Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Kampung Kopina

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 9

Kampung Kardus

Sebuah perkampungan kumuh, bangunan-bangunan semi permanen dengan


tumpukan tumpukan kardus dan barang-barang bekas. Orang-orang beraktifitas
seperti biasanya, mengumpulkan barang-barang bekas, berangkat sekolah dan
lain sebagainya, layaknya kehidupan perkampungan pemulung.

Siti : ahhhhh…… hari ini ndak di sangoni lagi. Suruh puasa sama
simbok. Katane seperti biasane: ndok selagi masih sekolah kamu
harus prihatin, kita ini orang miskin, ndak usah jajan ndak apa-apa,
ndak bakalan mati, mending kamu puasa saja, biar pinter. hah, tiap
hari kok suruh puasa.
Rahmi : ndok, piye to ora ndang mangkat, malah gedumelan, napa?
Ngglendeng simbok, karena nggak disangoni, iya?
Siti : siapa yang nglendeng simbok, wong lagi ngapalin pelajaran kok.
Katane suruh pinter.
Rahmi : ngapalin pelajaran kok sambil menjab-menjeb.
Siti : pelajaran drama kok, teater….. ini namanya mimik, ekspresi muka,
kan harus ekspresif.
Rahmi : awas ya kalo ngglendeng simbok, kuwalat nanti!
Siti : walah….. ndak-ndak….

Rahmi berbalik kembali mau masuk kedalam rumah, siti menjeb mengejek
Rahmi, beberapa langkah jalan lalu jatuh terpeleset. Rahmi berbalik menengok.

Rahmi : jalan itu ngati-ati… cah wedok bedigasan!


Siti : tenang mbok, ndak apa-apa, hanya kepleset. Aduuuhhhh.
Rahmi : bener nggak apa-apa? Apa kamu mau pura-pura sakit biar mbok
nulis surat ijin, biar kamu bisa bolos?
Siti : walah… ndak mbooookkk! Lagian sombong, mbok kan nggak bisa
nulis, kok mau nulis surat ijin.
Rahmi : makanya jangan jadi orang bodo, walaupun nggak punya uang
kamu harus tetep sekolah, biar pinter, bisa nulis surat ijin untuk
anakmu mbesok.

Rahmi berblik masuk kedalam rumah.

Siti : dasar simbok…….. eh ntar kuwalat lagi…………

Siti exit
Masuk denok, kemudian duduk di sebuah kursi panjang

Denok : bosen, tiap hari seperti ini, ndak ada perubahan. Kalo seperti ini
terus hidup juga ndak akan maju-maju.

Neneng masuk.

Neneng : kenapa nok? Sedal-sedul seperti itu? We ditanya kok malah


mlengos.
Denok : aku bosen.
Neneng : apa, bosen, kamu wes bosen sama aku, oh yoh…. kita ndak usah
kekancan lagi, aku juga ndak pate`en ndak kekancan sama kamu!
Denok : wes, ndak usah ntrocos ndak karuan, makanya kalo ada sesuatu
itu ditelaah terlebih dulu biar ndak mis-ko-mu-ni-ka-si, aku kan
belum selesai ngomongnya.

1
Neneng : apa lagi? Sudah cukup jelas penjelasan dari kamu tadi. Singkat dan
jelas, ndak usah di reply.
Denok : kosek to, sebentar…… aku kan ndak ngomong tadi kalo aku bosen
sama kamu? Walaupun memang kamu orangnya mbosenin. Aku ini
bosen dengan kehidupan kita sekarang, yang tengah kita jalanin
ini. Apa kamu juga ndak bosen? tinggal diantara rumah-rumah
kardus, sampah-sampah. Kita ini seperti bukan manusia saja. Kita
ini kaum masyarakat yang ndak dianggep oleh dunia.
Neneng : la terus maumu apa? Ndak ada yang bisa kita lakukan.
Denok : ya memang ndak ada kalo kita cuman bisa nerimo, berusaha dong.
Neneng : kita kan udah kerja siang malam, itu kan juga sudah usaha. Tuh
tadi lihat mbak rahmi menyekolahkan si siti itu juga salah satu cara
jalan untuk menuju sugeh. Siapa tahu setelah disekolahkan
walaupun untuk makan saja sulit, kalo mau bayar sekolah saja
nunjang sana sini cari utangan, tapi siapa tahu nanti siti jadi orang
pinter, dapat kerjaan yang mapan, terus sugih. Itukan juga sudah
upaya menuju sugeh.
Denok : kesuwen, kelamaan……. Selak uwanen.
Neneng : la maumu terus gimana?
Denok : aku mau pergi dari kampung kerdus ini. Aku mau nyari kerja.
Neneng : mau kemana kamu?
Denok : aku mau kemana saja, mungkin ke kota, asal tidak ditempat ini

Tanpa disadari mbok datang

Denok : pokoknya aku mau kerja apa saja asal halal


Mbok : kamu mau kemana?

Denok terkejut

Mbok : Kamu ndak boleh pergi, lalu mbokmu ini sama siapa kalo kamu
pergi.
Denok : mbok denok pengen jadi orang sugih mbok. Simbok kan seneng
kalo jadi wong sugih?
Mbok : yang terpenting bagi simbok adalah kita tetep bisa kumpul. Makan
ndak makan asal kumpul.
Denok : simbok harus dukung dong cita-cita luhur anakmu ini dong
Mbok : kamu boleh kerja apa saja, dimana saja, asal masih dekat dengan
mbokmu
Denok : ah simbok kolot, ra gaul.

Denok exit.

Mbok : ra gaul? Nok apa maksudnya? neng apa maksudnya aku ndak
gaul?
Neneng : simbok biar keliatan gaul pake celana jeans aja.
Hahahahahaaa…….
Mbok : hus omong sama orang tua kok dleweran.
nenek : maaf mbok maaf
Mbok : Nok..... kamu ndak boleh tinggalin simbok

Mbok exit
Beberapa saat kemudian masuk surti

Surti : neeeng….. kamu harus Bantu aku neng. Ini penting, kamu akan
sangat berjasa kalo bisa Bantu aku.
Neneng : apa sih

2
Surti : aku dapat surat dari kang samsul. katanya kang samsul kangen
sama aku, pengen cepet ketemu. Sebentar lagi pulang.
Neneng : syukurlah kalo begitu, la terus apa hubungannya denganku? Kamu
mau minta bantuan apa coba?
Surti : tolong bacain surat ini dong.
Neneng : lo. kok….
Surti : kamu kan tahu sendiri aku tidak bisa baca.
Neneng : kok kamu bisa tahu tadi isi suratnya?
Surti : baru perkiraan aja.
neneng : weladalah ........

Neneng membuka surat.

Neneng : lo kok tulisannya pake tinta merah?


Surti : itu tandanya cinta. Ah nggak gaul kamu. Kalo surat cinta itu kan
harus penuh warna-warna cerah. Nggak pernah nulis surat pasti?
Neneng : Zaman gini masih surat-suratan?
Surti : walah jangan banyak ngomong, ini sistematika percintaan yang
romantis, cepetan kamu bacain saja, tapi ingat jangan bocorin
sama siapa-siapa ya, aku kan malu, siapa tahu isi suratnya juga
hot.
Neneng : (pura pura membacakan surat) dek surti yang cantik…. Lama
banget kakang ndak pernah kasih kabar sama adek. Gimana
kabarnya sekarang dek?
Surti : baik kang, bagaimana kabarnya kang samsul?
Neneng : syukurlah kalo kamu baik baik saja, kang samsul juga baik-baik
saja, tenang aja kamu ndak usah kawatir. Ada hal yang sangat
penting yang ingin kakang sampaikan pada der Sur.
Surti : apa itu kakang?
Neneng : kita kan sudah lama menjalin hubungan cinta.
Surti : maksud kakang pasti mau pulang terus mau ngelamar aku kan?
Neneng : bukan itu dek, justru karena sudah terlalu lama dan kayaknya tidak
ada peningkaan bagi hati kakang, camistri itupun mulai pudar,
lagian disini kakang sudah menemukan yang lain, maka dengan
berat hati dek, kakang putuskan untuk kita akhiri hubungan ini,
kakang sudah berencana menikah dengan orang nggombong.
Surti : (menangis)
Neneng : jangan menangis to dek
Surti : (merebut surat kemudian merobeknya) kamu jahat kakang, kamu
tidak setia!
Surti menangis sambil exit
Orang 1 : ada apa to?
Orang 2 : kamu nakalin surti po neng?
Neneng : kayak anak kecil saja, ini urusan hati dan perasaan. Love, hart……
Orang 1 : walah ngomong kok pateng pentuntung, keduwuren. Ngomong wae
tentang kerdus, kertas sekilo 700, plastik bekas. Hidup di tempat
sampah seperti ini kok ngomongin cinta. mbok yang realistis
Neneng : la wong bukan aku kok, itu lo surti. Le pateng penteleng kok
nanggon aku.

Orang2 kembali beraktifitas kembali.


Beberapa saat kemudian masuk mbok sambil menangis.

Orang 2 : apa lagi? … Hari ini kok full dengan tangisan.


Mbok : neng denok minggat, kabur, pergi dari rumah., denok minggat.
Neneng : apa mbok?
Orang 1 : tenane?

3
Mbok : denok ninggalin surat ini.
Orang 2 : apa isinya?

Orang2 mulai berkumpul.

Mbok : makanya aku datang kesini, tolong bacakan suratnya neng, aku
ndak bisa baca.
Orang 3 : ada apa to ini?
Orang 2 : denok minggat.
Orang 3 : lo critanya gimana kok ada acara minggat segala.
Mbok : sek kamu diam dulu, biar neneng baca suratnya.
Orang : jangan sama neneng, dia itu tukang ngawur kalo suruh baca surat.
Neneng : apa kamu aja nih yang baca???
Orang 3 : lo kamu kan tahu kalo aku tidak bisa baca. Ngece.
Neneng : yo wes makane meneng wae.
(membaca surat)
Simbok yang terhormat, maafkan denok, denok ndak pamitan pergi
dari rumah, kalo denok pamit mesti simbok ndak mengijinkan, jadi
denok langsung cabut saja. Tapi simbok ndak usah kwatir, denok
akan jaga diri baik-baik. Demikian juga simbok juga harus jaga diri
baik-baik. Takecare mbok. Peluk cium dari ananda tercinta….
Muach…… denok.
Mbok : denok….. teganya kamu ndok ninggalin simbok sendiri….

Orang orang kemudian ribut juga menenangkan simbok. Simbok pingsan,


kemudaian beramai-ramai orang orang mengotongnya. kemudian exit

Masuk siti, kemudian masuk rumah.

Siti : walah karo sambel meneh. Kapan pintere kalo tiap hari sama
sambel teruuuuusssss.

=============================================================

Nyanyian & Musik

=============================================================
Waktu berlalu. lima tahun setelah kepergian denok, suasana dikampung kardus
belum banyak berubah. Siti sudah jadi mahasiswi di universitas elite karena
dapat beasiswa. Neneng jadi tukang sayur. Dan mayoritas warga nasyarakat
masih tetep sebagai pemulung.

Lurah mengadakan inpeksi mendadak didalam kampung.

Carik : nah disekitar sini maunya bos besar mau bangun real estate itu.
Lurah : yayayayaaa….. daerah seperti ini kok ya payu ya?
Carik : Mungkin ada pertimbangan-pertimbangan tertentu, kita kan ndak
ngerti yang menjadi planing bos besar dari kota itu. kan ya
penerawangannya lain to pak lurah
Lurah : Tempat bosokan gini kok payu ya?
Carik : sekarang yang ndak laku itu apa to Pak Lurah. Sekarang banyak
kekurangan lahan, natalitas semakin meningkat tetapi lahan tetap,
malah seolah makin menyempit.
Lurah : Kamu bisa mengatur semua ini to? kamu harus bisa mengatasinya.
Ini kan tugas mudah, bagaimana caranya saja kamu
menyampaikannya. Mereka itu orang-orang bodo, tidak

4
berpendidikan, jadi gampang dikibulin. Kamu janjikan saja uang
gantinya.
Carik : la memang sudah dijatah to dari bos besar? Semeternya satu juta.
Lurah : bodo, kalau apa adanya seperti itu kamu gak bakal bisa sugeh.
Bilang sama mereka tanah itu akan dibeli seharga 500 ribu, kalo
nggak mau akan dibongkar paksa. Lagian itu kan bukan tanah milik
mereka. Uang ganti rugi itu diberikan juga karena kasian pada
mereka.
Carik : sory pak lurah, iya iya, sekarang saya mudeng, faham !
Lurah : kamu pengen ngerasain naik mobil pribadi to? Dengan musik yang
jeduk-jeduk? Duit itu bisa buat beli mobil yang jeduk-jeduk.
Carik : duit saya yang utama mau tak buat bangun WC dulu ah pak. la
wong saya kalo e`ek masih dikali je. Masak naik mobel jeduk-jeduk
tapi e`eknya masih dikali.
Lurah : terserah kamu sajalah, kita atur sendii-sendiri duit kita.
Carik : yang terpenting kan kita dapat duit banyak to bos?
Lurah : kamu atur deh nanti.
Orang 4 : eh pak lurah kadingaren pak lurah mau datang kemari, bukan lagi
kampanye kan bu?
Lurah : nah kebetulan kok sepi lagi pada kemana?
Orang 4 : ya biasa to bu, kerja. Ada apa to pak? Ada program sensus?
Lurah : (pada carik) kamu kumpulkan dulu orang-orang sekarang.
Carik : (pada orang 4) kita mau ketemu dengan seluruh warga, kamu
sekarang kumpulkan mereka ya, sifatnya penting dan sangat
mendesak.
Orang 4 : la ya tapi ada apa?
Carik : Ada program kesejahteraan masyarakat yang harus segera
disampaikan pada masyarakat.
Orang 5 : Pembagian subsidi raskin diajukan ya pak? atau malah di tambah?
Carik : Wes ndak usah cerewet, laksanakan saja tugas tadi, dasar wong
susah, sugihe mung sugih omong.
Orang 4 : (melihat orang 5, kemudian memanggil) pak lurah sama sekdes
mau ketemu dengan seluruh warga, ini sifatnya penting dan sangat
mendesak. Kamu sekarang kumpulin seluruh warga, ini perintah
langsung.
Orang 5 : (Pada orang 6) kamu bisa Bantu aku nggak? Tolong kumpulan
seluruh warga. Aku sibuk.
Orang 6 : we malah ganti perintah!
Orang 4 : wes to cepet.

Orang 5 dan 6 exit.

Orang 4 : beres sebentar lagi warga akan datang.


Carik : warga yang baik dan gesit.

Beberapa saat kemudian warga mulai berdatangan.

Orang 1 : ada apa pak?


Orang 2 : kadingaren banget mengadakan sidak.
Orang 3 : apa itu sidak?
Otang 2 : infeksi mendadak.
Orang 1 : walah… inspeksi mendadak.

Lurah melihat neneng dengan menggendong barang dagangannya

lurah : we neng kamu sekarang ganti profesi to? Sekaraang jualan sayur?

5
Neneng : iya lah pak, lumayan sekarang ndak kotor lagi, sekarang bisa
dandan
Orang 7 : walah memang kamunya saja yang mentel.
Neneng : orang jualan itu harus tampil cantik dan menarik biar jualannya
laku.
Orang 7 : iya, tapi jualan apa dulu?
Neneng : ya jualan sayur to, memangnya apa? kalo jualan sayur nglomprot
kayak kamu ya malas yang beli
Orang 7 : wela kok malah ngece to kowe neng !

Terjadi kericuhan.

Carik : wes… wes….Saudara-saudara sekalian, sengaja saudara2


sekalian dikumpulkan mendadak oleh kami disini adalah ada hal
yang sangat penting yang perlu saudara sekalian ketahui.
Orang 8 : (masuk) ada pembagian beras ya
Carik : pembagian beras gudulmu.
Semua : sokor !!!
Carik : saudara sekalian, kami datang kemari untuk memberikan kabar
gembira untuk kalian. Saudara2 saudara…. Wilayah ini, kampung
kardus yang kalian tinggali ini akan segera dibangun real estate
oleh kontraktor dari kota sana.

Semua bersorak gembira.

Neneng : la sek…. Tapi terus bagaimana nasib kita selanjutnya, apa real
estate itu kemudian menjadi milik kita?
Carik : la kok gurih. Kalian akan dipindahkan dari tempat ini.
Orang 5 : digusur? Enak saja. Ndak bisa.
Carik : tentu bias! Kalian nantinya akan diberi ganti rugi tiap warga untuk
mencari tempat dan membangun rumah kembali.

Semua warga gaduh.

Orang 4 : berapa akan kalian beri kami ganti rugi.


Carik : ganti ruginya cukup besar. Lima ratus ribu.
Lurah : heh, rik ..... empat ratus saja.
Carik : lo ... tadi kesepakatan kita ...
Lurah : wes to ....
Carik : ehh ... maaf para warga, maksud saya empat ratus ribu.

Warga tidak setuju.

Lurah : ya sudah, dinaikkan, lima ratus ribu.


Carik : lo katanya lima ratus ribu pak, kok tidak konsisten?
Lurah : ini namanya strategi negosiasi
Carik : oh gitu ya pak lurah ...... ya sudah saya naikkan menjadi lima ratus
ribu

Warga masih menolak dan makin ramai.

Carik : wah sudah ndak kondusif ini pak lurah.


Lurah : pokoknya kamu aturlah
Carik : baiklah kalo begitu, masalah ganti rugi nanti perwakilan dari kalian
akan kami ajak berembug di kelurahan. Kita tunggu di kelurahan.

Lurah dan carik exit.

6
Orang-orang masih gaduh, kemudian memilih perwakilannya untuk pergi
kekelurahan.
Beberapa orang exit. Sementara yang lain kemudian berkerumun membicarakan
penggusuran itu.
Beberapa saat kemudian masuk siti.

Siti : ada apa to mbok?


Rahmi : kita akan di gusur ndok
Siti : digusur?

Rahmi kemudian cerita soal penggusuran itu

Siti : waduh mbok, ndak bisa begitu, kalo gitu biar siti juga pergi
kekelurahan.
Rahmi : Tenang semua ya, anakku siti yang akan berdialog dengan pak
lurah, dia kan bocah sekolahan, bocah pinter, pasti bisa
bernegosiasi untuk kepentingan kita.
Orang 7 : seng ngati-ati ya sit, kamu pasti bisa, kita serahkan tanggung jawab
ini sepenuhnya kepadamu. Selamat berjuang nak. Hidup kampung
kardus!!!!
Semua : Hidup !!!!!
Orang 4 : hidup siti Zulaikah permata sari ......
Orang 7 : sek... sek... sek sapa jenenge? Siti....
Orang 4 : siti Zulaikah permata sari
Orang 7 : Apik tenan saiki jenenge....... kok ganti yo mi jenenge anakmu....
siti zaenab to?
Rahmi : Lak yo supaya keren to, sudah jadi mahasiswi.......
Orang 4 : hidup siti Zulaikah permata sari

Siti exit

Orang makin kwatir dan was-was dengan penggusuran itu. Mereka berharap
penggusuran itu tak jadi di lakukan.

Nyanyian

Beberapa saat kemudian orang-orang yang ikut rapat dikelurahan kembali.

Orang 4 : bagaimana hasilnya?


Orang 6 : pokoknya aku tidak mau pergi dari tempat ini. Titik. Sampai darah
penghabisan.
Orang 1 : (pada rahmi) anakmu itu lo, apa ada persengkongkolan dengan
pak lurah? Kok malah memihak pada mereka?
Rahmi : apa iya?
Orang 1 : nanti Tanya aja sendiri

Masuk siti.

Siti : saudara-saudara sekalian, percaya deh sama saya, kita semua


nantinya akan terbebas dari kesumpekan, kita kan tidak bisa terus-
terusan tingggal ditempat ini? Tidak baik untuk perkembangan
generasi kita nantinya, makanya kita harus pindah, percaya sama
saya, saya kan mahasiswa jadi lebih pinter.
Rahmi : apa benar kamu juga sedah sekongkol dengan pak lurah. Tidak
memihak pada kita?

7
Siti menarik Rahmi

Siti : mbok, tenang saja, kita nanti akan dapat persenan dari pak lurah.
Kita akan dapat lebih banyak duit ganti rugi, ditambah uang tutup
mulut. Pak lurah telah mempercayakan pada saya untuk membantu
carik. Pada urusan ini.
Rahmi : kamu aku sekolahkan bukan untuk membodohi orang yang
memang sudah bodo.
Siti : simbok, ini bisnis.
Orang 2 : pokoknya ya siti, kami tidak bakalan pergi dari tempat ini, apapun
yang kamu katakan, kamu itu baru bocah wingi sore, ini kampung
kelahiran kita, seburuk apapun ya tetap harus dipertahankan kelau
perlu malah kita yang membangun!.

Seluruh warga ribut dan berdemo.

Orang 5 : sekarang kita harus bertindak cepat, kita protes besar-besaran, kalo
perlu anarkis. Mogok makan!
Orang 6 : nek kon mogok makan wegah, aku ra kuat!
Orang 5 : ini strategi, cuman menggertak saja, kalo ndak kita tuntut mundur
pak lurah.
Orang 2 : kita viralkan dimedia sosial
orang 1 : urunan paketan data

Semua warga berdemo. Exit


Masuk kontraktor, denok, pak lurah dan carik

Kontraktor : ya.. tanah ya bagus untuk dibangun, pasti akan untung. Iya kan rik?
Carik : (sambil mencatat) ya…. Ya bagus bos (gugup)
Kontraktor : sudah di distribusikan ganti rugi pada warga? Warga juga telah
setuju kan dengan jumlah yang saya tawarkan. Apa perlu saya
yang langsung melakukan kesepakatan dan tatap muka dengan
mereka?
Lurah : ooooooo…oo.o.o ndak perlu bos, semua sudah beres kok, ganti
rugi sudah disepakati warga. Besok lahan ini akan dikosongkan.
Carik : besok?
Lurah : menurut informasi warga telah membeli perumahan sederhana.
Namun layak huni.
Kontraktor : jadi ganti rugi yang saya berikan layak dan dapat dimanfaatkan
dengan baik oleh mereka to? Trimakasih telah membantu saya
dalam hal ini, pak lurah dan carik memang pejabat teladan. untuk
administrasi kelurahan gampang nanti, bisa diatur
Lurah : masalah itu gampang bos, pokoknya biar lancar dulu, terimakasih
atas kepercayaannya, kami sangat menjunjung tinggi kepercayaan
yang diberikan kepada orang lain terhadap kami.
Kontraktor : Kita tinjau yang sebelah sana pak, sebelah sana calonnya saya
bangun supermarket.

Mereka exit

Waktu berlalu. Penggusuran terjadi, seluruh warga panik. Terjadi kekerasan dan
lain-lain.
Kemudian lengang.

Siti : Pak lurah, gimana janji pak lurah, katanya mau kasih persenan.
Lutah : nanti kalo urusannya sudah selesai, pasti tak bayar
Siti : kapan pak???

8
Exit
Beberapa saat kemudian masuk denok

Denok : mbok aku pulang! (terkejut) lo ada apa ini? Kok jadi begini………
Siti : mbak denok?
Demok : siti ya? Wah pangling aku, sudah gede ya?
Siti : kemana saja mbak selama ini?
Denok : ya kerja, jadi TKW diluar negri. Lumayan lah dek sekarang bisa
bawa oleh-oleh untuk simbok, kontraknya baru saja selesai, nengok
kampung dulu, melepas kangen dengan simbok, nanti kembali lagi
ke Hongkong. tapi kok .... Ada apa ini? (menangis) kok jadi begini?
Siti : (menangis) warga telah digusur mbak
Denok : digusur? kenapa bisa begitu? Lalu kemana semua warga, juga
simbokku?
Siti : (menggeleng) simbok saya pun ndak ngerti dimana. saya sibuk
ngurusin duit di pak lurah saat penggusuran itu dilakukan. Saya tak
membayangkan akan begini jadinya. Saya juga telah dibohongi
oleh pak lurah. Seluruh warga padahal juga telah membenci saya,
termasuk simbok saya yang telah sangat kecewa dengan saya.
Saya bingung harus bagaimana?
Denok : simbok…. (menangis)

Masuk surti yang telah jadi gila karena dulu ditinggal pacarnya.

Surti : lo…. Lagi pada ngapain? Kok berderai air mata, eh biar aku
tebak ..... ditinggal pacar ya? Tenang aja, semua lelaki memang
seperti itu. Mendingan kita nyanyi bareng yuk……

Selesai
Naskah ini ditulis pada tahun 2007, naskah ini telah banyak dipentaskan oleh teater
remaja, baik teater sekolah maupun mahasiswa, dan juga digunakan untuk festival teater
remaja di beberapa daerah

Anda mungkin juga menyukai