Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Perikardium

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 64

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S.B.M DENGAN


DIAGNOSA MEDIS EFUSI PERIKARDIUM DI RUANGAN
CEMPAKA RSUD PROF. DR.W.Z JOHANNES KUPANG

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan Pada
Program Studi D-III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang

OLEH

YULIANA MUTI
NIM: PO. 5303201181250

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY.S.B.M DENGAN


DIAGNOSA MEDIS EFUSI PERIKARDIUM DI RUANGAN
CEMPAKA RSUD PROF. DR.W.Z JOHANNES KUPANG

Karya Tulis Ilmiah ini Disusun Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk
Menyelesaikan Studi pada Program Studi Diploma III Keperawatan
dan mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
melalui Program Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL)

OLEH

YULIANA MUTI
NIM: PO. 5303201181250

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES KUPANG
BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN
SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
2019
i
ii
iii
BIODATA PENULIS

Nama : Yuliana Muti


Tempat/tanggal lahir : Abad-Numponi, 25 Juli 1963
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Haliwen
Riwayat : 1. SDK Rafau, Tahun 1978
: 2. SMPN Sadi, Tahun 1982
: 3. SPK Kupang , Tahun 1986
: 4. Dari Tahun 2018 sampai sekarang
Kuliah di Poltekes Kemenkes
Kupang jurusan keperawatan

MOTO
HIDUP ITU ADALAH PERJUANGAN

iv
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
kemurahanNya maka laporan studi kasus ini dapat di selesaikan dengan baik.
Selama proses penulisan laporan studi kasus ini penulis mendapat banyak
dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan
ini di ucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu R.H Kristina, SKM., M.Kes,. selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kupang yang telah menerima penulis untuk kuliah di Poltekes
Kemenkes Kupang .
2. Ibu Ns. Era Dorihi Kale, S.Kep., M.Kep., Sp.KMB., selaku dosen
pembimbing dan penguji II yang dengan penuh kesabaran dan ketelitian
telah membimbing penulis dengan segala totalitasnya sehingga Karya
Tulis Ilmiah ini terselesaikan dengan baik.
3. Ibu Maria Sambriong, SST., MPH., selaku dosen penguji I yang telah
meluangkan waktu untuk menguji dan memberikan masukan demi
penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.
4. Bapak Dr. Florentianus Tat, S,Kp., M.Kes., selaku ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kupang.
5. Ibu Margaretha Teli, S.Kep., Ns., MSc-PH., selaku ketua Program Studi
D III Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Kupang
berserta Staf dan tenaga kependidikan.
6. Bapak Rafael Paun, SKM., M.Kes., selaku Dosen Pembimbing
Akademik yang telah membimbing dan memotivasi penulis hingga dapat
menyelesaikan Studi Diploma III di Poltekes Kemenkes Kupang.
7. Ibu Ns. Bergita O. Hali Samon, S.Kep., selaku CI ruangan yang telah
menerima dan memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan studi
kasus di ruangan Cempaka
8. Seluruh Dosen keperawatan Poltekes Kemenkes Kupang dan seluruh
karyawan/ti atas bimbingannya selama perkuliahan
9. Pemerintah Kabupaten Belu – Kepala Dinas Kesehatan yang telah
memberikan ijin kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan.

v
10. Keluarga tercinta, suami dan anak-anak yang telah memberikan cinta dan
dukungan dalam Doa untuk penulis
11. Keluarga Ny. S. B. M. yang telah memberikan waktu dan informasi
terkait masalah kesehatan yang dialami secara benar dan tepat.
12. Untuk anak Ishak, anak Darius Mikhael, anak Oppie, Pak Widodo, Pak
James, Ma Isa ,Ma Joana, anak Adry, Kaka Evy yang mendukung dan
membantu dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan,
Oleh karena itu usul saran yang bersifat membangun untuk menyempurnakan
Karya Tulis Ilmiah ini sangat di harapkan.

Kupang , 22 Juli 2019

Penulis

vi
ABSTRAK
Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Komprehensif Pada Ny. S. B. M. Dengan
Efusi Perikardium Di Ruang Cempaka RSUD PROF. Dr. W. Z. Johannes
Kupang.

Yuliana Muti.
Efusi pericardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang
perikardium. Ini dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, local atau
idiopatik. Cairan tersebut dapat berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau
hemoperikardium. Efusi pericardium bias akut atauk ronis, dan lamanya
perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap gejala-gejala pasien. Efusi
pericardium merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit yang
disebabkan oleh infeksi, keganasan maupun trauma. Gejala yang timbul dari
keadaan efusi perikardiumt idak spesifik dan berkaitan dengan penyakit yang
mendasari terjadinya efusi perikardium. Tujuan dari penulisan dapat
mengembangkan pola piker ilmiah dalam memberikan asuhan keperawatan pada
pasien dengan Efusi Perikardial. Penulis menggunakan metode wawancara,
studi dokumentasi dengan pendekatan studi kasus, yang dilakukan di ruangan
cempaka RSUD. Prof. Dr .W. Z. Johanes Kupang. Lama studi kasus yang
dilakukan dimulai sejak tanggal 15-18 Juli 2019. Subjek pasien Efusi Perikardium
Ny. S.B.M dengan teknik wawacara, observasi, studi dokumentasi, pemeriksaan
fisik sistem tubuh Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama3 hari untuk
diagnose keperawatan ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
hiperventilasi dan kelebihan cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan
Masalah keperawatan di atas belum teratasi dan perlu perawatan lanjutan baik
dilakukan oleh perawat maupun keluarga.

Kata kunci : Efusi Perikardium menghambat pola nafas dan Kelebihan Cairan
yang abnormal

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN Halaman


HALAMAN SAMPUL DALAM
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ...................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN .............................................................................ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................ iii
BIODATA PENULIS ..................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................... v
ABSTRAK ...................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... vii
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ..................................................................... 1
1.2 Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
1.3 Manfaat Penulisan ................................................................................ 3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Dasar Penyakit ....................................................................... 4
2.1.1 Definisi .................................................................................... 4
2.1.2 Patofisiologi ............................................................................ 4
2.1.3 Etiologi ..................................................................................... 7
2.1.4 Manifestasi Klinis .................................................................... 8
2.1.5 Pemeriksaan Penunjang ........................................................... 10
2.1.6 Penatalaksanaan Medis ............................................................ 11
2.1.7 Komplikasi ............................................................................... 12
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan ............................................................ 12
2.2.1 Pengkajian ............................................................................... 12
2.2.2 Diagnosis Keperawatan ....................................................... 14
2.2.3 Perencanaan Keperawatan ....................................................... 14
2.2.4 Implementasi Keperawatan ...................................................... 18
2.2.5 Evaluasi Keperawatan .............................................................. 20

viii
BAB 3 HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
3.1 Hasil Studi Kasus................................................................................ 23
3.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian ...................................................... 23
3.1.2 Pengkajian Keperawatn .............................................................. 23
3.1.3 Analisa Data ............................................................................... 25
3.1.4 Diagnosa Keperawatan ............................................................... 26
3.1.5 Rencana Keperawatan ................................................................ 26
3.1.6 Implementasi Keperawatan ........................................................ 28
3.1.6 Evaluasi Keperawatan ................................................................ 29
3.2 Pembahasan ........................................................................................ 30
3.2.1 Pengkajian .................................................................................. 30
3.2.2 Diagnosis Keperawatan .............................................................. 31
3.2.3 Intervensi Keperawatn ................................................................ 33
3.2.4 Implementasi .............................................................................. 34
3.2.5 Evaluasi ...................................................................................... 35
3.3 Keterbatasan Studi Kasus ................................................................... 35
Bab 4 Penutup
4.1 Kesimpulan ........................................................................................... 36
4.2 Saran ..................................................................................................... 36
Daftar Pustaka ................................................................................................. 38
Lampiran

ix
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Efusi perikardium ialah penimbunan cairan abnormal dalam rongga
perikardium, yaitu di antara lapisan perikardium parietal dan visceral.Akumulasi
cairan pada efusi perikardium bisa disebabkan infeksi bakteri (tersering TB),
infeksi virus gangguan inflamasi (lupus), gagal ginjal dengan kadar darah yang
kelebihan nitrogen, post operasi jantung, pendarahan setelah tindakan
pembedahan atau cedera dan metastasis maligna ke pericardium.
Metastasis maligna ke cavum perikardium biasanya diikuti pula dengan efusi
pada cavum pleura. Keadaan ini disebut Primary Intrathoracic Malignant
Effusion (PIME). Sebagian besar proses malignansi ini biasanya berasal dari
tumor primer di paru atau payudara, tetapi ada juga tumor primer yang tidak
diketahui berasal dari organ lain Jenis malignansi yang paling sering ditemukan
yaitu adenokarsinoma. Prevalensi dan kejadian efusi perikardium yang
disebabkan oleh perikarditis bakteri terutama bakteri tuberculosis (1-2% dari
seluruh kasus TB), dan dilaporkan bahwa 0,1-21% penderita kanker yang sudah
bermetastasis disertai metastasis pada perikardium pada saat otopsi. Dalam satu
seri kasus kanker yang diotopsi didapatkan bahwa metastase perikardial
merupakan penyebab kematian langsung pada 35% kasus kanker dan penyebab
tambahan pada 50% kasus. Dengan mengetahui tahap penegakan diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat diharapkan dapat memperpanjang masa hidup dan
meningkatkan kualitas hidup penderita.
Diagnosis efusi perikardium didasarkan pada anamnesis, gejala klinik dan
pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis keluhan berupa sesak nafas, nyeri dada,
terkadang demam, dan bengkak.

1
Sedangkan gejala klinik efusi perikardium tergantung dari jumlah cairan dan
kecepatan penimbunan cairan dalam kavum perikardium. Penderita efusi
perikardial tanpa tamponade sering asimtomatik.

Kurang dari 30% penderita menunjukkan gejala seperti nyeri dada, napas
pendek, ortopnea atau disfagia. Pada pemeriksaan fisik tampak vena leher
terbendung, suara jantung terdengar jauh, tekanan nadi mengecil dan takikardia.
Pada pemeriksaan penunjang, pada EKG didapatkan: elevasi ST difusi (konkaf ),
depresi PR, gelombang T terbalik; 4 stadium yang berkembang dalam hitungan
jam hingga minggu; voltase rendah dan perubahan elektris mungkin terlihat pada
efusi yang terjadi luas. Pemeriksaan CPK-MB atau troponin dapat meningkat
apabila mioperikarditis. Foto rontgen toraks: jika muncul efusi, akan tampak
kardiomegali atau jantung “seperti botol air” (>250 cc cairan); tanda seperti
“biskuit Oreo”(rediolusen antara jantung dengan perikardium anterior pada foto
toraks posisi lateral). Dan pada pemeriksaan ekokardiogram : mungkin normal
atau terlihat efusi pericardium terpisah (fibrin atau tumor). Tindakan diagnostik
selanjutnya dapat dilakukan perikardiosentesis dan dilakukan pemeriksaan hitung
sel, protein total (TP), LDH, glukosa, pewarnaan gram, kultur, sitologi
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk menerapkan
Asuhan Keperawatan Pada Pasien Efusi Pericardium sesuai dengan konsep dan
teori yang didapatkan selama proses pendidikan.
1.2.2 Tujuan khusus
Setelah melakukan penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis diharapkan
mampu :
1. Melakukan pengkajian data pada pasien yang menderita penyakit Efusi
Pericardium baik melalui wawancara, observasi, dan pemeriksaanfisik.
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien Efusi Perikardium

2
3. Membuat rencana tindakan keperawatan pada pasien dengan Efusi
Perikardium.
4. Melaksanakan implementasi keperawatan pada pasien dengan Efusi
Perikardium.
5. Mengevaluasi atas tindakan keperawatan yang telah dilakukan pada
pasien Efusi Perikardium.
6. Mendokumentasi semua hasil pengkajian, analisa data, perumusan
diagnosa, rencana tindakan, tindakan yang telah dilakukan, serta
evaluasitindakan.
1.3 Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
Dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman
dalam memberikan asuhan keperawatan serta mengaplikasikan ilmu
yang diperoleh selama pendidikan.
2. Bagi bInstitusi Pendidikan
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan serta dapat digunakan
sebagai sumber bacaan bagi mahasiswa di Poltekkes Kemenkes Kupang
Jurusan Keperawatan
3. Bagi Lahan praktik
Dapat menjadi bahan masukan bagi perawat di Rumah Sakit untuk
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan yang tepat pada pasien
EfusiPerikardium

3
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Efusi Perikardium


2.1.1 Defenisi
Efusi perikardium adalah penumpukan cairan abnormal dalam ruang
perikardium.Ini dapat disebabkan oleh berbagai kelainan sistemik, lokal atau
idiopatik.Cairan tersebut dapat berupa transudat, eksudat, pioperikardium, atau
hemoperikardium.Efusi perikardium bisa akut atau kronis, dan lamanya
perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap gejala-gejala pasien.
Efusi perikardium merupakan hasil perjalanan klinis dari suatu penyakit
yang disebabkan oleh infeksi, keganasan maupun trauma.Gejala yang timbul dari
keadaan efusi perikardium tidak spesifik dan berkaitan dengan penyakit yang
mendasari terjadinya efusi perikardium.
Perikardium terdiri dari 2 lapisan yaitu lapisan dalam atau lapisan serosa
dan lapisan luar atau fibrosa.Bentuk lapisan fibrosa perikardium seperti botol dan
berdekatan dengan diafragma, sternum dan kartílago kosta.Lapisan serosa lebih
tipis dan berdekatan dengan permukaan jantung.Perikardium berfungsi sebagai
barier proteksi dari infeksi atau inflamasi organ-organ sekitarnya.
Jumlah normal cairan perikardium 15-50 ml, disekresi oleh sel
mesotelial.Akumulasi abnormal cairan dalam ruangan perikardium dapat
menimbulkan efusi perikardium.Selanjutnya akumulasi tersebut dapat
menyebabkan peningkatan tekanan perikardium, penurunan cardiac output dan
hipotensi (tamponade jantung). Akumulasi cairan yang sangat cepat akan
mempengaruhi hemodinamik.
2.1.2 Patofisiologi
Pada kasus efusi perikardial metastasis perikardial multipel lebih sering
dijumpai pada perikardium parietalis dibandingkan dengan perikardium
viseralis.Tumor ini secara langsung dapat mensekresi cairan (eksudat), tetapi
dapat juga menghalangi aliran limfe. Adanya tumor, timbunan cairan serta
penebalan perikardium akan mengganggu gerak jantung. Penimbunan cairan akan

4
mengganggu pengisian diastolik ventrikel kanan sehingga menurunkan isi
sekuncup (stroke volume).
Hal ini diimbangi oleh mekanisme kompensasi berupa takikardia dan
peningkatan kontraksi miokardium. Tetapi jika mekanisme kompensasi ini
dilewati, curah jantung (cardiac output) menurun maka akan terjadi gagal jantung,
syok tergantung dari kecepatan pembentukan cairan dan distensibilitas
perikardium.
Perikardium dapat terinfeksi mikobakterium TB secara hematogen,
limfogen ataupun penyebaran langsung Perikarditis TB sering terjadi tanpa TB
paru maupun TB di luar paru lain. Penyebaran tersering karena infeksi di nodus
mediastinum, secara langsung masuk ke perikardium, terutama di sekitar
percabangan trakeobronkial.. Protein antigen mikobakterium TB menginduksi
delayed hypersensitive response dan merangsang limfosit untuk mengeluarkan
limfokin yang mengaktifasi makrofag dan mempengaruhi pembentukan
granuloma.
Terdapat 4 stadium evolusi perikarditis TB:
1. Stadium fibrinosa: terjadi deposit fibrin luas bersamaan dengan reaksi
granuloma. Stadium ini sering tidak menimbulkan gejala klinis sehingga
tidak terdiagnosis.
2. Stadium efusi : terbentuk efusi dalam kantong perikardium. Reaksi
hipersensitif terhadap tuberkuloprotein, gangguan resorbsi dan cedera
vaskuler dipercaya dapat membentuk efusi perikardium. Permukaan
perikardium menjadi tebal dan berwarna abu-abu tampak seperti bulu-
bulu kusut yang menunjukkan eksudasi fibrin. Efusi dapat berkembang
melalui beberapa fase yaitu: serosa, serosanguinous, keruh atau darah.
Reaksi seluler awal cairan tersebut mengandung sel polimorfonuklear
(PMN). Jumlah total sel berkisar 500-10000/ mm3. Terjadi perubahan
kimiawi yang ditandai dengan penurunan glukosa dan peningkatan
protein. Pada stadium ini dapat terjadi efusi masif sebanyak 4 L.
3. Absorpsi efusi dengan terbentuknya granuloma perkijuan dan penebalan
perikardium. Pada stadium ini terbentuk fibrin dan kolagen yang

5
menimbulkan fibrosis perikardium. Penebalan perikardium parietal,
konstriksi miokardium akan membatasi ruang gerak jantung dan ada
deposit kalsium di perikardium. Pada kasus ini sudah terjadi penebalan
perkardium parietal dan konstriksi miokardium.
4. Bila volume cairan melebihi "penuh" di tingkat perikardium itu, efusi
perikardial mengakibatkan tekanan pada jantung dan terjadi Cardiac
Tamponade (tamponade jantung) yaitu terjadinya kompresi jantung
akibat darah atau cairan menumpuk di ruang antara miokardium (otot
jantung) dan perikardium (kantung jantung). Kompresi tersebut
menyebabkan fungsi jantung menurun. Tamponade jantung yang
merupakan kompresi jantung yang cepat atau lambat, akibat akumulasi
cairan, pus, darah, bekuan atau gas di perikardium; menyebabkan
peningkatan tekanan intraperikardial yang sangat mengancam jiwa dan
fatal jika tidak terdeteksi. Insidens tamponade jantung di Amerika
Serikat adalah 2 kasus per 10.000 populasi. Lebih sering pada anak laki-
laki (7:3) sedangkan pada dewasa tidak ada perbedaan bermakna (laki-
laki : perempuan - 1,25:1).7 Morbiditas dan mortalitas sangat tergantung
dari kecepatan diagnosis, penatalaksanaan yang tepat dan penyebab.

Pembagian tamponade jantung berdasarkan etiologi dan progresifitas :


1) Acute surgical tamponade: antegrade aortic dissection, iatrogenic dan
trauma tembus kardiak.
2) Medical tamponade: efusi perikardial akibat perikarditis akut, perikarditis
karena keganasan atau gagal ginjal.
3) Low-pressure tamponade: terdapat pada dehidrasi berat.
Pada tamponade jantung terjadi penurunan pengisian darah saat diastolik
karena otot jantung tidak mampu melawan peningkatan tekanan
intraperikardial.
Terdapat 3 fase perubahan hemodinamik :
a. Fase 1: Peningkatan cairan perikardial meningkatkan tekanan pengisian
ventrikel. Pada fase ini tekanan ventrikel kanan dan kiri tetap lebih tinggi

6
daripada tekanan intraperikardial.
b. Fase 2: Peningkatan tekanan intraperikardial melebihi tekanan pengisian
ventrikel kanan, sehingga curah jantung turun.
c. Fase 3: Tercapai keseimbangan antara peningkatan tekanan
intraperikardial dengan tekanan ventrikel kiri sehingga terjadi gangguan
curah jantung yang berat.

2.1.3 Etiologi
Penyebab terjadinya efusi perikardium antara lain:

1. Inflamasi dari pericardium (pericarditis) adalah sebagai suatu respon dari


penyakit, injury atau gangguan inflamasi lain pada pericardium. Pericarditis
dapat mengenai lapisan visceral maupun parietal perikardium dengan
eksudasi fibrinosa. Jumlah efusi perikardium dapat bervariasi tetapi biasanya
tidak banyak, bisa keruh tetapi tidak pernah purulen. Bila berlangsung lama
maka dapat menyebabkan adhesi perikardium visceral dan parietal.
2. Penyebab spesifik dari efusi pericardial adalah :
1) Infeksi dari Virus, bakterial, jamur dan parasit
2) Inflamasi dari perikardium yg idiopatik
3) Inflamasi dari pericardium akibat operasi jantung dan heart attack
(Dressler's syndrome)
4) Gangguan Autoimmune, seperti rheumatoid arthritis atau lupus
5) Produksi sampah dari darah akibat gagal ginjal (uremia)
6) Hypothyroidism
7) HIV/AIDS
8) Penyebaran kanker (metastasis), khususnya kanker paru, kanker
payudara, leukemia, non-Hodgkin's lymphoma atau penyakit Hodgkin's
9) Kanker dari pericardium yang berasal dari jantung
10) Therapy radiasi untuk kanker .
11) Tindakan Chemotherapy untuk kanker
12) Trauma atau luka tusuk didekat jantung

7
13) Obat-obat tertentu seperti obat high blood pressure; isoniazid, phenytoin
(Dilantin, Phenytek, others), obat kejang epileptic
Penyebab tersering efusi perikardium pada keganasan ialah kanker paru dan
payudara (25-35%). Penyebab lainnya ialah : limfoma, kanker saluran cerna, dan
melanoma. Tumor primer perikardium seperti mesotelioma atau
rhabdomiosarkoma jarang sebagai penyebab efusi perikardial. Perluasan
langsung keganasan disekirat jantung seperti kanker esofagus dan paru dapat juga
menyebabkan efusi perikardial. Perikarditis pasca radisi pada penderita kanker
dapat menimbulkan efusi perikardial yang dapat timbul setelah beberapa minggu
sampai 12 bulan.

2.1.4 Manifestasi Klinis

Banyak pasien dengan efusi perikardial tidak menunjukkan gejala. Kondisi


ini sering ditemukan ketika pasien melakukan foto dada x-ray atau
echocardiogram untuk mendiagnosa penyakit lain. Awalnya, pericardium dapat
meregang untuk menampung kelebihan cairan. Oleh karena itu, tanda dan gejala
terjadinya penyakit mungkin akan terjadi ketika sejumlah besar cairan telah
terkumpul.

Jika gejala muncul, maka kemungkinan akan terdeteksi dari kelainan organ
di sekitarnya, seperti paru-paru, lambung atau saraf frenik (saraf yang terhubung
ke diafragma). Gejala juga dapat terjadi karena gagal jantung diastolik (gagal
jantung yang terjadi karena jantung tidak dapat berdetak normal seperti biasanya
pada setiap gerakan karena kompresi ditambahkan). Biasanya gejala yang timbul
pada efusi perikardial yaitu :

1. Dada seperti ditekan dan terasa sakit


2. Sesak Napas
3. Terasa mual
4. Perut terasa penuh dan kesulitan menelan Sedangkan gejala efusi
perikardial yang menyebabkan tamponade jantung yaitu :
1) Kebiruan pada bibir dan kulit

8
2) Penderita mengalami syok
3) Perubahan Status mental
Gejala klinik tergantung dari jumlah cairan dan kecepatan penimbunan
cairan dalam kavum perikardium. Penderita efusi perikardial tanpa tamponade
sering asimtomatik. Kurang dari 30% penderita menunjukkan gejala seperti nyeri
dada, napas pendek, ortopnea atau disfagia. Pada pemeriksaan fisik tampak vena
leher terbendung, suara jantung terdengar jauh, tekanan nadi mengecil dan
takikardia. Tamponade jantung memberikan gejala : gelisah, sesak napas hebat
pada posisi tegak dan sesak nafas agak berkurang jika penderita membungkuk
kedepan, takikardia, tekanan nadi menyempit, pulsus paradoksus (tekanan sistolik
turun lebih dari 10 mmHg pada inspirasi), hipotensi sampai syok. Batas jantung
melebar, suarajantung terdengar jauh, terdengar gesekan perikardial, serta vena
leher melebar dan berdenyut.

Gejala klinik tamponade jantung sangat dipengaruhi oleh kecepatan


akumulasi cairan perikardium. Akumulasi lambat memberi kesempatan
kompensasi jantung yang lebih baik yaitu: takikardi, peningkatan resistensi
vaskuler perifer dalam beberapa hari atau beberapa minggu. Tetapi akumulasi
yang cepat akan menimbulkan peregangan perikardium yang tidak adekuat dan
berakibat fatal dalam beberapa menit.

Pemeriksaan fisis tamponade jantung :

1. Trias Beck meliputi hipotensi, peningkatan JVP dan suara jantung


melemah.
2. Pulsus paradoksus: penurunan tekanan sistolik lebih dari 12 mm Hg
pada saat inspirasi.
3. Kussmaul sign: penurunan tekanan dan distensi JVP yang sebelumnya
meningkat saat inspirasi.
4. Tanda Ewart : gambaran redup di daerah di bawah skapula kiri ; terjadi
pada efusi perikardial luas.

9
2.1.5. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan pada Efusi Perikardial


diantaranya sebagai berikut :

1. Foto Thorak : dilakukan untuk melihat adanya pembesaran jantung yang


biasanya akan berbentuk globuler. Gambaran jantung seperti ini baru tampak
jika cairan lebih dari 250 ml serta sering juga dijumpai efusi pleura.
2. Echocardiography : merupakan pemeriksaan noninfasif yang palig akurat,
disini akan tampak akumulasi cairan di dalam kantung perikardium. Kadang-
kadang tampak juga adanya metastase pada dinding perikardium.
3. Perikardiosintesis : sebaiknya memakai tuntunan ekokardiografi sehingga
lebih aman. Sekitar 50% cairan aspirat bersifat hemoragik dan 10%
serosanguinus. Pada cairan ini dilakukan pemeriksaan kultur, hitung sel dan
sitologi. Pemeriksaan sitologi cukup sensitif dengan kemempuan diagnostik
sekitar 80%, tetapi hasil negatif palsu sering terjadi pada limfoma maligna
dan mesotelioma. Dalam keadaan demikian dilakukan biopsi perikardium.
4. CT-Scan : dilakukan untuk menentukan komposisi cairan dan dapat me
ndeteksidikitnya 50 ml cairan dan dapat mendeteksi adanya klasiifikasi.
5. MRI : dilakukan untuk mendeteksi sedikitnya 30 ml cairan perikardial, dapat
mendeteksi adanya hemoragik atau tindak. Nodularity/penyimpangan dari
perikardium yang dilihat pada MRI mungkin merupakan indikasi dari efusi
gas.
6. Pemerikasaan laboratorium
a. Pemeriksaan Biokimia
Secara biokimia effusi pleura terbagi atas transudat dan eksudat
b. Analisa cairan pleura
- Transudat : jernih, kekuningan
- Eksudat : kuning, kuning-kehijauan
- Hilothorax : putih seperti susu
- Empiema : kental dan keruh
- Empiema anaerob : berbau busuk

10
- Mesotelioma : sangat kental dan berdarah
c. Perhitungan sel dan sitologi
7. Pemeriksaan lain : katerisasi jarang di perlukan. Disini dijumpai tekanan
diastolik dalam atrium kanan, ventrikel kanan dan arteri pulmonalis hampir
sama.
2.1.6. Penatalaksanaan Medis

Apabila fungsi jantung sangat terganggu, maka perlu dilakukan aspirasi


pericardial (tusukan pada kantung perikardium) untuk mengambil cairan dari
kantung perikardium.Tujuan utamanya adalah mencegah Tamponade jantung
yang dapat menghambat kerja jantung normal.Selama prosedur, pasien harus
dipantau dengan EKG dan pengukuran tekanan hemodinamika. Peralatan
resusitasi darurat juga harus tersedia. Kepala tempat tidur dinaikkan 45-60 derajat,
agar jantung lebih dekat dengan dinding dada sehingga jarum dapat dimasukkan
dengan mudah.
Jarum aspirasi perikardium dipasang pada spuit 50 ml, melalui three-way
stop cock.Lead V (kawat lead perkordial) EKG dihubungkan ke ujung jarum
menghisap dengan perekat aligator, karena EKG dapat membantu menentukan
apakah jarum telah menyentuh perikardium. Bila terjadi tusukan, maka akan
terjadi elevasi segmen ST atau stimulasi kontraksi ventrikel prematur.
Ada berbagi tempat yang mungkin digunakan untuk aspirasi perikardium.
Jarum bisa dimasukkan pada sudut antara batas costa kiri dan sifoid, dekat apeks
jantung, antara rongga kelima dan keenam batas sternum, atau pada batas kanan
sternum pada rongga interkostal keempat. Jarum dimasukkan perlahan hingga
memperoleh cairan.
Bila terjadi penurunan tekanan vena sentral dengan disertai peningkatan
tekanan darah ini menunjukkan tamponade jantungnya sudah hilang. Pasien
biasanya kemungkinan merasa lebih nyaman. Bila cairan dalam perikardium
cukup banyak, maka perlu dipasang kateter untuk mengalirkan perdarahan
ataupun efusi yang kambuh.
Selama prosedur ini dilakukan, perhatikan adanya darah dalam cairan yang

11
keluar. Darah perikardium tidak akan membeku dengan cepat, sementara darah
yang tidak sengaja terhisap dari bilik jantung akan segera membeku. Cairan
perikardium kemudaian akan dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan tumor,
kultur bakteri, analisa kimia dan serologis serta hitungan jenis sel.
2.1.7 Komplikasi
Komplikasi yang paling sering terjadi pada Efusi Perikardium adalah
Tamponade jantung yaitu situasi yang disebapkan oleh akumulasi cairan dalam
ruang perikardial, sehingga kompromi hemodinamik ventrikel berkurang mengisi
dan berikutnya. Tamponade jantung adalah keadaan darurat medis. Keseluruhan
risiko kematian tergantung pada kecepatan diagnosis, pengobatan disediakan, dan
penyebab yang mendasari tamponade ini.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
1. Keluhan utama : pasien biasanya akan mengeluhkan cepat lelah dalam
beraktifitas karenaadanya pembesaran jantung akibat penambahan
volume cairan perikardium yang dapat menghambat kerja jantung
nomal.
2. Riwayat penyakit sekarang : menanyakan riwayat penyakit yang
diderita pasien saat itu,selain dari keluhan yang diungkapkan pasien.
3. Riwayat penyakit dahulu : menanyakan riwayat penyakit apa saja yang
pernah dialami pasien sebelum mengalami penyakit yang diderita saat
ini.
4. Riwayat penyakit keluarga : menanyakan riwayat penyakit yang pernah
dialami anggotakeluarga yang lain yang mungkin dapat berupa penyakit
herediter ataupu menular.
5. Pengkajian pola aktivitas istirahat : pasien biasanya akan mengalami
kelemahan dankelelahan yang ditandai dengan takikardi, Tekanan
Darah menurun, dan dispnea saat beraktifitas.
6. Pengkajian pola sirkulasi : pasien biasanya memiliki riwayat Penyakit
Jantung Koroner, CaParu dan Ca Mamae yang ditandai dengan

12
takikardi, disritmia, dan edema.
7. Pengkajian pola eliminasi : pasien biasanya memiliki riwayat penyakit
ginjal dan penurunan frekuensi urin yang ditandai dengan urin tampak
pekat dan gelap.
8. Pengkajian pola pernapasan : pasien biasanya akan mengalami napas
pendek yang terjadi biasanya pada malam hari ditandai dengan dispnea
nocturnal, takipnea, dan pernapasan dangkal.
9. Pengkajian pola kenyamanan : pasien biasanya akan mengeluh nyeri
pada dada (sedang sampai berat), diperberat oleh inspirasi, gerakan
menelan, berbaring : hilang dengan duduk,bersandar kedepan
(perikarditis). Nyeri dada/punggung/sendi (endokarditis).
10. Pemeriksaan fisik
Head to Toe
a. Kepala dan wajah : pucat, bibir sianosis.
b. Leher : peninggian vena jugularis.
c. Dada : ada jejas trauma tajam dan tumpul di daerah dada, tanda
kusmaul, takipnea,bunyi jantung melemah / redup dan pekak
jantung melebar
d. Abdomen dan pinggang : tidak ada tanda dan gejala.
e. Pelvis dan Perineum : tidak ada tanda dan gejala.
f. Ekstrimitas : pucat, kulit dingin, jari tangan dan kaki sianosis
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan Echocardiografi pada Efusi Perikardial
menunjukkan :
a. Kolaps diastole pada atrium kanan
b. Kolaps diastole pada ventrikel kanan
c. Kolaps pada atrium kiri. Peningkatan pemasukan abnormal pada
aliran katup trikuspidalis dan terjadi penurunan pemasukan dari
aliran katup mitral > 15 %
d. Peningkatan pemasukan abnormal pada ventrikel kanan dengan
penurunan pemasukan dari ventrikel kiri

13
e. Penurunan pemasukan dari katup mitral.
f. Pseudo hipertropi dari ventrikel kiri
2.2.2 Diagnosis Keperawatan
1. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi ditandai
dengan takipnea pernafasan bibir, penggunaanj posisi tiga titik, cuping
hidung.
2. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan disfungsi
neuromuskular ditandai dengan perubahan frekuensi
nafas,sianosis,gelisah, kesulitan berbicara.
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi
jantung ditandai dengan takikardia, palpitasi jantung, perubahan
elektrokardiogram (EKG).
4. Nyeri kronis berhubungan dengan gangguan iskemik ditandai dengan
diaphoresis, ekspresi wajah nyeri, mengekspresikan perilaku, perilaku
distraksi, perubahan pada parameter fisiologis, perubahan posisi untuk
menghindari nyeri.
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan ditandai dengan
pasien tampak dibantu saat melakukan aktifitas seperti mandi,toileting,
berpakaian dan berpindah.

2.2.3 Perencanaan Keperawatan


Diagnosis keperawatan 1 Definisi : Inspirasi dan / atau ekspirasi yang tidak
memberi ventilasi.Batasan karakteristik: 1).Perubahan kedalaman pernafasan,
2).Perubahan ekskursi dada, 3).Penurunan tekanan ekspirasi, 4).Pernafasan bibir,
5).Fase ekspirasi memanjang, 6).Penurunan ventilasi per menit, 7). Penggunaan
otot aksesorius untuk bernafas, 8). Bradipneu Dispneu Ortopneu, 9). Takipneu
Mengambil posisi tiga titik, 10). Peningkatan diameter anterior –posterior. Faktor
yang berhubungan :1). Ansietas, 2). Posisi tubuh, 3). Deformitas tulang, 4).
Keletihan, 5). Hiperventilasi, 6). Sindrom hipoventilasi, 7). Gangguan, 8).
Kerusakan neurologis, 9). Disfungsi neuromuscular, 10). Obesitas, 11). Nyeri,
12). Keletihan otot pernafasan cedera medulla spinalis: Setelah dilakukan

14
tindakan perawatan selama 1 X 24 jam pola nafas klien efektif dengan kriteria :1).
Respiratory status Ventilation, 2). Respiratory status : airway patency, 3). Vital
sign status Kriteria hasil : 1). Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas
yang bersih ,tidak ada sianosis dan dispneu (mampu bernafas dengan mudah),
Tidak adapursed lips, 2). Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa
tercekik , irama nafas dan frekuensi nafas dalam rentang normal, tidak ada suara
nafas abnormal, 3). Tanda-tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,
pernafasan ). Nursing Intervention Classification : Airway manajemen ( 3140) :
1). Buka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu, 2).
Posisikan klien untuk memaksimalkan ventilasi, 3). Identifikasi perlunya
pemasangan jalan napas buatan, 4). Pasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi
dada bila perlu, 5). Keluarkan sekret dengan batuk atau Suction, 6). Auskultasi
suara napas , catat adanya suara tambahan, 7). Kolaborasi pemberian
bronkodilator bila perlu, 8). Monitor respirasi dan status oksigen, 9).Dorong
pasien melakukan nafas dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-3 kali. Terapi
Oksigen : 1).bersihkan mulut, hidung dan secret trachea / tenggorokan,
2).Pertahankan patensi jalan nafas, 3). Atur peralatan oksigen, 4). Monitor aliran
oksigen, 5). Pertahankan posisi pasien, 6). Observasi tanda kekurangan oksigen
:gelisah, sianosis dll, 7). Vital Sign Monitor TD,nadi,suhu , RR Catat adanya
fluktuasi tekanan darah. 8). Monitor frekuensi dan irama.
Definisi :Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstrukksi dari
saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan jalan nafas. Batasan
karakteristik :1).Dispneu, 2). Orthopneu, 3). Sianosis, 4). Kesulitan berbicara, 5).
Tidak ada batuk, 6). Mata terbuka lebar, 7). Suara nafas tambahan, 8). Gelisah, 9).
Perubahan frekuensi, 10). Perubahan irama napas, 11). Penurunan bunyi nafas,
12). Sputum dalam jumlah yang berlebihan, 13).Batuk yang tidak efektif. Faktor-
faktor yang berhubungan: 1)Lingkungan : -).Perokok pasif, -). Mengisap asap, -).
Merokok. 2). Obstruksi jalan nafas : -).Spasme jalan nafas, -). Mokus dlm jumlah
berlebihan, -). Eksudat dlm jalan alveoli, -). Materi asing dlm jalan napas -).
Adanya jalan napas buatan, -).Sekresi bertahan, -). Sekresi dalam bronki. 3).
Fisiologis : -).Jalan napas alergik, -). Asma, -). Penyakit paru, -). obstruktif

15
kronik, -). Hiperplasi dinding bronkial, -). Infeksi, -). Disfungsi neuromuskular.
Nursing Outcome Classification : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
3 x 24 jam jalan napas klien efektif, dengan kriteria : 1). Respiatory status :
ventilation, 2). Respiratory status : Airway patency Kriteria hasil : 1).
Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih ,tidak ada sianosis
dan dispneu (mampu bernafas dengan mudah), Tidak ada pursed lips, 2).
Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik , irama nafas
dan frekuensi nafas dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal mampu
mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat jalan nafas
Perencanaan keperawatan 2 Definisi :Ketidakmampuan untuk membersihkan
sekresi atau obstrukksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kebersihan
jalan nafas. Batasan karakteristik :Dispneu Orthopneu Sianosis Kesulitan
berbicara Tidak ada batuk, (1), Mata terbuka lebar (2), Suara nafas tambahan (4),
Gelisah (5),Perubahan frekuensi (6), Perubahan irama napas (7),Penurunan bunyi
nafas (8), Sputum dalam jumlah yang berlebihan (9),Batuk yang tidak efektif
Faktor-faktor yangberhubungan, (1), Lingkungan (2), Perokok pasif (3),Mengisap
asap (4),Merokok. Obstruksi jalannafas : (1), Spasme jalan nafas, (2), Mokus dlm
jumlah berlebihan, (3),Eksudat dlm jalan alveoli (4),Materi asing dlm jalan napas
(5), Adanya jalan napas buatan (6), Sekresi bertahan (7), Sekresi dlm
bronki.Fisiologis (1), Jalan napas alergik (2), Asma (3),Penyakit paru obstruktif
kronik (4), Hiperplasi dinding, (5), bronkial (6), Infeksi (7), Disfungsi (8),
neuromuskular. NOC,Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jamjalan napas klien efektif, dengan kriteria : (1), Respiatory status : ventilation
(2), Respiratory status : Airway patency Kriteria hasil : (1), Mendemonstrasikan
batuk efektif dan suara nafas yang bersih ,tidak ada sianosis dan dispneu (mampu
bernafas dengan mudah), Tidak ada pursed lips (2), Menunjukkan jalan nafas
yang paten (klien tidak merasa tercekik , irama nafas dan frekuensi nafas dalam
rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal (3), Mampu mengidentifikasikan
dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas. NIC, Airway
Suctioning, (1), pastikan kebutuhan tracheal suctioning (2), Auskultasi suara
napas sebelum dan sesudah suctioning (3), Informasikan pada klien dan keluarga

16
tentang suctioning (4), Meminta klien napas dalam sebelum suction dilakukan (5),
Berikan oksigen dengan kanul nasal untuk memfasilitasi suctioning sotrakheal
(6), Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan (7), Anjurkan klien napas
dalam dan istirahat setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakheal (8), Monitor
status oksigen pasien (9), Hentikan suction apabila klien me-nunjukkan
bradikardi, peningkatan saturasi oksigen Airway manajemen(1), Buka jalan napas,
gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu (2), Posisikan klien untuk
memaksimalkan ventilasi (3), Identifikasi pasien perlunya pema-sangan jalan
napas buatan (4), Pasang mayo bila perlu (5), Lakukan fisioterapi dada bila perlu
(6), Keluarkan secret dengan batuk atau suction (7), Auskultasi suara napas, catat
adanya suara nafas tambahan (8), Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu
(9) Monitor respirasi dan status oksigen
Perencanaan keperawatan 3 Definisi :Ketidakadekuatan darah yang dipompa
oleh jantung untuk memenuhi kebutuhan metabolic tubuh Batasan
Karakteristik(1), Perubahan Frekuensi / Irama jantung(2),Perubahan Preload
(3),Perubahan afterload Faktor yang berhubungan : (1), Perubahan afterload
(2), Perubahan kontraktilitas (3), Perubahan frekuensi jantung (4), Perubahan
preload (5), Perubahan irama (6), Perubahan volume sekuncup. NOC, Cardiac
Pump effectiveness Circulation Status Vital Sign Status Kriteria Hasil:(1), Tanda
Vital dalam rentang normal(Tekanan darah, Nadi,respirasi) (2), Dapat
mentoleransi aktivitas, tidak ada kelelahan (3), Tidak ada edema paru, perifer, dan
tidak ada asites (4), Tidak ada penurunan kesadaran. NIC Cardiac Care.Evaluasi
adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi, durasi) (1),Catat adanya disritmia jantung
(2),Catat adanya tanda dan gejala penurunan cardiac output (3), Monitor status
kardiovaskuler (4), Monitor status pernafasan yang menandakan gagal jantung
(5), Monitor abdomen sebagai indicator penurunan perfusi (6), Monitor balance
cairan (7), Monitor adanya perubahan tekanan darah (8), Monitor respon pasien
terhadap efek pengobatan antiaritmia (9), Atur periode latihan dan istirahat untuk
menghindari kelelahan (10), Monitor toleransi aktivitas pasien (11), Monitor
adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan ortopneu (12), Anjurkan untuk
menurunkan stres Vital Sign Monitoring (1), Monitor TD, nadi, suhu, dan RR (2),

17
Catat adanya fluktuasi tekanan darah (3), Monitor VS saat pasien berbaring,
duduk, atau berdiri (4), Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan (5),
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas (6), Monitor
kualitas dari nadi (7), Monitor adanya pulsus paradoksus (8), Monitor adanya
pulsus alterans (9), Monitor jumlah dan irama jantung (10), Monitor bunyi
jantung (11), Monitor frekuensi dan irama pernapasan (12), Monitor suara paru
(13), Monitor pola pernapasan abnormal (14), Monitor suhu, warna, dan
kelembaban kulit (15), Monitor sianosis perifer (16), Monitor adanya cushing
triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)Identifikasi
penyebab dari perubahan vital sign

2.2.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Diagnosis keperawatan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan


hiperventilasi, hari senin 15 juli 2019 jam 07.15 Membuka jalan napas, dengan
menggunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu (1), Memposisikan klien
untuk memaksimalkan ventilasi (2), Mengidentifikasikan perlunya pemasangan
jalan napas buatan (3), Memasang mayo bila perlu Lakukan fisioterapi dada bila
perlu (4), Mengeluarkan sekret dengan batuk atau Suction (5), Auskultasi suara
napas , catat adanya suara tambahan (6), Mengkolaborasikan pemberian
bronkodilator bila perlu. Jam 09.15 (7), Memonitor respirasi dan status oksigen
(8), Mendorong pasien melakukan nafas dalam, ditahan 2 detik lalu batuk 2-3
kali Terapi Oksigen (1), bersihkan mulut, hidung dan secret trachea /
tenggorokan (2), Pertahankan patensi jalan nafas (3), Atur peralatan
oksigenMonitor aliran oksigen (4), Pertahankan posisi pasien (5), Observasi tanda
kekurangan oksigen :geli-sah, sianosis dll (7), Vital Sign Monitor TD,nadi,suhu ,
RR Catat adanya fluktuasi tekanan darah (8), Monitor frekuensi dan irama
Diagnosis Keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan disfungsi neuromuscular, hari selasa, 16 juli 2019 Airway Suctioning (1),
Memastikan kebutuhan tracheal suctioning (2), Auskultasi suara napas sebelum
dan sesudah suctioning (3), Menginformasikan pada klien dan keluarga tentang

18
suctioning (4), Meminta klien napas dalam sebelum suction dilakukan (5),
Memberikan oksigen dengan kanul nasal untuk memfasilitasi suctioning
sotrakheal (6), Menggunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan (7),
Mengnjurkan klien napas dalam dan istirahat setelah kateter dikeluarkan dari
nasotrakheal (8), Memonitor status oksigen pasien (9), Menghentikan suction
apabila klien me-nunjukkan bradikardi, peningkatan saturasi O2 Airway
manajemen (1), Membuka jalan napas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust
bila perlu (2), Memposisikan klien untuk memaksi-malkan ventilasi (3),
Mengidentifikasi pasien perlunya pema-sangan jalan napas buatan (4), Memasang
mayo bila perlu (5), Melakukan fisioterapi dada bila perlu (6), Keluarkan secret
dengan batuk atau suction (7), Auskultasi suara napas catat adanya suara nafas
tambahan (8), Kolaborasi pemberian bronkodilator bila perlu (9), Memonitor
respirasi dan status oksigen

Diagnosis Keperawatan Penurunan curah jantung berhubungan dengan


perubahan frekuensi jantung, Evaluasi adanya nyeri dada ( intensitas,lokasi,
durasi) (1), Mencatat adanya disritmia jantung (2), Mencatat adanya tanda dan
gejala penurunan cardiac putput (3), Memonitoingr status kardiovaskuler (4),
Memmonitoring status pernafasan yang menandakan gagal jantung (5),
Memonitoring abdomen sebagai indicator penurunan perfusi (6), Memonitoring
balance cairan (7), Memonitoring adanya perubahan tekanan darah (8),
Memonitoring respon pasien terhadap efek pengobatan antiaritmia (9), Mengtur
periode latihan dan istirahat untuk menghindari kelelahan (10), Mememonitoring
toleransi aktivitas pasien (11), Memonitoring adanya dyspneu, fatigue, tekipneu
dan ortopneu (12), Anjurkan untuk menurunkan stress Vital Sign Monitoring (1),
Monitor TD : 90/60 mmHg, Nadi : 80x/menit, Suhu : 370C, dan RR: 30x/menit
(2), Mencatat adanya fluktuasi tekanan darah (3), Memonitoring VS saat pasien
berbaring, duduk, atau berdiri (4), Mengauskultasi TD pada kedua lengan dan
bandingkan (5), Memonitoring TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah
aktivitas (6), Memonitor kualitas dari nadi (7), Memonitor adanya
pulsusparadoksul (8), Memonitor adanya pulsus alterans (9), Memonitor jumlah

19
dan irama jantung (10), Memonitor bunyi jantung (11), Memonitor frekuensi dan
irama pernapasan (12), Memonitor suara paru (13), Memonitor pola pernapasan
abnormal (14), Memonitor suhu, warna, dan kelembaban kulit (15), Memonitor
sianosis perifer (16), Memonitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang
melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)Identifikasi penyebab dari perubahan
vital sign

2.2.5 EVALUASI KEPERAWATAN


Evaluasi keperawatan hari pertama .Diagnosis keperawatan Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan hiperventilasi, pada hari seni, 15 juli 2019 jam 13.00
S : Pasien mengatakan masih merasa sesak O : Bibir sianosis, konjungtiva anemis,
sesak nafas, hasil tanda-tanda vital: TD : 90/60 mmHg, N : 80x/menit, S : 37 0C,
RR : 30 x/menit ,dan masih terpasang oksigen nasal kanul. A : Masalah pola nafas
tidak efektif berhubungan dengan hiperventilasi belum teratasi P : Lanjutkan
intervensi dan di harapkan pola napas segera kembali normal
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan disfungsi
neuromuscular senin 15 juli 2019 jam 13.00 S : pasien mengatakan masih batuk
O : Batuk dan sesak nafas, batuk kering, terdengar bunyi ronchi hasil TTV : TD :
90/60 mmHg, N : 80x/menit, S : 37 0C, RR : 30 x/menit A : Masalah ketidak
efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan disfungsi neuro muscular
belum teratasi P : intervensi di lanjutkan
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
pada hari senin 15 juli 2109 jam 13.00 S : Pasien mengatakan nyeri dada bagian
kiri, dan merasa lemas O : sat di auskultasi terdengar unyi detak jantung yang
tidak niormal,hasil TTV : : TD : 90/60 mmHg, N : 80x/menit, S : 37 0C, RR : 30
x/menit A : Masalah Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan
frekuensi jantungP : intervensi di lanjutkan
Evaluasi keperawatan hari kedua. Diagnosis keperawatan Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan hiperventilasipada hari selasa 16 juli 2019 jam 13.00,
S : Pasien mengatakan sesak mulai berkurang O : Bibir sianosis sudah mulai
berkurang, konjungtiva anemis, sesak nafas berkurang, hasil tanda-tanda vital: TD

20
: 110/80 mmHg, N : 90x/menit, S : 37 0C, RR : 30 x/menit ,dan masih terpasang
oksigen nasal kanul. A : Masalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasi masih teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi dan di harapkan
pola napas segera kembali normal.
Diagnosis keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan disfungsi neuromuscular pada hari selasa 16 juli 2019 jam 13.00, S :
pasien mengatakan masih batuk tapi sudah berkurang O : Batuk berkurang dan
sesak nafas mulai normal, batuk kering, terdengar bunyi ronchi berkurang hasil
TTV : TD : 110/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 37 0C, RR : 30 x/menit A :
Masalah ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan disfungsi
neuro muscular teratasi sebagian P : Intervensi di lanjutkan
Diagnosis keperawatan Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan frekuensi jantung pada hari selasa jam 13.00 S : Pasien mengatakan
nyeri dada bagian kiri sudah berkurang, tapi masih merasa lemas O : Saat di
auskultasi terdengar bunyi jantung yang kembali normal,hasil TTV : : TD :
110/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 37 0C, RR : 30 x/menit A : Masalah Penurunan
curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung teratasi
sebagianP : intervensi di lanjutkan
Evaluasi keperawatan hari ketiga. Diagnosis keperawatan Pola nafas tidak
efektif berhubungan dengan hiperventilasi pada hari rabu 17 juli 2019 jam 13.00 S
: Pasien mengatakan sesak mulai berkurang O : Bibir sianosis sudah mulai
berkurang, konjungtiva anemis, sesak nafas berkurang, hasil tanda-tanda vital: TD
: 120/70 mmHg, N : 90x/menit, S : 37 0C, RR : 25 x/menit ,dan masih terpasang
oksigen nasal kanul. A : Masalah pola nafas tidak efektif berhubungan dengan
hiperventilasi masih teratasi sebagian P : Lanjutkan intervensi dan di harapkan
pola napas segera kembali normal
Diagnosis keperawatan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
dengan disfungsi neuromuscular pada hari rabu 17 juli 2019 jam 13.00 S : pasien
mengatakan masih batuk tapi sudah berkurang O : Batuk berkurang dan sesak
nafas mulai normal, batuk kering, terdengar bunyi ronchi berkurang hasil TTV :
TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 37 0C, RR : 25 x/menit A : Masalah

21
ketidak efektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan disfungsi neuro
muscular teratasi sebagian P : Intervensi di lanjutkan
Diagnosis keperawatan Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan frekuensi jantung pada hari rabu 17 juli 2019 jam 13.00 S : Pasien
mengatakan nyeri dada bagian kiri sudah berkurang, tapi masih merasa lemas O
: Saat di auskultasi terdengar bunyi jantung yang kembali normal,hasil TTV : :
TD : 120/80 mmHg, N : 80x/menit, S : 37 0C, RR : 25 x/menit A : Masalah
Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan frekuensi jantung
teratasi sebagian P : intervensi di lanjutkan

22
BAB 3
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Hasil
3.1.1 Gambaran Lokasi Penelitian
Studi kasus ini dilaksanakan di Ruang cempaka RSUD Prof. Dr. W. Z.
Johanes Kupang Provinsi Nusa Tenggara Timur, yang berlangsung selama4hari
yaitu sejak tanggal 15-18 Juni 2019.
3.1.2 Pengkajian Keperawatan
Hasil pengkajian yang didapat oleh penulis di ruang cempaka RSUD
Prof.W.Z.Johannes Kupang, klien atas nama Ny. S.M.B, umur 33 tahun,agama
Katolik, pendidikan terakhir SMA, alamat Tuapukan, pekerjaan ibu rumah tangga,
jenis kelamin perempuan, status menikah,suku bangsa Timor Leste. Nama
penanggung jawab Tn.A.R, jenis kelamin laki-laki alamat Tuapukan, pekerjaan
Wira swasta, hubungan dengan kliensebagai istri klien.
Klien datang dengan keluhan sesak napas, batuk dan nyeri dada bagian kiri.
Keluhan ini sudah dirasakan sejak 2 bulan yang lalu. Keluhan lain yang menyertai
adalah batuk kering. Nyeri tersebut bertambah saat klien beristirahat dan tidur
miring kiri.Klien juga mengatakan saat mulai batuk selalu pergi berobat ke
puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat. Klien juga pernah menderita TB paru
pada bulan mei 2019 dan di rawat di RSUD Prof.W.Z.Johanes Kupang. Klien
tidak ada riwayat alergi dan tidak pernah dioperasi. Tidak ada kebiasaan merokok
dan pasien tidak pernah mengkonsumsi alkohol serta pasien tidak minum kopi.
Pasien pernah mengkonsumsi obat-obatan analgesic asam mefenamat dan
ampisilin jika sakit. Riwayat genogram/keturunan pasien memliki 6 bersaudara
yang terdiri dari laki-laki 3 orang dan perempuan 3 orang.Klien anak ke- 2 dari 6
bersaudara dan diantara mereka sudah menikah semua.Dari hasil pemeriksaan
fisik klien yaitu: tanda – tanda vital TD: 90/60 mmHg, N: 90 kali/menit S :360c,
RR: 25 kali/menit. Pemeriksaan kepala dan leher, klien mengatakan tidak ada
sakit kepala, tidak pusing, penglihatan normal, konjungtiva anemis, sklera putih,
nyeri tidak ada, pendengaran baik, penciuman baik dan keadaan tenggorokan

23
baik, tidak ada pembesaran kelenjar di leher. Sistem kardiovaskuler terasa nyeri di
dada bagian kiri, kesadaran komposmentis, bentuk dada normal, bibir normal,
kuku normal, capillary reffil normal (< 3 detik), tangan tidak ada edema, kaki
tidak ada edema sendi tidak nyeri. Ictus cordis teraba, ada pembesaran vena
jugularis, dan ada pembesaran jantung.Sistem respirasi: klien merasa sesak,
bentuk dada abnormal yaitu dada tidak simetris (dada kiri lebih rendah dari dada
kanan), jenis pernapasan abnormal, irama napas tidak teratur, pasien
menggunakan alat bantu pernapasan O2 nasal kanul 4 liter/menit, pada saat
perkusi ada cairan dan terdapat masa,pada saat auskultasi inspirasi abnormal
terdengar bunyi wheezing di lobus kiri paru.Sistim pencernaan: keadaan
abdomen kembung. Pola nutrisi: pola makan 3x/hari frekuensi makan 1 piring,
nafsu makan menurun,pasien tidak menghabiskan porsi makan yang
disediakan.Banyaknya minum dalam sehari 1 gelas perhari. BB sebelum sakit 39
kg, TB 155 cm. Pasien merasa ada peningkatan berat badan (sekitar 2kg).Sebelum
sakit, BAB1x/hari dengan konsistensi lembek dan saat sakit BAB 1x/hari dengan
konsistensi lembek.Olahraga dan aktivitas pasien tidak ada.Sistim persyarafan
tidak ada keluhan, tingkat kesadaran composmentis, GCS 15 (E;4 V;5 M;6).
Sistem perkemihan tidak ada keluhan, kebiasaan dalam sehari BAK 1-4 x/hari
warna kuning jernih,sedangkan perubahan selama sakit 12 x/hari, warna
kuning.Sistem endokrin tidak ada keluhan.Sistem reproduksi tidak ada
keluhan.Istirahat dan tidur: tidur malam jam 11.00,bangun jam 05.00,tidur siang
tidak menentu, pasien juga mudah terbangun jika batuk dan sesak pada malam
hari. Jam tidur klien masih normal yaitu 8 jam/ hari.Pola interaksi sosial :orang
penting/terdekat dari klien: ibu. Keadaan rumah dan lingkungan; baik.Status
rumah: rumah orang tua, cukup baik, tidak ada kebisingan. Ketika pasien
mempunyai masalah pasien membicarakan masalahnya pada orang yang dekat
dan orang yang bisa dipercayai. Ketika ada masalah dalam keluarga pasien dan
keluarga saling bertukar pendapat dan saling mendengarkan satu sama
lain.Kegiatan keagamaan : Sebelum sakit pasien aktif dalam kegiatan keagamaan.
Selama sakit pasien tidak dapat melakukan kegiatan ibadah seperti pergi ke gereja
dan doa rosario.Pasien hanya dapat berdoa dengan keluarga di rumah sakit saja.

24
Keterlibatan dalamorganisasi keagamaan: pada waktu sebelum sakit pasien selalu
mengikuti kegiataan keagamaan yaitu komunitas tritunggal maha kudus
sedangkan selama sakit pasien tidak terlibat dalam kegiatan keagamaan
tersebut.Keadaan psikologis selama sakit yaitu persepsi klien terhadap penyakit
yang diderita: pasien mengatakan ia ingin segera sembuh. Persepsi klien terhadap
keadaan kesehatan lainnya, awalnya pasien stress dengan penyakit yang di alami
tapi sekarang pasien menerima penyakit yang dideritanya dan ia percaya bahwa
dengan menjalani perawatan di RSUD Prof. Dr. W.Z. Johannes Kupang pasien
dapat sembuh dan bisa pulang ke rumah. Pasien juga mengatakan bahwa pola
komunikasi dengan tenaga kesehatan baik-baik saja.

3.1.3 Analisa data


Berdasarkan hasil pengumpulan data maka dapat ditegakkan beberapa
masalah keperawatan. Adapun masalah keperawatan yang dialami klien
berdasarkan hasil pengumpulan data diantaranya:
1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan hiperventilasi
Data Subyektif: pasien mengatakan sesak napas
Data Obyektif: saat di kaji terdapat data-data sebagai berikut, adanya
tarikan dinding dada, napas cuping hidung, adanya suara tambahan (
ronchi ), Konjungtiva anemis, Hasil Tanda-tanda vital : Tekanan Darah :
90/60 mmHg, N : 90x/menit, RR : 25x/menit, SpO2 : 99%, dan terpasang
oksigen nasal kanul 6 liter/menit.
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan efusi pleura
Data Subjektif : pasien mengatakan sesak dan nyeri dada
Data Objektif : saat di kaji terdapat udem di seluruh tubuh, nyeri dada,
hasil tanda-tanda vital : Tekanan Darah : 90/60 mmHg, N : 90x/menit,
RR : 25x/menit, SpO2 : 99%.

25
3.1.4 Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan yang muncul pada Ny. S.M.B dari hasil pengkajian
di atas adalah:
1. Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi, ditandai
dengan DS: pasien mengatakan sesak napas DO: saat di kaji terdapat
data-data sebagai berikut, adanya tarikan dinding dada, napas cuping
hidung, adanya suara tambahan ( ronchi ), Konjungtiva anemis, Hasil
Tanda-tanda vital : Tekanan Darah : 90/60 mmHg, N : 90x/menit, RR :
25x/menit, SpO2 : 99%, dan terpasang oksigen nasal kanul 6 liter/menit
2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan efusi pericardium, DS:
pasien mengatakan sesak dan nyeri dada dan perut terasa kembung DO :
saat di kaji terdapat udem di seluruh tubuh, nyeri dada, hasil tanda-tanda
vital : Tekanan Darah : 90/60 mmHg, N : 90x/menit, RR : 25x/menit,
SpO2 : 99%.
3.1.5 Rencana Keperawatan
Diagnosis 1: Ketidakefektifan pola nafas berhubungan Hiperventilasi.
Tujuan: pasien akan mempertahankan keefektifan pola nafas selama dalam
perawatan, Kriteria Hasil: setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 3 x
24 jam pasien akan menunjukan indikator Nursing Outcome classification
status pernavasan ventilasi, status pernafasan pertukaran gas dan tanda-
tanda vital dalam batas normal sehingga , tidakada keluhan sesak napas dan
tidak ada penggunaan otot bantu atau alat bantu pernapasan.
Intervensi keperawatan yang ditentukan bagi pasien untuk mengatasi
masalah ketidakefektifan pola nafas, diantaranya: 1). Buka jalan nafas
dengan teknik Chin lift, atau jace thurst, sebagaimana mestinya, 2).
Posisikan pasien untuk melancarkan ventilasi, 3).lakukan fisioterapi dada
sebagaimana mestinya, 4). Buang secret dengan memotifasi pasien untuk
melakukan batuk efektif atau menyedot lendir, 5).motifasi pasien untuk
bernafas pelan dalam melakukan teknik batuk efektif, 6). Auskultasi suara
napas.Terapi oksigen 1).Bersihkan mulut, hidung, dan secret tracfchea /
tenggorokan, 2).Pertahankan kepatenan jalan napas, 3).Atur peralatan

26
oksigen, 4).Atur posisi pasien, 5).Obserfasi tanda-tanda kekurangan/
gelisah, sesak, dan sianosis, 6). Monitor tanda-tanda vital :Tekanan Darah :
90/60 mmHg, N : 90x/menit, RR : 25x/menit, SpO2 : 99%. Monitor
frekuensi dan irama pernapasan
Diagnosis 2: Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan
asupan cairan . Tujuan: Pasien akan mempertahankan volume cairan yang
normal selama dalam perawatan. Kriteria Hasil: setelah di lakukan asuhan
keperawatan selama 2 x 24 jam pasien akan menunjukan, keseimbangan
cairan yang normal, tekanan darah yang normal, denyut nadi radial,
tekanan artei rata-rata, keseimbangan intake input dan out put dalam 24
jam , turgor kulit, kelembaban membrane mukosa, yang normal, serta
uiudem perifer menurun.
Intervensi keperawatan yang ditentukan bagi pasien untuk mengatasi
masalah kelebihan volume cairan adalah, Monitor elektroli dan manajemen
hipervolemia.1). Tentukan jumlah dan jenis intake atau asupan cairan serta
kebiasaan eliminasi, 2).tentukan factor-faktor risiko yang mungkin
menyebabkan ketidak seimbangan cairan ( mis, kehilangan albumin, terapi
deuretik, gagal jantung, disfungsi hati, infeksi paru, dan poliuri, 3).
Pemeriksaan turgor kulit dengan menggunakan jaringan sekitar tulang
seperti tulang ekstremitas atas dan tulang kering, mencuubit dengan lembut,
4). Monitor asupan dan pengeluaran, 5). Monitor nilai kadar serum dan
elektrolit, 6). cek kembali asupan pengeluaran mis ( asupan oral, asupan IV,
antibiotic cairan, 7). Monitor membrane mukosa, turgor kulit, dan respon
haus, 8). Monitor tanda-tanda gejala asites, 9). Kontrol ke doketer jika
pengeluaran urin kurang dari 0,5 mg/kg/jam atau asupan cairan dewasa
kurang dari 2000 dalam 24 jam

27
3.1.6 Implementasi Keperawatan
Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan
yang telah disusun pada tahap perencanaan.Implementasi keperawatan pada Tn.
W. B sesuai dengan intervensi yang telah dirncanga sebelumnya.
Hari pertama (tanggal 15 juni 2019)Implementasi keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas diantaranya: 1). jam 09.00
Mengkaji tanda-tanda vital (Tekanan Darah: 90/60 mmHg, Pernapasan : 30 X/
0
menit, Nadi : 80 X/ menit dan Suhu Tubuh : 37 C); 2). Jam 09.15
mengauskultasi bunyi nafas pasien; 3). Jam 09.20 Mengatur posisi pasien (semi
fowler); Jam 09.30 mengatur aliran O2 pasien 2 liter/ menit.Implementasi
keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan
1).Jam 10.00 melakukan obserfasi keadaan pasien ; 2). Jam 10.20 menentukan
kembali jumlah asupan cairan yang masuk dan keluar3). Jam 11.00
mengobservasi tanda-tanda vital (TD: 110/60 mmHg, N: 70 x/menit, S: 36˚c, RR:
26x/menit); 4). Jam 12.00 kolaborasi pemberian analgetik (Injeksi Ketorolac 3 X
1 ampul/IV); 5). Jam 12.15 menganjurkan pasien untuk istrahat.
Hari ke 2 (tanggal 16 juli 2019). Implementasi keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas diantaranya: 1). Jam 07.30
Mengatur aliran O2 pasien dengan kecepatan 4 liter/menit;2). Jam 11.00 mengkaji
tanda-tanda vital pasien (TTV ; TD : 110/80 mmHg, N : 90 X/ menit, RR : 28 X /
menit, S : 37 0 C) dan 4). Jam 11.30 mereposisi pasin miring kiri-
kanan.Implementasi keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah
kelebihan volume cairan diantaranya: 1). Jam 10.45 Menghitung jumlah caioran
yang masuk dan cairan yang keluar, cairan masuk 1 gelas air/ susu dan leluar urin
sebanyak 2000 cc/24 jam ; 2). Jam 11.00 mengobservasi tanda-tanda vital 3). Jam
12.00 kolaborasi pemberian analgetik (Injeksi KTC 3 X 1 ampul/IV) dan
memberikan injeksi dan 4). Jam 12.30 menganjurkan pasien untuk istrahat.
Hari ke tiga (tanggal 18 Juli 2019). Implementasi keperawatan yang dilakukan
untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola nafas diantaranya: 1). Jam 08.00
mengobserfasi keadaan umum pasien, 2) 11.20 mengatur poisisi pasien (semi
fowler) dan3). Jam 12.10 memperbaiki posisi nasal canul pasien. Implementasi

28
keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan
diantaranya: 1). Jam 11.00 mengobservasi tanda-tanda vital; 2). Jam 12.00
kolaborasi pemberian analgetik (Injeksi KTC 3 X 1 ampul/IV) dan 3). Jam 12.30
menganjurkan pasien untuk istirahat.
3.1.7 Evaluasi keperawatan
Setelah melaksanakan tahapan dalam proses keperawatan yang meliputi
pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, menentukan rencana /intervensi
dan implementasi selanjutnya tahap evaluasi dimana terdiri- dari catatan
perkembangan yaitu: keluhan yang dirasakan oleh klien, obyektif yaitu data yang
diperoleh melalui observasi langsung, assesmemnt dan planning adalah
merupakan tindak lanjut yang akan dilakukan bila masalah belum teratasi.
Evaluasi dilakukan selama tiga hari perawatan di ruangan Cempaka yaitu pada
tanggal 15 – 17 Juli 2019.
Hari pertama ( 15Juli 2019).Evaluasi untuk diagnosis keperawatan 1:
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan hiperventilasi yang
dilakukan pada jam 13.00 wita yaitu: S: pasien mengatakan bahwa ia masih
merasa sesak nafas, O: Saat dikaji pasien tampak sesak dan menggunakan oksigen
nasal kanul 4 liter/ menit, saat auskultasi terdengar bunyi wheezing pada lobus
kiri paru, TTV ; TD : /70 mmHg, RR : 29 X/ menit, S : 37 0 C, N : 84 X/ menit,
A: masalah belum teratasi, P: Intervensi dilanjutkan.Evaluasi untuk diagnosis
keperawatan 2: kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebiha
asupan cairan yang dilakukan pada jam 13.10 yaitu: S: pasien mengatakan masih
sesak dan nyeri dada serta. O: terdapat udem seluruh tubuh A: Masalah belum
teratasi, P: Intervensi dilanjutkan.
Hari ke dua (16 juli 2019). Evaluasi untuk diagnosa 1: ketidakefektifan pola
napas berhubungan dengan hiperventilasi yang dilakukan pada jam 13. 00
adalah S: pasien mengatakan masih sesak, O:saat dikaji pasien tampak sesak dan
masih terpasang O2 nasal kanul 2 liter/menit, TD : 110/60 mmHg, RR : 26 x/
menit, S : 37 0 C, N : 84 X/ menit, terdapat bunyi wheezing di lobus kiri paru, A:
Masalah belum teratasi, P: Intervensi dilanjutkan. Evaluasi untuk diagnosa 2:
kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan yang

29
dilakukan pada Jam 13.30 adalah S:pasienmengatakan sesak dan bengkak sudah
mengecil, O:saat dikaji pasien tampak rleks dan bengkak semakin mengeecil, A:
masalah teratasi sebagian, P: intervensi dilanjutkan.
Hari ke tiga ( 17 juli 2019). Evaluasi untuk diagnosa 1: ketidakefektifan pola
napas berhubungan hiperventilasi yang dilakukan pada jam 12.30 adalah S:
pasien mengatakan bahawa sesak nafasnya berkurag, O:Terpasang O2 nasal kanul
2 liter/menit, TD : 110/60 mmHg, RR : 24 x/ menit, S : 36,8 0 C, N : 80 x/ menit,
terdapat bunyi wheezing di lobus kiri paru A: Masalah teratasi sebagian, P:
Intervensi dilanjutkan. Evaluasi untuk diagnosa 2: kelebihan volume cairan
berhubungan dengan kelebihan asupan cairan yang dilakukan pada Jam 13.00
adalah S:bengkak sudah berkurang, O:saat dikaji pasien tampak rilex, bengkak
sudah menurun , A: masalah teratasi sebagian, P: intervensi hari ketiga
dilanjutkan.
3.2 Pembahasan
Dalam pembahasan ini akan diuraikan kesenjangan-kesenjangan yang terjadi
antara teori dan kasus nyata yang ditemukan saat memberikanasuhan
keperawatan pada Tn. W.B di Ruang Komodo RSUD. Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang. Pembahasan ini akan dibahas sesuai dengan proses keperawatan dimulai
dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi
keperawatan.
3.2.1 Pengkajian
Tahap pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang
merupakan dasar dari kegiatan selanjutnya, yang di laksanakan dengan
menggunakan pendekatan sistematis dalam mengumpulkan data dan
menganalisisnya sehingga dapat diketahui kebutuhan klien sesuai dengan masalah
yang ada (Nursalam, 2016).
Berdasarkan tinjauan teoritis, pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien
dengan efusi perikardial meliputi: keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,
riwayat kesehatan dahulu, riwayat kesehatan keluarga dan pemeriksaan fisik.
Secara teori, keluhan utama yang dirasakan oleh pasien dengan efusi perikardial
adalah nyeri dada, sesak napas, mengi, batuk kering, dan udem seluruh

30
tubuh.Keluhan sesak napas ini dicetuskan karena adanya tumor dalam paru bagian
kiri. Selanjutnya pengkajian yang dapat dilakukan lainnya yaitu riwayat kesehatan
dahulu yaitu pernah menderita penyakit yang sama dan dibawa ke rumah sakit.
Pengakajian pada riwayat kesehatan keluarga, tidak ada anggota keluarga yang
menderita seperti klien. Pada pemeriksaan fisik yaitu pada inspeksi dada
dilakukan untuk mengetahui deformitas atau ketidakseimbangan, retraksi
intercostal, gangguan atau penyimpangan gerakan pernapasan, frekuensi, irama,
kedalaman, dan upaya bernapas, retraksi inspirasi pada area supraklavikular dan
kontraksi inspirasi sternomastoideus. Pada palpasi dada dikaji adanya nyeri tekan,
pengkajian terhadap abnormalitas yang dapat dilihat, ekspansi pernapasan dan
fremitus taktil. Pada auskultasi ditemukan adanya bunyi napas abnormal seperti
Crackles/rales, mengi atauronchi dan wheezing.
Hasil pengkajian pada kasus efusi perikardial yang dialami oleh Ny. S.M.B
ditemukan bahwa sebagian besar keluhan utama sama dengan yang ada dalam
tinjauan teori yaitu: batuk, sesak nafas dan nyeri dada. Namun pada pasien Tn.
W.B tidak ditemukan adanya sputum mengandung darah(hemoptisis). Pada
pengkajian riwayat keluarga, tidak ditemukan anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama seperti pasien. Secara teori, kecenderungan seseorang
mengalami kanker karena ada anggota keluarga yang mengalami penyakit kanker
(Surbakti, 2013).Namun pada kasus tidak ditemukan dan faktor resiko utama yang
berperan penting dalam kejadian kanker yang dialami Ny.S.M.B adalah dari
kebiasaan merokok dalam jangka waktu lama. Pada pemeriksaan fisik ditemukan
bahwa ada suara nafas abnormal (wheezing, ronchi) dan hasil tractil fremitus
terjadi penurunan getaran pada area paru. Pada kasus yang dialami oleh Ny.
S.M.B adanya bunyi wheezing pada lobus kiri paru dan hasil tractil fremitus
menunjukan bahwa terjadinya penurunan getaran pada area yang terdapat kanker.
Kondisi ini sesuai dengan yang ada dalam tinjauan teori
3.2.2 Diagnosis keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah pernyataan yang menggambarkan respon
manusia (keadaan sehat atau perubahan pola interaksi aktual / potensial) dari
individu atau kelompok tempat perawat secara legal mengidentifikasi dan perawat

31
dapat memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan atau
untuk mengurangi, menyingkirkan atau mencegah perubahan (Rohmah & Walid,
2012). Pada tinjauan teoritis ditemukan 5 diagnosa Keperawatan pada klien
dengan kanker paru diantaranya: 1). Kerusakan pertukaran gas berhubungan
dengan penurunan CO2; 2). Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
dengan penumpukan sputum; 3). Pola nafas tidak efektif b/d penurunan ekspansi
paru, penurunan energi, fatigue, nyeri, obstruksi trakeobronkial dan ansietas;
4).Nyeri (Akut) berhubungan dengan Invasi kanker ke pleura; 5).Ketakutan /
ansietas berhubungan dengan faktor psikologis. Pada kasus efusi pericardium
yang dialami oleh Ny.S.M.B, berdasarkan analisa data ditegakkan 2 ( tiga )
diagnosa keperawatan yaitu: 1). ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
hiperventilasi. Diagnosa ini tegakkan karena pasien tampak sesak dengan
frekuensi pernapasan 29 kali/menit, saat dilakukan tactil fremitus, terdapat getaran
yang lebih rendah di paru sebelah kiri.
Diagnosis keperawatan yang tidak ditemukan penulis adalah kerusakan
pertukaran gas, bersihan jalan napas tidak efektif dan ketakutan/ansietas.Terkait
masalah keperawatan kerusakan pertukaran gas tidak dapat ditegakkan karena
data-data yang menunjang seperti adanya nafas cuping hidung, sianosis dan hasil
analisa gas darah yang menunjukkan abnormalitas ventilasi dan perfusi tidak
ditemukan.Selanjutnya untuk masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif juga tidak ditegakkan, karena tidak ada data yang menunjang seperti
adanya ronchi dan pasien sulit mengeluarkan lendir.Masalah keperawatan
ketakutan/ansietas juga tidak ditegakkan karena tidak ditemukan data yang
menunjang seperti tidak adanya keluhan cemas atau takut dari pasien. Saat
dilakukan pengkajian, pasien mengungkapkan bahwa ia dapat menerima kondisi
dirinya. Kondisi ini menggambarkan bahwa tidak adanya perasaan takut atau
cemas yang dialami oleh pasien.Penulis berasumsi bahwa adanya dukungan moril
yang besar dari keluarga atau orang-orang terdekat pasien yang dibuktikan dengan
keterlibatan keluarga dalam perawatan pasien, sehingga pasien mampu untuk
menjalani perawatan tanpa rasa takut atau cemas.

32
3.2.3 Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan adalah perencanaan asuhan keperawatan untuk
pasien sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan sehingga kebutuhan pasien
tersebut dapat terpenuhi (Wilkinson, 2012). Intervensi keperawatan untuk
diagnosa keperawatan pertama yaitu ketidakfektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi adalah: 1). Monitor tanda-tanda vital; 2). Posisikan pasien
untuk memaksimalkan ventilasi; 3). Auskultasi suara nafas, catat area yang
ventilasinya menurun atau tidak ada dan adanya suara nafas tambahan; 4).
Identifikasi kebutuhan aktual atau potensial pasien untuk memasukkan alat bantu
untuk membuka jalan napas; 5).Monitor respirasi dan status O2; 6).Pertahankan
jalan nafas yang paten; 7). Atur peralatan oxygenase; 8). Monitor aliran oksygen;
9). Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi; 10). Monitor adanya kecemasan
pasien terhadap terapi oksigen. Semua intervensi keperawatan ini dilakukan sesuai
dengan teori yang termuat dalam NANDA (2011) untuk dapat mengatasi masalah
yang dialami oleh pasien.
Intervensi keperawatan untuk mengatasi masalah ketidakefektifan pola
nafas seperti monitor tanda-tanda vital bertujuan untuk mengevaluasi keadekuatan
system kardiopulmonal. Jika terjadi gangguan pada fungsi pernafasan, maka akan
didapatkan perubahan pada pola pernafasan yang ditandai dengan adanya
dyspnea, tachypnea (nafas cepat) dengan frekunesi pernafasan lebih dari
20x/menit. Pasien dengan kanker paru mempunyai manifestasi klinis adanya
sesak nafas sehingga penting sekali dilakukan monitoring terhadap frekuensi
pernafasan.Selanjutnya intervensi keperawatan berupa auskultasi suara nafas. Hal
ini penting dilakukan karena pasien dengan kanker paru ditemukan adanya suara
nafas abnormal seperti adanya wheezing, sehingga perawat perlu menetapkan
intervensi tersebut. Intervensi lainnya seperti monitor aliran oksigen penting
dilakukan untuk mencegah kekurangan oksigen dan monitor tanda hipoventilasi
yang ditandai dengan adanya kebiruan pada kulit (sianosis) yang mengindikasikan
penurunan perfusi ke jaringan.

33
Intervensi keperawatan untuk diagnosa kedua Intervensi keperawatan yang
ditentukan bagi pasien untuk mengatasi masalah kelebihan volume cairan adalah,
Monitor elektroli dan manajemen hipervolemia.1). Tentukan jumlah dan jenis
intake atau asupan cairan serta kebiasaan eliminasi, 2).tentukan factor-faktor
risiko yang mungkin menyebabkan ketidak seimbangan cairan ( mis, kehilangan
albumin, terapi deuretik, gagal jantung, disfungsi hati, infeksi paru, dan poliuri,
3). Pemeriksaan turgor kulit dengan menggunakan jaringan sekitar tulang seperti
tulang ekstremitas atas dan tulang kering, mencuubit dengan lembut, 4). Monitor
asupan dan pengeluaran, 5). Monitor nilai kadar serum dan elektrolit, 6). cek
kembali asupan pengeluaran mis ( asupan oral, asupan IV, antibiotic cairan, 7).
Monitor membrane mukosa, turgor kulit, dan respon haus, 8). Monitor tanda-
tanda gejala asites, 9). Kontrol ke doketer jika pengeluaran urin kurang dari 0,5
mg/kg/jam atau asupan cairan dewasa kurang dari 2000 dalam 24 jam
3.2.4 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan tindakan yang telah disusun dalam
intervensi keperawatan (Notoatdmojo, 2014). Pada pembahasan implementasi ini
akan dibahas tindakan yang tidak dapat dilaksanakan sesuai intervensi untuk
setiap diagnosa keperawatan yang ditegakkan.
Implementasi pada masalah ketidakefektifan pola nafas berhubungan
dengan hiperventilasi, dengan tindakan yang sudah dilakukan adalah mengukur
0
tanda-tanda vital TD: 110/70 mmHg, N: 80 kali/menit, S: 37 c, RR: 24
kali/menit, mengatur posisi yang nyaman dengan posisi semi fowler, auskultasi
suara nafas, monitor respirasi dan status O2, mempertahankan jalan nafas yang
paten dengan mengatur aliran oksigen dan mengevaluasi tanda-tanda
hipoventilasi. Semua tindakan yang termuat dalam intervensi dilakukan untuk
emnagtasi masalah ketidakefektifan pola nafas pada pasien.Dapat disimpulkan
bahwa tidak ada kesenjangan antara teori dan kasus nyata.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan kelebihan asupan cairan .
Tujuan: Pasien akan mempertahankan volume cairan yang normal selama dalam
perawatan. Kriteria Hasil: setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 2 x 24
jam pasien akan menunjukan, keseimbangan cairan yang normal, tekanan darah

34
yang normal, denyut nadi radial, tekanan artei rata-rata, keseimbangan intake
input dan out put dalam 24 jam , turgor kulit, kelembaban membrane mukosa,
yang normal, serta uiudem perifer menurun.
3.2.5 Evaluasi
Evaluasi adalah asuhan yang dicatat dalam catatan kemajuan dan atau
rencana perawatan (Notoadmojo, 2014). Evaluasi merupakan tahap akhir dari
proses keperawatan yang digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana
keperawatan bekerja dengan meninjau respon pasien.
Berdasarkan teori yang dijelaskan oleh Nursalam (2001, evaluasi
merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang menyediakan nilai informasi
mengenai pengaruh intervensi yang telah direncanakan dan merupakan
perbandingan dari hasil yang diamati dengan kriteria hasil yang telah dibuat pada
tahap perencanaan. NANDA (2011) menjelaskan bahwa evaluasi keperawatan
yang dapat dilakukan pada pasien dengan masalah ketidakefektifan pola napas
nafas diantaranya: menunjukkan hilangnya dyspnea, mempertahankan jalan nafas
paten dengan bunyi nafas bersih, mengeluarkan mucus tanpa kesulitan dan
menunjukan perilaku untuk memperbaiki / mempertahankan bersihan jalan nafas.
Pada kasus, evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatanketidakfektifan
pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru, hasil evaluasi tahap
akhir belum sesuai dengan kriteria hasil yang diharapkan dimana klien masih
mengatakan sesak napas, RR: 24x/ menit, terpasang oksigen nasal kanul 2 lpm.
Masalah ketidakefektifan pola nafa yang belum teratasi ini, intervensinya
dilanjutkan oleh perawat ruangan.

3.3 Keterbatasan Studi Kasus

Keterbatasan penulis selama menyusun studi kasus ini yaitu: keterbatasan


waktu dalam perawatan pasien (3 hari perawatan) sehingga belum mengatasi
secara optimal semua permasalahan keperawatan yang dialami oleh pasien.

35
BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
1. Pengkajian pada pasien dengan Efusi Perikardium ditemukan tanda atau
gejala seperti sesak napas, batuk dan nyeri dada bagian kiri. batuk kering
dan udem di seluruh tubuh.
2. Bahwa diagnosa keperawatan yang dapat ditegakkan pada pasien dengan
Efusi Perikardium yaitu: (1) :Ketidakefektifan pola nafas berhubungan
Hiperventilasi, (2) Kelebihan cairan berhubungan dengan efusi
pericardium
3. Intervensi yang diberikan betul-betul efektif semua rencana dapat di
implementasikan dengan tujan untuk menentukan, mengukur dan
mengobserfasikan sejau mana tindakan keperwatan itu dapat bermanfaat
dan demi kepentinga proses penyembuhan pasien.
4. Implementasi yang di lakukan antara lain adalah dengan melakukan
tindakan melatih napas dalam dan melakukan bleder trening.
5. Hasil evaluasi terakhir pada Ny.S.B.M adalah untuk diagnosa
pertama,Pasien mengatakan napas sudah mulai normal , Pasien tampak
sedikit rileks masalah teratasi sebagian .serta hasil dari diagnose kedua
yaitu udem semakin berkurang dan pasien tampak rileks.

4.2 SARAN
Pada pasien dengan efusi pericardiumEfusi perikardium adalah
penumpukan cairan abnormal dalam ruang perikardium. Ini dapat disebabkan
oleh berbagai kelainan sistemik, lokal atau idiopatik.Cairan tersebut dapat berupa
transudat, eksudat, pioperikardium, atau hemoperikardium.Efusi perikardium bisa
akut atau kronis, dan lamanya perkembangan memiliki pengaruh besar terhadap
gejala-gejala pasien.terkait dengan hal tersebut maka perawat perlu berhari-hari
dan berhati-hati dalam pemberian perawatan sebab kemungkinan muncul
serangan ulang sangat besar terutama dalam aktifitas pasien yang berlebihan

36
sebagai salah satu pencetus. Oleh sebab itu penulis menyaran kepada :
1. Institusi Rumah Sakit
Agar dapat menjadi sebuah panduan dalam melakukan tindakan
keperawatan terkhususnya bagi perawat ruangan bedah dan internal dalam
menangani masalah yang sama seperti yang di alami oleh pasien yaitu efusi
pericardium .
2. Untuk Institusi Pendidikan
Agar pada waktu yang akan datang perlu untuk dilakukan penyegaran
kepada mahasiswa. Dan agar perpustakaan pada sore hari tetap
dipertahankan untuk menambah literatur bagi mahasiswa pada sore hari.
3. Untuk Mahasiswa Agar laporan studi kasus ini dapat dijadikan suatu
masukan didalam menjalankan asuhan keperawatan pasien dengan Cardiac
sirosis dan mampu menerapkan secara komprehensif dalam menangani
pasien yang cukup kompleks

37
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2018.Riset Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI 2018

Nanda International.2017. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi Edisi


10. Jakarta: EGC.

Moorhead, dkk. 2017. Nursing Outcome Classification. Jakarta : Elsevier.

Herdman & Kamitsuru. (2015). Nanda Internation Inc. Diagnosis Keperawatan :


Definisi & Klasifikasi 2015-2017. Ahli bahasa Budi Anna Keliat. Jakarta

Lumbantobing, S.M.,2013. Sroke Bencana Peredaran Darah. Jakarta : Badan


Penerbit FKUI

Kementrian Kesehatan RI.2013 . Riset Kesehatan. Jakarta: Kemenkes RI

Bulechek, dkk .2013. Nursing Intervention Classification (NIC). Jakarta : EGC

Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth. (2013). Buku Ajar Keperawatan


Medikal Bedah. Jakarta: EGC

Taylor, Cynthia M. (2013). Diagnosa Keperawatan dan Asuhan Keperawatan.


Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Wijaya & Putri.2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha Medika

Nugroho. 2011. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam dan Bedah. Nuha medika :
yokyakarta.

Mardjono. 2003. Neurologis Klinis Dasar. Dian rakyat: Jakarta

Corwin, Elizabeth .2000. Patofisiologis. Penerbit Buku Kedokteran. EGC.


Jakarta: EGC

Manjoer .2000. Kapita Selekta Kedokteran. Media aesculapius: Jakartas

38
39
LAMPIRAN
DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

JURUSAN KEPERAWATAN POLITEKNIK DEPKES KEMENKES KUPANG

JLN. ELTARI II Liliba Kupang Telp. (0380)881045

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama mahasiswa : Yuliana Muti

NIM : PO5303201181250

Tempat praktek : Ruang Cempaka

Tanggal dan jam : 14-07-2019 11.00 wita

IDENTITAS KLIEN

Nama : Ny S. B. M

Umur : 33 Tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Suku bangsa : Indonesia

Agama : Katolik

Pekerjaan : IRT ( Ibu Rumah Tangga )

Pendidikan : SMA

Alamat : Jln. Tuapukan

Penanggung : Umum

Nomor registrasi : 0513991

Diagnosa medik : Efusi Perikardium

Tanggal MRS : 3 Juli 2019 ( jam: 07:51 )


Penanggung jawab

Nama : Tn. A.R.

Umur : Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Jln Tuapukan

Hubungan dengan Pasien : Istri

RIWAYAT KEPERAWATAN (NURSING HISTORY)

1. Riwayat sebelum sakit :


Pasien mengatakan sebelum saklit pernah mengalami sakit uluhati tertikam sampai di
belakang, dan mengalami batuk kering kurang lenbih dua bulan
2. Riwayat penyakit sekarang :
pasien mengatakan sakit sebelah kiri abdomen
3. Riwayat kesehatan keluarga :
pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita sakit seperti dia.

GENOGRAM
Keterangan : : Kakek

: Nenek

: Anak perempuan

: Pasien

: Anak laki-laki

4. Riwayat kesehatan lingkungan :


Pasien mengatakan tempat tinggalnya bersih dan jauh dari keramayan
5. Riwayat kesehatan lainnya
Tidak ada : tidak ada riwayat kesehatan

OBSERVASI DAN PEMERIKSAAN FISIK

6. Keadaan umum : composmentis ( GCS ), ( E : 4, V : 5, M : 6 )


7. Tanda tanda vital , TB dan BB :
TTV : TD : 90/60 mmHg
Nadi : 90 x/menit
RR : 25 x /menit
S : 110/90 mmhg
SpO2 : 99 %
LAINNYA :
TB : 155 cm
BB : 39 kg
8. Body sistem :
1.8.1 Pernapasan (B1: BREATHING)
Hidung : Napas cuping hidung, ada retraksi dinding dada
Trachea : Normal ( Lurus )
Suara tambahan : tidak ada suara tambahan
Bentuk dada : Simetris
1.8.2 Cardiovaskuler (B2 : BLEEDING)
Suara jantung : Abnormal, Bunyi S1 dan S 2 abnormal
Edema : Tidak ada
1.8.3 persyarafan : composmentis
Glasgow coma scale (GCS) :
G:4 V:5 M :6 nilai total : 15
Mata :
Sklera : Normal
Konjungtiva : Anemis
Pupil : Isokor
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
Refleksi : Patela Positif
Persepsi sensoro :
Pendengaran : Normal
Penciuman : Normal
Pengecapan : Normal
Perabaan : Normal
1.8.4 perkemihan – eliminasi Uri (B4 : BLADER)
Produksi urin : ± 1.800 cc
Frekuensi : ± 12 kali
Warena : Kuning Pekat
Bau : Khas
1.8.5 pencernaan – eliminasi Alvi (B5: BOWEL)
Mulut dan tenggorokan: Normal
Abdomen : Asites
Rektum : Normal
BAB : Selama perawatan ada BAB
Konsistensi : Lunak
Lainnya : -
1.8.6 tulan – otot – integumen (B6 : BONE)
Kemampuan pergerakan sendi : Normal
Parese : Tidak ada
Paralise : Tidak ada
Ekstremitas:
Atas : Normal
Bawah :
Tulang belakang:
Kulit : Normal
Warna kulit : Normal
Akral : Dingin
Turgor : Baik
1.8.7 sistem endokrin
Terapi hormon : Tidak ada
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan fisik :
1.8.8 sistem reproduksi
Perempuan : Tidak ada keluhan
Laki – laki :

POLA AKTIFITAS SEHARI – HARI (actyvity daily living/ADL)

Di rumah
Di rumah
No Aktifitas
sakit

Sehat Sakit
1. Pola makan 0 1 3
2. Pola minum 0 1 1
3. Pola eliminasi 0 3 3
4. Pola istirahat / tidur 0 0 0
5. Pola personal hygienis 0 3 3
6. Pola aktifitas 0 3 3
ketergantungan 0 11 13

Skala pengukuran :

0 : Mampu merawat diri secara penuh

1 : Mmerlukan penggunaan alat


2 : Memerlukan Bantuan atau pengawasan orang lain

3 : Memerlukan Bantuan, pengawasan orang lain dan peralatan

4 : Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan

PSIKOSOSIAL

Sosial interaksi :

Hubungan dengan klien :

Dukungan keluarga : Baik

Dukungan kelompok : Baik

Reaksi saat interaksi : Aktif

Spiritual : Sering beribadah sesuai dengan keyakinannya

Sumber kekuatan /harapan saat ini : Harap kepada Tuhan dan pihak RS untuk
penyembuhannya

PEMERIKSAAN PENUNJANG LABORATORIUM :

DARAH URINE

Hasil Hasil saat


Normal Normal
saat ini ini
Hb 10,4 13,0-18,0 g/dL
Jml Eritrosit 3,86 4,50-6,20 g/uL
Hematokrit 31,9 40,0-54,0 %
MCV 82,6 81,0-96,0 fL
MCH 26,9 27,0-36,0 pg
MCHC 32,6 31,0-37,0 g/L
RDW-CV 14,8 11,0-16,0 %
RDW-SD 44,6 -
Jlh Lekosit 9,77 4,0-10,0 10^3/ul
Jlh Trombosit 175 150-400 10^3ul
PDW 12,0 9,0-17,0 fL
MPV 11,0 9,0-13,0 fL
P-LCR 32,0 -
PCT 0,19 0,17- 0,35 %
Albumin 2,9 3,5-5,2 mg/L
Glukosa sewaktu 124 70-150 mg/L
BUN 23,0 >48 mg/L
Kreatinin darah 1,16 0,7-1,3 mg/L
Kalium darah 3,7 3,5-4,5 mmol/M
Reatinin Darah 102 96-111 mmol/M

Pemeriksaan Urinalisa

Urin Lengkap Konversional, makroskopis

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai rujukan


Warna Kuning Kuning
Kejernihan Jernih Jernih
Berat jenis 1.020 4,5-8.0
pH 6,0 Negatif
Leukosit Esterase 2+ Leu/uL Negatif
Nitrit Negatif Negatif
Proyein Negatif Mg/dl Negatif
Glukosa Negatif Mg/dl Negatif
Keton Negatif Mg/dl Negatif
Bilirubin Negatif Mg/dl Negatif
Darah ( blod ) 3+ Mg/dl Negatif
Sendimen
Eritrosit 16-20 /lph Negatif
Leukosit 10-20 /lph 0-5
Silinder Negatif /lph Negatif
Sel epitel Penuh /lph 0-2
Bakteri Negatif Negatif

THERAPI

Nama obat, Dosis, Cara


No Indikasi Kontraindikasi
pemberian

1 Furosemid 5 mg/jam
2 Digoksin 2x0,25 mg
3 Spiromilakton 1x 25 mg
4 Ibuproven 3x 600 mg
5 Kulkisin 1x 0,5 mg
6 Infuse NaCl 150 cc/ jam

Tanda tangan Mahasiswa

Yuliana Muti
NIM : PO5303201181250
A. Analisa Data
No. Data Pendukung Penyebab Masalah
1. DS: pasien mengat Iskemik miokard Nyeri akut
Kan nyeri uluhati
DO: pasien tampak
kesakitan, skala nyeri 3
Hasil pemeriksaan TD:
150/ 90 MmHg, N, 72x
/menti, RR 23 x/ menit

2 DS :pasien tampak Kurangnya suplai Intoleransi aktivitas


lemas,sesak napas, batuk oksigen
DO :
Lendir ( + )
Sesak napas ( + )

Hasil pemeriksaan TD
150/90 MmHg, N 72x /
menit< RR 23 x/ menit,
EKG
3 DS : pasien mengatakan Tirah baring yang Risiko konstipasi
tidak BAB sejak 2 hari lama
DO : hasil pmeriksaan
Perut kembung, TD,
150/ 90 MmHg, N 72 x/
menit, RR 23x/ menit,
bising usus 6x/ menit

C. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan iskemik miokard


2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kurangnya suplai oksigen
3. Risiko konstipasi berhubungan dengan tirah baring yang lama

D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Nyeri akut berhubungan Goal: pasien akan 1. Lakukan pengkajiann
iskemik miokard bebas dari nyeri nyeri secara
selama dalam komperhensif
perawatan termasuk lokasi,
Objektif: dalam karakteristik, durasi
jangka waktu 1x24 dan frekuensi
jam skala nyeri 2. Ajarkan pasien dan
berkurang dari 3 keluarga tentang
menjadi 1, pasien teknik non
tidak tampak farmakologi seperti,
kesakitan, pasien relaksasi nafas dalam
tampak rileks dan distrakasi
3. Tingkatkan istrahat
pasien
4. Memonitoring tanda-
tanda vital

2. Intoleransi aktivitas Goal: pasien akan 1. Observasi adanya


berhubungan dengan meningkatkan pembatasan klien
kurangnya suplai toleransi terhadap dalam melakukan
oksigen aktivitas selama aktivitas
dalam perawatan 2. Kaji adanya factor
Objektif : dalam yang menyebabkan
jangka waktu 2 x 24 kelelahan
jam pasien mampu 3. Bantu pasien
melakukan aktivitas melakukan aktivitas
sehari- hari secara seperti personal
mandiri hygiene, toileting dan
makan minum

3
Goal : pasien dapat 1. Mendengarkan
3 Risiko konstipasi
meningkatkan pergerakan bising
berhubungan dengan
defekasi secara usus
tirah baring yang lama
teratur selama dalam 2. Anjurkan pasien
perawatan mengonsumsi
DO : dalam jangka banyak air putih
waktu 1x24 jam 3. Anjurkan pasien
defekasi dapat makan makanan
dilakukan secara yang tinggi serat
teratur
B. Implementasi
No Hari/tgl Dx Jam Implementasi Jam Evaluasi
1. Selasa, 1 08.24 1. Melakukan 13:00 S: Pasien
pengkajian nyeri mengatakan nyeri
10/juli
secara sudah berkurang
2018 komperhensif
termasuk lokasi, O: Pasien tampak
karakteristik, rileks skala nyeri
durasi dan berkurang dari 3-1
frekuensi
10.26 A:Masalah teratasi
2. Menggajarkan
kepada pasien P:intervensi
tentang teknik dihentikan
non farmakologi,
(napas dalam).
3. Memonitoring
12. 30
tanda- tanda vital
pasien

Selasa, 2 10.50 1. Mengobservasi 13.40 S: pasien


pembatasan klien mengatakan masih
10/juli
dalam lemas
2018 melakukan
aktivitas O:Pasien tampak
1152 lemas ADL (
2. Mengkaji adanya
fakktor yang toileting) dibantu
menyebabkan
A: masalah teratasi
kelelahan
sebagian
12.55 3. Membantu
pasien makan
minum toileting
dan personal P: intervensi di
hygiene lanjutkan

3 Selasa,10/j 3 10. 30 1. mendengarkan 14.00 S : pasien


pergerakan bising mengatakan belum
uli 2018
usus pasien ( BAB
6x/mnt)
2. menganjurkan O : bising usus
11.33 6x/menit
pasien banyak
minum air putih
A : masalah belum
3. menganjurkan
12.37 teratasi
pasien makan
makanan yang tinggi
serat
P : intervensi di
lanjutkan

Anda mungkin juga menyukai