Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

M. Andrian Wijaya - 1954151016 - Makalah Petak Ukur Dan Teknik Sampling

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PETAK UKUR DAN TEKNIK SAMPLING


(Bertujuan untuk memenuhi tugas praktikum Inventarisasi Hutan)

Oleh
M. Andrian Wijaya
1954151016

JURUSAN KEHUTANAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2021
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu inventarisasi hutan dipandang dari segi penaksiran kayu berisi deskripsi

areal berhutan serta pemilikannya, penaksiran volume (parameter lain seperti

berat) pohon-pohon yang masih berdiri dan penaksiran tambah-tambah dan

pengeluaran hasil, dalam inventarisasi tertentu dapat diberikan tekanan atau

pembatasan pada satu atau beberapa masalah tersebut, bergantung pada asas

tujuan. Tetapi untuk suatu penilaian yang menyeleruh terhadap suatu areal hutan

dan terutama bermaksud untuk mengelolanya berdasar asas hasil lesttari semua

elemen itu harus di kuasai (Hengky, 2013)

Hutan memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dalam bentuk barang (kayu

dan non-kayu) serta jasa lingkungan. Pengelolaan hutan pada saat ini masih

berorientasi pada pemanfaatan kayu sebagai sumber utama hasil hutan. Produksi

kayu bulat di Indonesia dalam kurun waktu tahun 2007-2011 meningkat dari 32,2

juta m3 menjadi 47,4 juta m3 (Kementerian Kehutanan, 2012). Informasi tentang

hutan diperoleh dari data potensi hutan yang bersifat kuantitatif dan kualitatif

akan dibutuhkan untuk mendukung informasi yang diperlukan.

Pengambilan data potensi hutan, khususnya data yang bersifat kuantitatif

dilakukan melalui kegiatan inventarisasi hutan. Inventarisasi hutan pada dasarnya

merupakan kegiatan pengambilan data. Kegiatan ini tergolong penting, sebab

berpengaruh terhadap kegiatan-kegiatan selanjutnya. Oleh karena itu, data yang


dikumpulkan harus mempunyai keakuratan cukup tinggi, sehingga kegiatan

selanjutnya yang dimaksud dapat dilakukan secara mantap. Untuk itu diperlukan

metode pengumpulan data yang dianggap baik. Dalam kaitannya dengan kegiatan

pengumpulan data hutan, telah dikembangkan beberapa metode baik teknik

pengambilan data maupun pengolahan datanya (Muhammad Ikhwan, dkk., 2017).

inventarisasi hutan biasanya dianggap sinonim dengan tekasiran kayu. Di dalam

aliran ini inventarisasi hutan adalah suatu usaha untuk menguraikan kuantitas dan

kualitas pohon-pohon hutan serta berbagai karakterisitik areal tanah tempat

tumbuhnya. Perlu ditekankan bahwa inventarisasi hutan harus berisi pula evaluasi

terhadap karakteristik-karektiristik pohon terhadap lahan temoat pohon-pohon itu

tumbuh. Dalam inventarisasi hutan digolongkan menjadi tiga yaitu keadaan hutan,

keadaan lahan dan juga keterangan lain yang meliputi elemen-elemn di luar hutan

dan kawasan hutan (Husch, 1987).

1.2. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulis adalah sebagai berikut.

1. Mahasiswa mengetahui teknik pengambilan sampel

2. Mahasiswa mampu melakukan pengambilan sampel yang tepat


II. ISI

2.1. Inventarisasi Hutan

Inventarisasi hutan merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mengumpulkan

informasi tentang kekayaan hutan, menguraikan kuantitas dan kualitas pohon-

pohon hutan serta berbagai karakteristik areal tanah tempat tumbuhnya. Istilah

lain dari inventarisasi hutan adalah perisalahan, risalah hutan dan inventore hutan.

Dalam inventarisasi hutann penaksiran volume tegakan diminimalkan pada salah

satu variable penting. Volume tegakan selalu ditaksir denga mengukur sejumlah

pohon dalam petak ukur sebagai sampel. Penndugaan suatu komunitas salah

satunya dilakkukan dengan melakukan pengukuran pada diameter pohon dari

komunitas yang akan diketahui tersebut (Kuswandi, 2015).

Untuk mengetahui keadaan hutan perlu adanya kegiatan yang dapat menampilkan

keadaan hutan berupa informasi yang akurat seperti potensi, keadaan sosial

budaya, ekologi maupun informasi lain yang dibutuhkan. Salah satu kegiatan yang

mampu menampilkan informasi tentang hutan adalah inventarisasi, karena

kegiatan ini dilakukan untuk mendapatkan data atau informasi tentang areal yang

berhutan dan massa serta komposisi tegakannya. Pada sebagian besar inventarisasi

sumber daya alam, secara ekonomi tidak mungkin dilakukan dengan mengukur

seluruh populasi yang ada karena memerlukan waktu yang lama dan biaya yang

besar, sehingga diperlukan teknik sampling. Teknik sampling dapat dipercaya

dalam penaksiran potensi populasi dengan menggunakan metode statistik yang


sesuai. Teknik ini dalam bidang kehutanan mutlak dilakukan terutama pada

tegakan yang cukup luas.

2.2. Petak Ukur

Petak ukur pengambilan sampel dalam inventore hutan berkaitan dengan

pengertian hutan, dimana dalam hal ini hutan adalah suatu asosiasi flora dan fauna

yang didominasi oleh tumbuh-tumbuhan berkayu yang menempati areaal yang

cukup luas sehingga mampu menciptakan iklim mikro dn kondisi ekologi yang

khas sehingga berbeda dengan kondisi areal diluarnya yang secara terintegrasi

mempunyai fungsi ekonomi, sosial dan perlindungan yang menjadi objek

pengamatan biasanya adalah perkembangan atau pertumbuhan tegakan, sedagkan

pertumbuhan tegakan itu sendiri bersifat agregat atau simultan hasil pengaruh dari

berbagai faktor (Firdaus, 2010).

Menurut Hitam H (1980), bentuk petak ukur yang dapat digunakan dalam

kegiatan inventarisasi hutan adalah sebagai berikut. Plot lingkaran (Circular Plot)

Bentuk ini cocok untuk pencuplikan rumput, semai, dan semak. Keuntungan

utama penggunaan plot lingkaran adalah mempunyai batas plot (keliling) yang

minimum untuk luas tanah tertentu dari lingkaran dibanding dengan bentuk

geometri sederhana lainnya. Hal ini berarti meminimumkan jumlah pohon batas.

Penggunaan plot ukur lingkaran pada hutan tropika dengan topografi yang berat

kurang disukai. Disamping kesulitan dalam membuat batas plot, pada bidang

miring plot ukur dapat berbentuk ellips. Plot ukur lingkaran sering digunakan

dalam inventarisasi jati.


Ukuran petak ukur yang digunakan sebagai unit sampling tergantung dari kelas

umur hutan jati yang mau diinventarisasi, yaitu. Luas 0,02 ha (jari-jari (r)

lingkaran 7,94 m) untuk kelas umur (KU) I-II. Luas 0,04 ha (jari-jari (r) lingkaran

11,28 m) untuk KU III-IV. Luas 0,1 ha (jari-jari (r) lingkaran 17,8 m) untuk KU

V ke atas dan miskin riap. Plot segi empat (Rectangular Plot) Bentuk ini cocok

untuk penilaian biodiversitas suatu vegetasi hutan. Plot ini terdiri dari: Bujur

sangkar (square plot) dan jalur (line/strip). Bentuk plot ukur ini dapat dianggap

sebagai penyederhanaan dari bentuk petak ukur jalur. Semakin memanjang

bentuk plot persegi empat untuk ukuran tertentu, semakin banyak kecermatannya.

Plot ukur segi empat sering digunakan untuk menaksir potensi permudaan atau

pada hutan tanaman untuk menilai keberhasilan tanaman. Pada hutan tanaman

yang berumur lebih dari 4 tahun, penentuan ukuran segi empat dari petak ukur

didasarkan pada jarak tanamannya.

2.3. Teknik Sampling

Sampel adalah sebagain dari populasi yang artinya tidak aka nada sampel jika

tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan

diteliti. Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau benda yang dijadikan

objek penelitian. Jika ingin diteliti adalah sikap konsumen konsumen terhadap

satu produk tertentu sedangkan unsur adalah setiap satuan populasi (Huang,

2000).
Simple Random Sampling Penyampelan acak sederhana, dimaksudkan bahwa

sebanyak n sampel diambil dari populasi N dan tiap anggota populasi mempunyai

peluang yang sama untuk terambil. Terdapat 3 (tiga) cara untuk menentukan

sampel dengan mengunakan teknik ini, yaitu cara undian, cara tabel bilangan

random (Scheaffer, 1986). Stratified Random Sampling Pada penyampelan jenis

ini, anggota populasi dikelompokkan berdasarkan stratanya, misal tinggi, sedang,

dan rendah.

Ukuran sampel atau jumlah sempel yang diambil menjadi persoalan yang penting

manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang

menggunakan analisis kuantitatif. Secara umum ada dua jenis teknik pengambilan

sempel yaitu sempel acak atau random sempaling atau probalility sampling dan

sampel tidak acak atau nonrandom sampling. Random sampling adalah cara

pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil

kepada setiap elemen populasi. Syarat yang harus diperhatikan dalam

pengambilan sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka

sampel atau dikenal dengan nama sampling frame yang dimaksud dengan

kerangka sampling adalah daftar yang berkaitan dengan setiap elemen populasi

yang bias diambil sebagai sempel (Simon, 2007).

Non Probability Sampling Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan

sampel yang tidak memberi peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau

anggota populasi yang dipilih menjadi sampel. Teknik pengambilan sampel ini

diantaranya sampling incidental, sampling bertujuan, sampling bola salju

(snowball sampling), dan sampling kuota. Non probability sampling ini tidak bisa
digunakan untuk membuat generalisasi. Sampling Insidental (Reliance Available

Sampling) Teknik sampling ini mengandalkan pada keberadaan subjek untuk

dijadikan sampel yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti

dan dipandang cocok sebagai sumber data maka subjek tersebut dijadikakan

sampel. Sampling Purposive ( Purposive or Judgment Sampling ) Sampling

purposive adalah teknik penentuan sampel berdasarkan pertimbangan peneliti atau

evaluator tentang sampel mana yang paling bermanfaat dan representative

(Babbie, 2004: 183). Terkadang sampel yang akan diambil ditentukan

berdasarkan pengetahuan tentang suatu populasi, anggota-anggotanya dan tujuan

dari penelitian. Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk studi

penjajagan (studi awal untuk penelitian atau evaluasi), yang kemudian diikuti oleh

penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random).

Teknik yang paling dianggap paling baik adalah teknik random. Kebaikan teknik

ini tidak hanya landasan teori yang digunakan, namun berdasarkan hasil

eksperimen. Dalam random sampling semua anggota populasi, secara individual

atau kolektif, diberi peluang sama untuk menjadi anggota sampel. Alat yang

dianggap paling shahih untuk random sampling ini adalah tabel bilangan random.

Jika besarnya populasi terbatas, peluang random dapat diberikan kepada anggota

populasi secara individual, tetapi jika populasinya sangat besar peluang random

diberikan kepada anggota populasi sangat besar.


III. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan sebagai berikut :

1. Kegiatan Inventarisasi Hutan ada yang namanya sample, teknik pengambilan

sampel terdiri dari teknik probability sampling dan teknik non probability

sampling, penggunaan teknik pengambilan sample harus disesuaikan dengan

kebutuhan data yang akan di cari agar memudahkan pada proses pencarian data

dan data yang didapatkan sesuai.

2. Teknik random sampling diambil secara acak sedangkan pada nonrandom

sampling tidak diambil atau dipilih secara acak.


DAFTAR PUSTAKA

Babbie, E. (2004. The practice of social research. Belmont, CA: Wadsword.


Kerlinger, F.N. (1986). Asas-asas penelitian behavioral (Terjemahan L.R.
Simatupang). Yogyakarta : Gajahmada University Press.

Firdaus, A., Sanjaya, E., dan Munazil. 2010. Pengukuran pohon hutan pada hutan
tanaman rakyat. Jurnal Sylva Lestari. 2(6) : 18-28.

Hengky, H., Jumani.,Biantary, M, P. 2013. Inventarisasi distribusi tegakan puspa


(schima wallichii korth) pada berbagai tipe kelerengan di kebun raya.
Jurnal AGRIFOR. 15(1).

Hitam H., 1980. Dasar-dasar Teori dan Teknik Pengambilan Contoh dalam
Inventarisasi Hutan. Pradnya Paramita.

Huang, S., Price, D., and Titus, S.J. 2000. Development of ecoregion-based
height-diameter models for white spruce in boreal forests. Jurnal Forest
Ecology and Management. 129: 125-141.

Husch. 1987. Pengaruh diameter dan luas tajuk pohon induk terhadap potensi
permudaan alam tingkat semai tumbuhan penghasil gaharu jenis karas
(Aquilaria malaccensis Lamk). Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi
Alam. (1): 21-27.

Kementerian Kehutanan. (2012). Statistik Kehutanan Indonesia 2011.


Kementerian Kehutanan Republik Indonesia.

Kuswandi, R., Sadono, R., Supriyatno, N., dan Marsono, D., 2015.
Keanekaragaman struktur tegakan hutan alam bekas tebangan berdasarkan
biogeografi di Papua. Jurnal Manusia dan Lingkungan, 22(2), 151-159

Muhammad Ikhwan, dkk. 2017. PERBANDINGAN TEKNIK TREE SAMPLING


DAN UNIT CONTOH LINGKARAN DALAM MENDUGA POTENSI
TEGAKAN HUTAN TANAMAN EKALIPTUS (EUCALYPTUS PELLITA F.
MEULL). Fakultas Kehutanan, Universitas Lancang Kuning. Pekanbaru.
Simon, H. 2007. Metode Inventore Hutan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai