Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Budidaya Singkong

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 20

BUDIDAYA TANAMAN UBI KAYU/

SINGKONG (Manihot Esculenta Crantz)


Ir. Yeta Hendriwideta, M.S
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
PENDAHULUAN

Ubi kayu / Singkong (Manihot Esculenta Crantz) berasal dari daerah tropika
sekitar Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Bangsa Spanyol membawa ubi kayu dari
Amerika Utara ke Filipina antara abad ke-16 dan ke-17, dan yang berkembang di Indonesia
sebagian besar berasal dari Filipina (Van Der Eng, 1998). Ubi kayu menjadi salah satu
bahan pangan pengganti beras yang cukup penting peranannya dalam menopang
ketahanan pangan Indonesia. Hal ini dikarenakan peranan ubi kayu sebagai sumber bahan
pangan pengganti beras. Selain sebagai bahan pangan sumber karbohidrat, ubi kayu juga
dapat digunakan sebagai bahan pakan ternak dan bahan baku industri.
Ubi kayu merupakan tanaman “multiguna” karena umbi, batang dan daunnya
bermanfaat. Umbi Singkong kaya gizi, mengandung karbohidrat 34%, protein 1,2%, lemak
0,3%, fosfor 40%, dan berbagai unsur mineral, serta vitamin. Sebagai sumber karbohidrat,
ubi kayu banyak dimanfaatkan sebagai bahan baku yang dibutuhkan industri dan
pertenakan yang berbahan baku Ubi kayu , seperti industri tepung mocaf, tapioka, gula
cair, dan bioethanol. Melalui berbagai proses dehidrasi, hidrolisis, sakarifikasi, dan
fermentasi Ubi kayu dapat diproses menjadi glukose, dekstrose, sorbitol, bioetanol, lem,
bahan kertas dan lain-lain.
KARAKTERISTIK DAN BOTANI
• Batang
Ubi kayu merupakan tanaman berkayu, batang berbentuk silindris dengan diameter 2–6
cm, beruas berupa benjolan bekas tangkai daun yang telah gugur yang tersusun secara
berselang-seling, tinggi tanaman 1,5–5 m. Batang muda berwarna hijau dan setelah tua
berwarna keputihan, kelabu atau hijau kelabu, kemerahan dan coklat tergantung
varietas
• Daun
Ubi kayu termasuk berdaun tunggal karena hanya terdapat satu helai daun pada setiap
tangkai daun. Ujung daun meruncing, susunan tulang daun menjari dengan cangkap 5–
9 helai.
• Bunga
ubi kayu termasuk berumah satu (monocious), bunga jantan dan betina terletak pada
tangkai bunga yang berbeda dalam satu batang untuk tiap tanaman.
• Umbi
ubi kayu berbeda dengan umbi tanaman umbi-umbian lain. Umbi secara anatomis sama
dengan akar, tidak mempunyai mata tunas sehingga tidak dapat digunakan sebagai alat
perbanyakan vegetatif.
Botani tanaman singkong : A) Batang, B) Tunas daun, C) Daun,
D) Umbi, E)Bunga, F) Buah, G) Korteks ubi
Tabel 1. Varietas unggul ubi kayu yang sesuai untuk pangan
TEKNIK BUDIDAYA
TANAMAN UBI KAYU
SYARAT TUMBUH
Ubi kayu termasuk tanaman yang dapat tumbuh dan beradaptasi luas dari
dataran rendah hingga dataran tinggi, pada lahan subur maupun marjinal, sehingga
cepat berkembang di seluruh pelosok Indonesia. Secara umum tidak menuntut iklim
yang spesifik untuk pertumbuhan. Namun demikian, akan tumbuh dengan baik pada
iklim dan tanah sebagai berikut :
• Iklim
 Ubi kayu tumbuh optimal pada :
Ketinggian tempat 10–700 m dpl, curah hujan 760–1.015 mm/tahun, suhu
udara 18–35 C, kelembaban udara 60–65%, lama penyinaran matahari 10
jam/hari.
 Agar berproduksi optimal
Curah hujan 150–200 mm pada umur 1–3 bulan, 250–300 mm pada umur 4–7
bulan, dan 100–150 mm pada pertumbuhan selanjutnya hingga fase menjelang
panen.
• Tanah
 Tekstur tanah : berpasir atau berdebu dengan kandungan liat rendah. Secara
umum ubi kayu sangat sesuai ditanam pada tanah yang gembur agar
perkembangan umbi optimal, dan memudahkan proses pemanenan.
 pH tanah optimal untuk ubi kayu adalah 4,5–8,0.
PENGOLAHAN TANAH
Pengolahan tanah dapat dilakukan pada saat musim kemarau, atau awal musim
hujan saat kandungan air tanah sekitar 75% dari kapasitas lapang. Waktu mengerjakan
tanah sebaiknya pada saat tanah tidak dalam keadaan becek atau berair, agar struktur
tanah tidak rusak. Tujuan pengolahan tanah adalah memperbaiki struktur tanah dan
mengurangi gulma. Sehingga pertumbuhan akar dan umbi berkembang dengan baik.
Cara Pengolahan
1. Tanah ringan/gembur : tanah dibajak atau di cangkul 1- 2 kali sedalam kurang lebih 20 cm,
diratakan langsung ditanami.
2. Tanah berat dan berair : Tanah dibajak atau dicangkul 1 -2 kali sedalam kurang lebih 20
cm, dibuat guludan dan saluran drainase, baru dapat ditanam. Guludan pada lahan yang
miring dibuat tegak lurus kontur untuk mengurangi kehilangan tanah akibat erosi. Guludan
pada lahan yang datar hingga agak miring dapat dibuat searah maupun tegak lurus kontur.
Tabel 2. Efektivitas pengolahan tanah konservasi dan produksi

Pengolahan Tanah Hasil Ubi Segar Tanah Tererosi


(t/ha) (t/ha/tahun)
Olah tanah minimal 15,0 7,6
Cangkul 1 kali 14,3 10,3
Bajak traktor 2 kali 19,0 66,8
Bajak traktor 1 kali + guludan 25,4 30,8
kontur
PERSIAPAN BIBIT
Tanaman ubi kayu dibudidayakan dengan menggunakan stek batang. Perkecambahan stek
tergantung pada kondisi varietas, umur tanaman, penyimpanan dan lingkungan.
Teknik pengambilan stek:
1. Stek diambil dari batang bagian tengah tanaman ubi kayu yang berumur 8-12 bulan.
2. Batang dapat digunakan sebagai stek apabila masa penyimpanannya kurang dari 30
hari setelah panen. Pada beberapa kultivar, seperti Rayong 3 dan Rayong 90, masa
simpan stek selama 15 hari setelah panen.
3. Penyimpanan stek yang baik adalah dengan cara posisi batang tegak, disimpan di
bawah naungan.
4. Panjang stek optimum adalah 20-25 cm, dengan jumlah mata tunas paling sedikit 10
mata.
5. Sebelum tanam, stek dapat diperlakukan dengan insektisida dan fungisida untuk
mencegah serangan hama dan penyakit.
CARA MENANAM DAN POLA TANAM
Cara menanam ubi kayu dianjurkan stek tegak lurus atau minimal membentuk
sudut 60 derajat dengan tanah dan kedalaman stek 10 – 15 cm.
Ubi kayu dapat ditanam secara monokultur maupun tumpangsari. Pola
monokultur umumnya dikembangkan dalam usaha tani komersial atau usahatani alternatif
pada lahan marjinal, di mana komoditas lain tidak produktif atau usahatani dengan input
minimal bagi petani yang modalnya terbatas. Pola tumpangsari diusahakan oleh petani
berlahan sempit, baik secara komersial maupun subsisten.
a. Pola monokultur
Jarak tanam yang digunakan dalam pola monokultur ada beberapa macam, diantaranya
adalah :
1. 1 m x 1 m (10.000 tanaman/ha)
2. 1 m x 0,8 m (12.500 tanaman/ha)
3. 1 m x 0,75 m (13.333 tanaman/ha)
4. 1 m x 0,5 m (20.000 tanaman/ha)
5. 0,8 m x 0,7 m (17.850 tanaman/ha)
6. 1 m x 0,7 m (14.285 tanaman/ha).

Pemilihan jarak tanam ini tergantung dari jenis varietas yang digunakan dan tingkat
kesuburan tanah. Untuk tanah-tanah yang subur digunakan jarak tanam 1 m x 1m; 1 m x 0,8
m; 1 m x 0,75 m maupun 1 m x 0,7 m. Sedangkan untuk tanah-tanah miskin hara digunakan
jarak tanam rapat yaitu 1 m x 0,5 m, 0,8 m x 0,7 m.
b. Pola tumpangsari
Pola tumpangsari dilakukan dengan mengatur jarak tanam ubi kayu sedemikian rupa sehingga
ruang diantara barisan ubi kayu dapat ditanami dengan tanaman lain (kacang-kacangan, jagung
maupun padi gogo). Pengaturan jarak tanam ubi kayu diistilahkan dengan double row (baris
ganda). Ada beberapa pengaturan baris ganda pada ubi kayu, diantaranya adalah :

1. Jarak tanam baris ganda 2,6 m


Pada baris ganda 2,6 m ini, tanaman ubi kayu ditanam
dengan jarak tanam 0,6 m x 0,7 m x 2,6 m. Dimana 0,6 m
merupakan jarak antar barisan dan 0,7 m merupakan jarak
di dalam barisan, sedangkan 2,6 m merupakan jarak antar
baris ganda ubi kayu. Pada jarak antar baris ganda ubi kayu
ini dapat ditanami dengan tanaman jagung, padi gogo,
kedelai, kacang tanah maupun kacang hijau.
2. Jarak tanam baris ganda 0,5 m x 1 m x 2 m
Diantara baris tanaman ubi kayu yang berjarak 2 m dapat
ditanami dengan tanaman jagung, padi gogo, kedelai,
kacang tanah maupun kacang hijau.

3. Jarak tanam baris ganda 0,5 m x 0,5 m x 4 m


Diantara baris tanaman ubi kayu yang berjarak 4 m tersebut
dapat ditanami dengan tanaman jagung, padi gogo, kedelai,
kacang tanah maupun kacang hijau.
Cara Penanaman Pola Tumpang Sari

 Waktu tanam pada MH I.


 Tanaman kacang-kacangan atau jagung atau padi gogo ditanam dengan populasi
100%.
 Tanaman ubi kayu ditanam 20 hari setelah tanaman kacang-kacangan atau jagung atau
padi gogo ditanam, dengan populasi 90% dari populasi monokultur. Jarak tanam ubi
kayu (60 x 70) x 260 cm.
 Setelah tanaman kacang-kacangan atau jagung atau padi gogo yang ditanam pada MH
I di panen, maka tersedia ruang di antara baris ganda ubi kayu selebar 260 cm yang
dapat dimanfaatkan untuk tanaman kacangkacangan (kacang tanah, kedelai, kacang
hijau).
 Penanaman tanaman kacang-kacangan atau jagung atau padi gogo kedua dilakukan
pada MH II.
 Kacang tanah atau kedelai atau kacang hijau ditanam sebanyak lima (5) baris dengan
jarak tanam 40 cm x 15 cm atau 35 cm x 20 cm, 1 biji/lubang (kacang tanah) atau 2
biji/lubang (kedelai atau kacang hijau), jarak tanam jagung 75 cm x 20 cm. Populasi
sekitar 70% dari monokultur.
Tumpang sari singkong dengan Tumpang sari singkong dengan
kacang tanah jagung

Tumpang sari singkong dengan Tumpang sari singkong dengan padi


kedelai gogo
PEMUPUKAN
Waktu tanam ubi kayu yang baik untuk lahan tegalan adalah pada awal musim
penghujan (MH I), sedangkan pada lahan sawah tadah hujan adalah setelah panen padi
(MH II), karena selama pertumbuhan vegetatif aktif (3-4 bulan pertama) ubi kayu
membutuhkan air. Untuk pertumbuhan selanjutnya ubi kayu tidak terlalu banyak
membutuhkan air.
• Untuk pola tanam monokultur, pupuk yang dianjurkan adalah 200 kg Urea + 100 kg
KCl + 100 kg SP-36/ha. Pemupukan dilakukan dua tahap, tahap pertama diberikan
pada umur 1 bulan dengan dosis 100 kg Urea + 50 kg KCL + 100 kg SP36/ha,
sedangkan sisanya diberikan pada tahap kedua yaitu pada umur 3 bulan.
• Untuk pola tanam tumpangsari, dosis pupuk yang dianjurkan berbeda, yaitu:
- Ubi kayu : 200 kg Urea/ha + 100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha
- Jagung : 300 kg Urea/ha + 100 kg SP36/ha + 100 kg KCl/ha
- Kacang tanah, kedelai, kacang hijau: Acuan dosis pemupukan seperti pada
budidaya monokultur (50 kg urea, 100 kg SP36, 50 kg KCl per ha). Pemupukan
diberikan saat tanam. Untuk lahan masam dapat ditambah dolomit 500 kg/ha.
Pemupukan dilakukan dengan cara ditugal pada jarak 5-20 cm dari pangkal batang.
PEMELIHARAAN
Untuk mendapatkan pertanaman ubi kayu yang sehat, baik, seragam dan
berproduksi tinggi, harus dilakukan pemeliharaan, meliputi penyulaman, penyiangan,
pembumbuhan dan pemberantasan hama dan penyakit.
• Penyulaman
Penyulaman dilakukan segera setelah diketahui adanya tanaman yang tidak tumbuh, paling
lambat 1 minggu setelah tanam.
• Penyiangan
Kelemahan ubukayu adalah pada fase pertumbuhan awal tidak mampu berkompetisi
dengan gulma. Periode kritis atau periode tanaman harus bebas gangguan gulma adalah
antara 5-10 minggu setelah tanam. Bila pengendalian gulma tidak dilakukan selama periode
kritis tersebut, produktivitas dapat turun sampai 75% dibandingkan kondisi bebas gulma
(Wargiono, 2007). Oleh karena itu, pengendalian gulma dilakukan pada 2 tahap, yaitu pada
umur 4-5 minggu setelah tanam dan 8 minggu setelah tanam (Anonim, 2007) .
• Pembumbunan
Pembumbunan dilakukan untuk menggemburkan tanah. Pembumbunan dilakukan pada
umur 2-4 bulan (De Silva, 2007). Pada umur ini tanaman ubi kayu mulai melakukan
pembentukan umbi, sehingga dibutuhkan tekstur tanah yang gembur untuk untuk
perkembangan umbinya.
Hama Tanaman Ubi Kayu
 Tungau Merah (Tetranychus urticae),
 Kepinding Tepung (Phenacoccus manihoti),
 Kutu Perisai, dan Kutu Kebul (Bemisia tabaci).
HAMA
 Hama lain yang banyak menyerang tetapi umumnya tidak
menimbulkan kerugian yang berarti antara lain belalang, rayap,
DAN
dan berbagai jenis ulat seperti ulat tanduk (1), dan ulat grayak
(Spodoptera litura).
PENYAKIT

Penyakit Tanaman Ubi Kayu


 Bercak Daun Coklat yang disebabkan oleh Cercospora henningsii,
 Bercak Daun Baur yang disebabkan oleh Cercospora viscosae,
 Antraknose yang disebabkan oleh Colletotrichum gloeosporioides f. sp manihotis,
 Busuk Umbi (root rot) yang disebabkan oleh asosiasi beberapa jamur tanah
Botryodiplodia spp, Fusarium spp., Sclerotium spp., dan Phytophtora spp.
 Penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang penting adalah hawar bakteri Xanthomonas
campestris pv. manihotis (Cassava bacterial blight=CBB).
• Pemberantasan Hama dan Penyakit
Pemberantasan hama dan penyakit dilakukan apabila terjadi serangan. Hama yang
biasa dijumpai pada tanaman ubi kayu adalah hama tungau merah yang muncul pada
musim kemarau. Pemberantasan terhadap hama ini dilakukan dengan cara fumigasi
menggunakan larutan belerang dicampur dengan larutan sabun. Untuk penyakit yang
biasa dijumpai adalah Xanthomonas manihotis (jenis bakteri), gejala serangan: daun
mengalami bercak-bercak seperti terkena air panas. Pemberantasan dilakukan dengan
menggunakan bakterisida dan penyakit bercak daun (Cercospora henningsii) yang
sering dijumpai menyerang daun yang sudah tua.

PANEN
Panen tergantung dari umur masing-
masing varietas. Varietas ubi kayu yang
berumur genjah panen dapat dilakukan pada
umur 6-8 bulan, sedangkan varietas berumur
dalam dilakukan pada umur 9-12 bulan.
Namun secara umum, panen dilakukan pada
umur antara 8-12 bulan.
PASCA PANEN DAN PENYIMPANAN
Hasil budidaya ubi kayu biasanya dalam bentuk ubi segar. Penanganan pasca panen ubi
segar meliputi tahap-tahap sebagai berikut.
 Pengumpulan Hasil
Kumpulan hasil panen ubi di tempat (lokasi) yang strategis, yaitu tempat yang aman dan
mudah di jangkau oleh angkutan.
 Sortasi
Pilih dan pisah-pisahkan ubi yang baik dari ubi yang memar atau rusak, dan berdasarkan
ukuran ubi.
 Penyimpanan
Cara penyimpanan hasil panen umbi singkong dilakukan dengan cara sebagai berikut:
1. Buat lubang di dalam tanah untuk tempat penyimpanan umbi segar singkong
tersebut. Ukuran lubang disesuaikan dengan jumlah umbi yang akan disimpan.
2. Alasi dasar lubang dengan jerami atau daun-daun, misalnya dengan daun nangka
atau daun singkong itu sendiri.
3. Masukkan umbi singkong secara tersusun dan teratur secara berlapis kemudian
masing-masing lapisan tutup dengan daun-daunan segar tersebut di atas atau
jerami.
4. Terakhir timbun lubang berisi umbi singkong tersebut sampai lubang permukaan
tertutup berbentuk cembung, dan sistem penyimpanan seperti ini cukup awet dan
membuat umbi tetap segar seperti aslinya.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai