Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

007 - Fadhila Fauzia S - MENGHITUNG INDEKS DIVERSITAS KEANEKARAGAMAN VEGETASI POHON

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 24

PRAKTIKUM EKOLOGI

“MENGHITUNG INDEKS DIVERSITAS KEANEKARAGAMAN VEGETASI


POHON”

Disusun oleh :
Fadhila Fauzia Syahriar
4411419007
Biologi B

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
SEMARANG
2021
BAB V
MENGHITUNG INDEKS DIVERSITAS KEANEKARAGAMAN
VEGETASI POHON

A. Lokasi dan Koordinat Pengamatan Praktikum


Gg. Lapangan Rt 08, Rw 01, Kel. Wonoplumbon, Kec. Mijen, Kota
Semarang, Jawa Tengah

B. Tanggal Praktikum
Praktikum dilakukan pada hari Sabtu, 24 April 2021

C. Tujuan

1. Menghitung indeks nilai penting dari suatu komunitas tumbuhan pohon di


suatu wilayah.
2. Menghitung indeks keanekaragaman jenis tumuhan pohon disuatu wilayah.

D. Landasan Teori

Secara umum, vegetasi diartikan sebagai kumpulan beberapa jenis


tumbuhan yang hidup bersama pada suatu tempat dan saling berinteraksi
terhadap tumbuhan itu sendiri atau dengan hewan yang ada maupun faktor
lingkungan. Pada distribusi tumbuhan, faktor lingkungan memegang
peranan sangat penting. Tumbuhan hidup di suatu tempat akan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik secara morfologis atau
fisiologis.

Pohon adalah tumbuhan berkayu yang tumbuh dengan tinggi


minimal 5 meter, pohon sendiri mempunyai banyak manfaat, di mana
pohon memiliki perpaduan warna hijau, aneka bentuk dedaunan dan tajuk
yang menjadi suatu pemandangan tersendiri. Secara ekologis, pohon
bermanfaat mengurangi erosi, tingkat kerusakan tanah dan menjaga
kestabilan tanah. Bennet (1995) menyebutkan bahwa pohon dapat

2
menurunkan laju erosi paling efektif dibanding rumput, tanaman tumpang
gilir, tanaman pertanian dan kapas. Pohon juga memiliki manfaatsecara
hidrologis, dimana struktur akar pohon mampu menyerap kelebihan air
dengan baik (Nazaruddin,
1996).
Analisis vegetasi hutan merupakan studi yang bertujuan untuk
mengetahui struktur dan komposisi hutan. Pada dasarnya, analisis vegetasi
merupakan cara mempelajari susunan dan struktur (bentuk) vegetasi atau
masyarakat tumbuh- tumbuhan. Dalam analisa vegetasi dibutuhkan data spesies
tumbuhan beserta diameter batang dan tinggi pohon tumbuhan tersebut. Menurut
Kasmadi et al. (2016), fase pertumbuhan pohon bermacam-macam, yakni
sebagai berikut :
1. Semai adalah anakan pohon mulai kecambah sampai setinggi kurang1,5 m.
2. Pancang adalah anakan pohon tingginya ≥ 1,5 meter sampai diameter <10
cm.
3. Tiang adalah anakan pohon yang diameternya 10 cm sampai < 20 cm.
4. Pohon adalah pohon dewasa berdiameter ≥ 20 cm.
Metode yang biasa digunakan untuk analisis praktikum menghitung
vegetasi pohon adalah metode plot/petak atau juga disebut metode
kuadrat. Metode plot/petak merupakan salah satu metode analisis vegetasi
dengan memanfaatkan pengamatan petak contoh dengan luas dalam satuan
kuadrat (Ufiza, 2018). Pada metode petak contoh bahwa pengukuran peubah
dasar dilakukan dengan cara penaksiran berdasarkan petak contoh. Bila
habitatnya berupa suatu daerah yang luas maka diambilah seluas tertentu saja
dari daerah itu yang disebut sebagai area minimal, dan dari daerah contoh
tersebut dihitung semua tumbuhan yang diamati. Pengukuran yang dilakuikan
pada petak contoh tersebut digunakan sebagai penaksir dari keadaan semua
lokasi penelitian yang dilakukan (Sundra, 2016).
Menurut Marsono (1991), vegetasi merupakan kumpulan tumbuh-
tumbuhan, yang terdiri dari beberapa jenis yang hidup bersama-sama di
suatu tempat. Dalam mekanisme kehidupan bersama tersebut terdapat

3
interaksi yang erat, baik diantara sesama individu penyusun vegetasi itu
sendiri maupun dengan organisme lainnya sehingga merupakan suatu sistem
yang hidup dan tumbuh, serta dinamis.
Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif
tentangstruktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
1. Vegetasi Tingkat
Pohon
Pengukuran pohon adalah pengukuran tumbuhan ber diameter lebih
dari
20 cm yang dilakukan pada petak ukur (plot) berukuran 10 x 10 meter.
Datayang diambil pada pengamatan vegetasi tingkat pohon meliputi
diameterbatang, tinggi pohon, spesies/jenis pohon, dan jumlah
individu tiap spesies.
2. Vegetasi Tingkat
Tiang
Pengukuran tiang adalah pengukuran tumbuhan dengan diameter
antara
10-20 cm yang dilakukan pada petak sub-kuadran berukuran 5 x 5
m. Sama dengan pohon, parameter pengukuran tiang adalah diameter
tiang, tinggi tiang, jumlah spesies tiang, dan jumlah individu tiap spesies.
3. Vegetasi Tingkat Pancang
Pancang adalah regenerasi pohon dengan ukuran lebih tinggi dari
1,5 meter serta diameter batang kurang dari 5 cm. Ukuran petak
yang digunaka nuntuk pengukuran pancang adalah 2 x 2 meter. Tidak
seperti pada tingkat tiang dan pohon, untuk tingkat pancang pengukuran
hanya dilakukan pada jumlah individu dan jumlah spesies saja tidak
dilakukan pengukuran diameter batang.
4. Vegetasi Tingkat Semai
Semai adalah regenerasi pohon dengan ukuran lebih rendah dari
1,5meter. Ukuran petak yang digunakan untuk pengukuran semai adalah
1 x 1 meter. Sebagaimana pancang, tahap pertumbuhan semai hanya
dihitung jumlah individu tiap spesies dan jumlah spesies.

4
Indek diversitas merupakan indeks keanekaragaman suatu komunitas.
Dalam suatu komunitas maka akan diperoleh beberapa kanekaragaman.
Keanekaragaman dapat berupa perbedaan jenis spesies dalam suatu komunitas,
karena semakin tinggi tingkat diversitas dalam suatu komunitas maka semakin
tinggi tingkat keanekaragamannya. Sedangkan pengertian komunitas itu sendiri
merupakan kumpulan dari beberapa populasi pada suatu tempat, ruanga damn
waktu yang sama. Oleh karena itu komunitas terdiri dari beberapa populasi
yang jelas spesiesnya maka indeks keanekaragaman perlu dihitung. Perhitungan
indeks diversitas dilakukan pada dua daerah, yaitu Daerah ternaung (daerah
yang sinar matahari jarang), dan Daerah terdedah ( daerah yang mendapatkan
sinar matahari secara bebas).
Sedangkan nilai penting merupakan sebarnya nilai kehadiran suatu
spesies tumbuhan dalam suatu ekosistem, sehingga diperlukan analisis
vegetasi. Selain itu nilai penting juga dapat menggambarkan karakter dalam
komunitas indeks nilai merupakan gabungan dari :
Nilai penting =Frekuensi relatif + dominansi relatif + densitas relative

Nilai penting dari suatu tumbuhan dapat digunakan sebagai


penyebut ekosistem dalam suatu tempat tersebut dengan kata lain apabila dalam
suatu tempat diperoleh suatu nilai peting tumbuhan tersebut yang terbesar maka
dapat dikatakan bahwa tumbuhan tersebut mewakili nama ekosistem tersebut.
Frekuensi (F) merupakan salah satu parameter vegetasi yang dapat
menunjukkan pola distribusi atau sebaran jenis tumbuhan dala ekosistem atau
memperlihatkan pola distribusi tumbuhan (Fachrul, 2007 dalam Rahim,S.dkk,
2017).
Berdasarkan frekuensi suatu individu dapat ditentukan pula Frekuensi
Relatif (FR) masing-masing jenis individu suatu jenis dibanding dengan
frekuensi seluruh jenis.
Densitas (kerapatan (K)) merupakan nilai yang menunjukan jumlah atau
banyaknya jenis (Dombois dan Elenberg, 1974 dalam Rahim,S.dkk, 2017).
Secara kuantitatif densitas ditunjukkan menggunakan angka sedangkan secara
kualitatif densitas di bedakan menjadi jarang terdapat, kadang-kadang terdapat,

5
dan sering terdapat. Yang dinyatakan sebagai jumlah dari individu tersebut.
Berdasarkan kerapatan suatu individu dapat ditentukan pula Kerapatan
Relatif (KR) masing-masing jenis individu, yaitu kerapatan individu suatu
jenis dibanding dengan kerapatan seluruh jenis yang ditemukan.
Luas penutupan atau dominansi (coverage) (D) adalah proporsi antara
luas tempat yang ditutupi oleh spesies tumbuhan dengan luas total habitat.
Luas penutupan dapat dinyatakan dengan menggunakan luas penutupan tajuk
atau luas bidang dasar (basal area). Sedangkan luas penutupan atau dominansi
relatif (DR) merupakan perbandingan antara dominansi jenis yang lain.

E. Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan untuk analisis vegetasi tumbuhan herba
dan perdu antara lain:

Alat pengambilan sampling:


1. Alat tulis.
2. Papan ujian.
3. Tabel data pengamatan
4. Pasak.
5. Tali/rafia.
6. Kamera/Hp
7. Pisau
8. plastik

F. Cara Kerja

a. Metode Kuadrat (Plot)


1. Survei lokasi yang memiliki komunitas jenis pohon beragam
(heterogen).
2. Buat petak dengan ukuran 5 m x 5 m. Jumlah plot/petak disesuaikan
dengan luas wilayah. Umumnya diambil sebanyak 1%- 10% dari total
luas wilayah.
3. Letakan petak/plot pada lokasi yang telah disurvei.
4. Catat spesies pohon apa yang terdapat dalam plot dengan syarat
diameter batang lebih dari 10 cm untuk pengambilan data di mangrove
dan 20 cm untuk pengambilan data dihutan .

6
5. Ukur diameter setinggi dada (DBH) seluruh pohon, lalu catat dalam
data sheet.
6. Ambil foto perawakan pohon, dan sampel pohon untuk keperluan
identifikasi dan pembuatan herbarium.
7. Ambil faktor lingkungan tiap Wilayah.

b. Metode Point Center Quarter (PCQ)


1. Survei lokasi yang memiliki komunitas jenis pohon
beragam (heterogen).
2. Tentukan titik pusat dan pohon yang berada pada titik pusat sebagai
acuan.
3. Tentukan 4 pohon terdekat dari titik pusat, dengan syarat pohon
memiliki diameter batang lebih dari 30 cm.
4. Ukur jarak pohon yang berada pada titik pusat menuju ke titik 4 pohon
yang sudah ditentukan sebelumnya.
5. Ambil sampel dan foto pohon untuk keperluan identifikasi dan
pembuatan herbarium.
6. Ambil faktor lingkungan tiap wilayah.

Gambar 2. Metode Point Center Quarter (PCQ).


G. Analisis Data

1. Metode Kuadrat/Plot

 Basal Area = пr2


Dominansi suatu jenis
 Dominansi Relatif (DR)  x 100%
Total dominansi
 Kerapatan Relatif Kerapatan Jenis
(KR)= x 100 %
Total Kerapatan

7
 Jumlah petak dijumpai jenis
Frekuensi (F)  Jumlah seluruh petak
Frekuensi suatu jenis
 Frekuensi Relatif (FR) = x 100%
Frekuensi total jenis
 INP = FR + DR + KR = 300%
 Indeks Keanekaragaman Jenis (Shannon-Wienner): H' =− Σ Pi Ln Pi
INP Suatu jenis
 Pi =
Total INP Seluruh jenis
2. Metode Point Center Quarter (PCQ)

 Densitas mutlak  UA (unit area)


2
FK ( faktor koreksi) x
MD

 Mean Distance (MD) = penjumlahan jarak dibagi total kuadran.


 FK ( Faktor Koretor) = 1
 Densitas Spesies = Frekuensi spesies x Densitas mutlak

H. Pembahasan

A. Tabel Hasil Pengamatan

Tabel 7. Tabel Data Analisis Vegetasi Pohon Metode Kuadrat/Plot.

No Nama Spesies DBH (m) plot ke- Keterangan


1 2 3 4 5
1. Albizia chinensis 30 cm Pancang
2. Psidium guajava 3 buah seedling
3. Artocarpus 62,5 cm Pohon
heterophyllus
4. Albizia chinensis 12 cm Pancang
5. Archidendron 19,5 cm Pancang
pauciflorum
6. Swietenia mahagoni 20 cm Pancang
7. Musa sp. 30 cm Pancang

8
8. Musa sp. 2 buah Seedling
9. Albizia chinensis 30 cm Pancang
10. Psidium guajava 2 buah Seedling
11. Swietenia mahagoni 15 cm Pancang
12. Durio zibethinus 116 cm Pohon
13. Swietenia mahagoni 3 buah Seedling
14. Swietenia mahagoni 31,9 cm Tiang
15. Albizia chinensis 17,5 cm Pancang
16. Albizia chinensis 21,2 cm Pancang
17. Durio zibethinus 124 cm Pohon
18. Albizia chinensis 8 cm Pancang
19. Albizia chinensis 24,6 cm Pancang
20. Albizia chinensis 22,5 cm Pancang
21. Albizia chinensis 23,5 cm Pancang
22. Albizia chinensis 34,7 cm Tiang
23. Durio zibethinus 330 cm Pohon
24. Tectona grandis 65,5 cm Pohon
25. Archidendron 3 buah Seedling
pauciflorum
26. Musa sp. 9 buah Seedling
27. Durio zibethinus 25 cm Pancang
28. Durio zibethinus 38,8 cm Tiang
29. Swietenia mahagoni 2 buah Seedling
30. Swietenia mahagoni 24,5 cm Pancang
31. Psidium guajava 1 buah Seedling
32. Albizia chinensis 50,6 cm Tiang
33. Albizia chinensis 80,2 cm Pohon
34. Albizia chinensis 80,5 cm Pohon
35. Albizia chinensis 21,6 cm Pancang
36. Albizia chinensis 50,2 cm Tiang
37. Albizia chinensis 30,3 cm Pancang

9
38. Albizia chinensis 40 cm Tiang
39. Albizia chinensis 35 cm Tiang
40. Albizia chinensis 81,6 cm Pohon
41. Albizia chinensis 78,3 cm Pohon
42. Albizia chinensis 25 cm Pancang
43. Nephelium lappaceum 19 cm Pancang
44. Musa sp. 17,5 cm Pancang

Analisis Vegetasi Hutan

10
N Plo Perawaka Nama Jenis Kelilin DBH Basal Area
O t n g (Dominansi
Ke- )
1 1 Pancang Albizia chinensis 30 9.55414012 71.6560509
7 6
2 1 Pancang Albizia chinensis 12 3.82165605 11.4649681
1 5
3 1 Pancang Archidendron 19.5 6.21019108 30.2746815
pauciflorum 3 3
4 1 pancang Swietenia mahagoni 20 6.36942675 31.8471337
2 6
5 1 pancang Musa sp. 30 9.55414012 71.6560509
7 6
6 1 Pohon Artocarpus 62.5 19.9044586 311.007165
heterophyllus 6
7 2 Pancang Albizia chinensis 30 9.55414012 71.6560509
7 6
8 2 Pancang Albizia chinensis 17.5 5.57324840 24.3829617
8 8
9 2 Pancang Albizia chinensis 21.2 6.75159235 35.7834394
7 9
10 2 Pancang Swietenia mahagoni 15 4.77707006 17.9140127
4 4
11 2 Tiang Swietenia mahagoni 31.9 10.1592356 81.0199044
7 6
12 2 Pohon Durio zibethinus 116 36.9426751 1071.33758
6
13 3 Pancang Albizia chinensis 8 2.54777070 5.09554140
1 1
14 3 Pancang Albizia chinensis 24.6 7.83439490 48.1815286
4 6
15 3 Pancang Albizia chinensis 22.5 7.16560509 40.3065286
6 6
16 3 Pancang Albizia chinensis 23.5 7.48407643 43.9689490
3 4
17 3 Tiang Albizia chinensis 34.7 11.0509554 95.8670382
1 2
18 3 Pohon Durio zibethinus 124 39.4904458 1224.20382
6 2
19 4 Pancang Durio zibethinus 25 7.96178343 49.7611465
9
20 4 Pancang Swietenia mahagoni 24.5 7.80254777 47.7906051
1
21 4 Tiang Durio zibethinus 38.8 12.3566879 119.859872
6

11
22 4 Pohon Durio zibethinus 330 105.095541 8670.38216
4 6
23 4 Pohon Tectona grandis 65.5 20.8598726 341.580414
1
24 5 Pancang Musa sp. 17.5 5.57324840 24.3829617
8 8
25 5 Pancang Nephelium lappaceum 19 6.05095541 28.7420382
4 2
26 5 Pancang Albizia chinensis 21.6 6.87898089 37.1464968
2 2
27 5 Pancang Albizia chinensis 30.3 9.64968152 73.0963375
9 8
28 5 Pancang Albizia chinensis 25 7.96178343 49.7611465
9
29 5 Tiang Albizia chinensis 50.6 16.1146496 203.850318
8 5
30 5 Tiang Albizia chinensis 50.2 15.9872611 200.640127
5 4
31 5 Tiang Albizia chinensis 40 12.7388535 127.388535
32 5 Tiang Albizia chinensis 35 11.1464968 97.5318471
2 3
33 5 Pohon Albizia chinensis 80.2 25.5414012 512.105095
7 5
34 5 Pohon Albizia chinensis 80.5 25.6369426 515.943471
8 3
35 5 Pohon Albizia chinensis 81.6 25.9872611 530.140127
5 4
36 5 Pohon Albizia chinensis 78.3 24.9363057 488.128184
3 7

12
Nilai Penting Setiap Spesies dan Indeks Keanekaragaman

N Nama Luas Basal Dominansi Frekuens Frekuensi Densita Densitas Nilai Penting Pi InPi PiInPi
o Spesies Area Relatif i Relatif s Relatif
(Dominansi
)
1 Albizia 3284.09474 21.8005512 4.2 60 0.168 58.3333333 140.1338846 0.46711294 - 0.35555899
chinensis 5 3 3 9 0.761184191 2
2 Artocarpus 311.007165 2.06453472 0.2 2.85714285 0.008 2.77777777 7.699455361 0.02566485 - 0.09400092
heterophyllu 6 6 7 8 1 3.662632881 8
s
3 Archidendro 30.2746815 0.20097006 0.2 2.85714285 0.008 2.77777777 5.835890703 0.01945296 - 0.07663994
n 3 8 7 8 9 3.939755572 3
pauciflorum
4 Swietenia 178.571656 1.18539836 0.8 11.4285714 0.032 11.1111111 23.7250809 0.07908360 -2.53724972 0.20065485
mahagoni 1 3 3 1 3
5 Musa sp. 96.0390127 0.63752832 0.4 5.71428571 0.024 8.33333333 14.68514737 0.04895049 - 0.14768098
4 3 4 3 1 3.016945875 3
6 Durio 11135.5445 73.9202212 1 14.2857142 0.04 13.8888888 102.0948244 0.34031608 - 0.36682004
zibethinus 9 5 9 9 1 1.077880442 8
7 Nephelium 28.7420382 0.19079604 0.2 2.85714285 0.008 2.77777777 5.825716676 0.01941905 - 0.07654021
lappaceum 2 1 7 8 6 3.941500448 6

Jumlah 15064.2738 7 0.288 300 - 1.31789595


9 18.93714913 9

13
B. Pembahasan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mencari indeks diversitas dan
nilai penting dari tumbuhan pohon yang terdapat di lingkungan peneliti. Indeks
diversitas menunjukkan gabungan dari parameter kekayaan jenis dan
kelimpahan. Indeks diversitas menggambarkan kestabilan komunitas tersebut.
Analisis kuantitatif yang dilakukan terhadap vegetasi di dalam plot
pengamatan meliputi penghitungan Indeks Nilai Penting (INP). Untuk
penghitungan INP tersebut terlebih dahulu menghitung kerapatan, frekuensi,dan
dominansi untuk setiap jenis pada tiap tingkat vegetasi.
Berdasarkan Tabel terdapat sebanyak 7 spesies, yang pengamatan nya
menggunakan plot yang ukuran nya 5x5 meter kemudian bertingkat, yang
menggunakan metode analisis Vegetasi Pohon Metode Kuadrat/plot
a. Pada Plot ke-1 terdapat keanekaragaman jenis tingkat pohon, tiang
Dan pancang, di antara nya adala spesies Albizia chinensis, Artocarpus
heterophyllus, Archidendron pauciflorum, Swietenia mahagoni, dan
Musa sp.
b. Pada Plot ke-2 terdapat keanekaragaman jenis tingkat pohon, tiang
Dan pancang, di antara nya adala spesies Albizia chinensis, Swietenia
mahagoni, Durio zibethinus, dan Swietenia mahagoni.
c. Pada Plot ke-3 terdapat keanekaragaman jenis tingkat pohon, tiang
Dan pancang, di antara nya adala spesies Durio zibethinus, dan
Albizia chinensis.

d. Pada Plot ke-4 terdapat keanekaragaman jenis tingkat pohon, tiang


Dan pancang, di antara nya adala spesies Durio zibethinus, Tectona
grandis, dan Swietenia mahagoni.
e. Pada Plot ke-5 terdapat keanekaragaman jenis tingkat pohon, tiang
Dan pancang, di antara nya adala spesies Albizia chinensis, Nephelium
lappaceum, dan Musa sp.
Nilai dominasi setiap spesies yang terdapat di wilayah pengamatan
sangat bervariasi. Dominansi terendah sebesar 28.74203822 (dibulatkan menjadi

14
2
29) m /hektar ditemukan pada spesies Nephelium lappaceum sedangkan dominasi
2
tertinggi sebesar 11135,54459 (dibulatkan menjadi 11000) m /hektar ditemukan
pada spesies Durio zibethinus. Bervariasinya nilai dominansi tersebut disebabkan
perbedaan tingkat kerapatan dan ukuran rata-rata diameter batang dari masing-
masing spesies. Spesies Durio zibethinus menunjukkan nilai dominansi tertinggi
disebabkan ukuran diameter batangnya yang besar disamping nilai densitas yang
tinggi. Lalu, ada spesies Nephelium lappaceum dengan ukuran diameter
terbesar tetapi tidak menjadi spesies dengan nilai dominansi tertinggi karena nilai
densitasnya lebih kecil dari Durio zibethinus.
Nilai frekuensi menggambarkan distribusi individu pada suatu jenis
tertentu. Nilai frekuensi tertinggi ada pada ditemukan pada spesies Albizia
chinensis dengan nilainya 4,2 dengan frekuensi relatif sebesar 60%. Hal ini
menunjukkan bahwa karakteristik habitat di wilayah tersebut cukup sesuai
dengan karakteristik spesies Albizia chinensis sehingga spesies tersebut
mampu beradaptasi dengan baik yang tercermin dari tingkat kerapatannya serta
tersebar pada hampir seluruh lokasi penelitian.
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai densitas dari 7 spesies yang
terdapat di wilayah pengamatan cukup bervariasi. Nilai densitas suatu
spesies menunjukkan jumlah individu spesies bersangkutan pada satuan luas
tertentu, sehingga nilai densitas yang dihasilkan dalam kegiatan ini merupakan
gambaran mengenai jumlah jenis bersangkutan yang ada di wilayah
tersebut. Total nilai densitas dari 7 spesies tersebut adalah 0,288 pohon/hektar
dengan nilai densitas tertinggi sebesar 0,168 pohon/hektar dan densitas relatif
58 % dicapai oleh spesies Albizia chinensis. Perbedaan nilai densitas
masing-masing spesies tersebut disebabkan adanya perbedaan kemampuan
reproduksi, penyebaran dan daya adaptasi terhadap lingkungan. Akan tetapi,
nilai densitas tersebut hanya dapat memberikan informasi tentang kehadiran
tumbuhan tertentu dalam suatu plotdan belum dapat memberikan gambaran
tentang bagaimana distribusi dan pola penyebarannya.
Hasil analisis INP untuk vegetasi pohon diperoleh angka 300 dengan

15
urutan tertinggi sebagai berikut Albizia chinensis (47%), Durio zibethinus
(34%), Swietenia mahagoni (0,08%), Musa sp. (0,05%), Artocarpus
heterophyllus (0,03%), Archidendron pauciflorum (0,02%), dan Nephelium
lappaceum (0,02%). INP merupakan indeks yang dapat digunakan sebagai
pembanding signifikansi ekologi dari suatu spesies dan dapat juga digunakan
sebagai dasar dalam menentukan dominansi spesies dalam ekosistem (Win,
2011). Spesies yang dominan dalam suatu komunitas tumbuhan akan memiliki
indeks nilai penting yang tinggi sehingga spesies yang paling dominan tentu
memiliki INP yang besar dan sebaliknya. INP yang tinggi menunjukkan peran
spesies dalam komunitas secara umum.
Hasil perhitungan indeks diversitas (H’) untuk lokasi praktikum (plot 1,
2, 3, 4, dan 5) adalah 1,317895959 (dibulatkan menjadi 1,3). Hasil tersebut
menunjukkan bahwa lokasi praktikum memiliki tingkat keanekaragaman
spesies termasuk sedang melimpah. Penentuan tersebut didasarkan menurut
Shannon-Wiener dalam Indriani (2009) bahwa nilai 1≤ H’≤ 3 menunjukkan
keanekaragaman spesies pada daerah tersebut adalah sedang melimpah.
Dengan tingkat keanekaragaman sedang melimpah, maka pada lokasi
praktikum memiliki produktivitas spesies sedang, kondisi ekosistem cukup
seimbang dan tekanan ekologis sedang. Besarnya indeks keanekaragaman
komunitas menggambarkan kestabilan vegetasi dalam suatu ekosistem
sehingga semakin tinggi nilai indeks keanekaragaman, semakin stabil pula
ekosistem/komunitas tersebut.
Faktor-faktro mempengaruhi keanekaragaman
Rendahnya diversitas ini dapat disebabkan oleh faktor-faktor yang
mempengaruhi yaitu:
1. Faktor elevasi, faktor elevasi, yaitu faktor tinggi rendahnya tempat di permukaan
bumi. Tempat-tempat yang ketinggiannya berbeda, misalnya dataran rendah,
dataran tinggi, dan gunung yang tinggi mengakibatkan perbedaan jenis tumbuh-
tumbuhan.
2. Faktor kesuburan tanah, perbedaan tingkat kesuburan tanah di tiap-tiap daerah di
muka bumi akan menyebabkan perbedaan flora di daerah tersebut.

16
3. Faktor iklim, tipe-tipe yang berbeda antara daerah yang satu dengan daerah yang
lain mengakibatkan corak flora berbeda pula.
4. Faktor biologis, faktor biologis timbul dari saling mempengaruhi antara tumbuh-
tumbuhan itu sendiri.Selain itu, pengaruh manusia terhadap penyebaran dan
kelestarian flora sangat besar.
Selain keempat (4) faktor di atas masih ada faktor lain yang mempengaruhi
keanekaragaman adalah:
1. Fragmentasi (pemecahan) habitat, fragmentasi habitat terjadi akibat pembukaan
lahan untuk berbagai keperluan manusia. Sebagai akibat, populasi hewan atau
tumbuhan terpecah menjadi komplek-komplek kecil yang telah rentan terhadap
gangguan. Dalam populasi yang kecil, kemungkinan tidak terdapat cukup
organisme dalam usia produktif. Ketahanan suatu populasi terhadap kepunahan
bergantung pada; besar populasi tersebut pebandingan laju kelahiran dan laju
kematian.
2. Pencemaran lingkungan, perubahan iklim global akibat pencemaran udara,
diperkirakan akan mempengaruhi penyebaran dan ketahanan makhluk hidup.
Akumulasi pencemaran seperti DDT, dioxin, dll. Dalam perairan telah
mengakibatkan kematian sebagaian populasi spesies tumbuhan.
3. Introduksi spesies eksotis (secara alami atau atau tidak sengaja), spesies yang
masuk habitat yang bukan habitat asalnya dapat menjadi “pencemaran bilogis”.
Suatu organisme yang dikeluarkan dari habitat aslinya kemingkinan menjadi
terbebas dari pemangsa, pesaing, parasit atau penyakit yang mengendalikan
populasinya dalam kondisi alami. Pada habitatnya yang baru organisme ini
kemungkinan dapat tumbuh dan berkembang baik dengan pesat dan mengalahkan
populasi asli.
4. Asimilasi genetic, spesies langka dapat menjadi terancam apabila berkembangbiak
silang dengan spesies berkerabat dekat yang berjumlah lebih banyak atau lebih
kuat.

17
I. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum yang sudah dilakukan sebagai
berikut.
1. Indeks nilai penting dari tumbuhan pohon pada suatu komunitas di
suatu wilayah tersebut adalah 300%.
2. Indeks keanekaragaman jenis tumbuhan pohon di wilayah tersebut
adalah 1,317895959 (dibulatkan menjadi 1,3) dan termasuk kategori sedang.

18
Daftar Pustaka

Febriyanti, I.A,dkk. 2014. Analisis Vegetasi Dengan Metode Kuadrat. Surabaya:


Universitas Negri Sunan Ampel

Hariyanto, sucipto,dkk. 2008. Teori dan Praktik Eologi. Surabaya: Airlangga


University Press.

Indriani, Dwi Puspa. Hanifah Marisa dan Zakaria. 2009. Keanekaragaman Spesies
Tumbuhan pada Kawasan Mangrove Nipah (Nypa fruticans Wurmb) di Kec.
Pulau Rimau Kab. Banyuasin Sumatera Selatan. Jurnal Penelitian Sains. 12(3)
(D) 12309.

Kasmadi, D., Tasirin, J. S., & Sumakud, M. Y. (2015). Komposisi Dan Struktur Jenis
Pohon Di Hutan Produksi Terbatas Ake Oba–Tanjung Wayamli–Ake Kobe. In
COCOS (Vol. 6, No. 13).

Khambali, I. 2017. Vegetasi Huta Kota. Yogyakarta: Penerbit ANDI Instiper 2 (2).
Yogyakarta: Institut Pertanian Stiper.
Martono, Djoko Setyo. 2012. Analisis Vegetasi dan Asosiasi Antara Jenis-Jenis
Pohon Utama Penyusun Hutan Tropis Dataran Rendah Di Taman Nasional
Gunung Rinjani Nusa Tenggara Barat. Fakultas Pertanian. Universitas Merdeka
Madiun. Volume 13 Nomor 2.
Nasaruddin. 1996. Penghijauan Kota. Jakarta. Penebar Swadaya.

Pamungkas, S. J. (2018). Penyusunan perangkat pembelajaran biologi berbasis rural


tourism Desa Wisata Pentingsari Cangkringan untuk meningkatkan (HOTS) dan
menanamkan life skills. Natural: Jurnal Ilmiah Pendidikan IPA, 5(2), 51-62.
Rasidi, S. (2004). Ekologi tumbuhan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas
Terbuka.
Sundra, I. K. (2016). Metode dan Teknik Analisis Flora dan Fauna Darat.
Universitas Udayana, Denpasar, Bali.
Ufiza, S., Salmiati, S., & Ramadhan, H. (2019). Analisis Vegetasi Tumbuhan dengan
Metode Kuadrat pada Habitus Herba di Kawasan Pegunungan Deudap Pulo
Nasi Aceh Besar. Prosiding Biotik, 5(1).
Win, N. (2011). Quantitative Analysis of Forest Structure in the Middle Part of

19
the Goktwin Area, Northern Shan State. Universities Research Hiyrbak
4(1):321-335.

20
Lampiran

Proses Perhitungan

21
22
Proses Praktikum

Plot 1

Plot 2

Plot 3

23
Plot 4

Plot 5

24

Anda mungkin juga menyukai