LP Dan SP HALUSINASI (1) - 1
LP Dan SP HALUSINASI (1) - 1
LP Dan SP HALUSINASI (1) - 1
GANGGUAN HALUSINASI
Dosen Pengampu : Sri Hindriyastuti, S.Kep., Ns., M.Ng
Puji syukur kita panjatkan kehadiran Tuhan yang Maha Esa, berkat dan rahmatnya
hingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul “LAPORAN PENDAHULUAN
DAN STRATEGI PELAKSANAAN PASIEN DENGAN GANGGUAN HALUSINASI
” dengan terselesaikannya makalah ini, berkat dan dukungan dari dosen pembimbing dan
teman-teman sekalian. Kami telah banyak mengalami kesulitan dalam membuat makalah ini,
tetapi semuanya dapat terselesaikan dengan baik dan dengan kerja sama yang baik juga.
Demikian kami buat makalah ini semoga bermanfaat bagi kita semua untuk menambah ilmu
dan pengetahuan.Jika ada kesalahan dalam membuat makalah ini penulis mohon maaf sebesar-
besarnya.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gejala skizofrenia dibagi menjadi dua yaitu gejala negatif dan gejala positif.
Gejala negatif yaitu menarik diri, tidak ada atau kehilangan dorongan atau kehendak.
Gejala positif yaitu halusinasi, waham, pikiran yang tidak terorganisir, dan perilaku yang
ane (Videbeck, 2008). Dari gejala tersebut, halusinasi merupakan gejala yang paling
banyak ditemukan, lebih dari 90% pasien skizofrenia mengalami halusinasi (Yosep,
2013).
Ketika mengalami halusinasi biasanya klien akan mengalami marah tanpa sebab,
bicara atau tertawa sendiri, ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas, maka perawat
harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi pelaksanaan yang tersedia, tetapi
informasi ini harus digunakan sebagai satu bagian dari pendekatan holistik pada asuhan
klien. Peran perawat dalam menangani halusinasi antara lain melakukan penerapan
standar asuhan keperawatan, terapi aktivitas kelompok, dan melatih keluarga untuk
merawat klien dengan halusinasi. Menurut Keliat (2007) Strategi pelaksanaan pada klien
halusinasi mencakup kegiatan mengenal halusinasi, mengajarkan klien menghardik
halusinasi, minum obat dengan teratur, bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi
muncul, serta melakukan aktivitas terjadwal untuk mencegah halusinasi (Afnuhazi,
2015).
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi di Kelurahan Surau
Gadang Wilayah Kerja Puskesmas Nanggalo Padang tahun 2017 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mampu mendeskripsikan Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Halusinasi
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mendeskripsikan hasil pengkajian keperawatan pada klien dengan
halusinasi
b. Mampu mendeskripsikan rumusan diagnosa keperawatan pada klien dengan
halusinasi
c. Mampu mendeskripsikan intervensi keperawatan pada klien dengan halusinasi
d. Mampu mendeskripsikan implementasi keperawatan pada klien dengan halusinasi
e. Mampu mendeskripsikan evaluasi keperawatan pada klien dengan halusinasi
f. Mampu mendeskripsikan pendokumentasian keperawatan pada klien dengan
halusinasi
D. Bagi Penulis
1. Studi kasus ini dapat menggambarkan dan menambah wawasan ilmu pengetahuan
serta kemampuan penulis, disamping itu dapat memberikan pengalaman dalam
asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi.
2. Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran, wawasan serta informasi
bagi perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan pada klien dengan halusinasi.
3. Bagi Institusi Pendidikan Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran
dan wawasan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien
dengan
halusinasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Data objektif :
a. Fase pertama
Disebut juga dengan fase comforting yaitu fase menyenangkan. Pada tahap ini
masuk dalam golongan nonpsikotik.
Karakteristik : klien mengalami stress, cemas, perasaan perpisahan, rasa
bersalah, kesepian yang memuncak, dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai
melamun dan memikirkan hal-hal yang menyenangkan, cari ini hanya
menolong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respon verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya dan suka menyendiri.
b. Fase kedua
Disebut dengan fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan. Termasuk dalam psikotik ringan.
Karakteristik : pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan
meningkat, melamun dan berpikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada
bisikan yang tidak jelas. Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat
mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatnya tanda-tanda sistem saraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
c. Fase ketiga
Disebut dengan fase controlling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori
menjadi berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol, menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya.
Perilaku klien : kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya
beberapa menit atau detik. Tanda-tanda fisik berupa klien berkeringat, tremor
dan tidak mampu mematuhi perintah.
d. Fase keempat
Adalah conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya.
Termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam, memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut, tidak berdaya, hilang kontrol dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik, potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau katakonik, tidak mampu merespon
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespon lebih dari satu orang.
4. Tanda dan gejala Halusinasi
Tanda dan gejala gangguan persepsi sensori halusinasi yang dapat teramati sebagai
berikut ( Dalami, dkk, 2014 ) :
a. Halusinasi penglihatan
1) Melirikkan mata ke kiri dan ke kanan seperti mencari siapa atau apa saja yang
sedang dibicarakan.
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang lain yang sedang tidak
berbicara atau pada benda seperti mebel.
3) Terlihat percakapan dengan benda mati atau dengan seseorang yang tidak
tampak.
4) Menggerakan-gerakan mulut seperti sedang berbicara atau sedang menjawab
suara.
b. Halusinasi pendengaran
Adapun perilaku yang dapat teramati
1) Tiba-tiba tampak tanggap, ketakutan atau ditakutkan oleh orang lain, benda
mati atau stimulus yang tidak tampak.
2) Tiba-tiba berlari keruangan lain
c. Halusinasi penciuman
Perilaku yang dapat teramati pada klien gangguan halusinasi penciuman adalah :
1) Hidung yang dikerutkan seperti mencium bau yang tidak enak.
2) Mencium bau tubuh
3) Mencium bau udara ketika sedang berjalan ke arah orang lain.
4) Merespon terhadap bau dengan panik seperti mencium bau api atau darah.
5) Melempar selimut atau menuang air pada orang lain seakan sedang
memadamkan api.
d. Halusinasi pengecapan
Adapun perilaku yang terlihat pada klien yang mengalami gangguan halusinasi
pengecapan adalah :
1) Meludahkan makanan atau minuman
2) Menolak untuk makan, minum dan minum obat.
3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan.
e. Halusinasi perabaan
Perilaku yang tampak pada klien yang mengalami halusinasi perabaan adalah :
1) Tampak menggaruk-garuk permukaan kulit.
Menurut Pusdiklatnakes (2012), tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil
observasi terhadap klien serta ungkapan klien. Adapun tanda dan gejala klien
halusinasi adalah sebagai berikut :
a. Data Subjektif
Klien mengatakan :
1) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
2) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
3) Mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
4) Melihat bayangan, sinar, bentuk geometris, bentuk kartun, melihat
hantu dan monster
5) Mencium bau-bauan seperti bau darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan
6) Merasakan rasa seperti darah, urin dan feses
7) Merasa takutan atau senang dengan halusinasinya
b. Data Objektif
1) Bicara atau tertawa sendiri
2) Marah marah tanpa sebab
3) Mengarahkan telinga kearah tertentu
4) Menutup telinga
5) Menunjuk kearah tertentu
6) Ketakutan kepada sesuatu yang tidak jelas
7) Mencium sesuatu seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
8) Menutup hidung
9) Sering meludah
10) Menggaruk garuk permukaan kulit
5. Akibat
Adanya gangguan persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri sendiri.
Orang laindan lingkungan ( Keliat,B.A, 2006 ). Menurut Toewnsend,M.C suatu
keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahyakan
secara fisik baik pada sendiri maupun orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan padadiri sendiri dan
orang lain dapat menunjukkan perilaku :
Data subjektif :
a. Mengungkapkan mendengar atau melihat obyek yang mengancam
b. Mengungkapkan perasaan takut,cemas, dan khawatir
Data objektif :
7. Pohon Masalah
Pohon masalah pada masalah halusinasi dapat diuraikan sebagai berikut
(Prabowo,2014)
8. Diagnosa Keperawatan
Masalah keperawatan yang terdapat pada klien dengan gangguan persepsi sensori
halusinasi adalah sebagai berikut (Dalami, dkk, 2014) :
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan persepsi sensori halusinasi
c. Isolasi sosial
BAB III
1. Intervensi Keperawatan
3. Manajemen
lingkungan : pencegahan
kekerasan
a. Singkirkan senjata
potensial dari lingkungan
(misalnya, objek yang tajam
yang mirip tali seperti senar
gitar)
b. Periksa lingkungan secara
rutin untuk memastikan
bebas dari bahan berbahaya
c. Monitor pasien selama
penggunaan barang yang
bisa digunakan menjadi
senjata (misalnya pisau
cukur)
d. Tempatkan pasien di
ruangan yang mudah
diamati sehingga mudah
dilakukan observasi sesuai
kebutuhan
e. Gunakan alat makan dari
plastik dan kertas
f. Lakukan pengawasan
terusmenerus terhadap
semua area yang bisa
diakses pasien untuk
menjaga keamanan pasien
dan pemberian intervensi
terapeutik jika diperlukan
3. Terapi aktivitas
a. Kembangkan kemampuan
klien dalam berpatisipasi
melalui aktivitas spesifik
b. Bantu klien utuk
mengeksplorasi tujuan
personal dari aktivitas-
aktivitas yang biasa
dilakukan (misalnya,
bekerja dan aktivitas-
aktivitas yang disukai)
c. Bantu klien memilih
aktivitas dan pencapaian
tujuan melalui aktivitas
yang konsisten dengan
kemampuan fisik, fisiologis
dan sosial
d. Bantu klien untuk
mengidentifikasi aktivitas
yang diinginkan
e. Bantu klien untuk
menjadwalkan waktuwaktu
spesfik terkait dengan
aktivitas
2. Strategi Pelaksanaan
a. Tindakan keperawatan untuk klien halusinasi
Tujuan tindakan untuk klien meliputi (Dermawan & Rusdi, 2013) :
1) Klien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Klien dapat mengontrol halusinasinya
3) Klien mengikuti progam pengobatan secara optimal
Menurut Keliat (2007) tindakan keperawatan yang dilakukan :
a) Membantu klien mengenali halusinasi
Membantu klien mengenali halusinasi dapat melakukan dengan cara berdiskusi dengan
klien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar Effect Perubahan sensori persepsi
Halusinasi Core problem Cause atau dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon klien
saat halusiansi muncul
b) Melatih klien mengontrol halusinasi
1) Strategi Pelaksanaan 1 : Menghardik halusinasi
Upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi dengan cara menolak halusinasi
yang muncul. Klien dilatih untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang
muncul atau tidak mempedulikan halusinasinya, ini dapat dilakukan klien dan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul, mungkin
halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini klien tidak akan larut untuk
menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi : menjelaskan cara meghardik halusinasi,
memperagakan cara menghardik, meminta klien memperagakan ulang, memantau
penerapan cara ini, menguatkan perilaku klien.
2) Strategi Pelaksanaan 2 : menggunakan obat secara teratur
Mampu mengontrol halusinasi klien juga harus dilatih untuk menggunakan obat
secara teratur sesuai dengan progam. Klien gangguan jiwa yang dirawat di rumah
seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya klien mengalami
kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk itu klien perlu dilatih
menggunakan obat sesuai progam dan berkelanjutan.
3) Strategi Pelaksanaan 3: bercakap-cakap dengan orang lain
Mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi fokus
perhatian klien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang dilakukan dengan
orang lain tersebut, sehingga salah satu cara yang efektif untuk mengontrol
halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
4) Strategi Pelaksanaan 4 : melakukan aktivitas yang terjadwal
Mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan diri dengan
aktivitas yang teratur. Beraktivitas secara terjadwal klien tidak akan mengalami
banyak waktu luang sendiri yangs eringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu
klien yang mengalmai halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasi dengan
cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam, tujuh hari
dalam seminggu.
b. Tindakan keperawatan untuk keluarga klien halusinasi
Menurut Pusdiklatnakes (2012) tindakan keperawatan tidak hanya ditujukan untuk
klien tetapi juga diberikan kepada keluarga, sehingga keluarga mampu mengarahkan
klien dalam mengontrol halusinasi.
Tujuan : keluarga mampu :
1) Merawat masalah halusinasi dan masalah yang dirasakan dalam merawat klien
2) Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala, proses terjadinya halusinasi
3) Merawat klien halusinasi
4) Menciptakan suasana keluarga dan lingkungan untuk mengontrol halusinasi
5) Mengenal tanda dan gejala kekambuhan yang memerlukan rujukan segera ke
fasilitas kesehatan
6) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan untuk follow up klien secara teratur.
Tindakan keperawatan :
PENUTUP
Berdasarkan hasil deskripsi asuhan keperawatan pada kedua partisipan dengan halusinasi
yang dilaksanakan pada tanggal 22 Mei 2017 sampai dengan 31 Mei 2017 maka dapat
disimpulkan :
A. Kesimpulan
1. Pengkajian keperawatan
Pada pengkajian penulis menemukan keluhan partisipan berupa mendengar suara-
suara yang mengajak bercakap-cakap, menyuruh melakukan sesuatu yang
berbahaya. Faktor predisposisi partisipan dengan halusinasi adanya faktor biologis
dari keluarga, faktor psikologis dan sosial budaya seperti kegagalan dalam
hubungan sosial. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan keluhan dan kelainan pada
kedua partisipan. Status mental kedua partisipan mengalami gangguan pada
persepsi, isi pikir dan proses pikir. Terapi medis yang diberikan antipsikotik seperti
Haloperidol, Chlorpromazine anti parkinson seperti Trihenski phenidol.
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang muncul pada kedua partisipan yaitu pada diagnosa
keperawatan pertama adalah gangguan persepsi sensori: halusinasi pendengaran
dan diagnosa keperawatan kedua yaitu resiko perilaku kekerasan. Untuk diagnosa
ketiga partisipan satu mengalami defisit perawatan diri dan partisipan dua
mengalami isolasi sosial. Dalam mengumpulkan data dan menegakkan diagnosa
penulis tidak menemukan hambatan karena partisipan cukup kooperatif dan
keluarga partisipan terbuka dengan penulis.
3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan untuk masalah keperawatan yang ditemukan pada kedua
partisipan sesuai dengan teori. Diagnosa pertama halusinasi untuk kedua partisipan
yaitu membuat intervensi mengacu pada prinsip strategi pelaksanaan halusinasi
mulai dari identifikasi halusinasi, isi, frekuensi,situasi dan latihan mengontrol
halusinasi dengan menghardik, minum obat secara teratur, bercakap-cakap dan
melakukan aktivitas sehari-hari dan diharapkan dapat mengatasi masalah
partisipan. Diagnosa kedua resiko perilaku kekerasan untuk kedua partisipan
intervensi keperawatan meliputi prinsip strategi pelaksanaan identifikasi penyebab,
tanda dan gejala perilaku kekerasan, latihan tarik napas dalam dan pukul bantal,
minum obat secara teratur, latihan verbal (mengungkapkan, meminta dan menolak
dengan yang baik), dan spiritual. Diagnosa ketiga defisit perawatan diri untuk
partisipan pertama meliputi melatih menjaga kebersihan diri mandi, gosok gigi dan
cuci rambut, melatih cara berdandan yang baik, melaatih cara makan/minum yang
baik, melatih BAB/BAK yang baik. Diagnosa ketiga isolasi sosial untuk partisipan
kedua meliputi latihan berkenalan dengan satu orang, latihan berkenalan dan
berinteraksi dengan 2-3 orang, latihan berkenalan dan berinteraksi dengan 4-5
orang, latihan berinteraksi dengan melakukan kegiatan sosial.
4. Implementasi keperawatan
Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat sebelumnya untuk ketiga masalah keperawatan yang ditemukan untuk
kedua partisipan. Implementasi meliputi strategi pelaksanaan halusinasi, resiko
perilaku kekerasan , defisit perawatan dan isolasi sosial. Dengan harapan hasil
yang dicapai sesuai dengan tujuan dan kriteria yang telah ditetapkan.
B. Saran
1. Bagi Penulis
Bagi Penulis agar dalam penerapan asuhan keperawatan pada partisipan dengan
halusinasi tidak hanya tertuju kepada klien, tetapi juga kepada keluarga dan orang
terdekat partisipan sebagai wujud asuhan keperawatan yang komprehensif.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat memberikan gambaran dan wawasan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien dengan halusinasi di
klinik maupun di komunitas masyarakat.
3. Penulis Selanjutnya
Dapat mengembangkan penulisan lebih lanjut mengenai asuhan keperawatan pada
klien halusinasi. Selain itu peneiti selanjutnya dapat menggali lebih dalam lagi
proses asuhan keperawatan yang berbasis klien dan keluarga pada masalah
kesehatan gangguan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Anggraini, dkk. 2013. Pengaruh Menghardik Terhadap Penurunan Tingkat Halusinasi Dengar
Pada Pasien Skizofrenia Di RSJD Dr. AminogondohutomoSemarang.
http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari 2017 pukul 13.51 WIB.
Bagyono, Tuntas. 2013. Kunci Praktis Untuk Metodelogi Penelitian Kesehatan Promotif-
Preventif. Yogyakarta: Ombak.
Dalami E, dkk. 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: CV. Trans
Info Media.
Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Dinas Kesehatan Kota Padang. 2015. Data Progam Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kota
Padang.
Direja, Ade Herman Surya.2011. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Halawa, Aristina. 2015. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada Pasien Skizofrenia Di
Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya. http://Download.Portalgaruda.Org.
Diakses tanggal 18 Januari 2017 pukul 13.04 WIB.
Kusumawati, Farida dan Yudi Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika.
Mardalis. 2010. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal) edisi 1. Jakarta: Bumi Aksara.
Mirza, dkk. 2015. Hubungan Lamanya Perawatan Paseien Skizofrenia dengan Stres Keluarga.
http://Download.Portalgaruda.Org. Diakses tanggal 17 Januari 2017 pukul 07.50 WIB.
Nasir A dan Muhith A. 2011. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental : konsep, proses, dan praktik vol 2 edisi 4. Jakarta:
EGC.
Prabowo, Eko. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.
Pusdiklatnakes. 2012. Modul Pelatihan Keperawatan Kesehatan Jiwa Masyarakat. Jakarta: Badan
PPSDM Kesehatan.
Sari. 2014. Tingkat Pengetahuan Keluarga Tentang Perawatan Pasien Halusinasi Dengan
Frekuensi Kekambuhan Pasien Halusinasi Di Rumah. http://Download.Portalgaruda.Org.
Diakses tanggal 03 Maret 2017 pukul 06.23 WIB.
Supardi, Sudibyo dan Rustika. 2013. Buku Ajar Metodologi Riset Keperawatan. Jakarta: TIM.
Swanson, Elizabeth, dkk. Copyright 2013. Nursing Outcomes (NOC) Edisi Bahasa Indonesia
Edisi Kelima. Indonesia: CV. Mocomedia
Wagner, Cherly M, dkk. Copyright 2013. Nursing Interventions Classification (NIC) Edisi
Bahasa Indonesia Edisi Kelima. Indonesia: CV. Mocomedia.
Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika