Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Tesis - Dwi K - Rev

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 254

UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KELUHAN SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL SYMPTOMS (MSS)
PADA KARYAWAN OFFICE DI PT.X TAHUN 2019

TESIS

DWI KURNIATI
1706093233

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI MAGISTER KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
UNIVERSITAS INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN


DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL
SYMPTOMS (MSS) PADA KARYAWAN OFFICE DI PT.X
TAHUN 2019

TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Keselamatan Kesehatan Kerja

DWI KURNIATI
1706093233

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


PROGRAM STUDI MAGISTER KESELAMATAN KESEHATAN KERJA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2019
i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip

maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Dwi Kurniati

NPM : 1706093233

Tanda Tangan : 9 Juli 2019

Tanggal :

ii
SURAT PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:


Nama : Dwi Kurniati
NPM : 1706093233
Program : S2 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Tahun : 2017

Menyatakan bahwa saya tidak melakukan kegiatan plagiat dalam penulisan tesis
saya yang berjudul:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KELUHAN SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL SYMPTOMS (MSS) PADA
KARYAWAN OFFICE DI PT.X TAHUN 2019

Apabila suatu saat nanti terdeteksi saya melakukan tindakan plagiat, maka saya
akan menerima sanksi yang telah diterapkan

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya.

Depok, 9 Juli 2019

(Dwi Kurniati)

iii
HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini diajukan oleh:


Nama : Dwi Kurniati
NPM : 1706093233
Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Judul Tesis : Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Keluhan Subjektif Musculoskeletal Symptoms (MSS) Pada
Karyawan Office Di PT.X Tahun 2019

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Keselamatan
dan Kesehatan Kerja pada Program Studi Keselamatan dan Kesehatan Kerja,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Dr. Ir. Syahrul M. Nasri, M.Sc. In Hyg ( )

Penguji Dalam : dr. Chandra Satrya, M.App.Sc ( )

Penguji Luar : Rusbani Kurniawan, ST, MKKK ( )

Penguji Luar : Priyo Djatmiko, ST, MSPH ( )

Ditetapkan di : Depok
Tanggal : 9 Juli 2019

iv
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmatnya, penulis dapat menyelesaikan tesis ini dalam rangka memenuhi syarat
untuk memperoleh gelar Magister Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Dalam penyusunan tesis ini, saya sadari bahwa saya memerlukan bantuan
serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, saya ingin menghaturkan
rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ir. Sjahrul M. Nasri, M.Sc. In Hyg sebagai dosen
pembimbing yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran dalam
mengarahkan saya dalam penyusunan tesis ini.
2. Bapak dr. Chandra Satrya, M.App Sc , Rusbani Kurniawan, ST, MKKK,
Priyo Djatmiko, ST, MSPH sebagai penguji yang telah menyediakan
waktunya dan memberikan masukan, serta arahan dalam penyusunan
tesis ini.
3. PT X, serta karyawan yang terlibat yang sudah mengijinkan dan
mendukung penelitian saya.
4. Orang tua, kakak, adik yang selalu memberikan dukungan dan semangat
selama perkuliahan dan pengerjaan tesis.
5. Seluruh dosen K3 FKM UI yang telah memberikan banyak ilmu
selama proses/masa perkuliahan saya.
6. Sahabat saya yang selalu memberi saran yang membangun dan
semangat
7. Seluruh teman-teman S2 K3 2017 yang selalu menyemangati.
8. Semua pihak yang terlibat dalam proses pembuatan tesis ini yang
tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
Saya berharap Allah SWT, membalas kebaikan semua pihak yang telah
membantu.
Depok, 9 Juli 2019

Dwi Kurniati
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Dwi Kurniati
NPM : 1706093233
Program Studi : Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non – ekslusive-
Royalty-Free Right ) atas karya ilmiah saya yang berjudul:
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KELUHAN SUBJEKTIF MUSCULOSKELETAL SYMPTOMS (MSS) PADA
KARYAWAN OFFICE DI PT.X TAHUN 2019
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikan pernyataan ini saya buat sebenarnya.

Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 9 Juli 2019

Yang menyatakan

(Dwi Kurniati)

vi
ABSTRAK

Nama : Dwi Kurniati


Program Studi : Magister Keselamatan Kesehatan Kerja
Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Subjektif
Musculoskeletal Symptoms (MSS) Pada Karyawan Office Di PT.X Tahun
2019
Pembimbing : Dr. Ir. Syahrul Meizar Nasri, Msc in Hyg

PT X adalah perusahaan yang bergerak di bidang ground handling penerbangan, yang memiliki
karyawan office yang cukup sibuk. Banyak karyawan office berpostur janggal yang ditemukan
ketika survei awalan. Kondisi ini meningkatkan risiko keluhan subjektif Musculoskelatal
Symptoms (MSS) pada karyawan office PT X. Selain itu, belum pernah dilakukan analisis
mengenai keluhan muskuloskeletal. Pada penelitian ini menggunakan studi cross sectional, yang
bertujuan untuk mengalisis faktor yang berhubungan dengan keluhan subjektif Musculoskelatal
Symptoms (MSS). Analisis dilakukan dengan analisis univariat, bivariat dan multivariat. Hasil
pada penelitian ini, dari analisis univariat, diketahui bahwa keluhan MSS pada karyawan office PT
X yang dirasakan dari 12 bulan terakhir hingga 7 hari terakhir sebanyak 55 orang (53,4 %),
sedangkan yang diperoleh dengan analisis bivariat menunjukkan bahwa masa kerja, postur, stress,
umur, dan jenis kelamin berhubungan dengan keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms
(MSS). Sementara itu, dari analisis multivariat, variable yang dominan berhubungan dengan
keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) adalah postur, stress dan jenis kelamin.

Kata kunci: Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS); karyawan office; Faktor yang
berhubungan dengan keluhan

vii
Universitas Indonesia
ABSTRACT

Name : Dwi Kurniati


Study Program : Magister Keselamatan Kesehatan Kerja
Judul : Analysis of Factors Associated with Subjective Complaints of
Musculoskeletal Symptoms (MSS) in Office Employees at PT. X in
2019
Counsellor : Dr. Ir. Syahrul Meizar Nasri, Msc in Hyg

PT X is a company engaged in ground handling in flight sector, which has fairly busy office
employees. Many office employees with awkward postures were found during the prefix survey.
This increases the risk of Musculoskeletal Symptoms (MSS) complaints on PT X office
employees. In addition, there has never been an analysis of musculoskeletal complaints. This study
uses a cross sectional study, which aims to analyze the factors related to complaints of
Musculoskeletal Symptoms (MSS). The analysis was carried out by univariate, bivariate and
multivariate analysis. The results of this study, from the univariate analysis, found that MSS
complaints on PT X office employees felt from the last 12 months to the last 7 days were 55 people
(53.4%), while those obtained with bivariate analysis showed that work period, posture, stress,
age, and gender associated with subjective complaints of Musculoskelatal Symptoms (MSS).
Meanwhile, from multivariate analysis, the dominant variable associated with subjective
complaints Musculoskelatal Symptoms (MSS) is posture, stress and gender.

Keyword: Complaints of Musculoskeletal Symptoms (MSS); Office employees; Factors related to


complaints

viii
DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ........................................................................... ii


SURAT PERNYATAAN ANTI PLAGIARISME ........................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR .................................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................. 3
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................................................ 4
1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................................... 4
1.4.1 Tujuan Umum ................................................................................................................. 4
1.4.2 Tujuan Khusus ................................................................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................................................. 5
1.5.1 Bagi Institusi /Perusahaan (PT.X) .................................................................................. 5
1.5.2 Bagi Universitas dan Fakultas ........................................................................................ 5
1.5.3 Bagi Peneliti ................................................................................................................... 5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................... 7
2.1 Musculoskeletal Symptoms ............................................................................................... 7
2.1.1 Pengertian Musculoskeletal Disorders dan Musculoskeletal Symptoms. ................. 7
2.1.2 Keluhan Musculoskeletal Symptoms ......................................................................... 8
2.1.3 Dampak Keluhan Musculoskelatal Symptoms dan Gangguan Muskuloskeletal .... 11
2.1.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskelatal Symptoms .. 12
2.2 Cara mengetahui Keluhan Musculoskeletal Symptoms .................................................. 23
2.3 Postur Kerja Statis .......................................................................................................... 23
2.3.1 Ergonomi Perkantoran ............................................................................................ 24
2.4 Metode pengukuran ........................................................................................................ 36
2.5 Cara Pencegahan/Pengendalian...................................................................................... 47
2.6 Kerangka Teori ............................................................................................................... 54
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL ......................................... 55
3.1 Kerangka Konsep ........................................................................................................... 55
3.2 Definisi Operasional ....................................................................................................... 56

ix
Universitas Indonesia
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ..................................................................................... 73
4.1 Desain Penelitian ............................................................................................................ 73
4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.......................................................................................... 73
4.3 Populasi dan Sample Penelitian ..................................................................................... 73
4.4 Pengumpulan Data ......................................................................................................... 74
4.4.1 Pengumpulan Data Primer ...................................................................................... 74
4.5 Pengolahan Data ............................................................................................................. 75
4.6 Analisis Data .................................................................................................................. 77
4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner Penelitian ................................................. 78
4.7.1 Uji Validitas ............................................................................................................ 78
4.7.2 Uji Reliabilitas ........................................................................................................ 79
BAB V GAMBARAN PERUSAHAAN ...................................................................................... 82
BAB VI HASIL PENELITIAN .................................................................................................... 86
6.1 Gambaran Umum Karyawan Office PT X Tahun 2019 ................................................. 86
6.2 Gambaran Karakteristik Variabel Penelitian.................................................................. 88
6.3 Hubungan Antara Variabel Penelitian.......................................................................... 105
BAB VII PEMBAHASAN ......................................................................................................... 121
7.1 Keterbatasan Penelitian ................................................................................................ 121
7.2 Analisis Gambaran Variabel Penelitian ..........................Error! Bookmark not defined.
7.3 Analisis Hubungan Variabel Penelitian ....................................................................... 124
7.4 Analisis Variabel yang Dominan Berhubungan dengan Keluhan Musculoskelatal
Symptoms (MSS) ..................................................................................................................... 137
BAB VIII PENUTUP ................................................................................................................. 139
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 142

x
DAFTAR TABLE

Tabel 1. Contoh Gangguan Muskuloskeletal Terkait Pekerjaan .................................................. 10


Tabel 2. Perbandingan Metode Pengukuran Posture .................................................................... 42
Tabel 3. Perbandingan Metode Pengukuran Psikososial .............................................................. 46
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Kuisioner Psikososial ....................................................................... 80
Tabel 5. Karakteristik Responden PT X Tahun 2019 ................................................................... 86
Tabel 6. Distribusi Frekuensi Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) berdasarkan Bagian
Tubuh dalam 12 Bulan Terakhir di PT X Tahun 2019 ................................................................. 88
Tabel 7. Distribusi Frekuensi Keluhan yang Mempengaruhi Pekerjaan berdasarkan Bagian Tubuh
di PT X Tahun 2019 ...................................................................................................................... 89
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Keluhan yang Mendapatkan Pengobatan/terapi di PT X Tahun 2019
....................................................................................................................................................... 89
Tabel 9. Distribusi Frekuensi Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dalam 7 hari terakhir di
PT X Tahun 2019 .......................................................................................................................... 91
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) berdasarkan Bagian
Tubuh dalam 7 hari Terakhir di PT X Tahun 2019 ..................................................................... 91
Tabel 11. Distribusi Frekuensi Menurut Lama Kerja di PT X Tahun 2019 ................................. 92
Tabel 12. Distribusi Frekuensi Menurut Lembur di PT X tahun 2019 ......................................... 92
Tabel 13. Distribusi Frekuensi Menurut Lama Lembur di PT X Tahun 2019 ............................. 93
Tabel 14. Distribusi Frekuensi Menurut Masa Kerja di PT X Tahun 2019 .................................. 93
Tabel 15. Distribusi Frekuensi Menurut Waktu Istirahat di PT X Tahun 2019 ........................... 94
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Menurut Postur di PT X Tahun 2019 .......................................... 94
Tabel 17. Postur kerja karyawan PT X ......................................................................................... 95
Tabel 18. Distribusi Frekuensi Menurut Tuntutan Pekerjaan di PT X Tahun 2019 ................... 101
Tabel 19. Distribusi Frekuensi Menurut Organisasi kerja & konten pekerjaan di PT X Tahun 2019
..................................................................................................................................................... 101
Tabel 20. Distribusi Frekuensi Menurut Hubungan interpersonal & leadership di PT X Tahun 2019
..................................................................................................................................................... 102
Tabel 21. Distribusi Frekuensi Menurut Stress di PT X Tahun 2019 ......................................... 102
Tabel 22. Distribusi Frekuensi Menurut Umur di PT X Tahun 2019 ......................................... 103
Tabel 23. Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin di PT X Tahun 2019 ........................... 103
Tabel 24. Distribusi Frekuensi Menurut Merokok di PT X Tahun 2019.................................... 103
Tabel 25. Distribusi Frekuensi Menurut Aktivitas Fisik di PT X Tahun 2019........................... 104
Tabel 26. Distribusi Frekuensi Menurut Indeks Massa Tubuh di PT X Tahun 2019 ................. 104
Tabel 27. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Durasi di PT X
Tahun 2019 ................................................................................................................................. 105
Tabel 28. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Postur Kerja di
PT X Tahun 2019 ........................................................................................................................ 106
Tabel 29. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Tuntutan
Pekerjaan di PT X Tahun 2019 ................................................................................................... 107
Tabel 30. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Organisasi kerja
& konten pekerjaan di PT X Tahun 2019 ................................................................................... 108
Tabel 31. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Hubungan
interpersonal & leadership di PT X Tahun 2019 ....................................................................... 108

xi
Universitas Indonesia
Tabel 32. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Stress di PT X
Tahun 2019 ................................................................................................................................. 109
Tabel 33. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Umur di PT X
Tahun 2019 ................................................................................................................................. 109
Tabel 34. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Jenis Kelamin di
PT X Tahun 2019 ........................................................................................................................ 110
Tabel 35. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Merokok di PT X
Tahun 2019 ................................................................................................................................. 110
Tabel 36. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Aktivitas Fisik di
PT X Tahun 2019 ........................................................................................................................ 111
Tabel 37. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Indeks Masa
Tubuh di PT X Tahun 2019 ........................................................................................................ 111
Tabel 38. Hasil Seleksi Bivariate Variabel Independen dengan Variabel Dependen ................. 112
Tabel 39. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Pertama ...................................................... 113
Tabel 40. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Kedua ......................................................... 113
Tabel 41. Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum Dan Sesudah Hubungan Interpersonal
Dikeluarkan ................................................................................................................................. 114
Tabel 42. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Ketiga ......................................................... 114
Tabel 43. Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum Dan Sesudah Umur Dikeluarkan 115
Tabel 44. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Keempat ..................................................... 115
Tabel 45. Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum Dan Sesudah Tuntutan Pekerjaan
Dikeluarkan ................................................................................................................................. 116
Tabel 46. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Kelima........................................................ 116
Tabel 47. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Keenam ...................................................... 117
Tabel 48. Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum Dan Sesudah Merokok Dikeluarkan
..................................................................................................................................................... 117
Tabel 49. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Ketujuh ...................................................... 118
Tabel 50. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Kedelapan .................................................. 118
Tabel 51. Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum Dan Sesudah Masa Kerja Dikeluarkan
..................................................................................................................................................... 118
Tabel 52. Pemodelan Regresi Logistik dengan Uji Interaksi ..................................................... 119
Tabel 53. Hasil Pemodelan Regresi Logistik .............................................................................. 120

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Model of The Relations of Influence Between The Biomechanical, Psychosocial and
Individual Risk Factors and Their Impacts ................................................................................... 13
Gambar 2. An Ecological Model of Musculoskeletal Disorders in VDT Work ............................ 14
Gambar 3. The Psychosocial Stress Model................................................................................... 18
Gambar 4. Posisi Netral ................................................................................................................ 25
Gambar 5. Ukuran Kursi ............................................................................................................... 26
Gambar 6. Ukuran Meja ............................................................................................................... 27
Gambar 7. Postur Netral Dan Postur Janggal ............................................................................... 28
Gambar 8. Workstation Yang Mudah Dijangkau ......................................................................... 29
Gambar 9. Area Jangkauan Ketika Posisi Duduk ......................................................................... 30
Gambar 10. Kursi Yang Bisa Disesuaikan ................................................................................... 31
Gambar 11. Sandaran Kaki ........................................................................................................... 31
Gambar 12. Posisi Tangan Dalam Menggunakan Keyboard Dan Mouse .................................... 34
Gambar 13. Posisi Menggunakan Mouse ..................................................................................... 34
Gambar 14. Posisi Monitor ........................................................................................................... 35
Gambar 15. Sketsa Tubuh Yang Digunakan Dalam Nordic Questionnaire ................................. 44
Gambar 16.Tahapan Pencegahan MSS Ditempat Kerja ............................................................... 53
Gambar 17. Klasifikasi cornbach alpha ........................................................................................ 80
Gambar 18. Gambaran Nilai Budaya Perusahaan......................................................................... 83
Gambar 19. Gambaran Kinerja PT X ........................................................................................... 84
Gambar 20. Level Keluhan MSS Berdasarkan Bagian Tubuh dengan Keluhan Terbanyak ....... 90

xiii
Universitas Indonesia
1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut World Health Organization (WHO) (2018) muskuloskeletal menyumbang
disabilitas terbesar di dunia, dengan nyeri punggung bawah yang menjadi penyebab utama
kecacatan secara global. Satu dari lima orang hidup dengan kondisi muskuloskeletal yang
menyakitkan dan melumpuhkan. Musculoskeletal pada usia muda umumnya disebabkan oleh
pekerjaan. Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) (2018),
Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah salah satu penyakit terkait pekerjaan yang paling
umum. Di seluruh Eropa MSDs mempengaruhi jutaan pekerja dan menghabiskan miliaran euro.
Di Inggris, diperkirakan 553.000 pekerja pada tahun 2014-2015 menderita gangguan
muskuloskeletal yang disebabkan atau diperburuk oleh pekerjaan, diantaranya sekitar 223.000 dari
pekerja menderita sakit punggung, sekitar 233.000 dari masalah yang berkaitan dengan ekstremitas
atas dan leher dan sekitar 97.000 dengan masalah ekstremitas bawah (Institution of Occupational
Safety and Health (IOSH) 2018). Gangguan MSDs terkait pekerjaan paling umum terjadi baik
pada pekerjaan berat secara fisik seperti penambangan, maupun pekerjaan dengan intensitas
rendah dalam kondisi statis seperti pekerjaan dengan menggunakan komputer (Occupational
Safety and Health Administration (OSHA), 2017).
Musculoskeletal Symptoms (MSS) dapat dijadikan sebagai penanda awal pekerja akan
terkena Musculoskeletal Disorders (MSDs) apabila tidak dilakukan pencegahan. Jika dilihat dari
istilah Musculoskeletal Disorders (MSDs) dan Musculoskeletal Symptoms (MSS), keduanya
memiliki arti yang sedikit berbeda. Disorders adalah gangguan penyakit terhadap fungsi normal
tubuh (Menon 2015). Sementara itu, symptoms atau gejala adalah keluhan yang dilaporkan sendiri
(terutama nyeri) yang terjadi dalam distribusi anatomi regional, dimana tidak ada penjelasan
patologis yang disepakati dan tidak dapat dibuktikan (Burton et al. 2008). Gejala muskuloskeletal
seperti rasa sakit, nyeri dan mati rasa, sering kali sudah berada pada tahap kronis, karena dibiarkan
dengan waktu yang lama. Sementara itu, rasa sakit dapat mempengaruhi produktivitas dan
menurunkan kinerja karyawan (Stewart et al. 2003).
Keluhan muskuloskeletal biasanya dikelompokkan dengan nyeri punggung atau ektremitas
atas yang biasanya disebabkan karena pekerjaan (Occupational Safety and Health Administration

1
Universitas Indonesia
2

(OSHA) 2018). Hal itu dibuktikan pada penelitian terkait MSS yakni penelitian Thetkathuek et al.
(2018) pada pekerja perkebunan di Thailand, menunjukkan bahwa pekerja berisiko terkena MSS.
Hal tersebut juga disebutkan dalam penelitian Hembercker et al. (2017) pada pekerja manufaktur
di Brazil bahwa aspek pekerjaan mempengaruhi risiko MSS.
Keluhan MSS disebabkan oleh banyak faktor (da Costa 2010). Adapun, faktor-faktor yang
mempengaruhi dan memperparah terjadinya keluhan muskuloskeletal diantaranya adalah
pekerjaan menggunakan kekuatan, pekerjaan berulang, bekerja dalam posisi janggal, pekerjaan
yang terpapar getaran, bekerja di lingkungan yang dingin, dan duduk atau berdiri dengan durasi
cukup lama. Selain itu, keluhan muskuloskeletal juga dipengaruhi oleh tingkat stres, wewenang
dalam mengambil keputusan dan dukungan dari rekan kerja, riwayat medis dari pekerja, kapasitas
fisik dan usia, dan faktor sosial seperti aktivitas diwaktu luang. Faktor-faktor tersebut bisa
langsung mempengaruhi terjadinya keluhan muskuloskeletal atau gabungan dari faktor tersebut
(Occupational Safety and Health Administration (OSHA) 2017).
Menurut Liu (2017), pekerja yang terpapar pada pekerjaan statis lebih sering terkena
muskuloskeletal dibandingkan pada pekerjaan lain. Hal itu dikarenakan postur yang sama
dipertahankan dalam waktu yang lama tanpa perubahan, sehingga sirkulasi darah melalui otot
berkurang. Oleh karenanya, posisi duduk, durasi, dan aktivitas yang monoton mempengaruhi
karyawan terkena MSS. Dalam hasil penelitian yang dilakukan pada pekerja kantoran dan
pengguna komputer oleh Janwantanakul et al. (2008) di Bangkok, Loghmani et al. (2013) di Iran,
dan Kaliniene et al. (2016) di Lithuania, serta Pantoiyo dkk. (2016) di Manado, Indonesia,
menunjukkan bahwa pekerja kantoran berisiko terkena keluhan MSS yang disebabkan oleh
masalah ergonomi dan psikososial. Pada penelitian Zaman (2014) di Pekanbaru pada karyawan
administrasi, menunjukkan bahwa persentase yang mengalami keluhan muskuloskeletal pada
bagian punggung bawah adalah 84,1 %. Sementara itu, pada penelitian R Astuti dkk. (2019) di
Makasar pada karyawan office, diketahui persentase keluhan muskuloskeletal sedang sebesar 57,7
% dan keluhan berat sebesar 34 %. Dari beberapa penelitian tersebut menujukkan bahwa
karyawan office cukup berisiko terkena keluhan muskuloskeletal.
Kondisi keluhan muskuloskeletal biasanya ditandai dengan rasa sakit (sering nyeri
persisten) dan keterbatasan dalam mobilitas, ketangkasan dan kemampuan fungsional, mengurangi
kemampuan orang untuk bekerja (World Health Organization (WHO) 2018). Keluhan pada
muskuloskeletal biasanya terjadi pada punggung, leher, bahu, ekstremitas atas, dan tungkai bawah

Universitas Indonesia
3

dan mempengaruhi sendi tulang, otot. Keluhan tersebut bisa mengarah pada gangguan
muskuloskelatal berupa sakit ringan, serius dengan perawatan medis, atau lebih kronis yang bisa
menyebabkan kecatatan (Occupational Safety and Health Administration (OSHA) 2018; World
Health Organization (WHO) 2018; Institution of Occupational Safety and Health (IOSH) 2018).
Dampak dari keluhan muskuloskeletal bagi perusahaan adalah biaya kesehatan dan
perawatan yang tinggi, kompensasi meningkat, absensi meningkat, dan produktivitas menurun
(Centers for Disease Control (CDC) 2018). Mengatasi masalah tersebut dapat membantu
memperbaiki kondisi bisnis suatu perusahaan (Occupational Safety and Health Administration
(OSHA) 2018). Menurut Luttmann (2003), keluhan muskuloskeletal merupakan penyebab utama
ketidakhadiran dalam pekerjaan dan penyebab biaya terbanyak pada sistem kesehatan. Selain itu,
untuk mencegah kondisi kesehatan karyawan yang lebih parah, maka perlu mengetahui keluhan
subjektif MSS disuatu perusahaan. PT X adalah perusahaan yang bergerak di bidang ground
handling penerbangan. Sektor ini cukup sibuk karena lalu lintas penerbangan yang padat. Tuntutan
pekerjaan yang tinggi di sektor ini juga mempengaruhi karyawan office PT X. Berkaitan dengan
hal tersebut, pada penelitian ini akan dilakukan analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS).

1.2 Rumusan Masalah


Karyawan office PT X bekerja mulai dari pukul 07.00-16.00 WIB dengan waktu istirahat pukul
12.00-13.00 WIB, lamanya durasi bekerja meningkatkan risiko karyawan office terkena keluhan
subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS). Karyawan office di PT X mayoritas pengguna
komputer yang ketika dilakukan survei awalan masih banyak berpostur tidak netral, sehingga
karyawan berisiko untuk mengeluhkan Musculoskelatal Symptoms (MSS). Selain itu, PT X belum
pernah dilakukan analisis terkait keluhan muskuloskeletal khususnya pada pekerja office. Jika
ditelaah berdasarkan penjelasan sebelumnya, pekerja yang terpapar pada pekerjaan statis jauh
lebih sering terkena muskuloskeletal dibandingkan pada pekerjaan lain.
Oleh karenanya, pekerja office di PT X sangat berisiko terkena Musculoskelatal Symptoms
(MSS). Untuk itu perlu dilakukan analisis keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS)
pada karyawan office di PT X, serta juga melihat bagaimana hubungan faktor (fisik, psikososial,
dan individu) dengan keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) yang dirasakan
karyawan office di PT X tahun 2019, dengan demikian upaya pencegahan dapat diusulkan kepada
perusahaan.

Universitas Indonesia
4

1.3 Pertanyaan Penelitian


1. Bagaimana gambaran keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) yang dirasakan
karyawan office di PT. X tahun 2019?
2. Bagaimana gambaran faktor fisik (lama kerja, lama lembur, masa kerja, waktu istirahat,
postur), faktor psikososial (tuntutan pekerjaan, organisasi kerja & konten pekerjaan, hubungan
interpersonal & leadership, stress), faktor individu (umur, jenis kelamin, merokok, aktivitas
fisik, indeks masa tubuh) pada karyawan office di PT. X tahun 2019?
3. Apakah terdapat hubungan keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan faktor
fisik (lama kerja, lama lembur, masa kerja, waktu istirahat, postur) pada karyawan office di
PT. X tahun 2019?
4. Apakah terdapat hubungan keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan faktor
psikososial (tuntutan pekerjaan, organisasi kerja & konten pekerjaan, hubungan interpersonal
& leadership, stress) pada karyawan office di PT. X tahun 2019?
5. Apakah terdapat hubungan keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan faktor
individu (umur, jenis kelamin, merokok, aktivitas fisik, indeks masa tubuh) pada karyawan
office di PT. X tahun 2019?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) pada karyawan office
di PT. X tahun 2019.

1.4.2 Tujuan Khusus


1. Menjelaskan gambaran keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) yang dirasakan
karyawan office di PT. X tahun 2019
2. Menjelaskan gambaran faktor fisik (lama kerja, lama lembur, masa kerja, waktu istirahat,
postur), faktor psikososial (tuntutan pekerjaan, organisasi kerja & konten pekerjaan, hubungan
interpersonal & leadership, stress), faktor individu (umur, jenis kelamin, merokok, aktivitas
fisik, indeks masa tubuh) pada karyawan office di PT. X tahun 2019

Universitas Indonesia
5

3. Menganalisis hubungan keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan faktor


fisik (lama kerja, lama lembur, masa kerja, waktu istirahat, postur) pada karyawan office di
PT. X tahun 2019
4. Menganalisis hubungan keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan faktor
psikososial (tuntutan pekerjaan, organisasi kerja & konten pekerjaan, hubungan interpersonal
& leadership, stress) pada karyawan office di PT. X tahun 2019
5. Menganalisis hubungan keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan faktor
individu (umur, jenis kelamin, merokok, aktivitas fisik, indeks masa tubuh) pada karyawan
office di PT. X tahun 2019

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Bagi Institusi /Perusahaan (PT.X)
1. Hasil penelitian ini diharapkan memberikan gambaran kepada perusahaan mengenai
kondisi kesehatan karyawan di PT. X terutama pada karyawan office.
2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam membuat kebijakan dan dasar
pembuatan program kesehatan terutama dari sisi OH-IH di PT. X, sehingga perusahaan
bisa meningkatkan produktifitas pekerja melalui program tersebut.
3. Hasil penelitian ini juga dapat memberikan masukan atau saran kepada perusahaan terkait
pengendalian yang dapat dilakukan di PT. X

1.5.2 Bagi Universitas dan Fakultas


1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan atau referensi terkait keselamatan
dan kesehatan kerja untuk mahasiswa dan peneliti selanjutnya, serta dapat dilakukan
pengembangan penelitian terkait Musculoskelatal Symptoms (MSS), ergonomi atau ilmu
keselamatan kesehatan kerja

1.5.3 Bagi Peneliti


1. Penelitian ini dapat dijadikan sebuah kaidah ilmu pengetahuan khususnya keselamatan
kesehatan kerja serta penerapannya dalam bentuk tulisan ilmiah
2. Penelitian ini juga menambah kemampuan peneliti terkait pengaplikasian ilmu ergonomi
di tempat kerja

Universitas Indonesia
6

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis hubungan antara faktor-faktor yang
berhubungan dengan keluhan subjektif Musculoskelatal Symptoms (MSS) yang dirasakan
karyawan PT X. Penelitian ini dilakukan di head office dan back office Cengkareng dan Bandara
Soekarno Hatta PT X, dikarenakan pekerja office banyak yang menggunakan komputer dan cukup
sibuk, serta bekerja dalam waktu yang lama, sehingga pekerja tersebut cukup berisiko untuk
terkena MSS. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari-Juni 2019, dengan metode pengambilan
data primer dengan memberikan kuisioner, wawancara dan observasi karyawan PT X. Desain studi
yang digunakan adalah cross-sectional, dengan variable dependent yaitu keluhan Musculoskelatal
Symptoms (MSS), dan variable independent adalah faktor risko fisik, psikososial dan individu.

Universitas Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Musculoskeletal Symptoms


2.1.1 Pengertian Musculoskeletal Disorders dan Musculoskeletal Symptoms.
Musculoskeletal Disorders memiliki banyak istilah diantaranya Musculoskeletal Disorders
(MSDs), musculoskeletal condition, dan musculoskeletal pain, yang mana memiliki arti yang sama
(Melhorn 2014). Nyeri muskuloskeletal/ musculoskeletal pain ini juga dibagi menjadi dua
kategori: pekerjaan dan non-kerja (Melhorn 2014). Oleh karenanya perlu dilihat beberapa definisi
Musculoskeletal Disorders (MSDs) dengan Musculoskeletal Symptoms (MSS). Menurut
Middlesworth (2018), Centers for Disease Control (CDC) (2018), dan Mohawk Collage (2018)
Musculoskeletal Disorders (MSDs) adalah cedera atau gangguan penyakit yang mempengaruhi
pergerakan tubuh manusia atau sistem muskuloskeletal atau cedera jaringan lunak seperti otot,
saraf, tendon, sendi, tulang rawan, dan cakram tulang belakang yang terjadi secara bertahap dari
waktu ke waktu. Dan Cidera ini dapat berkembang ketika otot yang sama digunakan dalam waktu
lama tanpa istirahat yang cukup. Gangguan muskuloskeletal terkait kerja/ Work-Related
Musculoskeletal Disorders (WMSD) adalah kondisi di mana lingkungan kerja dan pekerjaan
berkontribusi secara signifikan terhadap kondisi tersebut; dan /atau kondisi ini diperburuk atau
bertahan lama karena kondisi kerja.
Musculoskeletal Symptoms (MSS) meliputi nyeri, sensitivitas, kelemahan, pembengkakan, dan
mati rasa (Kim 2004; Park 2010). Gejala muskuloskeletal didefinisikan sebagai nyeri pada otot,
tendon, dan saraf yang timbul dari gerakan berulang, terus menerus, dan tidak alami (Choi et al
2013). Jika dilihat dari istilah symptoms dan disorders. Disorders adalah gangguan penyakit
terhadap fungsi normal tubuh (Menon 2015). Symptoms atau gejala adalah keluhan yang
dilaporkan sendiri (terutama nyeri) yang terjadi dalam distribusi anatomi regional (Burton 2008).
Oleh karenanya, dapat disimpulkan bahwa Musculoskeletal Symptoms (MSS) adalah keluhan awal
yang dirasakan seperti nyeri, mati rasa, atau pembengkakan pada sistem muskuloskeletal. Keluhan
ini harus segera diatasi sebelum kondisi ini menjadi parah dan menyebabkan cedera atau gangguan
pada sistem muskuloskeletal.

7
Universitas Indonesia
8

2.1.2 Keluhan Musculoskeletal Symptoms


Keluhan paling umum dari sebagian besar gejala muskuloskeletal adalah rasa nyeri. Nyeri
berkisar dari ringan hingga berat dan dari akut dan dengan durasi pendek hingga kronis berdurasi
lama dan mungkin bersifat lokal atau meluas (difus) (Villa-Forte, 2017). Menurut DerSarkissian
(2017), orang dengan nyeri muskuloskeletal terkadang mengeluhkan rasa sakit diseluruh tubuh.
Otot mereka terasa seperti ditarik atau terlalu lelah. Terkadang, otot berkedut atau terbakar.
Keluhan gejala muskuloskeletal bervariasi dari orang ke orang, tetapi gejala yang umum adalah
rasa sakit, kelelahan, dan gangguan tidur. Menurut World Health Organization (WHO) (2018)
kondisi muskuloskeletal biasanya ditandai dengan nyeri (seringkali nyeri persisten dan dalam
waktu lama) dan keterbatasan dalam mobilitas, ketangkasan dan kemampuan fungsional.
Keluhan spesifik pada sistem muskuloskeletal berhubungan dengan pekerjaan dan bagian
tubuh tertentu. Misalnya pada punggung bawah sering berkorelasi dengan pekerjaan mengangkat
dan membawa beban serta pekerjaan yang terpapar getaran. Sedangkan keluhan ekstremitas atas
(pada jari, tangan, pergelangan tangan, lengan, siku, bahu, leher) terkait pada pekerjaan yang statis
atau yang berulang dalam waktu yang lama. Tingkat keparahan juga bervariasi tergantung pada
frekuensi rasa nyeri (Luttmann 2003).
Berikut ini adalah beberapa tanda dan gejala muskuloskeletal menurut Ontario Ministry of
Labor (2009), Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) (2009), Stack (2016)
dan Mohawk Collage (2018) di antaranya:
 Peradangan atau pembengkakan
 Sensasi terbakar
 Kemerahan
 Berkurangnya jarak setiap gerakan
 Menurunnya fungsi tubuh
 Kesemutan
 Mati rasa
 Kekakuan
 Nyeri dengan atau tanpa gerakan pada sendi dan otot
 Kelemahan otot
 Kelelahan atau kehilangan kekuatan dan mobilitas
 Kekuatan cengkeraman menurun

Universitas Indonesia
9

Nyeri dan ketidaknyamanan biasanya merupakan prekursor cedera dan harus dianggap
sebagai tanda peringatan atau indikator bahwa diperlukan perbaikan atau pencegahan (Stack
2016).
Gejala dan tanda keluhan muskuloskeletal terkait pekerjaan, bisa berkembang secara
bertahap, antara lain (Institution of Occupational Safety and Health (IOSH) 2018; WorkSafeNB
2010; Murphey 2018):
a. Tahap awal
Ketidaknyamanan ringan , sakit dan kelelahan pada anggota tubuh yang terkena dan terjadi
saat bekerja atau selama shift kerja tetapi menghilang di malam hari serta selama hari libur
kerja. Tetapi, tidak ada pengurangan pada kinerja atau tugas hidup sehari-hari. Sepenuhnya
reversibel.
b. Tahap menengah
Sakit/nyeri dan rasa lelah terjadi di saat bekerja atau awal shift kerja dan bertahan di malam
hari/ saat tidak bekerja). Mulai mempengaruhi pekerjaan, tugas hidup sehari-hari, dan juga
bisa mengurangi kapasitas kerja pada pekerjaan berulang. Memungkinkan minum obat
penghilang rasa sakit (tanpa resep), tetapi dapat reversible sepenuhnya.
c. Tahap Akhir
Sudah dan selalu merasakan sakit/nyeri, kelelahan dan kelemahan saat istirahat. Selain itu,
juga merasakan ketidakmampuan untuk tidur dan melakukan tugas ringan atau ketidak
mampuan dalam menyelesaikan tugas harian yang sederhana. Tidak reversibel, dan
keluhan dapat meningkat (tetapi bukan pemulihan penuh)
Tidak semua orang merasakan urutan tahapan tersebut. Akan tetapi, rasa sakit yang
dirasakan diawal adalah sinyal bahwa otot dan tendon harus beristirahat dan pulih. Begitu gejala
disadari, maka yang harus dilakukan segera adalah istirahat. Rasa nyeri yang tidak segera ditangani
akan menyebabkan rasa sakit yang tidak hilang dan dapat terus bertambah parah, yang akhirnya
dapat menimbulkan gangguan muskuloskeletal atau dikenal MSDs.
Berikut ini adalah contoh gangguan muskuloskeletal terkait pekerjaan yang umum terjadi
tempat kerja (Occupational Health Clinic for Ontario Workers Inc (OHCOW) 2018):

Universitas Indonesia
10

Tabel 1. Contoh Gangguan Muskuloskeletal Terkait Pekerjaan

Gangguan/Kondisi Jaringan yang Gejala Kemungkinan


dipengaruhi Penyebab
Sindrom carpal tunnel -Saraf median Mati rasa / kesemutan Fleksi pergelangan
terjadi di sisi telapak -Pembuluh darah mempengaruhi ibu tangan yang berulang
tangan -Tendon jari, telunjuk, jari
tengah, dan setengah
dari jari manis,
terutama pada malam
hari genggaman
melemah
Nyeri myofascial di -Otot Perasaan berat, sakit Bekerja di atas
leher dan punggung -Urat daging pegal-pegal, kaku di kepala, lengan dalam
atas -Terkadang saraf punggung atas & posisi extended
Leher, dan pola tidur
buruk
Bursitis bahu Bursa (lapisan sendi Sakit bahu Pergerakan bahu
bahu) Kekakuan berulang
Bursa (lapisan sendi Terganggu ketika
bahu) mengenakan sweater
Sakit bahu
Kekakuan
Masalah mengenakan
sweater
Pergerakan bahu
berulang
Rotator cuff tendonitis Tendon rotator cuff -Sakit bahu Gerakan bahu
yang terletak di -Kekakuan berulang terutama
pundak bagian depan -Masalah menjangkau gerakan memutar
bagian belakang pada Overhead throwing
punggung bagian atas

Universitas Indonesia
11

Tennis elbow Otot pada siku di sisi Terganggu ketika Gerakan memutar
(epicondylitis lateral) ibu jari atau lengan memeras handuk & lengan yang
Nyeri siku membawa bahan dilakukan berulang
makanan

Tendonitis jempol Otot pada ibu jari Masalah dengan Menekan berulang
atau tendonitis (dari kuku ke mencubit dan kali, menarik dengan
DeQuervain pergelangan tangan) mencengkeram ibu jari
Nyeri di jempol
Ttenosinovitis jari Tendon, sinovium Jari "mengunci" dan Penggunaan alat-alat
(lapisan tendon) dilepaskan dengan tangan yang berulang
mendorongnya atau gerakan
mencengkeram
Tendonitis Tendon, Otot Nyeri, bengkak Pergerakan
pergelangan tangan / Pegangan lemah pergelangan tangan &
lengan lengan yang berulang
Sumber: Occupational Health Clinic for Ontario Workers Inc (OHCOW) 2018

Keluhan dari nyeri muskuloskeletal dapat mempengaruhi beberapa bagian tubuh mulai
dari punggung, bahu, leher, siku, tangan, pergelangan tangan, pinggul, lutut, tungkai dan telapak
kaki. Bagian tulang punggung adalah yang paling umum terkena nyeri. Keluhan pada bagian ini
sangat mengganggu setiap aspek kehidupan pekerja dan sangat merugikan perusahaan
(Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) 2009).

2.1.3 Dampak Keluhan Musculoskelatal Symptoms dan Gangguan Muskuloskeletal


Banyak pekerja yang terus melakukan pekerjaannya dalam rasa sakit dan
ketidaknyamanan. Pekerja yang kesakitan juga cenderung kurang produktif dan kualitas kerjanya
menurun. Oleh karenanya perlu mengenali faktor-faktor yang berhubungan dengan penyebab
terjadinya MSS di tempat kerja. Adapun jika karyawan sudah terkena gangguan muskuloskelatal,
maka akan menjadi masalah bagi perusahaan tersebut dikarenakan (Occupational Health and
Safety Council of Ontario (OHSCO) 2009) :

Universitas Indonesia
12

- Mempengaruhi aspek kehidupan dari pekerja


- Merugikan tempat kerja karena mengakibatkan biaya langsung dan tak langsung pada
setiap perusahaan, baik berupa waktu kerja yang hilang ataupun biaya klaim kesehatan.
Adapun biaya tidak langsung meliputi:
o Upah lembur atau pekerja pengganti
o Modifikasi peralatan
o Administrasi
o Pelatihan ulang, dan
o Kehilangan produktivitas dan mengurangi kualitas.

2.1.4 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Musculoskelatal Symptoms


Menurut Occupational Safety and Health Administration (OSHA) (2018), Institution of
Occupational Safety and Health (IOSH) (2018) dan Centers for Disease Control (CDC) (2018) ,
MSS berkembang dari waktu ke waktu, dan biasanya disebabkan oleh berbagai faktor, meliputi:
- Mengangkat beban dengan kondisi membungkuk dan memutar
- Postur janggal dan statis
- Getaran dan lingkungan yang dingin
- Pekerjaan yang dilakukan dengan cepat
- Duduk dengan durasi lama dan posisi yang sama
- Faktor psikososial seperti: beban kerja yang tinggi, kemandirian rendah, tekanan waktu
dan kurangnya kontrol dan kepuasan kerja rendah
- Pengangkatan berulang dan / atau berat
- Tindakan terlalu sering/berulang
- Mengerahkan terlalu banyak kekuatan
- Bekerja terlalu lama tanpa istirahat
- Lingkungan kerja yang merugikan (misalnya panas atau dingin)
- Bekerja dengan leher dalam posisi fleksi kronis
Dalam dua dekade terakir banyak yang mengembangkan mengenai faktor yang
berhubungan dengan nyeri muskulosketal dan gangguan kecacatannya. Hernandez dan Peterson
(2013) mengategorikan faktor-faktor yang berhubungan dengan MSS dalam tiga kategori besar:

Universitas Indonesia
13

a. Faktor biomekanis/fisik yakni faktor dari variabel ergonomis di tempat kerja seperti
gerakan yang berulang atau postur statis.
b. Faktor psikososial, seperti tuntutan pekerjaan yang tinggi, kontrol pekerjaan yang
rendah, kurangnya dukungan dan pengawasan ditempat kerja
c. faktor individu, seperti jenis kelamin, usia, gaya hidup, karakteristik kepribadian

Menurut Warren (2004), ada banyak model yang di usulkan terkait proses penyebab
gangguan muskuloskeletal. Faktor yang mempengaruhi muskuloskelatal menurut Warren (2004)
tidak cukup dikarenakan aspek fisik pada workstation/area kerja saja, tetapi juga organisasi
ditempat kerja. Aspek psikososial dan fisik sangat dipengaruhi oleh organisasi, dimana perusahaan
membuat banyak keputusan dan terus menerus yang menghasilkan perubahan tingkat risiko faktor
fisik dan psikososial.
Model berikut ini akan menggambarkan hubungan antara faktor biomekanik (alat gerak),
psikososial dan individu oleh Bonger (Lanfranchi 2008).

Gambar 1. Model of The Relations of Influence Between The Biomechanical, Psychosocial


and Individual Risk Factors and Their Impacts
Sumber: Lanfranchi 2008

Adapun model yang menggambarkan hubungan faktor diatas dengan keluhan gejala
muskuloskelatal atau MSS terutama pada pekerja office/ Visual Display Terminal (VDT) hingga
munculnya dampak yakni gangguan muskuloskelatal, juga dapat tergambarkan pada model
berikut.

Universitas Indonesia
14

Gambar 2. An Ecological Model of Musculoskeletal Disorders in VDT Work


Sumber: Sauter 1996

Penggunaan teknologi seperti komputer perpengaruh langsung dengan tuntutan fisik


sebagai bentuk interaksi antara pekerja dengan peralatan ditempat kerja, dalam hal ini adalah
workstation. Jalur dari organisasi kerja dengan tuntutan fisik, menunjukkan bahwa tuntutan fisik
diperburuk oleh tuntutan organisasi, misalnya peningkatan spesialisasi karyawan yang
mengarahkan karyawan tersebut mengerjakan hal sama terus menerus. Selain itu, juga ditunjukkan
jalur langsung antara organisasi kerja dengan stress (Sauter 1996).
Dari model tersebut gejala muskuloskelatal dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu (Sauter
1996; Lanfranchi 2008):
a. Jalur satu, tuntutan fisik dan ketegangan psikologis (stress) terkait tugas
mempengaruhi ketegangan otot dan syaraf, yang menyebabkan terjadinya tegangan
pada sistem muskuloskelatal. Beban pada otot dapat dirasakan karena tuntutan
pekerjaan, memaksa individu untuk mempercepat gerakan atau mengadopsi postur
yang tidak nyaman, sehingga menyebabkan beban otot meningkat.
b. Jalur dua ditandai dengan panah abu-abu, sebagai efek yang tidak begitu besar

Proses berkembangnya gejala memerlukan waktu yang lama. Dampak psikososial


mungkin tidak seperti tuntutan fisik yang mempengaruhi dengan jelas terhadap MSS. Dimana

Universitas Indonesia
15

pekerja dapat secara langsung mendeteksi dan menginterpretasikan keluhan akan gejala atau
sensasi pada tubuh karena pengaruh tuntutan fisik. Namun, persepsi keluhan MSS tidak hanya
dipengaruhi oleh tuntuan fisik, tetapi juga faktor individu, organisasi dan stress yang ditunjukkan
melalui panah abu-abu (Sauter 1996). Penelitian yang hanya berfokus pada biomekanik tidak
cukup menggambarkan keluhan karena penelitian neurofisiologis menunjukkan hasil bahwa ada
hubungan antara stres dan gangguan muskuloskelatal (Lanfranchi 2008).
Oleh karenanya secara umum, faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Musculoskelatal Symptoms pada pekerja office akan dirincikan seperti berikut:
2.1.4.1 Faktor Fisik di tempat Kerja
Faktor fisik merupakan beban ekternal yang mempengaruhi kondisi biomekanis (alat
gerak), misalnya akibat pekerjaan yang berulang, atau pekerjaan yang menangani beban berat.
Faktor ini yang akan menyebabkan reaksi otot. Beban ini dapat ditoleransi oleh faktor individu,
namun jika melebihi batas toleransi jaringan biologis individu, maka dapat menyebabkan
ketidaknyamanan sistem muskuloskeletal, bahkan bisa menyebabkan cidera dan kecacatan
(Lanfranchi 2008).
Faktor ini berhubungan dengan karekteristik lingkungan kerja baik dari alat yang
digunakan atau stasiun kerjanya. Faktor ini menjadi bentuk tuntutan fisik karyawan ditempat kerja.
Ada beberapa karakteristik faktor risko fisik ditempat kerja yang dapat diidentifikasi, diantaranya
(Simoneau 1996; Warren 2004; Sauter 1996; Roy 2014; Occupational Health and Safety Council
of Ontario (OHSCO) 2009; Stack 2016; Lanfranchi 2008) :
- Durasi atau lamanya pajanan, \ dapat dilihat dari siklus kerja atau hari kerja, serta
pajanan kumulatif selama setahun, selama karier, atau kehidupan kerja tergantung
tujuan analisis (Warren 2004). Jumlah waktu yang dihabiskan dalam postur tertentu
dalam siklus kerja. Semakin lama waktu yang dihabiskan dalam siklus, semakin tinggi
risiko (Simoneau 1996).
Hal tersebut juga terdapat pada penelitian Kaliniene (2016) dimana pekerja yang
menggunakan komputer dengan dengan durasi lebih dari 4 jam/hari , terjadi
peningkatan keluhan nyeri pada sistem muskuloskelatnya. Hal tersebut menunjukkan
bahwa semakin lama durasi penggunaan komputer maka pekerja juga semakin berisiko
mengeluhkan MSS.

