LP Anc
LP Anc
LP Anc
OLEH :
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN DENGAN PERIODE ANTENATAL (ANC)
3. Penyebab
Penyebab kehamilan yaitu merupakan suatu proses pada coitus (persetubuhan)
air mani terpencar ke dalam ujung atas dari vagina sebanyak ± 3 cc yang didalamnya
terkandung spermatozoa (sel-sel mani) sebanyak ± 100-120 juta setiap cc. Jika pada
saat ini terjadi ovulasi, maka fertilasi berlangsung. Jika tidak terjadi ovulasi maka
kehamilan tidak akan terjadi. Maka jelas bahwa koitus saat masa ovulasi yang dapat
menghasilkan kehamilan.Sel telur dapat dibuahi hanya beberapa jam setelah ovulasi,
sedangkan sel mani dalam badan wanita masih kuat membuahi selam 1-3
hari.Kehamilan terjadi jika ada pertemuan dari persenyawaan antara sel telur(ovum)
dan sel mani (spermatozoa) yang disebut zygote
4. Pathway
Kehamilan
(Konsepsi dan nidasi)
Perubahan hormonal
(peningkatan hormon estrogen progesteron)
Metabolisme
Meningkat Aktifitas kelenjar Pembesaran Penekakan pada Tonus otot saluran Perubahan
meningkat uterus vesika urinaria pencernaan menurun psikologis
i. Akhir bulan III (12 mg) : tinggi fundus uteri 1 – 2 jari di atas
symphisis
ii. Akhir bulan IV(16 mg) : tinggi fundus uteri pertengahan symphisis
iii. Akhir bulan V (20 mg) : tinggi fundus uteri 3 jari di bawah pusat
iv. Akhir bulan VI (24 mg): tinggi fundus uteri setinggi pusat
v. Akhir bulan VII (28 mg) : tinggi fundus uteri 3 jari di atas pusat
vi. Akhir bulan VIII (32 mg) : tinggi fundus uteri pertengahan prosesus
xipoideus dan pusat
vii. Akhir bulan IX (36 mg): tinggi fundus uteri 3 jari di bawah
prosesus xipoideus
viii. Akhir bulan X (40 mg) : tinggi fundus uteri pertengahan antara
prosesus xipoideus dan pusat
Jadi, fundus uteri paling tinggi pada akhir bulan IX (36 mg), setelah
bulan ke 8 fundus uteri pada primigravida turun lagi karena kepala mulai
turun ke dalam rongga panggul. Pada seorang multigravida yang
berbaring, fundus uteri tetap setinggi arcus costarium dan menonjol ke
depan.
b. LEOPOLD II
Tujuan : Untuk menentukan di mana letaknya punggung anak dan di mana
letaknya bagian-bagian kecil
c. LEOPOLD III
Tujuan : Untuk menentukan apakah bagian bawah sudah masuk PAP (Pintu
Atas Panggul) atau belum.
d. LEOPOLD IV
Tujuan: Untuk menentukan seberapa jauh bagian terendah masuk PAP
3) Auskultasi
Dilakukan dengan menggunakan stetoskop monoaural dan ultrasound (doptone).
Dengan stetoskop dapat didengar bermacam-macam bunyi yang berasal :
a) Dari anak
(1) Bunyi jantung anak (frekuensi bunyi jantung 120-140 kali per menit)
dengan stetoskop monoral pada akhir bulan kelima. Dengan stetoskop
ultrasound (doptone) pada akhir bulan ketiga. Kalau bunyi jantung <120
kali permenit atau >160 kali permenit atau tidak teratur, maka anak
dalam asphyxia (kekurangan oksigen). Cara menghitung bunyi jantung
adalah dengan mendengarkan bunyi jantung selama 3 x 5 detik kemudian
dikalikan 4.
Misalnya :
Waktu (5 detik) Dikalikan Hasil
Dijumlahkan Interpretasi
I III V 4 Perhitungan
11 12 11 34 34 x 4 136 x/mnt Teratur, bayi normal
8. Penatalaksanaan
Untuk menghindari komplikasi wanita hamil memerlukan paling sedikitnya 4 kali
kunjungan pada periode antenatal :
a. 1 kali kunjungan pada trimester I (sebelum 14 minggu)
b. 1 kali kunjungan pada trimester II (14 – 28minggu)
c. 2 kali kunjungan pada trimester III ( 28 - 36 minggu dan sesudah minggu 36)
Kunjungan Waktu Infomasi penting
Trimester I Sebelum 14 a) Membangun hubungan saling percaya
minggu antara petugas kesehatan dengan ibu hamil
b) Mendeteksi masalah dan menanganinya
c) Melakukan tindakan pencegahan seperti
tetanus neonatus, anemia kekurangan zat
besi, penggunaan praktek tradisional yang
merugikan
d) Memulai persiapan kelahiran bayi dan
kesiapan untuk menghadapi komplikasi
e) Mendorong perilaku yang sehat (gizi,
latihan dan kebersihan, istirahat, dsb.)
Trimester II 14 – f) Sama seperti di atas , ditambah
28minggu kewaspadaan khusus mengenai pre-
eklamsia (tanya ibu tentang gejala-gejala
pre-eklamsia, pantau tekanan darah,
evaluasi edema, periksa untuk mengetahui
proteinuria)
Trimester III 28 - 36 g) Sama seperti di atas, ditambah palpasi
minggu abdominal untuk mengetahui apakah
kehamilan ganda
Trimester IV sesudah h) Sama seperti di atas, ditambah deteksi letak
minggu 36 bayi tidak normal, atau kondisi lain yang
memerlukan kelahiran di rumah sakit
9. Komplikasi
Yang sering ditemukan pada antenatal care :
a. Anemia
b. Penyakit
c. Hiperemis gravidarum
d. Perdarahan dalam kehamilan
e. Kelainan letak
f. Toxamia gravidarum (pre eklamsia, eklamsia)
g. Kegelisahan menjelang persalinan
7) Data Penunjang
• Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan USG
8) Diagnosis Medis
9) Pengobatan
3. RENCANA KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Standar Luaran Keperawatan Standar Intervensi
Indonesia (SLKI) Keperawatan Indonesia
(SLKI)
1 Risiko Defisit Nutrisi Setelah dilakukan asuhan Manajemen Gangguan
keperawatan selama Makan
Definisi: …… x …….… maka Observasi
Berisiko mengalami asupan Monitor asupan dan
Status Nutrisi Membaik
nutrisi tidak cukup untuk keluarnya makanan dan
dengan kriteria hasil:
memenuhi kebutuhan cairan serta kebutuhan
metabolism. Porsi makanan yang kalori
dihabiskan meningkat (5)
Cerebral palsy
Cleft lip
Manajemen Nutrisi
Cleft palate
Observasi
Amyotropic lateral Identifikasi status nutrisi
sclerosis Identifikasi alergi dan
Kerusakan neuromuscular intoleransi makanan
Luka bakar Identifikasi makanan yang
Kanker disukai
Infeksi Identifikasi kebutuhan
AIDS kalori dan jenis nutrient
Terapeutik
Fasilitasi menentukan
pedoman diet (mis.
Piramida makanan)
Sajikan makanan secara
menarik dan suhu yang
sesuai
Berikan makanan tinggi
serat untuk mencegah
konstipasi
Berikan makanan tinggi
kalori dan tinggi protein
Berikan suplemen
makanan, jika perlu
Edukasi
Ajarkan diet yang
diprogramkan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
medikasi sebelum makan
(mis. Pereda nyeri,
antiemetic), jika perlu
Kolaborasi dengan ahli
gizi untuk menentukan
jumlah kalori dan jenis
nutrient yang dibutuhkan,
jika perlu
Subjektif: muntah
Meningitis
Labirinitis
Uremia
Ketoasidosis diabetic
Ulkus peptikum
Penyakit esophagus
Tumor intraabdomen
Penyakit Meniere
Neuroma akustik
Tumor otak
Kanker
Glaucoma
3 Risiko Hipovolemia Setelah dilakukan asuhan Manajemen Hipovolemia
keperawatan selama
Observasi
Definisi : … x … jam diharapkan risiko
Periksa tanda dan gejala
Berisiko mengalami penurunan hipovolemia membaik dengan
hipovolemia (mis.
volume cairan intravascular, kriteria hasil :
Frekuensi nadi meningkat,
interstisial, dan/atau
nadi teraba lemah, tekanan
intraselular. Status Cairan :
darah menurun, tekanan
Kekuatan nadi meningkat
Faktor risiko : nadi menyempit, turgor
(5)
Kehilangan cairan kulit menurun, membrane
Turgor kulit meningkat (5)
secara aktif mukosa kering, volume
Output urine meningkat (5)
Gangguan absorbs urine menurun, hematocrit
Pengisian vena meningkat
cairan (5) meningkat, haus, lemah)
Usia lanjut Ortopnea menurun (5) Monitor intake dan output
Kelebihan berat badan Dyspnea menurun (5) cairan
Status hipermetabolik Paroxysmal nocturnal
Kegagalan mekanisme dyspnea (PND) menurun Terapeutik
Terapeutik
Atur interval waktu
pemantauan sesuai dengan
kondisi pasien
Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi
Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan
Informasikan hasil
pemantauan, jika perlu
4 Ansietas (D.0080) Setelah dilakukan asuhan Reduksi Ansietas
keperawatan selama
Definisi: Observasi
…… x …….… maka
Kondisi emosi dan
Identifikasi saat tingkat
pengalaman subyektif individu Tingkat Ansietas Menurun
ansietas berubah (mis.
terhadap objek yang tidak jelas
dan spesifik akibat antisipasi dengan kriteria hasil: Kondisi, waktu, stressor)
bahaya yang memungkinkan Identifikasi kemampuan
1. Verbalisasi kebingungan
individu melakukan tindakan mengambil keputusan
menurun (5)
untuk menghadapi ancaman Monitor tanda-tanda
2. Verbalisasi khawatir akibat
ansietas (verbal dan
kondisi yang dihadapi
Penyebab: nonverbal)
menurun (5)
Krisis situasional
3. Perilaku gelisah menurun Terapeutik
Kebutuhan tidak (5)
terpenuhi Ciptakan suasana
4. Perilaku tegang menurun (5)
Krisis maturasional terapeutik untuk
5. Konsentrasi membaik (5)
Ancaman terhadap konsep menumbuhkan kpercayaan
6. Pola tidur membaik (5)
diri Temani pasien untuk
Dukungan Sosial Meningkat mengurangi kecemasan,
Ancaman terhadap
dengan kriteria hasil: jika memungkinkan
kematian
Kekhawatiran mengalami 1. Kemampuan meminta Pahami situasi yang
Anoreksia kebutuhan
Observasi
Kondisi Klinis Terkait:
Penyakit kronis progresif Identifikasi penurunan
autoimun) ketidakmampuan
berkonsentrasi, atau gejala
Penyakit akut
lain yang mengganggu
Hospitalisasi kemampuan kognitif
Rencana operasi Identifikasi teknik
Kondisi diagnosis relaksasi yang pernah
penyakit belum jelas efektif digunakan
Terapeutik
Ciptakan lingkungan
tenang dan tanpa gangguan
dengan pencahayaan dan
suhu ruang nyaman, jika
memungkinkan
Berikan informasi tertulis
tentang persiapan dan
prosedur teknik relaksasi
Gunakan pakaian longgar
Gunakan nada suara
lembut dengan irama
lambat dan berirama
Gunakan relaksasi sebagai
strategi penunjang dengan
analgetik atau tindakan
medis lain, jika sesuai
Edukasi
Dukungan Emosional
Observasi
Terapeutik
Fasilitasi mengungkapkan
perasaan cemas, marah,
atau sedih
Buat pernyataan suportif
atau empati selama fase
berduka
Lakukan sentuhan untuk
memberikan dukungan
(mis. Merangkul,
menepuk-nepuk)
Tetap bersama pasien dan
pastikan keamanan selama
ansietas, jika perlu
Kurangi tuntutan berpikir
saat sakit atau lelah
Edukasi
Edukasi
Edukasi Dehidrasi
Observasi
Identifikasi kemampuan
pasien dan keluarga
menerima informasi
Terapeutik
Edukasi
Observasi
Identifikasi kemampuan
pasien dan keluarga
menerima informasi
Terapeutik
Edukasi
Anjurkan selalu
mengawasi bayi
Anjurkan tidak
meninggalkan bayi
sendirian
Anjurkan menjauhkan
benda yang berisiko,
membahayakan bayi (mis.
Kantung plastic, karet, tali,
kain, benda-benda kecil,
benda tajam, pembersih
lantai)
Anjurkan memasang
penghalang pada sisi
tempat tidur
Anjurkan menutup sumber
listrik yang terjangkau
oleh bayi
Anjurkan mengatur
perabotan rumah tangga di
rumah
Anjurkan memberikan
pembatas pada area
berisiko (mis. Dapur,
kamar mandi, kolam)
Anjurkan menggunakan
kursi dan sabuk pengaman
khususnya saat bayi
berkendara
Anjurkan penggunaan
sabuk jenganan pada
stroller (kursi dorong
bayi), kursi khusus bayi
dengan aman
Anjurkan tidak meletakkan
bayi pada tempat tidur
yang tinggi
Ketidakcukupan
Berikan air hangat
asupan cairan setelah makan
Aganglionik (mis. Jadwalkan waktu
Penyakit Hircsprung) defekasi bersama pasien
Kelemahan otot Sediakan makanan
abdomen. tinggi serat
Psikologis : Edukasi
menurun konstipasi
9 Pola Napas Tidak Efektif Setelah dilakukan intervensi Manajemen Jalan Napas
keperawatan selama ….. x ….. (I.01011)
Penyebab maka pola napas membaik Tindakan:
□ Depresi pusat pernapasan dengan kriteria hasil: Observasi:
□ Hambatan upaya napas □ Monitor pola napas
□ Defomitas dinding dada Pola napas L.01004 (frekuensi, kedalaman,
□ Defomitas tulang dada □ Dispnea menurun (5) usaha napas)
□ Gangguan neuromuskular □ Penggunaan otot bantu □ Monitor bunyi napas
□ Gangguan neurologis napas menurun (5) tambahan (mis. gurgling,
□ Imaturitas neurologis □ Pemanjangan fase mengi, wheezing, ronchi
□ Penurunan energi ekspirasi menurun (5) kering)
□ Obesitas □ Ortopnea menurun (5) □ Monitor sputum (jumlah,
□ Posisi tubuh yang □ Pernapasan cuping hidung warna, aroma)
meghambat ekspansi paru menurun (5)
□ Sindrom hipoventilasi □ Frekuensi napas membaik Terapeutik:
□ Kerusakan inervasi (5) □ Pertahankan kepatenan
diafragma □ Kedalaman napas jalan napas dengan head-
□ Cedera pada medula membaik (5) tilt dan chin-lift (jaw-thrust
spinalis jika curiga trauma servical)
□ Efek agen farmakologis □ Posisikan semi-fowler atau
□ Kecemasan fowler
□ Berikan minum hangat
Gejala dan Tanda Mayor □ Lakukan fisioterapi dada,
Subjektif jika perlu
□ Dispnea □ Lakukan penghisapan
Objektif lendiri kurang dari 15 detik
□ Penggunaan otot bantu jalan □ Lakukan hiperoksigenasi
pernapasan sebelum penghisapan
□ Fase ekspirasi memanjang endotrakeal
□ Pola napas abnormal □ Keluarkan sumbatan
benda pada dengan forsep
Gejala dan Tanda Minor McGill
Subjektif □ Berikan oksigen, jika
□ Ortopnea perlu
Objektif
□ Pernapasan pursed-lip Edukasi:
□ Pernapasan cuping hidung □ Anjurkan asupan cairan
□ Diameter thoraks anterior- 2000 ml/hari, jika tidak
posterior meningkat kontraindikasi
□ Ventilasi semenit menurun □ Ajarkan tehnik batuk
□ Kapasitas vital menurun efektif
□ Tekanan Kolaborasi:
ekspirasi menurun □ Kolaborasi pemberian
□ Tekanan bronkodilator, ekspektoran,
inspirasi menurun mukolitik, jika perlu
□ Ekskursi dada berubah.
Pemantauan Respirasi
Kondisi Klinis Terkait I.01014
□ Depresi sistem saraf Tindakan:
□ Cedera Kepala Observasi:
□ Trauma thoraks □ Monitor frekuensi, irama,
□ Gullian bare sydrome kedalam dan upaya napas
□ Mutiple sclerosis □ Monitor kemampuan batuk
□ Myasthenia gravi efektif
□ Stroke □ Monitor adanya produksi
□ Kuadriplegia sputum
□ Intosikasi alkohol □ Monitor adanya sumbatan
jalan napas
□ Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
□ Monitor pola napas
□ Monitor saturasi oksigen
□ Monitor AGD
□ Monitor x-ray thoraks
Terapeutik:
□ Atur internal pemantau
respirasi sesuai kondisi
pasien
□ Dokumentasikan hasil
pemantauan
Edukasi:
□ Jelaskan tujuan dan
prosedur pemantauan.
berat yang berlangsung kurang Frekuensi nadi (5) Identifikasi faktor yang
dari 3 bulan. memperberat nyeri dan
Kontrol Nyeri Meningkat memperingan nyeri
(L.08063) dengan kriteria hasil : Identifikasi pengetahuan
Penyebab: Melaporkan nyeri terkontrol dan keyakinan tentang
Berikan teknik
Gejala dan Tanda Mayor
nonfarmakologis untuk
Subjektif mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
Mengeluh nyeri*
akupresur, terapi music,
biofeedback, terapi pijat,
Objektif
aromaterapi, teknik
Tampak meringis
imajinasi terbimbing,
Bersikap protektif (mis.
kompres hangat/dingin,
Waspada, posisi
terapi bermain)
menghindari nyeri)
Kontrol lingkungan yang
Gelisah
memperberat rasa nyeri
Frekuensi nadi meningkat
(mis. Suhu ruangan,
Sulit tidur pencahayaan, kebisingan)
Fasilitas istirahat dan tidur
Gejala dan Tanda Minor Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
Subjektif pemilihan strategi
meredakan nyeri
Tidak tersedia
Objektif
Edukasi
Tekanan darah meningkat
Jelaskan penyebab,
Pola napas berubah
periode, dan pemicu
Nafsu makan berubah
Jelaskan strategi
Proses berpikir terganggu
meredakan nyeri
Menarik diri
Anjurkan memonitor nyeri
Berfokus pada diri sendiri
secara mandiri
Diaphoresis
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Kondisi klinis terkait
Ajarkan teknik
Kondisi pembedahan nonfarmakologis untuk
Cedera traumatis mengurangi rasa nyeri
Infeksi
Sindrom coroner akut Kolaborasi
Glaucoma
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Pemberian Analgesik
Observasi
Identifikasi karakteristik
nyeri (mis. Pencetus,
pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi,
durasi)
Identifikasi riwayat alergi
obat
Identifikasi kesesuaian
jenis analgesic (mis.
Narkotika, non narkotika,
atau NSAID) dengan
tingkat keparahan nyeri
Monitor tanda tanda vital
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
Monitor efektifitas
analgesik
Terapeutik
Kolaborasi pemberian
dosis dan jenis analgesik,
sesuai indikasi
11 Ganguan eliminasi Urine Setelah diberikan asuhan Manajemen Eliminasi Urine
keperawatan selama ….x….. (I.04152)
Difinisi
jam diharapkan gangguan Observasi
Disfungsi eliminasi urin eliminasi urine menurun dengan □ Identifikasi tanda dan
kriteria hasil : gejala retensi urine atau
Penyebab
Peningkatan sensasi berkemi inkontenensia urine
□ Penurunan kapasitas (5) □ Identifikasi faktor yang
kandung kemih Penurunan desakan kandung menyeebabkan retensi urine
kemih (5) dan inkontenesia urine
□ Iritasi kandung kemih
Penurunann distensi kandung □ Monitor eliminasi urine
□ Penurunan kemampuan kemih (5) ( frekuensi, konsistensi,
Subjektif Edukasi
(tidak tersedia)
Anjurkan BAB/BAK secara
rutin
Objektif
Anjurkan ke kamar
(tidak tersedia)
Kondisi Klinis Terkait mandi/toilet jika perlu
1. Infeksi ginjal dan Dukungan perawatan diri :
berpakaian (I.11350)
saluran kemih
Observasi
2. Hiperglikemi
Identifikasi usia dan budaya
3. Trauma
dalam membantu
berpakaian/berhias
4. Kanker
Terapeutik
5. Cedera/tumor/infeksi
Sediakan pakaian pada
medula spinalis tempat yang mudah
dijangkau
6. Neuropati diabetikum
Sediakan pakaian pribadi
sesuai kebutuhan
7. Neuropati alkoholik
Fasilitasi mengenakan
8. Stroke pakaian jika perlu
Fasilitasi berhias (mis
9. Parkinson menyisir rambut, merapikan
kumis/jenggot)
10. Skeloris multipel
Jaga privasi selama
11. Obat alpha adrenergik berpakaian
Tawarkan untuk laundry
jika perlu
Berikan pujian terhadap
kemampuan berpakaian
secara mandiri
Edukasi
Informasikan pakaian yang
tersedia untuk dipilih jika
perlu
Ajarkan mengenakan
pakaian jika perlu
4. Implementasi Keperawatan
Pada tahap ini merupakan pelaksanaan dari rencana yang telah ditetapkan. Dalam
pelaksanaannya, perawat menerapkan pengetahan, sikap dan keterampilan berdasarkan
ilmu keperawatan dan ilmu yang terkait secara terintegrasi. Implementasi merupakan
rencana tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan dari kriteria hasil yang dibuat.
5. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi merupakan tahapan terakhir dari proses keperawatan, evaluasi dapat berupa
evaluasi struktur, proses, dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif dan sumatif.
Evaluasi formatif menghasilkanumpan balik selama program berlangsung, sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan informasi efektifitas
pengambilan keputusan. Evaluasi yang dilakukan pada asuhan keperawatan
didokumentasikan dalam bentuk Subjektif, Objektif, Assesment, dan Planning (SOAP).
DAFTAR PUSTAKA
Abdul, Bari Saiffudin, ed. 2002. Buku Panduan Praktek Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustak Sarwono Prawirohardjo
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS)
dan Laporan Nasional 2013.Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Doenges, Marilynn E., 2001. Rencana Perawatan Maternal Atau Bayi. Edisi 2. Jakarta :
EGC
Mitayani. 2009, Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta : Salemba medika
Mochtar, R. 1998.Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jakarta: EGC.
Mochtar, Rusman. 2008. Sinopsis Obstetri Fisiologi dan Obstetri Patologi. Jakarta: EGC
Saifuddin,dkk.2012.Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatus.
Jakarta : EGC
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2019. Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Edisi 1.
Cetakan II. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat.
Denpasar, 01 September 2020
Mengetahui
Clinical Teacher / CT Mahasiswa
(Dra. I.D.A Ketut Surinati, S.kep., Ns., M.Kes.) Putu Ayu Mahapatni MKP
NIP: 196412311985032010 NIM: P07120320024