Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 19

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFENISI PROYEK

Proyek adalah kegiatan sekali lewat dengan waktu dan sumber daya terbatas

untuk mencapai hasil akhir yang telah ditentukan. Menurut Iman Soeharto, 1996

proyek memiliki ciri khusus sebagai berikut:

1. Bertujuan menghasilkan lingkup (deliverable) tertentu berupa produk akhir

atau hasil kerja akhir.

2. Dalam proses mewujudkan lingkup diatas, ditentukan jumlah biaya, jadwal

serta kriteria mutu.

3. Bersifat sementara, dalam arti umurnya dibatasi oleh selesainya tugas. Titik

awal dan titik akhir ditentukan dengan jelas.

4. Non rutin, tidak berulang-ulang. Macam dan intensitas kegiatan berubah

sepanjang proyek berlangsung.

Proyek memiliki tiga karakteristik yang dapat dipandang secara tiga dimensi

(Wulfram I. Ervianto;2002:9), tiga karakteristik tersebut adalah:

1. Bersifat unik

Keunikan dari proyek konstruksi adalah tidak pernah terjadi kerangkaian

kegiatan yang sama persis (tidak ada proyek yang identik, yang ada adalah

proyek yang sejenis), proyek bersifat sementara, dan selalu terlibat grup

pekerja yang berbeda-beda.

5
2. Dibutuhkan sumber daya (resource)

Setiap proyek membutuhkan sumber daya yaitu pekerja, uang, mesin,

metode, dan material. Dalam kenyataanya mengorganisasikan pekerja lebih

sulit dibandingkan dengan sumber daya lainnya.

3. Organisasi

Setiap organisasi mempunyai keragaman tujuan dimana didalamnya terlibat

sejumlah individu dengan keahlian yang bervariasi, perbedaan ketertarikan,

kepribadian yang bervariasi, dan ketidakpastian. Langkah awal yang harus

diakukan adalah menyusun visi menjadi satu tujuan yang telah ditetapkan

oleh organisasi.

Dalam proses mencapai tujuan ada batasan yang harus dipenuhi yaitu besar

biaya (anggaran) yang dialokasikan jadwal, serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga

hal tersebut merupakan parameter penting bagi penyelenggara proyek sering

diasosiasikan sebagai sasaran proyek. Ketiga batasan atau ketiga kendala (triple

constrain) tersebut yaitu:

1. Anggaran

Proyek harus diselesaikan dengan biaya yang tidak boleh melebihi

anggaran. Untuk proyek-proyek yang melibatkan dana dalam jumlah besar

dan jadwal pengerjaan bertahun-tahun, anggarannya tidak hanya ditentukan

dalam total proyek, tetapi dipecah atas komponen-komponennya atau per

periode tertentu yang jumlahnya disesuaikan dengan keperluan. Dengan

demikian, penyelesaian bagian-bagian proyek harus memenuhi sasaran per

periode.

6
2. Jadwal

Proyek harus dikerjakan sesuai dengan kurun waktu dan tanggal akhir yang

telah ditentukan. Bila hasil akhir adalah produk baru, maka penyerahannya

tidak boleh melewati batas yang telah ditentukan.

3. Mutu

Produk atau hasil kegiatan harus memiliki spesifikasi dan kriteria yang

dipersyaratkan. Jadi, memenuhi persyaratan mutu berarti mampu memenuhi

tugas yang dimaksudkan atau sering disebut sebagai fit for the intendend

use.

Gambar 2.1. Hubungan Triple Constrain

Ketiga batasan tersebut, bersifat tarik menarik. Artinya, jika ingin

meningkatkan kinerja produk yang telah disepakati dalam kontrak, maka umunya

harus diikuti dengan meningkatkan mutu. Hal ini selanjutnya berakibat pada

naiknya biaya sehingga melebihi anggaran. Sebaliknya, bila ingin menekan biaya,

maka biasanya berkompromi dengan mutu dan jadwal. Dari segi teknis, ukuran

keberhasilan proyek dikaitkan dengan sejauh mana ketiga sasaran tersebut dapat

7
terpenuhi. Pada perkembangan selanjutnya ditambahkan parameter lingkup

sehingga parameter diatas menjadi lingkup biaya, jadwal dan mutu.

2.2 KINERJA PROYEK

Kinerja proyek merupakan bagaimana cara kerja proyek tersebut dengan

membandingkan hasil kerja nyata dengan perkiraa cara kerja pada kontrak kerja

yang disepakati oleh pihak owner dan kontraktor pelaksana. Soeharto

mengemukakan suatu contoh dimana dapat terjadi bahwa dalam laporan suatu

kegiatan dalam proyek berlangsung lebih cepat dari jadwal sebagaimana yang

diharapkan. Akan tetapi ternyata biaya yang dikeluarkan melebihi anggaran. Bila

tidak segera dilakukan tindakan pengendalian, maka dapat berakibat proyek tidak

dapat diselesaikan secara keseluruhan karena kekurangan biaya (anggaran).

2.3 PENGENDALIAN

Pengendalian menurut R. J. Mockler sebagaimana yang dikutip Soeharto

(1999), adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standar yang sesuai dengan

sasaran perencanaan, merancang sistem informasi, membandingkan pelaksanaan

dengan standar menganalisa kemungkinan adanya penyimpangan antara

pelaksanaan dengan standar, kemudian mengambil tindakan pembetulan yang

diperlukan agar sumber daya digunakan efektif dan efisien dalam rangka mencapai

sasaran.

8
Proses pengendalian berjalan sepanjang daur hidup proyek guna

mewujudkan peforma yang baik di dalam setiap tahap. Perencanaan dibuat sebagai

bahan acuan bagi pelaksanaan pekerjaan. Bahan acuan tersebut selanjutnya akan

menjadi standar pelaksanaan pada proyek yang bersangkutan, meliputi spesifikasi

teknik, jadwal, dan anggaran. Maka untuk dapat melakukan pengendalian perlu

adanya perencanaan.

Pada dasarnya upaya pengendalian merupakan proses pengukuran, evaluasi

dan membetulan kinerja proyek. Untuk proyek konstruksi, ada tiga unsur yang perlu

dikendalikan dan diukur, yaitu: kemajuan (progress) yang dicapai dibandingkan

terhadap kesepakatan kontrak, pembiayaan terhadap rencana anggaran, dan mutu

hasil pekerjaan terhadap spesifikasi teknis. Menurut Dipohusodo (1996), proses

pengendalian kinerja dalam pelaksanaan proyek konstruksi secara umum terdiri

dari tiga langkah pokok, yaitu:

1. Menetapkan standar kinerja. Standar ini dapat berupa biaya yang

dianggarkan dan jadwal.

2. Mengukur kinerja terhadap standar dengan jalan membandingkan antara

performansi aktual dengan standar performansi. Hasil pekerjaan dan

pengeluaran yang telah terjadi dibandingkan dengan jadwal dan biaya yang

telah direncanakan.

3. Melakukan tindakan koreksi apabila terjadi penyimpangan terhadap standar

yang telah ditetapkan.

9
2.3.1 Pengendalian Waktu dan Biaya Proyek Konstruksi

2.3.1.1 Pengendalian Waktu

Pelaksanaan suatu pekerjaan konstruksi memerlukan suatu pengendalian

waktu yang baik karena apabila hal ini terabaikan, maka akan terjadi keterlambatan

dalam penyelesaian proyek. Keterlambatan dalam penyelesaian proyek sangat

merugikan bagi pelaksana proyek tersebut, karena seringkali mengakibatkan

pelaksana akan mengeluarkan biaya tambahan sebagai kompensasi karena proyek

yang dikerjakan tidak selesai sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Untuk

mengendalikan jadwal pelaksanaan, manajemen proyek harus mendapatkan

informasi sebagai berikut:

1. Menganalisa faktor penyebab apabila realisasi waktu pelaksanaan suatu

program kerja terlambat.

2. Keterlambatan pelaksanaan biasanya disebabkan oleh pengadaan material

yang tidak tepat waktu, tenaga kerja kurang berkualitas sehingga

produktifitas rendah atau kemungkinan lain adalah tidak realistisnya di

dalam merencanakan pemakaian tenaga kerja.

3. Mampu mengantisipasi kemungkinan hambatan yang akan terjadi didalam

rencana pengadaan material berdasarkan pada pengalaman masa lalu.

Demikian juga dalam dal mempertimbangkan kemampuan tenaga kerja,

biasanya produktifitas tenaga kerja suatu daerah berbeda dengan daerah

lainnya.

10
4. Dalam menyusun rencana waktu pelaksanaan proyek tidak perlu terpaku

pada hasil ang lalu. Apabila diperlukan penyesuaian, maka lakukanlah

penyesuaian. Sesuatu yang telah disusun bukanlah hal yang terbaik apabila

tidak dapat menyesuaikan dengan waktu.

2.3.1.2 Pengendalian Biaya

Pengendalian biaya dilakukan dengan tujuan agar biaya yang digunakan

dalam pengerjaan suatu proyek tidak melampaui rencana anggaran biaya yang telah

ditetapkan sebelumnya. Pengendalian biaya dapat terlaksana dengan baik apabila

orang yang bertugas dapat menguasai masalah teknis, serta tersedia prosedur dan

perangkat penunjang. Selain itu diperlukan sikap sadar anggaran (semua pihak

penyelenggara proyek menyadari dampak kegiatan yang dilakukan terhadap biaya)

serta selalu mencari alternatif yang dapat menghasilkan pengehamatan biaya.

Apabila dirinci lebih jauh elemen-elemen biaya untuk pelaksanaan aktivitas

tersebut, maka akan terlihat suatu pola yang jelas dari hubungan antara biaya yang

dikeluarkan dengan durasi pekerjaan. Secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi biaya pelaksanaan dapat dibagi atas:

1. Biaya Pembelian Material dan Peralatan

Menyusun perkiraan biaya pembelian material dan peralatan amat

kompleks. Mulai dari pembuatan spesifikasi, mencari sumber material

terdekat, mengadakan peralatan untuk kantor direksi, fasilitas sementara

dan lain–lain. Terdapat berbagai alternatif yang tersedia untuk kegiatan

11
tersebut, sehingga bila menanganinya mudah sekali membuat biaya proyek

menjadi ekonomis.

2. Biaya Penyewaan atau Pembelian Peralatan Konstruksi

Selain peralatan di atas, terdapat juga peralatan konstruksi yang digunakan

sebagai alat bantu konstruksi dan tidak akan menjadi bagian permanen dari

instansi.

3. Upah Tenaga Kerja

Hal ini terdiri dari tenaga kerja kantor pusat yang sebagian besar tenaga ahli

engineering dan tenaga konstruksi pengawas lapangan. Mengidentifikasi

biaya tenaga kerja /jam/orang, merupakan penjabaran lebih jauh dari

mengkaji lingkup proyek. Mengingat produktifitas tenaga kerja yang

berbeda antara suatu daerah dengan daerah yang lain.

4. Biaya Sub-kontraktor

Pekerjaan sub-kontraktor umumnya merupakan pekerjaan yang terdiri dari

jasa dan material yang disediakan oleh sub-kontraktor.

5. Biaya Transportasi

Termasuk seluruh biaya transportasi material, peralatan, tenaga kerja

yangberkaitan dengan penyelenggaraan proyek.

6. Overhead dan administrasi

Komponen ini meliputi pengeluaran operasi perusahaan yang dibebankan

kepada proyek (menyewa kantor, membayar listrik, telepon, dan biaya

pemasaran) dan pengeluaran pajak, asuransi, royalti, uang jaminan, dan lain

lain.

12
2.4 METODE DAN TEKNIK PENGENDALIAN

Metode pengendalian proyek yang digunakan adalah metode pengendalian

biaya dan jadwal terpadu (Earned Value). Metode ini mengkaji kecendrungan

Varian Jadwal dan Varian pada suatu periode waktu selama proyek berlangsung

(Soeharto, 1997).

2.4.1 Pengertian Earned Value Analysis

Metode “Nilai Hasil” (Earned Value) adalah salah satu metode

pengendalian yang digunakan untuk mengendalikan biaya dan jadwal proyek secara

terpadu. Metode ini memberikan informasi status kinerja pada suatu periode

pelaporan dan memberikan informasi prediksi biaya yang dibutuhkan dan waktu

untuk penyelesaian seluruh pekerjaan berdasarkan indikator kinerja saat pelaporan.

2.4.1.1 Metode Analisis Varians

Metode analisis varians adalah metode untuk mengendalikan biaya dan

jadwal suatu kegiatan proyek konstruksi. Dalam metode ini identifikasi dilakukan

dengan membandingkan jumlah biaya sesungguhnya dikelurakan terhadap

anggaran. Analisis varians dilakukakn dengan mengumpulkan informasi tentang

status terakhir kemajuan proyek pada saat pelaporan dengan menghitung jumlah

unit pekerjaan yang telah diselesaikan kemudian dibandingkan dengan perencanaan

atau melihat catatan penggunaan sumber daya. Metode ini akan memperlihatkan

perbedaan antara biaya pelaksanaan anggaran dan waktu pelaksanaan terhadap

jadwal.

13
2.4.1.2 Metode varians dengan Grafik “S”

Cara lain untuk memperagakan adanya varians dengan menggunakan

grafik. Grafik “S” akan menggambarkan kemajuan volum pekerjaan yang

diselesaikan sepanjang siklus proyek. Bila grafik tersebut dibandingkan dengan

grafik serupa yang disusun berdasarkan perencanaan dasar maka akan segera

terlihat jika terjadi penyipangan. Penggunaan grafik “S” dijumpai dalam hal

berikut:

1. Pada analisis kemajuan proyek secara keseluruhan

2. Penggunaan seperti diatas, tetapi untuk satuan unit pekerjaan atau elemen-

elemennya.

3. Pada kegiatan engineering dan pemblian untuk menganalisis presentase (%)

penyelesaian pekerjaan, misalnya jam-orang untuk menyiapkan rancangan,

produksi gambar, menyusun pengajuan pembelian terhadap waktu.

4. Pada kegiatan konstruksi, yaitu untuk menganalisis pemakaian tenaga kerja

atau jam-orang dan untuk menganalisis persentase penyelesaian serta

pekerjaan-pekerjaan lain yang diukur (dinyatakan) dalam unit versus waktu.

Grafik “S” sangat bermanfaat untuk dipakai sebagai laporan kepada

pimpinan proyek, karena grafik ini dapat dengan jelas menunjukan kemajuan

proyek dalam bentuk yang mudah dipahami.

14
2.5 KONSEP NILAI HASIL (EARNED VALUE)

Konsep nilai hasil merupakan bagan dari konsep analisis varians. Dimana

dalam analisis varians hanya menunjukan perbedaan hasil kerja pada waktu

pelaporan dibandingkan dengan anggaran atau jadwal (PMBOK,2004). Adanya

kelemahan dari konsep analisis varians adalah hanya menganalisis varians dan

jadwal masing-masing secara terpisah sehingga tidak dapat mengungkapkan

masalah kinerja kegiatan yang sedang dilakukan. Sedangkan dengan metode nilai

hasil (earned value) dapat diketahui kinerja kegiatan yang sedang dulakukan serta

dapat meningkatkan efektifitas dalam meningkatkan kegiatan proyek.

Penggunaan konsep earned value dimulai pada abad 20 di industry

manufaktur. Tinjauan EVM (Earned Value Method) dimasukan dalam PMBOK

Guide first edision pada tahun 1987 dan edisi-edisi berikutnya. EVM mencapai

momentumnya pada tahun 2000, ketika beberapa Negara bagian di Amerika Serikat

mengharuskan penggunaaan EVM pada semua proyek pemerintah. Falmming dan

Koppelman (1994) menjelaskan konsep earned value dibandingkan dengan

manajemen biaya tradisonal.

Seperti dijelaskan pada Gambar 2.2 (a), manajemen biaya tradisional hanya

menyajikan dua dimensi saja yaitu hubungan yang sederhana antara biaya aktual

dengan biaya rencana. Dengan manajemen tradisional, status kinerja tidak dapat

diketahui. Pada Gambar 2.2 (b) dapat diketahui bahwa biaya aktual memang lebih

rendah, namun kenyataan bahwa biaya aktual yang lebih rendah dari rencana ini

tidak dapat menunjukan bahwa kinerja yang telah dilakukan telah sesuai dengan

target rencana. Sebaliknya, konsep earned value memberikan dimensi yang ketiga

15
selain biaya aktual dan biaya rencana. Dimensi ketiga ini adalah besarnya pekerjaan

secara fisik yang telah diselesaikan atau disebut dengan earned value/ percent

complete.

Gambar 2.2 Perbandingan Manajemen Biaya Tradisional

dengan Konsep Earned Value.

Konsep Nilai Hasil adalah konsep menghitung besarnya biaya yang menurut

anggaran sesuai dengan pekerjaan yang telah dilaksanakan. Bila ditinjau dari

jumlah pekerjaan yang telah diselesaikan berarti konsep ini mengatur besarnya unit

pekerjaan yang diselesaikan pada suatu waktu bila dinilai berdasarkan jumlah

anggaran yang disediakan untuk pekerjaan tersebut. Dengan perhitungan ini dapat

diketahui hubungan antara apa yang sesungguhnya telah dicapai secara fisik

terhadap jumlah anggaran yang telah dikeluarkan.

2.5.1 Indikator-indokator earned Value

Konsep dasar nilai hasil dapat dipergunakan untuk menganalisis kinerja dan

membuat perkiraan pencapaian sasaran. Indikator yang digunakan adalah biaya

16
aktual (actual cost), nilai hasil (earned value) dan jadwal anggaran (planned value).

Indiktor-indikator tersebut antara lain:

1. Budgeted cost for work scheduled (BCWS)

BCWS (Budgeted cost for work scheduled) merupakan anggaran biaya yang

dialokasikan berdasarkan rencana kerja yang telah disusun menurut waktu.

BCWS dihitungan dari akumulasi anggaran biaya yang direncanakan untuk

pekerjaan dalam periode waktu tertentu. BCWS juga menjadi tolak ukut

kinerja waktu dari pelaksanaan proyek, BCWS merfleksikan penyerapan

biaya rencana secara kumulatif untuk setiap paket pekrjaan berdasrkan

urutannya sesuai jadwal yang direncanakan.

Dalam pengolahan data BCWS di dapat dengan menggunakan persamaan

sebagai berikut:

Bobot Rencana per minggu


 Anggaran Rencana
Bobot rencana keseluruha n

Dimana bobot rencana per minggu berdasarkan laporan mingguan, dan

bobot rencana keseluruhan di dapat dari time schedule sedangkan anggaran

rencana berdasarkan dari rancangan anggaran biaya.

2. Actual cost for work performed (ACWP)

ACWP (Actual cost for work performed) adalah jumlah biaya actual dari

pekerjaan yang telah diklaksanakan, biaya ini diperoleh dari data-data

akutansi atau keungan proyek pada tanggal pelaporan. ACWP dapat berupa

kumulatif hingga periode perhitungan kinerja atau jumlah biaya

pengeluaran dalam periode waktu tertentu.

17
3. Budgeted cost for work performed (BCWP)

BCWP (Budgeted cost for work performed) adalah nilai yang diterima dari

penyelesaian pekerjaan selama periode waktu tertentu. BCWP inilah yang

disebut earned value, BCWP ini dihitung berdasaran akumulasi dari

pekerjaan-pekerjaan yang telah diselesaikan. BCWP dihitung menggunakan

rumus sebagai berikut:

Bobot pelaksanaa n per minggu


 Anggaran Rencana
Bobot rencana keseluruha n

2.6 PENILAIAN KINERJA PROYEK DENGAN KONSEP EARNED

VALUE

Penggunaan konsep earned value dalam penilaian proyek dijelaskan

melalui Gambar 2.3 Beberapa istilah yang terkait dengan penilaian ini adalah cost

variance, schedule variance, dan variance at completion.

Gambar 2.3. Grafik Kurva S Earned Value.

18
2.6.1 Cost Variance (CV)

Cost variance merupaan selisih antara nilai yang diperoleh setelah

menyelesaikan paket-paket pekerjaan dengan biaya aktual yang terjadi selama

pekerjaan proyek. Cost variance positif menunjukan bahwa nilai paket-paket

pekerjaan yang diperoleh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan

untuk mengerjakan paket-paket pekerjaan tersebut atau dengan kata lain pekerjaan

terlaksana dengan biaya kurang dari anggaran atau yang biasa disebut dengan cost

underrun. Sebaliknya nilai negatif menunjukan bahwa nilai paket-paket pekerjaan

yang diselesaikan lebih rendah dibandingkan dengan biaya yang sudah dikeluarkan.

Untuk cost variance dengan angka nol menunjukan pekerjaan terlaksana sesuai

dengan biaya. Persamaan yang digunakan untuk mencari nilai CV adalah sebagai

berikut:

CV = BCWP – ACWP

2.6.2 Schedule Variance (SV)

Schedule Variance digunakan untuk menghitung penyimpangan antara

BCWS dengan BCWP. Nilai positif menunjukan bahwa paket-paket pekerjaan

proyek yang terlaksana lebih banyak dibanding rencana. Sebaliknya nilai negatife

menunjukan kinerja pekerjaan yang buruk karena paket-paket pekerjaan yang

terlaksana lebih sedikit dari jadwal yang direncanakan. Persamaan untuk

menghitunga Schedule Variance adalah sebagai berikut:

SV = BCWP – BCWS

19
Kriteria untuk kedua indikator diatas baik itu CV (cost varians) dan SV (schedule

varians) dapat dilihat dari table (Imam Soeharto) sebagai berikut:

Tabel 2.1. Analisa Varians Terpadu

Varians Jadwal Varians Biaya


Keterangan
SV = BCWP − BCWS CV = BCWP − ACWP

Pekerjaan terlaksana lebih cepat


Positif Positif daripada jadwal dengan biaya
lebih kecil daripada anggaran

Pekerjaan terlaksana tepat sesuai


Nol Posotif jadwal dengan biaya lebih rendah
daripada anggaran

Pekerjaan terlaksana sesuai


Positif Nol dengan anggaran dan selesai
lebih cepat daripada jadwal

Pekerjaan terlaksana sesuai


Nol Nol
jadwal dan anggaran

Pekerjaan selesai terlambat dan


Negative Negative menelan biaya lebih tinggi
daripada anggaran

Pekerjaan terlaksana sesuai


Nol Negative dengan jadwal dengan menelan
biaya diatas anggaran

Pekerjaan selesai terlambat dan


Negative Nol menelan biaya yang sesuai
dengan anggaran

Pekerjaan selesai lebih cepat


daripada rencana dengan menelan
Positif Negative biaya yang lebih besar
dibandingkan dengan yang
direncanakan

20
2.6.3 Cost Performance Index (CPI)

Faktor efisiensi biaya yang telah dikeluarkan dapat diperlihatkan dengan

membandingkan nilai pekerjaan secara fisik telah diselesaikan (BCWP) dengan

biaya yang telah dikeluarkan dalam periode yang sama (ACWP). Persamaan yang

dugunakan untuk menghitung nilai CPI adalah sebagai berikut:

BCWP
CPI =
ACWP

Nilai CPI menunjukan bobot nilai yang diperoleh (relative terhadap nilai

proyek keseluruhan) terhadap biaya yang dikeluarkan. CPI kurang dari 1

menunjukan kinerja yang buruk, karena biaya yang dikeluarkan (ACWP) lebih

besar dibandingkan dengan nilai yang didapat (BCWP) atau dengan kata lain terjadi

pemborosan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek.

2.6.4 Schedule Performance index (SPI)

Faktor efisiensi kinerja dalam menyelesaikan peerjaan dapat diperlihatkan

oleh perbandingan antara nilai pekerjaan yang secara fisik telah diselesaikan

(BCWP) dengan rencana pengeluaran biaya yang dikeluarkan berdasarkan rencana

pekerjaan (BCWS). Persamaan untuk menghitung nilai SPI adalah sebagai berikut:

BCWP
SPI =
BCWS

Nilai SPI menunjukan seberapa besar pekerjaan yang mampu diselesaikan

(relative terhadap proyek keseluruhan) terhadap satuan pekerjaan yang

21
direncanakan. Nilai SPI kurang dari 1 menunjukan bahwa kinerja pekerjaan tidak

sesuai dengan yang diharapkan karena tidak mampu mencapai target pekerjaan

yang sudah direncanakan.

Pengelola proyek seringkali ingi megetahui penggunaan sumber daya, yang

dapat dinyatakan sebaga indeks produktifitas atau indeks kinerja. Indeks kinerja ini

terdiri indeks kinerja biaya dan indeks kinerja jadwal. Dengan kriteria indeks

kinerja sebagai berikut:

1. Indeks kinerja < 1, berarti pengeluaran lebih besar daripada anggaran atau

waktu pelaksanaan lebih lama dari jadwal yang direncanakan. Bila anggaran

dan jadwal sudah dibuat secara realistis, maka ada sesuatu yang tidak benar

dlama pelaksanaan kegiatan.

2. Indeks kinerja >1, maka kinerja penyelenggaraan proyek lebih baik dari

perencanaan, dalam arti pengeluaran lebih kecil dari anggaran atau jadwal

lebih cepar dari rencana.

3. Indeks kinerja lebih besar perbedaannya dari angka 1, maka makin besar

penyimpangannya daru perencanaan dasar atau anggaran. Bahkan bila dapat

angka yang terlalu tinggi berarti prestassi pelaksanaan sangat baik, perlu

pengkajian lebih dalam apakah mungkin perencanaannya atau anggaran

yang justru tidak realistis.

22
2.7 PERAMALAN MENGGUNAKAN EARNED VALUE METHODS

Perkiraan biaya akhir untuk menyelesaikan proyek dapat dilakukan dengan

menggunakan indikator-indikator yang diperoleh pada saat pelaporan untuk

memberikan peramalan akhir proyek. Peramalan ini bermanfaat dalam memberikan

peringatan dini mengenai hal-hal yang akan terjadi pada masa yang akan datang

didasarkan pada asumsi bahwa kecendrungan yang ada dan terungkap pada saat

pelaporan idak mengalami perubahan.

1. ETC (Estimate to complete): Perkiraan biaya untuk pekerjaan tersisa,

diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

Anggaran - BCWP
ETC =
CPI

2. EAC (Estimate at Completion): perkiraan total biaya proyek, diperoleh

dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

ACWP  (Anggaran - BCWP)


EAC 
CPI  SPI

3. ECD (Estimated Completion Date): Perkiraan jadwal penyelesaian proyek,

diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Sisa waktu
ECD =  Waktu terpakai
SPI

23

Anda mungkin juga menyukai