal penting
yang harus dimiliki dan dipertahankan oleh siapa pun, tidak terkecuali bagi anak. Anak
memerlukan penglihatan yang baik untuk membantu proses belajarnya ataupun tumbuh
kembangnya agar lebih optimal.6
Tumbuh kembang merupakan manifes yang kompleks dari perubahan morfologi, biokimia,
dan fisiologi yang terjadi sejak konsepsi sampai maturitas/dewasa. Isitilah tumbuh kembang
sebenarnya mencakup 2 peristiwa yang sifatnya berbeda. Pertumbuhan adalah perubahan yang
bersifat kuantitatif. Sebagai contoh, hasil dari pertumbuhan otak adalah anak mempunyai
kapasitas lebih besar untuk belajar, mengingat, dan mempergunakan akalnya. Perkembangan
adalah perubahan bersifat kuantitatif dan kualitatif, yang merupakan bertambahnya kemampuan
struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan,
sebagai hasil dari proses pematangan/maturitas. Termasuk juga perkembangan kognitif, bahasa,
motorik, emosi, dan perkembangan perilaku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya.
Perkembangan merupakan perubahan yang bersifat progresif, terarah, dan terpadu/koheren.
Apabila terjadi kelainan mata, maka terdapat perubahan struktur dan fisiologis dari organ atau
tubuh anak tersebut yang berarti dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak.22
2.2. Epidemiologi
Sedikit data mengenai prevalensi dan tipe kelainan mata pada anak-anak di negara
berkembang. Prevalensi kelainan mata pada anak-anak di Amerika diperkiran 5-10% dan
ambliopia 1-5%. Studi di India memperlihatkan 5,1% anak-anak usia sekolah memiliki ketajaman
penglihatan kurang dari 6/12 pada mata yang lebih baik. Dewasa ini terjadi kecenderungan
peningkatan prevalensi miopia di berbagai belahan dunia terutama di Asia dan peningkatan
prevalensi miopia sangat menonjol pada anak-anak usia sekolah. Anak-anak tersebut seharusnya
mendapatkan perhatian khusus dalam program pemeriksan penglihatan.6, 21
b. Cytomegalovirus
Gejala pada anak dan orang dewasa ringan, bahkan tanpa gejala
10 – 15% bayi lahir dari Ibu dengan infeksi CMV menunjukkan gejala klinis pada masa
bayi.
Gejala klinis pada bayi baru lahir berat badan kurang, Ikterus, kepala kecil,
perkapuran otak, Retardasi mental.
Kelainan pada mata: Korioretinitis dan Strabismus (Juling)
c. Toksoplasma
Berasal dari hewan: kucing
Infeksi secara oral: daging yang tidak matang, tertelan kista melalui sayuran yang tidak
dicuci baik.
Tidak pernah infeksi dari orang ke orang kecuali transplasentae dari Ibu ke janin.
Insiden pada wanita hamil 1 – 10%
Pada banyak kasus, tidak terdiagnosis gejala tidak spesifik dan sangat ringan.
Gejala klinis pada orang dewasa bervariasi: rasa lelah / fatigue dan demam, radang
tenggorokan, pembesaran kelenjar getar bening.
Diagnosis toksoplasma bawaan sulit, banyak kasus tanpa gejala klinis.
Riwayat infeksi pada Ibu sebagai pegangan mewaspadai kelainan yang mungkin
terjadi.
Masalah: pemeriksaan toksoplasma belum rutin dilakukan.
Infeksi neonatal berat:
Gejala infeksi umum
Gejala pada mata
Gejala susunan saraf pusat
Mayoritas infeksi toksoplasma kongenital
Subklinis / tanpa gejala
Penelitian prospektif didapatkan 20 – 85% kasus menderita korioretintis dikemudian
hari yang kemudian dapat berakhir dengan kebutaan
d. Sifilis
Ditularkan secara transplasentae
Penularan terjadi sepanjang kehamilan mengenai banyak organ
Kemungkinan bayi tertular 100%.
Gejala klinis:
Gejala Dini:
o Still birth
o Prematuritas
o Pertumbuhan janin terhambat
o Saddle nose
o Pilek persisten
o Kelainan kulit
o Kuning
o Kelainan mata: Korioretinitis
Gejala Lambat:
o Gagal tumbuh
o Kelainan gigi
o Kelainan tulang
o Kelainan mata: Radang Kornea kelumpuhan kornea buta total
e. Gonore
Penularan terjadi karena mata bayi terkontaminasi di jalan lahir
Gejala timbul pada umur 1 – 3hari:
Cairan kuning, kental pada kedua mata
Kelopak mata bengkak
Sulit membuka mata
Komplikasi yang sering terjadi:
o Perforasi kornea
o Buta
2. Riwayat Persalinan
a. Prematuritas
Usia kehamilan < 37 minggu
Kelainan mata yang sering terjadi adalah retinopati, kelainan lain merupakan miopia
dan astigmatisme
Gangguan pembentukan pembuluh darah retina
Dapat mengakibatkan kebutaan, dengan insidens kebutaan:
BB < 1000 gram: 5 – 11 %
BB 1000 – 1500 gram: 0.3 – 1.1%
Bayi prematur, perlu pemeriksaan mata berkala dan deteksi penyimpangan refraksi.
b. Trauma Lahir
Berupa:
Trauma mekanis
Trauma hipoksia / Asfiksia
Faktor resiko yang meningkatkan insidens trauma lahir:
Makrosomia ( BB > 4000gr )
Presentasi ganda
Panggul sempit
Persalinan dengan tindakan
Persalinan lama
Distosia bahu
Kelainan mata akibat hipoksia, perdarahan otak dan trauma yang mengenai
persyarafan perlu pemeriksaan mata sedini mungkin
c. Kelainan Kronosom
Sindrom Down (trisomi 21)
Penampilan fisik: MONGOLOID
Kelainan mata : Katarak, strabismus, Nistagmus, gangguan refraksi berat.
Sindrom Turner
Penderita kehilangan satu kromosom X, seharusnya 44 + xx , menjadi 44 +
xo.
Penampilan fisik: perawakan pendek, leher berselaput (web neck)
Kelainan mata: ptosis (mata menonjol), katarak, strabismus dan nistagmus.
4. Kelainan Metabolik
Katarak merupakan gejala yang paling menonjol pada beberapa penyakit metabolik,
seperti:
Diabetes melitus tipe juvenilis.
Galaktosemi (gangguan metabolisme karbohidrat)
Hipokalsemia
5. Tumor Mata
Tumor mata / bola mata yang dapat dikenali pada masa bayi antara lain:
Hemangioma: tumor pembuluh darah
Retinoblastoma:
o Tumor ganas yang paling sering ditemukan pada masa bayi.
o Diduga peranan faktor genetik
o Gejala khas yaitu, refleks putih (refleks mata kucing), strabismus dan
pelebaran pupil pada satu sisi mata.
2.5. Klasifikasi
A. Gangguan Tajam Penglihatan1-3
Pemeriksaan mata pada anak dilakukan segera setelah lahir untuk melihat kelainan yang
memerlukan pemeriksaan lebih lanjut. Demikian juga, pada bayi dengan berat lahir rendah, perlu
dilihat diskus optikus dan makula karena ada risiko terjadi retinopati prematuritas (ROP).
Perkembangan binokular pada bayi baru lahir terlihat pada gerakan mata yang tidak
teratur dan tidak terkoordinasi. Pada umur 5-6 minggu, mulai berkembang refleks fiksasi,
sehingga bayi bisa mengikuti sinar yang bergerak lambat. Pada umur 3 bulan, bayi dapat
mengikuti benda bergerak di sekelilingnya.
Pada umur 4 tahun, tajam penglihatan diperiksa dengan grafik “E” (bagi yang belum bisa
baca) atau optopipe HOTV dan pemeriksaan streopsis. Tajam penglihatan mendekati normal pada
umur 5-6 tahun. Anak-anak berumur antara 2-6 tahun mempunyai kelainan refraksi 80% berupa
hipermetropia, 5% miopia, dan 15% emetropia. Miopia sering timbul pada umur 6-9 tahun dan
meningkat selama remaja. Hipermetropi menetap, relatif tetap, atau berkurang samapi usia 19
tahun.
Gangguan tajam penglihatan pada bayi cenderung ke arah hipermetrop sampai umur
kira-kira 7 tahun. Setelah itu, gangguan tajam penglihatan cenderung miopia sampai dewasa.
Faktor keturunan dan lingkungan berpengaruh terhadap pemanjangan sumbu bola mata sehingga
terjadi kelainan refraksi.
Kelainan refraksi pada anak-anak harus dikoreksi dan diberi kacamata. Tajam
penglihatan pada bayi dapat diketahui dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pada anamnesis,
sangat penting sejarah keluarga apakah ada yang menderita seperti itu. Orang tua harus
mengamati bagaiamana penglihatan bayi pada malam dan siang hari; apakah ada ada pergerakan
mata yang tidak terkontrol. Pada pemeriksaan riwayat kelahiran, perlu ditanyakan apakah ada
anoksia perinatal yang sangat penting dalam proses gangguan penglihatan. Harus diketahui umur
kehamilan, berat badan lahir, dan kemungkinan adanya ROP. Harus diperiksa adanya
kemungkinan kelainan pada mata seperti mikroptalmi, katarak kongenital. Persistent hiperplastic
primary vitreous, dan kelainan nervus optikus.
Pada umur 5-16 tahun, tajam penglihatan diperiksa dengan tabel Snellen. Apabila
normal, periksa tajam penglihatan setiap 2 tahun sampai umur 16 tahun. Penglihatan warna
diperiksa pada umur 8-12 tahun. Pemeriksaan refraksi obyektif sangat penting pada pemeriksaan
mata anak, terutama apabila terdapat tanda adanya gangguan penglihatan.
B. Katarak Kongenital1-3
Katarak adalah kekeruhan lensa mata. Katarak kongenital sering ditemukan pada bayi
yang dilahirkan oleh ibu yang menderita rubela, diabetes melitus, toksoplasmis, hipoparatiroid,
galaktosemia, histoplasmosis pada waktu hamil. Kelainan ini dapat juga menyertai kelainan-
kelainan mata yang merupakan penyakit keturunan, misalnya mikroptalmus, aniridia, koloboma,
megalokornea.
Pada katarak kongenital, bila terlihat gambaran putih ditengah-tengah pupil yang disebut
leukorea, perlu dipertimbangkan penyakit mata lain yang mirip yaitu retinoblastoma stadium dini,
retrolenal fibroplasia dan endiptalmis. Kekeruhan lensa yang menyeluruh dapat diketahui dengan
melebarkan pupil dengan tetes mata medriasil. Bila seluruh lensa keruh, penanganan kasus harus
segera dilakukan, yaiu operasi eksraksi linier. Operasi harus sedini mungkin dilakukan; mulai
umur 2 bulan dan jangan lewat dari umur 6 bulan. Pada katarak kongenital harus dicari
penyebabnya: apakah ada sindrom rubela. Katarak kongenital yang disebabkan oleh virus rubela
mempunyai prognosis paling jelek. Seringkali hasil operasi berakhir dengan phtisis bulbi (bola
mata kempes).
Pada katarak kongenital, penanganan yang terlambat akan menimbulkan komplikasi:
- Ambliopia sensoris (penurunan visus tanpa kelainan organis di retina). Ini
disebabkan oleh makula lutea yang tidak berkembang sempurna
- Strabismus (penyimpangan posisi bola mata).
- Nistagmus (gerakan tidak terkontrol dari bola mata). Ini terjadi bila katarak
kongenital mengenai kedua mata.
C. Glaukoma Kongenital4
Glaukoma adalah penyakit mata yang ditandai oleh meningkatnya tekanan bola mata
yang disertai pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapangan pandan.
Glaukoma kongenital dapat timbul tersendiri atau bersamaan dengan banyak kelainan
kongenital yang lain. Kelainan ini sering bersifat bilateral. Peninggian tekanan bola mata dapat
terjadi akibat gangguan aliran humor aqueus, yang disebabkan oleh:
- Pertumbuhan berlebihan jaringan mesoderm di sudut bilik mata depan
- Diferensiasi jaringan embrional yang tidak sempurna di sudut bilik mata depan
- Adanya membran Barkan yang menutupi sudut bilik mata depan
Gejala paling awal glaukoma kongenital adalah terlihat bayi silau dengan mengeluarkan
air mata. Pada pemeriksaan awal,terlihat kornea mata keruh. Diameter kornea melebar lebih besar
daripada ukuran normal, yang disebut buftalmos (mati sapi). Tajam penglihtan menurun dan
tekanan bola mata meningkat.
Diagnosis banding glaukoma kongenital adalah cedera forcep saat lahir, anomali
perkembangan kornea dan segmen anterior, dan mukopolisaaridosis (sindrom Huler). Semua
penyakit ini ditandai kekeruhan kornea, tetapi bola mata tidak membesar.
Diagnosis ini harus segera ditegakkan. Pengobatan sedini mungkin dilakukan dengan
operasi goniotomi.
D. Retinoblastoma4
Retinoblastoma adalah tumor ganas yang berasal dari lapisan neuroretina (sel kerucut
dan batang) atau sel glia. Kelainan ini bersifat kongenital. Apabila mengenai kedua mata, biasanya
kelainan ini diturunkan secara dominan autosom; sedangkan bila mengenai satu mata, dianggap
bersifat mutasi somatik.
Retinoblastoma ditemukan pada 1 di antara 30.000 kelahiran dan sama banyak pada laki-
laki dan wanita. Tidak terdapat predileksi ras.
Gejala subjektif sebagai gambaran klinik retinoblastoma biasanya tidak disadari sampai
perkembangnya cukup lanjut. Di stadium awal, tumor biasanya hanya terlihat dengan
pemeriksaan yang teliti; lebih lanjut, terliht pupil bewarna putih (leukoria); dan lebih lanjut lagi,
bisa terlihat strabismus, glaukoma, peradangan dalam bola mata, dan tajam penglihatan yang
menurun. Penyakit yang mirip dengan retinoblastoma pada stadium ini adalah retrolental
fibroplasia, corpus vitreum persisten primer, displasia retina, penyakit coats, dan endoptamitis.
Gejala objektif tampak suatu masa yang menonjol di dalam bola mata. Tumor dapat
terletak di atas retina-disebut pertumbhan endofitik-atau bisa tumor terlihat di bawah retina-
disebut pertumbuhan eksofitik. Secara histopatologik, retinoblastoma terdiri atas sel-sel berbentuk
bulat dengan nukleus besar hiperkromatik dan sitoplasma sedikit; terlihat daerah nekrosis dan
deposit kalsium. Gambaran khas adalah adanya rosete, yaitu suatu gambaran berupa susunan sel
kuboid yang mengelilingi suatu lumen dan nukleus di daerah basal.
E. Strabismus1-4
Strabismus adalah penyimpangan posisi bola mata karena gangguan penglihatan binokuler.
Pada kondisi penglihatan binokuler normal, bayangan suatu benda jatuh secara bersamaan di
fovea masing-masing mata (fiksasi bivofea). Salah satu mata dapat tidak sejajar dengan mata
yang lain, sehingga pada satu waktu hanya satu mata yang melihat benda bersangkutan. Setiap
penyimpangan ini disebut strabismus. Penyimpangan dapat terjadi ke dalam (esotropia), ke luar
(eksotropia), ke atas (hipertropia), ke bawah (hipotropia). Strabismus yang terjadi pada kondisi
penglihatan binokuler disebut strabismus manifes (tropia). Strabismus yang muncul setelah
penglihatan binokuler terganggu (misalnya dengan penutupam salah satu mata) disebut strabismus
laten (foria).
Strabismus dijumpai sekitar 4% kelainan mata anak. Penatalaksanaan harus dimulai
sesegera mungkin setelah diagnosis ditegakkan, untuk mempertahankan ketjaman penglihatan dan
fungsi penglihatan binokuler sebaik mungkin.
Ada 2 bentuk kedudukan bola mata:
- Kedudukan primer, yaitu kedudukan bola mata pada waktu melihat lurus ke depan
dengan jarak minimal 6 meter dengan posisi badan dan kepala tegak. Pada kedudukan
primer, mata dalam kedudukan sempurna dan tidak terjadi penyimpangan, walaupun
reflek fusi diganggu. Keadaan ini disebut ortofori.
- Kedudukan sekunder, yaitu kedudukan bola mata pada fiksasi dekat. Kedudukam ini
dikenal dengan kedudukan cardinal atau midline.
Sampai umur 7 tahun atau 8 tahun, otakbiasanya dapat memberikan respon terhadap
penglihatan binokuler yang abnormal. Respon tersebut adalah diplopi, supresi, kelainan
korespondensi retina, dan fiksasi eksentrik.
Pemeriksaan strabismus memerlukan anamnesis yang cermat mengenai:
a. Riwayat keluarga. Strabismus dan ambliopia sering ditemukan dalam keluarga
b. Usia onset. Ini merupakan faktor penting untuk prognosis. Semakin dini onset
strabismus, semakin buruk prognosis untuk fungsi penglihatan binokulernya.
c. Jenis onset. Strabismus dapat terjadi secara perlahan, mendadak, intermitten
d. Jenis deviasi (besarnya strabismus pada posisi primer)
e. Fiksasi, bisa terjadi hanya pada satu mata, keduanya, atau bisa bergantian.
Tujuan utama penatalaksanaan strabismus pada anak adalah pemulihan efek sensoris
yang merugikan (seperti ambliopia, supresi, kehilangan stereopsis), dan perbaikan fungsi
binokularitas mata dengan terapi medis atau bedah.
Anak dapat diperiksa untuk mengetahui adanya strabismus pada semua umur. Tetapi
untuk ambliopia atau strabismus harus dilakukan segera setelah diagnosis ditegakkan. Telah
terbukti bahwa, untuk memperbaiki fungsi binokularitas, sebaiknya peneatalaksanaan dilakukan
sebelum umur 2 tahun. Pada umur 8 tahun, status sensorik sudah terfiksasi sehingga gangguan
streopsis dan ambliopia tidak dapat ditangani secara efektif.
Penglihatan adalah salah satu faktor yang sangat penting dalam seluruh aspek
kehidupan termasuk diantaranya pada proses pendidikan. Penglihatan juga merupakan jalur
informasi utama, oleh karena itu keterlambatan melakukan koreksi terutama pada anak usia
sekolah akan sangat mempengaruhi kemampuan menyerap materi pembelajaran dan
berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan. Penglihatan yang tidak baik akan sulit
menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh gurunya dalam proses kegiatan
belajar mengajar.8
Kelainan tajam penglihatan pada anak usia sekolah merupakan masalah kesehatan
yang penting. Saat ini sangat kurang perhatian mengenai gangguan penglihatan khususnya
anak sekolah padahal lingkungan belajar tidak baik menjadi salah satu pemicu terjadinya
penurunan ketajaman penglihatan anak, seperti membaca tulisan di papan tulis dengan jarak
terlalu jauh tanpa didukung oleh pencahayaan kelas memadai, anak membaca buku dengan
jarak terlalu dekat, sarana prasarana sekolah tidak ergonomis saat proses belajar mengajar.13
Mungkin kemampuan yang paling terpengaruh akibat kelainan mata dalam tumbuh
kembang anak adalah kemampuan mobilitas, ketrampilan untuk bergerak secara leluasa di
dalam lingkungannya. Ketrampilan mobilitas ini sangat terkait dengan kemampuan orientasi,
yaitu kemampuan untuk memahami hubungan lokasi antara satu obyek dengan obyek lainnya
di dalam lingkungan.7
Orang tua memainkan peranan yang penting dalam perkembangan sosial anak.
Perlakuan orang tua terhadap anaknya yang memiliki kelainan mata sangat ditentukan oleh
sikapnya terhadap kelainan tersebut, dan emosi merupakan satu komponen dari sikap di
samping dua komponen lainnya yaitu kognisi dan kecenderungan tindakan. Kelainan mata
pada anak selalu menimbulkan masalah emosional pada orang tuanya. Mungkin ayah dan
ibunya sempat akan merasa sedih, kasihan, merasa bersalah, merasa tidak tahu harus
menangani bagaimana sebelum pada akhirnya mereka dapat menangani atau menatalaksana
anaknya dengan baik. Sikap orang tua tersebut akan berpengaruh terhadap hubungan di antara
mereka (ayah dan ibu) dan hubungan mereka dengan anak itu, dan hubungan tersebut pada
gilirannya akan mempengaruhi perkembangan emosi dan sosial anak. Mungkin anak akan
merasa sedih atau menjadi lebih pasif dalam bergaul dengan sebayanya atau bahkan
sebayanya mengucilkan anak tersebut.
2.7. Pencegahan
1. Merangsang Fungsi Penglihatan sejak Bayi9
Rangsang penglihatan yang dilakukan sejak bayi memegang peranan penting dalam
perkembangan fungsi penglihatan. Saat bayi lahir cukup bulan, telah terbentuk jalur dari mata
ke pusat penglihatan di otak sehingga bayi dapat menerima rangsang penglihatan berupa
berbagai intensitas cahaya dan kontras, garis, gambar, dan pola tertentu, dan gerakan. Bayi
baru lahir belum dapat membedakan warna. Jalur penglihatan untuk mengenali warna baru
berfungsi pada usia 2-3 bulan, dan warna pertama yang dikenali bayi adalah merah.
Agar perkembangan fungsi penglihatan pada bayi dapat berlangsung optimal, rangsang
penglihatan memerlukan: cahaya yang menerangi benda, bukan yang menyorot langsung ke
mata bayi; fokus; atensi atau perhatian; pengenalan terhadap benda yang baru atau berganti-
ganti; dan setelah 2-3 bulan, warna. Berikut ini beberapa hal yang dapat dilakukan orang tua
atau pengasuh untuk merangsang perkembangan fungsi penglihatan pada bayi:
Pastikan asupan nutrisi ibu cukup dan seimbang sejak awal kehamilan.
Berkonsultasilan dengan tenaga kesehatan saat pemeriksaan kehamilan. Hindari
paparan asap rokok dan alkohol serta obat- obatan atau suplemen yang tidak
direkomendasikan.
Bayi yang lahir kurang bulan memerlukan pengawasan khusus dari tenaga kesehatan
untuk mendeteksi tanda awal gangguan perkembangan, termasuk gangguan
penglihatan. Secara umum, penglihatan bayi kurang bulan belum perlu rangsang
penglihatan seperti bayi cukup bulan. Kondisi dalam kandungan gelap tanpa cahaya
atau struktur mata bayi kurang bulan belum sempurna, sehingga agar perkebangan
fungsi penglihatan dapat berlangsung dengan optimal, sedapat mungkin bayi kurang
bulan dilindungi dari paparan cahaya terang hingga usianya setara dengan kehamilan
40 minggu.
3. Lain-lain
Ketegangan mata dapat dicegah dengan menggunakan cahaya yang cukup pada saat
membaca dan bekerja, dan menggunakan kacamata atau lensa yang disarankan. Kacamata hanya
berfungsi membantu agar mata dapat melihat lebih jernih dan jelas, bukan untuk mencegah atau
justru menambah kelainan yang ada. Hanya saja tentu, kalau kacamata dipakai, anak akan melihat
dengan jelas, sedangkan kalau tidak, penglihatannya tetap buram. Tidak ada angka kejadian
berdasarkan penelitian yang menjelaskan bahwa kontak lensa atau latihan mata dapat
menghentikan progresifitas dari kelainan mata, khususnya miopi. 14
Vitamin yang sangat diperlukan untuk penglihatan adalah vitamin A. Vitamin A menjaga
kesehatan sel pada berbagai macam struktur mata dan diperlukan untuk transfer cahaya ke syaraf -
syaraf yang ada di retina. Kekurangan gizi yang dibutuhkan mata juga bisa memperlemah mata
sehingga kurang mampu bekerja keras dan mudah untuk terkena rabun jika mata bekerja terlalu
diporsir. Vitamin A sangat baik untuk kesehatan mata dan banyak terkandung pada wortel,
alpukat, brokoli, tomat, ikan salmon, hati, sayur bayam.8
Program pemberian suplementasi vitamin A diyakini efektif dan aman. Vitamin A
diberikan dengan dosis anjuran, tidak akan terjadi efek samping yang serius dan menetap. Efek
samping yang sampai sekarang terpantau cukup ringan hanya keluhan sakit kepala dan muntah.
(pada bayi fontanela mengeras atau menggelembung) dan tidak memerlukan pengobatan yang
khas. Jika status vitamin A sudah baik, pemberian suplemen menjadi tidak penting. Namun, jika
diteruskan juga tidak membahayakan.19
Usia Dosis Warna Kapsul
Selain bayi dan balita, semua ibu yang baru melahirkan (masa nifas) sehingga bayinya
akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI dengan dosis 200.000 SI yang berwarna
merah dan diberikan paling lambat 30 hari setelah melahirkan.19
Alpukat merupakan salah satu dari makanan yang padat nutrisi. Karena itu, tidak heran
kalau makanan satu ini baik untuk mata. Alpukat mengandung lebih banyak lutein dibandingkan
dengan buah lainnya. Zat ini sangat penting untuk mencegah degenerasi macular dan katarak.
Wortel sudah lama dikenal sebagai makanan yang baik untuk mata. Hal ini karena makanan ini
kaya akan beta karoten. Beta karoten akan diubah oleh tubuh menjadi vitamin A. Salmon kaya
akan omega-3 yang sangat penting untuk menjaga kesehatan mata secara umum. Salmon juga
mengandung asam folik, vitamin D, vitamin B6, vitamin B12, dan vitamin A.8
BAB 3
PENUTUP