Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kartini Berdarah

Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Unduh sebagai doc, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 31

Bank Naskah Teater_matahri

KARTINI BERDARAH
AMANATIA JUNDA .S

TOKOH:

1. Kartika : Seorang gadis berusia 17 tahun. Berambut panjang dikepang dua,

berkacamata besar, seorang kutu buku, pendiam dan kurang pergaulan.

2. Kartini : Sahabat khayalan Kartika. Seorang wanita berusia sekitar 20 tahun-an,

rambut bersanggul, memakai kebaya, wajah keibuan, seperti sosok pengganti ibu

sekaligus sahabat bagi Kartika

3. Friska : Seorang gadis kaya. Berusia 17 tahun. Berambut ikal, cantik, ramping,

tinggi. Ketua geng Perfume. Mempunyai sifat sombong, dan sewenang wenang.

4. Lena : Seorang gadis berusia 16 tahun, anggota geng Perfume.

Jangkung, berambut pendek. Agak tomboy. Sering main tangan.

5. Windi : Seorang gadis berusia 17 tahun, anggota geng Perfume. Seorang

playgirl, centil, kurang pandai dalam pelajaran.

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
6. Resnaga : Sahabat Kartika sejak kecil. Seorang pemuda berusia 17 tahun. Tinggi

sedang, berpenampilan sederhana. Ramah, setia, dan baik hati.

7. Malvin : Seorang idola sekolah, berusia 18 tahun, tampan, angkuh,

berpenampilan keren. Kekasih Friska.

8. Bu Sartika : Ibu Kartika. Berusia sekitar 45 tahun, seorang wanita karier, janda,

penuntut pada anak semata wayangnya, dan over protektif.

SETTING :

Panggung dibagi menjadi 2 bagian, kanan dan kiri. Bagian kanan merupakan kamar

Kartika. Didominasi warna putih. Terdapat sebuah ranjang kayu kecil bersprei putih motif bunga

bunga, sebuah meja belajar kayu dengan lampu duduk dan tumpukan buku biografi RA. Kartini,

dan kursi putar putih. Keduanya menghadap ke penonton. Latar belakang adalah dinding kamar

berwarna putih dengan gambar gambar RA Kartini ukuran A3. Di awal cerita akan ditambahkan

sebuah cermin ukiran dari Jepara. Terbuat dari bingkai kayu berukir dengan cermin yang dapat

membuka dan menutup, untuk tempat keluar masuk Kartini dari belakang panggung.

Bagian kiri, 2 kali lipat luasnya daripada kamar Kartika. Sebuah ruang kelas dengan

bangku bangku kayu, papan tulis dan meja guru. Latar belakang dinding kelas bercat biru muda

dengan jendela jendela besar dan gambar gambar pahlawan. Terdapat pintu di salah satu sisi

dinding samping yang menghubungkan ke belakang panggung.

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri

ADEGAN 1

Narator : (Mengutip salah satu penggalan surat Kartini yang tidak dipublikasikan. Diiringi suara

dentingan gitar, pelan)

Daripada mati itu akan tumbuh kehidupan baru.

Kehidupan baru itu tiada dapat ditahan tahan, dan meskipun sekarang dapat juga ditahan-tahan,

besoknya akan tumbuh juga dia, dan hidup makin lama makin kuat makin teguh.

Kamar Kartika

Kartika : (memakai piyama, sedang membaca buku “Habis Gelap Terbitlah

Terang” yang disusun oleh Armijn Pane, di meja belajar. Airmuka serius, lampu duduk

menyala.)

Tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dan suara panggilan untuk Kartika.

Bu Sartika : Kartika? Kartika?! Buka pintunya! Hari masihlah sore, gemarkah kau untuk

tidur? Bukalah! Lekas!

Kartika : Menghela napas panjang, kemudian menutup bukunya dan bangkit untuk

membuka pintu.

Bu Sartika : Astaga! Sesore ini kau sudah siap berpiyama? Bisakah kau tidak bermalas

malasan saja? (Menatap Kartika tak percaya, tangannya membawa tas tangan kecil.

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Dibelakangnya 2 orang pesuruh menggotong sebuah benda setinggi 2 meter berbungkus kertas

cokelat.)

Kartika : Ma, Kartika sedang baca buku, bukan sedang tidur. (Bela Kartika pelan,

sambil mengangkat buku Habis Gelap Terbitlah Terang)

Bu Sartika : Oh terserahlah, kau pasti membaca buku cerita. Itu sama saja dengan tidur. Sia-

sia belaka. Pak, bawa masuk kesini (masuk ke dalam dan menunjuk dinding) Letakkan disini

saja, ya bagus, kalian bisa keluar. Terimakasih.

Setelah 2 pesuruh tersebut keluar

Kartika : Apa ini Ma? (Menghampiri benda tinggi bungkusan cokelat tersebut,

penasaran)

Bu Sartika : (Duduk di tepi ranjang sambil melepas sepatu hak tingginya) Mama bawakan

oleh oleh untukmu. Bukalah, kau pasti suka. Itu dari Jepara. Asli! (Tersenyum sambil menunjuk

bungkusan tersebut pada Kartika.)

Kartika : lukisan RA Kartini, Ma?! (segera menyobek bungkusan tersebut dengan

bersemangat).

Sartika : Bukan, itu lebih bermanfaat buatmu.

Kartika : (Tertegun mendapati sebuah bingkai kayu jati. Selebar setengah meter

dan setinggi 2 meter. Sekeliling tepinya penuh dengan ukir ukiran berbentuk sulur sulur. Kaki

cermin juga berukir berbentuk bonggol akar yang kokoh. Warna bingkai cokelat tua berpelitur

mengkilat.)

Sartika : Kenapa? Kau tak suka cermin itu?

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kartika : Buat apa Ma? Tika rasa cermin ini terlalu besar untuk kamar ini.

(berkata lirih sambil melirik bingkai kayu tersebut tanpa minat) Oh ya! (serunya mendadak)

Kartika sedang baca buku RA Kartini, Ma… bagus sekali ceritanya. Mama mau baca?

(menyodorkan buku Habis Gelap Terbitlah Terang dengan wajah berseri)

Bu Sartika : Tika! Berhentilah baca buku buku konyol seperti ini! Sekarang bukan saatnya

kau mengenang jasa Kartini. Tapi manfaatkanlah jasanya sebaik mungkin. Mana prestasi yang

dapat kau berikan buat Mama? Kerjakan tugasmu dan belajarlah yang tekun. Harusnya kau

bersyukur emansipasi menjadikanmu pelajar sampai sekarang dan mama seorang manager

perusahaan besar.” (berucap lantang)

Kartika : Mama sama sekali tak berminat baca ini? (masih menyodorkan buku

tersebut)

Sartika : Ya.. ya..ya.. Mama akan baca jika mama sudah pulang dari dinas ke Bandung 2

minggu ini. Oke?

Kartika : Tapi Mama kan baru saja pulang dari Semarang? (meletakkan buku itu

kembali ke meja belajar)

Bu Sartika : Mama mendadak ditugaskan atasan untuk mengurusi proyek yang baru.

Sudahlah, mama capek. Mama hendak istirahat (bangkit, sambil menguap) Oh ya, cermin itu

gunakan baik baik. Kau harus banyak merias diri, berlatih berbicara di depan umum dan menjadi

seorang gadis teladan yang menyenangkan.

Kartika : Maksud Mama?

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Bu Sartika : Bulan depan ada pesta peresmian kantor baru Mama. Kau harus ikut, mama ingin

mengenalkanmu dengan anak kolega mama. Malam Sayang.. (mengecup kening Kartika lalu

beranjak keluar)

ADEGAN 2

Pagi hari. Sebuah kelas dengan bangku bangku yang masih kosong dan beberapa

bungkus bekas jajan berserakan. Seorang pemuda tampan sedang duduk di meja guru smbil

mendengarkan sebuah lagu dari Ipod. Seorang pemuda sederhana membawa sapu

menghampirinya.

Resnaga : Malvin, hari ini piketmu. (menyodorkan sapu)

Malvin : (Acuh, Kepalanya bergoyang goyang menikmati lagu)

Resnaga : Malvin, hari ini piketmu! (berteriak lebih nyaring)

Malvin : (Masih tetap acuh. Bahkan lebih keras menggoyang goyangkan kepalanya)

Kartika : Biar aku saja, mana sapunya? (tiba-tiba muncul dari balik pintu)

Resnaga : Mengapa kau begitu baik hati? Malvin tak pernah piket, kau tahu? (protes, agak

keras menunjuk Malvin. Sedangkan Malvin melepas earphone)

Kartika : Karena aku.. aku… (gugup, terbata-bata saat melihat Malvin

menatapnya tajam)

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Friska : Karena dia memang seorang pembantu! Ha.. ha.. ha.. (tiba-tiba muncul dari

balik pintu dengan suara yang nyaring. Dibelakang, Lena dan Windi mengikutiku sambil

terkikik)

Windi : Oh, sungguh malang.. udah kuper, culun, kacamata pantat botol, pembokat lagi!

Hi..hi..hi..

Lena : Nih, sekalian ngepel lantai! (melempar kain lap yang ada di salah satu bangku)

Resanaga : Kalian jangan seenaknya pada Kartika. (merebut sapu dari tangan Kartika)

Malvin, piketlah! Apa kau tak malu kewajibanmu diambil alih Kartika?

Malvin : Bah! Aku laki-laki. Menjijikkan sekali aku harus menyapu. Itu memang tugas

perempuan! (Melempar sapu ke lantai) Ayo kita pergi! (menggandeng Friska, keluar diikuti

Lena dan Windi yang menyibir ke arah Resnaga dan Kartika)

Resnaga : (Mendesah panjang, menatap Kartika dengan iba) Aku tak habis pikir. Mengapa

kau selalu mengerjakan tugas tugas Malvin dengan ringan tangan?

Kartika : (terdiam beberapa saat) Res, apa kau tak pernah mendengar cinta itu

butuh pengorbanan? (berujar pelan kemudian beranjak pergi)

Resanaga : (Mengambil sapu, dan menyapu perlahan) Aku telah lama berkorban untukmu

Kartika… Hanya saja kau tak pernah tahu. (bergumam lirih)

ADEGAN 3

Sore hari, Kamar Kartika…

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kartika masuk ke dalam kamar, masih mengenakan seragam sekolah. Menghampiri meja untuk

meletakkan tas dan bukunya. Kemudian berjalan menghampiri cermin Jepara.

Kartika : Indah nian kau cermin.. wahai benda antik dari Jepara. (mengelus ukir

ukiran di tepian cermin, perlahan) Kau ingatkanku pada Ibu Kartini.. andaikan kau adalah

penghubung masa ini ke masa lalu, akan kutemui Ibu Kartini.. akan kuceritakan semua jasanya

telah mengubah zaman dan nasib perempuan. Namun aku masih terkukung disini.. layaknya Ibu

kita dipingit dan tak kuasa menanggung senyap… (bernada sedih, meratap) Oh, betapa sunyinya

hidupku. Tak pernah dicinta dan Malvin tak pernah menoleh padaku, haruskah aku mengubah

diriku menjadi gadis gadis seperti geng Parfume? Andaikan, Ibu Kartini kemari… mungkin aku

akan menjadi gadis paling beruntung di dunia.

Tiba-tiba lampu kamar padam, cahaya merah berkerlap kerlip, terdengar suara desauan angin.

Kartika : (tersentak kaget) Oh, ada apakah ini? (ketakutan, berlari naik ke atas ranjang)

Sesosok wanita muncul dari bingkai cermin Jepara, melangkah keluar. Menghampiri ranjang.

Lampu kembali menyala terang dan suasana kembali normal.

Kartini : Nduk, tenanglah… iki ibumu. (tersenyum lembut)

Kartika : Siapa kau?! (semakin duduk menyudut di ranjang, memeluk kedua

lututnya. Wajahnya luar biasa ketakutan)

Kartini : Aku Kartini. Aku yang selama ini kau tuturkan di lembaran lembaran kertas

buku harianmu. Aku yang selama ini kau rayakan setiap tanggal 21 April, sama dengan hari

lahirmu juga kan, Nduk?

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kartika : (Mulai tenang, mengendurkan pelukan lututnya.) Kau Kartini? Raden

Ajeng Kartini? Benarkah? Bagaimana kau bisa tahu aku?

Kartini : (Tersenyum lebih ramah) Ya, aku Raden Ajeng Kartini. Namun, apalah arti

sebuah status ningrat jika Raden Ajeng harus hidup di penjara sangkar emas? Dikelilingi 4

tembok serasa kebebasan adalah kebahagiaan terbesar.

Kartika : Bagaimana Ibu bisa datang kemari? Sudikah ibu bersahabat dengan gadis

memalukan seperti saya ini?

Kartini : Oh, Nduk… tiada boleh kau berkata seperti itu.

Ingin benar hatiku berkenalan dengan seorang anak gadis modern, gadis yang

berani, yang sanggup tegak sendiri, gadis yang aku sukai dengan hati jantungku. Anak gadis

yang melalui jalan hidupnya dengan langkah tangkas, yang berdaya upaya bukan hanya untuk

dirinya sendiri tetapi juga untuk bangsa… Ibu datang dari jauh untuk mendengarkan segala

kegundahan hatimu. Anggaplah aku sahabat penamu yang akhirnya berkunjung menengok

seperti tatkala aku bersua dengan Nyonya Abendanon.

Kartika : (Menghambur, memeluk Kartini, terisak isak) Ibu…! Kartika rindu sekali

pada Ibu. Setiap malam Kartika diam diam membaca buku tentang Ibu. Berhati hati kalau Mama

sampai menangkap basah Kartika, dan membuang segala yang Kartika koleksi tentang Ibu.

Kartini : Sshh… (membelai rambut Kartika) Yakini, ibu juga merindukan sosok gadis

berhati suci sepertimu. Tidurlah, besok kau sekolah bukan? Betapa beruntungnya dirimu yang

hidup di dunia pencinta kebebasan. Bukankah begitu, Nduk?

Kartika : (Mengangguk lemah) Ibu benar. Emansipasi menghapus diskriminasi

untuk golongan kita. Dan ibu pasti senang melihat jasa ibu terlampau besar untuk Indonesia.

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kartini : Aku tahu jalan yang hendak aku tempuh itu sukar, banyak duri dan onaknya dan

lubang lubangnya. Jalan itu berbatu batu, berlekuk-lekuk, licin, jalan itu.. belum dirintis! Dan

biarpun aku tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, aku akan

mati dengan merasa bahagia, karena jalannya kini telah terbuka lebar.

ADEGAN 4

Sebuah kelas, terdengar suara gaduh dari 3 orang siswi. Friska, Lena, dan Windi.

Friska : (Duduk di meja, airmuka cerah) Oh, kemarin malam adalah pesta terkeren

sepanjang hidupku. Seperti mandi keringat aku ikut dugem di dancefloor. 4 kali aku bolak balik

ganti pasangan. Sungguh menyenangkan!

Wndi : Iya, tentu saja kau bolak balik ganti pasangan.. bukankah kita bertiga sungguh

seksi tadi malam?

Friska : Ya jelaslah. Apalagi kau kemarin mabuk berat Windi. Hei, tidak ingatkah kau?

Kemarin kau membuka setengah bajumu dan bergoyang sungguh panas!

Windi : Oh ya?!(Memekik girang) bagaimana reaksi cowok cowok itu?

Lena : Wow! Mata mereka seketika hijau! Dan langsung teler melihatmu!

Friska : Air liur mereka sampai menetes di gelas cocktail.

Friska, Lena, Windi :tertawa bersama, nyaring. Kartika muncul dari balik pintu, tangannya

mendekap tumpukan buku.

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Lena : Hai, kau! Kesini…. Cepat! (menunjuk Kartika, tawa mereka menghilang. Wajah

wajah centil berubah menjadi beringas)

Kartika berjalan menunduk, ketakutan.

Friska : Jalan lelet amat! Rupanya hendak bersaing dengan kura-kura! Darimana saja

kau, Kuper?! (Membentak)

Kartika : (Tergagap) Da.. da.. ri.. P..per pustakaan

Lena : Hei! Ngomong yang tegas! (menepuk pipi Kartika)

Windi : Iya nih, berminat ya jadi gadis sok bisu? Udah kuper, siapa yang mau repot repot

melirikmu? Apalagi.. hi..hi..hi.. lihat deh, apa bawaannya?

Friska : (meloncat turun dari meja, berdiri dan segera merebut buku buku yang didekap

Kartika) Ya ampun! Hari gini… nggak salah baca, kau? Kartini? Memang masih zaman? Hm…

(membaca satu persatu judul buku buku) ada RA Kartini, Kartini Sebuah Biografi, dan.. astaga!

Judul jadul banget nih, Habis Gelap Terbitlah Terang. Eh, pernah dengar nggak kalian?

(menoleh ke Windi dan Lena yang menggelengkan kepala bersamaan sambil mencibir)

Windi : Yang aku tahu sih adanya Habis gelap total terbitlah tagihan PLN, belum bayar

listrik kaleee…

Friska dan Lena: (tertawa terbahak, bersamaan) Ha.. ha.. ha

Kartika : (Berusaha merebut buku yang dipegang Friska) Kembalikan!

Kembalikan.. buku itu!

Friska : Oh, Dear… Len, tahan dia! (memerintah keras. Segera Lena mengunci kedua

lengan Kartika ke belakang punggungnya) Coba kita baca sekilas buku macam apa ini, Sobat.

(Berdehem, dengan mimik sok serius, membuka salah satu halaman buku RA Kartini karangan

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Tashadi) Denger ya, salah satu kutipan surat Ibu kita tercinta “Selama ini hanya satu saja jalan

terbuka bagi gadis Bumiputera akan menempuh hidup, ialah kawin.”

Friska, Lena, dan Windi : Tertawa tergelak.

Lena : Hari gini.. kawin? Emang Siti Nurbaya?

Windi : Wah, wah, wah pantas saja kau jadi anak kuper.. bacaanmu masih seputar zaman

tempoe doeloe… parah!

Friska : Oke, sebagai teman yang baik bagaimana kalo kami membantumu sembuh dari

ke-kuper-an? (tanpa menunggu jawaban dari Kartika yang sibuk melepaskan diri dari

cengkeraman Lena, kini Friska merobek buku tersebut)

Kraak… Kraak.. Kraak.. Segera lembaran buku Kartini berserakan di lantai kelas. Kemudian

dengan bernafsu Friska dan Windi menginjak injaknya.

Kartika : Kumohon hentikan…! Jangan disobek! Kumohon… (Kartika berontak

kemudian Lena mengendorkan cengkeramannya. Seketika Kartika menyerang Friska untuk

menghentikannya)

Friska : Nih, kita nggak butuh baca ginian! (melempar buku buku Kartini ke lantai dan

segera menginjaknya juga)

Kartika menunduk dan melindungi buku buku tersebut. Berkali kali Friska dan kedua teman

temannya menendang Kartika.

Lena : Rasakan! (menendang keras) Dasar penyembah buku!

Malvin muncul dari balik pintu, menggeleng gelengkan kepala melihat Geng Parfume sedang

menyiksa Kartika.

Malvin : Sudah hentikan Friska, Lena, Windi! (seru Malvin agak keras)

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Friska : Tapi Babe, anak ini rese’ sekali tadi, Huh! Masa’ aku sama anak anak tidak

dicontekin pas ulangan Fisika? (menghentikan acara menyiksa lalu menghampiri Malvin dan

mengeluh manja)

Malvin : Salah kalian sendiri tidak belajar. Sekarang berhentilah main mainnya, katanya

kita mau jalan-jalan?

Friska : (mengangguk dan tersenyum manis) Ayo, kita tinggalkan dia!

Setelah keempat murid tadi pergi keluar dari kelas, Resnaga muncul dan keheranan melihat

Kartika sedang memunguti sobekan kertas dan berusaha menyusunnya.

Resnaga : Kartika? Kok belum pulang?

Kartika : (Menoleh ke asal suara, memaksakan senyum) Oh, kau.. Res. Iya, aku habis dari

perpus.

Resanaga : Kau sedang apa? Hei, apa yang terjadi? (Menghampiri Kartika dan membantu

memunguti buku buku yang berserakan)

Kartika : Aku sedang melindungi harta bangsa. Sisa sisa pengabdian ibu kita.

Resnaga : Ibu kita? Siapa?

Kartika : (terbelalak, menatap Resnaga tak percaya) Tak tahukah kau? Raden

Ajeng Kartini! Beliau Ibu kita semua bukan? Beliau sungguh baik hati. Beliau sangat keibuaan,

belaiannya sangat lembut… ah, aku masih bisa merasakannya. (menyentuh rambutnya) Hm, kira-

kira sekarang Ibu sedang apa ya?

Resnaga : Kartika, kau baik baik saja kan? (menyentuh kening Kartika dengan lembut)

Kartika : Apa maksudmu?! (menepis tangan Resnaga dengan kasar)

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Resnaga : Aku mengkhawatirkanmu. Lagipula... bukankah Kartini sudah tiada? Bagaimana

bisa kau merasa belaiannya?

Kartika : Beliau masih hidup kok! Beliau sengaja datang dari jauh untuk

menemaniku. Ah, sudahlah. Pasti kau tak kan percaya. Lebih baik aku pulang saja. Sampai

jumpa. (Berdiri, memasukkan buku buku ke dalam tas dan kemudian beranjak pergi)

ADEGAN 5

Sore hari, kamar Kartika

Bu Sartika : (Berdiri mondar mandir sambil sesekali menengok jam tangan yang melingkar

di lengan kirinya) Oh, hari sudah sore. Kartika tak kunjung pulang, kemana saja anak itu? Tak

tahukah dia kalau hari ini Keluarga Gana akan berkunjung kemari?

(tiba-tiba perhatiannya tertarik pada sebuah buku agenda bersampul merah di atas meja

belajar) Diary? Kartika menulis Diary? Hm… boleh juga. Aku penasaran dengan isinya.

(Duduk, dan mulai membaca buku agenda tersebut)

Tiba-tiba Kartika muncul dari balik pintu.

Kartika : Mama? (melirik buku agenda yang langsung dikembalikan mamanya di

atas meja) Mama baca diary-ku?! (agak keras)

Bu Sartika : Iya. Apa tidak boleh? Kau adalah anak Mama. Urusan pribadimu otomatis

urusan Mama juga.

Kartika : Tapi Ma…

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Bu Sartika : Tapi apa? Mama tahu kamu sekarang sedang menyukai teman kelasmu. Siapa

Malvin itu?

Kartika : (Terdiam, menunduk)

Bu Sartika : Dengarkan Mama Kartika. Kau harus jatuh cinta pada lelaki yang tepat! Jangan

sampai kau mendapat lelaki brengsek seperti papamu. Turuti saja pilihan Mama. Kau pasti suka.

Sekarang lekaslah mandi dan berdandan yang cantik. Keluarga Gana akan datang dan makan

malam bersama kita.

Kartika : (Mendongak) Siapa mereka Ma?

Bu Sartika : Tentu saja calon keluarga barumu! (Keluar dari kamar Kartika)

Kartika : (Terduduk lemas di ranjangnya. Memeluk buku RA Kartini. Mulai

terisak sedih)

Tiba-tiba Kartini keluar dari bingkai cermin Jepara. Kemudian berjalan menghampiri Kartika,

duduk di sampingnya dan membelai rambut Kartika dengan lembut.

Kartini : Anakku, ceritakanlah semuanya pada Ibu, agar lapang dadamu.

Kartika : Hiks… Ibu… saya hendak dijodohkan hiks.. oleh Mama saya. Saya

nggak mau. Saya mencintai pemuda lain. (terisak semakin keras)

Kartini : Cinta, apakah yang kau ketahui tentang perkara cinta itu? Betapa kau akan

mungkin sayang akan seorang laki laki dan seorang laki laki kasih akan kau, kalau kau tiada

berkenalan bahkan yang seorang tiada boleh melihat yang lain? Aku berkehendak bebas, supaya

aku boleh dapat berdiri sendiri, jangan bergantung kepada orang lain, supaya jangan… jangan

sekali kali dipaksa kawin!

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kartika : Ibu, mengapa hidup saya sangatlah sengsara? Saya tak pernah bahagia

tak terkira terkeculai bertemu dengan ibu. Hanya ibu yang mengerti hati saya. Maafkan saya Bu,

tidak bisa melindungi buku buku tentang ibu. Teman teman kelas saya menyobeknya tadi siang

dan mereka selalu menyiksa saya.

Kartini : Aduh, Tuhan, ya Tuhan! Sedih hati melihat kejahatan sebanyak ini di sekeliling

diri, sedang diri tiada berdaya akan menjauhkannya! Sabar ya Nduk…

ADEGAN 6

Di kelas, suatu siang…

Malvin dan Friska tampak bermesra-mesraan di kelas yang kosong. Mereka saling menggoda,

dan tertawa. Kemudian Friska bergelayut manja pada Malvin. Mereka berdua berpegangan

tangan. Dari arah pintu, Kartini berjalan cepat sambil menunduk. Ia terperangah melihat

pemandangan tak pantas di kelas. Seketika buku buku yang didekapnya jatuh berdebam ke

lantai.

Malvin : Oh kau Tik, aku kira guru. (refleks melepas genggaman tangannya dengan

Friska)

Friska : Hei, kuper! Ngapain kesini? Ganggu orang pacaran saja! (membentak dengan

keras)

Kartika : Ma.. maaf.. aku.. nggak tahu kalau kalian..

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Friska : Nggak tahu apa? Bilang saja iri! (Berkacak pinggang kemudian bangkit berjalan

menghampiri Kartika)

Windi dan Lena masuk ke dalam kelas.

Lena : Apa ini? (Memungut buku agenda yang terjatuh bersama buku buku yang lain)

Kartika menoleh, terkejut.

Lena : Lihat! Ck.. ck.. ck.. tak kusangka! (Menunjukkan sebuah halaman dari agenda

tersebut ke teman temannya. Sebuah tulisan dengan huruf besar besar berbunyi AKU CINTA

MALVIN)

Friska : (Mendelik marah) Kau cinta Malvin? Kau menyukai cowokku? Bisa-bisanya

kau… Plak! (menampar Kartika dengan keras)

Malvin menghampiri mereka berdua. Kemudian mengambil alih agenda yang dipegang Lena dan

tertawa terbahak bahak.

Malvin : Wah wah wah, aku tak menyangka tipe cowokmu seperti aku Tika. Kiranya

seperti Resnaga yang culun.

Lena, Windi dan Friska : (Ikut tertawa keras)

Malvin : Kartika.. Kartika.. bercerminlah dulu sebelum kau menyukai seseorang! Kau itu

SANGAT TIDAK PANTAS buatku yang kaya, tampan dan idola semua cewek! Maaf Kartika…

lebih baik kau berhenti menulis namaku di diarymu, buang buang kertas saja. (Menghmapiri

Lena dan meraih agenda tersebut. Dibolak baliknya dengan antusias)

Windi : Iya, kau itu seperti pungguk merindukan bulan!

Lena : Bukan, tapi seperti langit dan bumi!

Friska : Eh, salah lagi. Lebih mirip Kutu dan pangeran!


J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6
K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Malvin dan geng Parfume: (tertawa sangat keras)

Malvin : Dasar gadis lugu. Ayo kita pergi! (Merangkul Friska yang tertesenyum sinis

pada Kartika yang sedari tadi menunduk)

Lena dan Windi pun beranjak keluar mengikuti mereka.

ADEGAN 7

Kamar Kartika

Kartini : (Berjalan mondar mandir, bergumam sendiri) Oh, anakku yang malang… aku

tahu semua perbuatan keji yang dilakukan mereka! Seperti Belanda menjajah anak pribumi.

Namun, pantaskah saudara menjajah saudara sendiri? Tiada satu pun jua yang boleh menyakiti

Kartika.

Kartika : (Muncul dari balik pintu) Aku pulang…

Kartini : Masuklah Nduk. Ssh.. jangan berkata apa pun. Ibu tahu perasaanmu.

Kartika : Bagaimana Ibu bisa tahu?

Kartini : Apa kau lupa dengan tujuan ibu kemari? Setiap hari aku melihat lihat dunia

masa sekarang yang sangat pesat peradabannya. Namun, aku iba hati ini tatkala aku menjumpai

berbagai macam perempuan seperti mereka. Karena bukan barang yang indah indah saja yang

menjadi terlihat olehku.

Kartini : Maksud ibu? Perempuan yang seperti apa?

Kartini : (Menghela napas panjang sambil duduk di kursi) Apalah artinya perjuangan ibu

selama ini? Emansifatie yang mendarah daging telah disalahgunakan.

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kratika : (Duduk di tepi ranjang) Maksud Ibu? Kartika semakin tak mengerti. Jasa

Ibu sungguhlah besar.

Kartini : Namun mereka tak tahu bagaimana mengamalkannya! Ibu tak kan berjuang jika

akhirnya mengetahui betapa mengerikan sikap perempuan masa ini. Mereka berjalan dengan

busana ala kadarnya, seperti memang lebih mengasyikkan tuk telanjanng. Emansipasi juga telah

mengubah mereka untuk terus mengejar pekerjaan dan menyiakan suami dan anak anak mereka.

Pantaskah perempuan seperti itu? Mereka tiada boleh melupakan sama sekali adat dan norma.

Oh, namun betapa memalukan mereka berjalan, bernapas, bertingkah layaknya peerempuan binal

tak punya urat kemaluan! (suaranya sangat lantas dan penuh emosi)

Kartika : Oh, ibu. Sungguh besar derita dan bebanmu. Namun, masih banyak

perempuan di bumi Indonesia yang mempunyai akhlak mulia seperti Ibu.

Kartini : Ya, kau benar Anakku. Alangkah susahnya dan sedihnya akan patah rasanya

hidupku. Jika semua yang kutuangkan dalam ratusan lembar surat dinodai oleh tinta yang lebih

pekat. Namun aku tahu, diliteran tinta kami masih memiliki asa. Dan kau pikul cita citaku

selanjutnya, kau emban dan kau simpan dalam sanubari terdalam. Engkau jiwa yang suci Nduk..

jangan sampai ternoda.

Kartika : Ah, aku hanyalah gadis lemah, rapuh dan tak berdaya. Sia sia saja aku,

jika orang yang kukasihi pun mengolokku.

Kartini : Hapus airmatamu, sudah saatnya kau hapus noda yang mengotori halaman

halaman kisah hidupmu.

ADEGAN 8
J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6
K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri

Sore hari, Ruang kelas yang kosong…

Windi : (Berdiri membelakangi pintu masuk. Menelepon seseorang dengan suara yang

sangat manja dan centil) Iya.. Sayang… aku habis ini tunggu kau di depan gerbang sekolah ya?

Jangan ngaret lho! Awas! Nanti kita booking tempat yang biasanya saja. Iya, ngerti nggak sih

maksudku? Aku lagi bokek nih, Om..

Tiba-tiba sosok hitam masuk ke dalam kelas. Sosok tersebut memakai jubah hitam panjang dan

tudung yang melindungi wajahnya. Tangan kanannya memegang sebuah pisau tajam.

Windi : Oke deh Sayang… sampai ketemu nanti (menutup pembicaraan, berbalik dan

seketika berteriak tertahan)

Windi jatuh tersungkur di lantai kelas dengan darah membanjir dari perutnya.

ADEGAN 9

Kamar Kartika

Bu Sartika : (Geleng geleng kepala sambil mengecek thermometer) Astaga Kartika!

Badanmu panas sekali! Kau harus banyak beristirahat. Jangan baca buku buku cerita lagi. Pasti

kau kecapekan.

Kartika : (Membisu di balik selimut tebal)

Bu Sratika : Kau harus makan yang banyak. Nanti Mama pesankan bubur ayam kalau lewat

depan rumah.

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kartika : (Masih membisu. Tangannya mendekap erat diary dan gambar RA

Kartini)

Bu Sartika : Oke, terserah kau saja. Ibu capek melihatmu akhir akhir ini seperti kehilangan

gairah hidup. Tapi Ibu tak bisa menungguimu lebih lama. Ada meeting di kantor hari ini. Jadi,

kalau ada apa apa kau hubungi Mama lewat telepon saja.

Kartika : (Masih membisu. Tatapan matanya kosong ke depan)

Bu Sartika : Sampai jumpa nanti malam Sayang… (mengecup dahi Kartika kemudian

keluar)

ADEGAN 10

Pagi hari, Sebuah kelas yang kosong..

Masih sosok yang sama, memakai jubah hitam dan tudung. Duduk di salah satu bangku sambil

menunduk. Beberapa saat kemudian Lena dan Friska masuk ke dalam kelas. Langkah mereka

terhenti ketika menjumpai sosok berkerudung hitam duduk tak bergerak.

Friska : Siapa kau?! (Berteriak nyaring, air mukanya mendadak berubah ketakutan)

Sosok itu masih tidak bergerak.

Lena : Fris.. apa jangan-jangan… Dia yang ngebunuh Windi? (Dengan nada takut

bercampur ragu)

Friska : Aku nggak tahu. Hei, jawab! Kau tuli ya? Kau siapa? Jangan bercanda! Ini

nggak lucu!

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Masih tak ada reaksi.

Lena : Oke, sebentar Fris.. jangan jangan dia orang gila yang ketiduran di kelas. Aku

akan buka kerudungnya (Hendak berjalan menghampiri sosok tak bergerak tersebut)

Friska : (Menahan lengan Lena) Jangan Len! Aku takut! Lebih baik kita lapor guru atau

kepala sekolah.

Lena : Ya ampun Friska.. gini aja takut. Kau lupa aku sudah pegang sabuk hitam?

Friska : Tapi… (ragu-ragu, airmukanya masih sangat cemas)

Lena : Sudah, diamlah disini.. (Lena berjalan dengan penuh waspada, semakin

mendekat ke sosok tersebut)

Lena sudah berdiri di depan bangku dimana sosok itu duduk tak bergerak. Tangannya terjulur

hendak membuka tudung kepala sosok tersebuk. Namun, secepat kilat sosok itu bergerak,

bangkit dan langsung menusukkan pisau yang sedari tadi dipegangnya di balik jubah, ke perut

Lena.

Friska : AAAAAAAA…! (Memekik nyaring dan segera berlari keluar kelas)

ADEGAN 11

Kamar Kartika

Kartika masih sakit. Ia setengah berbaring di ranjang. Menulis sesuatu di agendanya.

Pintu membuka, Kartini masuk ke dalam kamar dan tersenyum melihat Kartika.

Kartika : (Menoleh, kemudian membalas tersenyum, lemah) Ibu darimana saja?

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kartini : Tidak begitu penting. Hanya menghapus noda. (Berjalan menghampiri Kartika

dan memegang keningnya dengan lembut)

Kartika : Itu apa? (Menunjuk bungkusan tas plastik hitam yang dibawa Kartini)

Kratini : Oh, ini… tidak penting kok. Bagaimana keadaanmu Nduk? Mau ibu buatkan

wedang jahe? Atau bubur? (sambil memasukkan bungkusan itu ke kolong ranjang.

Kartika : Nggak perlu Bu. Saya sudah agak mendingan. Mungkin besok saya

sudah diijinkan Mama masuk sekolah. Mmm.. Ibu terlihat letih. Ibu mau tidur di samping saya?

Kartini : (Mengangguk kalem) Ya, ibu sangat lelah. Bolehkah ibu tidur dekat dinding?

Rasanya pasti dingin.

Kartika : Tentu saja, dengan senang hati (bernada cerai, langsung bangkit

menggati posisi tidurnya).

Kartini naik ke ranjang dan langsung tertidur lelap. Sedang Kartika masih sibuk menulis diary

sambil sesekali memandang Kartini. Tiba-tiba penanya terjatuh ke lantai. Kartika bergegas turun

dari ranjang, hendak memungut penanya. Namun, perhatian sejenak teralih saaat melihat

bungkusan hitam milik Kartini. Dengan hati hati ditariknya keluar bungkusan tersebut dari

kolong ranjang.

Kartika : Hm.. apa yah ini? Ibu Kartini kemana saja sih seharian ini? Tumben juga

bawa oleh oleh… (Membuka tas plastik tersebut. Ia menemukan jubah hitam dan sebilah pisau

berlumuran darah. Kartika memegang benda benda tersebut dengan airmuka ketakutan. Ia

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
bolak balik memandang Kartini yang masih tertidur membelakanginya ke benda benda tersebut)

Untuk apa jubah dan pisau? Lantas ini darah siapa?

ADEGAN 12

Kelas

Tampak Malvin sedang menemani Friska yang sedang bercerita dengan ekspresi sedih. Resnaga

duduk di sudut sedang menulis sesuatu.

Friska : Windi dan Lena adalah sahabat sahabat terbaikku Vin. Aku nggak rela kalau

kehilangan mereka. Apa salah mereka? Apa maksud pembunuh itu?

Malvin : Tenanglah Fris.. masih ada aku kok. Setidaknya kau belum kehilangan Lena. Dia

masih di rumah sakit. Aku juga nggak tahu salah mereka apa.

Friska : Aku takut kalau… kalau… kalau habis ini giliranku yang dibunuh.

Malvin : Sst… jangan berkata begitu, sekarang kau aman kok. Sekolah sudah dijaga ketat

oleh polisi.

Kartika masuk ke dalam kelas.

Kartika : Pagi… (menyapa dengan pelan, datang dan keheranan melihat wajah

wajah duka di kelas)

Malvin dan Friska bangkit dari duduk tanpa berkata apa pun pada Kartika mereka keluar.

Resnaga : Tika, kau sakit apa? (Segera menghampiri Kartika, cemas)

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kartika : Cuma demam biasa kok. Ada apaan sih? Kenapa anak anak mendadak

aneh. Wajah mereka seperti penuh ketakutan dan kesedihan. (Meletakkan ranselnya dan duduk)

Resnaga : Sekolah ini diteror. Ada 2 kasus pembunuhan selama 2 hari ini.

Kartika : Pembunuhan?! Bagaimana bisa? (terbelalak kaget)

Resnaga : Tika, Windi telah meninggal dengan sangat tragis. Dia ditusuk di kelas. Kemarin

Lena dan Friska juga hendak dibunuh. Tapi, hanya Lena saja yang berhasil ditusuk. Keadaannya

sekarang kritis di rumah sakit. Diperkirakan pembunuh keduanya sama.

Kartika : Lantas siapa pembunuhnya?

Resnaga : Entahlah. Polisi masih menyelidiki teror ini. Polisi hanya dapat keterangan dari

Friska bahwa pembunuh itu memakai jubah daan tudung hitam. Wajahnya tak tampak. Dia

membawa sebilah pisau.

Kartika : Jubah hitam? Pisau, katamu? (Terdiam sejenak) Tidak… ini tidak

mungkin.. (Menggelengkan kepala dengan tak percaya)

Resanaga : Ada apa Kartika? Kau mengenal pembunuhnya? Kau tahu? Siapa?

Kartika : Res… pembunuhnya.. pembunuhnya adalah Ibu Kartini. Aku harus

menemuinya sekarang! (berdiri dan berlari dengan tergesa keluar kelas)

Resnaga : Tik, tunggu! TIK! (Berteriak sambil mengacungkan Map Folder yang tertinggal

di meja) Ada apa dengan anak itu? Akhir akhir ini dia tampak aneh. (Bergumam sendiri sambil

membuka folder tersebut. Di dalamnya ada agenda milik Kartik) Hm, Diary Kartika. Kira-kira

dia marah nggak yah kalau aku baca isinya? (Membuka diary tersebut. Kemudian ia menemukan

sebuah kertas lecek yang terselip di salah satu halaman. Dahinya mengerut serius tatkala

membacanya) Target Pembunuhan? (membaca judul di kertas tersebut)

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri

ADEGAN 13

Siang hari, Kamar Kartika

Kartika : Ibu, jujurlah padaku!

Kartini : Maksud Nduk Kartika? Ibu tak paham. (duduk di tepi ranjang. Airmukanya

sangat kalem)

Kartika : Apa… apa ibu yang membunuh teman temanku?

Kartini : Temanmu? Teman siapa? Sejauh ini hanya ibulah temanmu Nduk..

Kartika : Teman sekelas Tika Bu, Windi dan Lena!

Kartini : (Tertawa dingin, melipat tangannya. Suara berubah dingin) Apa mereka bisa

disebut teman? Setiap bertemu mereka menganiayamu, menyiksamu… tak tahukah kau ibu

sangat menyayangimu, Nduk?

Kartika : Jadi.. benar? Ibu adalah sosok berjubah hitam itu?! (berkata lirih tak

percaya)

Kartini : Ya, aku memang yang merencanakan semuanya. Target pembunuhan

selanjutnya Friska.

Kartika : Tidak... tidak mungkin! (menggelengkan kepala kuat kuat)

Kartini : Aku pembunuh! Kita pembunuh kaum perusak emansipasi!

Kartika : NGGAK! Kartini yang aku kenal bukan seorang pembunuh! Kau bukan

Ibu Kartini! Kartini tak kan mungkin membunuh.

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kartini : Apa yang kau bicarakan? Aku Kartini! Aku melindungi dirimu dari apa pun

yang kau benci!

Kartika : Kau jahat! Pergi dari sini! Kembalilah ke duniamu! (Mendorong Kartini

ke bingkai cermin)

Kartini : (Tidak berusaha melawan) Terserah, kau akan menyesal Nduk… karena telah

mengusirku. Api yang membersihkan api. Api itu juga yang menghancurkan kayu menjadi abu!

Camkan itu! (menghilang dari balik cermin)

ADEGAN 14

Ruang Kelas…

Friska sedang duduk terdiam, wajahnya pucat dan sayu. Ketika Kartika muncul ia segera

menegakkan badannya. Kartika datang dengan wajah tampak ekspresi. Ia menutup pintu kelas

dan menguncinya.

Friska : Ada urusan apa kau kesini? Enyahlah Kuper, aku sedang tak berselera mengolok

olokmu!

Kartika : Aku ingin memberimu hadiah yang paling indah… (Tersenyum dingin

menghampiri Friska)

Friska : Hadiah? (Tiba-tiba melihat pisau yang digenggam erat Kartika. Ia terbelalak)

Kau mau membunuhku?!

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Kartika : Kalau iya, lantas kenapa? Kemarin kau lari, sekarang kau tak kan bisa

lari lagi Friska cantik… (Berjalan semakin mendekat)

Friska : (Berdiri merapat ke tembok) Jadi, kaulah sosok jubah hitam kemarin? Kau yang

membunuh Windi kan?!Aku salah apa padamu?!

Kartika : Kau tanya salah apa? Kau sangat bersalah! Ha…ha..ha.. Kau telah

melukai Kartika, melukai Kartini, dan melukai Pertiwi!

Friska : Aku nggak pernah lukain siapa pun.. pergi! Jangan sakiti aku! TOLONG!

TOLONG AKU!

Terdengar pintu digedor keras

Resnaga : Kartika! Kartika! Buka pintunya!

Bu Sartika : Tika! Ibu mohon buka pintunya!

Kartika : (Terkejut, menoleh ke pintu yang masih tertutup) Pergi kalian dari sini!

Aku Kartini! Aku akan membunuh wanita wanita terkutuk!

Terdengar suara keras. Pintu terdobrak. Resnaga, Bu Sartika dan Malvin masuk dengan airmuka

tegang.

Resnaga : Kartika lepaskan pisau itu! Kau bukan Kartini! Kau Tika, sahabatku sejak kecil!

Bu Sartika : Kartika… maafkan Mama. Mama tak pernah tahu kau punya kepribadian ganda.

Lepaskan jiwa jahatmu Nak

Malvin : please Kartika… kumohon lepaskan Friska. Maafkan dia… maafkan aku juga.

Kartika : Persetan kalian semua!!! (Menarik tubuh Friska lalu mencengkeram

leher gadis tersebut. Ujung pisau menempel di kulit mulus Friska) Jangan berani mendekat!

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Resnaga : Kartika, sadarlah! Bangunlah Tik! Kau adalah Kartika sahabat terbaikku. Kau

adalah gadis baik. Kau bukan pembunuh. Dan Kartini hanya kepribadian yang tak kau sadari saja

Tika. Tenangkan hatimu Tika…

Kartika : (Oleng, memegang tangannya. Mendadak ia merasa pusing.

Cengkeramannya pada Friska mengendor, seketika Friska berhasil membebaskan diri dan

berlari menghambur ke Malvin) Aku... aku… pembunuh. Aku membunuh orang orang di

dekatku. Pergi dari sini! Pergi! Lekas! Aku tak mau jiwaku yang satunya membunuh kalian!

Pergi! (mengacungkan pisaunya ke atas)

Resnaga : Tidak! Aku tak mau pergi! Karena aku sangat mencintaimu…

Hening sejenak

Kartika : (Terisak sambil tersenyum getir) Maaf Res.. aku nggak bisa. Ak… aku..

sudah terlanjur membunuh, aku nggak mau ngebunuh Friska, Mama, Malvin dan kau… Kalau

kalian tak mau menjauhiku akulah yang harus pergi. (Menusukkan pisau tersebut ke

jantungnya)

Bu Sartika : TIDAK!!!! (melolong histeris, pingsan)

Tubuh Kartika tersungkur jatuh di lantai. Menusuk dadanya sendiri dengan pisau yang

digenggamnya. Antara kehidupan dan kematian ia masih bisa tersenyum menahan sakit. Resnaga

segera berlari menghampirinya.

Kartika : Terimakasih… Ak… aku sayang kali… an semua, khususnya eng…kau

Resnaga.. Selamat tinggal. (memejamkan mata perlahan)

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri

Narator : (Mengutip salah satu surat Kartini yang tidak dipublikasikan namun diubah

sebagiaan, suara narator diiringi dentingan gitar, berduka)

Sampai aku menarik napas yang penghabisan, akan tetap aku berterimakasih pada kalian dan

mengucap syukur akan kasih kalian kepadaku. Seorang buta yang diperbuat melihat, sekali kali

tiada menyesal, matanya dibukakan orang karena bukan barang yang indah indah saja yang

menjadi terlihat olehku dan kalian.

SELESAI

Sidoarjo, 27 Juli 2006

Tuk yang mengabdi tanpa menyadari

Alm. RA Kartini

PS : dalam naskah drama ini terdapat beberapa kutipan asli maupun yang diubah untuk

dialog dan narasi. Sumber sumber kutipan tersebut :

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9
Bank Naskah Teater_matahri
Buku Habis Gelap terbitlah Terang (Armijn Pnae)

Buku Kartini Sebuah Biografi (Siti Soemandari Soeroto)

Buku Ra Kartini (Tashadi)

J l. Ta n ju n g X III Blk . IV N o . 9 6 Rt/ Rw - 0 2 0 / 0 0 6


K e l S u n g a i M i a i K e c . B . M a s i n U t a ra
E - m a i l : t e a t e r_ m a t a h a ri @ y a h o o . C o m
Blo g s :th e a tre m a ta h a rifra c a in d o .w o rd p re s s . c o m i
M o b ile : 0 8 1 9 3 3 7 8 4 2 5 5 - 0 8 1 9 1 0 2 5 8 3 0 9

Anda mungkin juga menyukai