Analisis Vegetasi
Analisis Vegetasi
Analisis Vegetasi
PENDAHULUAN
A. Judul Percobaan
Analisis Vegetasi
B. Latar Belakang
Dalam komunitas vegetasi, tumbuhan yang mempunyai hubungan antara satu
dengan lainnya. Pohon, semak, rumput, dan tumbuhan lainnya menempati strata atau
lapisan dari atas ke bawah secara horizontal yang disebut sebagai stratifikasi.
Individu yang menempati lapisan/strata yang berlainan menunjukkan perbedaan-
perbedaan bentuk pertumbuhan, setiap lapisan komunitas kadang-kadang meliputi
klas-klas morfologi individu yang berbeda. Analisis vegetasi merupakan cara yang
dilakukan untuk mengetahui seberapa besar sebaran berbagai spesies dalam suatu
area melaui pengamatan langsung. Analisis ini dilakukan dengan membuat plot dan
mengamati morfologi serta identifikasi vegetasi yang ada.
C. Tujuan
1. Mengetahui jenis dari kemelimpahan vegetasi di Lapangan parkir kampus II
pada daerah kanopi dan non kanopi.
2. Mengetahui kerapatan relatif dan frekuensi relatif dari beragam growthform di
Lapangan parkir kampus II pada daerah kanopi dan non kanopi.
3. Mengetahui indeks similaritas dan indeks disimilaritas vegetasi di Lapangan
parkir kampus II pada daerah kanopi dan non kanopi.
Vegetasi adalah keseluruhan spesies tumbuhan yang terdapat dalam suatu area
yang terdistribusi pada ruang dan waktu tertentu, dimana setiap vegetasi
dikarakterisasi oleh growthform yang mendominasi ( Barbour dkk., 1987 ). Menurut
Greig-Smith ( 1983 ) analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan
atau komposisi vegetasi secara bentuk ( struktur ) vegetasi dari masyarakat tumbuh-
tumbuhan.Untuk keperluan analisis vegetasi diperlukan data-data jenis, diameter dan
tinggi untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan
tersebut. Dengan analisis vegetasi dapat diperoleh informasi kuantitatif tentang
struktur dan komposisi suatu komunitas tumbuhan.
Menurut Firmansyah dkk. ( 2009 ), pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh
dua faktor, yaitu :
1. Faktor dalam ( internal factor ) yaitu faktor tanaman itu sendiri/sifat yang
terdapat dalam tanaman ( benih ). Faktor ini meliputi genetic dari
tumbuhan/tanaman itu sendiri yang merupakan bawaan dari generasi
sebelumnya. Genetik merupakan faktor yang menentukan hampir sebagian
besar pertumbuhan tanaman karena merupakan inti dari evolusi itu sendiri.
Bila terjadi kelainan genetic maka dimungkinkan tanaman tersebut dapat
mengalami mutasi.
2. Faktor lingkungan ( environmental factors ) yaitu faktor yang ada di
sekeliling tanaman. Ada yang mengelompokkan faktor lingkungan ini menjadi
dua kelompok, yaitu kelompok abiotik ( iklim, tanah ) dan kelompok biotik
( mahkluk hidup ) yaitu biotis ( tanaman dan hewan ) dan anthrofis ( manusia
).
A. Iklim
Faktor iklim meliputi suhu udara, radiasi sinar matahari, angin, dan
kelembaban
B. Tanah
Faktor tanah meliputi unsur hara yang terkandung didalam tanah tersebut.
C. Sinar Matahari
Sinar matahari merupakan sumber energi yang penting bagi tanaman dan
merupakan faktor yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan dari
tanaman itu sendiri.
D. Kelompok Biotik
Kelompok biotik atau mahkluk hidup meliputi gulma, hama, penyakit
tanaman yang dapat disebabkan oleh mahkluk hidup lainnya.
Kegiatan analisis vegetasi ini menjadi penting karena analisis vegetasi sebagai
alat untuk memperlihatkan informasi yang berguna tentang komponen-komponen
dari suatu ekosistem, serta memperoleh informasi kuantitatif tentang struktur dan
komposisi suatu komunitas tumbuhan. Analisis vegetasi ditujukan untuk mengetahui
struktur vegetasi suatu kawasan, komposisi jenis, dan pola distribusi ( Kusmana, 1997
).
Rumput, semak, herba, merupakan growthform yang paling mudah diamati dan
diidentifikasi daripada growthform yang lain meskipun sebenarnya jenisnya
beranekaragam ( Barbour dkk., 1987 ). Menurut Arrijani, dkk ( 2006 ), herba adalah
tumbuhan pendek ( 0,3-2 meter ) tidak mempunyai kayu dan berbatang basah karena
banyak mengandung air. Herba merupakan tumbuhan tidak berkayu yang tersebar
dalam bentuk kelompok individu atau soliter pada berbagai kondisi habitat seperti
tanah yang lembab atau berair, tanah yang kering, batu-batuan dan habitat dengan
naungan yang rapat.
Rumput adalah tanaman dengan ciri umum berbatang beruas-ruas, bunga tak
bermahkota, serta daun berbentuk pita. Biasanya rumput dapat beradaptasi pada
lingkungan hangat lembap. Beberapa jenis rumput ini juga dapat bertahan pada
kondisi kekeringan atau pada musim dingin yang berat. Rumput ini tidak dapat
bertahan pada tempat tumbuh yang selalu tergenang air. Pada daerah tempat
tumbuhnya, rumput ini umumnya ditemukan di sepanjang tepi-tepi hutan, tunas dan
akar pada rumput tumbuh dari nodus-nodus yang terdapat pada rhizoma tersebut
( Welles dkk., 1996 ).
Untuk analisis vegetasi lantai dalam kaitannya dengan intensitas cahaya,
diperlukan pengetahuan mengenai shade tolerance dan sun loving. Shade tolerance
atau toleransi terhadap naungan adalah kemampuan tumbuhan untuk bertahan dan
tumbuh dibawah naungan dengan intensitas cahaya yang rendah, angin yang
berhembus pelan, kelembaban tinggi dan adanya kompetisi akar. Sedangkan sun
loving adalah kecenderungan tumbuhan untuk tumbuh dan berkembang dengan lebih
baik pada intensitas cahaya yang tinggi. Seedling memiliki shade tolerance yang
tinggi dan rumput termasuk kedalam tumbuhan sun loving ( Mansur, 2005 ).
Luxmeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur kuat
penerangan (tingkat penerangan) pada suatu area atau daerah tertentu. Alat ini
didalam memperlihatkan hasil pengukurannya menggunakan format digital. Alat ini
terdiri dari rangka, sebuah sensor dengan sel foto dan layar panel. Sensor tersebut
diletakan pada sumber cahaya yang akan diukur intenstasnya. Cahaya akan menyinari
sel foto sebagai energi yang diteruskan oleh sel foto menjadi arus listrik. Makin
banyak cahaya yang diserap oleh sel, arus yang dihasilkan pun semakin besar (
Nasrudin dan Dzulkuflih , 2015 )
Menurut Martono ( 2012 ), pengelohan data vegetasi yang ditemukan maka
dilakukan penghitungan Indeks Nilai Penting (INP) yang merupakan hasil
penjumlahan dari kehadiran relatif dan dominansi relatif. Indeks nilai penting suatu
jenis dalam komunitas tumbuhan memperlihatkan tingkat kepentingan atau peranan
jenis tersebut dalam komunitas. Menurut Hamidun dan Baderan ( 2005 ), kerapatan
dari suatu jenis merupakan nilai yang menunjukkan penguasaan suatu jenis terhadap
jenis lain pada suatu komunitas. Makin besar nilai dominansi suatu jenis, makin besar
pengaruh penguasaan jenis tersebut terhadap jenis lain. INP suatu jenis merupakan
nilai yang menggambarkan peranan keberadaan suatu jenis dalam komunitas. Makin
besar INP suatu jenis makin besar pula peranan jenis tersebut dalam komunitas. INP
yang merata pada banyak jenis juga sebagai indikator semakin tingginya
keanekaragaman hayati pada suatu ekosistem.
III. METODE PERCOBAAN
B. Cara Kerja
Daerah yang akan dianalisis vegetasinya ditentukan baik yang
dibawah naungan maupun di daerah tanpa naungan. Plot dibuat 0,5 x 0,5 m,
dengan dibatasi 4 buat pasak yang dihubungkan dengan tali rafia sebagai
pembatas antara petak ukur dan area diluar petak. Jenis-jenis tanaman yang
terdapat dalam petak ukur setia plot dicatat jumlahnya dan diidentifikasi jenis
dan kelompoknya. Intensitas cahaya pada setiap ploy diukur dengan Lux
meter. Indeks nilai penting setiap jenis tumbuhan yang ditemukan dihitung
dengan rumus perhitungan: INP = KR + FR, dimana KR adalah kepadatan
relatif dan FR adalah frekuensi relatif.
A. Hasil
Dari hasil perhitungan dalam praktikum analisis vegetasi didapatkan
beberapa histogram sebagai berikut,
Gambar 1. Histogram cacah spesies vegetasi naungan
Seedling
FR (%)
Herba
KR (%)
Rumput
Semak
0 20 40 60 80 100 120 140
Frekuensi Relatif dan Kerapatan Relatif di
Lokasi Tanpa Naungan
Seedling
FR (%)
Herba
KR (%)
Rumput
Semak
0 20 40 60 80 100 120
Gamb
ar 3. Histogram FR dan KR vegetasi naungan
Instensitas Cahaya pada Lokasi Naungan dan Tanpa Naungan
3500
3000
2500
2000
Axis Title 1500
1000
500
0
1 2 3 4
Axis Title
Gambar 4.
Histogram FR dan KR vegetasi non-naungan
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Indeks Similaritas Indeks Disimlairtas
Naungan Tanpa Naungan
Gambar 6. Histogram Indeks similaritas dan disimilaritas pada lokasi naungan dan
non-naungan
B. Pembahasan
Menurut Ontorael dkk. ( 2012 ), analisis vegetasi dalam ekologi tumbuhan
adalah cara untuk mempelajari struktur vegetasi dan komposisi jenis tumbuhan.
Analisis vegetasi bertujuan untuk mengetahui komposisi jenis ( susunan ) tumbuhan
dan bentuk ( struktur ) vegetasi yang ada di wilayah yang di analisis pada setiap
stasiun. Metode analiasis vegetasi ini menggunakan petak ukur. Metode ini hanya
akan bekerja dengan baik jika sampling homogen dan tidak berubah. Ukuran dan
bentuk petak ukur perlu diperhatikan dengan bentuk petak ukur dalam percobaan ini
adalah persegi empat. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemilihan petak
ukur adalah pengaruh tepi ( edge effect ). Ditinjau dari aspek ini, petak ukur berbetuk
lingkaran paling kecil menimbulkan pengaruh tepi ( Mukrimin, 2011 ).
Bentuk petak contoh yang dibuat tergantung pada bentuk morfologis vegetasi
dan efisiensi sampling pola penyebarannya. Misalnya, untuk vegetasi rendah, petak
contoh berbentuk lingkaran lebih menguntungkan karena pembuatan petaknya dapat
dilakukan secara mudah dengan mengaitkan seutas tali pada titik pusat petak. Selain
itu, petak contoh berbentuk lingkaran akan memberikan kesalahan sampling yang
lebih kecil daripada bentuk petak lainnya, karena perbandingan panjang tepi dengan
luasnya lebih kecil. Tetapi dari segi pola distribusi vegetasi, petak berbentuk
lingkaran ini kurang efisien dibanding bentuk segiempat. Sehubungan dengan
efisiensi sampling banyak studi yang dilakukan menunjukkan bahwa petak bentuk
segiempat memberikan data komposisi vegetasi yang lebih akurat dibanding petak
berbentuk bujur sangkar yang berukuran sama, terutama bila sumbu panjang dari
petak tersebut sejajar dengan arah perobahan keadaan lingkungan/habitat ( Hamidun
dan Baderan, 2005 ).
Untuk memudahkan perisalahan vegetasi dan pengukuran parameterya, petak
contoh biasanya dibagi-bagi ke dalam kuadrat-kuadrat berukuran lebih kecil. Ukuran
kuadrat-kuadrat tersebut disesuaikan dengan bentuk morfologis jenis dan lapisan
distribusi vegetasi secara vertikal ( stratifikasi ). Dalam hal ini Oosting ( 1956 )
menyarankan penggunaan kuadrat berukuran 10 x 10 m untuk lapisan pohon, 4 x 4 m
untuk lapisan vegetasi berkayu tingkat bawah ( undergrowth ) sampai tinggi 3 m, dan
1 x 1 m untuk vegetasi bawah/lapisan herba. Tetapi, umummya para peneliti di
bidang ekologi hutan membedakan pohon ke dalam beberapa tingkat pertumbuhan,
yaitu: semai ( permudaan tingkat kecambah sampai setinggi < 1,5 m ), pancang
( permudaan dengan > 1,5 m sampai pohon muda yang berdiameter < 10 cm ), tiang (
pohon muda berdiameter 10 s/d 20 cm ), dan pohon dewasa ( diameter > 20 cm ).
Untuk memudahkan pelaksanaannya ukuran kuadrat disesuaikan dengan tingkat
perttunbuhan tersebut, yaitu umumnya 20 x 20 m ( pohon dewasa ), 10 x 10 m
( tiang ), 5 x 5 m ( pancang ), dan lxl m atau 2 x 2 m ( semai dan tumbuhan bawah ).
Gambar 7. Metode petak ukur tunggal ( Oosting, 1956 )
Arrijani., Dede, S., Edi, G., dan Ibnul, Q. 2006. Analisis Vegetasi Hulu DAS Cianjur
Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango. Biodiversitas, 7(2):147-153.
Barbour, M.G., Burk, J.H., dan Pitts, W.D. 1987. Terrestrial Plant Ecology.
Cummings Publishing Company, Inc. San Fransisco.
Firmansyah, F., Anngo, T.M., dan Akyas, A.M. 2009. Pengaruh Umur Pindah Tanam
Bibit dan Populasi Tanaman terhadap Hasil dan Kualitas Sayuran Pakcoy (
Brassica campestris L. ) yang Ditanam dalam Naungan Kasa di Dataran
Medium. Jurnal Agrikultura 20(3):216-224.
Hamidun, M. S., dan Baderan, D.W.K. 2005. Analisis Vegetasi Hutan Produksi
Terbatas Boliyohuto Provinsi Gorontalo. Biodiversitas. 7(5):201-211.
Nasrudin, A.A., dan Dzulkuflih. 2015. Rancang Bangun Aplikasi Lux Meter BH1750
Sebagai Alaat Ukur Kekeruhan Air Berbasis Mikrokontroler. Jurnal Inovasi
Fisika Indonesia 4(3):89-94.
Ontorael, R., Wantasen, A.S., dan Rondonuwu, A.B. 2012. Kondisi Ekologi Dan
Pemanfaatan Sumberdaya Mangrove Di Desa Tarohan Selatan Kecamatan
Beo Selatan Kabupaten Kapulauan Talaud. Jurnal Ilmiah Platax 1(1):8-11.