Universitas Indonesia
16

Selain menggunakan komputer perhari, masa kerja dari pekerja yang menggunakan
komputer terus menerus juga mempengaruhi (pajanan kumulatif), seperti penelitian
Kaliniene (2016) pada pekerja pengguna komputer dengan masa kerja 6-15 tahun
menunjukkan peningkatan keluhan MSS, yang sejalan dengan peningkatan tanggung
jawab pada pekerjaan, sedangkan pada masa kerja kurang dari 6 dan lebih dari 15 tahun
tidak terjadi peningkatan keluhan.
Selain masa kerja sebagai bentuk pajanan kumulatif, waktu istirahat juga
mempengaruhi terjadinya keluhan nyeri. Pekerjaan berulang atau pekerjaan dengan
menggunakan otot yang sama tanpa waktu pemulihan yang cukup, dapat memicu
kemunduran dan munculnya rasa sakit dalam jangka menengah dan panjang
(Lanfranchi 2008). Sebagaimana pada penelitian Kaliniene (2016) pada pekerja
pengguna komputer yang melakukan istirahat setiap 2 jam memiliki keluhan nyeri lebih
sedikit dibandingkan yang tidak melakukan. Dari penelitian tesebut menunjukkan
bahwa pekerja yang melakukan istirahat disela waktu kerja mengalami penurunan
risiko untuk terkena MSS.
- Postur - Posisi janggal (tidak netral) atau posisi yang berkelanjutan, untuk pekerja
kantoran, yang menjadi risiko adalah penggunaan keyboard dan mouse, yang
penggunaannya lebih dari 10-20 jam per minggu (Roy 2014).
Semakin jauh suatu sendi bergerak ke salah satu ujung rentang geraknya (mis., semakin
jauh dari netral), semakin canggung posturnya. Ini membuat otot, tendon, dan ligamen
lebih tegang di sekitar persendian. Ketika tubuh dalam postur yang canggung untuk
waktu yang lama (mis., Jika postur tetap), tubuh mungkin mulai merasa sakit dan tidak
nyaman. Ini terjadi ketika otot-otot lelah karena kurangnya gerakan sehingga tidak
mendapatkan aliran darah yang cukup untuk menjaga pasokkan energi (Occupational
Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) 2009).
Postur sering kali dipengaruhi oleh karakteristik tempat kerja, ini juga mempengaruhi
pekerja untuk berada dalam posisi canggung. Postur inilah yang meningkatkan risiko.
Rasa sakit yang dirasakan akan meningkat bersamaan dengan lamanya postur janggal
yang dipertahankan. Postur janggal yang dipertahankan dalam waktu lama dapat
menyebabkan kelelahan otot yang signifikan, yang tentunya risiko semakin besar
walaupun bebannya tidak besar (Simoneau. 1996). Pada penelitian Kaliniene (2016),

Universitas Indonesia
17

dilakukan penilaian postur dengan menggunakan RULA yang hasil penelitiannya


menunjukkan bahwa skor RULA yang lebih tinggi berhubungan secara statistik dengan
risiko yang lebih besar pada pekerja computer user mengalami keluhan
muskuloskeletal di bahu, pergelangan tangan / tangan, punggung atas, dan daerah
anatomi punggung bawah. Untuk setiap peningkatan satu poin dalam skor RULA,
kemungkinan mengalami nyeri bahu meningkat sebesar 68%.
Faktor lain yang perlu dipertimbangkan terkait postur adalah workstation, karena
tujuannya adalah untuk membantu pekerja mempertahankan postur netral, dan
meminimalkan insiden gangguan muskuloskeletal terkait pekerjaan. Oleh karenanya,
penyesuaian area kerja yang benar dapat menjadi salah satu metode pencegahan dari
berkembangnya risiko MSS. Penyesuaian letak monitor, keyboard, ketinggian meja,
ketinggian kursi yang tepat sangat direkomendasikan (Stack 2016).
Pekerjaan statis diidentifikasi sebagai risiko MSS karena dapat mengurangi pasokan darah
ke otot, yang mengarah pada cepatnya kelelahan otot. Kelelahan menyebabkan penurunan kinerja
karena periode aktivitas yang berlebihan diikuti oleh waktu pemulihan yang tidak memadai.
Kelelahan otot disertai dengan penumpukan asam laktat pada otot. Pada kondisi pekejaan statis,
tidak ada pergantian antara kontraksi dan relaksasi pada otot. Selama kontraksi, tekanan di dalam
otot meningkat, dan menekan pembuluh darah, yang menghambat masuknya darah baru. Dan ini
menyebabkan otot lebih cepat lelah. Untuk mengukur kelelahan otot dapat menggunakan
electromyography (EMG), data EMG ini dapat menunjukkan kelelahan otot ketika melakukan
postur yang lama/ sama berkepanjangan. Hal ini terdapat pada penelitian Baker (2018) pada
pekerja office yang menunjukkan bahwa peningkatan ketidaknyamanan terkait dengan posisi
duduk sejalan dengan waktu, yang merupakan masalah penting bagi pekerja kantor.
Ketidaknyamanan punggung bagian bawah meningkat secara klinis pada 120 menit dari duduk
yang lama, sehingga akan lebih baik istirahat postur dilakukan sebelum 120 menit dr durasi duduk
yang lama. Sedangkan pada Pinggul / paha / bokong peningkatan terjadi setelah 90 menit.

2.1.4.2 Faktor Psikososial ditempat Kerja


Faktor psikologis terlibat dalam pengembangan sindrom nyeri muskuloskeletal subakut
dan kronis. Hubungan antara variabel psikososial pertama kali ditunjukkan dalam studi nyeri
punggung bawah/low back pain. Dalam beberapa kasus, variabel psikososial dianggap paling erat

Universitas Indonesia
18

kaitannya dengan keluhan muskuloskelatal di tempat kerja (Edward 2004). Keluhan


muskuloskelatal dapat hadir jika tuntutan fisiknya sangat rendah namun beban mental dan stress
sangat besar (Lanfranchi 2008).
Faktor Psikososial sering diklasifikasikan sebagai aspek subjektif pada lingkungan kerja.
Tekanan psikologis adalah kondisi bagaimana pekerja mempresepsikan suatu ancaman, bahaya,
gangguan, atau tuntutan pekerjaan yang memancing respon fisiologis tubuh (Edward 2004).
Gambar dibawah ini menggambarkan bagaimana faktor psikososial dapat menyebabkan sakit.
Adapun pada faktor psikososial, tekanan berasal baik dari tuntutan lingkungan yaitu pekerjaan dan
menyebabkan timbulnya reaksi psikologis berupa stress dan akhirnya mempengaruhi kondisi
kesehatan. Hal itu seperti pekerjaan yang monoton, beban kerja tinggi, tekanan waktu, dan kontrol
rendah dan dukungan sosial juga rendah. Faktor ini berhubungan dengan gejala muskuloskeletal
di antara pekerja (Sauter 1996).

Gambar 3. The Psychosocial Stress Model.


Sumber: Sauter 1996

Ada tiga penjelasan terkait hubungan antara faktor psikososial dengan keluhan
muskuloskelatal. National Institute for Occupational Safety and Health (NIOSH) mempostulatkan
terkait hubungan tersebut di antaranya (Sauter 1996):
a. Tuntutan psikososial dan stress kerja dapat meningkatkan ketegangan otot dan
memperburuk ketegangan biomekanik (alat gerak)
b. Tuntutan psikososial dapat mempengaruhi kesadaran dan pelaporan gejala
muskuloskeletal atau mempengaruhi persepsi penyebabnya
c. Hubungan tersebut bisa terkait dengan hubungan sebab akibat atau hubungan korelasi
antara psikososial dan fisik
Tuntutan psikososial tersebut berupa: banyaknya tuntutan pekerjaan, dukungan rekan kerja
dan atasan rendah, ambiguitas pekerjaan, konflik, kontrol pekerjaan, kepuasan dalam bekerja,

Universitas Indonesia
19

masa depan yang tidak pasti, tekanan waktu, beban mental, pengawasan rendah, dan pengambilan
keputusan rendah merupakan faktor yang diprediksi berdampak pada keluhan muskuloskeletal
(Edward 2004; Sauter 1996). Menurut Nielsen (2018), faktor-faktor psikososial: beban kerja yang
berlebihan dan intensitas kerja yang tinggi dapat meningkatkan stres pekerja, yang pada gilirannya
dapat meningkatkan ketegangan otot dan sensitivitas terhadap rasa sakit. Lebih jauh lagi,
kurangnya kontrol atas pekerjaan, serta kurangnya dukungan dari rekan kerja atau manajemen,
juga dapat meningkatkan risiko munculnya gejala muskuloskelatal. Investigasi National Institute
for Occupational Safety and Health (NIOSH) juga menemukan bahwa pengguna VDT melaporkan
secara signifikan lebih sedikit kemampuan pengambilan keputusan dan kejelasan peran, dan
tekanan kerja dan kontrol manajemen yang lebih besar dalam pekerjaan (Sauter 1996). Adapun
penjabaran dari faktor yang mempengaruhi MSS tersebut yaitu:
- Tuntutan Pekerjaan
Tuntutan pekerjaan yang tinggi dengan kontrol pekerjaan yang rendah menyebabkan stress.
Tuntutan pekerjaan, kontrol yang berlebih terhadap tugas kerja, dan dukungan sosial yang
buruk berpotensial untuk menyebabkan peningkatkan keluhan muskuloskelatal (Roy 2014).
Contoh tuntutan pekerjaan termasuk tekanan waktu, kecepatan kerja, istirahat, beban kerja,
atau lonjakan pekerjaan (Canadian Centre for Occupational Health & Safety (CCOHS) 2019).
Sebagaimana pada penelitian Kaliniene et al (2016) pada pekerja pengguna komputer bahwa
jumlah tuntutan pekerjaan yang tinggi juga meingkatkan terjadinya keluhan MSS.
- Organisasi kerja dan konten pekerjaan
Dari model Sauter, organisasi kerja memiliki pengaruh terhadap keluhan muskuloskelatal
melalui dua jalur. Jalur pertama oganisasi kerja mempengaruhi tekanan psikologis yakni stress,
dimana stress menghubungkan antara organisasi dengan keluhan MSS. Jalur kedua organisasi
mempengaruhi tuntutan fisik. Hal ini dikarenakan organisasi mempengaruhi kondisi kerja baik
dari sisi postur atau gerakan, maupun dari jumlah beban dan waktu dalam bekerja (Sauter 1996).
- Hubungan interpersonal dan kepemimpinan
Hubungan interpersonal dan kepemimpinan merupakan bentuk dukungan sosial dan dukungan
emosional dari atasan dan rekan kerja (Canadian Centre for Occupational Health & Safety
(CCOHS) 2019). Hal ini berpegaruh terhadap risiko keluhan muskuloskeletal. Ini dibuktikan
pada penelitian Kaliniene et al. (2016) pada pekerja pengguna komputer, dimana dukungan
sosial yang lemah meningkatkan risiko nyeri MSS

Universitas Indonesia
20

- Stress
Stress adalah respons non spesifik dari tubuh terhadap berbagai tuntutan yang dialami (Selye
1976). Menurut Smith (2000), stress diketahui sebagai respons terhadap lingkungan yang
mengancam atau merusak. Stres yang dirasakan akan menghasilkan respons fisiologis dalam
sistem saraf pusat (SSP), sistem saraf vegetatif (VNS), sistem endokrin dan sistem kekebalan
tubuh. Dimana terjadi peningkatan tonus otot karena meningkatnya tuntutan fisik, dan terjadi
penurunan mikrosirkulasi pada otot yang menyebabkan kelelahan dan penyembuhan yang
lambat. Selain itu juga menimbulkan peradangan tendon karena hasil sekresi sitokin oleh
sistem kekebalan tubuh (Lanfranchi 2008; Sauter 1996). Stress dapat disebabkan karena
respons fisiologis terhadap tuntutan pekerjaan dan menyebabkan muskuloskeletal terkait
pekerjaan. Peningkatan kadar kortisol, epinefrin, dan norepinefrin telah dibuktikan kebenaran
pada orang dengan gejala muskuloskeletal terkait pekerjaan (Edward 2004; Roy 2014). Kadar
kortisol yang tinggi dapat menimbulkan gejala seperti berat badan bertambah atau berat badan
menurun, wajah membulat, jerawat, kulit menipis, mudah memar, memperlambat
penyembuhan, kelemahan otot, kelelahan yang parah, depresi, tidur terganggu, merasa gelisah,
lebih cepat marah, sulit berkonsentrasi, tekanan darah tinggi, dan sakit kepala (Bancos 2017;
Ernst 2018). Adapun kadar epinefrin (disebut juga adrenalin) yang meningkat dapat
menimbulkan gejala seperti peningkatan denyut jantung, peningkatan kerja jantung,
pernafasan terganggu, hormon ini akan terlepas ketika dalam kondisi stress atau takut.
Meningkatnya kadar norepinefrin (nonadrenaline) memiliki efek yang sama dengan epinerfrin
yaitu peningkatan kadar gula darah, peningkatan denyut jantung, peningkatan kontraktilitas,
dan juga dapat menyebabkan pembuluh darah menyempit, dan meningkatkan tekanan darah
(Westphalen 2018).
Reaksi neuroendokrin ini telah diketahui terjadi pada respons psikologis dan fisiologis
terhadap stres. Respons ini menciptakan perubahan pada otot yang juga meningkatkan
keparahan gejala muskuloskeletal, sehingga stress kerja adalah risiko yang paling banyak
menyebabkan keluhan muskuloskelatal (Edward 2004; Roy 2014). Selain itu stress juga dapat
meningkatkan sensitivitas dalam mendeteksi gejala MSS, sehingga dalam model Sauter,
ditunjukkan dalam panah abu-abu (Sauter 1996).
Ada banyak cara menggambarkan kondisi psikososial, diantaranya Model Karasek melalui
model pengendalian dan tuntutan: Decision latitude, Psychological demands, Social support,

Universitas Indonesia
21

Physical demands and Job insecurity (Edward 2004; Karasek et al 1998). Selain Model Karasek,
Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) juga dapat digunakan untuk
menggambarkan faktor psikososial secara detail. Diantaranya ada beberapa dimensi yang dapat
digunakan untuk menggambarkan faktor psikologis berupa tuntutan pekerjaan, organisasi dan
hubungan sosial di tempat kerja. Adapun dimensi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut
(Roquelaure 2018), yang penggunaannya dapat disesuaikan:
- Dimensi yang berkaitan dengan tuntutan pekerjaan (tuntutan kuantitatif, kecepatan
kerja, tuntutan emosional);
- Dimensi yang terkait dengan organisasi kerja dan konten pekerjaan (pengaruh di tempat
kerja, penggunaan keterampilan / kemungkinan untuk pengembangan, makna terhadap
pekerjaan);
- Dimensi yang berkaitan dengan hubungan interpersonal dan kepemimpinan
(prediktabilitas, pengakuan, kejelasan peran, kualitas kepemimpinan, dukungan sosial
dari rekan kerja, dukungan sosial dari pengawas, rasa kebersamaan);

2.1.4.3 Faktor Individu


Faktor individu juga dapat berkontribusi pada pengembangan cedera dan penyakit di
tempat kerja, diantaranya (Stack 2016; Roy 2014; Simoneau. 1996):
- Umur – seiring bertambahnya usia, proses perbaikan dalam tubuh kita membutuhkan waktu
yang lebih lama. Hasil penelitian Ardahan (2016) pada pekerja pengguna komputer, diperoleh
bahwa pekerja yang berumur lebih tua, lebih banyak mengeluhkan MSS dibandingkan pekerja
muda. Begitu juga pada penelitian Kaliniene (2016) yang juga pada pengguna komputer, hasil
penelitian tersebut menunjukkan bahwa keluhan MSS juga meningkat pada pekerja yang lebih
tua dari pada usia yang lebih muda. Dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa semakin
tinggi usia maka risiko terkena MSS semakin besar.
- Jenis Kelamin-karena perbedaan anatomis dan hormonal, tentunya gangguan muskuloskeletal
lebih lazim pada wanita. Tentunya keluhan MSS juga paling lazim pada wanita. Sebagaimana
pada hasil penelitian Kaliniene (2016) terhadap pekerja pengguna komputer bahwa keluhan
nyeri MSS pada pekerja wanita lebih tinggi dari pada pekerja pria.
- Aktivitas fisik

Universitas Indonesia
22

Aktivitas fisik dalam hal ini adalah olahraga dapat meningkatkan risiko keluhan
muskuloskeletal dan dapat juga menjadi pencegah terjadinya keluhan muskuloskeletal.
Sebagaimana disebutkan dalam pada penelitian Shakerian (2016) pada pengrajin, bahwa
aktivitas fisik yang teratur dan berat dan ditambah dengan kondisi pekerjaannya bisa
membahayakan masalah muskuloskeletal, adapun aktivitas fisik yang umum dilakukan pekerja
pada penelitian tersebut adalah gulat.
Sedangkan pada penelitian Koneru et.al (2015) pada dokter gigi, aktiftas fisik rutin dapat
mengurangi keluhan muskuloskelatal terkait pekerjaan, sehingga dengan dasar ini banyak yang
menggunakan latihan peregangan untuk mengurangi risiko keluhan muskuloskelatal. Dalam
penelitiannya pekerja yang melakukan aktivitas fisik (yoga, jalan cepat, jogging, atau aerobic)
lebih sedikit mengeluhkan nyeri MSS dibandingkan pekerja yang tidak melakukan aktivitas
fisik. Juga pada penelitian Morken (2007) pada pekerja Angkatan Laut Kerajaan Norwegia
menyimpulkan bahwa gaya hidup aktif secara fisik baik di tempat kerja maupun di waktu
senggang berhubungan dengan lebih sedikitnya gangguan muskuloskeletal.
- Perokok - berhubungan dengan sakit punggung karena perokok cenderung sembuh lebih
lambat karena berkurangnya oksigen dalam aliran darah. Keterkaitan antara perokok dengan
keluhan muskuloskeletal dapat dilihat melalui penelitian Akrouf (2010), dimana terdapat
hubungan antara merokok dengan keluhan MSS. Juga pada penelitian Hagberg (2002) dimana
pekerja pengguna komputer yang mengalami keluhan muskuloskeletal dan merokok lebih
banyak.
- Obesitas, Indeks Masa Tubuh (IMT) berlebih dan kehamilan - terkait dengan Syndrome Carpal
Tunnel (CTS). Bahkan tingkat pajanan yang rendah dari faktor di tempat kerja dapat
menciptakan CTS pada pekerja yang hamil. Gejalanya biasanya hilang setelah bayi lahir.
Dampak obesitas adalah kurangnya fleksibilitas, penumpukan cairan, dan peningkatan tekanan
pada disk. Ditambah lagi jika dikombinasikan dengan kondisi fisik yang buruk atau tidak sehat
dapat menjadi penyebab utama keletihan dan kelelahan. Pekerja yang tidak sehat mesti
mengonsumsi obat-obatan yang dapat menyebabkan dehidrasi, pembengkakan, penurunan/
peningkatan tingkat metabolisme, dan perubahan kadar elektrolit, yang dapat memperparah
kondisi.
Adapun pengaruh IMT terhadap MSS, dapat dilihat melalui penelitian Kaliniene (2016) pada
pekerja pengguna komputer bahwa pekerja dengan IMT berat badan berlebih jauh lebih

Universitas Indonesia
23

banyak mengeluhkan MSS dibandingkan IMT normal. Dan ini menunjukkan bahwa tubuh
yang memiliki berat badan berlebih, meningkatkan prevalensi terjadinya MSS.

Adapun faktor individu yang dapat memperparah kondisi karyawan yang disebabkan bukan
karena pekerjaannya adalah
- Riwayat cidera sebelumnya – yaitu mengalami cidera otot rangka seperti terkilir, patah tulang,
dan pergeseran sendi (dislokasi) yang diperparah dengan menempatkan pekerja di tempat yang
sama dengan risiko MSS (Stack 2016).

2.2 Cara mengetahui Keluhan Musculoskeletal Symptoms


Untuk mengetahui keluhan Musculoskelatal Symptoms, terutama rasa nyeri dapat
menggunakan kuisioner. Data survei ini dapat dianalisis sebagai keluhan dari pekerja. Tipe
kuisioner yang dapat diberikan dan lebih disukai adalah diagram nyeri dan skala penilaian nyeri
dengan angka atau skala visual analog dari rasa nyeri, serta Nordic Musculoskeletal Questionnaire
(NMQ). Data bisa digunakan sebagai temuan untuk dilakukannya pemeriksaan fisik dan
mendiagnosis MSDs, salah satu contohnya dengan menggunakan tes electrodiagnostic ("EMG"),
studi pencitraan radiologis (x-ray, MRI), studi vascular), dan lain-lain (Dillon 2004).

2.3 Postur Kerja Statis


Menurut Warren (2004), aktivitas fisik dengan level rendah juga bisa menyebabkan cidera
karena dapat menarik otot, menekan syaraf, menciderai serat otot dan seterusnya, dalam banyak
kasus disebut mikro-trauma yang sebenarnya disebabkan oleh kegagalan desain area kerja.
Perubahan prilaku dapat membantu menghindari dari kerusakan jaringan yang serius akibat mikro
trauma.
Pekerjaan statis menggunakan otot untuk menahan anggota tubuh, atau bagian tubuh lainnya,
dalam posisi tetap untuk waktu yang lama tanpa gangguan. Selama waktu tersebut, otot tegang
dan tidak bisa rileks. Aliran darah ke jaringan lunak dibatasi dan terdapat penumpukan sisa
metabolisme. Otot yang digunakan dengan cara ini cenderung kelelahan dengan waktu yang cepat.
Diperlukan waktu dengan durasi dua belas kali dari aktivitas kerja untuk pulih sepenuhnya,
misalnya pengguna keyboard mengangkat tangannya selama lima menit maka perlu waktu satu
jam untuk memulikan kembali otot-otot yang terlibat. Oleh karenanya perlu dilakukan identifikasi

Universitas Indonesia
24

posisi kerja seperti posisi statis atau posisi janggal dan dilakuka upaya perbaikan. Hal itu berguna
untuk menjaga agar posisi tetap nyaman dan teratur, dan mencegah dari tekanan yang memaksa
karena posisi statis (McKeown 2008).

2.3.1 Ergonomi Perkantoran


Masalah utama pada pekerja yang menggunakan komputer adalah mereka tetap berada di
workstationnya, dalam posisi yang hampir sama, sepanjang hari. Tubuh dirancang untuk tetap
bergerak atau dinamis. Duduk dengan posisi tidak tepat dapat meregangkan dan mengontraksi
otot-otot tubuh secara tidak tepat, sehingga ruang kerja yang tidak dirancang dengan baik dapat
menyebabkan nyeri punggung, leher dan mengurangi produktifitas dan kepuasan dalam bekerja
(Stack 2016).

2.3.1.1 Prinsip Ergonomi Perkantoran (Office)


Tujuan utamanya adalah mengatur lingkungan agar pekerja selalu dalam posisi netral,
untuk meminimalisir pekerja terkena gangguan pada musukuloskeletal yang diakibatkan
pekerjaan. Ada beberapa poin penting terkait interaksi antara pekerja dengan lingkungan
perkantoran yaitu (Stack 2016):
- Mata dan monitor atau Visual display Terminal (VDT)
- Tangan dan keyboard
- Punggung, tungkai kaki, dan kursi
- Kaki dan lantai
Tidak ada postur yang optimal ketika duduk, postur berikutnya adalah postur terbaik.
Tentu, tujuannya adalah untuk membuat pekerja memiliki kemampuan untuk menggeser tubuh
dengan mengangkat dan menurunkan posisi kursi. Pekerja perlu bergerak, mengubah cara duduk,
yaitu posisi di mana telinga sejajar di atas bahu dan pinggul. Sendi panggul dan lutut menyatu pada
sudut 90-110 °. Dan hindari postur membungkuk), karena akan menyebabkan kelelahan pada
leher dan bahu, nyeri pada punggung dan mati rasa, serta tidak nyaman pada kaki (Stack 2016).
Tetapi posisi yang sangat tegap akan membuat otot sulit untuk pulih sehingga menyebabkan lebih
cepat lelah.

Universitas Indonesia
25

Gambar 4. Posisi Netral


Sumber: Ergonomic plus 2018

Gambar ini menggambarkan postur duduk yang ideal, namun, perlu dicatat bahwa tidak
ada postur yang ideal tanpa batas. Anda harus mengubah posisi dan posisi Anda sesering mungkin
dengan menyesuaikan pengaturan di kursi dan tugas bergantian (mengetik, menulis, berjalan dan
berdiri) sesering mungkin. Ini akan memastikan aliran darah yang tepat dan mengurangi risiko
cedera (WorkSafeNB 2010). Pengguna komputer bisa menyebabkan tekanan pada otot paha
karena penggunaan kursi, pada otot lengan akibat bagian tepi/pinggir workstation, atau pada otot
telapak tangan karena penggunaan keyboard (Stack 2016).
Menyesuaikan ketinggian workstation dapat mengurangi ketegangan visual, leher, bahu,
dan punggung. Jika tampilan layar, keyboard, dan tinggi kursi dapat dengan mudah disesuaikan,
pekerja yang memiliki ukuran tubuh besar dan kecil dapat menggunakan workstation yang sama
dengan nyaman. Penggunaan komputer laptop dalam waktu lama di meja standar juga bisa
membuat leher, tangan, pergelangan tangan, dan pundak menjadi kaku. Ini karena laptop memiliki
layar yang lebih kecil dan lebih rendah, keyboard dan trackpad yang lebih kecil, sehingga stasiun
kerja yang dapat disesuaikan dapat menghindari ketegangan ini. Periferal komputer yang tertata

Universitas Indonesia
26

dengan baik, dapat mengurangi gerakan yang tidak perlu melebihi jangkauan dan mengurangi silau
layar. Stasiun kerja komputer yang disesuaikan dengan baik dapat membantu pekerja mengatur
pekerjaan mereka dengan kecepatan mereka sendiri. Dengan demikian dapat memasukkan jeda
mikro yang membantu mereka pulih dari kelelahan dan bekerja (International Labour
Organization (ILO) 2010).
Di Indonesia, terdapat Permenkes yang mengatur mengenai keselamatan dan kesehatan
kerja pekantoran, yaitu Permenkes RI 48 Tahun 2016. Pada Permenkes ini, diatur standar
ergonomi perkantoran yang disesuaikan dengan peralatan perkantoran (Kementrian Kesehatan
Republik Indonesia 2016 :
a. Kursi
- Ukuran kursi harus sesuai dengan ukuran karyawan yang menggunakan.
- Pemilihan kursi kerja sesuai dengan jenis tugas pekerjaan
- Secara umum, ukuran kursi adalah sebagai berikut (dalam cm):

Gambar 5. Ukuran Kursi


Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2016

- Kursi harus stabil, memiliki lima kaki, baik beroda maupun tidak beroda.
- Sandaran kursi harus menyangga lengkungan pinggang (kemiringan fleksibel).

Universitas Indonesia
27

b. Meja

Gambar 6. Ukuran Meja


Sumber: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2016

c. Monitor/ Penggunaan Laptop


- Prinsip antara penguna laptop dan dekstop sama, yakni jarak antara mata dengan
monitor 20 – 40 inchi dan sudut 15 – 20 derajat dibawah horizontal
- Namun untuk pengguna laptop, agar hal ini dapat tercapai maka perlu menggunakan:
layar monitor eksternal seperti yang digunakan pada desktop atau penyangga laptop
(laptop standing); keyboard eksternal; mouse, dan docking station.
d. Keyboard
Saat menggunakan keyboard, pergelangan tangan harus berada pada posisi netral
(tidak menekuk ataupun berputar).

Selain itu, ada beberapa indikator jika area kerja memerlukan evaluasi (Stack 2016).:
- Seseorang diamati duduk dalam posisi canggung.
- Siku tidak tertekuk pada sudut 90 °.
- Pergelangan tangan dengan posisi yang salah

Universitas Indonesia
28

- Orang yang condong ke depan.


- Orang terlihat tidak nyaman.
- Kaki seseorang tidak ada penyangga
- Pekerja yang sebelumnya mengalami cidera otot rangka
- Pekerja yang mengeluh kesakitan
- Pekerja yang mengeluhkan workstation-nya tidak nyaman.

Gambar 7. Postur Netral Dan Postur Janggal


Sumber : Stack 2016

a. Jangkauan
Barang/Item yang paling penting dan sering digunakan harus diletakkan langsung di depan
pengguna dan dapat diakses tanpa melenturkan tubuh ke depan atau memanjang lengan dengan
maksimal (misalnya mouse dan keyboard). Semua barang yang jarang digunakan, (misalnya
telepon atau buku catatan) harus berada dalam zona jangkauan nyaman, maksudnya adalah zona
dengan lengan terentang penuh tetapi tidak melenturkan tubuh ke depan. Berikut ini adalah area
jangkauan pada workstation (Stack 2016).

Universitas Indonesia
29

Gambar 8. Workstation Yang Mudah Dijangkau


Sumber : Stack 2016

Adapun yang perlu dipertimbangkan adalah (Stack 2016).):


- Barang yang paling umum digunakan dapat dengan mudah diakses
- Selalu analisis tata letak area kerja untuk melihat apakah item dapat dipindahkan lebih
dekat ke pengguna atau tidak
- Menganalisis tugas apa yang sedang dilakukan dan menganalisis alur kerjanya
- Mengingatkan karyawan untuk berdiri ketika mengakses buku yang disimpan di atas meja
- Pembenahan : kurangnya pengaturan atau banyaknya barang-barang pribadi adalah
masalah yang harus ditangani dengan saran untuk perbaikan

Universitas Indonesia
30

Gambar 9. Area Jangkauan Ketika Posisi Duduk


Sumber : Stack 2016

b. Kursi
Kursi adalah perlengkapan yang paling penting di perkantoran, dimana kursi dapat
mempengaruhi postur, sirkulasi, dan tekanan pada tulang belakang. Kursi yang baik mampu
menyokong tulang belakang tanpa memaksa suatu postur, sehingga perlu memilih kursi yang
tepat (Stack 2016).
Kursi seharusnya membuat kaki pekerja menjadi nyaman dan dalam kondisi istirahat
pada lantai, sehingga kursi pun harus bisa di sesuaikan. Jika kursi tidak bisa dilakukan

Universitas Indonesia
31

penyesuaian maka pekerja memerlukan sandaran kaki sehingga kaki dan lutut dapat membentuk
sudut 90⁰ (Stack 2016).

Gambar 10. Kursi Yang Bisa Disesuaikan


Sumber : Stack 2016

Gambar 11. Sandaran Kaki


Sumber : Stack 2016

Jika kursi sangat kecil bagi pekerja, maka sebaiknya pada bagian belakang kursi bisa di
maju atau mundurkan. Begitu juga dengan lengan pengguna harus dalam kondisi nyaman, yang
seharusnya siku memiliki sudut 90-110⁰. Pergelangan tangan harus benar-benar rata untuk
mendorong aliran darah dan konduksi saraf. Jika kursi punya sandaran tangan maka seharusnya
bisa disesuaikan sehingga sudut siku bisa antara 90-110⁰. Armrest digunakan untuk istirahat ketika
sedang membaca atau menelepon, tetapi tidak digunakan untuk mengetik (Stack 2016).

Universitas Indonesia
32

Yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kursi di antaranya adalah (Ergonomic plus 2018;
WorkSafeNB 2010):
 Kursi harus dapat disesuaikan secara vertikal dan menyentuh lima titik.
 Ketinggian kursi harus disesuaikan, titik tertinggi dudukan tepat di bawah tempurung lutut
penggunanya. Karena ini akan memungkinkan kaki penggunanya untuk beristirahat dengan
kuat di lantai saat duduk. Jika pekerja merasakan tekanan di dekat bagian belakang kursi, maka
bantalan kursi perlu diangkat. Jika pekerja merasakan tekanan di dekat bagian depan kursi,
maka bantalan kursi perlu turunkan. Tujuannya adalah untuk mendistribusikan berat badan
secara merata.
 Kursi harus memiliki penyangga lumbar (punggung bawah) yang dapat disesuaikan dengan
sandaran punggung yang cukup menopang punggung.
Saat duduk, sesuaikan ketinggian sandaran sehingga bantalan lumbar mendukung lekukan
alami punggung bawah (lumbar curve). Kemiringan penopang punggung harus
memungkinkan duduk dengan tubuh bagian atas sedikit bersandar (biasanya disarankan 110
derajat)
 Bantalan kursi harus memiliki lebar dan kedalaman yang memadai agar sesuai bagi pengguna,
dan bantal harus memberikan kenyamanan yang memadai. Suatu nilai tambah jika bantalan
kursi dapat dimaju atau dimundurkan serta dimiringkan. Bantalan kursi harus memiliki bagian
depan yang membulat yang tidak menekan bagian belakang lutut dan kaki Anda.
 Kemiringan kursi dapat disesuaikan untuk meningkatkan kenyamanan. Ini juga akan
mempengaruhi distribusi berat Anda. Biasanya yang direkomendasikan adalah memiringkan
lima derajat.
 Kursi harus memungkinkan posisi tubuh yang tepat, dengan lutut di bawah tingkat pinggul
atau sama, dan kaki diletakkan rata di lantai atau didukung oleh pijakan kaki.
 Sandaran tangan kursi (jika ada) harus menopang lengan Anda dan tidak mengganggu gerakan
atau memutar kursi.
Sandaran tangan dapat memberikan dukungan untuk bagian atas lengan, sehingga mengurangi
tekanan pada bahu dan punggung Anda. Namun, sandaran tangan tidak boleh mengganggu
ketika kursi ditarik ke dekat meja, atau membatasi gerakan alami. Perlu diingat juga bahwa
sandaran lengan yang lembut akan meminimalkan tekanan pada siku. Wraps gel dapat dibeli
untuk menutupi sandaran tangan yang mungkin terlalu keras.

Universitas Indonesia
33

c. Keyboard dan Mouse


Saat menggunakan keyboard dan mouse, lengan atas harus rileks dan berada di samping,
siku ditekuk pada sudut kanan (90 derajat) dan pergelangan tangan lurus. Ada banyak jenis
keyboard yang dirancang untuk menempatkan tangan pada posisi yang lebih netral untuk
membantu mencegah cedera muskuloskeletal. Efektivitas keyboard alternatif tergantung pada
pengguna dan jenis pekerjaan yang dilakukan. Mouse harus berada pada tingkat yang sama dengan
keyboard dan mudah dijangkau. Dan penggunaan mouse yang baik ketika mouse dan
penggunaannya dapat diganti dari tangan kanan dengan tangan kiri, untuk mencegah cidera hanya
pada tangan kanan (WorkSafeNB 2010).
Pada penggunaan mouse dan keyboard perlu diperhatikan diantaranya (Ergonomic plus
2018):
 Lokasi keyboard dan mouse harus memungkinkan untuk menjaga lengan atas dan siku tetap
dekat.
 Harus ada penyangga yang menahan beban untuk lengan (lengan kursi, desktop, atau sandaran
tangan) saat menggunakan keyboard dan mouse.
 Posisi dan sudut keyboard harus memungkinkan postur pergelangan tangan netral sehingga
tangan berada dalam garis lurus dengan lengan bawah (tidak membungkuk ke atas / bawah
atau menyamping ke arah jari kelingking).
 Lengan dan pergelangan tangan harus diletakkan di atas area permukaan (lengan kursi,
desktop, atau sandaran tangan) yang tidak memiliki tepi tajam atau keras.

Universitas Indonesia
34

Gambar 12. Posisi Tangan Dalam Menggunakan Keyboard Dan Mouse


Sumber: WorkSafeNB 2010

Gambar 13. Posisi Menggunakan Mouse


Sumber: Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) 2008

d. Monitor
Seberapa jauh posisi duduk dari monitor akan tergantung pada penglihatan, usia dan ukuran
dan resolusi monitor. Studi telah menemukan jarak monitor harus antara 60-90 cm. Inilah sebabnya
mengapa sulit untuk merekomendasikan satu jarak tertentu. Cara yang baik untuk melihat apakah
monitor memiliki jarak yang cukup adalah dengan duduk di posisi netral (dengan kursi ditarik ke
tempat pekerja biasanya duduk) dan luruskan lengan kearah depan. Jika tangan menyentuh
monitor, kemungkinan terlalu dekat. Menempatkan monitor terlalu tinggi untuk sebagian besar

Universitas Indonesia
35

individu dan menyebabkan ketidaknyamanan dan rasa sakit pada leher, yang menyebabkan cedera.
Monitor juga harus dimiringkan 15 derajat untuk akomodasi mata yang tepat (WorkSafeNB 2010).
Adapun dalam penggunaan monitor perlu ditempatkan pada posisi (Ergonomic plus 2018):
 Layar harus terletak tepat di depan sehingga tidak ada putaran kepala atau leher).
 Baris teratas layar harus sama atau sedikit (0-30 derajat) di bawah ketinggian mata, dan terletak
paling tidak sejauh lengan.
 Harus dapat membaca layar dengan jelas tanpa menekuk kepala, leher, atau badan ke depan /
ke belakang.
 Monitor harus berada di lokasi yang menghilangkan silau pada layar yang dapat menyebabkan
pengguna mengambil posisi canggung untuk membaca layar.
 Monitor harus diletakkan pada sudut kanan dan / atau menjauhi jendela dan lampu untuk
menghindari cahaya yang menyilaukan dan terang tepat di belakang layar.

Gambar 14. Posisi Monitor


Sumber: WorkSafeNB 2010

Adapun beberapa pertimbangan lain untuk ergonomi perkantoran adalah (Ergonomic plus
2018):
 Harus ada ruang desktop yang memadai untuk melakukan tugas-tugas pekerjaan tanpa
memutar, menekuk, atau menjangkau.

Universitas Indonesia
36

 Harus ada jarak yang cukup untuk kaki, lutut, dan kaki Anda, dan ruang yang cukup untuk
memungkinkan pengguna memutar kursi (tanpa halangan kaki) untuk melakukan tugas kerja.
 Headset harus disediakan jika pekerjaan sering menggunakan telepon dan komunikasi telepon
dipadukan dengan tugas-tugas tangan seperti mengetik atau menulis.
 Pemegang dokumen untuk menempatkan salinan kertas keras dalam orientasi vertikal harus
disediakan jika pekerjaan mengharuskan seringnya melihat dokumen saat memasukkan data
ke komputer. Pemegang dokumen (jika tersedia) harus diletakkan pada ketinggian dan jarak
yang sama dengan layar monitor.

2.4 Metode pengukuran


a. Posture
a) Rapid Upper Limb Assessment (RULA)
RULA, atau Rapid Upper Limb Assessment, adalah metode yang pertama kali diusulkan
oleh peneliti McAtamney dan Corlett (Budnick 2012). RULA adalah metode survei yang
dikembangkan untuk digunakan dalam investigasi ergonomi di tempat kerja dimana gangguan
anggota tubuh bagian atas terkait pekerjaan (McAtamney 1993).
Dalam upaya untuk menilai empat faktor beban eksternal (jumlah gerakan, kerja otot statis,
kekuatan dan postur], RULA dikembangkan untuk (McAtamney 1993):
- Menyediakan metode skrining populasi yang bekerja, untuk risiko pajanan yang mungkin
terkait dengan gangguan anggota gerak atas karena pekerjaan;
- Mengidentifikasi upaya otot yang berhubungan dengan postur kerja, yang menggunakan
kekuatan dan melakukan pekerjaan statis atau berulang, dan yang dapat berkontribusi
terhadap kelelahan otot;
- Memberikan hasil yang dapat dimasukkan ke dalam penilaian ergonomi yang lebih luas
yang mencakup faktor epidemiologi, fisik, mental, lingkungan dan organisasi, dan
khususnya untuk membantu dalam memenuhi persyaratan penilaian Pedoman UK tentang
pencegahan gangguan ekstremitas atas yang terkait dengan pekerjaan.
RULA dikembangkan dengan mempertimbangkan seluruh tubuh tidak hanya anggota
tubuh bagian atas saja. Formulir RULA terbagi menjadi dua, sisi kiri lembar menangkap skor
ekstremitas atas; sisi kanan menangkap skor untuk sisa tubuh. Faktor dalam menganalisis tugas

Universitas Indonesia
37

pekerja, perlu melihat faktor kekuatan, postur, pengulangan (atau frekuensi), durasi (kejadian), dan
hari kerja (Budnick 2012).
RULA digunakan untuk mengevaluasi postur tubuh, kekuatan dan gerakan berulang.
RULA memiliki fokus yang kuat pada postur, tetapi fokus yang lemah pada kekuatan, pengulangan
dan durasi, dimana hanya boleh memilih gerakan berulang saja atau gerakan statis dengan melihat
durasi. Penting bahwa RULA tidak mempertimbangkan durasi secara memadai, apalagi lemah
pada penilaian kekuatan dan gerakan berulang (Budnick 2012).
RULA mungkin paling baik diterapkan pada pekerjaan dan tugas yang tidak melibatkan
banyak kekuatan atau pengulangan. Pekerjaan yang ditandai dengan postur statis, misalnya pada
pekerja kantoran. Namun tidak ada penilaian ketika pekerja menggunakan keyboard ataupun
mouse. Versi terbaru RULA menambahkan terkait pekerjaan menggunakan bahu dan telepon,
tetapi versi ini belum tervalidasi (Budnick 2012).
Karakteristik lainnya terkait RULA (Budnick 2012) yaitu:
- RULA diterapkan pada satu snapshot dalam waktu tersebut;
- Untuk postur asimetris, RULA harus diterapkan ke setiap sisi tubuh secara terpisah
(misalnya, 2 analisis harus dilakukan untuk satu postur)

Berdasarkan evaluasi yang dilakukan, skor di input berdasarkan wilayah tubuh misalnya
bagian A untuk lengan dan pergelangan, bagian B untuk leher dan pinggang. Setelah data
terkumpul, table pada formulir digunakan untuk menyusun variable faktor yang berhungan dengan
keluhan muskuloskeletal dan kemudian menghasilan skor tunggal untuk mewakili tingkat risiko
keluhan muskuloskeletal (Middlesworth 2018).

b) Rapid Entire Body Assessment (REBA)


REBA diusulkan oleh Hignett dan McAtamney sebagai sarana untuk menilai postur untuk
risiko gangguan kelainan tulang terkait kerja. Dengan mempertimbangkan tugas-tugas penting
suatu pekerjaan. REBA telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan akan alat lapangan yang
dirancang khusus agar peka terhadap jenis postur kerja yang tidak dapat diprediksi yang ditemukan
dalam perawatan kesehatan dan industri jasa lainnya (Hignett 2000).
Pengembangan REBA bertujuan untuk (Hignett 2000):

Universitas Indonesia
38

- Mengembangkan sistem analisis postural yang peka terhadap risiko muskuloskeletal


dalam berbagai tugas.
- Membagi tubuh menjadi beberapa segmen yang akan dikodekan secara individual,
dengan mengacu pada bidang pergerakan.
- Menyediakan sistem penilaian untuk aktivitas otot yang disebabkan oleh postur statis,
dinamis, cepat berubah atau tidak stabil.
- Membayangkan interaksi beban dengan tubuh manusia sangat penting dalam
penanganan beban tetapi mungkin tidak selalu melalui tangan.
- Memberikan level tindakan dengan indikasi urgensi.
- Hanya memerlukan peralatan minimal seperti kertas dan pulpen.

REBA digunakan untuk mengevaluasi postur tubuh, penggunaan tenaga, jenis gerakan dan
kopling (Middlesworth 2018). Evaluator yang menggunakan REBA akan menilai pergelangan
tangan, lengan bawah, siku, bahu, leher, badan, punggung, kaki dan lutut. Setelah data untuk
dikumpulkan dan dinilai, tabel pada formulir kemudian digunakan untuk menyusun variabel faktor
yang berhubungan dengan keluhan muskuloskelat, menghasilkan skor tunggal yang mewakili
tingkat risiko keluhan Muskuloskeletal (Uncaged Ergonomics 2017; Middlesworth 2018):
- Skor 1: tidak ada risiko yang signifikan, tidak ada perubahan yang diperluka
- Skor 2 - 3: risiko rendah, dimana perubahan mungkin diperlukan
- Skor 4 - 7 risiko sedang, penilaian lebih lanjut diperlukan untuk membuat rencana
perubahan
- 8 - 10 berisiko tinggi, menilai secara menyeluruh, dan menerapkan perubahan
- 11 risiko sangat tinggi: segera lakukan perubahan

Penggunaan REBA memiliki keuntungan di antaranya, REBA mudah digunakan, jika


valid atau akurat dapat memberikan wawasan berharga tentang kondisi kerja. Namun REBA juga
memiliki kelemahan yaitu validitas dan reliabilitas rendah dalam kaitannya dengan kebutuhan
spesifik untuk penilaian ergonomis, bisa bias, memakan waktu (tangan kanan dan kiri harus
dinilai secara terpisah) (UKEssays 2018).

Universitas Indonesia
39

c) Rapid Office Strain Assessment (ROSA)


ROSA adalah sebuah checklist gambar berdasarkan postur yang dirancang untuk
mengukur risiko pajanan di lingkungan kerja kantor. ROSA dibuat berdasarkan checklist gambar
dan sistem scoring seperti RULA dan REBA. ROSA berguna sebagai alat skrining untuk
mengidenfikasi area yang menjadi prioritas pada suatu perkantoran. Dalam penelitian penggunaan
ROSA menujukkan korelasi antara ketidaknyamanan dengan skor ROSA, sehingga ROSA sangat
baik digunakan. Skor lebih dari 5 dianggap berisiko dan workstation harus dilakukan perbaikan
(Sonne, 2011).
Untuk menilai interaksi antara pekerja dengan penggunaan komputer di tempat kerja,
umumnya menggunakan RULA. Namun, postur berbahaya, seperti ekstensi pergelangan tangan
atau deviasi radial atau ulnaris karena penggunaan peralataan kantor dan pengaturan peralatan
yang tidak tepat misalnya kursi, telepon, dan monitor, yang tidak bisa diidentifikasi menggunakan
RULA (Sonne, 2011).
Cara menggunakannya yakni: misalnya pada kursi. Posisi pertama di kolom kiri
menunjukkan posisi netral. Ini sesuai dengan skor "1". Posisi yang tersisa ditandai dengan
peningkatan skor. Bagian-bagian dengan skor seperti (+1) (mis., Ruang Tidak Cukup di Bawah
Meja) adalah skor tambahan. Ini dapat ditambahkan ke skor lainnya. Misalnya, jika tinggi kursi
terlalu tinggi (2), dan tidak dapat disesuaikan (+1), ini menjadi skor 3. Skor dari Tinggi Kursi
kemudian ditambahkan ke Pan Depth untuk menerima skor akhir dari bagian ini. Skor ini akan
sesuai dengan sumbu vertikal di sepanjang bagan penilaian Bagian A (Sonne, 2011).
 Kursi
Postur duduk yang netral untuk individu harus memiliki sudut tekuk lutut sekitar 90º
dengan kaki rata pada lantai. Kursi yang terlalu tinggi berisiko memperburuk aliran darah yang
mengarah pada kaki. Dan jika duduk ditepi kursi, juga berisiko meningkatkan aktivitas otot
punggung bawah. Sedangkan, kursi yang terlalu rendah, akan berdampak pada tekanan berlebih
pada bagian bawah bokong. Juga apabila kursi tidak memiliki sandaran punggung akan
membahayakan lumbar spine curve (Sonne, 2011).
Jika kedalaman kursi terlalu panjang, sandaran tidak akan mendukung punggung bawah,
dan kelengkungan tulang belakang dan bisa menyebabkan ketidaknyamanan. Jika bantalan kursi
terlalu pendek, tekanan akan ditempatkan di bagian belakang paha, menekan pembuluh darah dan
saraf (Sonne, 2011).

Universitas Indonesia
40

Selain itu, sandaran tangan di kursi juga telah dilaporkan meningkatkan kenyamanan pada
pengguna dan mengurangi pembebanan statis pada otot bahu dan lengan selama mousing, sandaran
tangan harus bebas dari tepi yang tajam atau keras, karena hal ini dapat menyebabkan titik-titik
tekanan yang menyebabkan kerusakan pada jaringan lunak di lengan bawah (Sonne, 2011).
Tanpa dukungan lumbar yang tepat, tulang belakang lumbal kehilangan kurva lordotik
alami, meningkatkan ketegangan pada ligamen, tendon dan otot di belakang. Kemiringan sandaran
punggung mampu menurunan aktivitas otot lumbar dan pengurangan jangkauan untuk peralatan
kantor (Sonne, 2011).
 Monitor dan Telepon
Metode yang paling efektif untuk menentukan jarak pandang yang tepat untuk monitor
bagi pekerja adalah menginstruksikan mereka untuk menempatkan monitor sepanjang lengannya.
Pengguna harus dapat melihat layar sambil duduk di kursi. Ketinggian layar harus diposisikan
setinggi mata, atau sedikit di bawah tinggi mata pada pekerja yang duduk. Bagian bawah layar
harus tidak lebih dari 30° di bawah level mata pekerja. Monitor posisi lebih rendah atau lebih
tinggi dapat meningkatkan aktivitas otot leher (Sonne, 2011).
Untuk menghindari jangkauan yang sangat berlebihan maka penempatan telepon perlu
diperhatikan. Dan juga perlu dihindari ketika menggunakan telepon dengan menggunakan bahu
dan leher dimana hal tersebut menggunakan kontraksi statis (Sonne, 2011).
 Mouse dan Keyboard
Mouse harus diposisikan pada garis lurus dengan bahu, dan ditempatkan dengan tinggi
yang sama dengan keyboard untuk menjaga bahu rileks. Semakin jauh posisi mouse akan
meningkatkan aktivitas otot. Jauhnya jangkauan penggunaan mouse dan salahnya posisi
pergelangan tangan ketika menggerakkan mouse, diidentifikasi sebagai faktor penyebab keluhan
muskuloskeletal pada ekstremitas atas (Sonne, 2011).
Ketinggian ketinggian keyboard dapat menyebabkan peningkatan aktivitas otot punggung
atas dan bahu, yang menyebabkan ketidaknyamanan. Mayoritas salahnya postur dalam
penggunaan keyboard merupakan kondisi yang berisiko, sehingga penempatan keyboard harus
dengan posisi siku pekerja ditekuk 90 ° dan bahu dalam posisi santai, dan pergelangan tangan
tangan lurus. Selain itu, hindari permukaan yang keras pada karpal untuk menghidari sindrom pada
karpal(Sonne, 2011).

Universitas Indonesia
41

d) Baseline Risk Identification of Ergonomic Factors (BRIEF)


BRIEF adalah alat penilaian postur ergonomi dan kekuatan, yang didasari dengan penilaian
risiko atau alat skrining yang terstruktur, dan formal untuk mengidentifikasi faktor ergonomi yang
dapat diterima pada setiap task dengan menggunakan sistem tingkatan/rating. BRIEF
memperhitungkan keseluruhan durasi dan frekuensi task untuk lebih mengukur jumlah risiko
ergonomis yang ada dalam task pekerjaan yang diberikan (Gonzales, nd)
BRIEF dapat mengevaluasi enam bagian tubuh: tangan dan pergelangan tangan, siku, bahu
(semua memiliki sisi kanan dan kiri untuk ketiga bagian di atas) bersama dengan leher, punggung,
dan kaki. Faktor utama yang dievaluasi oleh BRIEF adalah kekuatan, postur, pengulangan, dan
durasi kerja. Menurut pedoman BRIEF, jika dua atau lebih faktor diidentifikasi untuk bagian tubuh
tertentu, bagian tubuh ini memiliki kemungkinan kuat untuk berkembangnya keluhan
muskuloskelatal (Wu 2011).

e) Quick Exposure Check (QEC)


QEC telah dirancang untuk digunakan oleh praktisi K3 untuk menilai pajanan dari faktor
yang berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal dan untuk memberikan dasar bagi intervensi
ergonomis di tempat kerja. Selanjutnya harus digunakan untuk mengevaluasi efektivitas intervensi
yang dilakukan (David 2008).
QEC merupakan alat yang bisa diandalkan dalam konteks praktis, dan cocok untuk
digunakan pada berbagai jenis pekerjaan. Alat ini bisa mengevaluasi dengan efektif desain tempat
kerja, evaluasi peralatan dan mempromosikan pendesainan ulang peralatan yang lebih baik di masa
depan. Sangat baik digunakan untuk tujuan penelitian (Li 2000). QEC mudah digunakan dan
mudah dipahami, digunakan untuk memberikan skor eksposur area tubuh, mengidentifikasi
eksposur yang perlu dikurangi, dan membantu perbandingan pekerjaan sebelum dan sesudah
evaluasi. QEC juga di isi oleh observer dan pekerja (Occupational Health Clinic for Ontario
Workers Inc (OHCOW) 2018).
Alat ini berfokus terutama pada faktor fisik di tempat kerja, tetapi juga mencakup evaluasi
faktor psikososial. QEC dapat berkontribusi pada penilaian holistik semua elemen sistem kerja
(David 2008).

Universitas Indonesia
42

f) Perbandingan Metode Pengukuran Posture


Tabel 2. Perbandingan Metode Pengukuran Posture

METODE KELEBIHAN KEKURANGAN


RULA RULA digunakan untuk mengevaluasi Tidak terdapat penilian postur pada
postur, kekuatan, dan gerakan berulang, pekerja yang menggunakan keyboard
sangat baik jika digunakan pada ataupun mouse. Dan dalam penilaian
pekerjaan statis RULA hanya boleh memilih gerakan
berulang saja atau gerakan statis
(durasi).
REBA REBA digunakan untuk melihat postur Penggunaan REBA memerlukan
tubuh, penggunaan tenaga, jenis gerakan waktu yang lebih lama. Untuk
dan kopling. REBA memberikan pekerjaan tertentu atau untuk
penilaian untuk aktivitas otot karena kebutuhan spesifik kevalidan dan
postur statis, dinamis, cepat berubah atau reabilitas REBA rendah, dan juga bisa
tidak stabil. REBA juga sangat mudah bias.
digunakan.
ROSA ROSA digunakan khusus pada Tidak bisa digunakan pada pekerjaan
lingkungan kerja kantor. ROSA dapat selain pekerjaan perkantoran
mengevaluasi postur yang dihasilkan
karena penggunaan peralatan kantor
seperti kursi, meja, monitor, telepon,
mouse dan keyboard.
BRIEF BRIEF digunakan untuk penilaian risiko BRIEF hanya menentukan tingkat
postur ergonomi, kekuatan, pengulangan, risiko pada bagian tubuh yang dinilai,
dan durasi kerja pada setiap task. BRIEF bukan total seluruh tubuh.
juga dapat memberikan area tubuh mana Penggunaan BRIEF harus dilanjutkan
saja yang berisiko akibat stressor pada dengan BEST untuk menentukan skor
pekerjaan. bahaya pekerjaan, sehingga
memerlukan waktu yang lama.
QEC Mudah digunakan, cepat dan jelas. Memerlukan pelatihan kepada
Kompartible dengan penilaian risiko pengguna pemula.

Universitas Indonesia
43

HSE, melibatkan praktisi dan pekerja


sehingga memberikan pemahaman yang
lengkap.
Berdasarkan perbandingan tersebut, maka penilaian ergonomi pada pekerja pengguna
komputer akan lebih baik dinilai dengan menggunakan ROSA, karena mengambarkan penilaian
postur berdasarkan kondisi area kerja, sehingga lebih tepat menggambarkan kondisi keluhan MSS
pada pekerja pengguna komputer.

b. Keluhan
a) Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ)
Salah satu tools untuk mengukur ketidaknyamanan atau kesakitan pada musculoskeletal adalah
dengan menggunakan Nordic Quisioner. Intrumen ini digunakan untuk menilai tingkat
ketidaknyamanan pada pekerjaan berdasarkan sumber rasa sakitnya (Cornelius nd).
Nordic Musculoskeletal Questionnaire (NMQ) dari Kuorinka telah banyak digunakan untuk
menilai sifat dan keparahan gejala muskuloskeletal yang dinilai sendiri. Kuesioner mencakup item
yang menanyakan tentang pengalaman masalah muskuloskeletal di sembilan area tubuh (leher,
bahu, siku, pergelangan tangan / tangan, punggung atas, punggung bawah, pinggul / paha, lutut,
dan pergelangan kaki / kaki) selama seminggu terakhir dan selama beberapa tahun terakir (Parkes
2005). Kuesioner ini menyelidiki lebih dalam mengenai analisis gejala masing-masing area dan
berisi pertanyaan tentang durasi gejala di masa lalu - yaitu, seumur hidup, 12 bulan terakhir, dan
7 hari yang lalu. Kuisioner ini menganalisis lebih dalam mengenai keparahan gejala yang
memberikan efek pada pekerjaan (Kuorinka 1987).

Universitas Indonesia
44

Gambar 15. Sketsa Tubuh Yang Digunakan Dalam Nordic Questionnaire


Sumber: Health and Safety Executive 2018

c. Psikososial
a) Job Content Questionnaire (JCQ)
JCQ adalah alat untuk penilaian psikososial pekerjaan. JCQ dirancang untuk mengukur
skala menilai tuntutan psikologis, garis lintang keputusan, dukungan sosial, tuntutan fisik, dan
ketidaknyamanan pekerjaan (Karasek, 1998).
Semua skala dapat digunakan untuk tingkat mikro, dengan tujuan menganalisis karakteristik
pekerjaan, seperti menilai kondisi pekerjaan dengan perkembangan penyakit terkait pekerjaan,
tekanan psikologis, penyakit jantung koroner, penyakit muskuloskeletal, dan gangguan reproduksi
(Karasek, 1998).
Salah satu model yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara jenis pekerjaan
dengan kesehatan pekerja adalah model deman-control dari karasek. Pekerja yang secara simultan
mengalami tuntutan pekerjaan psikososial tinggi dan kontrol rendah lebih mungkin untuk
mengembangkan masalah kesehatan yang berkaitan dengan stress (Hoang 2013).

Universitas Indonesia
45

b) Perceived Stress Scale (PSS)


Untuk mengukur tingkat stress pribadi dapat menggunakan intrumen Peceived Stress Scale
(PSS). PSS dapat digunakan untuk membantu memahami bagaimana situasi mempengaruhi
perasaan dan bagaimana mengartikan perasaan. PSS adalah suatu langkah untuk mengetahui
sejauh mana situasi dalam kehidupan seseorang dinilai sebagai stres. PSS memberikan skala
mengenai perasaan dan pikiran selama sebulan terakir. Dari hasil skor pada setiap pertanyaan,
skala ini juga mencakup sejumlah pertanyaan langsung tentang tingkat stres yang dialami saat ini,
PSS membagi menjadi beberapa level (EAP nd;Cohen 1994):
o Skor 0-13 dikategorikan dengan level stress yang rendah
o Skor 14-26 dikategorikan dengan level stress yang sedang
o Skor 27-40 dikategorikan dengan level stress yang tinggi

c) Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ)


COPSOQ adalah instrumen yang di desain untuk menilai dan meningkatkan kondisi
psikososial di tempat kerja dan digunakan untuk tujuan penelitian. COPSOQ dapat digunakan pada
semua jenis pekerjaan, industri, swasta ataupun publik (COPSOQ Intenational Network 2018).
Versi pertama dari Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ I) dikembangkan
pada tahun 1997 oleh Pusat Penelitian Nasional Denmark untuk Lingkungan Kerja sebagai
kuesioner standar yang mencakup berbagai bidang faktor psikososial. COPSOQ memasukan tujuh
teori dalam psikologi kesehatan kerja, tetapi masih gagal untuk mengatasi beberapa aspek penting
terkait pekerjaan seperti imbalan, keadilan dan kepercayaan. Kemudian COPSOQ II hadir
melengkapi keterbatasan tersebut (Moncada 2013). COPSOQ II dikembangkan oleh T.S.
Kristensen and V. Borg. Terdapat beberapa pertanyaan terkait, tuntutan pekejaan, organisasi,
hubungan antar pekerja, kepemimpinanan, hubungan antara pekerja dengan pekerjaan, nilai di
tempat kerja, kesehatan, prilaku ofensif. Saat ini COPSOQ sudah memiliki versi tiga, yang
dikembangkan oleh Hermann Burr dan rekannya mencakup Tuntutan di tempat kerja, Organisasi
di tempat kerja dan Konten pekerjaan, Hubungan interpersonal dan kepemimpinan , Interaksi
individu ditempat kerja, Modal sosial, Konflik dan perilaku ofensif, Kesehatan dan kesejahteraan,
Kepribadian, terdapat 8 domain, 45 dimensi, mencakup 145 pertanyaan (Burr 2018).

Universitas Indonesia
46

COPSOQ III terdiri dari item dan skala yang berlabel core, middle, dan long, dan memiliki
versi short, middle, dan long. Untuk COPSOQ versi short maka item dan skala yang digunakan
adalah semua item berlabel inti. Sedangkan COPSOQ versi middle maka item dan skala yang
digunakan adalah semua item berlable core, middle, dan item long yang relevan. Dan untuk
COPSOQ versi long maka item dan skala yang digunakan adalah semua item (COPSOQ
Intenational Network 2018).

d) The Depression Anxiety Stress (DASS)


DASS adalah kuesioner yang dikelola sendiri yang terdiri dari 42 item yang dirancang
untuk mengukur besarnya tiga keadaan emosi negatif: depresi, kecemasan, dan stres. The DASS-
Depression berfokus pada laporan tentang suasana hati yang rendah, motivasi, dan harga diri,
DASS-anxiety berfokus pada gairah fisiologis, perasaan panik, dan ketakutan, dan DASS-Stress
berfokus pada ketegangan dan lekas marah. Setiap komponen terdiri dari pertanyaan dengan skala
(0-3) / 4 point skala. Skor yang lebih tinggi pada setiap subskala menunjukkan meningkatnya
keparahan depresi, kecemasan, atau stres (Parkitny 2010).

e) Perbandingan Metode Pengukuran Psikososial


Tabel 3. Perbandingan Metode Pengukuran Psikososial

METODE Kelebihan Kekurangan


JSQ JSQ digunakan untuk melihat Tidak terdapat aspek
tuntutan psikologis, garis penghargaan pada pekerja.
lintang keputusan, dukungan
sosial, tuntutan fisik, dan
ketidaknyamanan pekerjaan.
Baik digunakan untuk melihat
aspek psikologis karena
pekerjaan.
PSS PSS baik digunakan untuk Hanya fokus pada aspek stress
melihat bagaimana level stress individu, sehingga aspek
seseorang, dengan memahami terkait pekerjaan tidak begitu
situasi yang memperngaruhi tergambarkan

Universitas Indonesia
47

perasaan dan mengartikan


perasaan. Sangat baik
digunakan untuk melihat
tingkat stress pekerja.
COPSOQ COPSOQ juga digunakan Pertanyaan cukup banyak,
untuk melihat aspek sehingga memerlukan waktu
psikososial dengan skala yang sedikit lebih lama
lebih detail.
Baik digunakan untuk melihat
keseluruhan aspek pada
pekerja dengan pekerjaannya.
DASS DASS digunakan untuk Fokus pertanyaan lebih
mengukur besarnya emosi banyak pada aspek psikologis
negative seperti depresi, individu
kecemasan, dan stres. Dapat
digunakan untuk mengetahui
kondisi emosi pekerja.

Dari perbandingan metode tersebut, maka untuk melakukan penilaian faktor psikososial terkait
pekerjaan pada pekerja, akan lebih baik menggunakan COPSOQ. Hal ini dikarenakan dengan
mengadaptasi COPSOQ lebih dapat menggambarkan aspek psikososial pekerja terhadap
pekerjaan.

2.5 Cara Pencegahan/Pengendalian


Keluhan gangguan muskuloskeletal sangat menjadi masalah di tempat kerja karena
mempengaruhi setiap aspek kehidupan pekerja dan merugiakan perusahaan, dikarenakan biaya
tidak langsung meliputi (Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) 2009):
- Upah lembur atau pekerja pengganti
- Modifikasi peralatan
- Administrasi
- Pelatihan ulang, dan

Universitas Indonesia
48

- Kehilangan produktivitas dan mengurangi kualitas.


Oleh karenanya untuk mencegah hal tersebut, maka perlu dilakukan upaya pencegahan
sebelum terjadinya Musculoskelatal Symptoms (MSS). Cara mengatasi Musculoskelatal Symptoms
(MSS) sama dengan cara pencegahan gangguan muskuloskeletal pada umumnya, yaitu perlu
pendekatan yang menyeluruh, diantaranya (Occupational Safety and Health Administration
(OSHA) 2018):
- Risk Assessment terkait penyebab MSS
- Partisipasi pekerja dalam mendiskusikan masalah keluhan
- Melakukan perubahan terkait tata letak tempat kerja, peralatan kerja yang sesuai
dengan ergomoni
- Meningkatkan kesadaran pekerja terkait risiko MSS, memberikan pelatihan sesuai
metode kerja yang baik
- Merencanakan pekerjaan untuk menghindari pekerjaan yang berulang atau bekerja
dengan postur yang buruk dalam waktu yang lama. merencanakan istirahat, rotasi atau
realokasi pekerjaan
- Membuat kebijakan terkait MSS
- Pemantauan kesehatan, promosi kesehatan dan rehabilitasi dan reintegrasi pekerja yang
sudah menderita MSS ataupun MSDs

Pencegahan MSS yang disebabkan oleh stress perlu dilakukan manajemen stress ditempat kerja
(U.S. Department of Health and Human Services 2015):
a. Dengan pendekatan organisasi
a) Menetapkan struktur manajemen dan kepemimpinan yang efektif, meliputi
- Alur perintah dan pelaporan yang jelas
- Supervisor selalu ada dan mudah untuk didatangi
- Orientasi bencana untuk semua pekerja
- Shift kerja tidak lebih dari 12 jam, dan di ikuti 12 jam istirahat
- Brifing diawal shift sangat diperlukan agar pekerja shift sebelumnya dapat
memberitahu pekerjaan pada pekerja di shift berikutnya.
- Menyediakan fasilitas seperti ketas, pena, materi
- Alat komunikasi tersedia

Universitas Indonesia
49

b) Menetapkan tujuan dan target yang jelas


c) Menetapkan strategi dalam bekerja
d) Menetapkan peran
e) Memberikan orientasi dan pelatihan kepada staf terkait aturan dari pekerjaan
f) Mendidik tim untuk saling mendukung
g) Membuat suasana yang positif dan saling mendukung
h) Mengembangkan rencana manajemen stress, seperti:
- Menilai fungsi karyawan secara teratur
- Merotasi karyawan diantara karyawan dengan pekerjaan tingkat stress tinggi dan
pekerjaan tingkat stress rendah
- Mendorong karyawan memanfaatkan waktu istirahat dan menjauhkannya pada
pekerjaan
- Mengedukasi mengenai tanda dan gejala stress dan cara stategis untuk pengalihannya

b. Dengan pendekatan individu


a) Kelola beban kerja
- Tentukan prioritas dari pekerjaan
- Mendelegasikan beban kerja selain pekerjaan yang biasa dikerjakan
b) Seimbangkan gaya hidup
- Melakukan latihan fisik dan peregangan otot jika memungkinkan
- Makan makanan yang bergizi dan hindari makanan cepat saji, kafein, alkohol atapun
tembakau
- Usahakan tidur dan istirahat yang cukup
- Pertahankan hubungan dan koneksi dengan rekan kerja atau atasan
c) Terapkan teknik mengurangi stress
- Kurangi ketegangan fisik dengan kegiatan seperti menarik nafas dalam, meditasi,
berjalan dengan tenang
- Gunakan istirahat untuk berolahraga, membaca, mendengarkan musik, mandi,
berbincang dengan keluarga, makan makanan yang disukai.
- Bicaralah mengenai emosi atau reaksi dengan rekan kerja pada waktu yang tepat
d) Berlatih peduli pada diri sendiri

Universitas Indonesia
50

- Belajarlah mengenali tanda-tanda peringatan dini dari stress


- Terimalah bahwa Anda memerlukan bantuan untuk mengatasi masalah stress
- Hidari mengidentifikasi yang berlebihan dari kesedihan yang mungkin mengganggu
Anda
- Memriksa kembali prasangka pribadi
- Berhati-hatilah terhadap berkembangnya perasaan iba karena kelelahan
- Memahami perbedaan antara hubungan profesional dan pertemanan
- Kenali jika masalah probadi mengganggu kinerja Anda

Menurut Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) (2009) pencegahan
MSS sama halnya dengan pencegahan masalah kesehatan kerja pada umumnya. Berikut adalah
tahapan pencegahan ditempat kerja:
a) Pondasi untuk keberhasilan program pencegahan
Kunci penting untuk mencegah MSS di tempat kerja adalah:
- komitmen dan dukungan manajemen
- proses pencegahan MSS yang terdokumentasi dan dikomunikasikan pada semua
pihak di tempat kerja
- Partisipasi pekerja dalam proses pencegahan, dan
- Pelatihan pencegahan MSS untuk semua pihak di tempat kerja
b) Mamahami bahaya MSS
Penting untuk memahami bahaya MSS sebelum mencoba mengenali mereka di tempat
kerja. Bahaya MSS di tempat kerja yang diketahui termasuk:
- Beban Kerja
- Postur tetap atau canggung
- Pengulangan
- Stress
- Getaran
- Suhu
- Organisasi Kerja, Dan
- Metode Kerja.
c) Mengenali bahaya MSS dan yang berhubungan dengan MSS

Universitas Indonesia
51

Tempat kerja didukung dengan pengaturan proses kerja yang sadar akan bahaya MSS.
Jika tidak ada kejadian MSS sekalipun, kekhawatiran pekerja, atau laporan
ketidaknyamanan harus dilaporkan atau dicatat, dengan meminta pekerja baik pada saat
melakukan inspeksi atau dengan alat identifikasi bahaya yang ada. Oleh karenanya,
tempat kerja harus sudah memiliki banyak informasi yang dapat membantu pekerja dalam
mengenali bahaya MSS.
Tinjauan berkala terhadap data kecelakaan / cedera, laporan investigasi kecelakaan, data
terkait sumber daya manusia, dan data yang terkait dengan produksi dan / atau layanan
lain yang dapat mengidentifikasi pekerjaan yang memiliki bahaya MSS. Selain itu, cara
lain yang sangat baik untuk mengumpulkan informasi adalah dengan meminta pekerja
untuk mengisi survei ketidaknyamanan yang dapat membantu mengidentifikasi pekerjaan
yang perlu perhatian lebih lanjut.
d) Melakukan penilaian risiko MSS
Metode penilaian risiko membantu untuk membuat penilaian sederhana mengenai tingkat
risiko pada pekerjaan dengan bahaya MSS.
e) Memilih dan menerapkan pengendalian bahaya
Tahapan ini adalah tujuan utama agar pekerja tercegah dari bahaya MSS.
Penerapan pengendalian ditempat kerja menurut Centers for Disease Control (CDC)
(2018):
i.Pengendalian Engineering
Merancang pekerjaan untuk memperhitungkan kemampuan dan keterbatasan
tenaga kerja menggunakan kontrol teknik. Beberapa contoh termasuk:
o menggunakan alat bantu mekanis untuk meringankan beban berat mengangkat
dan membawa tugas atau menggunakan pegangan atau lubang tangan pada
paket yang memerlukan penanganan manual
o Mengubah tata letak workstation, seperti menggunakan height-adjustable work
benches
ii.Pengendalian Administrasi
Strategi pengendalian administratif adalah kebijakan dan praktik untuk mengurangi
risiko MSS terkait pekerjaan tetapi tidak menghilangkan bahaya di tempat kerja,
kontrol administratif dapat membantu sebagai tindakan sementara sampai kontrol

Universitas Indonesia
52

teknis dapat diimplementasikan atau ketika kontrol teknis tidak cukup


dilaksanakan. Beberapa contoh pengendalian administratif diantaranya:
o Mengurangi shift yang panjang atau membatasi jumlah lembur
o Perubahan aturan dan prosedur pekerjaan seperti menjadwalkan lebih banyak
istirahat
o Rotasi pekerja yang mendapatkan pekerjaan yang melelahkan secara fisik
o Pelatihan dalam menilai faktor yang berhubungan dengan MSS
o Dan membuat instruksi kerja dan teknik kerja yang dapat meringankan
tuntutan atau beban tugas (misalnya, stres dan ketegangan)
iii.Penggunaan APD
APD umumnya memberikan penghalang antara pekerja dan sumber bahaya,
contohnya wrist splints, back belts, atau APD sejenis.
f) Menindak lanjuti dan mengevaluasi pengendalian yang sudah diterapkan
g) Mengomunikasikan hasil dan mengakui keberhasilan program
Komunikasi sangat penting untuk menjaga agar semua orang yang terlibat dalam program
tetap mengetahui info terbaru, dan keberhasilan suatu program perlu dipublikasikan.

Universitas Indonesia
53

Gambar 16.Tahapan Pencegahan MSS Ditempat Kerja


Sumber: Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) 2009

Universitas Indonesia
54

2.6 Kerangka Teori

Pencegahan
Faktor Fisik
Tuntutan Fisik
- Lama kerja
- Lama lembur
- Masa kerja
- Waktu istirahat Biomekanical Detect Symptoms Outcome
- Postur Strain Sensation

Faktor Individu
- Umur
- Jenis Kelamin
- Merokok
- Aktivitas fisik
- Indeks masa
tubuh
- Keluhan
gangguan
Psikososial kesehatan
Work Organization - Pelayanan
- Tuntutan pekerjaan kesehatan
- Organisasi kerja dan konten - Disability
pekerjaan Stress - Kinerja
- Hubungan interpersonal dan menurun
leadership

Pencegahan

Universitas Indonesia
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep

Variabel independen

Faktor Fisik
- Lama kerja
- Lama lembur
- Masa kerja
- Waktu Istirahat
- Postur

Faktor Psikososial Variabel Dependen


- Tuntutan pekerjaan
- Organisasi kerja dan
konten pekerjaan Muskuloskeletal
- Hubungan interpersonal Symptoms (MSS)
dan leadership
- Stress

Faktor Individu
- Umur
- Jenis Kelamin
- Merokok
- Aktivitas fisik
- Indeks masa tubuh

55
Universitas Indonesia
56

3.2 Definisi Operasional


Definisi operasional dari masing-masing variable pada kerangka konsep akan dijabarkan pada table berikut:

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
Variable dependent
1 Musculoskelatal Keluhan yang Pengisian kuisioner dan wawancara NMQ 1. Ada keluhan (minimal Ordinal
Symptoms (MSS) dirasakan karyawan pada 1 bagian tubuh,
seperti keluhan rasa tidak hanya 12 bulan
sakit, nyeri, dan tidak terakir tetapi juga 7 hari
nyaman pada salah terakhir)
satu bagian tubuh
seperti leher, bahu, 2. Tidak ada keluhan
tulang punggung, yang dirasakan
tangan, paha, lutut, dan responden
kaki yang dirasakan
dalam 7 hari terakhir
yang bukan
disebabkan karena
kecelakaan atau

Universitas Indonesia
57

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
riwayat cidera otot dan
tulang.

Variable Independent
Faktor Fisik
2 Lama Kerja Lama kerja adalah Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner 1.>4 jam Interval
jumlah waktu yang 2.≤4 jam
dihabiskan responden
menggunakan
komputer selama satu
hari kerja
3 Lama Lembur Lama lembur adalah Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner 1.>3jam/lembur Interval
jumlah waktu 2. 1-3 jam/lembur
penggunaan komputer 3. Tidak lembur
ditempat kerja setiap
lembur
4 Masa Kerja Masa kerja adalah Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner 1.>15 tahun Interval
lamanya waktu 2.6-15 tahun
responden sudah 3. 1-5 tahun

Universitas Indonesia
58

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
bekerja sebagai
pengguna komputer di
tempat kerja
5 Waktu istirahat Waktu istirahat adalah Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner 1.>2 jam/sekali Interval
waktu (jam) yang 2.≤2 jam/sekali
digunakan responden
untuk
mengistirahatkan
ototnya
6 Postur Posisi/ sikap kerja Observasi dengan melakukan ROSA 1.Berisiko =Skor Interval
responden dalam penilaian postur karena posisi lutut ROSA>5
kondisi duduk dan karena ketinggian kursi 2.Tidak beresiko =Skor
berinteraksi dengan ROSA≤5
perangkat komputer
(mengetik/menginput
Skor :
data) dan interaksi
1: jika lutut membentuk sudut 90º
dengan telepon
2: jika lutut membentuk sudut <90º
atau >90º
3: jika lutut tidak menyentuh lantai

Universitas Indonesia
59

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur

Penambahan skor:
+1: jika ruang ruang di bawah meja
+1: jika ketinggian kursi tidak dapat
disesuaikan
Observasi dengan melakukan ROSA
penilaian Kedalaman/Lebar bantalan
kursi

Skor :
1: jika rata-rata jarak antara lutut dan
tepi kursi sekitar 3 inchi
2: jika rata-rata jarak antara lutut dan
tepi kursi < 3 inchi atau > 3 inchi
3: jika lutut tidak menyentuh lantai

Penambahan skor:

Universitas Indonesia
60

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
+1: jika pan depth/ kedalaman
bantalan kursi tidak dapat disesuaikan

Observasi dengan melakukan ROSA


penilaian sandaran tangan pada kursi

Skor :
1: jika siku yang tergalang/tertopang
sejajar dengan bahu dan bahu rileks
2: jika bahu terangkat terlalu tinggi
atau bahu terlalu rendah karena tidak
tergalang/tertopang

Penambahan skor:
+1: jika permukaan sandaran tangan
kasar

Universitas Indonesia
61

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
+1: jika sandaran tangan terlalu lebar
+1: jika sandaran tangan tidak dapat
disesuaikan
Observasi dengan melakukan ROSA
penilaian sandaran punggung pada
kursi

Skor :
1: jika sandaran punggung memadai
terletak antara 95 ° -110 °
2: jika tidak ada sandaran punggung
atau sandaran punggung diposisikan
pada sedikit punggung
2: jika sandaran punggung terlalu
miring kebelakang (>110°) atau
terlalu kedepan (<95°)
2: jika tidak ada sandaran punggung/
pekerja terlalu condong kedepan

Universitas Indonesia
62

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur

Penambahan skor:
+1: jika permukaan area kerja terlalu
tinggi / bahu terangkat
+1: jika sandaran punggung tidak
dapat disesuaikan
Observasi dengan melakukan ROSA
penilaian postur berdasarkan posisi
monitor

Skor :
1: jika jarak monitor 40-75cm atau
layar tepat didepan mata
2: jika monitor terlalu rendah <30º
dari mata
3: jika monitor terlalu tinggi (leher
ekstensi)

Universitas Indonesia
63

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur

Penambahan skor:
+1: jika posisi monitor terlalu jauh
+1: jika leher berputar >30º
+1: jika silau pada layar
+1: jika tidak ada dokumen holder

Observasi dengan melakukan ROSA


penilaian postur berdasarkan
penggunaan telepon

Skor :
1: jika menggunakan headset atau
menggunakan telepon dengan posisi
leher netral
2: jika telalu jauh menjangkau telepon
>30 cm

Universitas Indonesia
64

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur

Penambahan skor:
+2: jika memegang telepon dengan
leher dan bahu
+1: tidak ada opsi hands-free

Observasi dengan melakukan ROSA


penilaian postur berdasarkan
penggunaan mouse

Skor :
1: jika menggunakan mouse sejajar
dengan bahu
2: jika mouse perlu dijangkau ketika
digunakan

Penambahan skor:

Universitas Indonesia
65

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
+2: jika mouse dan keyboard berada
diarea yang berbeda
+1: jika menggunakan mouse
membentuk postur pinch grip
+1: jika sandaran tangan terletak di
depan mouse

Observasi dengan melakukan ROSA


penilaian postur berdasarkan
penggunaan keyboard

Skor :
1: jika pergelengan tangan lurus, dan
bahu rileks
2: jika pergelangan ekstend /
Keyboard dan tangan membentuk
sudut > 15 °

Universitas Indonesia
66

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur

Penambahan skor:
+1: jika deviasi saat mengetik
+1: jika penempatan keyboard terlalu
tinggi dan bahu terangkat
+1: jika menjangkau benda diatas
kepala
+1: jika platform tidak dapat
disesuaikan

Faktor Psikososial
7 Tuntutan di tempat Suatu kondisi yang Pengisian Kuisioner, dengan skala Mengadaptasi 1.Berat (> Mean Data) Interval
kerja menggambarkan likert (4,3,2,1,0) dan dikali 2 dari 2.Ringan (≤ Mean Data)
pekerjaan responden COPSOQ 3
seperti merasa tidak
cukup waktu dalam
mengerjakan tugas,
tidak bisa mengikuti

Universitas Indonesia
67

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
ritme pekerjaan,
diharuskan bekerja
dengan cepat,
bersinggungan dengan
masalah pribadi orang
lain, dan bekerja
dengan emotional
(COPSOQ 2018)
8 Organisasi kerja dan Kondisi yang dialami Pengisian Kuisioner, dengan skala Mengadaptasi 1.Buruk (≤ Mean Data) Interval
konten pekerjaan responden mengenai likert (4,3,2,1,0) dan dikali 2 dari 2.Baik (> Mean Data)
organisasi dan COPSOQ 3
pekerjaan, seperti tidak
memiliki pengaruh
dalam pengambilan
keputusan, tidak bisa
mempelajari hal baru,
tidak bisa
menggunakan
keterampilan/keahlian

Universitas Indonesia
68

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
dalam bekerja, dan
merasa pekerjaan tidak
berarti (COPSOQ
2018)
9 Hubungan Kondisi hubungan Pengisian Kuisioner, dengan skala Mengadaptasi 1.Buruk (≤ Mean Data) Interval
interpersonal dan antara responden likert (4,3,2,1,0) dan dikali 2 dari 2.Baik (> Mean Data)
leadership dengan antar COPSOQ 3
karyawan, juga
hubungan dengan
atasan, seperti tidak
menerima informasi
terkait keputusan
penting, tidak
menerima informasi
terkait pekerjaan, hasil
kerja tidak dihargai,
tujuan pekerjaan tidak
jelas, pekerjaan
bertentangan dengan

Universitas Indonesia
69

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
responden, pekerjaan
dilakukan dengan cara
berbeda dan tidak
sesuai standar, atasan
tidak bagus dalam
perencanaan dan tidak
bisa menyelesaikan
konflik, tidak ada
dukungan atasan dan
rekan kerja, serta
hubungan dengan
rekan kerja tidak baik
(COPSOQ 2018)
10 Stress Gangguan yang Pengisian Kuisioner, dengan skala Mengadaptasi 1.Stress (> Mean Data) Interval
dialami berupa respons likert (4,3,2,1,0) dan dikali 2 dari 2.Tidak Stress (≤ Mean
non-spesifik dari COPSOQ 3 Data)
tubuh, seperti
seringnya mengalami
kesulitan untuk rileks,

Universitas Indonesia
70

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
mudah marah, merasa
tegang otot, sakit
perut, jantung
berdebar, sulit
berkonsentrasi, sulit
berfikir jernih, sulit
mengambil keputuasn,
dan mudah lupa.
(COPSOQ 2018)

Faktor Individu
11 Umur Usia responden saat Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner 1. >median (31 tahun) interval
ini, yang dihitung dari 2.≤median (31 tahun)
tahun lahir hingga
tahun saat penelitian
dilakukan.
12 Jenis kelamin Jenis kelamin Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner 1. Perempuan Nominal
responden (perempuan 2. Laki-laki
atau laki-laki)

Universitas Indonesia
71

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
13 Merokok Kebiasaan yang Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner 1. Merokok Ordinal
dimiliki responden 2.Tidak merokok
menghisap tembakau
atau sejenisnya dengan
menggunakan rokok
atau alat lain
(Saminan 2016 dan
Kurniawan 2013)
14 Aktivitas Kegiatan olahraga Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner 1. Tidak Ordinal
fisik/Olahraga berupa gerakan yang 2. Ya
dilakukan oleh tubuh
dan menghasilkan
pembakaran energi
seperti jogging,
aerobic,dan jalan
cepat, yang dilakukan
rutin minimal satu kali
dalam seminggu
(Kemenkes RI 2015)

Universitas Indonesia
72

No. Variable Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Ukur
15 Indeks masa tubuh Nilai hasil perhitungan Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner 1.Berat badan berlebih Interval
berat badan responden (IMT 25-29,9 dan ≥30)
(dalam kilogram) 2. Normal (IMT <18,5
dibagi dengan tinggi dan 18,5-24,9)
badannya (dalam *)Kurus dikategorikan
meter kuadrat) normal karena tidak
(Depkes RI 2013) berisiko MSS
Berat badan adalah Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner Dalam kilogram (kg) Ratio
berat tubuh responden
Tinggi badan adalah Pengisian kuisioner dan wawancara Kuisioner Dalam centimeter (cm) Ratio
tinggi tubuh responden

Universitas Indonesia
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian


Desain studi dari penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dan bersifat semi-
kuantitatif karena bertujuan menganalisis faktor yang berhubungan dengan keluhan
Musculoskelatal Symptoms (MSS) pada pekerja Office di PT X dan dianalisis dengan univariate
untuk melihat gambaran variable, analisis bivariate untuk melihat hubungan antara variable
independent dengan variable dependent, dan analisis multivariate untuk melihat faktor yang paling
dominan. Penelitian ini dilakukan dengan metode observasi, pengisian kuisioner kepada pekerja
dan wawancara untuk melengkapi data kuisioner yang belum terisi.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian akan dilaksanakan di PT X yang berlokasi yakni di head office (Jakarta) dan back
office Bandara Soekarno Hatta (Bandara dan Cengkareng) dilaksanakan pada bulan Februari-Juni
2019

4.3 Populasi dan Sample Penelitian


Populasi penelitian ini adalah karyawan di gedung head office dan back office Cengkareng dan
Bandara Soekarno Hatta PT X yang menghabiskan waktu kerjanya dalam gedung dan
menggunakan komputer atau berpostur statis berjumlah 138 orang. Sampling untuk responden
untuk penyebaran kuisioner digunakan teknik systematic random sampling. Jumlah sampel secara
keseluruhan ditentukan dengan menggunakan persamaan hipotesis 2 proporsi Lemeshow (1997)
berikut:

(𝑧⊢𝛼⁄2 √2𝑃̅ (1 − 𝑃̅) + 𝑧1−𝛽 √𝑃1 (1 − 𝑃1 ) + 𝑃2 (1 − 𝑃2 )2


𝑛=
(𝑃1 − 𝑃2 )2
Keterangan:
N = Besar sample minimal
𝑧⊢𝛼⁄2 = Derajat kepercayaan/Tingkat kemaknaan= 5% (1,96)

73
Universitas Indonesia
74

𝑧1−𝛽 = Kekuatan Uji = 80% (0,84)


𝑃1 = Proporsi MSS pada kelompok tidak terpajan
𝑃2 = Proporsi MSS pada kelompok terpajan
𝑃̅ = Rata-rata P1 dan P2

Berdasarkan persamaan diatas dan pertimbangan bahwa proporsi MSS dari beberapa penelitian
yang berhubungan, yakni menurut penelitian Efendi (2017) pada karyawan perkantoran dimana
P1= 0,43 P2= 0,75. 𝑃̅= 0,59, maka n= 36. Nilai n merupakan jumlah yang diperkirakan mengalami
keluhan, sehingga untuk mendapatkan sample pada populasi n dikalikan 2, sehingga jumlah
sample minimal adalah 72 dan ditambahkan 10% untuk menghindari drop out responden, sehingga
sample minimal yang diteliti minimal adalah 80 orang.
Kriteria inklusi
1. Staff head office dan back office di Bandara Soekarno Hatta PT X, pengguna komputer yang
bersedia mengikuti penelitian
2. Staff yang memiliki masa kerja minimal 1 tahun
3. Staff yang sedang bekerja di office saat pengambilan data
Kriteria ekslusi
1. Staff yang memiliki riwayat terkilir, patah tulang, dan pergeseran sendi dan masih merasakan
sakit hingga saat penelitian pada area tubuh tersebut
Setelah dilakukan pengambilan data dan seleksi dari kriteria inklusi dan ekslusi maka diperoleh
data 103 orang.

4.4 Pengumpulan Data


4.4.1 Pengumpulan Data Primer
Pada penelitian ini data yang diperoleh berasal dari kuisioner, wawancara dan observasi
yang dilakukan pada karyawan PT X, yang bekerja di head office dan back office Bandara
Soekarno Hatta. Dengan menggunakan intrumen penelitian berupa:
- Kuisioner keluhan MSS dengan NMQ (Nordic Musculoskeletal Questionnaire)
- Lembar observasi ROSA (Rapid Office Strain Assessment) untuk melihat risiko dari
postur kerja karyawan

Universitas Indonesia
75

- Kuisioner faktor psikososial yang diadaptasi dari COPSOQ 3 (The Copenhagen


Psychosocial Questionnaire III)
- Alat ukur tinggi badan dan berat badan
- Kamera

4.5 Pengolahan Data


Data-data yang diperoleh, kemudian diolah, dengan langkah sebagai berikut:
1. Editing, dilakukan pemeriksaan terhadap setiap isian dari kuesioner dengan melihat
kelengkapan pengisian data dan konsistensi dalam mengisi jawaban.
2. Coding , data yang telah terkumpul kemudian dikelompokkan oleh peneliti.
a. Variable Independen (Faktor Fisik)
- Lama kerja, pengkategorian akan dibuat menjadi 2 kategori, untuk > 4 jam
(berisiko) diberi kode 1, ≤ 4 jam (tidak berisiko) diberi kode 2.
- Lama lembur, pengkategorian durasi akan dibuat menjadi 3 kategori, untuk
>3jam/lembur (berisiko) diberi kode 1, 1-3 jam/lembur ( berisiko) diberi kode
2, tidak lembur (tidak berisiko) diberi kode 3.
- Masa kerja, pengkategorian akan dibuat menjadi 3 kategori, untuk >15 tahun
(berisiko) diberi kode 1, 6-15 tahun ( berisiko) diberi kode 2, 1-5 tahun (tidak
berisiko) diberi kode 3.
- Waktu istirahat, pengkategorian durasi akan dibuat menjadi 2 kategori, untuk
> 2 jam/sekali (berisiko) diberi kode 1, ≤ 2 jam/sekali (tidak berisiko) diberi
kode 2
- Postur, dari hasil rosa diperoleh Skor ROSA>5 diberi kode 1, Skor ROSA≤5
diberi kode 2.
b. Variable Independen (Psikososial)
- Tuntutan di tempat kerja, dari hasil kuisioner dengan skala likert 4,3,2,1,0 dan
kemudian nilai diberi pembobotan sebesar 2. Dan membagi menjadi 2 kategori
berat dan ringan dari hasil mean data. Untuk kategori berat diberi kode 1 dan
kategori ringan diberikan kode 2.
- Organisasi kerja dan konten pekerjaan, dari hasil kuisioner dengan skala likert
4,3,2,1,0 dan kemudian nilai diberi pembobotan sebesar 2. Dan membagi

Universitas Indonesia
76

menjadi 2 kategori buruk dan baik dari hasil mean data. Untuk kategori buruk
diberi kode 1 dan kategori baik diberikan kode 2.
- Hubungan interpersonal dan leadership, dari hasil kuisioner dengan skala likert
4,3,2,1,0 dan kemudian nilai diberi pembobotan sebesar 2, pada pertanyaan 15
dan 16 skor dibalik. Dan membagi menjadi 2 kategori buruk dan baik dari hasil
mean data. Untuk kategori buruk diberi kode 1 dan kategori baik diberikan
kode 2.
- Stress dari hasil kuisioner dengan skala likert 4,3,2,1,0 dan kemudian nilai
diberi pembobotan sebesar 2. Dan dibagi menjadi 2 kategori stress dan tidak
stress dari hasil mean data.. Untuk kategori stress diberi kode 1 dan kategori
tidak stress diberikan kode 2.
c. Variable Independen (Faktor Individu)
- Umur, pengkategorian umur akan dilakukan setelah melihat kondisi umur di
sample, pada penelitian ini menggunakan median, kemudian dikategorikan
menjadi 2. Untuk > median diberikan kode 1, dan untuk ≤ median diberi kode
2.
- Jenis Kelamin, menggunakan kode 1 (Perempuan), kode 2 (laki-laki).
- Merokok, menggunakan kode 1 (merokok) dan kode 2 (tidak merokok).
- Aktivitas fisik, menggunakan kode 1 ( untuk yang tidak melakukan aktivitas
fisik), kode 2 (untuk yang melakukan aktivitas fisik rutin).
- IMT menggunakan kode 1 (berat badan berlebih dan obesitas) dan kode 2 (berat
badan normal dan kurus).

d. Variable Dependent – Keluhan MSS menggunakan kode 1 (jika terdapat keluhan


MSS minimal 1 keluhan, dirasakan tidak hanya 12 bulan tapi juga yang dirasakan
dalam 7 hari terakir) dan kode 2 (jika tidak terdapat keluhan MSS).

3. Entry Data, data di input ke SPSS sesuai dengan coding data.


4. Cleaning, data yang sudah di input, dilakukan pengecekan kembali apakah ada data yang
missing, untuk memastikan data terisi semua.

Universitas Indonesia
77

4.6 Analisis Data


Data yang dikumpul kemudian diolah dan dianalisis, dengan analisis univariate, bivariate
dengan menggunakan SPSS.
1. Analisis distribusi frekuensi variabel penelitian
Analisis ini dilakukan pada variabel dependent dan independent, untuk mendapatkan
gambaran variable penelitian yaitu gambaran faktor fisik, faktor psikososial dan faktor
individu, serta gambaran keluhan Musculoskelatal Symptoms pada karyawan head office
dan back office Bandara Soekarno Hatta PT X tahun 2019, yang disajikan dalam bentuk
deskriptif yaitu berupa table, diagram atau grafik, dan teks.

2. Analisis hubungan antar variabel dependen dengan variabel independent


Analisis ini dilakukan untuk menganalisis hubungan antara variabel dependent dan
variable independent yaitu:
- Analisis hubungan antara faktor fisik (lama kerja, lama lembur, masa kerja, waktu
istirahat, postur) dengan keluhan Musculoskelatal Symptoms pada karyawan office di
PT X tahun 2019. Uji yang digunakan adalah chi square untuk 2 x2 dan regresi logistik
untuk 3x2, karena variable independent yakni faktor fisik akan di kategorikan.
Dikarenakan variable yang akan diuji kategori dan kategori maka digunakan uji chi
square dan regresi logistik.
- Analisis hubungan antara faktor Psikososial (tuntutan pekerjaan, organisasi kerja dan
konten pekerjaan; hubungan interpersonal dan leadership; stress) dengan keluhan
Musculoskelatal Symptoms pada karyawan office di PT X tahun 2019. Uji yang
digunakan adalah chi square. Variable independent yakni faktor psikososial akan di
kategorikan, sehingga variable menjadi kategori dengan kategori maka digunakan uji
chi square.
- Analisis hubungan antara faktor individu dengan keluhan Musculoskelatal Symptoms
pada karyawan office di PT X tahun 2019. Analisis dilakukan dengan menggunakan
uji chi square, karena data varibale independent dan dependent diubah menjadi
kategori.

Universitas Indonesia
78

Apabila dalam analisis bivariat dengan table 2 x 2, terdapat sel yang nilai E (Expected)
kurang dari 5, maka yang digunakan adalah Fisher’s Exact Test.
3. Analisis variable independent yang dominan berhubungan dengan variabel dependent
Analisis yang digunakan adalah analisis multivariate. Analisis yang bertujuan untuk
melihat faktor independent mana yang paling berpengaruh pada faktor dependent. Analisis
multivariate menggunakan metode Enter.
- Untuk menjadikan kandidate model multivariate, hasil bivariate dari tahapan analisis
sebelumnya yang memiliki nilai p < 0,25, akan dijadikan model multivariate.
Sedangkan untuk variable yang p>0,25, tetapi memiliki substansi penting, juga
dimasukan kedalam model multivariate.
- Kemudian dilakukan analisis dengan metode Enter, yakni dengan memasukkan
variable yang sudah dipilih sebelumnya secara bersamaan. Variable untuk masuk
dalam model multivariate adalah p ≤ 0,05. Pada tahap ini variable dengan p > 0,05,
akan dikeluarkan dari model mulivariate satu per satu, hingga jadi model multivariate
terakhir.
- Memeriksa adanya interaksi antar variable ke dalam model. Jika p value dari analisis
interaksi < 0,05 maka variable interaksi tersebut dimasukan kedalam model.

4.7 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas Kuisioner Penelitian


4.7.1 Uji Validitas
Validitas adalah kemampuan instrumen dalam mengukur yang ingin diukur dengan akurat
(Stephanie 2016; Riwidikdo, 2009). Validitas konstruk adalah sejauh mana operasionalisasi
instrumen mengukur konsep yang hendak diukur (Thietart et al. 2001). Untuk melakukan uji
validitas, metode yang digunakan yaitu mengukur korelasi antar butir-butir pertanyaan dengan
skor pertanyaan secara menyeluruh. Suatu variable (pertanyaan) dikatakan valid jika skor
pertanyaan berkorelasi secara signifikan dengan skor total. Perhitungan dapat dilakukan dengan
rumus korelasi pearson product moment (Riwidikdo, 2009; Chee 2015; Hastono 2016).
𝑁. ∑ 𝑋. 𝑌 − ∑ 𝑋 . ∑ 𝑌
𝑟=
√[𝑁 ∑ 𝑋 2 − (∑ 𝑋)2 ][𝑁 ∑ 𝑌 2 − (∑ 𝑌)2 ]
r = Koefisien korelasi Pearson
N =Jumlah skor yang dipasangkan

Universitas Indonesia
79

X = skor variabel pertama


Y = skor variabel kedua
XY = hasil dari dua skor yang dipasangkan

Interpretasi data (Riwidikdo, 2009):


- Uji item 1 akan mendapatkan nilai r hitung pada nilai pearson correlatin (SPSS), nilai
n ini dibandingkan dengan r table, dengan 𝛼 = 5 %, jika hasil r hitung > r table artinya
butir tersebut valid atau sahih karena menyatakan adanya korelasi antara skor item
dengan jumlah skor total.
- Cara membaca yang paling mudah adalah dengan melihat nilai signifikasi (p) yang
dibandingkan dengan nilai 𝛼 = 5 %, jika nilai p < 𝛼 , menunjukkan bahwa item tersebut
valid karena memiliki hubungan yang signifikan antara item dengan jumlah skor total
item.
- Biasanya apabila hasil nilai signifikasi p < 0,05 maka pada nilai koefisien korelasi
terdapat tanda bintang (**), yang menunjukkan bahwa hasil pengujian bermakna atau
valid.

4.7.2 Uji Reliabilitas


Reliabilitas adalah suatu ukuran stabilitas atau konsistensi skor intrumen penelitian, atau
dapat dikatakan juga sebagai kemampuan suatu intrumen penelitian untuk menyelidiki sesuatu
serta dapat diulang (Stephanie 2016). Pengujian reliabilitas dapat dilakukan secara ekternal dan
internal yaitu pengujian stability, equivalent, dan gabungan keduanya, serta konsistensi butir-butir
yang ada pada instrumen. Pengujian reliabilitas dapat diukur setelah dilakukan pengujian validitas.
Uji reliabilitas dapat menggunakan model Alpa Cronbach (Riwidikdo 2009; Hastono 2016). Alpa
Cronbach digunakan untuk mengukur keandalan internal suatu instrumen penelitian dengan
beberapa kemungkinan jawaban (Stephanie 2016).

Universitas Indonesia
80

Gambar 17. Klasifikasi cornbach alpha

Pada penelitian Sonne (2011) reability ROSA cukup baik , sehingga instrumen ini dapat
digunakan untuk melihat aspek postur pada pekerja office. Pada penelitian Kahraman (2015) NMQ
memiliki cronbach’s alpha 0.896, sehingga sangat bagus digunakan untuk mengetahui keluhan
Muskuloskeletal, sehingga kuisioner NMQ dapat digunakan pada penelitian ini. Sementara itu,
pada penelitian Pejtesen (2009), hampir semua item dari COPSOQ memiliki cronbach’s alpha
yang lebih dari 0,7, sehingga COPSOQ dapat digunakan untuk melihat aspek psikososial.
Dikarenakan dalam penelitian ini mengadopsi kuisioner COPSOQ maka dilakukan uji reliabilitas
dan validitas kembali, yang dilakukan pada karyawan office dengan jumlah 33 orang.
Berikut ini adalah hasil uji validitas aspek psikososial yaitu tuntutan pekerjaan, organisasi
kerja dan konten pekerjaan; hubungan interpersonal dan leadership; dan stress.
Tabel 4. Hasil Uji Validitas Kuisioner Psikososial

No. Pertanyaan Pearson Correction r-table Kesimpulan


Tuntutan pekerjaan
Pertanyaan 1 0,353 0,3440 Valid
Pertanyaan 2 0,449 0,3440 Valid
Pertanyaan 3 0,706 0,3440 Valid
Pertanyaan 4 0,495 0,3440 Valid
Pertanyaan 5 0,410 0,3440 Valid
Pertanyaan 6 0,423 0,3440 Valid
Organisasi kerja dan konten pekerjaan
Pertanyaan 7 0,377 0,3440 Valid
Pertanyaan 8 0,575 0,3440 Valid
Pertanyaan 9 0,713 0,3440 Valid

Universitas Indonesia
81

Pertanyaan 10 0,640 0,3440 Valid


Hubungan interpersonal dan leadership
Pertanyaan 11 0,430 0,3440 Valid
Pertanyaan 12 0,552 0,3440 Valid
Pertanyaan 13 0,422 0,3440 Valid
Pertanyaan 14 0,663 0,3440 Valid
Pertanyaan 15 0,353 0,3440 Valid
Pertanyaan 16 0,365 0,3440 Valid
Pertanyaan 17 0,502 0,3440 Valid
Pertanyaan 18 0,657 0,3440 Valid
Pertanyaan 19 0,587 0,3440 Valid
Pertanyaan 20 0,563 0,3440 Valid
Pertanyaan 21 0,668 0,3440 Valid
Stress
Pertanyaan 22 0,602 0,3440 Valid
Pertanyaan 23 0,518 0,3440 Valid
Pertanyaan 24 0,515 0,3440 Valid
Pertanyaan 25 0,394 0,3440 Valid
Pertanyaan 26 0,624 0,3440 Valid
Pertanyaan 27 0,387 0,3440 Valid
Pertanyaan 28 0,538 0,3440 Valid
Pertanyaan 29 0,692 0,3440 Valid
Pertanyaan 30 0,615 0,3440 Valid
Pertanyaan 31 0,748 0,3440 Valid
Pertanyaan 32 0,712 0,3440 Valid

Untuk uji relaibilitas kuisioner didapatkan hasil Alpa Cronbach untuk tuntutan pekerjaan
0,728, organisasi kerja dan konten pekerjaan 0, 754, dan hubungan interpersonal dan leadership
0,822, serta stress 0,869. Intrumen akan dikatakan reliabel jika nilai alpa cornbach > 0,6. Oleh
karena itu kuisioner aspek psikososial dapat digunakan.

Universitas Indonesia
BAB V
GAMBARAN PERUSAHAAN

PT X adalah perusahaan patungan yang didirikan pada tanggal 26 Januari 1998 oleh tiga
BUMN, yang bergerak dibidang usaha jasa ground handling dan kegiatan usaha lainnya yang
menunjang usaha penerbangan di bandar udara. Pada awalnya maskapai penerbangan salah satu
BUMN melaksanakan ground handling sendiri, namun mengingat kebutuhan layanan profesional
dan tuntutan hasil kerja yang optimal tanpa mengabaikan unsur keamanan, keselamatan,
kehandalan dan ketepatan waktu, maka perusahaan tersebut menyerahkan kegiatan ground
handling ke pihak lain agar dapat berkonsentrasi pada operasional pesawat udara.
PT X beroperasi di Indonesia dengan alternatif layanan ground handling yang berkualitas
berupa ramp, kargo & pergudangan, penanganan penumpang dan bagasi, operasi penerbangan dan
servis pesawat.
Adapun visi dari perusahaan ini adalah menjadi mitra strategis terkemuka di industri
penerbangan dalam penanganan lapangan dan layanan terkait. dengan misi untuk memberikan
layanan graund handling yang andal dan layanan terkait dalam menciptakan nilai tambah untuk
pelanggan dan pemangku kepentingan lainnya. Adapun nilai budaya perusahaan yang ditanam
oleh PT X dalam melaksanakan kinerjanya dapat terlihat pada gambar berikut:

82
Universitas Indonesia
83

Gambar 18. Gambaran Nilai Budaya Perusahaan

Universitas Indonesia
84

Layanan PT X berkembang dari ground handling ke layanan pergudangan, layanan


perhotelan dan bantuan layanan bandara, serta operasi aviobridge, keamanan penerbangan, flight
approval, ruang tunggu bandara dan pusat pembelajaran. Berikut ini adalah gambaran kinerja PT
X.

Gambar 19. Gambaran Kinerja PT X


Kompleksnya kegiatan PT X mengharuskan perusahaan untuk memprioritaskan aspek
keselamatan penerbangan.

Universitas Indonesia
85

Berikut ini adalah struktur organisasi PT X

Direktur Utama

Direktur Operasi, Direktur Keuangan Direktur SDM &


Teknik,& Komersial & Manajemen Pendukung Bisnis
Risiko

VP VP VP VP VP Ground VP VP VP VP VP VP VP Human
Corp
Internal Corp Safety, Warehouse Handling Operation Maint Financial Treasury Procurement Capital
Secretary Accounting
Auditor Plan & Security & Logistic & Services & Eng Analysis
IT & Ancillary Service & Risk
Support Quality Commerci s Mgt
Assuran al Services
ce

Universitas Indonesia
BAB VI
HASIL PENELITIAN

6.1 Gambaran Umum Karyawan Office PT X Tahun 2019

Penelitian ini dilakukan di PT X dengan gambaran responden seperti dibawah ini (Tabel 5).
Penelitian dilakukan pada unit-unit di PT X yang ada di kantor pusat, kantor cabang cengkareng,
dan office yang ada di Bandara Soekarno Hatta, ada 28 unit yang dijabarkan pada Tabel 5.

Tabel 5. Karakteristik Responden PT X Tahun 2019

Unit Frekuensi

Account Receivable (AR) 2


Accounting 3
Admin, Compensation & Benefit 8
Airside Services 3
Ancillary Design & Commercial Services 7
Budgeting 4
Cash Management 3
Corp Culture & Internal Communication 1
Costumer & Business Relation 2
Engineering 2
Financial & Mgm Report 2
Financial Auditor 2
GA 5
Gapura Operation Control System (GOCS) 8
HRD 8
IT Support 1
Landside Services 3
Legal 2
MOE 6

86
Universitas Indonesia
87

Operation Auditor 1
Planing & Development 4
Purchasing 3
Quality & Standardization 4
Safety 3
Sekretaris Direktur 3
Strategic Planning 2
Training 9
Treasure 2
Total 103

Jumlah karyawan PT X yang berpartisipasi dalam penelitian ini adalah 103 orang. Adapun
beberapa unit yang mengikuti penelitian pada office Bandara Soekarno Hatta adalah MOE dan
Gapura Operation Control System (GOCS). Pada kantor cabang cengkareng, yang masuk pada
penelitian ini adalah HRD (8 karyawan), GA (2 karyawan), Treasure (2 karyawan), dan
Accounting (3 karyawan). Sementara itu, pada kantor pusat, unit yang berpartisipasi adalah
Account Receivable (AR) (2 karyawan), Admin Compensation & Benefit (8 Karyawan), Airside
Services (3 Karyawan), Ancillary Design & Commercial Services (7 Karyawan), Budgeting (4
Karyawan), Cash Management (3 Karyawan), Corp Culture & Internal Communication (1
Karyawan), Costumer & Business Relation (2 Karyawan), Engineering (2 Karyawan), Financial
& Management Report (2 Karyawan), Financial Auditor (2 Karyawan), GA (5 Karyawan), IT
Support (1 Karyawan), Landside Services (3 Karyawan), Legal (2 Karyawan), Operation Auditor
(1 Karyawan), Planning & Development (4 Karyawan), Purchasing (3 Karyawan), Quality &
Standardization, Safety (4 Karyawan), Sekretaris Direktur (3 Karyawan), Strategic Planning (2
Karyawan), dan Training (9 Karyawan).

Universitas Indonesia
88

6.2 Distribusi Frekuensi Variabel Penelitian


6.2.1 Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS)

Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) yang dirasakan karyawan PT X dibagi


berdasarkan 12 bulan terakhir dan 7 hari terakhir, keluhan ini diperoleh melalui Nordic
Musculoskelatal Qoestionnaire.

Tabel 6. Distribusi Frekuensi Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) berdasarkan


Bagian Tubuh dalam 12 Bulan Terakhir di PT X Tahun 2019

Keluhan Musculoskelatal Jumlah Persentase


Symptoms (MSS) (N) (%)

Leher 52 50,5 %
Bahu Kanan 49 47,6 %
Kiri 36 35 %
Punggung Atas 31 30,1 %
Siku Kanan 8 7,8 %
Kiri 6 5,8 %
Punggung Bawah 49 47,6 %
Pergelangan Tangan Kanan 23 22,3 %
Kiri 10 9,7 %
Pinggul/Paha/Bokong Kanan 27 26,2%
Kiri 26 25,2 %
Lutut Kanan 15 14,6%
Kiri 16 15,5 %
Pergelangan Kaki Kanan 19 18,4 %
Kiri 19 18,4 %

Hasil penelitian (Tabel 6) yang diolah berdasarkan data yang tercantum dalam lampiran,
menujukkan bahwa distribusi frekuensi keluhan MSS yang dirasakan karyawan PT X dalam 12
bulan terakhir menunjukkan bahwa keluhan yang paling banyak dirasakan karyawan PT X adalah
keluhan pada leher yaitu sebanyak 52 orang, diikuti dengan keluhan pada bahu kanan sebanyak 49

Universitas Indonesia
89

orang, serta punggung bawah sebanyak 49 orang. Sementara itu, keluhan terendah dirasakan pada
bagian siku kiri sebanyak 6 orang.

Tabel 7. Distribusi Frekuensi Keluhan yang Mempengaruhi Pekerjaan berdasarkan


Bagian Tubuh di PT X Tahun 2019

Keluhan Jumlah (N) Persentase


Musculoskelatal (%)
Symptoms (MSS)
Leher 12 11,7 %
Bahu 16 15,5 %
Punggung Atas 9 8,7 %
Siku 2 1,9 %
Punggung Bawah 16 15,5 %
Pergelangan Tangan 2 1,9 %
Pinggul/Paha/Bokong 12 11,7 %
Lutut 6 5,8 %
Pergelangan Kaki 7 6,8 %

Hasil penelitian (Tabel 7) yang diolah berdasarkan data yang tercantum dalam lampiran,
diperoleh distribusi frekuensi keluhan MSS yang dirasakan karyawan PT X dan mengganggu
pekerjaan yaitu paling banyak dirasakan karyawan PT X pada bagian bahu dan punggung bawah
sebanyak masing-masing 16 orang, diikuti pada bagian leher dan pinggul.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Keluhan yang Mendapatkan Pengobatan/terapi di PT X


Tahun 2019

Keluhan Jumlah (N) Persentase


Musculoskelatal (%)
Symptoms (MSS)
Leher 19 18,4 %
Bahu 25 24,3 %
Punggung Atas 9 8,7 %
Siku 2 1,9 %
Punggung Bawah 17 16,5 %

Universitas Indonesia
90

Pergelangan Tangan 5 4,9 %


Pinggul/Paha/Bokong 11 10,7 %
Lutut 8 7,8 %
Pergelangan Kaki 7 6,8 %

Data penelitian yang tercantum dalam lampiran, diperoleh hasil (Tabel 8) distribusi
frekuensi keluhan MSS yang dirasakan karyawan PT X dan mendapatkan pengobatan atau terapi
yaitu paling banyak dirasakan karyawan PT X pada bagian bahu sebanyak masing-masing 25
orang, dan pada bagian leher sebanyak 19 orang dan bagian punggung bawah sebanyak 17 orang.

14
12
12 11
1010 1010
10 9 9
Jumlah

8 7
6 6
6 5 5 5 5 5
4 4
4 3 3 3 3
2
2 1 1 1 1 1
0 0
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Level keluhan

Leher Bahu Punggung bawah

Gambar 20. Level Keluhan MSS Berdasarkan Bagian Tubuh dengan Keluhan Terbanyak

Data penelitian yang tercantum dalam lampiran, diperoleh hasil (Gambar 20) gambaran
level keluhan MSS pada bagian tubuh, yang apabila rasa nyeri tersebut digambarkan dalam bentuk
angka oleh karyawan. Adapun level keluhan yang ditampilkan adalah level keluhan yang memiliki
persentase terbanyak diantara karyawan, yaitu pada leher, bahu, dan punggung bawah. Level rasa
sakit pada bagian leher, paling banyak berada di level 4. Sementara itu, pada bahu paling banyak
dilevel 3 dan 5, sedangkan pada punggung bawah, paling banyak di level 3.

Universitas Indonesia
91

Tabel 9. Distribusi Frekuensi Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dalam 7 hari


terakhir di PT X Tahun 2019

Keluhan Jumlah (N) Persentase (%)


Musculoskelatal
Symptoms (MSS)
Ada Keluhan 55 53,4 %
Tidak Ada Keluhan 48 46,6 %
Total 103 100 %

Keluhan MSS yang dirasakan karyawan PT X dalam tujuh hari terakhir yang dilihat secara
umum dari setiap individu dengan minimal satu keluhan, maka diperoleh hasil yang dapat dilihat
pada Tabel 9. Karyawan yang mengeluhkan nyeri, sakit, tidak nyaman, kram sebanyak 55 orang
(53,4%), sedangkan karyawan yang tidak merasakan sebanyak 48 orang (46,6 %). Adapun
gambaran keluhan setiap bagian tubuh secara rinci pada karyawan yang merasakan keluhan MSS
dapat dilihat melalui Tabel 10. Data yang lebih rinci dapat dilihat di lampiran.

Tabel 10. Distribusi Frekuensi Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) berdasarkan


Bagian Tubuh dalam 7 hari Terakhir di PT X Tahun 2019

Keluhan Jumlah (N) Persentase (%)


Musculoskelatal
Symptoms (MSS)
Leher 27 26,2 %
Bahu 26 25,2 %
Punggung Atas 16 15,5 %
Siku 5 4,9 %
Punggung Bawah 25 24,3 %
Pergelangan Tangan 9 8,7 %
Pinggul/Paha/Bokong 16 15,5 %
Lutut 11 10,7 %
Pergelangan Kaki 14 13,6 %

Gambaran distribusi frekuensi keluhan MSS dalam tujuh hari terakhir yang dilihat
perbagian tubuh (Tabel 10), menunjukkan bahwa keluhan yang paling tinggi terdapat pada leher

Universitas Indonesia
92

yaitu 26 orang (26,2 %), diikuti dengan keluhan pada Bahu sebanyak 26 orang (25,2 %), dan
punggung bawah 25 orang (24,3 %).

6.2.2 Lama Kerja


Tabel 11. Distribusi Frekuensi Menurut Lama Kerja di PT X Tahun 2019

Lama Kerja Jumlah (N) Persentase (%)


> 4 Jam 97 94,2 %
≤ 4 jam 6 5,8 %
Total 103 100 %

Lama kerja dinilai sebagai jumlah waktu karyawan menggunakan komputer dalam satu
hari. Hasil penelitian (Tabel 11) menunjukkan bahwa mayoritas karyawan PT X menggunakan
komputer lebih dari 4 jam setiap harinya. Karyawan yang bekerja lebih dari 4 jam sehari yaitu
berjumlah 97 orang (94,2 %), sedangkan yang kurang dari 4 jam berjumlah 6 orang (5,8 %). Data
yang lebih rinci dapat dilihat di lampiran.

6.2.3 Lama Lembur


Tabel 12. Distribusi Frekuensi Menurut Lembur di PT X tahun 2019

Lama Kerja Jumlah (N) Persentase (%)


Lembur 43 41,7 %
Tidak lembur 60 58,3 %
Total 103 100 %
Lembur dilihat sebagai jumlah waktu tambahan bagi karyawan menggunakan komputer.
Dari hasil (Tabel 12) karyawan yang biasa melakukan lembur terdapat sebanyak 43 karyawan
(41,7 %). Sementara itu, karyawan yang tidak melakukan lembur sebanyak 60 karyawan (58,3 %).
Adapun rincian lamanya karyawan yang lembur dapat dilihat di Tabel 13. Untuk data yang lebih
rinci dapat dilihat di lampiran.

Universitas Indonesia
93

Tabel 13. Distribusi Frekuensi Menurut Lama Lembur di PT X Tahun 2019

Lama Kerja Jumlah (N) Persentase (%)


>3jam/lembur 12 11,7 %
1-3 jam/lembur 31 30,1 %
Tidak lembur 60 58,3 %
Total 103 100 %

Pada variabel lama lembur dibagi tidak lembur dan lembur, namun untuk lembur nilai
dibagi dua dengan batasan median dan mean sebesar 3. Lama lembur dilihat dari waktu tambahan
yang digunakan karyawan bekerja menggunakan komputer setelah jam kerja normal. Dari hasil
penelitian (Tabel 13), karyawan yang tidak lembur yaitu 60 orang (58,3 %), karyawan yang lembur
dengan waktu 1- 3 jam sebanyak 31 orang (30,1 %) dan yang lebih dari 3 jam sebanyak 12 orang
(11,7 %).

6.2.4 Masa Kerja


Tabel 14. Distribusi Frekuensi Menurut Masa Kerja di PT X Tahun 2019

Masa Kerja Jumlah (N) Persentase


(%)
>15 tahun 13 12,6 %
6-15 tahun 40 38,8 %
1-5 tahun 50 48,5 %
Total 103 100 %
Pada variabel masa kerja dilihat dari total waktu karyawan bekerja di PT X. Untuk data
sebelum dikategorikan dapat dilihat dilampiran. Dari hasil penelitian (Tabel 14), karyawan yang
sudah bekerja 1 sampai 5 tahun berjumlah 50 orang (48,5 %), karyawan yang bekerja 6-15 tahun
berjumlah 40 orang (38,8 %) dan yang bekerja lebih dari 5 tahun yaitu 13 orang (12,6 %).

Universitas Indonesia
94

6.2.5 Waktu Istirahat


Tabel 15. Distribusi Frekuensi Menurut Waktu Istirahat di PT X Tahun 2019

Waktu istirahat Jumlah (N) Persentase


(%)
> 2 jam/sekali 70 68 %
≤ 2 jam/sekali 33 32 %
Total 103 100 %

Hasil penelitian (Tabel 15) menunjukkan bahwa karyawan PT X melakukan istirahat


kurang dari 2 jam sekali adalah 33 (32 %) orang, sedangkan yang lebih dari 2 jam adalah 70 orang
(68 %). Karyawan yang mengistirahatkan otot-ototnya lebih dari 2 jam di kategorikan berisiko
munculnya keluhan. Adapun data rinci sebelum dikategorikan dapat dilihat dilampiran.

6.2.6 Postur
Tabel 16. Distribusi Frekuensi Menurut Postur di PT X Tahun 2019

Postur Jumlah (N) Persentase


(%)
Berisiko 84 81,6 %
Tidak Berisiko 19 18,4 %
Total 103 100 %

Postur kerja karyawan dinilai dengan menggunakan ROSA. ROSA menilai interaksi antara
karyawan dengan statiun kerjanya. Skor ROSA yang lebih dari 5 dinilai sebagai postur yang
berisiko. Hasil ROSA yang lebih rinci sebelum dikategorikan dapat dilihat di lampiran. Hasil
penelitian (Tabel 16) karyawan PT X yang tidak berisiko adalah 19 orang (18,4 %), sedangkan
yang berisiko adalah 84 orang (81,6 %). Ini menujukkan bahwa perlu dilakukan investigasi lebih
lanjut..

Universitas Indonesia
95

Tabel 17. Postur kerja karyawan PT X


Postur Kerja Karyawan Penilaian ROSA Tingkat Risiko
Section A: Kursi Total Skor
ROSA = 5
1. Posisi lutut kurang
dari 90° Skor ≤ 5 Artinya
2. Seat Pan Dept : rata- Tidak Berisiko
1
rata jarak lutut
dengan pinggir kursi

4
3 inchi
2
3. Arm rest terlalu
rendah, sehingga
siku tidak bisa
3
ditopang dan arm
rest tidak bisa di
adjustable
4. Sandaran punggung
memadai menopang
seluruh bagian, area
kerja tinggi pundak
sedikit terangkat

Universitas Indonesia
96

Durasi: lebih dari 4


jam/hari

Skor Section A= 5
Section B: Monitor dan
5
Telepon
6
5. Posisi monitor
sejajar mata
6. Tidak ada dokumen
holder

Durasi menggunakan
monitor: lebih dari 4
jam/hari

7. Menggunakan
telepon dengan satu
tangan, rata-rata
menggunakan
telepon 1-2

Universitas Indonesia
97

Skor Section B= 2

Section C: Mouse dan


Keyboard

8. Penggunaan mouse
8
sejajar bahu
9. Menggunakan
keyboard dengan
9
posisi tangan yang
lurus, pundak
terangkat karena

Universitas Indonesia
98

posisi keyboard
lebih tinggi, tidak
bisa di adjustable

Durasi menggunakan
monitor: lebih dari 4
jam/hari

Skor Section C= 4

Universitas Indonesia
99

2 2

√ √ √

+1 3
2
1

√ √

1
3
0 2

√ √ √

+1 2
2
3

√ √ √ √ √

5 +1 4
+1 4
4
5 2 5
4

Universitas Indonesia
100

4+1=5 2 4

Universitas Indonesia
101

6.2.7 Tuntutan Pekerjaan


Tabel 18. Distribusi Frekuensi Menurut Tuntutan Pekerjaan di PT X Tahun 2019

Tuntutan Pekerjaan Jumlah (N) Persentase


(%)
Berat (>3,42) 46 44,7
Ringan (≤3,42) 57 55,3
Total 103 100 %

Tuntutan pekerjaan dibagi berdasarkan kategori berat dan ringan berdasarkan rata-rata
skor. Data skor sebelum dikategorikan dapat dilihat dilampiran. Hasil skor yang lebih dari 3,42
diartikan bahwa karyawan memiliki tuntutan yang berat, sedangkan skor yang kurang dari 3,42
diartikan karyawan memiliki tuntutan yang ringan. Dari hasil penelitian (Tabel 18) karyawan
dengan tuntutan pekerjaan dikategorikan ringan sebanyak 57 orang (55,3 %). Sementara itu,
karyawan dengan tuntutan pekerjaan berat adalah 46 orang (44,7%)

6.2.8 Organisasi kerja dan konten pekerjaan


Tabel 19. Distribusi Frekuensi Menurut Organisasi kerja & konten pekerjaan di PT X
Tahun 2019

Organisasi kerja & Jumlah (N) Persentase


konten pekerjaan (%)
Buruk (<5,3) 52 50,5 %
Baik (≥5,3) 51 49,5 %
Total 103 100 %

Organisasi kerja dan konten pekerjaan juga dibagi berdasarkan rata-rata dari total
skor.Untuk melihat data skor sebelum dikategorikan dapat dilihat dilampiran. Organisasi kerja dan
konten pekerjaan kategorikan buruk jika skor kurang dari 5,3, sedangkan yang dikategorikan baik
adalah skor lebih dari 5,3. Dari hasil penelitian (Tabel 19) menunjukkan bahwa karyawan yang
menyatakan organisasi kerja dan konten pekerjaannya baik adalah 51 orang (49,5 %) dan yang
menyatakan organisasi kerja dan konten pekerjaannya buruk adalah 52 orang (50,5 %).

Universitas Indonesia
102

6.2.9 Hubungan interpersonal & leadership


Tabel 20. Distribusi Frekuensi Menurut Hubungan interpersonal & leadership di PT X
Tahun 2019
Hubungan Jumlah (N) Persentase
interpersonal & (%)
leadership
Buruk (<5,53) 54 52,4 %
Baik (≥5,53) 49 47,6 %
Total 103 100 %
Kategori hubungan interpersonal & leadership dinilai berdasarkan rata-rata dari total skor.
Data skor sebelum dikategorikan dapat dilihat dilampiran. Hubungan interpersonal & leadership
kategorikan buruk jika skor kurang dari 5,53, sedangkan yang dikategorikan baik adalah skor lebih
dari 5,53. Dari hasil penelitian (Tabel 20) karyawan yang menyatakan hubungan interpersonal &
leadership baik adalah 49 orang (47,6 %) dan yang menyatakan organisasi kerja dan konten
pekerjaannya buruk adalah 54 orang (52,4 %).

6.2.10 Stress
Tabel 21. Distribusi Frekuensi Menurut Stress di PT X Tahun 2019

Stress Jumlah (N) Persentase


(%)
Stress (>2,91) 53 51,5 %
Tidak Stress (≤2,91) 50 48,5 %
Total 103 100 %

Stress dibagi menjadi dua kategori yaitu stress dan tidak stress berdasarkan rata-rata skor
pertanyaan mengenai gejala yang dirasakan karyawan. Rincian skor sebelum dikategorikan dapat
dilihat dilampiran. Hasil skor yang lebih dari 2,91 diartikan sebagai stress, sedangkan skor yang
kurang dari 2,91 diartikan tidak stress. Dari hasil penelitian (Tabel 21) karyawan yang
dikategorikan stress sebanyak 53 orang (51,5 %). Sementara itu, karyawan dengan kategori tidak
stress adalah 50 orang (48,5 %)

Universitas Indonesia
103

6.2.11 Umur
Tabel 22. Distribusi Frekuensi Menurut Umur di PT X Tahun 2019

Umur Jumlah (N) Persentase


(%)
>31 Tahun 45 43,7 %
≤ 31 Tahun 58 56,3 %
Total 103 100%

Pada variabel umur dibagi menjadi dua kategori dengan pembagian berdasarkan nilai
median, dikarenakan jumlah umur yang lebih muda jauh lebih banyak. Untuk melihat variabel
umur secara rinci dapat dilihat di lampiran. Hasil penelitian (Tabel 22), karyawan PT X memiliki
karyawan berumur kurang dari 31 tahun sebanyak 58 orang (56,3 %). Karyawan dengan umur
lebih dari 31 tahun berjumlah 45 orang (43,7 %).

6.2.12 Jenis Kelamin


Tabel 23. Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin di PT X Tahun 2019

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase


(%)
Perempuan 48 46,6%
Laki-Laki 55 53,4%
Total 103 100%

Dari hasil penelitian (Tabel 23) jumlah karyawan perempuan dan laki-laki memiliki jumlah
yang hampir sama. Karyawan perempuan di PT X berjumlah 48 orang (46,6 %). Sementara itu,
karyawan laki-laki di PT X berjumlah 55 orang (53,4 %). Adapun data variabel jenis kelamin
secara rinci dapat dilihat di lampiran.

6.2.13 Merokok
Tabel 24. Distribusi Frekuensi Menurut Merokok di PT X Tahun 2019

Merokok Jumlah (N) Persentase


(%)
Ya 13 12,6 %

Universitas Indonesia
104

Tidak 90 87,4 %
Total 103 100%

Hasil penelitian (Tabel 24) menjukkan bahwa karyawan PT X yang merokok adalah 13
orang (12,6 %). Akan tetapi, karyawan yang tidak merokok adalah 90 orang (87,4 %). Untuk
melihat data variabel merokok secara rinci dapat dilihat di lampiran.

6.2.14 Aktivitas fisik


Tabel 25. Distribusi Frekuensi Menurut Aktivitas Fisik di PT X Tahun 2019

Aktivitas fisik Jumlah (N) Persentase


(%)
Tidak 37 35,9 %
Ya 66 64,1 %
Total 103 100%

Data rinci terkait aktivitas fisik dapat dilihat dilampiran. Dari hasil penelitian (Tabel 25)
distribusi frekuensi karyawan yang karyawan yang tidak melakukan aktivitas fisik rutin setiap
minggu adalah 37 orang (35,9 %). Sementara itu, karyawan yang melakukan aktivitas fisik adalah
37 orang (35,9 %).

6.2.15 Indeks Masa Tubuh


Tabel 26. Distribusi Frekuensi Menurut Indeks Massa Tubuh di PT X Tahun 2019

Indeks Masa Tubuh Jumlah (N) Persentase


(%)
Berat badan berlebih, 39 37,9 %
Obesitas
Normal, Kurus 64 62,1%
Total 103 100%
Hasil penelitian (Tabel 26) menunjukkan distribusi frekuensi karyawan dengan berat badan
berlebih dan obesitas adalah 39 orang (37,9 %). Karyawan PT X dengan berat badan normal dan

Universitas Indonesia
105

kurus sebanyak 64 orang (62,1 %). Untuk mengetahui rincian IMT dari setiap responden dapat
dilihat di lampiran.

6.3 Hubungan Antara Variabel Dependen dengan Variabel Independen


Tabel 27. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Durasi di
PT X Tahun 2019

Durasi Kerja Musculoskelatal Symptoms (MSS)


Ada Keluhan Tidak Ada Total OR (95% CI) P
Keluhan value
N % N % N %
Lama Kerja 1
>4jam/hari 52 53,6 % 45 46,4 % 97 100 % 1,156 (0,222-6,013)
≤4jam/hari 3 50 % 3 50 % 6 100 %

Lama Lembur 0,819


>3jam
1-3jam 6 50 % 6 50 % 12 100 % 1,069 (0,309-3,693)
Tidak lembur 18 58,1% 13 41,9 % 31 100% 0,772 (0,322-1,852)
31 51,7 % 29 48,3 % 60 100 %
Masa Kerja 0,012
>15 tahun 3 23,1 % 10 76,9 % 13 100 % 6,471 (1,569-26,68)
6-15 tahun 19 47,5 % 21 52,5 % 40 100% 2,146 (0,914-5,034)
1-5 tahun 33 66 % 17 34 % 50 100%
Waktu 0,959
istirahat
>2jam/sekali 38 54,3 % 32 45,7 % 70 100 % 1,118 (0,488-2,560)
≤2jam/sekali 17 51,5 % 16 48,5 % 33 100 %

Hasil penelitian (Tabel 27) hubungan antara keluhan MSS dengan lama kerja diperoleh
bahwa ada 52 orang (53,6 %) karyawan yang memiliki keluhan MSS dan bekerja lebih dari 4 jam
sehari. Sementara itu, karyawan yang memiliki keluhan MSS dan bekerja kurang dari 4 jam sehari
sebanyak 3 orang (50 %). Hasil uji chi square diperoleh p value=1 (>0,05) artinya bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan lama kerja. Dari hasil uji diperoleh OR
dengan CI yaitu 0,222-6,013, yang terdapat nilai 1 pada rentang nilai, sehingga juga dapat diartikan
bahwa sample penelitian tidak cukup bukti untuk membuktikan ada hubungan.

Universitas Indonesia
106

Hasil uji regresi logistik (Tabel 27) untuk melihat hubungan antara keluhan MSS dengan
lama lembur, didapatkan hasil bahwa karyawan yang memiliki keluhan MSS dan lembur lebih dari
3 jam adalah 6 orang (50 %). Karyawan yang memiliki keluhan MSS dan lembur 1- 3 jam adalah
18 orang (58,1 %). Karyawan yang memiliki keluhan MSS dan tidak lembur adalah 31 orang
(51,7%). Hasil uji diperoleh p value=0,819 (> 0,05), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang
signifikan antara keluhan MSS dengan lama lembur.
Hasil penelitian (Tabel 27) hubungan keluhan MSS dengan masa kerja diperoleh bahwa
karyawan bekerja lebih dari 15 tahun dengan keluhan adalah 3 orang (23,1 %), sedangkan
karyawan dengan masa kerja 6-15 tahun dengan keluhan adalah 19 orang (47,5 %) dan karyawan
dengan masa kerja 1-5 tahun dengan keluhan sebanyak 33 orang (66 %). Hasil uji regresi logistik
diperoleh p value=0,012 (< 0,05), menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
keluhan MSS dengan masa kerja. Dari hasil penelitian juga diperoleh nilai OR 1= 6,471 yang
artinya adalah karyawan yang bekerja lebih dari 15 tahun berisiko 6,471 kali untuk mengalami
keluhan MSS dibandingkan yang bekerja 1- 5 tahun. Selain itu, nilai OR 2= 2,146, artinya
karyawan yang bekerja 6-15 tahun berisiko 2,146 kali untuk mengalami keluhan MSS
dibandingkan yang bekerja 1- 5 tahun.
Hasil uji chi square yang terdapat pada Tabel 27 yaitu hubungan antara keluhan MSS
dengan waktu istirahat menjukkan bahwa karyawan yang memiliki keluhan dan beistirahat setiap
lebih dari 2 jam sekali adalah 38 orang (54,3 %). Sementara itu, karyawan yang memiliki keluhan
MSS dan beristirahat kurang dari 2 jam sekali adalah 17 orang (51,5 %). Hasil uji chi square yaitu
p value=0,959 (> 0,05), menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keluhan
MSS dengan waktu istirahat karyawan. Selain itu, juga memiliki nilai OR dengan CI adalah 0,488-
2,560, yang terdapat nilai 1 pada rentang nilai CI, sehingga juga dapat dikatakan bahwa sample
penelitian tidak cukup untuk membuktikan ada hubungan pada penelitian ini.

Tabel 28. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Postur
Kerja di PT X Tahun 2019

Postur Kerja Musculoskelatal Symptoms (MSS)


Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Total OR (95% CI) P value
N % N % N %
Berisiko 53 63,1 % 31 36 % 84 100% 14,53 0,000
(>5) (3,14-67,16)

Universitas Indonesia
107

Tidak Berisiko 2 10,5 % 17 89,5 % 19 100%


(≤5)
Jumlah 55 53,4 % 48 46,6 % 103 100%

Hasil uji hubungan antara keluhan MSS dengan postur (Tabel 28) menunjukkan bahwa
karyawan yang memiliki keluhan dan berpostur berisiko ada sebanyak 53 orang (63,1 %),
sedangkan karyawan dengan keluhan MSS dan berpostur tidak berisiko ada 2 orang (10,5 %).
Hasil uji chi square diperoleh nilai p value= 0,000 (<0,05), artinya adalah ada hubungan yang
signifikan antara keluhan MSS dengan postur. Dari hasil uji juga diperoleh nilai OR=14,53, yang
artinya adalah karyawan yang berpostur berisiko dalam bekerja akan berisiko 14,53 kali
mengalami keluhan MSS dibandingkan karyawan berpostur tidak berisiko.

Tabel 29. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Tuntutan
Pekerjaan di PT X Tahun 2019

Tuntutan Musculoskelatal Symptoms (MSS)


Pekerjaan Ada Keluhan Tidak Ada Total OR (95% CI) P value
Keluhan
N % N % N %
Berat 28 60,9 % 18 39,1 % 46 100% 1,728 0,243
(>3,4) (0,786-3,801)
Ringan 27 47,4 % 30 52,6 % 57 100%
(≤3,4)
Jumlah 55 53,4 % 48 46,6 % 103 100%

Hasil yang diperoleh dalam penelitian (Tabel 29) untuk melihat hubungan antara keluhan
MSS dengan tututan pekerjaan, didapatkan hasil bahwa karyawan dengan keluhan MSS dan
tuntutan pekerjaan berat adalah 28 orang (60,9 %). Karyawan dengan keluhan MSS dan tuntutan
pekerjaan rendah adalah 27 orang (47,4 %). Dari hasil uji chi square diperoleh hasil p value=0,243
(> 0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan tuntutan
pekerjaan. Dari hasil uji juga diperoleh nilai OR serta CI yaitu 0,786-3,801 yang terdapat nilai 1
pada rentang tersebut, sehingga juga dapat dikatakan bahwa sample penelitian tidak cukup bukti
untuk membuktikan ada hubungan pada penelitian ini.

Universitas Indonesia
108

Tabel 30. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Organisasi
kerja & konten pekerjaan di PT X Tahun 2019

Organisasi Musculoskelatal Symptoms (MSS)


kerja & Ada Keluhan Tidak Ada Total OR (95% CI) P
konten Keluhan value
pekerjaan N % N % N %
Buruk 26 50 % 26 50 % 52 100% 0,759 (0,349- 0,617
(<5,3) 1,649)
Baik 29 56,9 % 22 43,1 % 51 100%
(≥5,3)
Jumlah 55 53,4 % 48 46,6 % 103 100%

Hasil penelitian (Tabel 30) mengenai hubungan keluhan MSS dengan organisasi kerja &
konten pekerjaan, diperoleh karyawan dengan keluhan MSS dan kondisi organisasi kerja & konten
pekerjaan buruk adalah 26 orang (50 %). Sementara itu, karyawan dengan keluhan MSS dan
kondisi organisasi kerja & konten pekerjaan yang baik yaitu 29 orang (56,9 %). Dari hasil uji
hubungan yaitu menggunakan chi square diperoleh hasil p value=0,617 (> 0,05), artinya tidak ada
hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan organisasi kerja & konten pekerjaan. Dari
hasil tersebut juga diperoleh nilai OR dengan CI yaitu 0,349-1,649, yang artinya terdapat nilai 1
pada rentang tersebut, sehingga sample penelitian tidak cukup bukti untuk membuktikan ada
hubungan pada penelitian ini.

Tabel 31. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Hubungan
interpersonal & leadership di PT X Tahun 2019

Hubungan Musculoskelatal Symptoms (MSS)


interpersonal & Ada Keluhan Tidak Ada Total OR (95% CI) P
leadership Keluhan value
N % N % N %
Buruk 32 59,3 % 22 40,7 % 54 100% 1,644 0,292
(<5,53) (0,753-3,589)
Baik 23 46,9 % 26 53,1 % 49 100%
(≥5,53)
Jumlah 55 53,4 % 48 46,6 % 103 100%

Hasil uji hubungan antara keluhan MSS dengan hubungan interpersonal & leadership
(Tabel 31), menunjukkan bahwa karyawan dengan keluhan MSS dan mengalami hubungan
interpesonal & leadership buruk adalah 32 orang (59,3 %). Selain itu, karyawan dengan keluhan

Universitas Indonesia
109

MSS dan hubungan interpesonal & leadership baik adalah 23 orang (46,9 %). Dari hasil uji
hubungan dengan chi square, diperoleh hasil p value=0,292 (> 0,05), artinya tidak ada hubungan
yang signifikan antara keluhan MSS dengan hubungan interpersonal & leadership. Selain itu, nilai
OR juga CI yang dihasilkan dalam penelitian adalah 0,753-3,589, dimana terdapat nilai 1 pada
rentang tersebut, sehingga sample penelitian tidak cukup bukti untuk membuktikan ada hubungan
pada penelitian ini

Tabel 32. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Stress di
PT X Tahun 2019

Stress Musculoskelatal Symptoms (MSS)


Ada Keluhan Tidak Ada Total OR (95% CI) P
Keluhan value
N % N % N %
Stress 38 71,7 % 15 28,3 % 53 100% 4,918 0,000
(>2,91) (2,131 -11,350)
Tidak Stress 17 34 % 33 66 % 50 100%
(≤2,91)
Jumlah 55 53,4 % 48 46,6 % 103 100%

Hasil yang diperoleh dalam penelitian (Tabel 32) hubungan keluhan MSS dengan stess,
diperoleh hasil yaitu karyawan dengan keluhan MSS dan stress sebanyak 38 orang (71,7 %) dan
karyawan dengan keluhan MSS dan tidak stress yaitu 17 orang (34 %). Dari hasil uji statistik
menggunakan chi square diperoleh hasil p value=0,000 (< 0,05) artinya adalah ada hubungan yang
signifikan antara keluhan MSS dengan stress. Dari hasil uji juga diperoleh nilai OR= 4,918, yang
artinya adalah karyawan yang mengalami stress berisiko 4,918 kali untuk mengalami keluhan MSS
dibandingkan karyawan yang tidak stress.

Tabel 33. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Umur di
PT X Tahun 2019

Umur Musculoskelatal Symptoms (MSS)


Ada Keluhan Tidak Ada Total OR (95% CI) P value
Keluhan
N % N % N %
>31Tahun 18 40 % 27 60 % 45 100% 0,378 0,028
(0,170-0,843)
≤31 Tahun 37 63,8% 21 36,2 % 58 100%
Jumlah 55 53,4 % 48 46,6 % 103 100%

Universitas Indonesia
110

Hasil penelitian (Tabel 33) menunjukkan bahwa karyawan yang memiliki keluhan MSS
dan berumur lebih dari 31 tahun yaitu 18 orang (40 %). Selain itu, karyawan dengan keluhan MSS
dan berumur kurang dari 31 tahun adalah 37 orang (63,8 %). Hasil uji hubungan dengan
menggunakan chi square diperoleh hasil p value=0,028 (< 0,05) artinya ada hubungan yang
signifikan antara keluhan MSS dengan umur. Dari hasil uji diperoleh OR=0,378, maksudnya
adalah karyawan yang memiliki umur lebih dari 31 tahun berisiko 0,23 kali lebih rendah
mengalami keluhan MSS dibandingkan karyawan berumur kurang dari 31 tahun.

Tabel 34. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Jenis
Kelamin di PT X Tahun 2019

Jenis Musculoskelatal Symptoms (MSS)


Kelamin Ada Keluhan Tidak Ada Total OR (95% CI) P
Keluhan value
N % N % N % 3,3 0,007
Perempuan 33 68,8 % 15 31,2 % 48 100 % (1,461-7,454)
Laki-laki 22 40 % 33 60 % 55 100%
Jumlah 55 53,4 % 48 46,6 % 103 100%

Hasil penelitian (Tabel 34) menujukkan bahwa karyawan dengan keluhan MSS dan
berjenis kelamin perempuan adalah 33 orang (68,8 %), sedangkan karyawan dengan keluhan MSS
pada laki-laki adalah 22 orang (40 %). Uji chi square menunjukkan hasil p value=0,007 (< 0,05),
artinya bahwa ada hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan jenis kelamin, dimana
terdapat nilai OR=3,3. Hal tersebut diartikan bahwa karyawan perempuan berisiko 3,3 kali
mengalami keluhan MSS dibandingkan karyawan laki-laki.

Tabel 35. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Merokok
di PT X Tahun 2019

Merokok Musculoskelatal Symptoms (MSS)


Ada Keluhan Tidak Ada Keluhan Total OR (95% CI) P value
N % N % N % 0,5 0,391
Merokok 5 38,5% 8 61,5% 13 100% (0,152-1,647)
Tidak Merokok 50 55,6% 40 44,4% 90 100%
Jumlah 55 53,4% 48 46,6% 103 100%

Universitas Indonesia
111

Hasil penelitian yang terdapat pada Tabel 35, menujukkan bahwa keluhan MSS dan
merokok adalah 5 orang (38,5 %). Sementara itu, karyawan dengan keluhan MSS dan tidak
merokok adalah 50 orang (50,6 %). Dari hasil uji chi square diperoleh p value=0,391 (> 0,05),
artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan kebiasaan merokok. Dari
hasil uji juga didapat nilai OR dengan CI yaitu 0,152-1,647, dimana terdapat nilai 1 pada rentang
tersebut, sehingga sample penelitian tidak cukup bukti untuk untuk membuktikan ada hubungan
pada penelitian ini.

Tabel 36. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Aktivitas
Fisik di PT X Tahun 2019

Aktivitas Musculoskelatal Symptoms (MSS)


fisik Ada Keluhan Tidak Ada Total OR (95% CI) P
Keluhan value
N % N % N %
Tidak 19 51,4% 18 48,6% 37 100% 0,880 0,916
(0,393-1,970)
Ya 36 54,5% 30 45,5% 66 100%
Jumlah 55 53,4% 48 46,6% 103 100%

Hasil penelitian mengenai hubungan keluhan MSS dengan aktivitas fisik yang terdapat
dalam Tabel 36, menunjukkan bahwa karyawan dengan keluhan MSS dan tidak melakukan
aktivitas fisik adalah 19 orang (51,4 %). Sementara itu, karyawan dengan keluhan MSS dan
melakukan aktivitas fisik adalah 36 orang (54,5 %). Hasil uji chi square diperoleh hasil p
value=0,916 (> 0,05), artinya tidak ada hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan
aktivitas fisik. Dari uji tersebut diperoleh nilai OR dengan CI yaitu 0,393-1,970, yang terdapat
nilai 1 pada rentang nilai, sehingga juga dapat diartikan bahwa sample penelitian tidak cukup bukti
untuk membuktikan ada hubungan pada penelitian ini.

Tabel 37. Hubungan Antara Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Indeks
Masa Tubuh di PT X Tahun 2019

Indeks masa Musculoskelatal Symptoms (MSS)


tubuh Ada Keluhan Tidak Ada Total OR (95% CI) P
Keluhan value
N % N % N % 1,216 0,782
Berat badan 22 56,4% 17 43,6 % 39 100% (0,546-2,707)
berlebih

Universitas Indonesia
112

Normal, 33 51,6% 31 48,4 % 64 100%


Kurus
Jumlah 55 53,4% 48 46,6 % 103 100%

Hasil penelitian (Tabel 37) yang telah dilakukan diperoleh bahwa karyawan yang memiliki
keluhan MSS dan berat badan berlebih & obesitas yaitu sebanyak 22 orang (56,4 %). Sementara
itu, karyawan dengan keluhan MSS dan berat badan normal & kurus yaitu sebanyak 33 orang (51,6
%) . Hasil chi squae diperoleh hasil p value=0,782 (> 0,05), artinya bahwa tidak ada hubungan
yang signifikan antara keluhan MSS dengan IMT. Nilai OR dengan CI yaitu 0,546-2,707, yang
terdapat nilai 1 pada rentang nilai, sehingga diartikan sample penelitian tidak cukup bukti untuk
membuktikan ada hubungan pada penelitian ini.

6.3 Hasil Analisis Variable Independen Yang Dominan Berhubungan Dengan Variabel
Dependent
Proses uji variable untuk melihat variabel yang paling dominan menggunakan uji
multivariat. Variabel dilakukan seleksi dengan melihat p value dari hasil uji bivariate regresi
logistik. Variabel yang memenuhi kandidat pemodelan multivariat adalah variabel dengan p value
≤ 0,25. Adapun variabel yang sudah diseleksi dan menjadi kandidat pemodelan multivariat
terdapat pada Tabel 38.
Tabel 38. Hasil Seleksi Bivariate Variabel Independen dengan Variabel Dependen

Variabel P value
Masa Kerja 0,012
Postur 0,000
Tuntutan Pekerjaan 0,171
Hubungan Interpersonal 0,210
Stress 0,000
Umur 0,016
Jenis Kelamin 0,003
Merokok 0,248

Variable yang sudah lolos dan menjadi kandidat multivariat dan akan dilakukan seleksi
dimulai dari p value yang besar pada kandidat multivariat (Tabel 39), kemudian diseleksi dengan

Universitas Indonesia
113

kriteria mempunyai p value ≤0,05, sedangkan variable yang memiliki p value p>0,05 dilakukan
pengeluaran satu persatu. Dalam hal ini hubungan interpersonal, umur, tuntutan pekerjaan,
merokok, masa kerja. Apabila terdapat perubahan nilai OR > 10% maka akan dimasukan kembali.

Tabel 39. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Pertama

Variabel B P Value OR 95 % CI
Masa Kerja (1) 1,287 0,238 3,622 0.426-30,779
Masa Kerja (2) 1,171 0,085 3,224 0,850-12,229
Postur 4,088 0,000 59,625 7,484-475,043
Tuntutan 0,648 0,275 1,912 0.597-6,122
Pekerjaan
Hubungan 0,352 0,521 1,422 0,485-4,164
Interpersonal
Stress 2,165 0,001 8,715 2,465-30,809
Umur 0,599 0,419 1,820 0,426-7,768
Jenis Kelamin 2,045 0,004 7,726 1,942-30,726
Merokok 0,999 0,255 2,716 0,486-15,162

Variabel yang diseleksi pertama kali adalah variable Hubungan interpersonal, hasil
pemodelannya yaitu pada Tabel 40.
Tabel 40. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Kedua

Variabel B P Value OR 95 % CI
Masa Kerja (1) 1,327 0,220 3,769 0,452-31,411
Masa Kerja (2) 1,175 0,084 3,239 0,853-12,300
Postur 4,093 0,000 59,942 7,440-482,912
Tuntutan 0,643 0,277 1,903 0,597-6,062
Pekerjaan
Stress 2,240 0,000 9,397 2,689-32,833
Umur 0,562 0,446 1,754 0,413-7,453
Jenis Kelamin 2,014 0,004 7,494 1,894-29,653

Universitas Indonesia
114

Merokok 0,954 0,276 2,595 0,467-14,409

Tabel 41. Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum Dan Sesudah Hubungan
Interpersonal Dikeluarkan

Variabel OR Baku Emas OR Setelah Hub. Perubahan OR


Interpersonal Keluar
Masa Kerja (1) 3,622 3,769 0%
Masa Kerja (2) 3,224 3,239 0%
Postur 59,625 59,942 0%
Tuntutan Pekerjaan 1,912 1,903 0%
Hubungan 1,422 -
Interpersonal
Stress 8,715 9,397 1%
Umur 1,820 1,754 0%
Jenis Kelamin 7,726 7,494 0%
Merokok 2,716 2,595 0%

Setelah dilakukan pengeluaran variable hubungan interpersonal, maka dilakukan


pengecekan nilai OR, yang terdapat pada Table 41, diperoleh bahwa tidak ada perubahan nilai OR
yang lebih dari 10 %. Oleh karenanya, variable hubungan interpersonal tetap dikeluarkan dari
model. Variabel yang dikeluarkan berikutnya adalah umur, bentuk pemodelannya dapat dilihat
pada Tabel 40.

Tabel 42. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Ketiga

Variabel B P Value OR 95 % CI
Masa Kerja (1) 0,845 0,331 2,329 0,424-12,782
Masa Kerja (2) 0,905 0,117 2,473 0,798-7,659
Postur 4,017 0,000 55,519 7,121-432,832
Tuntutan 0,647 0,277 1,910 0,595-6,130
Pekerjaan
Stress 2,192 0,001 8,952 2,593-30,906

Universitas Indonesia
115

Jenis Kelamin 1,776 0,004 5,908 1,762-19,812


Merokok 0,845 0,319 2,327 0,442-12,248

Tabel 43. Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum Dan Sesudah Umur
Dikeluarkan

Variabel OR Baku Emas OR Setelah Umur Perubahan OR


Keluar
Masa Kerja (1) 3,622 2,329 1%
Masa Kerja (2) 3,224 2,473 1%
Postur 59,625 55,519 4%
Tuntutan Pekerjaan 1,912 1,910 0%
Hubungan 1,422 -
Interpersonal
Stress 8,715 8,952 0%
Umur 1,820 -
Jenis Kelamin 7,726 5,908 2%
Merokok 2,716 2,327 0%

Jika dilihat dari hasil pengeluaran variabel umur (Tabel 42), dan tidak ada perubahan nilai
OR yang lebih dari 10% (Tabel 43) , maka variable umur tetap dikeluarkan dari model multivariat.
Variable yang berikutnya dikeluarkan adalah variabel tuntutan pekerjaan (Tabel 44).
Tabel 44. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Keempat

Variabel B P Value OR 95 % CI
Masa Kerja (1) 1,033 0,227 2,809 0,526-15,004
Masa Kerja (2) 0,911 0,111 2,486 0,811-7,616
Postur 3,670 0,000 39,240 6,045-254,712
Stress 2,200 0,000 9,026 2,681-30,389
Jenis Kelamin 1,661 0,005 5,262 1,644-16,840
Merokok 0,677 0,418 1,967 0,383-10,115

Universitas Indonesia
116

Tabel 45. Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum Dan Sesudah Tuntutan
Pekerjaan Dikeluarkan

Variabel OR Baku Emas OR Setelah Tuntutan Perubahan OR


Pekerjaan Keluar
Masa Kerja (1) 3,622 2,809 1%
Masa Kerja (2) 3,224 2,486 1%
Postur 59,625 39,240 20%
Tuntutan Pekerjaan 1,912 -
Hubungan 1,422 -
Interpersonal
Stress 8,715 9,026 0%
Umur 1,820 -
Jenis Kelamin 7,726 5,262 2%
Merokok 2,716 1,967 1%

Hasil pengeluaran variabel tuntutan pekerjaan, dilakukan pengecekan nilai OR. Hasil
perubahan nilai OR yang diperoleh terdapat perubahan yang besar dari 10 % pada variable postur
(Tabel 45). Oleh karenanya, variabel tuntutan pekerjaan dimasukkan kembali ke model
multivariat, seperti Tabel 46.
Tabel 46. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Kelima

Variabel B P Value OR 95 % CI
Masa Kerja (1) 0,845 0,331 2,329 0,424-12,782
Masa Kerja (2) 0,905 0,117 2,473 0,798-7,659
Postur 4,017 0,000 55,519 7,121-432,832
Stress 2,192 0,001 8,952 2,593-30,906
Jenis Kelamin 1,776 0,004 5,908 1,762-19,812
Merokok 0,845 0,319 2,327 0,442-12,248
Tuntutan 0,647 0,277 1,910 0,595-6,130
Pekerjaan

Universitas Indonesia
117

Dari hasil pemodelan di Tabel 46, dilakukan pengeluaran variable selanjutnya yaitu,
merokok Tabel 47. Dan juga dilakukan pengecekan perubahan nilai OR pada tabel 48.

Tabel 47. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Keenam

Variabel B P Value OR 95 % CI
Masa Kerja (1) 0,818 0,346 2,267 0,414- 12,411
Masa Kerja (2) 0,862 0,132 2,367 0,772-7,255
Postur 3,747 0,000 42,387 6,143-292,462
Stress 2,097 0,001 8,141 2,459-26,953
Jenis Kelamin 1,535 0,005 4,643 1,582-13,630
Tuntutan 0,534 0,352 1,705 0,554-5,253
Pekerjaan

Tabel 48. Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum Dan Sesudah Merokok
Dikeluarkan

Variabel OR Baku Emas OR Setelah Perubahan OR


Merokok Keluar
Masa Kerja (1) 3,622 2,267 1%
Masa Kerja (2) 3,224 2,367 1%
Postur 59,625 42,387 17%
Hubungan 1,422 -
Interpersonal
Stress 8,715 8,141 1%
Umur 1,820 -
Jenis Kelamin 7,726 4,643 3%
Merokok 2,716 -
Tuntutan Pekerjaan 1,912 1,705 0%

Dari hasil pengeluaran variabel merokok, terdapat perubahan nilai OR lebih dari 10 % pada
variabel postur, sehingga dalam hal ini variabel merokok dimasukkan kembali ke model
multivaiat, terdapat pada Tabel 49.

Universitas Indonesia
118

Tabel 49. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Ketujuh

Variabel B P Value OR 95 % CI
Masa Kerja (1) 0,845 0,331 2,329 0,424-12,782
Masa Kerja (2) 0,905 0,117 2,473 0,798-7,659
Postur 4,017 0,000 55,519 7,121-432,832
Stress 2,192 0,001 8,952 2,593-30,906
Jenis Kelamin 1,776 0,004 5,908 1,762-19,812
Tuntutan 0,647 0,277 1,910 0,595-6,130
Pekerjaan
Merokok 0,845 0,319 2,327 0,442-12,248

Pada Tabel 50 dilakukan pengeluaran variable masa kerja, seperti yang bahas sebelumnya
termasuk dalam variabel yang nilai p value lebih dari 0,05 pada model pertama. Selain itu, juga
dilakukan pengecekan pada perubahan nilai OR variable lain, untuk memastikan variable
dikeluarkan atau tidak (Tabel 51).
Tabel 50. Pemodelan Regresi Logistik Pemodelan Kedelapan

Variabel B P Value OR 95 % CI
Postur 3,995 0,000 54,340 7,459-395,850
Stress 2,160 0,000 8,668 2,784-26,986
Jenis Kelamin 1,795 0,003 6,016 1,831-19,774
Tuntutan 0,720 0,207 2,053 0,672-6,271
Pekerjaan
Merokok 0,740 0,382 2,096 0,399-11,015

Tabel 51. Perhitungan Perubahan Nilai OR Antara Sebelum Dan Sesudah Masa Kerja
Dikeluarkan

Variabel OR Baku Emas OR Setelah Masa Perubahan OR


Kerja Keluar
Masa Kerja (1) 3,622 -
Masa Kerja (2) 3,224 -

Universitas Indonesia
119

Postur 59,625 54,340 5%


Hubungan 1,422 -
Interpersonal
Stress 8,715 8,668 0%
Umur 1,820 -
Jenis Kelamin 7,726 6,016 2%
Tuntutan Pekerjaan 1,912 2,053 0%
Merokok 2,716 2,096 1%

Dari hasil pengeluaran variabel masa kerja, ternyata tidak terdapat perubahan nilai OR
yang lebih dari 10 %. Oleh karenanya variabel masa kerja tetap dikeluarkan dari model multivariat.
Pada model multivariat dilakukan pengecekan kembali, apakah ada variabel yang berinteraksi.
Jika dilihat dari bab 2 tuntutan pekerjaan mempengaruhi stress karyawan, maka dalam hal ini
dilakukan uji interaksi (Tabel 52).
Tabel 52. Pemodelan Regresi Logistik dengan Uji Interaksi

Variabel B P Value OR 95 % CI
Postur 4,290 0,000 72,990 8,337-639,024
Stress 4,050 0,047 57,376 1,047-3,144E3
Jenis Kelamin 1,715 0,005 5,555 1.699-18,158
Tuntutan 2,548 0,196 12,780 0,269-606,124
Pekerjaan
Merokok 0,674 0,417 1,963 0,385-9,999
Stress by -1,163 0,324 0,313 0,031-3,145
Tuntutan

Dari hasil pengujian, diperoleh nilai p value pada variabel yang di interaksikan yaitu
tuntutan pekerjaan terhadap stress yaitu 0,324. P value ini >0,05, sehingga dinyatakan tidak ada
interaksi antara stress dengan tuntutan pekerjaan. Oleh karenanya diperoleh hasil pemodelan
multivariate dengan regresi logistik, yang terdapat pada Tabel 53.

Universitas Indonesia
120

Tabel 53. Hasil Pemodelan Regresi Logistik

Variabel B P Value OR 95 % CI
Postur 3,995 0,000 54,340 7,459-395,850
Stress 2,160 0,000 8,668 2,784-26,986
Jenis Kelamin 1,795 0,003 6,016 1,831-19,774
Tuntutan 0,720 0,207 2,053 0,672-6,271
Pekerjaan
Merokok 0,740 0,382 2,096 0,399-11,015

Dari hasil uji regresi logistik, ternyata variable yang paling dominan berhubungan dengan
keluhan MSS adalah postur, stress, dan jenis kelamin. Selain itu, variabel tuntutan pekerjaan dan
merokok sebagai variabel pengontrol. Dari hasil uji, nilai OR diperoleh paling dominan pada
postur yaitu sebesar 54,3 dengan CI yaitu 7,459-395,850, artinya karyawan yang berpostur
berisiko memiliki odds (risiko) 54,3 kali lebih tinggi mengalami keluhan MSS dibandingkan
karyawan berpostur tidak berisiko setelah mengontrol variabel stress, jenis kelamin, tuntutan
pekerjaan, dan merokok. Begitu juga dengan karyawan yang stress berisiko 8,6 kali lebih tinggi
mengalami keluhan MSS dibandingkan karyawan tidak stress setelah mengontrol variabel postur,
jenis kelamin, tuntutan pekerjaan dan merokok. Sementara itu, karyawan yang berjenis kelamin
perempuan berisiko 6 kali mengalami keluhan MSS dibandingkan karyawan laki-laki setelah
mengontrol variabel postur, stress, tuntutan pekerjaan dan merokok.

Universitas Indonesia
BAB VII
PEMBAHASAN

7.1 Keterbatasan Penelitian


Pada penelitian ini memiliki beberapa keterbatasam dan kekurangan yang disebabkan oleh
keterbatasan waktu dan alat ukur, diantaranya:
1. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian cross sectional, dimana penelitian dilakukan
dalam satu waktu dan mengukur semua variable penelitian. Oleh karenanya, penelitian ini
hanya melihat hubungan antara variable dan tidak bisa mengukur hubungan sebab akibat.
2. Informasi yang diperoleh melalui pengisian kuisioner dan diskusi dengan beberapa
responden tergantung pada subjektifitas responden. Pada kuisioner keluhan MSS terdapat
jawaban yang memerlukan ingatan pada kondisi yang telah lalu misalnya 12 bulan,
sehingga jawaban tersebut dapat menimbulkan bias.
3. Pada penelitian ini, peneliti tidak meneliti lebar/panjang workstation, antropometri
responden, dan kekuatan otot dari responden, Oleh sebab itu, penelitian ini hanya meneliti
mengenai faktor fisik (lama kerja, lama lembur, masa kerja, waktu istirahat, dan postur),
faktor psikososial (tuntutan pekerjaan, organisasi kerja & konten pekerjaan, dan hubungan
interpesonal, serta stress), faktor individu (umur, jenis kelamin, merokok, aktifitas fisik,
dan IMT)
4. Pada penelitian ini, peneliti tidak membagi lagi antara karyawan tidak merokok dengan
mantan perokok, dimana pada penelitian ini hanya dikategorikan menjadi dua
(merokok/tidak). Selain itu, pada aktifitas fisik, peneliti tidak meneliti terkait jenis dan
lamanya aktifitas fisik yang dilakukan.
5. Pada penelitian ini, peneliti tidak meneliti pekerjaan lain selain pekerjaan karyawan di PT
X (second job karyawan) dan kondisi keluarga atau lingkungannya setelah karyawan
bekerja.

121
Universitas Indonesia
122

7.2 Analisis Gambaran Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS)


Gambaran keluhan MSS diperoleh melalui hasil Nordic Musculoskeletal Questionnaire
(NMQ). Dari penjabaran pada bab sebelumnya, persentase keluhan karyawan PT X yang masih
dirasakan dalam 7 hari terakhir adalah 53,4 % dari 103 responden. Keluhan yang terjadi dalam 12
bulan terakhir maupun 7 hari terakhir paling banyak pada bagian tubuh leher (26,2 %), bahu (25,2
%), dan punggung bawah (24,3 %). Keluhan yang dialami karyawan dan mengganggu pekerjaan
paling banyak terdapat pada keluhan bagian bahu dan punggung bawah yaitu sebanyak 16 orang.
Sementara itu, keluhan yang dialami karyawan yang mendapatkan pengobatan paling banyak pada
bagian tubuh bahu yaitu 25 orang.
Besarnya jumlah karyawan yang mengalami keluhan, juga ditemukan pada penelitian
Noroozi et al. (2015) pada karyawan office, dimana terdapat 51 % karyawan dengan keluhan pada
punggung bawah dan 36,5 % keluhan pada leher. Sebagaimana yang telah diketahui, MSS
dipengaruhi oleh durasi, postur kerja, aspek psikososial dan kondisi individu itu sendiri. Dari
pengamatan yang sudah dilakukan dan melihat faktor yang mempengaruhi, banyak karyawan yang
berpostur janggal. Ketika dilakukan observasi, ditemukan banyak area kerja yang tidak terdapat
dokumen holder, masih banyak posisi monitor yang rendah dari mata, beberapa menempatkan
monitor pada area sudut meja sehingga menyebabkan leher karyawan berputar, juga diperparah
dengan penggunaan komputer yang cukup lama. Hal tersebutlah yang menyebabkan keluhan pada
leher menjadi sangat besar, yaitu 50,5 % untuk keluhan 12 bulan dan 26,2 % pada keluhan yang
masih terasa dalam 7 hari terakhir.
Selain temuan tersebut, masih banyak kursi yang digunakan karyawan PT X memiliki
armrest yang rendah, dan tidak bisa disesuaikan tingginya, sehingga lengan tidak tertopang dengan
baik. Penempatan keyboard dan mouse yang tinggi dikarenakan umumnya kedua peralatan
tersebut ditempatkan pada meja dengan permukaan yang lebih tinggi. Selain itu, banyak karyawan
yang menggunakan keyboard dan mouse dengan posisi tangan sangat lurus, sehingga bahu dalam
posisi tidak rileks. Hal tersebut menyebabkan banyak keluhan pada bahu yaitu 25, 2 %.
Temuan lain seperti banyaknya karyawan yang bekerja terlalu condong kedepan, sehingga
punggung bawah tidak tertopang dengan baik dan diperparah dengan kondisi penggunaan
komputer yang terus menerus tanpa istirahat. Hal tersebut menyebabkan keluhan pada punggung
bawah menjadi besar yaitu 24,3 %.

Universitas Indonesia
123

Jika dilihat secara rinci, 53,4 % karyawan yang mengalami keluhan tersebut, bekerja
dengan lama kerja lebih dari 4 jam dan mayoritas istirahat hanya ketika makan siang. Hal ini
memperparah kondisi otot, yang menyebabkan karyawan mengalami keluhan MSS. Juga 53,4 %
karyawan tersebut mayoritas merasakan gejala stress. Sebagaimana telah dikatahui bahwa stress
juga mempengaruhi kondisi karyawan mengalami keluhan MSS.
Oleh karenanya, untuk mencegah terjadi keluhan yang serupa, maka perlu dilakukan upaya
engineering control. Adapun upaya yang bisa dilakukan, diantaranya untuk keluhan leher dengan
menambah dokumen holder yang ditempatkan sejajar dengan monitor, menambahkan dudukan
monitor yang dapat diatur ketinggiannya atau mengganti meja yang ketinggiannya dapat diatur,
dan menempatkan monitor sejajar dengan kepala dan mata. Sementara itu, untuk keluhan bahu
dengan mengganti kursi yang armrest-nya tidak terlalu rendah atau bisa disesuaikan
ketinggiannya, dan menempatkan keyboard dan mouse pada posisi yang lebih rendah dengan
kondisi bahu rileks. Selain itu, untuk keluhan punggung bawah dengan mengganti kursi yang
memiliki backsupport yang dapat disesuaikan dengan karyawan. Upaya administrative juga perlu
dilakukan seperti memberikan waktu istirahat untuk peregangan, mengedukasi karyawan
bagaimana berpostur yang baik (postur netral) ketika bekerja.

7.3 Analisis Gambaran Faktor Fisik, Psikososial, dan Individu


Gambaran faktor fisik di Karyawan PT X diantaranya lama kerja, lama lembur, masa kerja,
waktu istirahat, dan postur diantaranya yaitu karyawan PT X memiliki waktu kerja pukul 08.00
hingga 17.00 yang sudah ditetapkan oleh perusahaan, sehingga waktu kerja karyawan adalah 8
jam dengan waktu istirahat 1 jam. Mayoritas dari hasil yang diperoleh karyawan PT X bekerja
lebih dari 4 jam setiap harinya. Sementara itu, jika dilihat dari variabel lama lembur karyawan PT
X, mayoritas tidak melakukan lembur. Jika dibandingkan antara karyawan lembur, mayoritas
kayawan lembur dengan durasi 1-3 jam setiap lemburnya. Untuk masa kerja, karyawan PT X di
dominasi dengan karyawan yang telah bekerja 1-5 tahun dan 6-15 tahun. Masa kerja sendiri dapat
dijadikan sebagai akumulasi karyawan bekerja dengan postur statis di PT X. Di PT X, karyawan
umumnya akan beristirahat lebih dari 2 jam, dikarenakan banyak yang melakukan istirahat ketika
jam makan siang, ini menyebabkan karyawan berpostur statis dari awal mulai bekerja hingga
waktu istirahat tersebut. Pada variabel postur, karyawan di PT X, mayoritas berpostur berisiko,

Universitas Indonesia
124

diantaranya selain postur yang salah karena durasi bekerja yang cukup lama juga meyebabkan nilai
ROSA menjadi bertambah, sehingga karyawan banyak yang masuk dalam kategori berisiko.
Gambaran faktor psikososial di Karyawan PT X diantaranya tuntutan pekerjaan, organisasi
kerja & konten pekerjaan, hubungan interpersonal & leadership, stress diantaranya yaitu untuk
tuntutan pekerjaan, mayoritas karyawan PT X merasakan tuntutan pekerjaannya termasuk dalam
kategori ringan. Jika dilihat variabel organisasi kerja & konten pekerjaan, antara karyawan yang
merasakan organisasi kerja & konten pekerjaan buruk dan baik memiliki jumlah yang hampir
sama. Jika dilihat pada penelitian Maakip et al. (2016) organisasi kerja & konten pekerjaan
dipengaruhi aspek lain. Untuk variabel hubungan interpersonal & leadership, banyak yang
menyatakan hubungan antara atasan dan rekan kerja buruk, hal ini juga dipengaruhi oleh persepsi
individu atau kondisi atasan serta rekan kerja. Sementara itu, pada variabel stress banyak yang
dikategorikan stress karena banyak yang merasakan sulit rileks, merasa tegang, sering sakit kepala,
keram pada otot, sulit berkonsentrasi dan mudah lupa.
Gambaran faktor individu di Karyawan PT X diantaranya umur, jenis kelamin, merokok,
aktifitas fisik, dan indeks masa tubuh diantaranya yaitu untuk variabel umur mayoritas karyawan
PT X berusia muda yaitu kurang dari 31 tahun. Untuk variabel jenis kelamin, di PT X terdapat
banyak karyawan laki-laki dibandingkan karyawan perempuan. Untuk variabel merokok, di PT X
didominasi dengan karyawan tidak merokok, namun menjadi kelemahan penelitian ini adalah tidak
dilihat karyawan yang menjadi mantan perokok, untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Pada
variabel aktifitas fisik, karyawan mayoritas sudah melakukan aktifitas fisik secara rutin setiap
minggunya, hanya saja menjadi kelemahan pada penelitian ini tidak diperoleh informasi lanjut
terkait jenis dan durasi olahraganya. Untuk variabel indeks masa tubuh, karyawan di PT X
mayoritas memiliki indeks masa tubuh normal dan kurus.

7.4 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Faktor Fisik
7.4.1 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Lama Kerja
Lama kerja karyawan di PT X diukur dari lamanya karyawan menggunakan komputer
setiap harinya. Mayoritas karyawan bekerja lebih dari 4 jam setiap hari yaitu 94,2 % dari 103
responden, kecuali karyawan yang juga ditugaskan ke luar kantor, umumnya akan mengurangi
interaksi menggunakan komputer, sehingga bekerja menggunakan komputer kurang dari 4 jam.
Sebagaimana yang telah disebutkan dalam teori bahwa semakin lama waktu yang dihabiskan

Universitas Indonesia
125

dalam menggunakan komputer semakin tinggi risiko mengalami keluhan. Hal ini terdapat pada
penelitian Jawantanakul et al. (2009) Cagnie et al. (2017) , dan Ardahan et al. (2016) dimana
terdapat hubungan antara keluhan dengan lama kerja.
Berdasarkan hasil uji bivariat dengan menggunakan chi square disimpulkan bahwa pada
penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan lama kerja. Hal
ini juga ditemukan juga pada penelitian Zaman (2014) yang dilakukan pada karyawan kantor yaitu
tidak terdapat hubungan antara keluhan dengan lama kerja.
Perbedaan hasil yang diperoleh dikarenakan karyawan yang mengalami keluhan mayoritas
memiliki lama kerja lebih dari 4 jam. Adapun jumlah karyawan tersebut, yang bekerja lebih dari
4 jam adalah 52 karyawan dari 55 karyawan yang mengalami keluhan. Akan tetapi jika dilihat
lebih rinci, 3 karyawan lainnya dengan lama kerja lebih sedikit dengan keluhan, memiliki masa
kerja yang sudah cukup lama. Jika dilihat dari tabel hasil dan dilihat secara rinci, terdapat 3
karyawan yang tidak mengalami keluhan dan memiliki lama kerja kurang sama dari 4 jam
dikarenakan karyawan tersebut berisitirahat disela pekerjaan, dan dalam kondisi tidak stress, serta
berolahraga teratur.
Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa keluhan juga dipengaruhi oleh lamanya
karyawan bekerja. Lama kerja pada penelitian ini menggambarkan lamanya karyawan berada
dalam kondisi statis dalam satu hari bekerja. Sementara itu, di PT X karyawan mayoritas bekerja
lebih dari 4 jam, sehingga dapat dikatakan karyawan berisiko untuk terkena keluhan. Dengan
demikian perlu, dilakukan upaya pencegahan di PT X dengan menjadwalkan waktu istirahat
berupa peregangan otot bagi karyawan office, yaitu maksimal setiap 2 jam sekali, untuk mencegah
bertambah banyaknya karyawan yang mengalami keluhan diwaktu yang akan datang, akibat
akumulasi kondisi yang dialami karyawan saat ini.

7.4.2 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Lama Lembur
Diketahui pada bab sebelumnya, karyawan lembur akan menambah durasi menggunakan
komputer, maka apabila karyawan berpostur janggal dalam bekerja maka durasi dengan kondisi
tersebut juga akan bertambah. Hal tersebut didukung dengan penelitian Trinkoff (2006), dimana
terdapat hubungan antara lembur dengan keluhan.
Dari hasil penelitian, terlihat pula bahwa komposisi karyawan yang tidak lembur lebih
banyak dibandingkan karyawan yang lembur yaitu terdapat sebanyak 60 orang dari 103 karyawan.

Universitas Indonesia
126

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan lama lembur sebagai bentuk penambahan durasi
penggunaan komputer. Diperoleh hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik, bahwa
tidak ada hubungan antara keluhan MSS dengan lama lembur. Dari hasil diskusi dengan karyawan,
karyawan akan lembur saat pekerjaan banyak dan harus terselesaikan dengan cepat. Sebagaimana
yang telah diketahui, keluhan MSS dipengaruhi oleh lama lembur, namun pada penelitian ini
ditemukan hasil yang berbeda.
Perbedaan tersebut dikarenakan pada umumnya karyawan di PT X tidak melakukan
lembur. Selain itu jika dilakukan perbandingan, antara karyawan lembur mengalami keluhan
dengan karyawan tidak lembur dan tidak mengalami keluhan, maka ditemukan perbedaan pada
faktor lain. Karyawan yang lembur dan mengalami keluhan (24 orang), mayoritas berpostur
berisiko dan merasakan stress. Sementara itu, karyawan yang tidak lembur dan tidak merasakan
keluhan, mayoritas dalam kondisi tidak stress. Pada bab sebelumnya, telah diketahui bahwa
keluhan MSS dipengaruhi oleh banyak faktor, namun dalam penelitian ini keluhan tidak ada
pengaruhnya dengan lama lembur, melainkan dari faktor lain. Akan tetapi, lama lembur tidak bisa
diabaikan begitu saja, karena ketika dilihat dari perbandingan tersebut karyawan yang lembur
cenderung merasakan stress. Tanda ini bisa jadi awal karyawan merasakan keluhan MSS.
Dari data tersebut, PT X perlu melakukan upaya pencegahan terkait dengan lamanya
karyawan menggunakan komputer, baik ketika jam normal maupun saat lembur. Karyawan yang
lembur tetap perlu mengatur waktu istirahat untuk melakukan peregangan, sebagaimana
disebutkan dalam penelitian Baker tahun 2018 bahwa rekomendasi istirahat sebaiknya dilakukan
maksimal setiap 120 menit. Peregangan ini mampu mencegah ketegangan otot akibat stress
ataupun postur yang salah. Selain itu juga perlu dilakukan edukasi kepada karyawan mengenai
bagaimana mengelola stress.

7.4.3 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Masa Kerja
Telah diketahui bahwa keluhan MSS dipengaruhi oleh masa kerja karena akumulasi dari
lamanya karyawan berpostur berisiko dalam pekerjaannya. Masa kerja dalam hal ini diukur dari
berapa lama karyawan sudah bekerja di PT. X. Dari penelitian sebelumnya yaitu penelitian
Noroozi et al. (2015) dan Ardahan et al. (2016) di karyawan office, dimana terdapat hubungan
antara keluhan pada punggung bawah dan leher dengan masa kerja. Juga dalam penelitian

Universitas Indonesia
127

Keliniene tahun 2016 pada karyawan office, ditemukan hasil bahwa masa kerja 6-15 tahun terjadi
meningkatkan keluhan MSS, yang sejalan dengan peningkatan tanggung jawab pekerjaan.
Hal tersebut juga ditemukan juga pada penelitian ini. Berdasarkan hasil uji regresi logistik
disimpulkan bahwa ada hubungan antara keluhan MSS dengan masa kerja. Karyawan PT X yang
bekerja lebih dari 15 tahun berisiko 6,471 kali untuk mengalami keluhan MSS dibandingkan yang
bekerja 1- 5 tahun. Sementara itu, karyawan yang bekerja 6-15 tahun berisiko 2,146 kali untuk
mengalami keluhan MSS dibandingkan yang bekerja 1- 5 tahun.
Jika dilihat secara rinci, karyawan yang bekerja sudah cukup lama dan mengalami keluhan
umumnya bekerja dengan postur berisiko dan merasakan kondisi stress, sedangkan karyawan
bekerja sudah cukup lama dan tidak mengalami keluhan mayoritas karna dalam kondisi tidak
stress. Oleh karenanya, dapat simpulkan bahwa masa kerja yang sudah lama memperparah kondisi
keluhan karena kedua faktor tersebut, sehingga upaya pencegahan terkait faktor tersebut perlu
dilakukan, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya yaitu dengan memperbaiki kondisi
workstation, mengedukasi karyawan mengenai postur kerja, memberikan waktu untuk
peregangan, dan membuat program manajemen stress.

7.4.4 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Waktu


Istirahat
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari uji chi square disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan waktu istirahat karyawan. Berbeda dengan
yang ditemukan pada penelitian Kaliniene tahun 2016 dimana karyawan yang melakukan istirahat
setiap 2 jam memiliki keluhan yang lebih sedikit dibandingkan karyawan yang terus-menerus
bekerja, hal yang sama ditemukan pada penelitian Alavi (2016) dimana waktu istirahat yang
pendek dapat dijadikan efek perlindungan dari keluhan.
Dari hasil penelitian ini, ditemukan perbedaan dikarenakan di PT X mayoritas karyawan
beristirahat lebih dari 2 jam. Mayoritas karyawan di PT X berisitirahat hanya ketika waktu istirahat
makan siang, sehingga karyawan PT X selalu bekerja 4 jam secara terus menerus, kemudian
diselingi waktu istirahat dan bekerja kembali hingga sore.
Walaupun hasil statistik pada penelitian ini menyatakan bahwa tidak ada hubungan dan
memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Akan tetapi, jika dilihat secara rinci, karyawan
yang bekerja dengan waktu istirahat lebih dari 2 jam dengan keluhan, juga merasakan stress. Jika

Universitas Indonesia
128

dilihat pada karyawan yang melakukan istirahat kurang dari 2 jam dan tidak mengalami keluhan,
terdapat perbedaan yaitu kayawan merasakan kondisi yang tidak stress. Oleh karenanya, dalam hal
ini istirahat dapat mengurangi karyawan merasakan stress ketika bekerja, dan ini dapat dijadikan
upaya pencegahan bagi perusahaan untuk mencegah stress dan keluhan MSS di waktu yang akan
datang.
Selain itu, istirahat juga bermanfaat mencegah kelelahan pada otot karyawan, sebagaimana
disebutkan pada bab sebelumnya, yaitu karyawan yang bekerja dengan posisi statis mengurangi
pasokan dalam darah dan menyebabkan kelelahan otot lebih cepat. Waktu pemulihan yang tidak
cukup inilah tejadi penumpukan asam laktat, sehingga menimbulkan rasa tidak nyaman dan kram.
Saat ini, di PT X belum ada program kesehatan berupa peregangan setiap 2 jam sekali,
yang dapat membantu mengurangi risiko MSS. Oleh karenanya, perlu membuat program
pencegahan untuk MSS dengan melakukan peregangan bersama-sama diseluruh karyawan office
maksimal setiap 2 jam sekali sebagaimana ditemukan pada penelitian Baker tahun 2018.

7.4.5 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Postur


Jika dilihat dari hasil uji chi square antara keluhan MSS dengan postur kerja disimpulkan
bahwa ada hubungan yang signifikan antara MSS dengan postur kerja. Hal tersebut ditemukan
pula pada penelitian R Astuti (2019) yang dilakukan pada karyawan perkantoran di Makassar yaitu
terdapat hubungan antara postur dengan keluhan Muskuloskeletal. Penilaian postur dilakukan
dengan menggunakan ROSA. Skor ROSA juga diperoleh dari hasil interaksi antara karyawan
dengan area kerjanya. Postur yang lebih dari 5 dikatakan sebagai postur yang berisiko, yang harus
segera dilakukan investigasi lebih lanjut dan upaya pencegahan.
Karyawan PT X dengan postur yang berisiko dan mengalami keluhan sebesar 63,1 %. Hasil
uji juga menyimpulkan bahwa karyawan PT X yang berpostur berisiko ketika bekerja cenderung
14,53 kali mengalami keluhan MSS dibandingkan dengan berpostur tidak berisiko. Nilai OR yang
cukup besar ini dikarenakan karyawan yang berpostur berisiko berdasarkan skor ROSA ada
sebanyak 53 orang dari 55 karyawan yang mengeluhkan MSS, sehingga proporsi karyawan yang
mengeluh MSS dan berisiko cukup besar, yang menyebabkan nilai OR di PT X menjadi sangat
besar. Hal ini dapat diartikan bahwa perlu dilakukan upaya pencegahan segera untuk karyawan
office.

Universitas Indonesia
129

Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian Dinar (2018) pada karyawan office,
dimana karyawan yang berpostur berisiko cenderung 8,7 kali lebih tinggi mengeluhkan MSS
dibandingkan karyawan yang berpostur tidak berisiko. Juga ditemukan pada penelitian Melani
(2019) pada karyawan administrasi di Bali, yaitu posisi duduk yang berisiko mempunyai
kemungkinan 6.01 kali mengalami keluhan khususnya pungung bawah dibandingkan karyawan
dengan duduk tidak berisiko.
Postur janggal/posisi tidak netral sering terjadi pada karyawan PT X. Selain itu, pekerjaan
yang dilakukan terus menerus tanpa istirahat menambahkan risiko dan point pada skor ROSA,
sehingga menyebabkan karyawan mendapatkan skor ROSA lebih dari 5, skor inilah yang
dikatakan karyawan berpostur berisiko.
Postur yang berisiko atau postur janggal akan membuat otot, tendon, dan ligamen menjadi
tegang. Hal inilah yang menimbulkan rasa tidak nyaman dan sakit. Selain itu, postur yang tidak
netral dan dipertahankan secara terus menerus akan menyebabkan aliran darah tidak cukup
sehingga menyebabkan rasa kram pada tubuh.
Adapun postur janggal yang ditemukan dari pengamatan diantaranya seperti posisi duduk
dengan lutut <90° atau >90°, yang mana posisi ini akan berisiko pada keluhan bagian bokong,
paha, dan lutut. Pada pengamatan lain, banyak ditemukan karyawan yang duduk condong kedepan
sehingga punggung tidak tertopang dengan baik, posisi ini menyebabkan punggung menjadi
berisiko mengalami keluhan. Juga banyak ditemukan kursi dengan armrest yang rendah sehingga
lengan tidak dapat tertopang dengan baik, ini menyebabkan bagian siku dan bahu menjadi berisiko
mengalami keluhan. Selain itu, posisi monitor banyak yang ditempatkan lebih rendah dari mata,
dan juga masih terdapat monitor yang penempatannya jauh (lebih dari panjang lengan karyawan
dalam posisi netral) dan tidak terdapat dokumen holder, ini menyebabkan bagian leher dan
punggung atas menjadi berisiko untuk mengalami keluhan. Penempatan mouse dan keyboard
sering kali berada di atas meja yang permukaannya cukup tinggi, menyebabkan bahu karyawan
terangkat, dan ini juga menjadikan bahu berisiko mengalami keluhan, seharusnya penempatan
keyboard dan mouse ini ditempatkan dengan posisi yang sama diarea yang membuat bahu dan siku
menjadi rileks dan tentunya juga didukung dengan armrest yang tepat.
Postur yang salah didukung dengan tidak melakukan istirahat disela pekerjaan, seperti
mayoritas yang terjadi pada karyawan PT X, semakin meningkatkan risiko yang ada. Dari hasil
pengamatan dan melihat hasil ROSA, karyawan yang berisiko tidak hanya dikarenakan

Universitas Indonesia
130

workstation yang kurang tepat dan juga ketidaktahuan karyawan mengenai bagaimana postur
netral yang seharusnya pada pekerjaan perkantoran.
Saat dilakukan diskusi dengan pihak K3, saat ini informasi mengenai ergonomi
perkantoran hanya terdapat pada mading di kantor pusat, tetapi tidak terdapat pada area kerja PT
X lainnya. Penempatan informasi ini juga jarang dilihat oleh karyawan sehingga karyawan tidak
tahu dan masih banyak karyawan yang memiliki postur berisiko dalam bekerja. Dengan demikian
seperti penjelasan sebelumnya, perlu dilakukan upaya pencegahan dengan pengendalian
engineering dan pengendalian dengan administratif seperti melakukan edukasi dan training
mengenai postur kerja yang tepat, yang dapat dilaksanakan baik untuk karyawan di kantor pusat
dan cabang.

7.5 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Faktor


Psikososial
7.5.1 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Tuntutan
pekerjaan
Adapun tuntutan pekerjaan yang dimaksud pada penelitian ini yaitu seperti beban kerja,
kecepatan kerja, dan tekanan waktu, serta tuntutan emotional. Berdasarkan hasil yang telah
didapatkan pada penelitian ini diketahui bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keluhan
MSS dan tuntutan pekerjaan. Hal ini ditemukan juga pada penelitian Alavi et al. (2016).
Hasil yang diperoleh pada penelitian ini ditemukan perbedaan dengan yang diperoleh dari
penelitian Dinar (2018) pada karyawan office, dimana karyawan dengan tuntutan pekerjaan tinggi
berisiko 2,6 kali mengalami keluhan dibandingkan karyawan dengan tuntutan pekerjaan ringan.
Begitu juga pada penelitian Maakip et al. (2016) dan Cho (2012) dimana terdapat hubungan yang
signifikan antara tuntutan pekerjaan yang tinggi dengan keluhan. Dari penelitian Alavi et al. (2016)
menjelaskan bahwa perbedaan hasil yang diperoleh dikarenakan banyak faktor yang terkait
diantaranya perbedaan budaya tempat kerja dan kelompok kerja.
Di PT X banyak karyawan yang menyatakan bahwa tuntutan pekerjaannya termasuk
kategori ringan yaitu 57 orang. Tuntutan pekerjaan telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa
tidak hanya berpengaruh pada keluhan MSS tapi juga mempengaruhi stress. Pada penelitian ini
jika dilihat secara rinci karyawan yang memiliki keluhan MSS dan merasakan tuntutan
pekerjaannya berat, mayoritas merasakan stress, sedangkan karyawan yang tidak memiliki keluhan

Universitas Indonesia
131

MSS dan merasakan tuntutan pekerjaannya ringan, mayoritas merasakan tidak stress. Oleh karena
itu, sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa tuntutan berpengaruh juga terhadap
stress, seperti yang ditemukan pada penelitian ini yang dilihat secara rinci. Dengan demikian,
pencegahan dengan manajemen stress melalui pendekatan organisasi dan individu dapat
diterapkan di PT X, dikarenakan keterkaitannya dengan tuntutan pekerjaan.

7.5.2 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Organisasi


kerja & Konten Pekerjaan
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa organisasi kerja & konten
pekerjaan mempengaruhi tuntutan pekerjaan, stress dan keluhan MSS, yang juga ditemukan pada
penelitian Piranveyseh et al. (2016), bahwa terdapat hubungan antara keluhan terutama bahu
dengan persepsi iklim organisasi kerja. Namun, pada penelitian ini diperoleh hasil bahwa tidak ada
hubungan antara keluhan MSS dengan organisasi kerja & konten pekerjaan.
Hasil yang ditemukan pada penelitian ini, juga ditemukan pada penelitian Maakip et al.
(2016) dimana tidak terdapat hubungan antara keluhan dengan organisasi ditempat kerja.
Sebagaimana yang ditemukan pada penelitian Maakip et al. (2016), perbedaan dikarenakan
kondisi praktik organisasi dan nilai budaya disetiap tempat kerja berbeda.
Jika dibandingkan secara detail antara karyawan yang mengalami keluhan dan merasakan
organisasi kerja & konten pekerjaannya buruk dengan karyawan yang tidak mengalami keluhan
dan merasakan organisasi kerja & konten pekerjaannya baik, memiliki perbedaan pada faktor lain
yaitu stress. Karyawan yang menyatakan organisasi kerja & konten pekerjaan buruk dengan
keluhan MSS, banyak yang merasakan stress. Jika dilihat dari teori, yang terkait dengan organisasi
kerja & konten pekerjaan, selain berhubungan dengan keluhan MSS, tapi juga berhubungan
dengan stress. Oleh karenanya pada penelitian ini, tidak ada hubungan antara keluhan MSS dengan
organisasi kerja & konten pekerjaan, namun dapat berkaitan dengan kondisi stress. Maka dari itu,
upaya pencegahan dengan manajemen stress melalui pendekatan organisasi perlu diterapkan di PT
X.

Universitas Indonesia
132

7.5.3 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Hubungan


interpersonal dan leadership
Berdasarkan pada penjelasan bab sebelumnya, bahwa hubungan interpesonal dan
leadership seperti dukungan rekan kerja dan atasan yang buruk meningkatkan risiko MSS. Hal ini
didukung dengan penelitian Harcombe (2010) dimana terdapat hubungan antara keluhan dengan
dukungan sosial yang rendah. Juga ditemukan pada penelitian Hoogendoorn et al. (2001) yakni
terdapat hubungan yang kuat antara keluhan dengan dukungan atasan yang rendah dan tuntutan
pekerjaan tinggi. Namun pada penelitian ini ditemukan hasil yang berbeda, yaitu tidak ada
hubungan antara keluhan MSS dengan hubungan interpersonal & leadership. Hal ini ditemukan
serupa pada penelitian Dinar (2018) pada karyawan office, dimana tidak terdapat hubungan antara
keluhan dengan dukungan sosial ditempat kerja
Walaupun nilai statistik tidak menggambarkan hubungan, jika dilihat secara rinci melalui
tabel, persentase karyawan yang merasakan hubungan interpesonal dan leadership yang buruk
dengan keluhan MSS, yaitu 59,3 %. Namun, ini tergantung pada persepsi individu, kondisi atasan
dan rekan kerja dari setiap orang, sehingga jika dibandingkan secara detail, antara karyawan yang
merasakan hubungan interpersonal & leadership buruk-keluhan MSS, dengan karyawan karyawan
yang merasakan hubungan interpersonal & leadership baik-tidak dengan keluhan MSS, ditemukan
tidak banyak perbedaan pada faktor lain. Oleh karenanya pada penelitian ini, hubungan
interpersonal dan leadership, kemungkinan dipengaruhi oleh aspek lain, yang tidak diteliti pada
penelitian ini.

7.5.4 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Stress


Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, bahwa stress dapat menimbulkan
peradangan tendon dan menyebabkan MSS. Didukung dengan penelitian Aminian et al. (2012)
Cho (2012) yang dilakukan pada karyawan office, menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara
tingkat stress dengan keluhan muskuloskeletal. Hal tersebut juga terlihat hubungannya pada hasil
penelitian ini, dimana terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan stress.
Kategori stress pada penelitian ini diperoleh dari kuisioner COPSOQ yang menanyakan mengenai
gejala-gejala yang dirasakan karyawan.
Dari hasil penelitian ini, diperoleh kesimpulan yaitu karyawan yang mengalami stress
berisiko 4,918 kali untuk mengalami keluhan MSS dibandingkan karyawan yang tidak stress.

Universitas Indonesia
133

Karyawan yang stress dan mengalami keluhan MSS cukup banyak pada panelitian ini yaitu 38
(71,7 %). Hal tersebut juga ditemukan pada penelitian Dinar (2018) pada karyawan office, dimana
karyawan yang stress berisiko 5,7 kali lebih tinggi mengalami keluhan MSS dibandingkan
karyawan yang tidak stress. Stress dapat diperoleh dari lingkungan kerja karyawan. Diantaranya
dari tuntutan pekerjaan, organisasi, atau hubungan interpersonal di tempat kerja.
Jika dilihat secara rinci dari jawaban karyawan yang paling sering dirasakan dari gejala
stress adalah merasakan sulit rileks, merasa tegang, sering sakit kepala, keram pada otot, sulit
berkonsentrasi dan mudah lupa. Sebagaimana telah diketahui bahwa gejala tersebut merupakan
respons tubuh terhadap stress. Untuk mencegah terjadinya keluhan MSS dimasa depan akibat
faktor ini, perlu dilakukan upaya pencegahan di PT X. Saat ini, belum ada program kesehatan kerja
terkait stress yang diimplementasikan di PT X. Untuk mencegah terjadinya keluhan MSS juga
perlu dilakukan pencegahan seperti program stress management dengan pendekatan organisasi dan
individu di PT.X.

7.6 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Faktor Individu
7.6.1 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Umur
Dari hasil pengujian hubungan keluhan MSS dengan umur, diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan umur. Hal tesebut juga ditemukan
dalam penelitian Noroozi et al. (2015) pada karyawan perkantoran, dimana terdapat hubungan
yang signifikan antara keluhan punggung dan leher dengan umur. Juga dalam penelitian Kaliniene
tahun 2016, yaitu terjadi peningkatan keluhan pada karyawan dengan umur lebih tua dari pada
umur yang lebih muda. Juga pada penelitian Zaman (2014) dimana terdapat hubungan antara
keluhan muskuloskelatal dengan umur.
Pada penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok yang dibagi berdasarkan nilai median
umur yaitu 31, dikarenakan distribusi umur di PT X banyak pada usia muda. Dari hasil penelitian
diperoleh kesimpulan karyawan yang memiliki umur lebih dari 31 tahun berisiko 0,378 kali lebih
rendah mengalami keluhan MSS dibandingkan karyawan berumur kurang dari 31 tahun. Hal
tersebut dikarenakan jumlah karyawan yang berumur kurang dari 31 tahun lebih mayoritas
dibandingkan karyawan yang lebih dari 31 tahun. Ini menyebabkan hasil yang diperoleh berbeda
dari penelitian yang sudah ada.

Universitas Indonesia
134

Jika dibandingkan secara lebih rinci dari faktor-faktor lain, karyawan yang berumur kurang
dari 31 tahun, umumnya bekerja lebih lama dibandingkan karyawan umur lebih dari 31 tahun.
Selain itu, tingkat stress karyawan yang berumur kecil dari 31 tahun lebih banyak dibandingkan
umur diatasnya. Jika dilihat dari postur, kedua kelompok ini mayoritas memiliki postur berisiko.
Sebagaimana telah diketahui sebelumnya, bahwa banyak faktor yang mempengaruhi keluhan
MSS, diantaranya stress, karena karyawan berumur kecil dari 31 tahun banyak yang merasakan
stress sehingga keluhan juga dapat berasal dari faktor ini. Dan hal ini jugalah, yang menyebabkan
pada penelitian ini didapatkan hasil, karyawan dengan umur lebih dari 31 yang memiliki risiko
lebih rendah dibandingkan karyawan berumur kecil dari 31 tahun. Oleh karenanya, untuk
menghindari keluhan MSS dari faktor stress, perlu dilakukan upaya pencegahan dengan
manajemen stress dengan pendekatan organisasi dan individu.

7.6.2 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil uji chi square untuk melihat hubungan antara keluhan MSS dengan jenis
kelamin, diperoleh kesimpulan bahwa ada hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan
jenis kelamin. Hal ini juga sama dengan penelitian Kaliniene tahun 2016 dan Jawantanakul et al.
(2009), dimana keluhan MSS pada karyawan perempuan lebih tinggi dari pada pekerja laki-laki.
Pada penelitian Akrouf (2010) juga ditemukan bahwa karyawan perempuan berisiko 1,7 kali
mengalami keluhan dibandingkan karyawan laki-laki.
Karyawan perempuan dan mengalami keluhan sebanyak 33 orang (68,8 %). Dari hasil uji
juga diperoleh kesimpulan bahwa karyawan perempuan berisiko 3,3 kali mengalami keluhan MSS
dibandingkan karyawan laki-laki. Jika ditelusuri dari faktor yang berhubungan, kedua jenis
kelamin ini mayoritas berada dalam kondisi postur berisko dan stress yang sama. Menurut
penelitian Korhonen et al. (2003), karyawan perempuan menjadi lebih berisiko dikarenakan
kekuatan otot yang lebih rendah dibandingkan laki-laki dan juga cara kerja karyawan wanita
umumnya menggunakan gerakan lebih besar dibandingkan laki-laki. Akan tetapi, pada penelitian
ini tidak dilakukan penelitian terkait kekuatan otot pada kelompok tersebut, namun dapat dilihat
dari proporsi yang mengalami keluhan. Oleh karenanya, dengan melakukan istirahat secara berkala
maksimal setiap dua jam sekali, diharapkan keluhan dapat berkurang dikarenakan aspek
penggunaan kekuatan otot atau gerakan dalam bekerja.

Universitas Indonesia
135

7.6.3 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Merokok


Di PT X sudah banyak karyawan yang tidak memiliki kebiasaan merokok yaitu sebanyak
90 orang dari 103 karyawan. Hasil uji terkait hubungan keluhan MSS dengan kebiasaan merokok,
diperoleh kesimpulan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan
kebiasaan merokok. Hal tersebut berbeda dengan penelitian yang didapatkan oleh Akrouf (2010)
dimana terdapat hubungan antara keluhan MSS dengan merokok.
Dikarenakan hasil penelitian tidak terdapat hubungan antara keluhan MSS dengan
merokok. Hal ini juga ditemukan pada penelitian Alavi et al (2016). Perbedaan hasil yang
didapatkan dari penelitian sebelumnya, dikarenakan karyawan yang diteliti mayoritas tidak
merokok. Namun, pada penelitian ini tidak diteliti durasi seseorang dikatakan tidak merokok,
hanya membedakan karyawan yang memiliki kebiasaan merokok dengan yang tidak, sehingga
karyawan sebagai mantan perokok tidak diteliti pada penelitian ini, tetapi langsung dikategorikan
tidak merokok, sehingga ini menjadi keterbatasan penelitian ini.
Jika dilihat secara rinci perbandingan antara karyawan yang merokok yang mengalami
keluhan dengan yang tidak merokok dan mengalami keluhan, terdapat perbedaan pada kondisi
stress. Dimana karyawan yang merokok dan memiliki keluhan mayoritas merasakan stress.
Keluhan dimungkinkan diperoleh dari kondisi stress karyawan, dan didukung dengan kondisi
karyawan yang merokok, yang dapat memperlambat penyembuhan dari keluhan sebagaimana
yang terdapat dalam teori. Dikarenakan faktor yang mempengaruhi keluhan cukup banyak. Dalam
penelitian ini, tidak terdapat hubungan antara keluhan dengan merokok. Namun, perbedaan pada
faktor stress tetap perlu menjadi perhatian bagi PT X, agar dilakukan upaya pencegahan terkait
stress dengan upaya manajemen stress.

7.6.4 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Aktifitas Fisik
Jika dilihat dari penjelasan pada bab sebelumnya aktifitas fisik dapat mengurangi risiko
keluhan MSS. Hal ini didukung dengan penelitian Cagnie et al. (2017) dimana terdapat hubungan
antara keluhan leher dengan aktifitas fisik, pada penelitiannya ditemukan karyawan yang tidak
melakukan aktifitas fisik berisiko 1,8 kali mengalami keluhan dibandingkan dengan karyawan
yang tidak melakukan aktifitas fisik.
Mayoritas karyawan PT X sudah banyak yang melakukan aktifitas fisik secara rutin setiap
minggunya yaitu 66 orang dari 103. Jika dilihat dari hasi uji hubungan antara keluhan dengan

Universitas Indonesia
136

aktifitas fisik, pada penelitian ini ditemukan hasil yang berbeda, dimana diperoleh kesimpulan
bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan aktifitas fisik. Hal ini juga
ditemukan pada penelitian Alavi et al (2016) . Pada penelitian ini, tidak diteliti terkait jenis dan
durasi aktifitas fisik yang dilakukan, sehingga tidak didapatkan gambaran yang lebih rinci terkait
aktifitas fisik.
Jika dilihat secara rinci pada faktor lain, antara karyawan yang tidak melakukan aktifitas
fisik mengalami keluhan dengan karyawan melakukan aktifitas fisik tidak mengalami keluhan,
terdapat perbedaan kondisi stress yang dirasakan karyawan. Karyawan yang tidak melakukan
aktifitas fisik mayoritas merasakan stress. Sementara itu, karyawan yang melakukan aktifitas fisik
mayoritas merasakan tidak stress. Oleh karenanya, jika dilihat dari perbandingan tersebut, aktifitas
fisik dapat mengurangi kondisi stress karyawan. Walaupun secara statistik tidak terdapat
hubungan, namun kondisi stress yang dibiarkan terus menerus menjadi awal timbulnya keluhan
MSS.
Dengan demikian, perlu upaya pencegahan dengan mengharuskan karyawan melakukan
aktifitas fisik rutin, dengan memfasilitasi area untuk olahraga bagi karyawan di lingkungan kantor
atau diarea khusus yang terletak diluar kantor dengan cara mengikutkan karyawan sebagai member
di fasilitas tersebut.

7.6.5 Analisis Hubungan Keluhan Musculoskelatal Symptoms (MSS) dengan Indeks Masa
Tubuh
Dari hasil chi square yang sudah didapatkan dalam penelitian disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan IMT. Karyawan di PT X, yang menjadi
responden lebih banyak dengan berat badan kategori kurus dan normal, yaitu 64 orang. Diketahui
pada penjelasan di bab sebelumnya bahwa berat badan berlebih dan obesitas meningkatkan
prevalensi keluhan MSS yang apabila dikombinasikan dengan kondisi kesehatan karyawan,
sebagaimana ditemukan pada penelitian Kaliniene tahun 2016 dan penelitian Sethi (2011) pada
karyawan pengguna komputer bahwa terdapat hubungan antara IMT dengan keluhan MSS.
Namun, terjadi perbedaan pada penelitian ini dikarenakan karyawan dengan IMT berlebih
dan obesitas dengan keluhan mayoritas sudah berpostur berisiko dan merasakan kondisi stress,
yang mana menunjukkan bahwa kondisi kesehatan karyawan tersebut dalam keadaan yang tidak

Universitas Indonesia
137

baik. Sementara itu, karyawan dengan IMT kurus dan normal banyak yang merasakan tidak stress
dan berpostur tidak berisiko, serta mayoritas melakukan aktifitas fisik secara rutin.
Oleh karenanya, secara statistik pada penelitian ini tidak terlihat hubungan antara keluhan
dengan IMT. Jika dilihat secara rinci faktor lainlah yang menyebabkan karyawan mengalami
keluhan, diantaranya postur dan kondisi stress. Dengan demikian, perlu dilakukan upaya
pencegahan terkait postur dengan upaya pengendalian engineering, upaya administrative dan
pencegahan terkait kondisi stress karyawan dengan manajemen stress. Juga memberikan fasilitas
karyawan terkait aktifitas fisik rutin untuk pencegahan aspek keduanya.

7.7 Analisis Variabel yang Dominan Berhubungan dengan Keluhan Musculoskelatal


Symptoms (MSS)
Dari hasil uji regresi logistik, didapatkan bahwa variabel yang dominan berhubungan
dengan keluhan MSS adalah variabel postur. Hal tersebut dibuktikan dengan nilai OR yang
diperoleh dari hasil regresi logistik sebesar 54,3. Hasil nilai OR dapat dikatakan sangat besar,
dikarenakan karyawan yang berisiko dan mengalami keluhan ada 53 orang dari 103 orang. Dapat
dikatakan bahwa hampir setengah dari responden yang diteliti berisiko dan mengalami keluhan,
sehingga ini menjadi masalah dan harus segera ditangani oleh PT X.
Hasil yang sama ditemukan pada penelitian Zaman (2014) pada kayawan kantor di
Pekanbaru, dimana variabel yang dominan mempengaruhi adalah postur, dimana postur yang tidak
baik memiliki risiko 40 kali mengalami keluhan dibandingkan karyawan dengan postur yang baik.
Sebagaimana yang telah disebutkan pada bab sebelumnya bahwa postur yang janggal yakni postur
yang berisiko dan dilakukan terus menerus, menyebabkan otot akan cepat lelah dan meningkatkan
risiko keluhan. Hal ini ditemukan juga pada penelitian ini. Semakin jauh postur karyawan dari
posisi netral maka semakin berisiko pula karyawan PT X dalam bekerja.
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi keluhan MSS, pada penelitian ini postur memiliki pengaruh yang dominan. Dan
jika dilihat lebih lanjut, faktor lain diantaranya stress, lama kerja yang lama, waktu istirahat sedikit,
akan membuat postur yang berisiko menjadi lebih parah. Oleh karenanya, upaya pencegahan
terkait postur perlu segera dilakukan, dikarenakan kontribusi dari postur yang salah sangat besar
pada keluhan MSS. Pencegahan seperti penyesuaian area kerja, menginformasikan karyawan
terkait postur kerja yang benar, dan memberikan waktu untuk istirahat, serta peregangan dapat

Universitas Indonesia
138

membantu karyawan mengurangi risiko mengalami keluhan MSS. Adapun rekomendasi waktu
yang dapat digunakan untuk istirahat dan peregangan adalah sebelum 120 menit atau 2 jam,
sebagaimana yang disebutkan pada penelitian Baker tahun 2018.

Universitas Indonesia
BAB VIII
PENUTUP

8.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di PT X dapat disimpulkan melalui beberapa
poin diantaranya :
1. Karyawan yang mengeluhkan MSS terutama keluhan yang masih terasa pada 7 hari
terakhir adalah sebanyak 55 orang (53,4 %). Dan yang paling dominan adalah keluhan pada
leher 27 orang (26,2 %), di ikuti dengan keluhan pada Bahu sebanyak 26 orang (25,2 %),
dan punggung bawah 25 orang (24,3 %).
2. Karyawan di PT X mayoritas bekerja lebih dari 4 jam setiap hari. Umumnya karyawan PT
X tidak melakukan lembur. Di PT X, mayoritas karyawan dengan masa kerja 1-5 tahun.
Waktu istirahat yang digunakan mayoritas karyawan PT X lebih dari 2 jam/sekali. Dari
hasil ROSA, mayoritas karyawan memiliki postur yang berisiko. Karyawan PT X
mayoritas merasakan tuntutan pekerjaannya tergolong ringan. Untuk organisasi kerja &
konten pekerjaan umumnya yang dirasakan karyawan adalah buruk. Hubungan
interpersonal & leadership yang dirasakan meyoritas buruk. Mayoritas karyawan
merasakan stress. Untuk umur, di PT X didominasi oleh karyawan berumur kecil dari 31
tahun, juga didominasi dengan karyawan laki-laki. Di PT X umumnya karyawan tidak
merokok. Dan umumnya karyawan sudah melakukan aktifitas fisik secara rutin. Untuk
Indeks Masa Tubuh (IMT) di PT X umumnya kategori normal dan kurus.
3. Hasil hubungan antara keluhan MSS dengan faktor fisik:
a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan lama kerja
(p value=1 (>0,05))
b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan lama lembur
(p value=0,819 (> 0,05))
c. Terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan masa kerja (p
value=0,012 (< 0,05))
d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan waktu
istirahat (p value=0,959 (> 0,05))

139
Universitas Indonesia
140

e. Terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan postur (p value=
0,000 (<0,05))
4. Hasil hubungan antara keluhan MSS dengan faktor psikososial:
a. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan tuntutan
pekerjaan (p value=0,243 (> 0,05))
b. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan organisasi
kerja & konten pekerjaan (p value=0,617 (> 0,05))
c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan hubungan
interpersonal & leadership (p value=0,292 (> 0,05))
d. Terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan stress (p
value=0,000 (< 0,05))

5. Hasil hubungan antara keluhan MSS dengan faktor Individu:


a. Terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan umur (p
value=0,028 (< 0,05))
b. Terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan jenis kelamin (p
value=0,007 (< 0,05))
c. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan kebiasaan
merokok (p value=0,391 (> 0,05))
d. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan aktifitas fisik
(p value=0,916 (> 0,05))
e. Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keluhan MSS dengan IMT (p
value=0,782 (> 0,05))
6. Variabel yang dominan berhubungan dengan keluhan MSS di PT X adalah postur. Dengan
nilai OR= 54,3, diikuti variable dominan lainnya stress dan jenis kelamin.

8.2 Saran
Adapun saran yang dapat dilaksanakan oleh perusahaan, untuk mengurangi munculnya
keluhan MSS adalah melalui Engineering Control dan Administrative Control, yakni:
a. Engineering Control

Universitas Indonesia
141

- Merancang ulang stasiun kerja karyawan, dengan menggunakan peralatan kerja yang
sesuai dengan standar ergonomi, menggunakan dan menyediakan peralatan yang dapat
disesuaikan dengan postur karyawan, sehingga karyawan masih dalam postur kerja yang
netral, adapun area kerja yang perlu disesuaikan segera berdasarkan banyak keluhan
adalah
o Menambahkan dokumen holder yang yang ditempatkan sejajar dengan monitor.
o Menambahkan dudukan monitor yang dapat disesuaikan ketinggiannya
o Mengganti meja yang dapat diatur ketinggiannya
o Menempatkan keyboard dan mouse pada area yang lebih rendah, dimana bahu
dalam posisi rileks.
o Mengganti kursi dengan armrest yang tidak terlalu rendah atau yang bisa diatur
ketinggiannya, juga kursi dengan backsupport yang dapat disesuaikan posisinya.
b. Administrative Control
- Melakukan upaya intervensi dengan menjadwalkan jam istirahat untuk peregangan
maksimal setiap 2 jam sekali.
- Membuat pelatihan kepada karyawan office terkait ergonomi, seperti bagaimana postur
kerja yang ergonomis pada pekerjaan perkantoran agar terhindar dari postur yang
berisiko/ tidak ergoomis.
- Memberikan informasi edukatif untuk meningkatkan kesadaran karyawan mengenai
kesehatan otot dan tulang, informasi terkait risiko MSS, dan cara-cara mengurangi
risiko MSS dengan menggunakan media seperti poster dan video. Dengan ditempatkan
pada area-area yang sering dilihat karyawan, misalnya wallpaper komputer, X-benner,
buletin perusahan, atau disebar melalui email perusahaan.
- Membuat program manajemen stress dengan pendekatan organisasi dan individu.
- Membuat program olahraga rutin diarea kantor, atau menyediakan fasilitas member
olahraga yang berada diluar kantor.

Universitas Indonesia
142

DAFTAR PUSTAKA

Akrouf, Q.A.S, J.O. Crawford, A.S Al-Shatti & M.I. Kamel 2010, ‘Musculoskeletal disorders
among bank office workers in Kuwait’. Eastern Mediterranean Health Journal, Vol. 16
No. 1, Hal. 94-100
Alavi, Seyedeh Shohreh, Mahya Abbasi, and Ramin Mehrdad 2016,’ Risk Factors for Upper
Extremity Musculoskeletal Disorders Among Office Workers in Qom Province, Iran’,
Journal of Iranian Red Crescent Medical, Vol. 18, No. 10
Aminian, O, G Pouryaghoub, & M Shanbeh 2012,’One Year Study of Musculoskelatal Disorders
and Their Relation to Occupational Stress among Office Workers: A Brief Report’, Tehran
University Medical Journal, Vol. 70, No. 3, Hal 194-199
Ardahan, Melek & Hatice Simsek 2016, ‘Analyzing Musculoskeletal System Discomforts And
Risk Factors In Computer-Using Office Workers, Pakitan Journal of Medical Sciences. Vol.
2, No.6, Hal:1425-1429
Baker, Nancy dan Krissy Moehling 2013,’ The Relationship Between Musculoskeletal Symptoms,
Postures And Thefit Between Workers Anthropometrics And Their Computer Workstation
Configuration’, IOS Press Content Library, Vol. 46, No. 1, Hal. 3-10
Baker, Richelle, Coenen P, Howie E, Williamson A, Straker L. 2018,’ The Short Term
Musculoskeletal and Cognitive Effects of Prolonged Sitting During Office Computer Work’,
Journal of Enviromental Research and Public Health, Vol. 15, No. 8, Hal 1-16
Bancos, irina 2017, ‘Adrenal Incidentaloma’. Available from: <
https://www.hormone.org/diseases-and-conditions/adrenal/adrenal-incidentaloma> [22
April 2019]
Biomechanical And Psychosocial Factors To Clinical Analysis Of Ergonomics’. Revue
européenne de psychologie appliquée, Vol. 58, Hal 201-213
Budnick, Peter 2012, 'The Trouble with RULA ( Rapid Upper Limb Assessment)’. Available from:
<https://ergoweb.com/the-trouble-with-rula-rapid-upper-limb-assessment-2/>[24 Januari
2019]
Burr, Hermann, Henne Berthelsen, Salvador Moncada et al. 2018, ‘The third version of the
Copenhagen Psychosocial Questionnaire’. Available from:

Universitas Indonesia
143

<http://www.employability21.com/sites/default/files/OS%205%20-%20Burr%20-
%20COPSOQ%20III.pdf>[24 Januari 2019]
Burton, A K, N A S Kendall, B G Pearce, L N Birrell, L C Bainbridge 2008, ‘Management of
upper limb disorders and the biopsychosocial model’. Health and Safety Executive.
Norwich. Available from: http://www.hse.gov.uk/research/rrpdf/rr596.pdf
Cagnie, B, L Danneels, D Van Tiggelen, V. De Loose & D. Cambier 2007,’ Individual and work
related risk factors for neck pain among office workers: a cross sectional study’, European
Spine Journal, Vol 16, No. 5, Hal. 679-686
Canadian Centre for Occupational Health & Safety (CCOHS) 2019, ‘Musculoskeletal Disorders -
Psychosocial Factors’. Available from
<https://ccohs.ca/oshanswers/psychosocial/musculoskeletal.html>[24 February 2019]
Centers for Disease Control (CDC) 2018, ‘Work-Related Musculoskeletal Disorders &
Ergonomics’. Available from: <https://www.cdc.gov/workplacehealthpromotion/health-
strategies/musculoskeletal-disorders/index.html>[5 Desember 2018]
Chee, Jennifer D 2015, ‘Pearson's Product-Moment Correlation: Sample Analysis’, Available
from: <https://www.researchgate.net/publication/277324930_Pearson%27s_Product-
Moment_Correlation_Sample_Analysis>[28 Februari 2019]
Cho, Chiung-Yu, Yea-Shwu Hwang, & Rong-Ju Cherng 2012, ‘Musculoskeletal Symptoms And
Associated Risk Factors Among Office Workers With High Workload Computer Use’,
Journal of Manipulative and Physiological Therapeutics, Vol. 35, No. 7, Hal. 534-540
Choi, Kyusik Jae-Hyun Park, and Hae-Kwan Cheong 2018, ‘Prevalence of Musculoskeletal
Symptoms Related With Activities of Daily Living and Contributing Factors in Korean
Adults’. Journal of Preventive Medicine and Public Health, Vol. 46, No. 1, Hal 39-49.
Cohen, S, Tom Kamarck, and Robin Mermelstein 1983, ’A global measure of perceived stress’,
Journal of Health and Social Behavior, Vol. 24, Hal. 385-396
Cohen, Sheldon 1994, ‘Perceived Stress Scale’. Available from:
<http://www.mindgarden.com/documents/PerceivedStressScale.pdf>[17 February 2019]
Cornelius nd, ‘An approach to identify jobs for ergonomic analysis’. Available from:
<https://www.cdc.gov/niosh/mining/UserFiles/works/pdfs/aatij.pdf>[24 Januari 2019]

Universitas Indonesia
144

da Costa BR dan Vieira ER 2010, ‘Risk factors for work-related musculoskeletal disorders: A
systematic review of recent longitudinal studies’, American Journal of Industrial Medicine,
Vol. 53, No. 3, Hal: 285-323
David, Geoffrey et.al 2008, ‘The Development Of The Quick Exposure Check (QEC) For
Assessing Exposure To Risk Factors For Work-Related Musculoskeletal Disorders’. Journal
Applied Ergonomics, Vol. 39, Hal. 57-69
DerSarkissian, Carol 2017, ‘Pain Management: Musculoskeletal Pain’ . Available from: <
https://www.webmd.com/pain-management/guide/musculoskeletal-pain> [15 Januari 2019]
Depkes RI 2013, ‘Kamus’. Available from:
<http://www.depkes.go.id/index.php?txtKeyword=status+gizi&act=search-by-
map&pgnumber=0&charindex=&strucid=1280&fullcontent=1&C-ALL=1> [15 Januari
2019]
Dillon, Charles F 2004, ‘The Medical Context’ in Ergonomics and The Management of
Musculoskeletal Disorders, Second Edition, eds Martha J. Sanders, Elsevier, USA, hal. 33-
34.
Dinar, Agnestifa, Indri Hapsari Susilowati, Azhary Azwar, Kristin Indriyani, and Mufti Wirawan,
(2018), “Analysis of Ergonomic Risk Factors in Relation to Musculoskeletal Disorder
Symptoms in Office Workers” in International Conference of Occupational Health and
Safety (ICOHS-2017), KnE Life Sciences, pages 16–29
Disaster Response Workers’. Available from: <
https://www.nh.gov/safety/divisions/hsem/documents/managingstress.pdf> [22 April 2019]
Edward, Dorothy Farrar 2004, ‘Psychosocial Factors’ in Ergonomics and The Management of
Musculoskeletal Disorders, Second Edition, eds Martha J. Sanders, Elsevier, USA, hal 265-
266.
Efendi, Ahmad Satria, dan Sri Hafiza 2017,’Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Nyeri
Punggung Bawah Pada Karyawan Redaksi Bagian Kantor Di PT. Riau Pos Intermedia
Pekanbaru’. Jurnal Menara Ilmu, Vol. 9, No. 9, Hal. 10-17
Ellexson , Melanie T 2004,’Job Analysis and Worksite Assessment’ in Ergonomics and The
Management of Musculoskeletal Disorders, Second Edition, eds Martha J. Sanders, Elsevier,
USA, hal. 283

Universitas Indonesia
145

Employee Assistance Program (EAP) nd,’ Perceived Stress Scale’. Available from:
<https://das.nh.gov/wellness/docs/percieved%20stress%20scale.pdf>[17 February 2019]
Ergonomic plus 2018, ‘Office Ergonomics’. Available from: < https://ergo-plus.com/wp-
content/uploads/Office-Ergonomics.pdf>[24 Januari 2019]
Ernst, Holly 2018, ‘High Cortisol Symptoms: What Do They Mean?’. Available from:
<https://www.healthline.com/health/high-cortisol-symptoms> [22 April 2019]
Gonzales, Frank nd, ‘Ergonomic Evaluation Report’, Veterinary Teaching Hospital –Clinical
Pathology Clinical Pathology, Colorado University. Available from:
<https://frankgonzales.weebly.com/uploads/7/0/9/7/7097773/vth_clinical_pathology_ergon
omic_evaluation_report.pdf > >[12 February 2019]
Hagberg, Mats, Torngvist EW, and Toomingas A 2002, ‘Self-Reported Reduced Productivity due
to Musculoskeletal Symptoms: Associations With Workplace and Individual Factors Among
White-Collar Computer Users’, Journal of Occupational Rehabilitation, Vol. 12, No. 3
Harcombe, Helen, David McBride, Sarah Derrett, Andrew Gray 2010, ‘Physical and psychosocial
risk factors for musculoskeletal disorders in New Zealand nurses, postal workers and office
workers’, Injury Prevention, No. 16, Hal 96-100
Hartzell, Meredith M, Cameron D T Dodd, and Robert J Gatchel 2017 ‘Stress and Musculoskeletal
Injury‘ in The Handbook Of Stress And Health A Guide To Research And Practice, eds Cary
L. Cooper and James Campbell Quick, Willey Blackwell, UK, hal 210
Hastono, Sutanto Priyo 2016, Analisis Data Pad Bidang Kesehatan, PT RajaGrafindo Persada,
Jakarta
Health and Safety Executive 2018, ‘Body Mapping Tools’. Available from:
<http://www.hse.gov.uk/msd/pdfs/body-mapping-questionnaire.pdf >[24 Januari 2019]
Hembecker, Paula K, Diogo C. Reis, Andrea C. Konrath, Leila A. Gontijo, dan Eugenio A. D.
Merino 2017,’Investigation of Musculoskeletal Symptoms in A Manufacturing Company
In Brazil: A Cross-Sectional Study’, Brazilian Journal of Physical Therapy, Vol. 21, No. 3,
Hal: 175-18
Hernandez, A. M., & Peterson, A. L. 2013, ‘ Work-related musculoskeletal disorders and pain’ in
Handbook of Occupational Health And Wellness, eds R. J. Gatchel & I. Z. Schultz, Springer,
New York

Universitas Indonesia
146

Hignett, Sue & Lynn McAtamney 2000,'Rapid Entire Body Assessment (REBA)'. Journal Applied
Ergonomics, Vol. 31, Hal. 201-205
Hoang, Thi Giang, Corbiere M, Negrini A, Pham MK et. al 2013, ‘Validation Of The Karasek–
Job Content Questionnaire To Measure Job Strain In Vietnam’. Psychological Reports,
Employment Psychology & Marketing. Vol. 113, No. 2, Hal. 363-379
Hoogendoorn, Wilhelmina E, Paulien M Bongers, Henrica CW de Vet, Irene LD Houtman, Geertje
AM Ariëns, Willem van Mechelen, Lex M Bouter 2001, ‘Psychosocial Work Characteristics
And Psychological Strain In Relation To Low-Back Pain’, Scandinavian Journal Work
Environment Health, Vol.27, No.4, Hal. 258-267
Institution of Occupational Safety and Health (IOSH) 2018,‘Muskuloskeletal Disorders’.
Available from:< https://www.iosh.co.uk/Books-and-resources/Our-OH-
toolkit/Musculoskeletal-disorders.aspx> [6 Desember 2018]
International Labour Organization (ILO) 2010, Ergonomic Checkpoints Second Edition: Practical
And Easy-To-Implement Solutions For Improving Safety, Health And Working Conditions,
International Labour Office Geneva, hal. 126
Janwantanakul, Prawit, Praneet Pensri, Viroj Jiamjarasrangsri, and Thanes Sinsongsook
2008,’Prevalence of Self-Reported Musculoskeletal Symptoms Among Office Workers’.
Occupational Medicine, Vol. 58 No. 6, Hal. 436-238
Jawantanakul , Prawit, Praneet Pensri, Wiroj Jiamjarasrangsi, and Tahnes Sinsongsook 2009,
‘Assosiation between Prevalence of Self-reported Musculoskeletal Symptoms of the Spine
and Biopsychosocial Factors among Office Workers’, Journal Occupational Health, No. 51,
Hal. 114-112
Johnston, V., Souvlis, T., Jimmieson, N. L., & Jull, G 2008, ‘Associations between individual and
workplace risk factors for self-reported neck pain and disability among female office
workers’, Journal Applied Ergonomics, Vol.39, No.2, Hal: 171–182.
Kahraman, Turhan, Genc A, and Goz E 2015, ‘The Nordic Musculoskeletal Questionnaire: cross-
cultural adaptation into Turkish assessing its psychometric properties’, Journal Disability
and Rehabilitation, Vol. 38, No. 21, Hal. 2153-2160
Kaliniene, Gintare, Ustinaviciene R, Skemiene L, Vaiciulis V, and Vasilavicius P 2016,’
Associations between musculoskeletal pain and work-related factors among public service

Universitas Indonesia
147

sector computer workers in Kaunas County, Lithuania’. Journal BMC Musculoskeletal


Disorders, Vol 17, Hal. 420
Karasek, Robert, Brisson C, Kawakami N et al 1998, ‘The Job Content Questionnaire (JCQ): An
Instrument for Internationally Comparative Assessments of Psychosocial Job
Characteristics’. Journal of Occupational Health Psychology, Vol. 3, No. 4, Hal. 322-355
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia 2016, ‘Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 48 Tahun 2016 Tentang Standar Keselamatan Dan Kesehatan Kerja
Perkantoran’, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) 2015, ’Infodatin Pembinaan
Kesehatan Olahraga di Indonesia’. Available from: <
http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusdatin/infodatin/infodatin_olahra
ga.pdf>[15 Januari 2019]
Kim JY 2004, Ergonomics for Prevention of Work-Related Musculoskeletal Disorders (WMSDs):
Work Hazard Assessment Techniques. Minyoung Co, Seoul
Koneru, Suneetha & Rambabu Tanikonda 2015, ‘Role of yoga and physical activity in work-
related musculoskeletal disorders among dentists’. Journal of International Society of
Preventive & Community Dentistry, Vol. 5, No. 3, Hal 199-204
Korhonen, T, R Ketola, R Toivonen, R Luukkonen, M Häkkänen, E Viikari-Juntura 2003, ‘Work
Related And Individual Predictors For Incident Neck Pain Among Office Employees
Working With Video Display Units’, Occupational Environmental Medicine, Vol.60, Hal.
475–482
Kuorinka, I et al. 1987, ‘Standardised Nordic questionnaires for the analysis of musculoskeletal
symptoms’, Journal Applied Ergonomics, Vol. 18, No. 3, Hal 233-237
Kurniawan, AB 2013, ‘Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prilaku Merokok Mahasiswi di
Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga’, Available from:
<http://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/6704/2/T1_462007076_BAB%20II.pdf>
[22 April 2019]
Lanfranchi, JB, A. Duveau 2008, ‘Explicative Models Of Musculoskeletal Disorders (MSD): From
Lemeshow, Stanley, David W Hosmer Jr, Janelle Klar et al 1997, Adequacy of Sample Size in
Health Studies. World Health Organization, John Wiley & Sons, New York

Universitas Indonesia
148

Li, G & Buckle, P 2000, ‘Evaluating Change In Exposure To Risk For Musculoskeletal
Disorders - A Practical Tool’. Proceeding of The IEA 2000. Available from:<
http://zero.sci-hub.tw/4157/f68f47424e8638caadc699139fe9c818/li2000.pdf>[11 February
2019]
Liu, Danuta Roman 2017, ‘Risk factors for musculoskeletal disorders — working postures’.
Available from:
<https://oshwiki.eu/wiki/Risk_factors_for_musculoskeletal_disorders_%E2%80%94_work
ing_postures> [28 Desember 2018]
Loghmani, Amir, Parastoo Golshiri, Ahmadreza Zamani, Maryam Kheirmand, and Najmeh Jafari
2013, ‘Musculoskeletal Symptoms and Job Satisfaction Among Office-Workers: A Cross-
Sectional Study From Iran’. Acta Medica Academica, Vol. 42, No.1, Hal. 46–54.
Luttmann, Pr Alwin 2003, ‘Protecting Workers' Health Series No. 5
Preventing musculoskeletal disorders in the workplace’. Available from: <
https://www.who.int/occupational_health/publications/muscdisorders/en/> [5 Desember
2018]
Maakip, Ismail, Tesa Keegel, Jodi Oakman 2016,’ Prevalence and predictors for musculoskeletal
discomfort in Malaysian office workers: Investigating explanatory factors for a developing
country, Journal Applied Ergonomics, Vol 53, Hal 252-257
Magnusson, Marianne and Malcolm Pop 2007, ‘Shoulder and Elbow Disorders’ in
Musculoskeletal Disorders In The Workplace: Principles and Practice, Elsevier, USA, hal
151
McAtamney, Lynn & E Nigel Corlett 1993, ‘RULA: a survey method for the investigation of
work-related upper limb disorders’. Journal Applied Ergonomics , Vol. 24 No. 2, Hal. 91-
99
McKeown, Céline 2008, Office ergonomic: Practical Application, CRC Press Taylor & Francis
Group, New York
Melani, Inne, Putu Ayu Sita Saraswati, & Nila Wahyuni 2019, ‘The Relation Between Sitting
Position And Non-Specific Lower Back Pain In The Administration And Service
Department Of Polda Bali’. Majalah Ilmiah Fisioterapi Indonesia, Vol.7, No. 1, Hal 12-15.
Available from: <https://ojs.unud.ac.id/index.php/mifi/article/view/49619> [26 Juni 2019]

Universitas Indonesia
149

Melhorn, J Mark 2014, ‘Epidemiology of Musculoskeletal Disorders and Workplace Factors ‘ in


Handbooks in Health, Work, and Disability, eds R. J. Gatchel & I. Z. Schultz, Springer,
New York
Menon, Dinethra 2015, ‘Disease, disorder, condition, syndrome – what’s the difference?’.
Available from: <https://www.healthwriterhub.com/disease-disorder-condition-syndrome-
whats-the-difference/> [29 Desember 2018]
Middlesworth, Mark 2018, ' A Step-by-Step Guide Rapid Entire Body Assessment (REBA)' .
Available from: <http://ergo-plus.com/wp-content/uploads/REBA-A-Step-by-Step-
Guide.pdf>[6 February 2019]
Middlesworth, Mark 2018, ‘A Step-by-Step Guide to the RULA Assessment Tool’. Available from:
< https://ergo-plus.com/rula-assessment-tool-guide/> [31 Januari 2019]
Middlesworth, Mark 2018, ‘Definition of Musculoskeletal Disorder (MSD)’. Available from: <
https://ergo-plus.com/definition-of-musculoskeletal-disorder-msd/> [15 Januari 2019]
Middlesworth, Mark 2018, 'REBA worksheet'. Available from: <https://ergo-plus.com/wp-
content/uploads/REBA-Worksheet-v-2.0.pdf>[6 February 2019]
Mohawk Collage 2018, ‘Musculoskeletal Disorder (MSD) Signs and Symptoms’. Available from:
< https://www.mohawkcollege.ca/employees/occupational-health-
safety/ergonomics/musculoskeletal-disorder-msd-signs-and-symptoms >[15 Januari 2019]
Moncada, Salvador, Mireia utzet, Emilia Molinero et al. 2013. ‘The Copenhagen Psychosocial
Questionnaire II (COPSOQ II) in Spain—A Tool for Psychosocial Risk Assessment at the
Workplace’. American Journal Of Industrial Medicine. Available from:<
https://www.copsoq-network.org/assets/pdf/2013-COPSOQ-II-ES-Am-J-Ind-Med.pdf>[24
Januari 2019]
Morken, T Mageroy N, and Moen BE 2007,’ Physical activity is associated with a low prevalence
of musculoskeletal disorders in the Royal Norwegian Navy: a cross sectional study’. Journal
of BMC Mosculoskeletal Disorders, Vol. 8, No. 56
Murphey, Susan 2018, ‘Work Related Musculoskeletal Disorders In Sonography’, Available from:
< https://www.sdms.org/docs/default-source/Resources/work-related-musculoskeletal-
disorders-in-sonography-white-paper.pdf?sfvrsn=8>[23 November 2018]
Nielsen, K, Marie Birk Jorgensen, Malgorzata Milczarek et al. 2018, Healthy Workers, Creating
A Good Work Environment In Micro And Small Companies Thriving Companies - A

Universitas Indonesia
150

Practical Guide To Wellbeing At Work, European Agency for Safety and Health at Work,
Santiago de Compostela
Noroozi, Moulood Valipour, Majid Hajibabaei, Azadeh Saki, Zakieh Memari 2015,' Prevalence of
Musculoskeletal Disorders Among Office Workers’, Jundishapur Journal Health Sciences,
Vol. 7, No.1
Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) 2008,’Office Ergonomic Handbook
Fifth Edition’. Available from: <
http://www.ohcow.on.ca/edit/files/workbooks/24234%20OHCOW%20Office%20Ergono
mics%20Handbook%20Website.pdf>[24 Januari 2019]
Occupational Health and Safety Council of Ontario (OHSCO) 2009,’ Resource Manual for the
MSD Prevention Guideline for Ontario’. Available from:
<https://www.mohawkcollege.ca/sites/default/files/Occupational%20Health%20%26%20S
afety/MSDResource.pdf> [15 Januari 2019]
Occupational Health Clinic for Ontario Workers Inc (OHCOW) 2018, ‘WORK ReLAteD
musculoskeletal disorder (WMSDS)‘ .Available from:
<https://www.ohcow.on.ca/edit/files/general_handouts/WorkRelatedMusculoskeletalDisor
ders.pdf>[23 November 2018]
Occupational Health Clinic for Ontario Workers Inc (OHCOW) 2018, ‘Quick Exposure Check
(QEC)’. Available from:
<https://www.ohcow.on.ca/edit/files/25thanniversary/Quick%20Exposure%20Check%20O
verview.pdf>[23 November 2018]
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) 2017, ‘E-fact 9 - Work-related
musculoskeletal disorders (MSDs): an introduction’. Available from: <
http://www.osha.mddsz.gov.si/resources/files/pdf/E-fact_09_-_Work-
related_musculoskeletal_disorders_-MSDs-_an_introduction.pdf> [23 November 2018]
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) 2018, ‘Muskuloskeletal Disorders’.
Available from: <https://osha.europa.eu/en/themes/musculoskeletal-disorders>[5Desember
2018]
Occupational Safety and Health Administration (OSHA) 2000, ‘Facts: Preventing Work-Related
Musculoskeletal Disorders’. Available from:
<https://osha.europa.eu/sites/default/files/publications/documents/en/publications/factsheet

Universitas Indonesia
151

s/4/Factsheet_4_-_Preventing_Work-Related_Musculoskeletal_Disorders.pdf>
[5Desember 2018]
Ontario Ministry of Labour 2009, ‘What are Pains and Strains / Musculoskeletal Disorders
(MSDs)’. Available from: <https://www.labour.gov.on.ca/english/hs/pubs/pains/what.php >
[15 Januari 2019]
Pantoiyo, Indah Wahyuni, Odi Pinontoan, dan Johan Josephus 2016, ‘Gambaran Lama Kerja,
Sikap Kerja Dan Keluhan Muskuloskeletal Pada Pengguna Personal Computer di Kantor
BPJS Ketenagakerjaan Cabang Manado’, Junal IKMAS, Vol. 1, No. 3
Park , Ji-Hyuk et al 2010. ‘Work-Related Musculoskeletal Symptoms Among Dairy Farmers in
Gyeonggi Province, Korea’. Journal of Preventive Medicine and Public Health, Vol. 43, No.
3, Hal. 205-212
Parkes, Katharine R, Susan Carnell, and Elly Farmer. 2005,’ Musculo-skeletal disorders, mental
health and the work environment’. Available from:
<http://www.hse.gov.uk/research/rrpdf/rr316.pdf>[24 Januari 2019]
Parkitny, Luke & James McAuley 2010, ‘The Depression Anxiety Stress Scale (DASS)’. Journal
of Physiotherapy, Vol. 56, Hal 204
Pejtersen, J. H, Kristensen TS, Bjorner JB 2009, ‘The second version of the Copenhagen
Psychosocial Questionnaire’. Scandinavian Journal of Public Health, Vol. 38 No. 3, Hal 8–
24.
Piranveyseh, Peyman, Majid Motamedzade, Katerine Osatuke, Iraj Mohammadfam, Abbas
Moghimbeigi, Ahmad Soltanzadeh & Heidar Mohammadi 2016,’ Association between
Psychosocial, Organizational and Personal Factors and Prevalence of Musculoskeletal
Disorders in Office Workers’, International Journal of Occupational Safety and
Ergonomics, Vol.22, No.2, Hal. 267-73
R, Astuti., Russeng, S., & Fachrin, S 2019. ‘Analisis Hubungan Postur Kerja Dengan Keluhan
Muskuloskeletalterhadap Kinerja Karyawan Di PT. BRI Cab Panakkukang Makassar Tahun
2018’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, Vol. 14, No. 1, Hal: 21-25. Available from:
<http://Jurnal.Stikesnh.Ac.Id/Index.Php/Jikd/Article/View/86>[26 Juni 2019]
Riwidikdo, Handoko 2009, Statistik Kesehatan: Belajar Mudah Teknik Analisis Data Dalam
Penelitian Kesehatan, Mitra Cendikia Press, Jogjakarta

Universitas Indonesia
152

Roquelaure, Yves 2018, ‘Musculoskeletal disorders and psychosocial factors at work’. European
Trade Union Institute: Brussels
Roy, Jean-Sébastien, Kadija Perreault, and Francois Desmeules 2014, ‘Upper Extremity Pain’in
R.J. Handbook of Musculoskeletal Pain and Disability Disorders in the Workplace,
Handbooks in Health, Work, and Disability, eds Gatchel and I.Z. Schultz, Springer, New
York, hal 58-59
Sauter, Steve 1996’Beyond Biomechanics Psychosocial Aspects of Musculoskeletal Disorders in
Office Work’, Taylor & Francis: USA
Saminan 2016,’ Efek Perilaku Merokok Terhadap Saluran Pernapasan’, Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala,Vol. 16, No.3
Selye H. 1976, ‘Stress without Distress’. In Psychopathology of Human Adaptation, eds Serban
G., Springer, Boston, MA, hal 137
Serenity Program nd,’ Depression, Anxiety and Stress Scales (DASS-42)’ Available from:
<https://serene.me.uk/tests/dass-42.pdf>[11 February 2019]
Sethi, J., J. S. Sandhu, & V Imbanathan, 2011. ‘Effect of Body Mass Index on work related
musculoskeletal discomfort and occupational stress of computer workers in a developed
ergonomic setup’. Sports Medicine, Arthroscopy, Rehabilitation, Therapy & Technology,
Vol. 3, No.1
Shakerian, Mahnaz, Masoud Rismanchian, and Pejman Khalili 2016,’ Effect of physical activity
on musculoskeletal discomforts among handicraft workers’. Journal of Education and
Health Promotion , Vol. 5
Simoneau, Serge, Marie St-Vincent, Denise Chicoine 1996, ‘ Work-Related Musculoskeletal
Disorders (WMSDs)’. ASP Metal Electrique, Quebec.
Smith, A 2000, ‘The Scale Of Perceived Occupational Stress’, Occupational Medicine, Vol. 50,
No. 7, Hal.294-298
Smith, A, Sarbjit Johal and Emma Wadsworth 2000, ‘The Scale of Occupational Stress, The
Bristol Stress and Health at Work Study’, CRR 265/2000, HSE Book: UK
Sonne, Michael, CK, MHK 2011, ‘Development and evaluation of an office ergonomic risk
checklist: ROSA-Rapid office strain assessment’. Journal Applied Ergonomics, Vol. 43, Hal
98-108

Universitas Indonesia
153

Sonne, Michael, CK, MHK 2011, ‘ROSA – Rapid Office Strain Assessment’. Available from: <
http://ergo.human.cornell.edu/CUErgoTools/ROSA/ROSA%20-%20Instructions%202011-
2012.pdf>[24 Januari 2019]
Stack, T, Wilhelmsen, CA, & Ostrom, LT 2016, Occupational Ergonomics : A Practical
Approach, John Wiley & Sons, Incorporated, Hoboken. Available from: ProQuest Ebook
Central. [20 January 2019].
Stephanie 2016,’ Cronbach’s Alpha: Simple Definition, Use and Interpretation ’ . Available from:
< https://www.statisticshowto.datasciencecentral.com/cronbachs-alpha-spss/>[28 Februari
2019]
Stephanie 2016,’ Reliability and Validity in Research: Definitions, Examples’ . Available from:
<https://www.statisticshowto.datasciencecentral.com/reliability-validity-definitions-
examples/>[28 Februari 2019]
Stewart, Walter F, Judith A Ricci, Elsbeth Chee et al. 2003, ‘Lost Productive Time and Cost Due
to Common Pain Conditions in the US Workforce’, JAMA, Vol.290, No. 18, Hal. 2443–2454
Taylor, Kevin, Nicola Green, et al 2015,’Psychosocial risk factors:what are they and why are they
important?’. Available from:< http://www.workpace.com/assets/Uploads/White-
Papers/Wellnomics-White-paper-Psychosocial-risk-factors-What-are-they-and-why-are-
they-important.pdf> [24 Februari 2019]
The Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) Intenational Network 2018, ‘Agreed
guidelines for the use of COPSOQ III’. Available from: <https://www.copsoq-
network.org/assets/Uploads/COPSOQ-network-guidelines-for-the-use-of-COPSOQ-III-
290618sig.pdf>[24 Januari 2019]
The Copenhagen Psychosocial Questionnaire (COPSOQ) Intenational Network 2018, ‘COPSOQ
– what is it?’, Available from: < https://www.copsoq-network.org/>[24 Januari 2019]
The Robens Centre for Health Ergonomics nd, ‘Quick Exposure Check (QEC)’, European Institute
of Health and Medical Sciences University of Surrey. Available from:
<https://www.msdprevention.com/resource-library/view/quick-exposure-checklist-qec-
.htm>[11 February 2019]
Thetkathuek, Anamai, Parvena Meepradit, and Teerayut Sa-ngiamsak 2018, ‘A Cross-sectional
Study of Musculoskeletal Symptoms and Risk Factors in Cambodian Fruit Farm Workers in
Eastern Region, Thailand’, Safety and Health at Work, Vol. 9, No. 2, Hal. 192-202

Universitas Indonesia
154

Thiétart, Raymond-Alain 2001, ‘Doing Management Research’, SAGE Publications, London


Trinkoff, A. M., Rong Le, Jeanner Geiger-Brown, Jane Lipscomb, & Gary Lang
2006. ‘Longitudinal relationship of work hours, mandatory overtime, and on-call to
musculoskeletal problems in nurses’. American Journal of Industrial Medicine, Vol. 49,
No.11, Hal. 964–971
U.S. Department of Health and Human Services, 2015 ‘A Guide for Emergency and
UKEssays 2018, 'Ergonomic Tools Assessing Musculoskeletal Injury Health And Social Care
Essay'. Available from: <https://www.ukessays.com/essays/health-and-social-
care/ergonomic-tools-assessing-musculoskeletal-injury-health-and-social-care-
essay.php?vref=1> [7 February 2019]
Uncaged Ergonomics 2017, 'Learn To Use The REBA Tool'. Available from: <
https://www.uncagedergonomics.com/blog/learn-to-use-the-reba-tool/> [6 February 2019]
Villa-Forte, Alexandra 2017, ‘Musculoskeletal Pain’. Available from:
<https://www.merckmanuals.com/home/bone,-joint,-and-muscle-disorders/symptoms-of-
musculoskeletal-disorders/musculoskeletal-pain>[15 Januari 2019]
Warren, Nick 2004, ‘The Expanded Definition of Ergonomics’ in Ergonomics and The
Management of Musculoskeletal Disorders, Second Edition, eds Martha J. Sanders, Elsevier,
USA, hal. 151
Warren, Nick and Martha J. Sanders 2004, ‘Biomechanical Risk Factors’ in Ergonomics and The
Management of Musculoskeletal Disorders, Second Edition, eds Martha J. Sanders, Elsevier,
USA, hal. 192
Westphalen, Dena 2018, ‘What’s the Difference Between Epinephrine and Norepinephrine?.
Available from: <https://www.healthline.com/health/epinephrine-vs-norepinephrine> [22
April 2019]
WorkSafeNB 2010, ‘Office Ergonomics: Guidelines For Preventing Musculoskeletal Injurie’.
Available from: <https://www.worksafenb.ca/docs/OFFICEEdist.pdf> [24 Januari 2019]
World Health Organization (WHO) 2018, ‘Musculoskeletal conditions’. Available from: <
https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/musculoskeletal-conditions> [15 Januari
2019]
World Health Organization (WHO) 2018, ‘Musculoskeletal Conditions’. Available from:
<https://www.who.int/mediacentre/factsheets/musculoskeletal/en/>[5 Desember 2018]

Universitas Indonesia
155

Wu, Hsin-Chieh et.al 2011,’ Ergonomic Interventions in the Workplace: A Case Study’, Journal
of Occupational Safety and Health, Vol.19, Hal. 288-29
Zaman MK 2014, ‘Relationship Betwen Several Factor and With Low Back Pain on Office
Employees’, Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol. 2, No.4, Hal:163-167. Available from:
<http://jurnal.htp.ac.id/index.php/keskom/article/view/66>[26 Juni 2019]

Universitas Indonesia
156

Lampiran 1. FORM OBSERVASI POSTUR

Universitas Indonesia
NO.

Nama: Divisi, Unit: Hari/Tanggal:

157
1

No. Responden :
Tanggal :

Kuesioner Penelitian
” Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keluhan Subjektif Musculoskeletal
Symptoms (MSS) Pada Karyawan Office Di PT.X Tahun 2019”

Dengan hormat,

Perkenalkan nama saya Dwi Kurniati, mahasiswi program studi Magister Keselamatan
Kesehatan Kerja (K3), Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia. Saat ini, saya akan
melakukan penelitian terkait Tesis saya yang berjudul ”Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Keluhan Subjektif Musculoskeletal Symptoms (MSS) Pada Karyawan Office Di PT.X
Tahun 2019”. Penelitian ini dilakukan untuk penelitian tesis syarat menyelesaikan studi di
Universitas Indonesia.
Oleh karenanya, saya berharap kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden dan mengisi
beberapa pertanyaan dari kuesioner ini sesuai dengan kondisi yang dirasakan Bapak/Ibu. Jawaban
yang Bapak/Ibu berikan terjamin kerahasiaannya, dan tidak akan berpengaruh terhadap
penilaian kinerja Bapak/Ibu. Dan diharapkan jawaban diisi dengan jujur karena tidak ada
jawaban yang benar ataupun salah, agar hasilnya dapat dimanfaatkan dan menjadi masukan kepada
manajemen untuk membantu pekerjaan Bapak/Ibu dalam meningkatkan performa dan kesehatan
Bapak/Ibu.
Apabila Bapak/Ibu memiliki pertanyaan terkait penelitian. Bapak/Ibu dapat menghubungi
saya di nomor telepon 081374234955. Atas kesediaannya untuk meluangkan waktu pengisian
kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, 2019

Dwi Kurniati
(Peneliti)

Universitas Indonesia
No. Responden :
Tanggal :

INFORMED CONSENT
Lembar Persetujuan Responden

Yang betanda tangan di bawah ini:

Nama Responden : ___________________

Divisi, Unit : ___________________

Saya menyatakan bahwa saya sudah membaca / mendapatkan informasi terkait penelitian dari
peneliti terkait manfaat, tujuan penelitian, dan cara penelitian dilakukan. Dan bersedia
diikutsertakan dalam penelitian yang berjudul ” Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Keluhan Subjektif Musculoskeletal Symptoms (MSS) Pada Karyawan Office Di PT.X
Tahun 2019”. Saya berpartisipasi dalam penelitian ini secara sukarela tanpa paksaan dan saya
dapat menolak atau mengundurkan diri sewaktu-waktu tanpa sanksi. Saya menjamin bahwa
informasi yang saya berikan adalah benar.

Jakarta, 2019

( )
Responden

Universitas Indonesia
3

Petunjuk Umum Pengisian


1. Bacalah setiap petanyaan dengan baik
2. Jawablah pertanyaan sesuai dengan petunjuk yang tertera pada setiap kuesioner
3. Kuesioner ini terdiri dari lima bagian yaitu: A. Informasi data umum responden,
B.informasi data spesifik responden, C. Kondisi pekerjaan responden, D. Gambaran
kondisi tubuh responden, E. Aspek psikososial responden.
4. Apabila ada pertanyaan yang tidak dimengerti, responden dapat bertanya pada peneliti
5. Setelah selesai menjawab seluruh pertanyaan, responden dapat memberikan kuesioner ini
kepada peneliti.

KUESIONER PENELITIAN

A. Informasi Data Umum Responden (Isilah sesuai dengan identitas Bapak/Ibu)


1. No. Responden (diisi peneliti) :
1. Nama Responden :
2. Divisi, Unit :
3. Jabatan/Posisi :
4. Tempat, Tanggal Lahir :
5. Jenis Kelamin *) coret yang bukan jawaban : 1. Perempuan 2. Laki-laki
6. Tinggi Badan : cm
7. Berat Badan : kg

B. Informasi Data Spesifik Responden (Isilah titik-titik atau beri tanda silang (X) pada jawaban sesuai
dengan kondisi Bapak/Ibu)

8. Apakah Anda sering melakukan aktivitas fisik/kegiatan olahraga?


a.Ya, Dalam seminggu, berapa kalikah Anda melakukan olahraga tersebut? _____ kali
b.Tidak (Jika tidak, lanjut ke pertanyaan 10)

9. Apakah Anda pernah mengalami cidera seperti terkilir, patah tulang, atau pergeseran sendi
yang bukan karena pekerjaan selama 1 tahun terakir dan sudah tidak merasakan hingga saat
ini?
a. Pernah b. Tidak pernah (Jika tidak pernah, lanjut ke pertanyaan 11)

Universitas Indonesia
10. Apakah Anda memiliki kebiasaan merokok?
a.Ya b. Tidak

C. Kondisi Pekerjaan Responden (Isilah titik-titik atau beri tanda silang (X) pada jawaban sesuai dengan
kondisi Bapak/Ibu)

11. Sudah berapa lamakah Anda bekerja di perusahaan ini? (_____) Tahun (_____) Bulan

12. Mulai pukul berapakah Anda bekerja, setiap harinya? ______hingga pukul ______

13. Berapa lamakah Anda menggunakan komputer setiap harinya? (____) jam per hari

14. Apakah Anda melakukan istirahat disela pekerjaan?


a. Ya, setiap berapa jamkah Anda beristirahat?_______ jam sekali
b. Tidak, hanya istirahat ketika jam makan siang (Jika tidak, lanjut ke No. 17)

15. Jika iya, berapa lamakah Anda beristirahat setelah menggunakan komputer?
(____) jam (____) menit

16. Apakah pekerjaan saat ini mengharuskan Anda untuk lembur?


a. Ya b. Tidak (Jika tidak, lanjut ke Bagian D)

17. Dalam setiap kali lembur, berapa lama waktu yang Anda gunakan untuk lembur? (____)jam

Universitas Indonesia
5

D. Gambaran Kondisi Tubuh Responden (Beri tanda silang (X) pada kolom dibawah ini sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu)
Bagian Apakah selama 12 bulan terakir Anda Jika jawaban Ya
Tubuh mengalami (sakit, nyeri, tidak nyaman) Apakah selama 12 bulan terakir Anda Apakah selama 7 hari terakir
pada bagian tubuh ini: ? terhalang untuk melakukan kegiatan normal Anda mengalami (sakit, nyeri,
karena masalah tersebut? tidak nyaman) pada bagian tubuh
ini: ?
Leher ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah
⃝ Ya ⃝ Ya ⃝ Ya
Bahu ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah
Leher
⃝ Ya, Kanan ⃝ Ya ⃝ Ya
⃝ Ya, Kiri
Bahu ⃝ Ya, Keduanya
Punggung ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah
Punggung Atas
Atas ⃝ Ya ⃝ Ya ⃝ Ya
Siku Siku ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah
⃝ Ya, Kanan ⃝ Ya ⃝ Ya
Punggung Bawah
⃝ Ya, Kiri
Pergelangan ⃝ Ya, Keduanya
Tangan Punggung ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah
Bawah ⃝ Ya ⃝ Ya ⃝ Ya
Pinggul/Paha
/Bokong Pergelangan ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah
Tangan ⃝ Ya, Kanan ⃝ Ya ⃝ Ya
⃝ Ya, Kiri
Lutut ⃝ Ya, Keduanya
Pinggul/ ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah
Paha/ ⃝ Ya, Kanan ⃝ Ya ⃝ Ya
Bokong ⃝ Ya, Kiri
⃝ Ya, Keduanya
Pergelangan Kaki Lutut ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah
⃝ Ya, Kanan ⃝ Ya ⃝ Ya
⃝ Ya, Kiri
⃝ Ya, Keduanya
Pergelangan ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah ⃝ Tidak Pernah
Kaki ⃝ Ya, Kanan ⃝ Ya ⃝ Ya
⃝ Ya, Kiri
⃝ Ya, Keduanya

Universitas Indonesia
Beri tanda silang (X) pada kolom dibawah ini dan lingkari pada angka sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu)

Bagian Tubuh Jika jawaban Ya


Pada saat anda mengalami Berikan penilaian pada rasa sakit, nyeri, tidak
(sakit, nyeri, tidak nyaman), nyaman dari yang pernah Anda rasakan
Anda menemui
Leher (lingkari jawaban yang sesuai)
dokter/terapis?
Semakin besar angka Semakin sakit
Bahu
Leher ⃝ Tidak Pernah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
⃝ Ya
Punggung Atas Bahu ⃝ Tidak Pernah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
⃝ Ya
Siku Punggung Atas ⃝ Tidak Pernah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
⃝ Ya
Punggung Bawah Siku ⃝ Tidak Pernah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
⃝ Ya
Pergelangan Tangan Punggung Bawah ⃝ Tidak Pernah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
⃝ Ya
Pinggul/Paha/Bokong Pergelangan Tangan ⃝ Tidak Pernah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
⃝ Ya
Pinggul/Paha/ ⃝ Tidak Pernah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Bokong ⃝ Ya
Lutut ⃝ Tidak Pernah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Lutut ⃝ Ya
Pergelangan Kaki ⃝ Tidak Pernah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
⃝ Ya

Pergelangan Kaki

Universitas Indonesia
E. Aspek Psikososial Responden (Isilah titik-titik atau beri tanda silang (X) pada jawaban sesuai dengan kondisi Bapak/Ibu)
Tuntutan di tempat kerja
No Pertanyaan Jawaban
1 Seberapa sering Anda tidak memiliki cukup waktu
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
untuk menyelesaikan pekerjaan Anda?
2 Apakah Anda sering tidak bisa mengikuti ritme
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
pekerjaan Anda?
3 Apakah Anda diharuskan bekerja dengan cepat? Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah

4 Apakah Anda bekerja dengan kecepatan tinggi Hampir Tidak


Keseluruhan Sebagian besar Rata-rata Sebagian kecil
sepanjang hari? pernah bekerja
bekerja dengan bekerja dengan bekerja dengan bekerja dengan
dengan kecepatan
kecepatan tinggi kecepatan tinggi kecepatan tinggi kecepatan tinggi
tinggi
5 Apakah Anda harus berurusan dengan masalah
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
pribadi orang lain dalam pekerjaan Anda?
6 Apakah pekerjaan Anda menuntut secara emosional?

Keseluruhan Sebagian besar


Rata-rata Sebagian kecil Hampir Tidak ada
Note: Mengharuskan Anda untuk berupaya mejaga pekerjaan pekerjaan
menuntut secara pekerjaan menuntut pekerjaan menuntut
emosi tetap stabil selama bekerja baik dalam kondisi menuntut secara menuntut secara
emosional secara emosional secara emosional
berempati maupun dalam kondisi marah emosional emosional

7
Organisasi kerja dan konten pekerjaan
No Pertanyaan Jawaban
Apakah Anda memiliki pengaruh
7 besar dalam mengambil keputusan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
berkenaan dengan pekerjaan Anda?
Sebagian besar Sebagian kecil Hampir Tidak ada
Apakah Anda memiliki kesempatan Diseluruh pekerjaan Cukup
pekerjaan saya pekerjaan saya kesempatan
8 mempelajari hal-hal baru melalui saya berkesempatan berkesempatan
berkesempatan berkesempatan mempelajari hal
pekerjaan Anda? mempelajari hal baru mempelajari hal baru
mempelajari hal baru mempelajari hal baru baru
Apakah Anda dapat menggunakan Diseluruh pekerjaan Di sebagian besar Rata-rata di Di sebagian kecil
Hampir Tidak bisa
9 keterampilan atau keahlian Anda saya bisa saya pekerjaan saya bisa pekerjaan saya bisa pekerjaan saya bisa
saya gunakan
dalam pekerjaan Anda? gunakan saya gunakan saya gunakan saya gunakan

Apakah pekerjaan Anda berarti bagi Seluruh pekerjaan Sebagian besar Sebagian kecil Hampir Tidak
10 Cukup berarti
Anda? berarti pekerjaan berarti pekerjaan berarti berarti

Hubungan Interpersonal dan Kepemimpinan


No. Pertanyaan Jawaban
Apakah Anda mendapatkan informasi
yang cukup mengenai keputusan
Menerima Menerima sebagian Menerima sebagian Hampir Tidak
11 penting atau perubahan rencana Cukup menerima
Keseluruhan besar kecil menerima
kedepannya di tempat kerja Anda?

Universitas Indonesia
Apakah Anda menerima semua
informasi yang Anda perlukan agar Menerima Menerima sebagian Menerima sebagian Hampir Tidak
12 Cukup menerima
pekerjaan Anda berjalan dengan Keseluruhan besar kecil menerima
baik?
Apakah hasil kerja Anda diakui dan Hampir Tidak
13 Kesuluruhan diakui Sebagian besar diakui Cukup diakui Sebagian kecil diakui
dihargai oleh manajemen? diakui
Apakah pekerjaan Anda saat ini Sebagian besar tujuan Sebagian kecil tujuan Tujuan hampir tidak
14 Seluruh tujuan jelas Tujuan cukup jelas
memiliki tujuan yang jelas? jelas jelas jelas
Apakah ada tuntutan pekerjaan yang Kesuluruhan Sebagian besar Sebagian kecil Hampir Tidak ada
Rata-rata pekerjaan
bertentangan dengan Anda di tempat pekerjaan pekerjaan pekerjaan pekerjaan
15 bertentangan
kerja? bertentangan bertentangan dengan bertentangan dengan bertentangan
dengan saya
dengan saya saya saya dengan saya
Apakah kadang-kadang Anda Kesuluruhan Sebagian besar Rata-rata Sebagian kecil Hampir Tidak
diharuskan melakukan sesuatu diharuskan diharuskan diharuskan diharuskan diharuskan
16
dengan cara yang berbeda? melakukan cara melakukan cara melakukan cara melakukan cara melakukan cara
berbeda berbeda berbeda berbeda berbeda
Apakah atasan Anda bagus dalam Hampir Tidak
17 Kesuluruhan bagus Sebagian besar bagus Cukup bagus Sebagian kecil bagus
perencanaan kerja? bagus

Apakah atasan Anda bagus


menyelesaikan konflik? Hampir Tidak
18 Kesuluruhan bagus Sebagian besar bagus Cukup bagus Sebagian kecil bagus
bagus

9
Seberapa sering Anda mendapatkan
19 bantuan dan dukungan dari atasan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
Anda?
Seberapa sering Anda mendapatkan
20 bantuan dan dukungan dari rekan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
kerja Anda?
Apakah Anda memiliki hubungan
21 yang baik antara Anda dan rekan Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
kerja Anda?

Stress

No. Pertanyaan Jawaban


22 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering Anda merasa sulit
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
untuk santai/rileks?
23 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering Anda mudah
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
tersinggung atau mudah marah?
24 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering pikiran Anda
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
merasa tegang?

Universitas Indonesia
25 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering Anda mengalami
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
sakit perut?
26 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering Anda mengalami
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
sakit kepala?
27 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering Anda merasakan
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
jantung berdebar-debar?
28 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering Anda merasakan
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
keram/tegang pada otot?
29 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering Anda merasa sulit
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
untuk berkonsentrasi?
30 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering Anda merasa
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
kesulitan dalam berfikir jernih?
31 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering Anda merasa
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
kesulitan dalam mengambil keputusan?
32 Dalam 5 minggu terakir, seberapa sering Anda merasa
Selalu Sering Kadang-kadang Jarang Tidak Pernah
mudah lupa?

Terima kasih sudah berpartisipasi

11
Lampiran 2. Umur, Jenis Kelamin, Aktivitas Fisik,Riwayat Cidera, Merokok, Masa Kerja

Nomor Umur Jenis Kelamin IMT Aktivitas frekuensi Riwayat Merokok Masa Pukul Pukul
Responden (1 perempuan, Fisik aktivitas fisik Cidera (1 (1 ya, 2 Kerja masuk Pulang
2 laki-laki) (1 Tidak, 2 (dalam ya, 2 tidak) (Tahun) kerja kerja
Ya) seminggu) tidak)

1 36 2 26,93 2 2 2 2 10 08.00 17.00


2 28 1 23,03 2 1 2 2 7 08.00 17.00
3 33 2 27,28 2 1 2 2 8 08.00 17.00
4 22 1 18,07 1 - 2 2 1 08.00 17.00
5 26 1 21,61 1 - 2 2 7 08.00 17.00
6 37 1 17,01 2 1 2 2 15 08.00 17.00
7 36 2 26,57 1 - 2 2 10 08.00 17.00
8 32 2 21,97 2 1 2 2 6 08.00 17.00
9 37 2 33,66 2 2 2 2 10 07.00 16.00
10 26 2 22,68 2 1 2 2 2 08.00 17.30
11 36 2 34,72 2 1 2 2 5 08.00 17.00
12 28 2 30,12 2 1 2 2 5 08.00 17.00
13 27 2 34,37 2 1 2 2 1 08.00 17.00
14 39 2 33,66 1 - 2 1 13 08.00 17.00
15 30 2 24,80 2 2 2 1 6 08.00 17.00
16 26 2 27,28 1 - 2 2 7 08.00 17.00
17 47 2 26,57 2 2 2 1 3 08.00 17.00
18 29 1 21,61 2 4 2 2 6 08.00 17.00
19 31 1 19,49 2 1 2 2 6 08.00 17.00
20 30 1 23,03 1 - 2 2 4 08.00 17.00
21 33 1 17,01 2 1 2 2 7 08.00 17.00
22 26 2 21,26 2 1 2 2 2 08.00 17.00
23 30 1 20,55 2 1 2 2 6 08.00 17.00
24 32 1 18,07 2 1 2 2 9 08.00 17.00

Universitas Indonesia
13

25 30 2 23,03 1 - 2 2 6 08.00 17.00


26 29 2 24,09 2 4 2 2 4 08.00 17.00
27 31 2 21,26 1 - 2 2 5 08.00 17.00
28 31 1 15,24 1 - 2 2 4 08.00 17.00
29 32 2 25,86 1 - 2 2 6 08.00 17.00
30 55 2 24,80 2 1 2 2 21 08.00 17.00
31 27 2 23,03 1 - 2 2 1 08.00 17.00
32 39 2 36,49 1 - 2 2 12 08.00 18.00
33 25 2 21,26 2 1 2 2 2 08.00 17.00
34 49 1 17,01 2 1 2 2 7 08.00 17.00
35 30 1 15,24 2 1 2 2 4 08.00 17.00
36 25 1 19,84 2 1 2 1 1 08.00 17.00
37 24 1 25,51 2 1 2 2 1 08.00 18.00
38 29 1 19,84 1 - 2 2 6 08.00 17.00
39 39 2 21,26 2 5 2 1 11 08.00 17.00
40 25 2 31,89 2 2 2 2 5 08.00 17.00
41 27 1 18,78 1 - 2 2 3 08.00 17.00
42 45 2 25,51 2 1 2 2 20 08.00 17.00
43 24 2 22,32 2 2 2 2 1 08.00 18.00
44 46 2 17,72 2 3 2 2 21 08.00 17.00
45 47 2 24,80 2 1 2 2 26 08.00 17.00
46 31 1 17,72 2 1 2 2 6 08.00 17.00
47 39 2 30,12 2 1 2 2 11 08.00 18.30
48 31 1 24,80 1 - 2 2 6 07.00 16.00
49 28 1 25,86 1 - 2 2 6 08.00 17.00
50 31 1 17,72 2 1 2 2 4 08.00 17.00
51 24 1 23,03 2 1 2 2 1 08.00 17.00
52 27 1 21,26 2 1 2 2 2 08.00 17.00
53 29 1 24,45 1 - 2 2 4 08.00 17.00
54 31 1 19,13 1 - 2 2 1 08.00 17.00

Universitas Indonesia
55 27 2 35,08 1 - 2 2 1 08.00 17.00
56 29 1 26,57 1 - 2 2 5 08.00 17.00
57 44 1 18,42 1 - 2 2 18 08.00 17.00
58 32 2 27,64 2 2 2 2 3 08.00 17.00
59 54 2 20,90 2 1 2 2 8 08.00 17.00
60 31 1 23,38 1 - 2 2 6 08.00 17.00
61 55 2 28,34 2 7 2 2 31 08.00 17.00
62 30 1 31,18 1 - 2 2 2 08.00 17.00
63 44 1 18,78 1 - 2 2 18 08.00 17.00
64 28 1 18,78 2 1 2 2 3 08.00 17.00
65 31 1 23,03 1 - 2 2 7 08.00 17.00
66 50 1 18,78 1 - 2 2 25 08.00 17.00
67 46 2 28,34 2 1 2 1 20 08.00 17.00
68 34 1 21,61 2 2 2 2 8 08.00 17.00
69 24 1 17,01 2 1 2 2 1 08.00 17.00
70 25 1 17,36 2 1 2 2 1 08.00 17.00
71 29 1 16,65 2 1 2 2 3 08.00 17.00
72 28 2 26,57 2 2 2 2 1 08.00 17.00
73 35 2 15,94 2 1 2 2 5 08.00 17.00
74 43 2 20,20 1 - 2 2 16 08.00 17.00
75 35 1 22,32 2 1 2 2 8 08.00 17.00
76 31 2 30,12 2 1 2 1 6 08.00 17.00
77 38 2 31,89 2 1 2 1 10 08.00 17.00
78 38 2 29,41 2 2 2 2 11 08.00 17.00
79 27 2 31,53 1 - 2 1 4 08.00 17.00
80 27 2 25,86 2 1 2 2 3 08.00 17.00
81 36 2 19,84 2 2 2 2 9 08.00 17.00
82 32 2 26,57 2 3 2 2 3 08.00 18.00
83 30 2 31,18 2 1 2 1 4 08.00 17.00
84 31 2 24,09 2 1 2 2 8 08.00 17.00

Universitas Indonesia
15

85 52 1 25,51 1 - 2 2 18 08.00 17.00


86 35 2 27,46 2 1 2 2 4 08.00 17.00
87 35 2 27,28 1 - 2 2 4 08.00 17.00
88 29 1 33,66 2 1 2 2 5 08.00 17.00
89 26 1 27,28 1 - 2 2 1 08.00 17.00
90 29 1 24,09 1 - 2 2 5 08.00 17.00
91 52 1 19,49 2 1 2 2 21 08.00 17.00
92 32 2 28,34 2 1 2 2 6 08.00 17.00
93 35 2 23,03 2 1 2 2 7 08.00 17.00
94 29 1 24,80 1 - 2 2 5 08.00 17.00
95 29 1 17,01 1 - 2 2 4 08.00 17.00
96 29 1 18,42 2 2 2 2 4 08.00 17.00
97 28 2 24,80 1 - 2 1 5 08.00 17.00
98 30 2 23,03 1 - 2 1 3 08.00 17.00
99 32 2 22,32 1 - 2 2 8 08.00 17.00
100 42 2 23,03 2 2 2 1 17 08.00 17.00
101 39 1 30,82 2 2 2 2 15 08.00 17.00
102 37 2 23,74 2 2 2 2 4 08.00 17.00
103 26 1 26,93 2 1 2 2 2 08.00 17.00

Universitas Indonesia
Lampiran 3. Lama Kerja, Istirahat, Lembur

Nomor Lama istirahat (1 tidak, 2 Frekuensi Lembur (1 lama lembur


Responden menggunakan Ya) istiharatnya ya, 2 tidak) ( jam)
komputer (jam)

1 4 2 1 1 2
2 7 1 4 1 1
3 8 2 4 1 3
4 8 1 3 1 2
5 8 1 3 2 -
6 5 2 2 2 -
7 8 1 3 2 -
8 8 1 3 1 3
9 8 2 3 1 1
10 8 1 3 1 3
11 8 2 4 2 -
12 8 2 2 1 4
13 8 2 3 1 2
14 6 2 1 1 5
15 6 1 3 1 4
16 5 2 1 1 8
17 3 1 3 2 -
18 8 1 3 2 -
19 6 1 3 2 -
20 8 2 4 2 -
21 8 1 3 2 -
22 7 2 3 1 7
23 8 1 3 1 4
24 8 1 3 2 -

Universitas Indonesia
17

25 7 2 3 1 3
26 8 1 3 1 4
27 8 1 3 2 -
28 7 2 3 2 -
29 6 1 3 2 -
30 7 2 0,25 1 3
31 8 1 3 1 3
32 7 1 3 1 5
33 8 1 3 1 2
34 8 1 3 2 -
35 8 1 3 2 -
36 8 1 3 1 4
37 9 1 3 1 4
38 7 2 2 2 -
39 6 2 1 1 2
40 8 1 3 1 3
41 8 1 3 1 3
42 4 2 2 1 1
43 6 2 3 1 3
44 6 1 3 2 -
45 6 1 3 2 -
46 8 1 3 1 2
47 5 2 1 1 1
48 8 1 3 2 -
49 6 1 3 2 -
50 8 1 3 2 -
51 8 1 3 2 -
52 8 1 3 2 -
53 7 2 3 2 -
54 7 2 3 2 -

Universitas Indonesia
55 7 2 3 2 -
56 8 1 3 1 3
57 4 2 2 2 -
58 8 2 2 2 -
59 3 2 0,5 2 -
60 7 2 2 1 3
61 7 2 3 2 -
62 8 1 3 2 -
63 8 1 3 2 -
64 8 2 1 2 -
65 8 2 2 1 2
66 5 2 2 2
67 5 2 2 2 -
68 8 1 3 1 1
69 8 1 3 2 -
70 6 2 2 2 -
71 6 2 3 1 5
72 8 1 3 2 -
73 6 2 3 2 -
74 6 2 4 2 -
75 8 1 3 2 -
76 8 1 3 2 -
77 5 2 2 2 -
78 8 2 1 2 -
79 8 1 3 2 -
80 8 1 3 1 2
81 5 1 3 2 -
82 9 1 3 1 3
83 8 2 1 2 -
84 8 2 2 1 1

Universitas Indonesia
19

85 3 1 3 2 -
86 8 2 2 2 -
87 6 2 1 2 -
88 8 2 1 2 -
89 8 2 1 2 -
90 8 2 2 2 -
91 6 1 3 2 -
92 7 2 2 1 3
93 6 1 3 1 4
94 8 1 3 1 2
95 8 1 3 1 2
96 8 1 3 1 3
97 7 2 1 2 -
98 8 1 3 2 -
99 5 2 1 1 2
100 6 2 3 2 -
101 8 1 3 2 -
102 6 2 1 2 -
103 8 2 2 2 -

Universitas Indonesia
Lampiran 4. ROSA

Nom Score Seat Pan Seat Pan Armrest Back Support Monitor Telepone Mouse Keyboard
or ROSA Height Depth
Resp
onde
n
1 6 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
panjang; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
2 7 lutut < 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable
3 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
4 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
panjang; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder adjustable
adjustable adjustable adjustable
5 5 lutut 90 ° jarak lutut terlalu sandaran memadai; terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; area kerja terlalu ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non tinggi holder telepon adjustable
adjustable
6 5 lutut 90 ° jarak lutut terlalu sandaran memadai; terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; area kerja terlalu ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non tinggi holder telepon adjustable
adjustable
7 7 lutut < 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder adjustable
adjustable adjustable

Universitas Indonesia
21

8 7 lutut > 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu; pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan pinch grip terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable
9 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable
10 7 lutut < 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; leher tidak sejajar bahu pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja berputar 30 °; tidak menggunakan sedikit menekuk;
inchi non terlalu tinggi;non- ada dokumen telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable holder adjustable
11 7 lutut < 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; leher tidak sejajar bahu; pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja berputar 30 °; tidak menggunakan pinch grip terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- ada dokumen telepon adjustable
adjustable adjustable holder
12 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; leher tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja berputar 30 °; tidak menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- ada dokumen telepon adjustable
adjustable adjustable holder
13 6 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; leher tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; non- berputar 30 °; tidak menggunakan non-adjustable
non non adjustable ada dokumen telepon
adjustable adjustable holder
14 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
15 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja terlalu jauh; tidak menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- ada dokumen telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable holder
16 5 lutut < 90 ° jarak lutut bahu sandaran memadai; terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu; pergelangan lurus;
dan kursi 3 rileks, area kerja terlalu ada dokumen menggunakan keyboard dan terlalu tinggi; non-
inchi amrest tinggi holder telepon mouse berada adjustable

Universitas Indonesia
menopang di permukaan
siku; yang berbeda
permukaa
n kasar
17 3 lutut < 90 °; jarak lutut terlalu sandaran memadai terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
ruangan dan kursi 3 rendah; ada dokumen menggunakan non-adjustable
bawah meja inchi non holder telepon
sempit adjustable
18 7 lutut < 90 °; jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak sejajar bahu; pergelangan lurus;
ruangan dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja terlalu jauh; tidak menggunakan pinch grip terlalu tinggi; non-
bawah meja inchi non terlalu tinggi;non- ada dokumen telepon adjustable
sempit adjustable adjustable holder
19 5 lutut90 °; jarak lutut bahu sandaran memadai; sejajar mata; terlalu tidak sejajar bahu; pergelengan lurus;
ruangan dan kursi 3 rileks, area kerja terlalu jauh; leher berputar menggunakan keyboard dan terlalu tinggi; non-
bawah meja inchi amrest tinggi 30 °;tidak ada telepon mouse berada adjustable
sempit menopang dokumen holder di permukaan
siku; yang berbeda
permukaa
n kasar
20 8 lutut > 90 °; terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; terlalu tidak sejajar bahu; pergelengan
ruangan pendek; rendah; kedepan; area kerja jauh; tidak ada menggunakan keyboard dan sedikit menekuk;
bawah meja non non terlalu tinggi;non- dokumen holder telepon mouse berada non-adjustable
sempit adjustable adjustable adjustable di permukaan
yang berbeda
21 4 lutut > 90 °; jarak lutut bahu sandaran memadai; sejajar mata; terlalu tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
ruangan dan kursi 3 rileks, area kerja terlalu jauh; tidak ada menggunakan terlalu tinggi; non-
bawah meja inchi amrest tinggi dokumen holder telepon adjustable
sempit menopang
siku;
permukaa
n kasar
22 7 lutut 90 °; terlalu bahu pekerja condong terlalu rendah; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
ruangan pendek; rileks, kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam non-adjustable
bawah meja non amrest terlalu tinggi;non- holder
sempit adjustable menopang adjustable

Universitas Indonesia
23

siku;
permukaa
n kasar
23 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
24 7 lutut > 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable
25 7 lutut 90 °; jarak lutut bahu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu; pergelangan lurus;
ruangan dan kursi 3 rileks, kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam keyboard dan non-adjustable
bawah meja inchi amrest terlalu tinggi;non- holder mouse berada
sempit menopang adjustable di permukaan
siku; yang berbeda
permukaa
n kasar
26 4 lutut 90 °; jarak lutut terlalu sandaran memadai terlalu rendah; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
ruangan dan kursi 3 rendah; ada dokumen tangan; 1-2 jam non-adjustable
bawah meja inchi non holder
sempit adjustable
27 6 lutut > 90 °; jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak mause perlu pergelangan lurus;
ruangan dan kursi 3 rendah; kedepan; non- ada dokumen menggunakan dijangkau;ke non-adjustable
bawah meja inchi non adjustable holder telepon yboard dan
sempit adjustable mouse berada
di permukaan
yang berbeda
28 5 lutut 90 °; jarak lutut terlalu sandaran memadai sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelangan lurus;
ruangan dan kursi 3 rendah; ada dokumen menggunakan keyboard dan non-adjustable
bawah meja inchi non holder telepon mouse berada
sempit adjustable di permukaan
yang berbeda

Universitas Indonesia
29 7 lutut 90 °, terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
ruangan pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
bawah meja non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
sempit adjustable adjustable adjustable
30 5 lutut 90 °, terlalu terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
ruangan pendek; rendah; area kerja terlalu ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
bawah meja non non tinggi holder telepon terlalu tinggi; non-
sempit adjustable adjustable adjustable
31 8 lutut > 90 °, terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
ruangan pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
bawah meja non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
sempit adjustable adjustable adjustable
32 5 lutut < 90 ° terlalu terlalu sandaran memadai terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; ada dokumen menggunakan non-adjustable
non non holder telepon
adjustable adjustable
33 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable adjustable
34 6 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak dengan satu sejajar bahu pergelengan
pendek; rendah; kedepan ;non- ada dokumen tangan; 1-2 jam sedikit menekuk;
non non adjustable holder terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable
35 7 lutut > 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelengan
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable adjustable
36 8 lutut < 90 °, terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
ruangan pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
bawah meja non non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
sempit adjustable adjustable adjustable adjustable
37 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan pinch grip sedikit menekuk;
inchi holder telepon

Universitas Indonesia
25

non terlalu tinggi;non- terlalu tinggi; non-


adjustable adjustable adjustable
38 7 lutut 90 °, jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
ruangan dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
bawah meja inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
sempit adjustable adjustable
39 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu; pergelangan lurus;
panjang; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam pinch grip terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder adjustable
adjustable adjustable adjustable
40 8 lutut < 90 °, terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
ruangan pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
bawah meja non non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
sempit adjustable adjustable adjustable adjustable
41 8 lutut < 90 °, terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
ruangan pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
bawah meja non non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
sempit adjustable adjustable adjustable adjustable
42 6 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
43 6 lutut < 90 °; terlalu terlalu sandaran memadai terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
non adjustable pendek; rendah; ada dokumen menggunakan non-adjustable
non non holder telepon
adjustable adjustable
44 8 lutut 90 °, terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
ruangan pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
bawah meja non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
sempit adjustable adjustable adjustable
45 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable adjustable

Universitas Indonesia
46 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
panjang; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable adjustable
47 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan pinch grip terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
48 6 lutut < 90 ° terlalu terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelengan
panjang; rendah; area kerja terlalu ada dokumen menggunakan pinch grip sedikit menekuk;
non non tinggi holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable
49 7 lutut < 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan pinch grip terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable
50 6 lutut 90 ° jarak lutut terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu; pergelengan
dan kursi 3 rendah; area kerja terlalu ada dokumen tangan; 1-2 jam pinch grip sedikit menekuk;
inchi non tinggi holder terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable
51 7 lutut 90 °, jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu mause perlu pergelengan
ruangan dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam dijangkau; sedikit menekuk;
bawah meja inchi non terlalu tinggi;non- holder pinch grip terlalu tinggi; non-
sempit adjustable adjustable adjustable
52 6 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu; pergelengan
panjang; rendah; kedepan;non- ada dokumen tangan; 1-2 jam pinch grip sedikit
non non adjustable holder menekuk;non-
adjustable adjustable adjustable
53 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelengan
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder non-adjustable
adjustable adjustable adjustable
54 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak dengan satu mause perlu pergelengan
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam dijangkau sedikit menekuk;
holder

Universitas Indonesia
27

non non terlalu tinggi;non- terlalu tinggi; non-


adjustable adjustable adjustable adjustable
55 6 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; non- ada dokumen tangan; 1-2 jam sedikit menekuk;
inchi non adjustable holder non-adjustable
adjustable
56 6 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; non- ada dokumen tangan; 1-2 jam non-adjustable
inchi non adjustable holder
adjustable
57 5 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; non- ada dokumen menggunakan pinch grip sedikit menekuk;
inchi non adjustable holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable
58 6 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; non- ada dokumen menggunakan pinch grip sedikit menekuk;
inchi non adjustable holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable
59 6 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; terlalu dengan satu sejajar bahu; pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja jauh; tidak ada tangan; 1-2 jam pinch grip terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- dokumen holder adjustable
adjustable adjustable
60 6 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; non- ada dokumen menggunakan pinch grip non-adjustable
inchi non adjustable holder telepon
adjustable
61 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak dengan satu mause perlu pergelengan
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam dijangkau sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable adjustable
62 6 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; non- ada dokumen menggunakan pinch grip sedikit menekuk;
inchi non adjustable holder telepon non-adjustable
adjustable

Universitas Indonesia
63 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahupergelengan
panjang; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable adjustable
64 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu; pergelengan
panjang; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam pinch grip sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable adjustable
65 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu; pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam pinch grip terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder adjustable
adjustable adjustable
66 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
panjang; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable adjustable
67 7 lutut > 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable adjustable
68 7 lutut > 90 ° jarak lutut bahu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelengan
dan kursi 3 relax; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan pinch grip sedikit menekuk;
inchi permukaa terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
n adjustable adjustable
sandaran
tangan
keras
69 7 lutut 90 °, jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu; pergelangan lurus;
ruangan dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam pinch grip terlalu tinggi; non-
bawah meja inchi non terlalu tinggi;non- holder adjustable
sempit adjustable adjustable
70 7 lutut > 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu; pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; tidak ada pinch grip terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder handsfree;terkad adjustable
adjustable adjustable adjustable ang menahan

Universitas Indonesia
29

dengan leher dan


pundak; 1-2 jam
71 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable
72 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu; pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan pinch grip terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable
73 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
74 5 lutut 90 ° jarak lutut terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
dan kursi 3 rendah; area kerja terlalu ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
inchi non tinggi holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable
75 5 lutut 90 ° terlalu terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
panjang; rendah; area kerja terlalu ada dokumen tangan; 1-2 jam terlalu tinggi; non-
non non tinggi holder adjustable
adjustable adjustable
76 5 lutut 90 ° jarak lutut terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; area kerja terlalu ada dokumen tangan; 1-2 jam terlalu tinggi; non-
inchi non tinggi holder adjustable
adjustable
77 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable
78 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable

Universitas Indonesia
79 5 lutut 90 ° terlalu terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelengan
pendek; rendah; area kerja terlalu ada dokumen menggunakan sedikit menekuk;
non non tinggi holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable
80 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable
81 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu; pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan pinch grip terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
82 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
83 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder adjustable
adjustable adjustable adjustable
84 5 lutut 90 ° jarak lutut terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; area kerja terlalu ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non tinggi holder telepon adjustable
adjustable
85 6 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
86 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- holder adjustable
adjustable adjustable
87 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
holder telepon adjustable

Universitas Indonesia
31

non non terlalu tinggi;non-


adjustable adjustable adjustable
88 7 lutut 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
panjang; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
89 6 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; non- ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non adjustable holder telepon adjustable
adjustable
90 6 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; non- ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non adjustable holder telepon adjustable
adjustable
91 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; leher tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja berputar 30 °; tidak menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non terlalu tinggi;non- ada dokumen telepon adjustable
adjustable adjustable holder
92 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; leher tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja berputar 30 °; tidak menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- ada dokumen telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable holder
93 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
94 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak mause perlu pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan dijangkau sedikit menekuk;
inchi non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable
95 5 lutut 90 ° jarak lutut terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelengan
dan kursi 3 rendah; area kerja terlalu ada dokumen tangan; 1-2 jam sedikit menekuk;
inchi non tinggi holder terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable

Universitas Indonesia
96 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam sedikit menekuk;
inchi non terlalu tinggi;non- holder terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable
97 7 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelengan
dan kursi 3 rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam sedikit menekuk;
inchi non terlalu tinggi;non- holder terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable
98 5 <lutut 90 ° jarak lutut terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; area kerja terlalu ada dokumen tangan; 1-2 jam terlalu tinggi; non-
inchi non tinggi holder adjustable
adjustable
99 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak mause perlu pergelengan
panjang; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan dijangkau sedikit menekuk;
non non terlalu tinggi;non- holder telepon terlalu tinggi; non-
adjustable adjustable adjustable adjustable
100 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak dengan satu mause perlu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen tangan; 1-2 jam dijangkau terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder adjustable
adjustable adjustable adjustable
101 7 lutut < 90 ° terlalu terlalu pekerja condong sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
pendek; rendah; kedepan; area kerja ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
non non terlalu tinggi;non- holder telepon adjustable
adjustable adjustable adjustable
102 5 lutut 90 ° jarak lutut terlalu sandaran memadai; sejajar mata; tidak tidak sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; area kerja terlalu ada dokumen menggunakan terlalu tinggi; non-
inchi non tinggi holder telepon adjustable
adjustable
103 6 lutut 90 ° jarak lutut terlalu pekerja condong terlalu rendah; tidak dengan satu sejajar bahu pergelangan lurus;
dan kursi 3 rendah; kedepan; non- ada dokumen tangan; 1-2 jam non-adjustable
inchi non adjustable holder
adjustable

Universitas Indonesia
33

Lampiran 5. Keluhan 12 Bulan

Nomor Keluhan Keluhan 12 Keluhan 12 Keluhan 12 Keluhan 12 Keluhan 12 Keluhan 12 Keluhan 12 Keluhan 12
Responden 12 bulan bulan Bahu bulan bulan Siku bulan bulan bulan Pinggul/ bulan Lutut bulan
Leher Punggung Punggung Pergelangan Paha/Bokong Pergelangan
Atas Bawah Tangan Kaki

(1: ya, (1:Keduanya, (1: ya, (1:Keduanya, (1: ya, (1:Keduanya, (1:Keduanya, (1:Keduanya, (1:Keduanya,
2:tidak 2:kiri, 2:tidak 2:kiri, 2:tidak 2:kiri, 2:kiri, 2:kiri, 2:kiri,
pernah) 3: kanan, pernah) 3: kanan, pernah) 3: kanan, 3: kanan, 3: kanan, 3: kanan,
4:tidak 4:tidak 4:tidak pernah) 4:tidak pernah) 4:tidak 4:tidak pernah)
pernah) pernah) pernah)

1 2 4 2 4 2 4 4 4 3
2 2 4 2 4 2 4 4 4 4
3 1 1 1 4 1 1 1 4 1
4 1 1 1 3 1 1 1 1 1
5 2 1 2 4 1 4 4 4 4
6 2 3 1 4 2 4 2 4 4
7 2 4 2 4 2 4 4 4 4
8 1 4 2 4 2 4 4 4 4
9 2 4 2 4 2 4 4 4 4
10 1 4 2 4 1 4 4 4 4
11 2 4 2 4 2 4 4 4 4
12 2 4 1 4 2 4 4 4 4
13 2 2 2 4 2 3 1 4 4
14 2 3 1 4 1 4 4 4 4
15 1 4 2 4 2 4 4 4 4
16 2 4 2 4 2 4 4 4 4
17 1 4 1 4 2 4 4 4 4

Universitas Indonesia
18 1 1 2 4 1 4 1 4 1
19 2 4 2 4 2 4 4 4 4
20 1 1 2 4 1 4 4 1 4
21 1 4 2 4 2 3 3 4 4
22 1 1 2 4 1 4 1 4 4
23 1 1 1 1 1 3 4 1 1
24 1 4 2 4 1 4 4 4 4
25 2 1 2 4 2 4 4 4 4
26 1 3 2 4 2 4 4 4 4
27 1 1 2 4 1 1 1 4 4
28 2 4 2 4 2 4 4 4 4
29 1 3 2 3 1 3 4 3 3
30 2 4 2 4 1 4 4 4 4
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 2 4 2 4 2 4 4 4 4
33 1 4 2 4 1 4 4 4 2
34 2 1 1 2 1 4 2 2 2
35 2 4 2 4 2 4 4 4 4
36 1 3 2 4 1 4 4 4 4
37 2 3 2 4 1 1 4 4 1
38 1 4 1 4 1 4 1 4 4
39 1 4 2 4 2 4 4 4 4
40 1 4 1 4 2 4 4 4 4
41 2 2 2 4 2 4 4 4 4
42 2 4 2 3 2 3 4 2 4
43 2 1 2 4 2 4 4 4 4
44 2 4 2 4 2 4 4 4 4
45 2 4 2 4 2 4 4 3 4
46 1 1 1 4 1 4 1 4 4
47 1 3 2 1 2 3 3 3 1

Universitas Indonesia
35

48 2 4 2 4 2 4 1 4 4
49 2 3 1 4 1 4 1 4 1
50 2 1 1 4 1 4 4 4 4
51 2 1 1 4 1 3 1 4 2
52 2 4 2 4 2 3 1 4 4
53 2 3 2 4 1 4 1 1 4
54 2 1 1 4 2 4 4 4 4
55 2 4 2 4 2 4 4 4 4
56 1 1 1 4 1 4 1 1 4
57 1 3 1 3 1 3 1 1 1
58 2 4 2 4 2 4 4 2 4
59 1 4 1 4 2 4 4 4 4
60 1 4 2 4 1 4 4 4 4
61 2 4 2 4 2 4 4 4 4
62 2 4 2 4 1 4 4 4 4
63 2 1 1 4 1 4 4 4 4
64 1 1 2 4 2 4 4 4 1
65 1 1 1 4 1 4 4 1 1
66 2 4 2 4 2 4 4 2 4
67 2 4 2 4 2 4 4 4 4
68 1 1 2 4 1 4 1 4 1
69 2 4 2 4 1 4 4 4 4
70 1 1 2 4 1 3 1 4 4
71 1 3 2 1 1 1 4 4 4
72 1 4 2 4 1 4 4 4 4
73 1 3 2 4 1 4 4 4 4
74 1 1 2 4 1 4 4 4 4
75 2 1 1 4 1 4 1 4 4
76 1 3 2 4 1 2 1 1 1
77 2 4 1 4 2 4 4 4 4

Universitas Indonesia
78 1 4 2 4 2 4 4 4 4
79 1 4 2 4 2 4 4 4 4
80 1 4 2 4 1 3 4 4 4
81 2 3 2 4 1 4 4 2 4
82 1 4 2 4 2 3 3 4 1
83 2 3 2 4 2 4 1 4 4
84 1 4 2 4 2 4 4 4 4
85 1 1 1 4 2 4 4 3 4
86 1 1 1 4 1 4 4 3 3
87 2 4 2 4 2 4 4 4 4
88 2 4 2 4 1 4 1 1 1
89 1 1 1 4 1 3 1 4 4
90 1 4 2 4 1 4 4 4 4
91 1 1 2 4 2 4 4 4 4
92 1 1 2 4 2 3 4 4 4
93 2 4 1 4 1 4 4 4 4
94 1 4 1 4 1 4 4 4 1
95 2 4 2 2 2 4 4 4 4
96 2 1 1 4 2 2 4 4 4
97 1 1 1 4 2 1 4 4 4
98 1 1 2 4 2 4 4 2 4
99 2 4 2 4 2 4 4 4 4
100 2 1 1 4 2 4 4 4 4
101 1 1 2 4 1 3 1 4 4
102 1 4 2 4 2 4 4 4 4
103 2 4 2 4 1 1 4 4 4

Universitas Indonesia
37

Lampiran 6. Keluhan yang menghalangi pekerjaan

Nomor menghalangi menghalangi menghalangi menghalangi menghalangi menghalangi menghalangi menghalangi menghalangi
Responden pekerjaan pekerjaan pekerjaan pekerjaan pekerjaan pekerjaan pekerjaan pekerjaan pekerjaan
leher Bahu Punggung siku punggung pergelangan pinggul paha lutut pergelangan
Atas bawah tangan bokong kaki

(1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya,
2: tidak 2: tidak 2: tidak 2: tidak 2: tidak 2: tidak 2: tidak 2: tidak 2: tidak
pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah)
1 - - - - - - - - 2
2 - - - - - - - - -
3 1 1 1 - 1 2 1 - 2
4 2 2 2 2 2 2 2 2 2
5 - 2 - - 2 - - - -
6 - 2 2 - - - 2 - -
7 - - - - - - - - -
8 2 - - - - - - - -
9 - - - - - - - - -
10 2 - - - 2 - - - -
11 - - - - - - - - -
12 - - 2 - - - - - -
13 - 2 - - - 2 2 - -
14 - 1 1 - 1 - - - -
15 2 - - - - - - - -
16 - - - - - - - - -
17 2 - 2 - - - - - -
18 2 2 - - 1 - 1 - 1
19 - - - - - - - - -
20 2 2 - - 2 - - 2 -

Universitas Indonesia
21 2 - - - - 2 2 - -
22 2 2 - - 2 - 2 - -
23 1 1 1 1 1 2 - 1 1
24 1 - - - 2 - - - -
25 - 2 - - - - - - -
26 2 2 - - - - - - -
27 1 1 - - 1 1 1 - -
28 - - - - - - - - -
29 1 2 - 2 2 2 - 2 2
30 - - - - 2 - - - -
31 2 2 2 2 2 2 2 2 2
32 - - - - - - - - -
33 1 - - - 2 - - - 2
34 - 1 1 1 2 - 1 1 1
35 - - - - - - - - -
36 2 2 - - 2 - - - -
37 - 2 - - 2 2 - - 2
38 2 - 2 - 1 - 1 - -
39 2 - - - - - - - -
40 2 - 2 - - - - - -
41 - 2 - - - - - - -
42 - - - 2 - 2 - 2 -
43 - 1 - - - - - - -
44 - - - - - - - - -
45 - - - - - - - 2 -
46 2 2 2 - 2 - 2 - -
47 2 2 - 2 - 2 2 2 2
48 - - - - - - 1 - -
49 - 2 2 - 1 - 1 - 2
50 - 2 2 - 2 - - - -

Universitas Indonesia
39

51 - 2 2 - 2 2 2 - 2
52 - - - - - 2 1 - -
53 - 1 - - 2 - 2 2 -
54 - 1 1 - - - - - -
55 - - - - - - - - -
56 2 2 2 - 2 - 2 2 -
57 2 2 2 2 2 2 2 2 2
58 - - - - - - - 1 -
59 2 - 2 - - - - - -
60 2 - - - 2 - - - -
61 - - - - - - - - -
62 - - - - 1 - - - -
63 - 2 2 - 2 - - - -
64 2 2 - - - - - - 2
65 2 2 2 - 2 - - 2 2
66 - - - - - - - 2 -
67 - - - - - - - - -
68 1 1 - - 1 - 1 - 1
69 - - - - 1 - - - -
70 1 1 - - 1 2 1 - -
71 2 2 - 2 2 2 - - -
72 2 - - - 2 - - - -
73 2 2 - - 2 - - - -
74 2 2 - - 2 - - - -
75 - 1 1 - 1 - 1 - -
76 1 2 - - 2 2 2 2 2
77 - - 2 - - - - - -
78 2 - - - - - - - -
79 2 - - - - - - - -
80 2 - - - 2 2 - - -

Universitas Indonesia
81 - 1 - - 2 - - 1 -
82 2 - - - - 2 2 - 2
83 - 2 - - - - 2 - -
84 2 - - - - - - - -
85 2 1 1 - - - - 2 -
86 1 2 2 - 2 - - 1 1
87 - - - - - - - - -
88 - - - - 1 - 1 1 1
89 2 2 2 - 2 2 2 - -
90 2 - - - 1 - - - -
91 1 1 - - - - - - -
92 2 1 - - - 2 - - -
93 - - 2 - 2 - - - -
94 2 - 1 - 1 - - - 1
95 - - - 2 - - - - -
96 - 2 2 - - 2 - - -
97 2 2 1 - - 2 - - -
98 2 2 - - - - - 2 -
99 - - - - - - - - -
100 - 2 2 - - - - - -
101 1 1 - - 2 2 2 - -
102 2 - - - - - - - -
103 - - - - 1 1 - - -

Universitas Indonesia
41

Lampiran 7.Keluhan 7 hari

Nomor Gabungan Keluhan 7 Keluhan 7 Keluhan 7 Keluhan 7 Keluhan 7 Keluhan 7 hari Keluhan 7 Keluhan 7 Keluhan 7 hari
Responden Keluhan 7 hari leher hari Bahu hari hari siku hari pergelangan hari hari lutut Pergelangan
hari Punggung punggung tangan pinggul Kaki
Atas bawah paha
bokong

(1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya,
2:tidak 2:tidak 2:tidak 2:tidak 2:tidak 2:tidak 2:tidak pernah) 2:tidak 2:tidak 2:tidak pernah)
pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah)
1 1 - - - - - - - - 1
2 2 - - - - - - - - -
3 1 1 1 1 - 1 1 1 - 1
4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
5 2 - 2 - - 2 - - - -
6 2 - 2 2 - - - 2 - -
7 2 - - - - - - - - -
8 1 1 - - - - - - - -
9 2 - - - - - - - - -
10 1 2 - - - 1 - - - -
11 2 - - - - - - - - -
12 1 - - 1 - - - - - -
13 1 - 1 - - - 1 2 - -
14 1 - 1 1 - 2 - - - -
15 2 2 - - - - - - - -
16 2 - - - - - - - - -
17 2 2 - 2 - - - - - -
18 1 2 2 - - 1 - 1 - 1
19 2 - - - - - - - - -

Universitas Indonesia
20 1 1 1 - - 1 - - 1 -
21 1 1 - - - - 2 2 - -
22 1 1 1 - - 1 - 1 - -
23 1 1 1 1 1 1 2 - 1 1
24 1 1 - - - 2 - - - -
25 2 - 2 - - - - - - -
26 2 2 2 - - - - - - -
27 1 1 2 - - 1 2 2 - -
28 2 - - - - - - - - -
29 1 1 2 - 2 2 2 - 2 2
30 2 - - - - 2 - - - -
31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
32 2 - - - - - - - - -
33 1 1 - - - 2 - - - 2
34 1 - 1 1 1 2 - 1 1 1
35 2 - - - - - - - - -
36 1 1 1 - - 2 - - - -
37 1 - 1 - - 1 1 - - 1
38 1 2 - 2 - 1 - 1 - -
39 2 2 - - - - - - - -
40 1 1 - 1 - - - - - -
41 1 - 1 - - - - - - -
42 1 - - - 1 - 1 - 1 -
43 2 - 2 - - - - - - -
44 2 - - - - - - - - -
45 2 - - - - - - - 2 -
46 1 1 1 1 - 1 - 1 - -
47 2 2 2 - 2 - 2 2 2 2
48 1 - - - - - - 1 - -
49 1 - 1 2 - 1 - 1 - 1

Universitas Indonesia
43

50 1 - 1 1 - 1 - - - -
51 1 - 1 1 - 1 2 1 - 1
52 1 - - - - - 2 1 - -
53 1 - 1 - - 2 - 1 2 -
54 2 - 2 2 - - - - - -
55 2 - - - - - - - - -
56 1 1 1 1 - 1 - 1 1 -
57 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
58 1 - - - - - - - 1 -
59 2 2 - 2 - - - - - -
60 2 2 - - - 2 - - - -
61 2 - - - - - - - - -
62 2 - - - - 2 - - - -
63 2 - 2 2 - 2 - - - -
64 1 1 1 - - - - - - 1
65 1 1 1 1 - 1 - - 2 2
66 1 - - - - - - - 1 -
67 2 - - - - - - - - -
68 1 1 1 - - 1 - 1 - 1
69 1 - - - - 1 - - - -
70 1 1 1 - - 1 2 2 - -
71 2 2 2 - 2 2 2 - - -
72 1 1 - - - 1 - - - -
73 1 2 2 - - 1 - - - -
74 2 2 2 - - 2 - - - -
75 2 - 2 2 - 2 - 2 - -
76 1 2 2 - - 2 2 2 1 1
77 1 - - 1 - - - - - -
78 2 2 - - - - - - - -

Universitas Indonesia
79 2 2 - - - - - - - -
80 2 2 - - - 2 2 - - -
81 2 - 2 - - 2 - - 2 -
82 1 1 - - - - 2 2 - 1
83 2 - 2 - - - - 2 - -
84 2 2 - - - - - - - -
85 1 1 1 1 - - - - 2 -
86 1 2 1 2 - 2 - - 2 2
87 2 - - - - - - - - -
88 1 - - - - 1 - 1 1 1
89 1 1 1 2 - 1 1 1 - -
90 1 1 - - - 1 - - - -
91 2 2 2 - - - - - - -
92 2 2 2 - - - 2 - - -
93 2 - - 2 - 2 - - - -
94 1 1 - 1 - 1 - - - 2
95 2 - - - 2 - - - - -
96 1 - 1 2 - - 2 - - -
97 1 1 2 2 - - 2 - - -
98 2 2 2 - - - - - 2 -
99 2 - - - - - - - - -
100 2 - 2 2 - - - - - -
101 1 2 2 - - 2 1 2 - -
102 2 2 - - - - - - - -
103 1 - - - - 1 1 - - -

Universitas Indonesia
45

Lampiran 8. Keluhan mendapatkan pengobatan/terapi

Nomor dokter/terapis dokter/terapis dokter/terapis dokter/terapis dokter/terapis dokter/terapis dokter/terapis dokter/terapis dokter/terapis
Responden leher Bahu Punggung Siku Punggung pergelangan pinggul paha lutut Pergelangan
Atas bawah tangan bokong Kaki

(1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya, (1: ya,
2:tidak 2:tidak 2:tidak 2:tidak 2:tidak 2:tidak 2:tidak 2:tidak 2:tidak
pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah) pernah)
1 - - - - - - - - 1
2 - - - - - - - - -
3 2 2 2 - 2 2 2 - 2
4 2 2 2 2 2 2 2 1 1
5 - 1 - - 2 - - - -
6 - 1 1 - - - 1 - -
7 - - - - - - - - -
8 2 - - - - - - - -
9 - - - - - - - - -
10 2 - - - 2 - - - -
11 - - - - - - - - -
12 - - 2 - - - - - -
13 - 1 - - - 2 2 - -
14 - 1 2 - 2 - - - -
15 2 - - - - - - - -
16 - - - - - - - - -
17 2 - 2 - - - - - -
18 2 2 - - 2 - 2 - 2
19 - - - - - - - - -
20 1 1 - - 1 - - 1 -
21 2 - - - - 2 2 - -
22 2 1 - - 1 - 1 - -

Universitas Indonesia
23 2 2 2 2 2 2 - 2 2
24 1 - - - 2 - - - -
25 - 2 - - - - - - -
26 2 1 - - - - - - -
27 1 1 - - 2 2 1 - -
28 - - - - - - - - -
29 2 2 - 2 2 2 - 2 2
30 - - - - 1 - - - -
31 2 2 2 2 2 2 2 2 2
32 - - - - - - - - -
33 1 - - - 2 - - - 1
34 - 2 2 2 2 - 2 2 2
35 - - - - - - - - -
36 1 1 - - 2 - - - -
37 - 2 - - 2 2 - - 2
38 2 - 2 - 2 - 2 - -
39 1 - - - - - - - -
40 2 - 2 - - - - - -
41 - 1 - - - - - - -
42 2 2 2 2 2 2 2 1 2
43 - 2 - - - - - - -
44 - - - - - - - - -
45 - - - - - - - 2 -
46 1 1 1 - 1 - 1 - -
47 1 2 - 1 - 2 2 2 2
48 - - - - - - 1 - -
49 - 1 2 - 1 - 1 - 1
50 - 2 2 - 2 - - - -
51 - 2 2 - 2 2 2 - 2
52 - - - - - 2 2 - -
53 - 1 - - 1 - 2 2 -
54 - 2 2 - - - - - -

Universitas Indonesia
47

55 - - - - - - - - -
56 2 2 2 - 2 - 2 2 -
57 1 1 1 1 1 1 1 1 1
58 - - - - - - - 2 -
59 1 - 1 - - - - - -
60 1 - - - 1 - - - -
61 - - - - - - - - -
62 - - - - 2 - - - -
63 - 2 2 - 2 - - - -
64 2 2 - - - - - - 2
65 2 2 1 - 1 - - 2 2
66 - - - - - - - 1 -
67 - - - - - - - - -
68 2 2 - - 2 - 2 - 2
69 - - - - 1 - - - -
70 1 1 - - 1 1 1 - -
71 2 2 - 2 2 2 - - -
72 2 - - - 2 - - - -
73 2 2 - - 2 - - - -
74 2 2 - - 2 - - - -
75 - 1 1 - 1 - 1 - -
76 2 2 - - 2 2 2 2 2
77 - - 1 - - - - - -
78 2 - - - - - - - -
79 2 - - - - - - - -
80 2 - - - 2 2 - - -
81 - 2 - - 1 - - 1 -
82 2 - - - - 2 2 - 2
83 - 1 - - - - 2 - -
84 2 - - - - - - - -
85 2 2 2 - - - - 2 -

Universitas Indonesia
86 2 1 2 - 1 - - 1 1
87 - - - - - - - - -
88 - - - - 1 - 1 1 1
89 2 2 2 - 2 2 2 - -
90 1 - - - 2 - - - -
91 1 1 - - - - - - -
92 2 1 - - - 2 - - -
93 - - 2 - 2 - - - -
94 1 - 2 - 2 - - - 2
95 - - - 2 - - - - -
96 - 1 1 - - 1 - - -
97 1 1 2 - - 2 - - -
98 1 1 - - - - - 2 -
99 - - - - - - - - -
100 - 1 1 - - - - - -
101 1 1 - - 1 1 1 - -
102 1 - - - - - - - -
103 - - - - 1 1 - - -

Universitas Indonesia
49

Lampiran 9. Level rasa sakit keluhan

Nomor level level level sakit level level sakit level sakit level level level sakit
Responden sakit sakit Punggung sakit Punggung Pergelangan sakit sakit pergelangan
Leher Bahu atas Siku bawah tangan pinggul lutut kaki
paha
bokong

1 - - - - - - - - 6
2 - - - - - - - - -
3 3 3 7 - 5 4 4 - 4
4 4 6 5 4 6 3 6 5 2
5 - 6 - - 5 - - - -
6 - 2 3 - - - 2 - -
7 - - - - - - - - -
8 5 - - - - - - - -
9 - - - - - - - - -
10 4 - - - 4 - - - -
11 - - - - - - - - -
12 - - 4 - - - - - -
13 - 5 - - - 5 3 - -
14 - 2 1 - 1 - - - -
15 1 - - - - - - - -
16 - - - - - - - - -
17 2 - 2 - - - - - -
18 3 3 - - 8 - 7 - 5
19 - - - - - - - - -
20 5 5 - - 6 - - 7 -
21 5 - - - - 3 3 - -
22 4 3 - - 4 - 3 - -

Universitas Indonesia
23 4 8 5 4 3 2 - 5 5
24 4 - - - 2 - - - -
25 - 3 - - - - - - -
26 4 6 - - - - - - -
27 6 5 - - 4 2 2 - -
28 - - - - - - - - -
29 1 1 - 1 5 4 - 4 5
30 - - - - 2 - - - -
31 5 5 4 5 5 4 4 5 4
32 - - - - - - - - -
33 6 - - - 3 - - - 4
34 - 4 3 3 3 - 3 - 3
35 - - - - - - - - -
36 7 8 - - 2 - - - -
37 - 2 - - 5 3 - - 3
38 4 - 4 - 5 - 7 - -
39 3 - - - - - - - -
40 4 - 4 - - - - - -
41 - 4 - - - - - - -
42 - - - 4 - - - 4 -
43 - 2 - - - - - - -
44 - - - - - - - - -
45 - - - - - - - 2 -
46 8 5 5 - 5 - 5 - -
47 7 1 - 7 - 1 5 1 5
48 - - - - - - 3 - -
49 - 5 3 - 9 - 9 - 5
50 - 5 5 - 7 - - - -
51 - 5 5 - 5 5 5 - 5
52 - - - - - 2 5 - -

Universitas Indonesia
51

53 - 8 - - 4 - 2 4 -
54 - 1 1 - - - - - -
55 - - - - - - - - -
56 3 4 4 - 6 - 6 7 -
57 7 6 4 4 3 4 4 4 1
58 - - - - - - - 5 -
59 5 - 5 - - - - - -
60 4 - - - 4 - - - -
61 - - - - - - - - -
62 - - - - 3 - - - -
63 - 3 3 - 3 - - - -
64 9 7 - - - - - - 8
65 5 8 7 - 7 - - 5 5
66 - - - - - - - 3 -
67 - - - - - - - - -
68 5 5 - - 5 - 5 - 5
69 - - - - 6 - - - -
70 6 7 - - 9 4 8 - -
71 3 3 - 3 3 3 - - -
72 4 - - - 4 - - - -
73 2 2 - - 3 - - - -
74 2 2 - - 2 - - - -
75 - 6 7 - 9 - 9 - -
76 7 7 - - 3 1 1 7 7
77 - - 5 - - - - - -
78 4 - - - - - - - -
79 1 - - - - - - - -
80 3 - - - 3 2 - - -
81 - 3 - - 4 - - 4 -

Universitas Indonesia
82 3 - - - - 3 3 - 3
83 - 4 - - - - 4 - -
84 3 - - - - - - - -
85 2 2 2 - - - - 2 -
86 2 3 2 - 3 - - 8 7
87 - - - - - - - - -
88 - - - - 4 - 4 6 5
89 7 7 6 - 8 6 5 - -
90 6 - - - 5 - - - -
91 3 5 - - - - - - -
92 3 4 - - - 3 - - -
93 - - 4 - 4 - - - -
94 5 - 3 - 3 - - - 3
95 - - - 1 - - - - -
96 - 3 2 - - 2 - - -
97 6 8 1 - - 1 - - -
98 7 7 - - - - - 2 -
99 - - - - - - - - -
100 - 3 2 - - - - - -
101 10 8 - - 10 10 9 - -
102 5 - - - - - - - -
103 - - - - 7 8 - - -

Universitas Indonesia
53

Lampiran 10.Tuntutan pekerjaan


Nomor Responden Skor Tuntutan soal 1 soal 2 soal 3 soal 4 soal 5 soal 6
Pekerjaan (4,3,2,1,0)x2 (4,3,2,1,0)x2 (4,3,2,1,0)x2 (4,3,2,1,0)x2 (4,3,2,1,0)x2 (4,3,2,1,0)x2
1 3,666666667 6 4 2 2 4 4
2 4,333333333 6 4 4 4 4 4
3 4,666666667 4 4 6 6 2 6
4 5,333333333 4 6 6 6 6 4
5 3,666666667 4 2 6 6 2 2
6 3,333333333 4 2 6 4 0 4
7 3,666666667 4 2 6 6 2 2
8 4,666666667 4 4 6 6 6 2
9 2,333333333 2 2 4 4 0 2
10 5,666666667 4 4 8 6 8 4
11 5,666666667 8 4 6 6 4 6
12 4,666666667 4 4 6 6 6 2
13 5,333333333 6 4 6 4 6 6
14 2,333333333 2 6 2 2 0 2
15 2,333333333 2 2 4 4 0 2
16 4,333333333 4 4 6 4 4 4
17 4 4 4 4 4 4 4
18 4 2 2 6 4 6 4
19 4 2 2 6 6 4 4
20 4,666666667 4 4 6 4 6 4
21 5 4 4 6 6 6 4
22 6 6 8 6 4 6 6
23 3,333333333 2 0 8 8 0 2
24 3 2 2 8 4 2 0
25 2 2 2 2 2 2 2
26 4,666666667 4 4 6 6 4 4

Universitas Indonesia
27 7 8 4 8 8 8 6
28 4 4 4 6 4 2 4
29 4,666666667 6 4 8 6 4 0
30 2,333333333 2 0 6 4 0 2
31 3,666666667 0 0 8 4 4 6
32 2,666666667 2 2 6 4 0 2
33 2 2 0 2 2 4 2
34 1,333333333 0 0 4 2 2 0
35 2 2 2 4 2 2 0
36 4,666666667 4 4 4 6 2 8
37 3,666666667 4 4 4 6 2 2
38 3,333333333 6 4 8 0 2 0
39 3,666666667 2 2 6 4 4 4
40 2,666666667 2 2 8 2 0 2
41 4 4 4 6 6 0 4
42 2,333333333 2 2 6 2 0 2
43 3,666666667 4 2 6 6 2 2
44 5,666666667 2 2 8 6 8 8
45 2 0 8 4 0 0 0
46 4,333333333 4 2 6 0 6 8
47 2,666666667 2 2 4 2 4 2
48 2,666666667 6 0 8 2 0 0
49 3,666666667 4 2 6 2 2 6
50 4,666666667 4 2 6 4 6 6
51 3 2 2 4 4 4 2
52 5,666666667 4 2 8 6 8 6
53 4 2 0 6 4 6 6
54 1,666666667 2 2 4 2 0 0
55 3 2 2 4 4 4 2
56 2 2 2 4 2 2 0

Universitas Indonesia
55

57 2 2 0 4 2 2 2
58 2,333333333 2 0 6 4 0 2
59 1,333333333 2 4 0 0 0 2
60 3,333333333 0 0 8 4 0 8
61 2,666666667 0 0 8 8 0 0
62 3,666666667 2 2 6 4 2 6
63 2 4 2 4 2 0 0
64 3,333333333 2 0 6 2 4 6
65 3,666666667 4 2 6 4 2 4
66 1,333333333 2 0 4 0 0 2
67 2,333333333 0 2 4 0 4 4
68 3,666666667 4 2 4 4 4 4
69 3,333333333 0 2 8 6 0 4
70 2,666666667 2 0 4 4 0 6
71 3 2 0 4 4 2 6
72 3,333333333 4 4 4 4 0 4
73 4 4 2 6 4 4 4
74 3,333333333 4 2 6 4 2 2
75 3 2 0 2 4 6 4
76 4 4 2 8 4 2 4
77 3 2 2 4 2 6 2
78 4,666666667 2 2 6 6 4 8
79 3,666666667 2 2 8 4 2 4
80 6,333333333 22 2 6 4 2 2
81 1,666666667 2 2 4 2 0 0
82 3,333333333 0 0 8 6 6 0
83 5,333333333 12 0 12 4 0 4
84 1,666666667 2 2 4 2 0 0
85 3,333333333 6 2 6 4 2 0

Universitas Indonesia
86 2,666666667 6 0 6 2 0 2
87 5 0 2 6 8 6 8
88 3 6 2 4 4 0 2
89 3,333333333 6 2 4 2 4 2
90 2,333333333 2 2 4 4 0 2
91 3,333333333 4 2 6 6 0 2
92 2,666666667 2 2 6 6 0 0
93 1 2 0 4 0 0 0
94 2,666666667 4 2 4 2 2 2
95 5,333333333 6 4 8 4 4 6
96 4,333333333 6 6 6 4 0 4
97 2 0 0 8 4 0 0
98 3,333333333 6 4 4 2 4 0
99 2 2 0 4 4 2 0
100 2,333333333 2 2 4 4 2 0
101 5,333333333 4 2 8 8 4 6
102 2,333333333 0 0 8 6 0 0
103 2 2 2 4 2 2 0
mean 3,453074434

Universitas Indonesia
57

Lampiran 11. Organisasi

Nomor Skor soal 7 soal 8 soal 9 soal 10


Responden Organisasi (4,3,2,1,0)x2 (4,3,2,1,0)x2 (4,3,2,1,0)x2 (4,3,2,1,0)x2
kerja dan
konten
pekerjaan

1 6 4 6 6 8
2 6 6 6 6 6
3 5 4 6 6 4
4 5 2 6 6 6
5 5 2 6 6 6
6 6 4 6 6 8
7 6 6 6 6 6
8 5,5 4 6 6 6
9 6 6 6 6 6
10 7 6 8 6 8
11 6,5 6 6 6 8
12 6,5 6 6 6 8
13 6 6 6 6 6
14 7,5 6 8 8 8
15 6 6 6 6 6
16 5,5 4 6 6 6
17 5,5 4 6 6 6
18 5,5 6 6 4 6
19 6 6 6 6 6
20 5,5 4 6 6 6
21 4,5 2 6 6 4
22 5,5 4 8 4 6
23 6,5 8 6 6 6

Universitas Indonesia
24 7 6 8 6 8
25 5 2 6 6 6
26 6 6 6 6 6
27 6 8 6 4 6
28 6 6 6 6 6
29 6 4 6 8 6
30 5 2 6 4 8
31 4,5 2 4 6 6
32 2,5 0 2 4 4
33 4 2 4 6 4
34 5 0 6 6 8
35 4 2 4 2 8
36 6,5 6 8 4 8
37 6 6 4 6 8
38 6,5 6 8 8 4
39 5,5 6 4 6 6
40 6 4 4 8 8
41 4,5 4 4 4 6
42 4 6 4 2 4
43 7 8 6 6 8
44 7 4 8 8 8
45 4,5 0 4 6 8
46 6,5 2 8 8 8
47 4 2 6 2 6
48 3 2 4 2 4
49 5 2 6 6 6
50 6 4 6 6 8
51 6 2 8 6 8
52 4,5 2 6 4 6
53 6,5 4 8 6 8

Universitas Indonesia
59

54 3 0 4 4 4
55 4 4 4 4 4
56 4,5 2 6 4 6
57 4,5 0 6 6 6
58 3,5 2 4 2 6
59 4,5 4 2 4 8
60 7 4 8 8 8
61 8 8 8 8 8
62 4,5 4 6 4 4
63 4 0 4 4 8
64 3,5 4 4 2 4
65 5 4 6 4 6
66 5,5 2 4 8 8
67 8 8 8 8 8
68 4 2 4 4 6
69 4,5 4 4 4 6
70 4,5 2 6 6 4
71 4 2 4 4 6
72 4,5 4 6 4 4
73 4,5 2 6 6 4
74 5,5 4 4 6 8
75 5 4 6 6 4
76 6,5 6 6 6 8
77 6 4 6 6 8
78 5,5 2 6 6 8
79 3,5 0 4 6 4
80 3 4 4 0 4
81 3,5 2 2 2 8
82 6,5 6 6 6 8
83 5 4 8 4 4

Universitas Indonesia
84 4 2 4 4 6
85 4,5 6 4 2 6
86 3,5 4 2 4 4
87 6,5 2 8 8 8
88 5 4 4 6 6
89 7,5 6 8 8 8
90 3 2 2 4 4
91 5 4 4 6 6
92 5 4 4 6 6
93 3 0 4 4 4
94 5 4 6 6 4
95 5 4 4 4 8
96 6,5 6 6 6 8
97 8 8 8 8 8
98 6,5 6 6 6 8
99 5 6 4 4 6
100 4,5 4 2 4 8
101 7 4 8 8 8
102 7 6 6 8 8
103 4,5 2 4 6 6
mean 5,300971

Universitas Indonesia
61

Lampiran 12. Hubungan interpesonal


Nomor Skor Soal 11 Soal 12 Soal 13 Soal 14 Soal 15 Soal 16 Soal 17 Soal 18 Soal 19 Soal 20 Soal 21
Respon Hubungan (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (0,1,2,3,4 (0,1,2,3,4 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0
den Interperson )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2
al dan
Kepemimp
inan

1 5,636364 4 4 6 6 4 4 6 6 6 8 8
2 5,636364 6 6 6 6 4 4 6 6 6 6 6
3 5,090909 4 6 4 4 4 4 4 4 6 8 8
4 4,727273 6 6 4 4 2 2 4 4 4 8 8
5 5,636364 6 6 6 6 4 4 6 6 6 6 6
6 6 6 6 6 8 6 2 6 6 6 6 8
7 5,272727 6 6 6 6 2 4 6 4 6 6 6
8 5,090909 6 6 4 6 2 2 6 6 6 6 6
9 5,636364 6 6 6 6 6 2 6 6 6 6 6
10 6 6 6 4 2 4 8 6 6 8 8 8
11 6,909091 6 6 6 8 8 2 8 8 8 8 8
12 5,454545 6 6 6 6 4 2 6 6 6 6 6
13 5,272727 6 6 6 6 4 2 6 6 4 6 6
14 7,272727 8 8 8 8 6 2 8 8 8 8 8
15 6,909091 8 8 8 8 6 2 6 8 8 6 8
16 5,636364 6 6 6 6 6 2 6 6 6 6 6
17 5,272727 6 6 6 6 4 2 6 6 4 6 6
18 5,818182 6 6 6 6 8 2 6 6 6 6 6
19 5,272727 6 6 6 6 2 2 6 6 6 6 6
20 4,909091 6 6 6 4 4 2 4 4 4 6 8
21 4,909091 6 6 6 6 4 2 4 4 4 6 6

Universitas Indonesia
22 4,909091 4 4 4 4 2 2 8 6 8 6 6
23 3,636364 4 4 4 6 6 2 0 2 2 4 6
24 5,818182 6 6 6 6 6 2 6 6 6 6 8
25 5,272727 6 6 4 6 4 2 4 6 6 6 8
26 4,727273 4 4 4 6 4 2 6 4 6 6 6
27 4,727273 4 4 6 4 2 2 6 6 6 6 6
28 5,818182 6 8 6 6 4 4 6 6 6 6 6
29 5,090909 4 6 4 8 4 2 4 4 6 6 8
30 6 6 6 6 8 6 6 4 6 4 6 8
31 4,909091 6 6 4 6 4 2 6 6 4 4 6
32 4,181818 0 4 2 4 6 8 2 2 4 6 8
33 4,181818 4 6 2 4 6 6 2 2 4 4 6
34 5,454545 6 4 2 6 8 8 4 4 4 6 8
35 4,909091 6 6 2 4 6 6 2 4 2 8 8
36 5,272727 4 6 4 8 8 2 4 4 4 6 8
37 6,363636 6 8 6 8 8 6 4 4 4 8 8
38 4,181818 4 4 2 2 8 6 0 2 4 6 8
39 6 6 8 6 8 8 4 6 4 4 6 6
40 6,727273 4 8 8 8 8 6 6 6 6 6 8
41 5,454545 6 6 8 6 6 4 2 2 4 8 8
42 5,636364 4 4 8 8 8 2 4 4 6 6 8
43 6,727273 6 6 6 8 6 4 8 8 6 8 8
44 6,727273 6 6 6 8 6 6 6 6 8 8 8
45 6 4 6 4 8 8 8 4 4 6 6 8
46 6 4 8 6 6 6 6 6 6 6 6 6
47 4,727273 4 4 4 4 6 4 4 4 6 6 6
48 4,909091 4 4 2 4 6 6 4 4 4 8 8
49 5,090909 6 6 4 6 6 4 4 4 4 6 6
50 5,272727 4 4 4 2 6 6 4 6 6 8 8
51 5,454545 6 8 4 2 6 4 6 6 6 6 6

Universitas Indonesia
63

52 7,090909 6 6 8 8 6 6 8 8 8 6 8
53 5,818182 6 8 4 4 6 4 6 6 6 6 8
54 5,272727 4 4 4 6 8 8 4 4 4 4 8
55 4,909091 6 4 4 4 6 4 4 4 6 6 6
56 6 6 8 6 6 6 2 6 6 6 6 8
57 6,181818 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 8
58 6,181818 6 6 6 8 6 6 4 6 6 6 8
59 4,909091 4 4 4 4 6 6 4 6 4 6 6
60 5,636364 4 8 4 4 6 6 4 4 6 8 8
61 6,545455 8 6 6 8 8 6 4 4 6 8 8
62 5,272727 4 4 4 6 8 6 4 4 6 6 6
63 7,818182 6 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
64 4,363636 4 4 4 4 6 6 2 4 6 2 6
65 6 6 6 4 4 8 4 8 8 6 6 6
66 6,909091 6 8 8 8 8 6 4 4 8 8 8
67 5,090909 4 4 4 4 8 4 4 4 6 6 8
68 5,090909 4 4 6 4 8 6 4 4 6 4 6
69 5,272727 4 4 4 4 6 6 6 6 6 6 6
70 5,272727 6 6 4 4 8 6 4 4 4 6 6
71 5,636364 6 6 4 4 8 6 6 4 6 6 6
72 5,090909 4 4 4 4 4 4 6 6 6 6 8
73 4 4 4 2 4 6 4 2 4 4 4 6
74 4,909091 4 4 4 4 6 6 6 6 4 4 6
75 5,090909 4 4 6 6 6 6 4 4 4 4 8
76 3,636364 2 2 2 4 6 4 2 2 4 4 8
77 5,272727 6 4 4 4 6 6 4 4 6 6 8
78 6,545455 6 6 6 8 8 2 6 6 8 8 8
79 4,727273 4 4 4 2 6 6 4 6 4 4 8
80 4,363636 4 4 4 4 6 6 4 4 4 4 4

Universitas Indonesia
81 5,636364 4 6 6 8 6 8 4 6 4 6 4
82 6 8 4 4 6 8 4 6 6 6 6 8
83 6 4 4 8 8 6 6 4 4 8 6 8
84 5,454545 4 6 4 6 8 8 4 4 2 6 8
85 6,727273 6 6 6 8 8 6 8 6 6 6 8
86 4,363636 4 4 4 4 6 6 0 2 4 6 8
87 6,363636 8 8 8 8 6 0 8 6 4 6 8
88 6 4 6 4 6 8 6 6 6 6 6 8
89 6 6 8 4 6 6 6 4 4 6 8 8
90 4,909091 4 4 4 4 8 6 4 0 6 6 8
91 4,909091 4 4 4 6 6 6 4 4 4 6 6
92 4,363636 6 6 4 6 6 0 0 4 4 4 8
93 6,363636 4 8 4 4 8 8 8 8 4 6 8
94 4,727273 4 4 4 6 2 6 4 4 4 6 8
95 6 4 6 4 6 6 6 6 6 6 8 8
96 6,909091 6 8 6 8 6 6 8 6 6 8 8
97 6,909091 8 8 8 8 8 8 4 4 4 8 8
98 4,181818 4 4 4 2 6 6 2 4 4 4 6
99 5,272727 4 6 6 4 6 2 6 6 6 6 6
100 6,545455 6 6 6 6 6 6 6 6 8 8 8
101 6,181818 4 6 6 6 6 0 8 8 8 8 8
102 6,363636 4 6 6 8 8 4 8 8 4 6 8
103 6,181818 6 6 6 6 8 6 4 6 6 6 8
mean 5,532215

Lampiran 13. Stress

Universitas Indonesia
65

Nomor Skor soal 22 soal 23 soal 24 soal 25 soal 26 soal 27 soal 28 soal 29 soal 30 soal 31 soal 32
Respond Stress (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0 (4,3,2,1,0
en )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2 )x2
1 0,7272 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0 2
73
2 2,7272 4 2 4 4 2 0 0 2 4 4 4
73
3 4,1818 6 4 4 0 4 6 6 4 4 4 4
18
4 4 4 2 6 2 6 2 6 4 4 2 6
5 1,6363 4 0 4 0 2 0 4 0 2 0 2
64
6 4,3636 4 4 6 6 4 2 4 4 4 4 6
36
7 0,9090 2 0 2 0 2 0 0 2 0 0 2
91
8 4 6 4 6 0 4 4 2 4 4 4 6
9 3,4545 6 2 6 0 4 2 2 4 4 4 4
45
10 3,6363 6 2 6 2 4 2 4 6 2 2 4
64
11 3,4545 6 2 6 0 4 2 2 4 4 4 4
45
12 3,4545 6 2 6 0 4 2 2 4 4 4 4
45
13 1,8181 4 0 2 0 4 0 2 4 0 2 2
82
14 3,4545 6 2 6 0 4 2 4 4 4 2 4
45
15 2,1818 4 2 4 0 2 0 4 4 2 0 2
18
16 3,0909 6 4 4 4 4 0 2 2 2 2 4
09

Universitas Indonesia
17 3,0909 4 2 2 2 4 2 2 4 4 4 4
09
18 3,2727 6 2 4 0 4 2 6 4 4 0 4
27
19 4,1818 4 4 6 4 4 4 6 4 4 2 4
18
20 4,1818 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 6
18
21 4,9090 6 4 4 4 6 4 6 6 4 4 6
91
22 5,8181 6 4 4 6 6 6 6 8 8 6 4
82
23 3,0909 8 2 2 6 6 4 6 0 0 0 0
09
24 5,0909 2 8 8 6 4 4 6 6 4 4 4
09
25 4,3636 2 4 4 4 4 4 4 6 6 4 6
36
26 3,8181 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4
82
27 5,2727 8 4 4 4 4 6 4 6 6 6 6
27
28 4 4 4 2 4 4 4 6 4 4 4 4
29 5,0909 6 4 4 4 6 8 6 4 8 2 4
09
30 0,1818 0 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0
18
31 3,4545 2 4 4 4 6 2 4 4 2 2 4
45
32 2,5454 6 2 4 2 4 4 2 2 0 0 2
55
33 3,2727 4 2 4 2 4 4 4 2 4 4 2
27
34 3,4545 4 4 4 2 6 2 4 2 4 4 2
45

Universitas Indonesia
67

35 0,9090 0 2 0 0 0 2 0 2 0 2 2
91
36 4,1818 0 6 6 6 4 2 4 4 4 4 6
18
37 4,5454 2 6 4 6 4 4 6 4 4 4 6
55
38 4,7272 8 6 4 4 6 4 0 6 4 4 6
73
39 2,9090 2 2 6 0 6 0 4 4 4 2 2
91
40 3,4545 4 2 4 4 4 4 4 2 4 4 2
45
41 3,0909 4 2 4 4 2 2 2 4 4 4 2
09
42 2,5454 4 2 2 2 4 2 4 2 2 0 4
55
43 2,3636 2 2 4 4 4 0 2 2 2 2 2
36
44 2,3636 4 4 2 2 2 2 2 2 2 2 2
36
45 0,3636 0 2 0 0 2 0 0 0 0 0 0
36
46 4,3636 6 4 4 6 6 2 6 4 4 2 4
36
47 2,3636 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
36
48 2,7272 4 4 4 4 6 0 2 0 2 2 2
73
49 4,7272 4 4 6 2 6 4 6 6 4 4 6
73
50 2,1818 2 2 2 4 0 0 4 2 2 2 4
18
51 2,7272 2 2 2 2 4 2 4 2 2 2 6
73
52 4 4 4 6 6 4 2 2 4 4 4 4

Universitas Indonesia
53 3,4545 4 4 6 6 4 0 4 4 2 2 2
45
54 2,3636 4 2 2 2 4 0 2 2 2 2 4
36
55 2,3636 6 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
36
56 3,2727 2 2 2 4 4 2 4 4 4 2 6
27
57 2,3636 2 2 2 2 2 2 2 4 2 2 4
36
58 2,1818 4 0 6 2 4 6 0 2 0 0 0
18
59 3,2727 4 2 4 2 4 2 4 4 4 2 4
27
60 2,3636 4 4 2 2 2 0 2 2 2 2 4
36
61 0,7272 2 0 2 0 0 0 0 0 2 0 2
73
62 1,2727 2 2 2 0 0 0 2 2 2 2 0
27
63 0,9090 0 0 2 4 0 0 0 0 2 0 2
91
64 4,7272 2 4 6 2 8 4 6 6 4 4 6
73
65 4,5454 6 6 6 2 6 2 4 4 6 6 2
55
66 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
67 2,7272 2 2 4 4 2 2 2 2 4 2 4
73
68 4,1818 6 2 4 2 4 2 2 6 6 6 6
18
69 2,9090 4 4 4 4 2 2 2 4 2 2 2
91
70 2,9090 4 2 2 6 6 0 4 2 2 0 4
91

Universitas Indonesia
69

71 2,7272 6 4 6 0 4 0 0 2 2 2 4
73
72 3,4545 4 2 4 4 6 4 0 4 4 4 2
45
73 2,1818 2 2 2 2 2 2 4 4 2 2 0
18
74 2,5454 4 2 4 2 2 2 4 4 2 2 0
55
75 2,5454 6 4 4 0 2 0 0 4 4 2 2
55
76 3,0909 4 2 4 4 4 4 2 2 2 4 2
09
77 3,8181 6 4 4 2 2 2 2 6 6 4 4
82
78 2,7272 4 2 4 4 2 0 0 2 4 4 4
73
79 5,6363 6 4 4 6 6 2 8 6 8 6 6
64
80 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
81 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
82 1,0909 2 0 0 4 4 0 0 0 0 0 2
09
83 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
84 0,5454 2 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0
55
85 2 2 2 2 2 2 0 2 4 2 0 4
86 3,0909 2 0 4 4 6 2 2 4 4 2 4
09
87 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
88 1,8181 4 2 2 2 2 0 4 0 2 0 2
82
89 4,9090 6 4 6 4 6 2 6 6 4 4 6
91

Universitas Indonesia
90 3,2727 4 6 6 0 4 4 0 2 4 2 4
27
91 0,7272 4 0 2 0 0 0 2 0 0 0 0
73
92 2 6 2 2 2 4 0 0 4 0 0 2
93 1,8181 4 4 4 4 4 0 0 0 0 0 0
82
94 4,3636 4 4 4 2 6 2 4 6 6 4 6
36
95 3,2727 6 4 2 6 2 0 0 2 4 4 6
27
96 3,6363 6 4 2 6 6 2 2 2 2 2 6
64
97 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
98 2,9090 4 2 2 0 6 0 0 4 4 4 6
91
99 3,8181 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4
82
100 1,2727 0 0 2 2 0 0 0 2 2 2 4
27
101 2,1818 2 2 2 0 2 0 6 2 2 2 4
18
102 0,9090 2 0 2 0 2 0 0 0 0 2 2
91
103 2,3636 2 2 2 2 2 2 2 4 2 4 2
36
mean 2,9126
21

Universitas Indonesia
71

Lampiran 14. Contoh Kuisioner

Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia
Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai