Taplak Meja
Taplak Meja
Taplak Meja
2008
PARA PELAKU
1. PAKDE KEMPUL
2. BUDE KIRANTI
3. KEMPRUT
4. WIRID
5. GENTING
6. JANTHIL
7. SOWER
8. PENGHULU
Para aktor dengan kostum motif taplak meja dan hand prop taplak meja warna-warni dengan
berbagai motif, membentuk koreografi gerak. Diiringi alunan musik dari bunyi-bunyian yang
diambil dari perangkat sederhana. Misal perangkat rumah tangga, perangkat bengkel, dll.
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 1
PAKDE KEMPUL : Woi...woi...bangun..bangun...!! Hobi kok begadang. Lupa ya? Hari ini
hari apa?
PAKDE KEMPUL : We’ik. Weleh, weleh. Kalian ini, setiap ditanya hari ini hari apa, jawabnya
SOWER : Lha iya toh, Pakde. Bagi kita, semua hari itu serasa lebih indah jika
dibilang hari Minggu. Karena biar setiap hari bisa libur, bisa santai, bisa
PAKDE KEMPUL : (sewot manja) Lha iya toh, Wer. Biar bibirmu semakin ndoweeeerrr.
Karena tiap hari ngileeerrr melulu, bikin pulau abstrak di sarung bantal
SOWER : Sebentar, Pakde. Boleh tidak aku minta waktu 10 menit saja ?
PAKDE KEMPUL : Mau apa? Pasti mau nambah waktu ngorok 10 menit lagi. Iya kan? Untuk
SOWER : (menggerutu) Yach, Pakde. Ya sudah kalau begitu. Nanti malam aku mau
PAKDE KEMPUL : (senyum) Nah, begitu. Tidak baik anak muda kebanyakan tidur. Bakal
banyak kehilangan peluang. Kata Mbah Buyutku dulu, kalau kita bangun
KEMPRUT : Tapi tidak ada hubungannya dengan kalau kebanyakan kentut kan, Pakde?
GENTING : Eh, tapi bisa jadi lho. Sekali kentut, akan mengurangi suhu badan sekitar
0,5 derajat celcius. Itu berarti, badan kita terasa lemas dalam waktu
WIRID : Ting, Ting. Bikin teori ngawur kok ya kebangeten. Kalau sampai teori
PAKDE KEMPUL : Rujak? Ouw, dari pagi tadi Pakde sudah ngidam rujaknya Mbok Cingur
pojok. Sepertinya tamu kita dijamu rujak tolet dan rujak cingur saja. Pasti
ketagihan.
GENTING : Memang ada tamu siapa sih, Pakde? Sepertinya Pakde sumringah sekali.
trauma lagi.
tidak ingin hidup bahagia? Punya anak, punya keluarga sakinah mawadah
warohmah?
PAKDE KEMPUL : Wirid, sebenarnya kamu itu ngomong buat Pakde apa buat dirimu sendiri?
PAKDE KEMPUL : Ok, maaf. Akan tiba masanya, kalian semua pasti akan merasakan rindu
pulang, kangen keluarga. Balik lagi ke masalah Pakde, secara hati kecil,
keinginan itu pasti ada. Tapi belum untuk saat ini. Karena Pakde sudah
Pakde.
JANTHIL : Tapi kita semua kan bandel-bandel, Pakde. Apa Pakde tidak bosan
KEMPRUT : Eh, enak saja kamu bilang, Thil. Kamu itu yang suka bikin onar. Kalau
aku kan onarnya alami. Dalam sehari, tidak mungkin kalian tidak kentut.
runyam. Kemarin aku baca di surat kabar, gara-gara tidak bisa kentut
PAKDE KEMPUL : (tertawa) Sudah, sudah. Tidak usah bertengkar. Justru kenakalan wajar
kalian itu, hiburan bagi Pakde. Tanpa kalian, Pakde sepi. Terkadang di
Pakde?
PAKDE KEMPUL : Oh ya. Pakde kan tadi mau beli rujak buat tamu kita, jadi kepotong
PAKDE KEMPUL : Sudah lama Pakde punya cita-cita ingin buka sekolah gratis buat anak-
anak broken home yang putus sekolah seperti kalian. Puji Tuhan, doa
Pakde terkabul.
GENTING : Sekolah? Asyik…aku mau cepat-cepat lulus dan dapat ranking biar dapat
beasiswa.
WIRID : Masya Allah, Genting… Sekolah belum jalan, sudah ngomong lulus.
JANTHIL : Dasar Kemprut. Yang diingat malah contekannya. Kamu niat ingin pintar
tidak?
GENTING : Sower, Sower. Kamu tidak sadar kalau sudah membicarakan diri sendiri?
SOWER : (tersipu malu) Tapi Sower memang tidak terlalu ingin pintar. Bisa baca
PAKDE KEMPUL : Eh, eh, kok malah to be continue adu ayamnya. Mau tidak, Pakde
datangkan guru buat kalian? Kalau tidak mau, tidak apa-apa. Nanti Pakde
WIRID : Inalillahi, Genting. Kamu ini niat sekolah apa niat cari jodoh?
KEMPRUT : Iya nih, Genting. Dari tadi bibirnya seperti lubang pantatnya si Kemprut.
Susah diremnya.
PAKDE KEMPUL : Eits, mulai lagi. Nanti tak ambil kentongan lho. Biar sekalian Pakde jadi
Sepakat?
GENTING : Iya, Pakde. Silahkan dilanjut lagi soal guru barunya itu.
Namanya Tuti Kiranti. Biasa dipanggil Bude Kiranti. Dia teman SMA
Pakde.
WIRID : Semoga saja Bude Kiranti kerasan dan sabar menghadapi kita semua ya,
Amiinnn.
PAKDE KEMPUL : Tenang saja. Temanku itu sudah terbiasa dengan tipe-tipe anak selevel
kalian. Karena dia juga punya rumah singgah seperti ini. Bedanya, anak-
anak yang dia bina adalah anak jalanan yang benar-benar sudah tidak
JANTHIL : (memotong) Ehm, Pakde...katanya mau beli rujak. Nanti keburu habis lho.
PAKDE KEMPUL : Ya sudah. Kalian juga cepat mandi dan beres-beres. Pokoknya Pakde
ingin, pulang dari beli rujak, rumah sudah bersih dan rapi. Ok? (pergi)
KEMPRUT : (teriak) Jangan lupa, Aku cabenya biasa Pakde. Yang paling pedaaas...!!
Anak-anak saling berebut masuk kamar mandi. Mengambil handuk masing-masing. Ada
yang bawa gayung, ada yang bawa sikat gigi, ada pula yang bawa ember. Nyanyian Kamar
masing peran.
Janthil…liwil…liwil...liwil…
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 2
Bude Kiranti. Tampak Bude Kiranti bersama Pakde Kempul, tak kuasa menahan tawa
BUDE KIRANTI : Ternyata kalian jago menyanyi dan menari juga. Bude salut. Ini pasti hasil
ANAK-ANAK : (mencibir) Ihh, bukan Bude. Ini murni hasil karya kita.
PAKDE KEMPUL : Nah, anak-anak. Bude Kiranti telah hadir diantara kita. Hidangan
lapar.
BUDE KIRANTI : Kamu ternyata tidak berubah. Kalau masalah makanan, pasti nomor satu.
PAKDE KEMPUL : Ah, sudahlah. Tak bagus diungkit-ungkit. Kesannya jadi pamrih.
BUDE KIRANTI : Bukan masalah pamrihnya. Cara kamu mentraktir teman-teman itu lho,
yang sampai sekarang masih terkenang di benakku. Kau selalu urut abjad
PAKDE KEMPUL : Pastilah aku masih ingat. Wondor Wongkang kan? Dan nasibmu selalu
yang paling belakang. Trus, karena tidak tahan menunggu lama, kau
BUDE KIRANTI : (tertawa) Ssstt!! Tidak enak, kamu ceritakan alasannya. Tidak sopan di
depan anak-anak.
KEMPRUT : Tenang saja Bude. Kita sudah terbiasa mendengar cerita-cerita yang
JANTHIL : Iya Bude. Nanti Bude juga jangan kaget mendengar kisah-kisah kita. Pasti
PAKDE KEMPUL : Baiklah anak-anak, sebagai pembuka tak ada salahnya Bude Kiranti
sedikit mendongeng pada kalian tentang apa dan bagaimana yang akan
BUDE KIRANTI : Ok. Pasti Mas Kempul sudah sedikit cuap-cuap pada kalian, tentang
SMA, kita berdua bersahabat, cukup dekat. Dan tanpa sengaja, ternyata
kita berdua sama-sama punya cita-cita ingin bergelut dengan para remaja
berlebihan para orang tua dalam hal masa depan anaknyapun bisa
membuat para remaja itu jadi frustasi. Masa remaja adalah masa
perubahan pola pikir itu ada pada masa remaja. Makanya hati-hati dengan
usia remaja. Kalau benteng kita tidak kuat, maka kita akan mudah rapuh.
Kalau benteng kita kuat, kita tinggal memilih. Mengikuti jalur yang
ditentukan atau membuat pilihan sendiri. Pada saat Mas Kempul bercerita
perihal keseharian dan kepribadian kalian semua, terus terang aku cukup
SOWER : (memotong) Maaf Bude. Dari tadi perut saya sudah berkeroncong ria
PAKDE KEMPUL : Sower, sstt!! (sedikit menggugam) Kamu itu mbok dijaga bibirnya !
SOWER : Maaf, Pakde. Maksud saya, boleh tidak jika Bude Kiranti mencicipi rujak
ganjing.
JANTHIL : Iya, Pakde. Kepalaku juga terasa pening mendengar apa yang
WIRID : Subhanallah, maklum Bude. Kita semua memang anti yang panjang-
PAKDE KEMPUL : Aduh, jadi tidak enak aku. Maafkan perilaku anak-anak ini ya, Ran.
Memang ini salah satu kelemahan mereka yang masih susah aku
taklukkan.
GENTING : Kalau tidak enak, mendingan makan nasi kucing saja Pakde.
PAKDE KEMPUL : Huss! Genting. Sekarang ini kita forumnya sedikit agak serius. Ada
kalanya bercanda, tapi kalian juga harus menghormati yang serius walau
kalian tidak suka. Sepertinya kalian memang masih harus banyak belajar.
BUDE KIRANTI : Tidak apa-apa kok, Mas. Saya sangat paham psikologis anak-anak tipe
mereka. Tenang saja. Resiko pekerjaan kita, harus jauh-jauh dari kamus
tersinggung atau sensitif. Semua harus disikapi dengan ringan dan jiwa
besar. Tidak sadarkah dirimu, bagaimana masa remaja kita dulu? Aku
WIRID : Ahlan wa sahlan... kok jadi seperti nonton sinetron. Judul sinetronnya
Semua tertawa terbahak-bahak sambil sesekali diam-diam si Sower mencomot potongan buah
SOWER : Enak saja. Aku kan cuma sekedar coba-coba. Siapa tahu rasanya berubah.
godaan.
PAKDE KEMPUL : Ya sudah, sudah. Sekarang, sedikit lagi ya mohon sabar. Ran, langsung
BUDE KIRANTI : Siip. Jadi begini anak-anak, disini nanti Bude akan menemani kalian
dalam proses CBSA. Yaitu proses Cara Belajar Siswa Aktif dengan
Home Schooling.
WIRID : Masya Allah? Home Schooling? (diucapkan sesuai dengan bunyi vokal
GENTING : Iya. Itu kan yang pernah muncul juga di televisi. Kalau tidak salah waktu
SOWER : Bri..li..an? Maksud ibu ber..li..an? Lidah ibu keblibet ya, bilang berlian
jadi brilian? Kalau kita berlian, berarti kita bisa dijual mahal dong.
KEMPRUT : Iya. Nanti masuk surat kabar. Judulnya Kasus Jual Beli Anak Semakin
Merajalela.
BUDE KIRANTI : (senyum, geleng-geleng kepala) Brilliant itu salah satu kata dalam bahasa
JANTHIL : Dasar egois. Promosi diri terus. Mendingan kamu buka warung jamu saja.
Atau buka lapak obat tradisional di pinggir jalan yang pakai toak. Pasti
laku keras.
PAKDE KEMPUL : Perhatian, perhatian..!! Sepertinya rujak tolet dan rujak cingurnya sudah
Anak-anak langsung berebut mencomot rujak. Tapi dicegah oleh Pakde Kempul.
PAKDE KEMPUL : Eits, tunggu dulu. Lupa ya dengan tradisi makan di rumah ini?
ANAK-ANAK : Oh, iya ya. (menyanyi) Mangan ora mangan, sing penting ngumpul.
Penak opo ora penak, sing penting wareg. (membaca doa sebelum
WIRID : Alhamdu...
ANAK-ANAK : lillah...
PAKDE KEMPUL : Ini masih babak permulaan. Nanti kamu akan menemukan ritual-ritual kita
yang lain. Ayo, sekarang kamu tidak perlu menunggu giliran traktiran
dariku.
BUDE KIRANTI : (genit) Ih, Mas Kempul. Jadi kangen aku dengan suasana saat itu.
tolet, rujak cingur. Lidah melet, pedas sesak bagai makan sambal ubur-
ubur.
BUDE KIRANTI : (tertawa) Bikin pantun kok maksa. Norak ah, kamu.
BUDE KIRANTI : Eh, itu si Kemprut. Hati-hati. Awas, jangan miring-miring piringmu. Tuh,
ANAK-ANAK : (serempak)Hayo, Kemprut, hayo Kemprut. Cuci, cuci. Cuci, cuci. Cucian
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 3
Ruang tamu di rumah singgah Pakde Kempul, 1 tahun kemudian, siang hari.
Tampak beberapa meja kecil ditata sederhana dialasi tikar agak buluk. Uniknya, semua meja
SOWER : Bude, kenapa semua meja diberi alas taplak meja? Seperti pertemuan ibu-
WIRID : Mamaku juga kalau ada acara arisan di rumah, pasti langsung pamer
KEMPRUT : Hati-hati, Wer. Jangan sampai taplak mejanya ternoda sama tetesan
ilermu.
J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6
K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
JANTHIL : Aku tahu, kenapa Bude Kiranti memberlakukan sistem ini.
GENTING : Aku juga. Tapi aku sengaja diam saja. Biar Bude Kiranti saja yang
BUDE KIRANTI : Tidak apa-apa, Genting. Kalau salah kan, nanti Bude arahkan.
KEMPRUT : Alaahh, mancing-mancing. Bilang saja, kalau memang tidak tahu. Tidak
BUDE KIRANTI : Sudah, sudah. Baiklah, Bude akan jelaskan. Bude sangat paham kebiasaan
buruk kalian waktu di sekolah dulu. Dan hampir semua siswa punya
kebiasaan buruk itu. Hal itu memang wajar. Tapi apa kalian bisa bangga
dan puas dengan prestasi kalian yang ternyata diperoleh tidak murni dari
PAKDE KEMPUL : Soweeerr! Lagi-lagi ya, bibirmu sepertinya juga harus disekolahkan.
BUDE KIRANTI : Tenang, Mas. Tidak apa-apa. Santai saja. Intinya, kalian dilarang
mencontek. Maka itu Bude pasang taplak meja. Ingat tidak, waktu kalian
contekan. Walau ada juga yang via tulisan di lembaran tissue, atau kertas
PAKDE KEMPUL : Sekarang, terserah kalian. Pakde dan Bude cuma ingin berbuat yang
terbaik demi masa depan kalian. Itu juga kalau memang kalian masih
punya impian ke depan. Tapi kalau kalian ingin begini-begini saja, juga
banyak orang. Taplak ini juga Pakde dapat pinjam dari perkumpulan
KEMPRUT : Terus, kalau kita nanti ujian lagi, Pakde pinjam lagi? Begitu?
BUDE KIRANTI : Semalam saya coba usul sama Mas Kempul, bagaimana jika kalian semua
masing-masing. Strategi ini juga salah satu ilmu yang mengajarkan pada
kalian, bahwa jika ingin meraih segala sesuatu baik prestasi, cita-cita,
keinginan, dan lain-lain itu jalur tidak mudah. Butuh perjuangan dan
yang sebenarnya juga belum merdeka, tidak ada kata usai dalam sebuah
GENTING : Mencari taplak meja sendiri? Wah, asyik itu. Permainan yang
menyenangkan.
WIRID : (keceplosan) Insya Allah, aku bisa minta salah satu taplak meja mamaku
nanti.
penuh arti.
BUDE KIRANTI : Ok, untuk sementara diskusi taplak mejanya kita tutup sampai disini. Ayo
PAKDE KEMPUL : Mantan wasit timer, tenang saja Ran. Sudah digenggaman, tinggal pencet
saja.
BUDE KIRANTI : Nomor satu. Berapakah hasil akhir 25 x 3 – 25 : 2 ? Jawab dari... sekarang
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 4
GENTING : Bagaimana hasil pencarian taplak meja kalian? Apa sudah ada yang
dapat?
KEMPRUT : Nihil.
taplak meja?
WIRID : Na’udzubillah, itu dia yang aku juga bingung. Bagaimana caraku minta
sama mama. Pasti yang ada aku dimarahi dan disuruh pulang nantinya.
Males ah.
KEMPRUT : Aku punya ide. Tapi agak gila sih dan beresiko tinggi.
GENTING : Aku tahu jalan pikirannya si Kemprut. Pasti kamu mau kita semua diam-
KEMPRUT : Apa boleh buat. Uang saja, sepeserpun kita tak pegang. Apa kita mau
JANTHIL : Aku juga. Nanti wajah kita malah ketahuan publik. Ada yang lapor, trus
WIRID : Astaghfirullah, ampuni dosa-dosa kami, Tuhan. Apa tidak ada jalan lain
teman-teman?
GENTING : Susah juga ya. Aku sendiri tumben hari ini agak lambat otak.
KEMPRUT : He, eh. Biasanya kamu kan paling cepat dapat ide.... apa kata Bude
GENTING : Brilliant.
KEMPRUT : Ya...bril...li...an..
SOWER : (menguap) Ngantuk nih. Sepertinya lebih baik aku tidur dulu ya. Siapa
SOWER : Beres, Thil. Paling-paling juga aku cuma numpang bikin kepulauan saja
JANTHIL : (teriak) Soweeeeerrr !! Awas kamu ya, pembalasan lebih kejam. Lihat
saja nanti !
Nanti terdengar Pakde Kempul bisa runyam kita. Bagaimana ini? Aku
KEMPRUT : Ya sudah. Daripada semua nihil, mendingan kita pikirkan saja matang-
tidak setuju.
GENTING : Me too.
KEMPRUT : Lha, kok semua pada mundur. Dasar pengecut kalian. Ya sudah,
mendingan aku curi taplak meja di rumahku sendiri saja. Tidak peduli
masih bagus atau tidak, yang penting aku sudah dapat taplak meja.
GENTING : Tidak kasihan kamu pada Pakde Kempul? Akibat perbuatan konyolmu itu,
kamu itu sudah kerasukan setan jail darimana sih, sampai hati punya ide
sebodoh itu?
JANTHIL : Apa boleh buat. Aku menyerah saja. Biarkan aku tidak ikut ujian lagi
karena tidak punya taplak meja. Aku juga tidak butuh ijasah kok. Aku
kerja apa saja oks, yang penting halal. Toh, profesi tukang parkir saja
tidak pakai ijasah formal. Kalau perlu usaha sendiri. Entah usaha apa
WIRID : Taplak meja. Taplak meja. Benda sederhana tapi ternyata juga bisa bikin
puyeng kepala.
Tiba-tiba terdengar suara dari ruang tengah (Voice Offer). Overlap anak-anak langsung
Bude Kiranti.
PAKDE KEMPUL : Ternyata idemu tentang taplak meja boleh juga. Aku yakin, mereka tidak
bakal berani mencari uang untuk beli taplak meja baru dengan jalan
mengamen lagi.
BUDE KIRANTI : Tapi kamu juga harus hati-hati lho. Foto-foto mereka sudah mulai banyak
PAKDE KEMPUL : Itu juga yang bikin aku khawatir dan deg-degan. Sebenarnya aku ingin
Meneruskan dialog sambil berjalan menuju teras depan. Anak-anak pelan-pelan bersembunyi
BUDE KIRANTI : (mengalihkan pembicaraan) Mas, ingat tidak waktu kamu main ke
rumahku? Terus kamu dimarahi mamaku karena tak sengaja taplak meja
PAKDE KEMPUL : (tertawa) Iya...iya...aku ingat sekali peristiwa itu. Sampai sekarang aku
juga masih ingat raut wajah mamamu waktu marahi aku. Gara-gara
taplaknya bolong, akhirnya aku tidak boleh lagi main ke rumahmu. Lagak
BUDE KIRANTI : Tapi sekarang kau bisa bebas main ke rumah tanpa kena omel mamaku
lagi. Beliau sudah almarhum, 5 tahun yang lalu karena penyakit lamanya,
PAKDE KEMPUL : Inalillahi wa inna ilaihi roji’un. Turut berduka cita ya, Ran.
BUDE KIRANTI : Terima kasih, Mas. Kita semua pasti akan kembali pada-Nya. Jadi
aku. (diam sesaat) Jujur saja, semenjak kita putus hubungan beberapa
kembali suka pada sesama jenis, tiap malam selalu muncul dalam
hanya anak-anak ini yang bisa menghibur. Kamu sendiri bagaimana? Aku
BUDE KIRANTI : Kabar yang kamu dengar itu memang benar adanya. Tapi anehnya,
wajahmu muncul begitu saja. Gejala apakah ini? Tiap malam aku tahajud
kita ini.
BUDE KIRANTI : Aku juga tidak tahu. Hatiku kini bimbang. Entah mengapa, perasaanku
saat ini.
PAKDE KEMPUL : Benarkah itu? Mengapa kita mengalami hal yang sama? Hanya saja aku
belum berani mengatakannya. Karena aku tahu, pasti akan ada waktu
yang tepat untuk itu. Dan mungkin saja waktu itu adalah saat ini.
BUDE KIRANTI : Iya... Ramai-ramai apa? Kok pakai pagar ayu dan pagar bagus segala?
PAKDE KEMPUL : Eh, dengar ya, Pakde tahu kok kalau kalian tadi mendengar pembicaraan
kita. Wong tadi itu Pakde sedang latihan drama sama Ranti.
BUDE KIRANTI : (salah tingkah) Iya, he, eh. Minggu depan ada pementasan teater.
JANTHIL : Ya jelas, lah. Orang menikahpun butuh latihan, biar tidak kaku waktu
WIRID : Alhamdulillah. Akhirnya Pakde temukan juga si jantung hati yang selama
ini menghilang.
GENTING : Dari awal aku sudah curiga. Karena mimik muka Pakde waktu
meleset kan?
karena minggu depan Bude Kiranti akan mengadakan ujian lagi. Sudah,
begadang lagi walau cuma 10 menit saja, ok. Sudah sana, ke kamar
kalian. Pakde mau mengantarkan Bude Kiranti pulang dulu. Awas ya,
kalau Pakde pulang nanti ternyata hawanya belum terasa kalian seperti
tidur pulas, awas! Seperti biasa, sanksi umum tetap berjalan. Mumpung
LAMPU BERUBAH
ADEGAN 5
Suasana rumah singgah berubah menjadi suasana akad nikah. Hiasan sederhana hasil karya
Genting, Sower, Kemprut, Janthil dan Wirid menghiasi seluruh ruangan. Di atas pintu depan
GENTING : Orang tuaku mungkin agak terlambat datang. Karena ambil raport adikku
dulu di sekolah.
SOWER : Kalau mama papaku tadi telpon, katanya pesawat untuk hari ini sudah
penuh. Jadi mereka baru sampai di Indonesia besok. Katanya titip salam
WIRID : Pasti kado yang paling indah adalah buatan mamaku. Nanti kalian lihat
cukup terkejut dengan ide busana pengantin dari taplak meja itu.
KEMPRUT : Oh, ya. Sebentar, aku mau telpon mama dulu. Hallo, Mama. Mas kawin
taplak mejanya dapat kan, yang modelnya persis seperti yang aku bilang?
MAMA KEMPRUT : (voice offer) Tenang, sayang. Mama bikin hampir mirip dengan aslinya.
Sudah ya sayang, ini mama sudah mau sampai. Mau cari parkiran dulu.
Daagghh, sayang..
GENTING : Dasar Janthil bolot. Masa kamu lupa pembicaraan Pakde dan Bude Kir
dimulai lho. Apa tidak bisa ditunda sebentar, buat stock nanti setelah
akad nikah? Buang air kalau diburu-buru juga tidak akan nyaman di
perut.
SOWER : Gentiiing ! Ceramahnya nanti saja. Lebih baik aku minta perpanjangan
JANTHIL : Ya sudah sana. Kasihan juga Pakde. Nanti malah tidak konsentrasi pada
saat akad karena menahan sakit perut. Aku mau cari minyak kayu putih
atau minyak telon dulu ya. Siapa tahu bisa sedikit meringankan perutnya
Pakde.
KEMPRUT : Rombongan keluarga Bude Kiranti sudah ditelpon belum? Sudah sampai
sampai.
PAKDE KEMPUL : (keluar dari kamar mandi) Siapa yang bikin liriknya? Lucu juga.
PAKDE KEMPUL : Pakde terharu dengan niat baik kalian semua. Sebenarnya, walau satu sisi
Pakde merasa bahagia, tapi di sisi lain Pakde sedih karena harus berpisah
WIRID : Subhanallah, Pakde. Tidak baik omong begitu. Siapa juga yang akan
KEMPRUT : Sudahlah. Sekarang Pakde konsentrasi sama acara special Pakde ini.
Masalah kita, nanti kita masih punya kejutan lain buat Pakde.
SOWER : Iya, Pakde. Pokoknya kejutan kita ini akan semakin melengkapi
JANTHIL : Pokoknya, tidak akan ada kata berpisah antara kita berlima dengan Pakde
Prosesi akad nikah dimulai. Sengaja dibuat terbalik dari prosesi yang sebenarnya berlaku,
yaitu pengantin laki-laki bertandang ke rumah pengantin wanita. Prosesi adat pengantin
wanita memasuki rumah bisa memakai adat daerah mana saja (yang penting menunjukkan
kedua mempelai dirancang dari taplak-taplak meja yang dijahit menjadi motif yang unik.
Ending dari prosesi akad nikah adalah hiburan lagu TAPLAK MEJA.
TAMAT
Bintaro, 310708
BIODATA PENULIS
MEMO : Apabila ada kelompok teater yang berkeinginan memainkan naskah ini,
dimohon untuk ijin atau setidaknya memberi kabar si penulis naskah. Kebutuhan ini lebih
kepada untuk silaturahmi sekaligus sharing antar insan pelaku seni. Terima kasih.
J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6
K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri