Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

LP Halusinasi Eki

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN JIWA

“HALUSINASI”

Disusun Oleh:

Rizki Nurbaiti

P07220420026

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI PROFESI NERS KELAS A REGULER SAMARINDA
TAHUN AJARAN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Masalah Utama:
Ganguan persepsi sensori : halusinasi
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana pasien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra
tanda ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melaluipanca indra tanpa stimullus eksteren : persepsi palsu. (Prabowo, 2014 : 129)
Halusinasi adaah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsnagan eksternal (dunia luar). Klien memberi
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau rangsangan yang
nyata. Sebagai contoh klien mengatakan mendengar suara padahal tidak ada orang
yang berbicara.(Kusumawati & Hartono, 2012:102)
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana klien mengalamai
perubahan sensori persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaaan atau penghiduan. Klien merasakan stimulus yang sebetulnya
tidak ada. (Damaiyanti, 2012: 53)
2. Tanda dan gejala
Perilaku paisen yang berkaitan dengan halusinasi adalah sebagai berikut:
a. Bicara, senyum, dan ketawa sendiri
b. Menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata cepat, dan respon verba lambat
c. Menarik diri dari orang lain,dan berusaha untuk menghindari diri dari orang lain
d. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan keadaan yang tidak nyata
e. Terjadi peningkatan denyut ajntung, pernapasan dan tekanan darah
f. Perhatian dengan lingkunganyang kurang atau hanya beberapa detik dan berkonsentrasi
dengan pengalaman sensorinya.
g. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya) dan takut
h. Sulit berhubungan dengan orang lain
i. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung, jengkel dan marah
j. Tidak mampu mengikuti perintah
k. Tampak tremor dan berkeringat, perilaku panik, agitasi dan kataton. (Prabowo, 2014:
133-134)
3. Rentang Respon
Persepsi mengacu pada identifikasi dan interprestasi awal dari suatu stimulus
berdasarkan informasi yang diterima melalui panca indra. Respon neurobiologis
sepanjang rentang sehat sakit berkisar dari adaptif pikiran logis, persepsi akurat, emosi
konsisten, dan perilaku sesuai sampai dengan respon maladaptif yang meliputi delusi,
halusinasi, dan isolasi sosial. Rentang respon dapat digambarkan sebagai berikut:

Rentang Respon Neurobiologis

Respon adaptif Respnon Maladaptif

Pikiran logis Pikiran kadang menyimpang kelainan pikiran


Persepsi akurat Ilusi Halusinasi
Emosi konsisten Reaksi emosional Ketidakmampuan
Perilaku sesuai Perilaku tidak azim Emosi
Hubunngan sosial mengalami
Ketidakteraturan menarik diri

Rentang respon neurobiologis (Stuart and Sundeen, 1998)


a. Respon adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social budaya yang
berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan lingkungan
b. Respon psikosossial
Meliputi:
1) Proses piker terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
c. Respon maladapttif
Respon maladaptive adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan, ada pun respon
maladaptive antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakin ioleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan social.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksternal yang
tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
4) Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak teratur
5) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu kecelakaan yang
negative mengancam.(Damaiyanti,2012: 54)
4. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan pasien terganggu misalnya rendahnya kontrol dan
kehangatan keluarga menyebabkan pasien tidak mampu mandiri sehjak kecil,
mudah frustasi, hilangnya percaya diri dan lebih rentan terhadap stress.
2) Faktor Sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima di ingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.
3) Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang
berlebih dialami seseorang maka di dalam tubuh akan dihasilkan zat yang dapat
bersifat halusinogenik neurokimia. Akibat stress berkepanjangan menyebabakan
teraktivasinya neutransmitter otak.
4) Faktor Psikologi
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah terjerumus pada
penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan pasien
dalam mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya. Pasien lebih
memilih kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam hayal.
5) Faktor Genetik dan Pola Asuh
Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orang tua
skizofrenia cenderung mengalamai skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa
faktor keluarga menunjukkan hubungan yang sangat berpengaruh padapenyakit
ini. (Prabowo, 2014: 132-133)
b. Faktor Presipitasi
1) Biologis
Gangguan dalam momunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterprestasikan.
2) Stress Lingkungan
Ambang toleransi terhadap tress yang berinteraksi terhadap stresosor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber Koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menamggapi stress.
(Prabowo, 2014 : 133)
4) Perilaku
Respons klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah, dan bingung, perilaku menarik diri, kurang perhatian, tidak
mampu mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan nyata dan tidak.
a) Dimensi fisik
Halusianasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti kelelahan
yang luar biasa, penggunaan obat-obatan, demam hingga delirium, intoksikasi
alkohol dan kesulitan untuk tidur dalamwaktu yang lama.
b) Dimensi emosional
Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang tidak dapat diatasi
merupakan penyebab halusianasi itu terjadi, isi dari halusinasi dapat berupa
peritah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang
perintah tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c) Dimensi intelektual
Dalam dimensi intelektual ini menerangkan bahwa individu dengan
halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada awalnya
halusinasi merupakan usha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang
menekan, namun merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang
dapat mengambil seluruh perhatian klien dan tak jarang akan mengotrol
semua perilaku klien.
d) Dimensi sosial
Klien mengalami gangguan interaksi sosial dalam fase awal dan comforting,
klien menganggap bahwa hidup bersosialisasi dialam nyata sangat
membahayakan. Klien asyik dengan dengan halusinasinya, seolah-olah ia
merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol
diri dan harga diri yang tidak didapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi
dijadikan kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah
halusinasiberupa ancaman, dirinya atau orang lain individu cenderung
keperawatan klien dengan mengupayakan suatu proses interkasi yang
menimbulkan pengalaman interpersonal yang memuaskan, serta
mengusahakan klien tidak menyendiri sehingga klien selalu berinteraksi
dengan lingkungannya dan halusinasi tidak berlangsung.
e) Dimensi spiritual
Secara spiritualklien halusinasi mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas,
tidak bermakna, hilangnya aktivitas ibadah dan jarang berupaya secara
spiritual untuk menyucikan diri, irama sirkardiannya terganggu.(Damaiyanti,
2012 : 57-58).

5. Sumber Koping
Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh
gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti intelegensi atau
kriativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anak dan dewasa
muda tentang ketrampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya belajar dari
pengamatan. Sumber keluarga dapat berupa pengetahuan tentang penyakit, finansial
yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga, dan kemampuan untuk memberikan
dukungan secara berkesinambungan Fitria, (2012).
6. Mekanisme Koping
Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologis maladaptif Stuart, (2006):
a. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi
ansietas, yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari.
b. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
c. Menarik diri

C. Pohon Masalah

Resiko perilaku kekerasan

effect

Perubahan sensori persepsi

Core problem

Isolasi sosial : menarik diri

Penyebab

D. Masalah Keperawatan yang mungkin muncul


1. Isolasi Sosial D.0121
2. Gangguan Persepsi Sensori D.0085
3. Risiko Perilaku Kekerasan D.0146

E. Data Yang Perlu Dikaji


1. Mengkaji Jenis Halusinasi
Ada beberapa jenis halusinasi pada pasien gangguan jiwa. Kira-kira 70% halusinasi
yang dialami oleh pasien gangguan jiwa adalah halusinasi dengar atau suara, 20%
halusinasi penglihatan, dan 10% halusinasi penghidu, pengecap, perabaan, senestik
dan kinestik. Mengkaji halusinasi dapat dilakukan dengan mengevaluasi perilaku
pasien dan menanyakan secara verbal apa yang sedang dialami oleh pasien.
2. Mengkaji Isi Halusinasi
Ini dapat dikaji dengan menanyakan suara siapa yang didengar, berkata apabila
halusinasi yang dialami adalah halusinasi dengar. Atau apa bentuk bayangan yang
dilihat oleh pasien, bila jenis halusinasinya adalah halusinasi penglihatan, bau apa
yang tercium untuk halusinasi penghidu, rasa apa yang dikecap untuk halusinasi
pengecapan, atau merasakan apa dipermukaan tubuh bila halusinasi perabaan.
3. Mengkaji Waktu, Frekuensi, dan Situasi Munculnya Halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi, dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien.Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu
terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi.
Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya.Dengan mengetahui frekuensi
terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan untuk pencegahan
terjadinya halusinasi. Informasi ini penting untuk mengidentifikasi pencetus.

Tanda Gejala Mayor


No Diagnosa
Subjektif Objektif
1 Isolasi sosial  Merasa  Menarik
ingin sendirian diri
 Merasa  Tidak
tidak aman di tempat umum berminat/menolak berinteraksi
dengan orang lain atau lingkungan
Tanda Gejala Minor
Subjektif Objektif
 Merasa  Afek datar
berbeda dengan orang lain  Afek sedih
 Merasa  Riwayat
asyik dengan pikiran sendiri ditolak
 Merasa  Menunjuk
tidak mempunyai tujuan yang jelas kan permusuhan
 Tidak
mampu memenuhi harapan orang
lain
 Kondisi
difabel
 Tindakan
tidak berarti
 Tidak ada
kontak mata
 Perkemba
ngan terlambat
 Tidak
bergairah/lesu
Tanda Gejala Mayor
No Diagnosa
Subjektif Objektif
2 Gangguan  Mendenga  Distorsi
Persepsi r suara bisikan atau melihat sensori
Sensori bayangan  Respons
 Merasaka tidak sesuai
n sesuatu melalui inder perabaan,  Bersikap
penciuman, atau pengecapan seolah melihat, mendengar,
mengecap, meraba, atau mencium
sesuatu
Tanda Gejala Minor
Subjektif Objektif
 Menyatak  Menyendir
an kesal i
 Melamun
 Konsentra
si buruk
 Disorienta
si waktu,tempat, orang atau situasi
 Curiga
 Melihat ke
satu arah
 Mondar-
mandir
 Bicara
sendiri
No Diagnosa Faktor Risiko
3 Risiko  Pemikiran waham/delusi
perilaku  Curiga pada orang lain
kekerasan  Halusinasi
 Berencana bunuh diri
 Disfungsi sistem keluarga
 Kerusakan kognitif
 Disorientasi atau konfusi
 Kerusakan kontrol impuls
 Persepsi pada lingkungan tidak akurat
 Alam perasaan depresi
 Riwayat kekerasan pada hewan
 Kelainan neurologis
 Lingkungan tidak teratur
 Penganiayaan atau pengabaian anak
 Riwayat atau ancaman kekerasan terhadap diri
sendiri atau orang lain atau destruksi properti orang lain
 Impulsif
 Ilusi
F. Rencana Tindakan Keperawatan
Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa Keperawatan
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
1. Isolasi Sosial ( D.0121) Keterlibatan Sosial (l.13116) Promosi Sosialisasi (I.09313)
Pengertian : Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam Observasi:
Ketidakmampuan untuk diharapkan kemampuan membina hubungan meningkat  Identifikasi kemampuan melakukan
membina Diagnosahubungan Kriteria Hasil: Perencanaan Keperawatan
interaksi dengan orang lain
No
yangKeperawatan
erat, hangat, Tujuan
Cukup & Kriteria Hasil
Cukup
Meningk  Intervensimelakukan interaksi
Identifikasi hambatan
2. Gangguan
terbuka, Persepsi dan PersepsiMenurun
Sensori (L.09083) Sedang Meningk Manajemen
dengan orang lainHalusinasi (I.09288)
Menurun at
  Sensori (D.0085)dengan
interdependen at Observasi:
Terapeutik:
  Pengertian
orang lain : 1
Tujuan: Minat interaksi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam diharapkan  Monitor
Motivasi perilaku yang
meningkatkan mengindikasi
keterlibatan dalam
  Perubahan persepsi  
persepsi 1 terhadap stimulus
sensori 2 3
membaik 4 5 halusinasi
suatu hubungan
terhadap simulus baik   Cukup
  KriteriaMeningka
Hasil: Cukup Menuru   Monitor
Motivasi dan sesuaikan
kesabaran tingkat akrivitas
dalam mengembangkan
  internal maupun Cukup Sedang Menuru
Cukup dansuatu
stimulasi lingkungan
t
Meningkat meningkat Sedang n
Menurun dalam hubungan
  eksternal yang disertai Meningkat n
Menurun  Monitor isi halusinasi
 Motivasi dalam aktivitas baru dan kegiatan
  dengan respon yang 1 2 Verbalisasi
Verbalisasi Isolasi sosial
mendengar bisikan Terapeutik:
kelompok
berkurang, berlebihan   1 1 2 2 33 44 5 5
 
3 Verbalisasi ketidakmampuan di tempat umum   Pertahankan
Diskusikan lingkungan
kekuatan danyang aman
keterbatasan
  atau terdistorssi 2 Verbalisasi melihat bayangan  Lakukan tindakan keselamatan ketika
dalam berkomunikasi dlaam berkomunikasi
     1 1 2 2 33 44 5 5
tidak dapat mengontrol perilaku
3 4 Verbalisasi
Perilaku menarik
merasakandirisesuatu melalui indra perabaan dengan orang lain
1 2 3 4 5   Diskusikan
Diskusikan perasaankegiatan
perencanaan dan direspons
masa
1 2 3 4 5
  Cukup Cukup terhadap
depan halusinasi
4 Verbalisasi
Memburu merasakan sesuatu melalui
Sedang indra penciumanMembai
1 k Memburu
2 3n Membai
4 5   Hindari
Berikan umpanperdebatan tentang
balik positif padavalidasi
setiap
k
5 Verbalisasi merasakanksesuatu melalui indra pengecapan
k halusinasi
peningkatan kemampuan
5 Kontak
1 mata 2 3 4 5 Edukasi
Edukasi
6 Distorsi1sensori 2 3 4 5   Anjuranberinteraksi
Anjurkan memonitordengansendiri
orangsituasi
lain
6 Tugas
1 perkembangan 2 sesuai usia
3 4 5 terjadinya halusinasi
secara bertahap
7 Perilaku1halusinasi 2 3 4 5
  Anjurkan
Anjurkan ikut bicara pada orang
serta kegiatan sosialyang
dan
1 2 3 4 5 dipercaya untuk memberi dukungan dan
kemasyarakatan
8 Respons sesuai stimulus umpan balik korektif
1 2 3 4 5  Anjurkan berbagiterhadap halusinasi
pengalaman dengan

orang lainAnjurkan melakukan distraksi
  Ajarkanmeningkatkan
Anjurkan pasien dankejujuran
keluargadiricara
dan
mengontrol halusinasi
menghormati hak orang lain
 Kolaborasi
Anjurkan membuat perencanaan kelompok
kecil untuk kegiatan khusus
 Latih bermain peran untuk meningkatkan
keterampilan komunikasi
 Kolaborasi pemberian obat antipsikotik
dan antiansietas, jika perlu

Perencanaan Keperawatan
No. Diagnosa
Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
Keperawatan
3. Risiko Perilaku Kontrol Diri (L.09076) Pencegahan Perilaku Kekerasan (I.14544)
Kekerasan (D.0146) Observasi:
Pengertian : Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam  Monitor adanya benda yang berpotensi
Berisiko diharapkan kontrol diri meningkat membahayakan (mis. benda tajam, tali)
membahayakan Kriteria Hasil:  Monitor adanya barang yang dibawa oleh
secara fisik, emosi Cukup Cukup pengunjung
Meningka Menuru
dan atau seksual pada Meningk Sedang Menuru  Monitor selama penggunaan barang yang dapat
t n
diri sendiri atau orang at n membahayakan (mis. pisau cukur)
lain 1 Verbalisasi ancaman kepada orang lain Terapeutik:
  1 2 3 4 5
 Pertahankan lingkungan bebas dari bahaya
2 Verbalisasi umpatan
  1 2 3 4 5 secara rutin
3 Perilaku menyerang  Libatkan keluarga dalam perawatan
1 2 3 4 5 Edukasi
4 Perilaku melukai diri sendiri atau orang lain  Anjurkan pengunjung dan keluarga untuk
  1 2 3 4 5 mendukung keselamatan pasien
5 Perilaku merusak lingkungan sekitar  Latih cara mengungkapkan perasaan secaa
  1 2 3 4 5 asertif
6 Perilaku agresif/ amuk  Latih mengurangi kemarahan secara verbal dan
1 2 3 4 5 non verbal (mis. relaksasi, bercerita)
7 Suara Keras
1 2 3 4 5
8 Bicara Ketus
1 2 3 4 5
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan

Strategi Pelaksanaan 1 (SP 1)


A. Kondisi
Klien terlihat bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, mendekatkan telinga
kearah tertentu, dan menutup telinga. Klien mengatakan mendengar suara-suara atau
kegaduhan, mendengar suara yang mengajaknya bercakap-cakap, dan mendengar suara
menyuruh melakukan sesuatau yang berbahaya.
B. Diagnosis Keperawatan
Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi
C. Tujuan
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya, dengan criteria sebagai berikut.
a. Ekspresi wajah bersahabat
b. Menunjukkkan rasa senang
c. Klien bersedia diajak berjabat tangan
d. Klien bersedia menyebutkan nama
e. Ada kontak mata
f. Klien bersedia duduk berdampingan dengan perawat
g. Klien bersedia mengutarakan masalah yang dihadapinya.
2. Membantu klien mengenal halusinasinya
3. Mengajarkan klien mengontrol halusinasinya dengan menghardik halusinasi
D. Intervensi Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan prinsip komunikasi terapeutik
a. Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal
b. Perkenalkan diri dengan sopan
c. Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan yang disukai klien
d. Jelaskan tujuan pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya
g. Beri perhatian kepada klien dan memperhatikan kebutuhan dasar klien.
2. Bantu klien mengenal halusinasinya yang meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
frekuensi, situasi pencetus, dan perasaan saat terjadi halusinasi
3. Latih klien untuk mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. Tahapan tindakan
yang dapat dilakukan meliputi hal-hal sebagai berikut.
a. Jelaskan cara menghardik halusinasi
b. Peragakan cara menghardik halusinasi
c. Minta klien memperagakan ulang
d. Pantau penerapan cara ini dan beri penguatan pada perilaku klien yang sesuai
e. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien

E. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Selamat pagi, assalamualaikum………….. Boleh Saya kenalan dengan Ibu? Nama
Saya………….. boleh panggil Saya……… Saya Mahasiswa Ners Poltekkes
Kemenkes Kaltim, Saya sedang praktik di sini dari pukul 07.00 WITA sampai
dengan pukul 15.00 WITA siang. Kalau boleh Saya tahu nama Ibu siapa dan senang
dipanggil dengan sebutan apa?”
b. Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Ibu hari ini? Bagaimana tidurnya tadi malam? Ada keluhan
tidak?”
c. Kontrak
1) Topik
“Apakah Ibu tidak keberatan untuk ngobrol dengan saya? Menurut ibu sebaiknya
kita ngobrol apa ya? Bagaimana kalau kita ngobrol tentang suara dan sesuatu yang
selama ini Ibu dengar dan lihat tetapi tidak tampak wujudnya?”
2) Waktu
“Berapa lama kira-kira kita bisa ngobrol? Ibu maunya berapa menit? Bagaimana
kalau 10 menit? Bisa?”
3) Tempat
“Di mana kita akan bincang-bincang ???
Bagaimana kalau di ruang tamu saya ???
2. Kerja
 “Apakah Ibu mendengar suara tanpa ada wujudnya?”
 “Apa yang dikatakan suara itu?”
 “Apakah Ibu melihat sesuatu atau orang atau bayangan atau mahluk?”
 “Seperti apa yang kelihatan?”
 “Apakah terus-menerus terlihat dan terdengar, atau hanya sewaktu-waktu saja?”
 “Kapan paling sering Ibu melihat sesuatu atau mendengar suara tersebut?”
 “Berapa kali sehari Ibu mengalaminya?”
 “Pada keadaan apa, apakah pada waktu sendiri?”
 “Apa yang Ibu rasakan pada saat melihat sesuatu?”
 “Apa yang Ibu lakukan saat melihat sesuatu?”
 “Apa yang Ibu lakukan saat mendengar suara tersebut?”
 “Apakah dengan cara itu suara dan bayangan tersebut hilang?”
 “Bagaimana kalau kita belajar cara untuk mencegah suara-suara atau bayangan agar
tidak muncul?”
 “Ibu ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul.”
 “Pertama, dengan menghardik suara tersebut”.
 “Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.”
 “Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal.”
 “Keempat, minum obat dengan teratur.”
 “Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik.”
 “Caranya seperti ini:
a. Saat suara-suara itu muncul, langsung Ibu bilang dalam hati, “Pergi Saya tidak mau
dengar … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tidak terdengar lagi. Coba ibu peragakan! Nah begitu………….. bagus!
Coba lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
b. Saat melihat bayangan itu muncul, langsung Ibu bilang, pergi Saya tidak mau
lihat………………. Saya tidak mau lihat. Kamu palsu. Begitu diulang-ulang sampai
bayangan itu tak terlihat lagi. Coba Ibu peragakan! Nah begitu……….. bagus! Coba
lagi! Ya bagus Ibu sudah bisa.”
3. Terminasi
a. Evaluasi subjektif
“Bagaimana perasaan Ibu dengan obrolan kita tadi? Ibu merasa senang tidak dengan
latihan tadi?”
b. Evaluasi objektif
“Setelah kita ngobrol tadi, panjang lebar, sekarang coba Ibu simpulkan pembicaraan
kita tadi.”
“Coba sebutkan cara untuk mencegah suara dan atau bayangan itu agar tidak muncul
lagi.”

c. Rencana tindak lanjut


“Kalau bayangan dan suara-suara itu muncul lagi, silakan Ibu coba cara tersebut!
Bagaimana kalau kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja latihannya?”
(Masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
klien, Jika ibu melakukanya secara mandiri makan ibu menuliskan M, jika ibu
melakukannya dibantu atau diingatkan oleh keluarga atau teman maka ibu buat ibu,
Jika ibu tidak melakukanya maka ibu tulis T. apakah ibu mengerti?).
d. Kontrak yang akan dating
1) Topik
“Ibu, bagaimana kalau besok kita ngobrol lagi tentang caranya berbicara dengan
orang lain saat bayangan dan suara-suara itu muncul?”
2) Waktu
“Kira-kira waktunya kapan ya? Bagaimana kalau besok jam 09.30 WITA, bisa?”
3) Tempat
“Kira-kira tempat yang enak buat kita ngobrol besok di mana ya? Sampai jumpa
besok.
Wassalamualaikum,……………

Strategi Pelaksanaan 2 (SP 2)


A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan mendengar ada suara-suara tapi suara itu tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan Persepsi Sensori : halusinasi
C. Tujuan
Ajarkan cara mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain.
D. Intervensi Keperawatan
Diskusikan dengan klien cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
lain.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Bagaimana kabarnya hari ini? mas masih
ingat dong dengan saya? Ibu sudah mandi belum? Apakah massudah makan?
 Evaluasi validasi : ”bagaimana perasaan mas hari ini? Kemarin kita sudah
berdiskusi tentang halusinasi, apakah mas bisa menjelaskan kepada saya tntang isi
suara-suara yang mas dengar dan apakah mas bisa mempraktekkan cara
mengontrol halusinasi yang pertama yaitu dengan menghardik?”
 Kontrak :
Topik :
”sesuai dengan kontrak kita kemarin, kita akan berbincang-bincang di ruamg tamu
mengenai cara-cara mengontrol suara yang sering mas dengar dulu agar suara itu
tidak muncul lagi dengan cara yang kedua yaitu bercakap-cakap dengan orang
lain.
Waktu :
Berapa lama kita akan bincang-bincang, bagaimana kalau 10 menit saja,
bagaimana mas setuju?”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu? mas setuju?”
2. Fase kerja
 ”kalau mas mendengar suara yang kata mas kemarin mengganggu dan membuat
mas jengkel. Apa yang mas lakukan pada saat itu? Apa yang telah saya ajarkan
kemarin apakah sudah dilakukan?”
 ”cara yang kedua adalah mas langsung pergi ke perawat. Katakan pada perawat
bahwa mas mendengar suara. Nanti perawat akan mengajak mas mengobrol
sehingga suara itu hilang dengan sendirinya.

3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama. Saya senag
sekali mas mau berbincang-bincang denagan saya. Bagaimana perasaan mas setelah
kita berbincang-bincang?”
b. Evaluasi obyektif : ”jadi seperti yang mas katakan tadi, cara yang mas pilih untuk
mengontrol halusinasinya adalah......
c. Tindak lanjut : ”nanti kalau suara itu terdengar lagi, mas terus praktekkan cara
yang telah saya ajarkan agar suara tersebut tidak menguasai pikiran mas.”

d. Kontrak yang akan datang :


Topik :
”bagaimana kalau besok kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang ketiga yaitu menyibukkan diri dengan kegiatan yang
bermanfaat.”
waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau besok jam .....? mas setuju?”
tempat :
”besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Termakasih mas sudah
berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”

Strategi Pelaksanaan 3 (SP 3)


A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan :
halusinasi
C. Tujuan
Agar klien dapat memahami tentang cara mengontrol halusinasi dengan melakukan
aktifitas / kegiatan harian.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktifitas harian klien.
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
 Salam terapeutik : ” Selamat pagi, bu? Masih ingat saya ?
 Evaluasi validasi : ”ibu tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ?
sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa
itu ? apakah mas masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin
 Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang suara-
suara yang sering mas dengar agar bisa dikendalikan engan cara melakukan
aktifitas / kegiatan harian.”

Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalau di ruang tamu? Ibu setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih 10 menit, bagaimana mas setuju?”
2. Fase Kerja
 ”cara mengontrol halusinasi ada beberapa cara, kita sudah berdiskusi tentang cara
pertama dan kedua, cara lain dalam mengontrol halusinasi yaitu caar ketiga adalah
mas menyibukkan diri dengan berbagi kegiatan yang bermanfaat. Jangan biarkan
waktu luang untuk melamun saja.”
 ”jika mas mulai mendengar suara-suara, segera menyibukkan diri dengan kegiatan
seperti menyapa, mengepel, atau menyibukkan dengan kegiatan lain.”
3. Fase Terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag
sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah
berbincang-bincang?”
 Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi cara mengontrol halusinasi yang ketiga?
 Tindak lanjut : ”tolong nanti mas praktekkan cara mengontrol halusinasi seperti
yang sudah diajarkan tadi?
 Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita berbincang-bincang lagi tentang cara mengontrol
halusinasi dengan cara yang keempat yaitu dengan patuh obat.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam 08.00? ibu setuju?”
Tempat :
”Besok kita berbincang-bincang di sini atau tempat lain? Terimakasih mas sudah
mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”
Strategi Pelaksanaan 4 (SP 4)
A. Kondisi klien
DO : Klien tenang
DS : Klien mengatakan sudah lebih mendengar suara-suara yang tidak jelas
B. Diagnosa Keperawatan :
halusinasi
C. Tujuan: Agar klien dapat mengontrol halusinasi dengan patuh obat.
D. Intervensi Keperawatan
Ajarkan klien mengontrol halusinasi dengan cara patuh obat yaitu penggunaan obat
secara teratur (jenis, dosis, waktu, manfaat, dan efek samping)
E. Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi :
a. Salam terapeutik : ” Selamat pagi, mas? Masih ingat saya ???
b. Evaluasi validasi : ”mas tampak segar hari ini. Bagaimana perasaannya hari ini ?
sudah siap kita berbincang bincang ? masih ingat dengan kesepakatan kita tadi, apa
itu ? apakah mas masih mendengar suara- suara yang kita bicarakan kemarin.
c. Kontrak
Topik :
”Seperti janji kita, bagaimana kalau kita sekarang berbincang- bincang tentang
obat-obatgan yang mas minum.”
Tempat :
”dimana tempat yang menurut mas cocok untuk kita berbincang-bincang?
Bagaimana kalu di ruang tamu? mas setuju?”
Waktu :
”kita nanti akan berbincang kurang lebih ..... menit, bagaimana mas setuju?”

2. Fase Kerja
”ini obat yang harus diminum oleh mas setiap hari. Obat yang warnanya....ini
namanya....dosisnya.....mg dan yang warna.....dosisnya.....mg. kedua obat ini
diminum....sehari siang dan malam, kalau yang warna...minumnya....kali sehari. Obat
yang warnanya....ini berfungsi untuk mengendalikan suara yang sering mas dengar
sedangkan yang warnanya putih agar mas tidak merasa gelisah. Kedua obat ini
mempunyai efek samping diantaranya mulut kering, mual, mengantuk, ingin meludah
terus, kencing tidak lancar. Sudah jelas mas? Tolong nanati mas sampaikan ke dokter
apa yang mas rasakan setelah minum obat ini. Obat ini harus diminum terus, mungkin
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Kemudian mas jangan berhenti minum obat
tanpa sepengetahuan dokter, gejala seperti yang mas alami sekarang akan muncul lagi,
jadi ada lima hal yang harus diperhatikan oleh mas pada saat mionum obat yaitu beanr
obat, benar dosis, benar cara, benar waktu dan benar frekuensi. Ingat ya mas..?!!
3. Fase Terminasi
 Evaluasi subyektif : ”tidak terasa kita sudah berbincang-bincang lama, saya senag
sekali mas mau berbincang-bincang dengan saya. Bagaimana perasaan mas setelah
berbincang-bincang?”
 Evaluasi obyektif : ”coba mas jelaskan lagi obat apa yang diminum tadi?
Kemudian berapa dosisnya?
 Tindak lanjut : ”tolong nanti mas minta obat ke perawat kalau saatnya minum
obat.”
 Kontrak yang akan datang
Topik:
”bagaimana mas kalau kita akan mengikuti kegiatan TAK (Terapi Aktifitas
Kelompok) yaitu menggambar sambil mendengarkan musik.”
Waktu :
”jam berapa mas bisa? Bagaimana kalau jam .....? mas setuju?”
Tempat :
”Besok kita akan melakukan kegiatan di ruang makan. Terimakasih mas sudah
mau berbincang-bincang dengan saya. Sampai ketemu besok pagi.”
DAFTAR PUSTAKA

Keliat BA, Ria UP, Novy H. 2005. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa.Edisi 2. Jakarta.
EGC.

Maramis W. F.1998. Catatan Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : EGC.

PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia, Definisi dan Indikator Diagnostik.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia, Definisi dan Tindakan Keperawatan.
Edisi 1 . Jakarta: DPP PPNI

Residen bagian Psikiatri UCLA. 1990. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC

Stuart & Laraia. 2001. Principles and practice of psychiatric nursing.USA: Mosby Company.

Stuart & Sudeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 3.Jakarta : EGC.

Stuart, G. W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa .Edisi 5. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai