Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

KTI Tomi Jeremies Hulu

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 76

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG


PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
DI SMK NEGERI 1 GUNUNGSITOLI

TOMI JEREMIES HULU


NIM 16.025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI D-III KEPERAWATAN GUNUNGSITOLI
TAHUN 2019
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG
PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
DI SMK NEGERI 1 GUNUNGSITOLI

Sebagai Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Studi

Diploma III Keperawatan

TOMI JEREMIES HULU


NIM 16.025

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN


PRODI D-III KEPERAWATAN GUNUNGSITOLI
TAHUN 2019
PERNYATAAN

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG


PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
DI SMK NEGERI 1 GUNUNGSITOLI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam Karya Tulis Ilmiah ini tidak
terdapat karya yang pernah diajukan untuk disuatu perguruan tinggi, dan
sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis
diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Gunungsitoli, Juni 2019

.
Tomi Jeremies Hulu
16.025
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MEDAN PRODI
D-III KEPERAWATAN GUNUNGSITOLI TAHUN 2019
KTI, SELASA 25 JUNI 2019

TOMI JEREMIES HULU

Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS)


di SMK Negeri 1 Gunungsitoli 2019

V + 36 halaman, 3 tabel, 13 lampiran

Abstrak

Penyakit Menular Seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh


bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui hubungan
seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya. Penyakit
Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu dari sepuluh penyebab pertama
penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda laki- laki dan penyebab
kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di negara berkembang
(Sarwono, 2011). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Gambaran
Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMK Negeri
1 Gunungsitoli Tahun 2019 Jenis penelitian deskriptif. Pengambilan Sampel pada
penelitian ini Purposive sampling yaitu 79 responden. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit
Menular Seksual (PMS) di SMK Negeri 1 Gunungsitoli dari 79 responden
mayoritas berpengetahuan Cukup sebanyak 51 orang (65%), berpengetahuan
Baik sebanyak 11 orang (14%), dan berpengetahuan Kurang sebanyak 17 orang
(21%). Dapat disimpulkan bahwa pengetahuan remaja tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) di SMK Negeri 1 Gunungsitoli memiliki pengetahuan yang cukup
sehingga perlu ditingkatkan pendidikan kesehatan mengenai sistem reproduksi
khususnya pendidikan kesehatan tentang Penyakit Menular Seksual (PMS).

Kata kunci: Pengetahuan, Remaja, Penyakit Menular Seksual


Daftar Bacaan : 38 (2006-2017)

i
MEDAN HEALTH POLYTECHNICS
MAJORED D-III NURSING PROGRAM IN GUNUNGSITOLI
SCIENTIFIC PAPER, TUESDAY JUNE 25, 2019

TOMI JEREMIES HULU

Description of teenagers knowledge about sexually transmitted diseases at


SMK Negeri 1 Gunungsitoli

V + 36 pages, 3 tables ,13 attachments

Abstract
Sexually transmitted diseases are infections caused by bacteria, viruses,
parasites or fungi, whose transmission is mainly through sexual intercourse from
an infected person to their sexual partners.Sexually transmitted diseases are one
of the first ten causes of unpleasant diseases in young male adults and the
second largest cause in young female adults in developing countries (Sarwono,
2012). This study aims to determine the description of adolescent knowledge
about sexually transmitted diseases in SMK Negeri 1 Gunungsitoli the year
2019. The results of the study showed that the description of adolescent
knowledge about sexually transmitted diseases in SMK Negeri 1 Gunungsitoli
from the 79 respondenst, majority respondents with sufficient knowledge was 51
people (65%), knowledgeable as many as 11 people (14%), and less
knowledgeable as many as 17 people (21%). It can be concluded that the
knowledge of adolescents about sexually transmitted diseases in SMK Negeri 1
Gunungsitoli has sufficient knowledge so that health education needs to be
improved regarding the reproductive system, especially health education about
sexually transmitted diseases.

Keywords: Knowledge, teenagers, sexually transmitted diseases.


Reading List: 38 (2006-2017)

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga peneliti dapat
menyelesaikan proposal yang berjudul “GAMBARAN PENGETAHUAN
REMAJA TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMK NEGERI
1 GUNUNGSITOLI”.

Tujuan Karya Tulis Ilmiah ini adalah salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan program D-III Keperawatan di Poltekkes Kemenkes
Medan Prodi D-III Keperawatan Gunungsitoli Nias. Peneliti menyadari
sepenuhnya bahwa pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan baik dari segi penulisan, tata bahasa maupun isi.

Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, peneliti banyak mendapatkan


bantuan materi maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu peneliti dengan tulus
mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Ida Nuryati, M.Kes, selaku Direktur Poltekkes Medan.


2. Ibu Hj. Johani Dewita Nasution, SKM., M.Kes, selaku Ketua Jurusan
Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes Medan.
3. Bapak Ismed Krisman Amazihono, SKM.,MPH, selaku Kepala Program Studi
D-III Keperawatan Gunungsitoli Nias Poltekkes Kemenkes Medan.
4. Ibu Cipta Citra Karyani Gulo, S.kep., Ns., M.kep., selaku Dosen Pembimbing I
dan Penguji I yang telah banyak memberikan arahan dan bimbingan demi
kebaikan dan kesempurnaan penulisan proposal ini.
5. Ibu Lismawati Waruwu, S.kep., Ns., M.kep., selaku Dosen Penguji II
6. Ibu Wahyuningsih Lase, S.kep., Ners., M.kep., selaku Dosen Penguji III
7. Bapak Wa’oziduhu Gea, S.Pd, Selaku Kepala Sekolah SMK Negeri 1
Gunungsitoli yang telah mengizinkan saya melaksanakan penelitian di SMK
Negeri 1 Gunungsitoli
8. Seluruh Dosen, Civitas akademi, dan Staf pegawai di Politeknik Kesehatan
Kemenkes Medan Program Studi D-III Keperawatan Gunungsitoli Nias.
9. Teristimewa kepada kedua Orang tua saya tercinta, Ayahanda Yunimasari
Hulu (Alm) dan Ibunda Enurliwati Hulu, saudara/I kandung saya Vivin sepyuen

iii
Hulu, Natal Riang Purnama Hulu, Lena Febrianis Hulu, dan James Ingatan
Hulu yang selama ini memberikan dukungan baik secara moral maupun
materi serta doa restu sehingga peneliti menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
sesuai dengan waktu yang ditentukan.
10 Teman-teman Mahasiswa Jurusan Keperawatan Angkatan Ke-IX, yang telah
memberikan semangat, motivasi, serta saran dalam menyelesaikan Karya
Tulis Imiah ini.
11 Teristimewa kepada wanita yang saya sayangi, Sriyuliana Zendrato yang
telah memberikan dukungan,motivasi,saran, serta doa kepada peneliti dalam
menyelesaikan Karya Tulis Imiah ini.
12 Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat peneliti sebutkan satu
persatu.

Semoga Tuhan Yang Maha Pengasih dan Penyayang melimpahkan


berkat dan anugrahNya dengan berlipat ganda kepada semua pihak yang telah
mendukung dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Dengan kerendahan hati peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan


karya tulis ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dalam segi
penulisannya, tata bahasa maupun isi. Untuk itu, peneliti mengharapkan kritik
dan saran dari pembaca yang bersifat membangun demi kesempurnaan karya
tulis ilmiah ini.

Akhir kata peneliti mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya


kepada semua pihak yang telah banyak membantu, semoga Karya Tulis Ilmiah
ini dapat bermanfaat bagi peneliti dan bagi para pembaca.

Gunungsitoli, Juni 2019

Peneliti

Tomi Jeremies Hulu

iv
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN
SAMPUL DALAM
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
PERNYATAAN
ABSTRAK ......................................................................................... … i
ABSTRACT………………………………………………………………….... ii
KATA PENGANTAR ......................................................................... … iii
DAFTAR ISI ....................................................................................... ... v
DAFTAR TABEL ............................................................................... ... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... .. viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ .. ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ......................................................................... ... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................... ... 4
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... ... 4
D. Manfaat Penelitian .................................................................... ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori .................................................................... ..... ... 5
1. Pengetahuan ....................................................................... ... 5
2. Remaja......................................... ........................................ ... 9
3. Penyakit Menular Seksual (PMS)........ ................................. ... 15
B. Kerangka Konsep ..................................................................... ... 25
C. Definisi Operasional ................................................................. ... 25

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian...................................................... ... 26
B. Lokasi dan Waktu Penelitian..................................................... ... 26
C. Populasi dan Sampel Penelitian ............................................... ... 26
1. Populasi ........................................................ ....................... ... 26

v
2. Sample.......................................................................... ....... ... 26
D. Jenis dan Cara PengumpulanData ........................................... ... 28
1. Data Primer........................................ .................................. ... 28
2. Data Sekunder....................................................... ............... ... 29
E. Pengolahan dan Analisa Data .................................................. ... 29
1. Pengolahan Data............................................... ................... ... 29
2. Teknik Analisa Data...................................................... ........ ... 30

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian.......................................................................... ... 31
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian......................................... 31
2. Anlisa Univariat........................................ ............................. ... 31
B. Pembahasan........................................ ..................................... ... 32

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


A. Simpulan........................................ ........................................... ... 36
B. Saran........................................ ................................................ ... 36

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Definisi Operasional ………………………………………………….. 25

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di SMK Negeri 1


Gunungsitoli ……………………………………………………............ 31

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang


Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMK Negeri 1
Gunungsitoli ……………………………………………………............ 32

vii
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep …..……………………………………….. 25

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran I : Lembar Permohonan Menjadi Responden Penelitian

Lampiran II : Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran III : Lembar Kuesioner Penelitian

Lampiran IV : Dokumentasi

Lampiran V : Surat Izin Studi Penelitian

Lampiran VI : Surat Balasan Izin Studi Penelitian

Lampiran VII : Kode etik penelitian

Lampiran VIII : Surat izin meneliti

Lampiran IX : Surat balasan izin meneliti

Lampiran X : Lembar Konsultasi

Lampiran XI : Master tabel

Lampiran XII : Biodata Peneliti

Lampiran XIII : Jadwal Penelitian

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama melalui
hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra seksualnya.
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu dari sepuluh
penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada dewasa muda
laki-laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda perempuan di
negara berkembang (Sarwono, 2011).
World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 menyatakan
terdapat lebih dari 1 juta orang menderita PMS setiap hari. WHO menyatakan
bahwa 20 juta kasus infeksi baru pertahun, separuh diantaranya ialah orang
muda berusia 15-24 tahun. Data dari WHO menyebutkan 1 dari 20 remaja
tertular PMS setiap tahunnya. Hal ini menunjukkan masih tingginya kejadian
PMS dikalangan remaja. Di duga hal ini disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan remaja serta sikap mereka terhadap PMS. Berbagai perubahan
pada masa remaja menyebakan remaja mulai tertarik pada lawan jenis dan
mempuyai rasa ingin tahu yang besar. Peluang remaja untuk tertarik dalam
hubungan seksual berkembang dalam lingkungan pergaulan sosisl yang
komplek dan dinamik. Pemahaman yang kurang atau salah mengenai
masalah seksual menyebabkan remaja berisiko melakukan hubungan seksual
yang tidak aman, seperti berganti–ganti pasangan, memakai narkoba, dan
tidak menggunakan kondom (WHO 2016).
Prevalensi PMS dinegara berkembang jauh lebih tinggi dibandingkan
dengan negara maju. Usia remaja (15 – 24 tahun) merupakan 25% dari
semua populasi yang aktif secara seksual, tetapi memberikan konstribusi
hamper 50% dari semua kasus PMS baru yang dapat. (sarwono, 2011)
Indonesia, berdasarkan data dari komisi perlindungan anak Indonesia
(KPAI) diketahui 32% remaja usia 14 hingga 18 tahun terutama di kota-kota
besar di Indonesia pernah berhubungan seksual pranikah dan membuktikan
62,7% remaja kehilangan perawan saat masih duduk di bangku SMP, bahkan

1
2

21,2% dintaranya ekstrim, yakni pernah melakukan aborsi (KPAI,2013).


Pergaulan remaja saat ini perlu mendapat sorotan yang utama, karena pada
masa sekarang pergaulan remaja sangat mengkhawatirkan dikarenakan
perkembangan arus modernisasi yang mendunia serta menipisnya moral
serta keimanan seseorang khususnya remaja pada saat ini. Pergaulan remaja
saat ini sangat mengkhawatirkan, ini dapat dilihat dari beberapa hal yakni
tingginya angka pemakaian narkoba dikalangan remaja, dan adanya seks
pranikah yang membuat remaja rentan untuk tertular PMS (Lumongga, 2013).
Data survey kesehatan reproduksi remaja Indonesia terakhir Badan
Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyebutkan sebanyak
5.912 wanita diumur 15-19 tahun secara nasional pernah melakukan
hubungan seksual. Pria di usia yang sama berjumlah 6.578 atau 3,7% pernah
melakukan hubungan seks. Kurangnya penyuluhan-penyuluhan yang
dilakukan oleh pemerintah dan badan-badan kesehatan lainya dan tidak
adanya mata pelajaran yang secara khusus yang mengajarkan dan
memberikan informasi bagi murid SMA, juga menjadi salah satu penyebab
tingginya angka kejadian penyakit menular seksual di kalangan remaja
(Surjadi, skk.2012).
Data dari badan pusat statistik (BPS) provinsi Sumatra utara tahun 2016
bahwa yang terkena PMS di Sumatera utara ada 984 kasus dengan kondisi
itu, sumut kini berada di posisi ketujuh dari 10 provinsi di Indonesia dengan
data temuan PMS terbesar di Indonesia. Sumatera utara banyak remaja
terutama di kota medan yang masih duduk di bangku sekolah sudah terjangkit
penyakit menular seksual (PMS). Data dari RSU pringadi medan setidaknya
lima remaja pada 2010 sudah terinfeksi PMS, rentang usia 15 hingga 19
tahun. Data dari klinik IMS, jalan veteran medan terdapat 25 remaja yang
menderita PMS pada periode yang sama. Di picu oleh pergaulan bebas
remaja yang tidak sehat mulai dari gaya berpacaran yang kebablasan dan
bahkan sudah banyak remaja yang melacurkan diri (ikhsan Rangkuti, 2019).
Hasil penelitian lain oleh Chiuman di (2009) di medan, melaporkan
pengetahuan remaja tentang PMS masih kurang, yaitu sebanyak 52,4%,
pengetahuan cukup sebanyak 33,09%, dan pengetahuan baik 8,06%.
Bogor,triningtias (2015) melaporkan tingkat pengetahuan remaja tentang
3

PMS berada dalam kategori cukup, yaitu sebanyak 54,5% responden,


kategori kurang yaitu 27,3% dan pengetahuan baik ada 7,06% responden.
Hasil pengetahuan yang dilakukan Fadillah (2013) di Kolaka,
mendapatkan sebanyak 51,3% remaja memiliki sikap negatif terhadap PMS
ialah netral, yakni sebanyak 67% responden berada dalam kategori tersebut.
Penelitian yang dilakukan panenga (2014), berkaitan dengan tingkat
pengetahuan tentang penyakit menular seksual pada siswa SMAN
Banjarmasin, yaitu tingkat pengetahuan dengan kategori baik 6.05%, cukup
56.05% kurang 37.89%. nilai paling dominan berada pada kategori cukup
56.05%. Hasil studi penelitian yang juga dilakukan oleh Samkange N Florence
(2011) di Eropa tingkat pengetahuan remaja tinggi mengenai HIV/AIDS (90%)
dan rendah untuk jenis penyakit menular yang lain seperti gonorrhea, syphilis,
HPV (5,.4%) (Samkange, 2011).
Penelitian lain yang juga dilakukan oleh Wirakusuma (2011) di RSUD
Sanglah tahun 2009-2011 didapatkan 640 orang (3.05%) merupakan pasien
PMS yang terjadi pada laki-laki dan perempuan. Dari kasus PMS yang ada,
gonorrhoea 131 orang (20.5%) dan syphilis 47 orang (7.4%) (Wirakusuma,
2011).
Penelitian yang juga dilakukan oleh Kiki Gustini (2015) di SMA Negeri
24 Bandung tentang Penyakit Menular Seksual diperoleh hasil 119 orang
(62.63%) dari 190 orang responden memiliki pengetahuan cukup mengenai
Penyakit Menular Seksual, 59 orang (31.05%) memiliki pengetahuan kurang
mengenai Penyakit Menular Seksual, dan sebanyak 12 orang (6.32%)
memiliki pengetahuan baik mengenai Penyakit Menular Seksual.
Dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan dengan metode wawancara
pada remaja sebanyak sepuluh orang responden di SMK Negeri 1
Gunungsitoli, didapatkan data bahwa delapan orang dari responden belum
mengetahui tentang Penyakit Menular Seksual. Berdasarkan latar belakang
diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran
pengetahuan remaja tentang penyakit menular seksual di SMK Negeri 1
Gunungsitoli karena menurut Kepala sekolah SMK Negeri 1 Gunungsitoli,
bahwa sekolah tersebut belum pernah dilakukan penyuluhan atau pendidikan
kesehatan terutama tentang Penyakit Menular Seksual (PMS).
4

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka perumusan masalah dalam


penelitian ini adalah bagaimana gambaran pengetahuan remaja tentang
penyakit menular seksual, pada siswa/I SMK Negeri 1 Gunungsitoli?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Untuk mengetahui Gambaran pengetahuan remaja tentang penyakit


menular seksual (PMS) di SMK Negeri 1 Gunungsitoli.

D.Manfaat Penelitian

1. Bagi Responden
Diharapkan hasil penelitian ini mampu memberikan informasi kepada
remaja mengenai Gambaran pengetahuan remaja tentang Penyakit
Menular Seksual (PMS), serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan remaja tentang Penyakit Menular Seksual (PMS).
2. Bagi Institusi Sekolah
Diharapkan penelitian ini menjadi masukan bagi pihak sekolah khususnya
SMK Negeri 1 Gunungsitoli untuk lebih meningkatkan edukasi atau
pendidikan tentang kesehatan reproduksi kepada semua siswa-siswi.
3. Bagi Institusi Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan
diruang baca Poltekkes kemenkes Medan Prodi DIII Keperawatan
Gunungsitoli, dan menjadi sumber informasi untuk menambah
pengetahuan dan wawasan mahasiswa/I tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS).
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi
peneliti selanjutnya khususnya di jurusan keperawatan Poltekkes
kemenkes Medan Prodi DIII Keperawatan Gunungsitoli.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pengetahuan

a. Definisi

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu


seseorang terhadap suatu objek dari indra yang dimilikinya (Notoatmodjo,
2012). Pengetahuan adalah sesuatu yang diketahui berkaitan dengan
proses pembelajaran. Proses belajar ini dipengaruhi berbagai faktor dari
dalam, seperti motivasi dan faktor luar berupa sarana informasi yang
tersedia, serta keadaan sosial budaya (KBBI, 2005 dalam Budiman, 2013).

Pengetahuan pada dasarnya terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang
memungkinkan seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang
dihadapinya. Pengetahuan tersebut diperoleh dari pengalaman langsung
maupun pengalaman orang lain. Pengetahuan adalah hasil tahu dari
manusia, yang sekedar menjawab pertanyaan “what” misalnya apa air, apa
manusia, apa alam dan sebagainya (Notoatmodjo, 2010).

b. Tingkat Pengetahuan

Menurut Kholid dan Notoadmodjo (2012) terdapat 6 tingkat


pengetahuan, yaitu:

1) Tahu (Know)

Tahu adalah mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya


setelah mengamati sesuatu.

2) Memahami (Comprehension)

Memahami adalah suatu kemampuan untuk menjelaskan tentang suatu


objek yang diketahui dan diinterpretasikan secara benar.

5
6

3) Aplikasi (Aplication)

Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk mempraktekkan materi yang


sudah dipelajari pada kondisi real (sebenarnya).

4) Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan menjabarkan atau menjelaskan suatu


objek atau materi tetapi masih di dalam struktur organisasi tersebut dan
masih ada kaitannya satu dengan yang lainnya.

5) Sintesis (Synthesis)

Sintesis adalah suatu kemampuan menghubungkan bagianbagian di


dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi adalah pengetahuan untuk melakukan penilaian terhadap


suatu materi atau objek.

c. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) faktor yang mempengaruhi


pengetahuan meliputi:

1) Pendidikan

Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang


atau kelompok dan merupakan usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan (Budiman & Riyanto, 2013). Semakin
tinggi pendidikan seseorang maka semakin capat menerima dan
memahami suatu informasi sehingga pengetahuan yang dimiliki juga
semakin tinggi (Sriningsih, 2011).

2) Informasi/ Media Massa

Informasi adalah suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,


menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis dan
menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Informasi diperoleh dari
pendidikan formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh
jangka pendek sehingga menghasilkan perubahan dan peningkatan
7

pengetahuan. Semakin berkembangnya teknologi menyediakan


bermacam-macam media massa sehingga dapat mempengaruhi
pengetahuan masyarakat. Informasi mempengaruhi pengetahuan
seseorang jika sering mendapatkan informasi tentang suatu
pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan wawasannya,
sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan
menambah pengetahuan dan wawasannya.

3) Sosial, Budaya dan Ekonomi

Tradisi atau budaya seseorang yang dilakukan tanpa penalaran apakah


yang dilakukan baik atau buruk akan menambah pengetahuannya
walaupun tidak melakukan. Status ekonomi juga akan menentukan
tersedianya fasilitas yang dibutuhkan untuk kegiatan tertentu sehingga
status ekonomi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.
Seseorang yang mempunyai sosial budaya yang baik maka
pengetahuannya akan baik tapi jika sosial budayanya kurang baik maka
pengetahuannya akan kurang baik. Status ekonomi seseorang
mempengaruhi tingkat pengetahuan karena seseorang yang memiliki
status ekonomi dibawah rata-rata maka seseorang tersebut akan sulit
untuk memenuhi fasilitas yang diperlukan untuk meningkatkan
pengetahuan.

4) Lingkungan

Lingkungan mempengaruhi proses masuknya pengetahuan kedalam


individu karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan
direspons sebagai pengetahuan oleh individu. Lingkungan yang baik
akan pengetahuan yang didapatkan akan baik tapi jika lingkungan
kurang baik maka pengetahuan yang didapat juga akan kurang baik.

5) Pengalaman

Pengalaman dapat diperoleh dari pengalaman orang lain maupun diri


sendiri sehingga pengalaman yang sudah diperoleh dapat
meningkatkan pengetahuan seseorang. Pengalaman seseorang
tentang suatu permasalahan akan membuat orang tersebut mengetahui
bagaimana cara menyelesaikan permasalahan dari pengalaman
8

sebelumnya yang telah dialami sehingga pengalaman yang didapat


bisa dijadikan sebagai pengetahuan apabila medapatkan masalah yang
sama.

6) Usia

Semakin bertambahnya usia maka akan semakin berkembang pula


daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperoleh
juga akan semakin membaik dan bertambah.

d. Pengukuran tingkat pengetahuan

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) pengetahuan seseorang


ditetapkan menurut hal-hal berikut :

1) Bobot I : tahap tahu dan pemahaman.

2) Bobot II : tahap tahu, pemahaman, aplikasi dan analisis

3) Bobot III : tahap tahu, pemahaman, aplikasi, analisis sintesis dan

evaluasi.

Pengukuran pengetahuan dilakukan dengan wawancara atau


kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari
subjek penelitian atau responden. Menurut Arikunto (2006) terdapat 3
kategori tingkat pengetahuan yang didasarkan pada nilai presentase
sebagai berikut :

1) Tingkat pengetahuan kategori Baik jika nilainya ≥ 75%

2) Tingkat pengetahuan kategori Cukup jika nilainya 56 – 74 %

3) Tingkat pengetahuan kategori Kurang jika nilainya < 55 %

Menurut Budiman dan Riyanto (2013) tingkat pengetahuan


dikelompokkan menjadi dua kelompok apabila respondennya adalah
masyarakat umum, yaitu :

1) Tingkat pengetahuan kategori Baik nilainya > 50%

2) Tingkat pengetahuan kategori Kurang Baik nilainya < 50%.


9

e. Pengetahuan Remaja tentang PMS

Data dari United Nations Fund for Population Activities (UNFPA) dan
World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyebutkan 1 dari 20
remaja tertular PMS setiap tahunnya terutama yang berumur 15 - 24 tahun.
Hal ini menunjukkan masih tingginya kejadian PMS di kalangan remaja. Hal
ini diduga disebabkan oleh kurangnya pengetahuan remaja tentang PMS
serta sikap mereka terhadap PMS masih kurang.

Hasil Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI, 2007)


pengetahuan remaja tentang PMS salah satunya yaitu HIV/AIDS,
pengetahuan remaja tentang cara paling penting untuk menghindari infeksi
HIV masih terbatas, hanya 14 % remaja perempuan dan 95% remaja laki-
laki menyebutkan pantang berhubungan seks, 18% remaja perempuan dan
25% remaja laki-laki menyebutkan menggunakan kondom serta 11%
remaja perempuan dan 8% remaja laki-laki menyebutkan membatasi
jumlah pasangan sebagai cara menghindari HIV/AIDS (SKRRI, 2007 dalam
BKKBN, 2012).

Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tentang pengetahuan


remaja usia 10 sampai 19 tahun mengenai PMS dan cara untuk
mengurangi resiko tertular PMS. Secara keseluruhan 67% perempuan dan
63% laki-laki mengatakan bahwa PMS dapat dicegah dengan
menggunakan kondom setiap kali melakukan hubungan seksual. Cara lain
untuk mencegah PMS adalah membatasi hubungan seksual dengan satu
pasangan, metode ini diketahui oleh 46% remaja perempuan dan 59%
remaja laki-laki.

2. Remaja

a. Pengertian Remaja

Menurut World Health Organization (2014) remaja atau dalam istilah


asing yaitu adolescence yang berarti tumbuh kearah kematangan
merupakan seseorang yang memiliki rentang usia 10-19 tahun. Dalam ilmu
kedokteran remaja dikenal sebagai suatu tahap perkembangan fisik, yaitu
masa alat-alat kelamin manusia mencapai kematangannya. Secara
10

anatomis berarti alat-alat kelamin khususnya dan keadaan tubuh pada


umumnya memperoleh bentuknya yang sempurna pula (Sarwono, 2013).
Menurut World Health Organization dalam Sarwono (2013)
mendefinisikan remaja berdasarkan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis
dan sosial ekonomi.
1) Remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat
pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai
saat ia mencapai kematangan seksual.
2) Remaja adalah suatu masa ketika individu mengalami perkembangan
psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.
3) Remaja adalah suatu masa ketika terjadi peralihan dari ketergantungan
sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

b. Tahap Perkembangan Remaja

Pertumbuhan dan perkembangan pada masa remaja sangat cepat,


baik fisik maupun psikogis. Perkembangan remaja laki-laki biasanya
berlangsung pada usia 11 sampai 16 tahun, sedangkan pada remaja
permpuan berlangsung pada usia 10 sampai 15 tahun. Perkembangan
pada anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki karena
dipengaruhi oleh hormon seksual. Perkembangan berpikir pada remaja
juga tidak terlepas dari kehidupan emosionalnya yang labil (Sarwono,
2013).
Ada tiga tahap perkembangan remaja menurut Sarwono (2013)
antara lain yaitu :

1) Remaja awal ( early adolescence)


Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan
perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan
dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu. Mereka
mengembangkan pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis,
dan mudah terangsang secara erotis.Kepekaan yang berlebihan ini
ditambah dengan berkurangnya kendali terhadap “ego” menyebabkan
para remaja awal ini sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.
11

2) Remaja menengah (middle adolescence)


Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. Remaja
senang kalau banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan
mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang punya sifat
yang sama dengan dirinya. Selain itu, ia berada dalam kondisi
kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih yang mana peka atau
tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimistis atau pesimistis, idealis
atau materialis, dan sebagainya.

3) Remaja akhir (late adolescence)


Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan
ditandai dengan pencapaian lima hal, yaitu :
a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.
b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam
pengalaman-pengalaman baru.
c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.
d) Egosentrisme yaitu terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri
diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan
orang lain.
e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan
masyarakat umum (the public).

c. Tugas-Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Sarwono (2013) tugas perkembangan masa remaja


difokuskan pada upaya meninggalkan sikap dan perilaku kekanak-kanakan
serta berusaha untuk mencapai kemampuan bersikap dan berperilaku
secara dewasa.Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja adalah :

1) Mampu menerima keadaan fisiknya


2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang
berlainan jenis
4) Mencapai kemandirian emosional
12

5) Mencapai kemandirian ekonomi


6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang sangat
diperlukan untuk melakukan peran sebaga anggota masyarakat
7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan
orangtua
8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk
memasuki dunia dewasa
9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
10) Memahami dan mempersiapkan.

d. Karakteristik Remaja
Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas
diri juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja.karakteristik
pertumbuhan dan perkembangan remaja yang mencakup perubahan
transisi biologis,transisi kognitif,dan transisi sosial menuruk santrock (2007)
yaitu:

a) Transisi remaja

Perubahan fisik yang terjadi pada remaja terlihat Nampak pada


saat masa pubertas yaitu meningkatnya tinggi dan berat badan serta
kematian sosial.Diantara perubahan fisik itu, yang terbesar
pengaruhnya pada perkembangan jiwa remaja adalah pertumbuhan
tubuh (badan semakin panjang dan tinggi). Selanjutnya mulai berfungsi
alat-alat reproduksi.

b) Transisi kognitif

Pemikiran operasional formal berlangsung antara usia 11 sampai


15 tahun.pemikiran operasional konkret. Remaja terdorong untuk
memahami dunianya karena tindakan yang dilakukan penyesuaian diri
biologis.

c) Transisi sosial

Pada transisi sosial remaja mengalami perubahan dalam


hubungan individu dengan manusia lain yaitu dalam emosi, dalam
kepribadian,dan dalam peran dari konteks sosial perkembangan sikap
13

asertif,kebahagian remaja dalam peristiwa tertentu serta peran gender


dalam masyarakat merefleksikan peran proses sosial emosional dalam
remaja.

e. Sumber Informasi Remaja

Remaja sering kali merasa tidak nyaman atau tabu untuk


membicarakan masalah seksualitas dan kesehatan reproduksinya.tetapi
karena faktor rasa ingin tau mereka akan berusaha untuk mendapatkan
informasi ini. Remaja merasa bahwa orangtuanya menolak membicarakan
mengenai kesehatan reproduksi dan kemudian mencari alternative sumber
informasi menjadi simpangsiur atau pemahan yang salah karena tidak ada
bibimbingan dari orangtua (wulandari, 2012).

Orangtua memegang peranan penting khususnya pada masa remaja


karena akan mencegah remaja terjerumus oleh lingkungan dan teman
sebaya yang memberikan pengaruh negatif kekerasan fisik,seks bebas dan
penyalahgunaan narkoba. Remaja juga mengalami perkembangan dan
perubahan intelegensi yang cukup pesat sehingga remaja giat mencari
informasi mengenai hal-hal baru baginya (Maentiningsih, 2008).

Pendidikan seks paling banyak didapat dari media massa 56.810/0.


Hal tersebut sesuai penelitian dari caroline,yang secara umum remaja yang
paling banyak mendapatkan dorongan seksual dari media cenderung
melakukan seks pada usia 14-16 tahun 2,2 kali lebih tinggi disbanding
dengan remaja lain yang sedikit melihat eksploitasi seks dari media
(Sarwono,2012).

Remaja memasuki usia reproduksi pada hakekatnya remaja


mengalami suatu masa kritis, jika dimasa kritis itu tidak mendapatkan
informasi dan pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi yang
dibutuhkan dari keluarga, remaja cenderung mencari dari luar pendidikan
formal yang sering tidak bisa dipertanggung jawabkan seperti menonton
dan membaca majalah porno ataupun dari teman-teman sebaya yang
sama-sama memiliki keterbatasan pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi sehingga cenderung memperoleh informasi yang salah
(Kusyogo, 2008).
14

Menurut Kothai (2003) meningkatnya minat seksual remaja membuat


remaja berusaha mencari informasi dalam berbagai bentuk. Sumber
informasi itu dapat diperoleh dengan bebas melalui teman sebaya, buku-
buku, film, video, dan situs-situs internet. Pengaruh informasi global yang
semakin mudah diakses justru memancing remaja untuk meniru kebiasaan-
kebiasaan yang tidak sehat yaitu berbagai macam perilaku seksual seperti
melakukan hubungan seks pranikah. Penyimpangan terhadap perilaku
seksual selain disebabkan kurangnya pengetahuan remaja tentang
kesehatan reproduksi, juga sebagai akibat pengaruh media massa dan
internet yang menyediakan informasi yang kurang tepat dan salah.
Akibatnya rasa ingin tahu yang kuat membuat remaja menjadi terjebak
kedalam permasalahan seksualitas (Kothai, 2003 dalam Andani, 2010).

f. Masalah Kesehatan Reproduksi Remaja

Masalah kesehatan reproduksi melibatkan peranan lingkungan.


Remaja membutuhkan pengertian-pengertian tentang hal-hal yang
dialaminya misalnya mengenai mimpi basah dan lain sebagainya.
Ketertutupan dari lingkungan dan orangtua yang merasa tabu
membicarakan masalah seksual dengan anaknya dapat menyebabkan
dampak negatif dengan anaknya (Gunarsah, 2008).

Pada masa remaja akan terjadi proses terpaparnya remaja dengan


masalah kesehatan reproduksi yaitu terjadi proses produksi hormone
seksual dalam tubuh yang mengakibatkan timbulnya dorongan emosi dan
seksual. Organ reproduksi sangat rentan terhadap infeksi saluran
reproduksi, kehamilan dan infeksi menular seksual. Permasalah kesahatan
reproduksi, pada remaja perempuan di mulai pada usia remaja, yaitu saat
perempuan mengalami menstruasi pertama dan pelepasan sel telur yang
akan berakhir sampai tidak haid lagi. Usia remaja memiliki resiko terhadap
terjadinya kehamilan sebelum menikah tertular penyakit menular seksual
dan ketergantungan terhadap NAPZA (Hanifah,2012).

Masalah kesehatan reproduksi selain berdampak secara fisik, juga


dapat berpengaruh terhadap kesehatan mental emosi dan kesejahteraan
15

sosial. Permasalahan kesehatan reproduksi remaja yaitu kehamilan tidak


diinginkan (KTD), masalah ketergantungan NAPZA yang meningkat, resiko
penyakit menular seksual (Azinar, 2013). Masalah yang seringkali muncul
dalam kehidupan remaja karena remaja ingin mencoba-coba segala hal.
Faktor internal yang paling mempengaruhi perilaku seksual remaja
sehingga mengarah pada perilaku seksual pranikah pada remaja adalah
berkembangnya organ seksual (Sarwono, 2012).

Remaja masih harus menghadapi permasalahan yang sangat


kompleks seiring dengan masa transisi yang dialami remaja. Masalah yang
paling menonjol yang dialami remaja yaitu permasalahan seputar
seksualitas seperti perilaku pergaulan bebas, seks pranikah, PMS, dan
NAPZA (BKKBN, 2012).

3. Penyakit Menular Seksual (PMS)

a. Pengertian Penyakit Menular Seksual


Penyakit menular seksual (PMS) adalah infeksi yang disebabkan
oleh bakteri, virus, parasit atau jamur, yang penularannya terutama
melalui hubungan seksual dari seseorang yang terinfeksi kepada mitra
seksualnya. Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan salah satu dari
sepuluh penyebab pertama penyakit yang tidak menyenangkan pada
dewasa muda laki- laki dan penyebab kedua terbesar pada dewasa muda
perempuan di negara berkembang (Sarwono, 2011).

Penyakit menular seksual adalah penyakit yang ditularkan melalui


hubungan seksual. Cara penularan penyakit ini tidak hanya melalui
hubungan seksual tetapi juga dapat ditularkan langsung melalui kontak
langsung seperti, jarum suntik yang tidak steril. Penyakit yang tergolong
dalam penyakit menular seksual adalah gonorrhea, chlamydia, sifilis,
herpes genitalis, dan infeksi human immunodeficiency virus (HIV)
(Djuanda 2011 dikutip oleh Panenga, 2014).

Penyakit menular seksual (PMS) disebut juga Infeksi Menular


Seksual (IMS) adalah sekelompok infeksi yang ditularkan melalui
16

hubungan seksual. Kebanyakan PMS dapat ditularkan melalui hubungan


seksual antara penis, vagina, anus, dan mulut (Zakaria 2012).

Pertama kali penyakit ini disebut “Penyakit Kelamin” atau Veneral


Disease (VD) yang berasal dari kata venus (Dewi Cinta), namun saat ini
sebutan yang paling tepat adalah Sexually Transmitted Infection (STI)
yang berarti penyakit-penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan
kelamin (Daili,2010).

Penyakit IMS disebabkan oleh lebih dari 30 bakteri yang berbeda,


virus dan parasit yang tersebar terutama melalui kontak seksual,termasuk
vagina,anal,dan oral seks (Najmah,2016). Pada umumnya seseorang
tidak sadar dirinya menderita PMS karena bersifat asimptomatik atau
tidak menunjukkan gejala khusus.

Penyakit ini memiliki pengaruh yang besar terhadap kesehatan


seksual dan reproduksi di seluruh dunia dan juga termasuk diantara 5
penyakit yang pelayanan kesehatannya dicari masyarakat untuk
mengobati IMS tersebut. Namun, ketika gejala yang ada timbul pada
seseorang, perasaan malu, stigmatisasi ataupun keduanya membuat
banyak individu yang terkena IMS mencari pengobatan di luar pelayanan
kesehatan,yaitu dengan pengobatan tradisional, pengobatan mandiri
dengan alternative atau obat bebas dipasaran, bahkan tidak berobat
sama sekali.

b. Etiologi

Penyakit IMS ini disebabkan oleh lebih dari 30 bakteri yang


berbeda, virus dan parasite dan tersebar terutama melalui kontak seksual,
termasuk vagina, anal dan oral seks (Najmah, 2016).

Berdasarkan Pedoman Nasional Penanganan Infeksi menular


seksual 2011, ada 5 jenis IMS yang di timbulkan berdasarkan patogen
penyebabnya, yaitu :

1. Infeksi bakteri

1.1 Gonorea
17

a). Penyebab :Neisseria gonorrhoeae

b). Manifestasi klinis : gejala infeksi muncu 1 sampai 14 hari setelah


terpapar,meskipun ada kemungkinan terinfeksi gonorea namun
tidak memiliki gejala. Diperkirakan hampir setengah wanita yang
terinfeksi gonore tidak merasakan gejala, atau memiliki gejala non
spesifik (Irianto, 2014).

Pada pria : Rasa panas selama buang air kecil dan


keluarnyananah dari penis (uretra).

Pada wanita : Cairan putih keluar dari vagina,rasa nyeridi bagian


perut, namun pada wanita gonore seringkali tidak menampilkan
gejala-gejala.

1.2 Klamidia

a). Penyebab : Chlamydia trachomatis

b).Manifestasi klinis : gejala dimulai dalam waktu 5 sampai 10 hari


setelah paparan infeksi.

Gejala pada wanita : Sakit perut, keputihan abnormal, perdarahan


di luar menstruasi, demam ringan, hubungan seks menyakitkan,
nyeri dan rasa terbakar saat kencing, pembengkakan dalam
vagina atau di sekitar anus, ingin buang air kecil melebihi
biasanya, perdarahan vagian setelah berhubungan, keluarnya
cairan kekuningan dari leher rahim yang mungkin memiliki bau
yang kuat.

Gejala pada pria : Nyeri atau rasa terbakar saat kencing, cairan
bernanah atau susu dari penis, testis bengkak atau
lembek,pembengkakan di sekitar anus.

1.3 Limfogranuloma Venereum

a). Penyebab : Chlamydia trachomatis (galur L1-L3)

b). Manifestasi klinis : lesi primer di dinding vagina posterior,


limfadenopati inguinalis unilateralyang nyeri, proktokolitis,
peradangan pada jaringan limfe perirektum, fistula dan striktur.
18

1.4 Sifilis

a). Penyebab : Treponema pallidum

b). Manifestasi klinis : Chance primer pada 95% kasus bersifat genital
dan memiliki karakteristik berikut. Chancre biasanya merupakan
lesi bulat soliter, tidak nyeri, tidak nyeri tekan, dengan tepi
eritematosa berbatas tegas dan memiliki dasar bersih serta
berindurasi. Manifestasi ini berhubungan dengan limfadenopati
inguinal seperti karet, terbuka, tidak nyeri, dan tidak nyeri tekan.
Chancre merupakan ulkus yang dapat sembuh tanpa membentuk
jaringan parut dalam 4-6 minggu.

1.5 Chancroid (Ulkus Mole)

a).Penyebab : Haemophilus ducreyl

b).Manifestasi klinis : Gejala klasik ulkus mole adalah ulkus yang


superficial dan dangkal dalam ukuran beberapa milimeter sampai
2 cm. Tepinya kasar atau berbentuk seperti kulit kerang dan
dikelilingi oleh lapisan peradangan yang kemerahan. Dasarnya
tertutup eksudasi yang terdiri dari jaringan nekrosis serta mudah
berdarah bila eksudasi ini diangkat berbeda dengan ulkus sifilis,
ulkus mole ini sangat nyeri dan lunak serta tidak indurasi. Pada
pria lokalisasinya sering pada preputium dan frenulum, sedangkan
pada wanita pada labia dan perianal.

1.6 Granuloma Inguinale (Donovanosis)

a).Penyebab : Klebsiella (Calymmatobacterium) granulomatis,


mycoplasma genitalium, dan ureaplasma urealyticum.

b).Manifestasi klinis : terdapat satu atau lebih, padat dan induraktif di


tempat kontak yang dalam beberapa hari sampai 2 cm. Tepinya
kasar atau berbentuk seperti kulit kerang dan di kelilingi oleh
lapisan perandangan yang kemerahan. Dasarnya tertutup edukasi
yang terdiri dari jaringan nekrosis serta mudah berdarah bila
edukasi ini diangkat. Berbeda dengan ulkus sifilis, ulkus mole ini
sangat nyeri dan lunak serta tidak indurasi. Pada pria lokalisasinya
19

sering pada preputium dan frenulum, sedangkan pada wanita


pada labial dan perianal.

1.6 Granuloma Inguinale (Donovanosis)

a) Penyebab: klebsiella (Calymmatobacterium) gramulomatis


Mycoplasma genitalium, dan Ureaplasma Urealyticum .

b) Manifestasi klinis : terdapat satu atau lebih papul kecil,padat dan


induraktif di tempat kota yang dalam beberapa hari sampai minggu
mengalami ulserasi. Ulkus primer tampak bersih, merah seperti
daging, tidak nyeri dan tidak meradang serta tidak menyebabkan
limfadenopati, Nyeri, eksudat dan limfadenopati merupakan tanda
infeksi sekunder serta lesi yang sering ditemukan di labia minora
dan fourchette.

2. Infeksi virus
2.1. HIV/ AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome)
a) Penyebab : Human Immunodeficiency Virus (HIV)
b) Manifestasi klinis: keringat yang berlebihan pada waktu malam
hari, diare terus menerus, bengkakan kelenjar getah bening, flu
yang tidak sembuh sembuh, nafsu makan dan kekebalan tubuh
menurun.Terlebih lagi jika sudah memasuki fase AIDS, timbul
penyakit tertentu yang disebut dengan infeksi oportunistik, yaitu
kanker khususnya sariawan, kanker kulit (sarcoma Kaposi), infeksi
paru dan kesulitan bernapas, infeksi usus dan infeksi otak, yang
menyebabkan kekacauan mental dan sakit kepala.

2.2 Herpes Genitalis

a). Penyebab : Herpes Simplex Virus (HSV) tipe I dan tipe II

b). Manifestasi klinis :


Primer : Gejala sistemik, demam, malaise, dan nyeri kepala. Lesi
dengan nyeri lokal dan dysuria.
20

Non primer : Servisitis, proktitis, dan faringitis. Sekret vagina dan


perdarahan intermitten. Serviks tanpa merah, rapuh dan
mengalami ulserasi.

Rekuren : Lesi yang gatal atau panas, cenderung timbul secara


unilateral ditempat yang sama, lebih sedikit dan lebih kecil
dibandingkan dengan infeksi sekunder serta dysuria.

2.3 Kutil Kelamin

a). Penyebab : Human papilloma virus (HPV)


b).Manifestasi klinis : Kutil genital dan tidak nyeri. Lesi eksternal
(introitus, vulva, dan perineum).Lesi internal (dinding vagina dan
serviks).Kelainan pada kulit berupa vegetasi yang bertangkai dan
berwarna kemerahan jika masih baru, dan agak kehitaman bila
sudah lama.Pemukaan berjonjot (papilomatosa) sehingga pada
vegetasi yang besar dapat dilakukan percobaan sondase. Jika
timbul infeksi sekunder berwarna kemerahan akan berubah
menjadi keabu-abuan dan berbau tidak enak.
3. Infeksi Protozoa

3.1 Trikomoniasis

a). Penyebab : Trichomonas vaginalis

b). Manifestasi klinis: Trikomoniasis pada pria dan wanita memberikan


gejala klinis yang berbeda :

Pada pria, dapat menyebabkan urethritis nonspesifik dengan


gejala :

- Perasaan gatal pada uretra

- Dysuria

- Keluarnya duh tubuh dari uretra yang biasanya lebih encer


dibandingkan dengan duh tubuh yang keluar pada penderita
gonore.

Pada wanita, dapat menyebabkan vaginitis dengan tanda-tanda


klinis :
21

- Leukorhoe atau fluor albus yang banyak dengan warna putih


kehijau-hijauan dan berbau

- Perasaan gatal pada vulva dan kadang-kadang sampai ke paha

- Dinding vagina dijumpai banyak ulkus, oedemaos, dan


erythema.

4. Infeksi Jamur (Kandidiasis)

a). Penyebab : Candida albicans

b). Manifestasi klinis : pruritus, iritasi hebat pada vlva dan vagina,
edema, eritema dan fisura pada vulva, disertai dysuria. Selain itu
terdapat sekret vagina seperti “keju lembut”.

5. Infeksi Parasit

5.1 Pedikulosis pubis

a). penyebab : Phthirus pubis

b). Manifestasi klinis : rasa gatal yang hebat pada daerah pubis, dapat
meluas sampai ke daerah abdomen dan dada, bercak-bercak
berwarna abu-abu atau kebiruan yang disebut makula serulae,
serta ditemukan black dot yaitu bercak hitam pada celana dalam
pada waktu bangun tidur. Terjadi infeksi sekunder dengan
pembesaran kelenjar getah bening regional.

5.2 Skabies

a). Penyebab : Sarcoptes scabiei

b). Manifestasi klinis : Gejala klinis yang khas adalah gatal-gatal yang
sangat, terutama di malam hari kala temperature kulit menjadi
lebih hangat. Tempat-tempat yang biasanya menjadi sasaran
scabies adalah: sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian
fleksor, lipat ketiak bagian depan dan belakang, aerola mamae,
sekitar pusat (umbilicus), daerah ikat pinggang, perut bagian
bawah, daerah genitalia dan pubis, pantat bagian bawah dan lipat
pantat.
22

c. Resiko Kejadian PMS Remaja

Sebagian besar remaja yang aktif secara seksual memiliki resiko-


resiko mengalami masalah-masalah seksual seperti mengalami kehamilan
dan terkena infeksi yang ditularkan secara seksual. Berdasarkan sebuah
studi yang dilakukan Santelli (2014), bahwa penggunaan alkohol, obat-
obatan, dan remaja yang memiliki keinginan melakukan hubungan seksual
pranikah adalah yang beresiko terkena PMS (Santelli, 2014 dalam
Santrock 2017).

Resiko PMS menurut Booskey (2012) yaitu, hubungan seksual tanpa


pelindung (kondom), berganti-ganti pasangan, aktif secara seksual di usia
remaja yang berusia 15-24 tahun, homoseksual, penggunaan alkohol dan
penyalahgunaan obat (Booskey, 2012).

Perilaku resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang


mempunyai resiko besar terserang penyakit. Yang tergolong kelompok
resiko tinggi adalah mencangkup usia muda, belum menikah, dan orang
yang memiliki pasangan seksual (Brooker, 2009).

Perilaku beresiko yaitu, memiliki pasangan seks lebih dari satu,


menggunakan jarum suntik bersama orang lain, melakukan hubungan
seksual secara anal, vaginal, atau oral tanpa menggunakan kondom,
melakukan seksual vaginal atau oral dengan orang yang gemar
menggunakan obat terlarang, melakukan hubungan seksual dengan
beberapa pasangan seksual dan melakukan hubungan seksual tanpa
pelindung (kondom) dengan individu yang telah terinfeksi (Santrock, 2017).

d. Dampak atau Komplikasi Penyakit PMS

Menurut Depkes RI (2006), dampak Penyakit Menular Seksual (PMS)


bagi remaja perempuan dan laki-laki yaitu :

1) Infeksi alat reproduksi akan menurunkan kualitas ovulasi sehingga akan


mengganggu siklus dan banyaknya haid serta menurunkan kesuburan.

2) Peradangan alat reproduksi ke organ yang lebih tinggi yang dapat


meningkatkan kecenderungan terjadi kehamilan diluar rahim (ektopik)
23

3) Melahirkan anak cacat bawaan seperti katarak, gangguan pendengaran,


kelainan jantung dan cacat lainnya.

4) Dampak secara fisik, meliputi :

a. Bekas bisul atau nanah di daerah alat kelamin dapat mengganggu


kualitas hubungan seksual di kemudian hari karena menimbulkan
nyeri dan tidak nyaman waktu berhubungan seks.

b. Nyeri waktu BAK (dysuria) karena peradangan mengenai saluran


kemih.

c. Gejala neurologi atau gangguan saraf (stadium lanjut sifilis).

d. Lebih mudah terinfeksi HIV.

e. Kemandulan dikarenakan perlengketan saluran reproduksi dan


gangguan produksi sperma (pada laki-laki).

5) Dampak secara psikologis meliputi :

a. Malu dan takut sehingga tidak mau berobat yang akan memperberat
dan memperparah penyakit penyakit disamping terjadi resistensi
obat.

b. Gangguan hubungan seks setelah menikah karena takut tertular atau


takut menularkan penyakit pada pasangannya.

c. Rendah diri.

e. Pencegahan PMS

Meningkatnya permasalahan remaja terkait PMS ditandai dengan


betambahnya penderita HIV/AIDS. Sekolah dapat dijadikan sarana untuk
membekali diri dengan pengetahuan dan kemampuan dalam melidungi
diri dari PMS. Promosi kesehatan perlu diberikan dalam masyarakat
khususnya pada anak usia sekolah (Maulana, 2009).

Dalam garis besarnya usaha-usaha pencegahan dijalankan dengan


cara sebagai berikut menurut Muhajir (2007), pencegahan terhadap PMS
yaitu : tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah, melakukan
kegiatan yang positif agar remaja dapat mengalihkan keinginan untuk
24

melakukan hubungan seksual, mencari informasi yang benar dan


sebanyak mungkin tentang resiko PMS, mengendalikan diri dengan
pendidikan agama, tidak malu untuk bertanya dan mendiskusikan hal-hal
yang berkaitan tentang perilaku seksual dengan keluarga atau guru, dan
menghindari penggunaan narkoba terutama dengan pemakaian secara
bersamaan dengan suntikan (Muhajir, 2007).

Menurut Depkes RI cara pokok untuk pencegahan penularan antara


lain, memilih untuk tidak melakukan hubungan seks pranikah, saling setia
dengan pasangannya, menggunakan pelindung (kondom) secara
konsisten dan benar, tolak penggunaan NAPZA, jangan pakai jarum
suntik bersama (Depkes RI, 2007).
25

B. Kerangka Konsep

Pengetahuan Remaja 1. Baik


Tentang Penyakit Menular 2. Cukup
Seksual (PMS) 3. Kurang

Gambar 2.1 : Kerangka Konsep

C. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Skala Hasil Ukur


Operasional Pengukur
An

Pengetahu Segala sesuatu Kuesioner Ordinal a. Baik : ≥ 76-100%


an Tentang yang diketahui b. Cukup : 56-75%
penyakit mahasiswa c. Kurang : ≤ 55%
menular tentang penyakit
seksual menular seksual
(PMS)

Tabel 2.1 : Definisi Operasional


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian
deskriptif dengan desain cross sectional,dimana penelitian ini akan
mendeskripsikan bagaimanagambaran pengetahuan remaja tentang penyakit
menular seksual (PMS) di SMK Negeri 1 Gunungsitoli.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan selama 4 bulan dari Februari s/d Mei 2019 terhadap
siswa/I di SMK Negeri 1 Gunungsitoli.

C. Populasi dan Sampel Penelitian


1. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua siswa/I kelas X (sepuluh) di SMK
Negeri 1 Gunungsitoli dengan jumlah keseluruhan 384 siswa. Alasan tidak
menyertakan kelas XI (sebelas) yaitu karna akan melaksanakan
PRAKERIN (Praktek Kerja Industri), dan alasan tidak menyertakan kelas
Kelas XII (duabelas) yaitu karena akan menamatkan diri di SMK Negeri 1
Gunungsitoli.
2. Sampel
Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi
(Notoatmodjo, 2012). Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
adalah teknik Purposive Sampling dengan menggunakan rumus Slovin.
Menurut Notoatmodjo (2010), Purposive Sampling adalah teknik
pengambilan sampel yang berdasarkan atas suatu pertimbangan tertentu
seperti sifat-sifat populasi ataupun cirri-ciri yang sudah diketahui
sebelumnya. Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan
rumus Slovin yaitu sebagai berikut :
n= N
1 + N (d)2

26
27

n = Besar Sampel
N = Jumlah Populasi
d = Derajat penyimpangan terhadap populasi yang diinginkan
10% (0,10), 5% (0,05), atau 1% (0,01).

Sampel siswa/I kelas X (sepuluh) SMK Negeri 1 Gunungsitoli


n= N
1 + N (d)2

n= 384
1 + (384. 0,12)

n= 384
1 + (384. 0,1)

n = 384
1 + (3,84)

n= 384
4,84

n = 79,3 dibulatkan menjadi 79.

Jadi total sampel yang digunakan adalah = 79 orang.


Adapun kriteria yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu :
1. Kriteria Inklusi
a. Remaja laki-laki dan perempuan kelas X (sepuluh) di SMK Negeri 1
Gunungsitoli.
b. Siswa/I yang bersedia menjadi responden dan kooperatif
2. Kriteria Eksklusi
a. Siswa/I yang tidak mau menjadi responden
b. Siswa/I yang tidak hadir pada saat penelitian
c. Siswa/I kelas XI (sebelas) dan XII (duabelas).
28

D. Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Sebelum melaksanakan pengumpulan data, peneliti terlebih dahulu


mengirim surat Permohonan Izin Penelitian dari Prodi DIII Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Medan ke Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Gunungsitoli.
Setelah mendapatkan izin dari Kepala Sekolah SMK Negeri 1 Gunungsitoli,
maka peneliti kemudian melaksanakan pengumpulan data.

1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil langsung dari subjek
penelitiannya, data di peroleh/diambil oleh peneliti melalui kuesioner yang
langsung diisi oleh responden. Pengumpulan data untuk penelitian tentang
Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMK Negeri 1 Gunungsitoli yaitu
dengan menggunakan instrument yang diambil dari penelitian Nur
Triningtyas Putri (2015) dengan judul penelitian “Gambaran Pengetahuan
Remaja tentang Infeksi Menular Seksual di SMA Al-Asiyah Cibinong Bogor”
yang sudah diuji Validitas dan Reliabilitasnya. Nilai Validitas sebesar 0,347
dan uji Reliabilitas yang didapatkan sebesar 0,616.
Kuesioner gambaran Pengetahuan remaja tentang Penyakit
Menular Seksual (PMS) di SMK Negeri 1 Gunungsitoli memiliki 30
pernyataan tentang pengetahuan PMS yang terdiri dari 18 pernyataan
positif dan 12 pernyataan negatif. Menurut Siregar (2013) pernyataan
positif dinilai dengan skala Guttman, yaitu (1) untuk Jawaban benar dan (0)
untuk jawaban salah, sedangkan pernyataan negatif dinilai dengan skala
Guttman, yaitu (0) untuk jawaban benar dan (1) untuk jawaban salah.
Variabel pengetahuan tentang PMS terdiri dari indikator definisi
PMS 4 soal dengan Pernyataan positif terdapat di nomor (1,2) dan
pernyataan negatif (3,4), jenis-jenis PMS 4 soal dengan Pernyataan positif
terdapat di nomor (5,7,8) dan pernyataan negatif (6), cara penularan PMS
4 soal dengan pernyataan positif terdapat di nomor (9,10) dan pernyataan
negatif (11,12), tanda dan gejala 5 soal dengan pernyataan positif terdapat
di nomor (13,15,16) dan pernyataan negatif (14,17), faktor resiko PMS 4
soal dengan pernyataan positif terdapat di nomor (20,21) dan pernyataan
negatif (18,19), komplikasi PMS 4 soal dengan pernyataan positif terdapat
29

di nomor (22,24,25) dan pernyataan negatif (23), dan indikator terakhir


tentang pencegahan PMS 5 soal dengan pernyataan positif terdapat di
nomor (26,27,29) dan pernyataan negatif (28,30).
Penilaian terhadap masing-masing kelompok diberi penilaian angka
(score) dengan masing-masing score sebagai berikut nilai ≥ 76-100% :
Baik, nilai : 56-75% : Cukup, dan nilai ≤ 55% : Kurang.
Catatan :

100

Masing-masing nilai angka (score) dari 30 pernyataan 23-30 baik,


17-22 cukup dan 0-16 kurang.
Secara umum teknik dalam pemberian skor yang digunakan dalam
kuesioner penelitian ini adalah teknik Skala Guttman. Skala Guttman
merupakan yang menginginkan jawaban tegas seperti jawaban benar-
salah.

2. Data Sekunder

Data ini diperoleh secara tidak langsung dari sumbernya yaitu data
yang diperoleh peneliti dari pihak pendidikan untuk mengetahui jumlah,
umur, tempat tanggal lahir siswa/I di SMK Negeri 1 Gunungsitoli.

E. Pengolahan dan Analisa Data

1. Pengolahan Data

Dalam melakukan pengolahan data terlebih dahulu data harus diolah


dengan tujuan mengubah data menjadi bentuk informasi yang
dipergunakan untuk proses pengambilan keputusan, dalam proses data
terdapat langkah-langkah yang harus ditempuh:
1. Editing
Dilakukan dengan pengecekan data yang telah terkumpul, bila terdapat
kesalahan dan kekeliruan dalam pengumpulan data, diperbaiki dan
dilakukan pendataan ulang terhadap responden, sehingga dalam
30

pengolahan data memberikan hasil dalam menyelesaikan masalah yang


diteliti.
2. Skoring
Pada kegiatan ini penilaian data dengan memberikan skor pada
pertanyaan yang berkaitan dengan pengetahuan responden. Jawaban
benar diberi skor 1, dan jawaban salah diberi skor 0.
3. Coding
Kegiatan memberikan jawaban secara angka atau kode atu pemberian
kode numerik terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Hasil
jawaban dari setiap pertanyaan diberi sesuai kode petunjuk.
4. Transfering
Memindahkan jawaban/kode ke dalam media pengolahan atau kegiatan
memasukkan data ke komputer. Untuk mempermudah analisa data,
pengolahan data, dan pengambilan kesimpulan maka hasilnya
dimasukkan dalam distribusi frekuensi.
5. Tabulating
Untuk mempermudah pengolahan data, data dimasukkan dalam bentuk
distribusi frekuensi dengan memberikan skor terhadap jawaban-jawaban
responden pada kuesioner. Tabulasi datanya menggunakan manual,
software, SPSS, Ms. Excel.
6. Saving
Menyimpan data yang telah diolah.

2. Teknik Analisa Data

Pada penelitian ini, analisa data dengan menggunakan teknik analisa


univariat dimaksudkan untuk mengetahui distribusi frekuensi responden
penelitian dan proporsi dari variabel – variabel yang diamati. Data yang
diperoleh dikumpulkan, pertanyaan dan pernyataan yang dijawab akan
diberikan skor, kemudian disajikan kedalam bentuk tabel dengan
perhitungan analisis.
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
SMK Negeri 1 Gunungsitoli adalah salah satu sekolah Negeri yang
ada di Gunungsitoli, Nias. Sekolah ini tepatnya terletak diantara 2 Desa
yaitu Desa Hilihao dan Desa Moawo. Jarak SMK Negeri 1 Gunungsitoli
dari Kota Gunungsitoli ± 4km. Lingkungan sekitar terdapat 2 sekolah yaitu
SD Negeri No. 070980 Moawo dan SMK Negeri 2 Gunungsitoli.

2. Analisis Univariat
2.1 Karakteristik Responden
Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan di SMK Negeri 1
Gunungsitoli, karakteristik siswa/I berdasarkan umur dan jenis kelamin
dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
di SMK Negeri 1 Gunungsitoli

Karakteristik Responden F Persen (%)


Usia
12 – 15 34 43
16 – 18 44 56
19 – 21 1 1
Jenis Kelamin
Perempuan 42 54
Laki-Laki 37 46

Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa usia siswa/I di SMK Negeri 1


Gunungsitoli memiliki usia dari 12-15 tahun sebanyak 34 orang (43%),
usia 16-18 tahun sebanyak 44 orang (56%), dan usia 19-21 tahun ada
1 orang (1%). Berdasarkan jenis kelamin mayoritas adalah perempuan
sebanyak 42 orang (54%) dan minoritas berjenis kelamin laki-laki
sebanyak 37 orang (46%).

31
32

2.2 Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang


Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMK Negeri 1 Gunungsitoli
Dalam bab ini akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan
mengenai Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) pada Siswa/siswi SMK Negeri 1 Gunungsitoli terhadap
79 responden, dengan hasil sebagai berikut :

Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Gambaran Pengetahuan Remaja
Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS)
di SMK Negeri 1 Gunungsitoli

Pengetahuan Frekuensi Persen (%)


Baik 11 14%
Cukup 51 65%
Kurang 17 21%
Total 79 100
Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa dari 79 responden
mayoritas responden berpengetahuan Cukup sebanyak 51 orang
(65%), dan minoritas responden berpengetahuan Baik sebanyak 11
orang (14%).

B. Pembahasan
Siswa/siswi yang berpengetahuan baik tentang PMS sebanyak 11
orang (14%) yaitu siswa/I yang telah mengerti dan mengenal tentang Penyakit
Menular Seksual (PMS) sebelumnya. Hasil penelitian ini sejalan dengan
dengan teori Notoatmodjo (2012) yaitu pengetahuan adalah hasil pengindraan
manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objek dari indra yang
dimilikinya. Hal yang dimaksud tahu disini yaitu remaja dapat mengetahui
segala bentuk informasi dan hal-hal lain yang berkaitan dengan PMS.
Siswa/I yang berpengetahuan cukup tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) sebanyak 51 orang (65%). Hasil penelitian ini sejalan dengan
hasil penelitian Kiki Gustini (2015) yang dilakukan pada siswa/I SMA Negeri
24 Bandung, dimana mayoritas siswa/I yang berjumlah 119 orang (62.63%)
dari 190 orang responden memiliki pengetahuan Penyakit Menular Seksual
(PMS) yang cukup. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian
33

Panenga (2014) di SMAN Banjarmasin, sesuai dengan hasil penelitian ini


yaitu pengetahuan responden mengenai Penyakit Menular Seksual (PMS)
paling banyak berada pada kategori cukup yaitu 56.05% yang disebabkan
karena responden yang hanya sekedar mengetahui apa itu PMS serta untuk
hal-hal lainnya yang lebih mendalam tentang PMS mereka masih belum
paham. Peneliti berasumsi bahwa hal ini terjadi dikarenakan responden hanya
sekedar mengetahui apa itu Penyakit Menular Seksual (PMS) tetapi tidak
terlalu memahami dan masih kurang mengetahui informasi yang lebih
mendalam tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) baik tentang faktor
penyebab PMS, jenis-jenis PMS, resiko kejadian PMS, dampak serta bahaya
dari Penyakit Menular Seksual (PMS). Hal ini didukung dengan pernyataan
kuesioner nomor 6 “Virus Hepatitis A merupakan penyebab infeksi menular
seksual” serta Pernyataan kuesioner nomor 29 “Mencari informasi yang benar
tentang infeksi menular seksual merupakan cara untuk menambah
pengetahuan remaja” yang sebagian besar dijawab salah oleh responden
Siswa/I yang berpengetahuan kurang tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS) ada sebanyak 17 orang (21%). Peneliti berasumsi bahwa hal
ini terjadi karena sumber informasi yang didapat oleh siswa-siswa tentang
PMS sebelumnya masih kurang. Hal ini didukung dengan pernyataan
kuesioner nomor 29 “Mencari informasi yang benar tentang infeksi menular
seksual merupakan cara untuk menambah pengetahuan remaja” yang rata-
rata dijawab salah. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Chiuman (2009) di Medan, yang melaporkan bahwa pengetahuan remaja
tentang PMS paling banyak pada kategori kurang yaitu sebanyak 52.4% yang
disebabkan karena ketidaktahuan tentang PMS. Responden yang
pengetahuan kurang yaitu responden yang tidak mengetahui tentang PMS
sebelumnya karena kurangnya informasi tentang kesehatan reproduksi
khususnya mengenai penyakit menular seksual (PMS).
Faktor yang paling berpengaruh penyebab kurangnya pengetahuan
remaja tentang PMS adalah kurangnya pendidikan tentang PMS serta
kurangnya sumber informasi remaja tentang PMS itu sendiri. Sejalan dengan
teori (Kothai, 2003 dalam Andani, 2010) yang menyatakan bahwa
penyimpangan remaja terhadap perilaku seksual disebabkan oleh kurangnya
pendidikan tentang kesehatan reproduksi, juga sebagai akibat pengaruh
34

media massa dan internet yang menyediakan informasi yang kurang tepat dan
salah.
Remaja memasuki usia reproduksi pada hakekatnya remaja
mengalami suatu masa kritis, jika dimasa kritis itu tidak mendapatkan
informasi dan pengetahuan yang cukup tentang kesehatan reproduksi yang
dibutuhkan dari keluarga, remaja cenderung mencari dari luar pendidikan
formal yang sering tidak bisa dipertanggung jawabkan seperti menonton dan
membaca majalah porno ataupun dari teman-teman sebaya yang sama-sama
memiliki keterbatasan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi sehingga
cenderung memperoleh informasi yang salah (Kusyogo, 2008).
Dalam hal tentang pendidikan seksualitas, remaja merasa bahwa
orangtuanya menolak membicarakan mengenai kesehatan reproduksi dan
kemudian mencari alternative sumber informasi lain seperti teman dan media
massa. Sehingga membuat informasi menjadi simpangsiur atau pemahaman
yang salah karena tidak ada bimbingan dari orangtua (Wulandari, 2012).
Meningkatnya permasalahan remaja terkait PMS ditandai dengan
bertambahnya penderita PMS. Untuk mengatasi dan mencegah hal tersebut
maka institusi pendidikan atau sekolah adalah yang berperan penting dalam
mengantisipasi hal tersebut. Hal ini sesuai dengan teori dari Maulana (2009)
yang menyatakan bahwa sekolah dapat dijadikan sarana untuk membekali diri
remaja dengan pengetahuan dan kemampuan dalam melindungi diri dari
Penyakit Menular Seksual (PMS). Promosi kesehatan perlu diberikan dalam
masyarakat khususnya pada anak usia sekolah.
Penyebab atau faktor yang mempengaruhi responden berpengetahuan
baik, cukup, kurang. Asumsi peneliti hal ini terjadi dikarenakan responden
yang sudah mengerti dan menerima informasi tentang penyakit menular
seksual (PMS) baik secara langsung maupun tidak langsung seperti media
cetak maupun penyuluhan sebelumnya ada yang memperdalam serta ada
juga yang tidak memperdalam untuk mempelajari sumber informasi yang
sudah didapat. Hal ini di dukung oleh pernyataan Budiman dan Riyanto (2013)
yang menyatakan bahwa Informasi diperoleh dari pendidikan formal maupun
non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek sehingga
menghasilkan perubahan dan peningkatan pengetahuan. Semakin
berkembangnya teknologi menyediakan bermacam-macam media massa
35

sehingga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang. Informasi


mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering mendapatkan informasi
tentang suatu pembelajaran maka akan menambah pengetahuan dan
wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering menerima informasi
tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
Pengetahuan Remaja tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di
SMK Negeri 1 Gunungsitoli yaitu mayoritas siswa/I berpengetahuan cukup
yaitu sebanyak 51 orang (65%), dari jumlah sampel 79 reponden.

B. Saran
5. Bagi Responden
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan oleh remaja untuk lebih
aktif mencari informasi tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) baik
melalui keluarga, lingkungan sekolah, media massa dan elektronik, untuk
meningkatkan pengetahuan remaja tentang Penyakit Menular Seksual
(PMS) agar remaja lebih paham dan mengerti tentang PMS.
6. Bagi Institusi Sekolah
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan pihak sekolah khususnya
SMK Negeri 1 Gunungsitoli sebagai referensi dan bahan untuk
memberikan informasi dan pendidikan khususnya tentang kesehatan
reproduksi kepada siswa-siswinya, seperti menyediakan buku-buku tentang
kesehatan reproduksi, menerapkan program kesehatan reproduksi
disekolah maupun diluar sekolah.
7. Bagi Institusi Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
kepustakaan bagi yang membutuhkan acuan perbandingan untuk
menambah referensi di Prodi D-III Keperawatan Gunungsitoli, Poltekkes
kemenkes Medan.
8. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti
selanjutnya untuk melanjutkan dan mengembangkan penelitian ini dengan
penelitian Faktor-faktor Yang Berhubungan Tentang Penyakit Menular
Seksual (PMS).

36
DAFTAR PUSTAKA

Adhitya, Wirakusuma. 2011. Spektrum Infeksi Menular Seksual Di


Poliklinik Kulit Dan Kelamin Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah.
Diakses 4 Februari 2019.

Andani, 2010. Perilaku Pencegahan Penyakit Menular Seksual (PMS).


Diakses 4 Februari 2019.

Azinar, M. 2013. Perilaku Seksual Pranikah Beresiko Terhadap Kehamilan


Tidak Diinginkan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, Vol. 8 (2); 153-
160.

Badan Pusat Statistik (BPS), 2016. Prevalensi Kejadian PMS. Badan


Pusat Statistik.

Budiman & Riyanto. 2013. Kapita Selekta Kuesioner Pengetahuan dan


Sikap Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika.

Chiuman, L. 2009. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja SMA


Wiyata Dharma Medan Terhadap IMS. Medan : Fakultas
Kedokteran Universitas Sumatera Utara; 2009. Diakses 3 Februari
2019.

Daili. 2009. Infeksi Menular Seksual. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI.

Depkes RI, 2006. Dampak Infeksi Menular Seksual (IMS) Bagi Remaja.
Jakarta : Depkes RI; 2006.

.(2007). Kurikulum dan Modul Pelatihan Pusat Informasi dan


Konseling Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK-KKR). Jakarta :
Depkes RI; 2007

Dinkes. 2012. Seks Bebas Pada Remaja. http://dinkes. Cirebonkab.go.Id/


di unduh pada 3 Juli 2019.
Fadillah, DR. 2013. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap
Perilaku Beresiko PMS dan HIV/AIDS di SMA Negeri Wunduloko
Kabupaten Kolaka Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2013
(Skirpsi). Jakarta : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia;2013.

Gustini, Kiki. 2015. Pengetahuan Siswa Kelas XI Tentang Penyakit


Menular seksual. Diakses 4 Februari 2019.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Pedoman Nasional


Penanganan Infeksi Menular Seksual 2015. Jakarta : Kemenkes
RI, 2015; p.2-3. Diakses 3 Februari 2019.

. 2011. Survei Terpadu dan Biologis Perilaku (STBP). Jakarta :


Kemenkes RI, 2011. Diakses 3 Februari 2019.

KPAI, 2013. Remaja dan SPN (Seks Pranikah). KPAI, (46), 2016.
http://www.ucarecdn.

Kusyogo, 2008. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Praktik Kesehatan


Reproduksi Remaja. Jurnal Promkes Indonesia Vol. 3, No. 2.

Lumongga, 2013. Faktor Penyebab Kenakalan Remaja. Jurnal Kultur


Demokrasi.

Maulana, H. 2009. Promosi Kesehatan; ed, Egi Komara Yudha. Jakarta :


EGC.

Muhajir, M. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Jakarta :


Yudhistira.

Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka


Cipta.

. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.


.. 2012. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta.

. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta :


Rineka Cipta.

Pandjaitan, Marini, 2017. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Terhadap


Infeksi Menular Seksual di SMA Frakter Don Bosco Manado.
Manado: Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado ; 2017.

Panega,2014.Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit Menular


Seksual Pada Siswa SMA Banjarmasin.

Puspita M, Ike, 2017. Pengaruh Blended Learning Terhadap Pengetahuan


Dan Sikap Siswa SMA Negeri 9 Semarang Tentang Infeksi
Menular Seksual. Jurnal kedokteran Diponegoro. Diakses 3
Februari 2019

Rofiq,M,S. 2009. Tingkat Pengetahuan Remaja Kelas 1 dan 2 Tentang


Infeksi Menural Seksual di Sekolah Menengah Kejuruan Bogor
Tahun 2009. Skripsi S1 Ilmu Keperawatan, Universitas Islam
Negeri Jakarta.

Rompas ,S., karundeng, M., Mamonto, F.S. (2013) Pengaruh Pendidikan


Kesehatan Terhadap Tingkat Pengetahuan dan Sikap Remaja
tentang Penyakit Menular Seksual di SMK Fajar Bolaang
Mongondow Timur.Jurnal Keperawatan, Vol. 2(2).

Santeli, 2014. Faktor–Faktor Yang Berhubungan Dengan Tindakan


Pencegahan IMS. Padang: Program Studi Ilmu Kesehatan
Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Andalan; 2014.

Santrock, W.J.2017. Remaja. Jakarta :EGC


Saputra, I. 2013. Pengaruh Penggunaan Media dan Interaksi Komunikasi
Kelompok Teman Sebaya Terhadap Perilaku Seksual Remaja.
www. Skpm.ipd.ac.id diunduh pada tanggal 13 maret 2019.

Sarwono, 2011. Jurnal Pendidikan Keperawatan Indonesia Vol.1 Vol.2.


Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia.

SDKI, 2012. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta : Survei Demografi


Kesehatan Indonesia.

Surjadi, dkk. 2012. Analisis Faktor Yang Berhubungan dengan Infeksi


Menular Seksual Pada Wanita Pekerja Seksual (WPS).

Syafardi, 2014. Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual. Jurusan


Analisis Kesehatan Politeknik kesehatan Tanjung Karang,
Indonesia.

Triningtyas, N. 2015. Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang IMS di SMA


Al-Asiyah Cibinong Bogor Tahun 2015 (Skripsi). Jakarta : Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah; 2015. Diakses 1 Februari 2019.

Wahyuni, S. 2012. Hubungan Antara Pengetahuan Remaja Tentang


Penyakit Menular Seksual (PMS) Dengan Jenis Kelamin Dan
Sumber Informasi. Jurnal Ilmiah STIKES U’ Budiyah, Vol. 1(2).

WHO, 2011. Health Organization Sexually Transmitted Infections (STIs)


2011.

Wulandari, F. V. 2012. Pemahaman Siswa Mengenai Kesehatan


Reproduksi Remaja Melalui Layanan Informasi. Jurnal Ilmiah
Konseling, Vol. 1(1); 1-9

Yolanda, M. 2013. Hubungan Pengetahuan Remaja Usia 15-17 tahun


tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) dengan Perilaku Remaja
di SAMS PSM. Bukittinggi : Jurnal Stikes Prima Nusantara Bukit
Tinggi, Vol. (1).
Lampiran I

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN


Saya yang bernama Tomi Jeremies Hulu, NIM 16.025 Mahasiswa
Keperawatan di Poltekkes Kemenkes Medan Prodi D-III Keperawatan
Gunungsitoli Nias. Mengundang Saudara/I menjadi responden dalam penelitian
saya dengan judul “Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang Penyakit
Menular Seksual (PMS) di SMK Negeri 1 Gunungsitoli” Untuk keperluan
diatas, saya mohon kesediaan saudara/I bersedia berpartisipasi dalam penelitian
ini, maka akan diberikan kuesioner yang dapat di isi langsung oleh Saudara/I.
Saya berharap Saudara/I, dapat memberi jawaban berdasarkan kuesioner
dengan jujur dan apa adanya. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar
persetujuan ini sebagai kesukarelaan. Partisipasi Saudara/I dalam penelitian ini
tanpa pengaruh dari pihak manapun juga. Peneliti menjamin kerahasiaan
identitas dan informasi ini hanya digunakan untuk kepentingan serta
pengembangan ilmu keperawatan.
Terimakasih atas kesediaan Saudara/I menjadi responden penelitian ini.

Gunungsitoli,
2019
Peneliti

Tomi Jeremies
Hulu
NIM 16.025
Lampiran II
Lembar Persetujuan
GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG PENYAKIT
MENULAR SEKSUAL (PMS) DI SMK NEGERI 1 GUNUNGSITOLI
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN PENELITIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama :
Umur :
Alamat :

Telah diberikan informasi tentang penelitian yang akan dilakukan dan


menyatakan bersedia menjadi subyek dalam penelitian “Gambaran Pengetahuan
Remaja Tentang Penyakit Menular Seksual (PMS) di SMK Negeri 1
Gunungsitoli”.

Gunungsitoli, Mei
2019

Mengetahui

Peneliti Responden

Tomi Jeremies Hulu


(…………………..…)
Lampiran III

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG


PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)

A. Identitas Responden

Petunjuk Pengisian :

Isilah jawaban anda pada titik-titik dibawah ini berilah tanda check list (√) pada
pernyataan yang sesuai.

No. Responden

1. Nama : ..............................................................
2. Tempat/Tanggal Lahir : ..............................................................
3. Umur : ............ tahun
4. Jenis Kelamin : Laki-laki Perempuan

B. Variabel Pengetahuan

Petunjuk Pengisian :
1. Pertanyaan yang diberikan berjumlah 30 buah. Pilihlah jawaban yang
menurut anda paling tepat
2. Isilah dengan memberikan tanda check list (√) pada kolom yang tersedia
3. Keterangan : B : Benar S : Salah

No Pernyataan B S

1 Infeksi menular seksual merupakan penyakit yang

ditularkan melalui hubungan seksual

2 Infeksi menular seksual disebut juga sebagai penyakit

kelamin

3 Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui

berjabat tangan dengan penderita

4 Infeksi menular seksual merupakan penyakit yang

disebabkan oleh kutukan nenek moyang


5 Virus HIV/AIDS merupakan penyebab Infeksi menular

seksual

6 Virus Hepatitis A merupakan penyebab Infeksi

menular seksual

7 Parasit trichomonas termasuk organisme penyebab

Infeksi menular seksual

8 Infeksi menular seksual disebabkan oleh bakteri

(gonore)

9 Infeksi menular seksual dapat ditularkan dengan cara

penggunaan jarum suntik bekas penderita Infeksi

menular seksual

10 Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui

hubungan seksual dengan orang yang sudah

terinfeksi penyakit seksual

11 Tindakan aborsi yang tidak steril bisa menyebabkan

terkena infeksi menular seksual

12 Infeksi menular seksual dapat ditularkan melalui

penggunaan WC umum dan kolam renang secara

bersama sama dengan penderita

13 Pada pria rasa sakit buang air kecil dan disertai nanah

perlu diwaspadai terkena infeksi menular seksual

14 Susah buang air kecil merupakan gejala dan infeksi

menular seksual

15 Rasa gatal dan panas pada daerah kelamin biasa

dirasakan oleh penderita infeksi menular seksual


16 Perempuan yang mengelami keputihan dan nyeri

sekitar perut bagian bawah merupakan gejala yang

muncul pada infeksi menular seksual

17 Terlambat datang bulan (haid) pada perempuan

merupakan salah satu gejala nfeksi menular seksual

18 Resiko tinggi infeksi menular seksual disebabkan

kerena penggunaan fasilitas umum bersama

penderita

19 Bersentuhan dengan penderita beresiko tertular

infeksi menular seksual

20 Homo seksual beresiko tinggi terkena infeksi menular

seksual

21 Remaja yang rajin beribadah dan banyak melakukan

aktifitas seperti (olahraga) dapat terhindar dari infeksi

menular seksual

22 Wanita hamil yang mengalami penyakit menular

seksual beresiko terjadi keguguran

23 Komplikasi yan dirasakan oleh penderita penyakit


menular seksual adalah nyeri pada perut bagian
bawah
24 Infeksi menular seksual daspat mengakibatkan

komplikasi seperti penyakit radang panggul

25 Infeksi menular seksual yang tidak ditangani dengan

benarbisa menyebabkan kemandulan

26 Promosi kesehatan yang diadakan sekolah dapat


merubah perilaku remaja menjadi positif

27 Menunda melakukan hubungan seksual sebelum

menikah adalah salah satu pencegahan yang efektif

agar terhindar dari infeksi menular seksual

28 Mengkonsumsi minuman terlarang (alkohol) membuat

remaja terhidar dari infeksi menular seksual

29 Mencari informasi yang benar tentang infeksi menular

seksual merupakan cara untuk menambah

pengetahuan remaja

30 Pencegahan infeksi menular seksual dapat dilakukan

dengan cara selalu mengganti pakaian dalam

KISI-KISI JAWABAN KUESIONER

Variabel Indikator Jumlah Pertanyaan Pertanyaan


Soal Positif Negatif
(favorable) (unfavorable)
Pengetahuan Definisi PMS 4 Soal 1,2 3,4
PMS
Jenis-jenis 4 Soal 5,7,8 6
PMS
Cara 4 Soal 9,10 11,12
penularan
PMS
Tanda dan 5 Soal 13,15,16 14,17
gejala PMS
Faktor resiko 4 Soal 20,21 18,19
PMS
Komplikasi 4 Soal 22,24,25 23
PMS
Pencegahan 5 Soal 26,27,29 28,30
terhadap
PMS
Lampiran IV
No.Res Gambaran Pengetahuan Remaja Tentang PMS
ponde
n 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Skor Kategori
1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 18 Cukup
2 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 20 Cukup
3 1 0 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 17 Cukup
4 1 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 17 Cukup
5 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 18 Cukup
6 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 19 Cukup
7 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 0 20 Cukup
8 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 21 Cukup
9 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 18 Cukup
10 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 19 Cukup
11 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0 0 21 Cukup
12 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 21 Cukup
13 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 20 Cukup
14 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 22 Cukup
15 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 20 Cukup
16 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 21 Cukup
17 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 21 Cukup
18 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 24 Baik
19 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 23 Baik
20 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 0 21 Cukup
21 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 21 Cukup
22 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 25 Baik
23 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 20 Cukup
24 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 21 Cukup
25 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 18 Cukup
26 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 18 Cukup
27 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 0 20 Cukup
28 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 19 Cukup
29 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 24 Baik
30 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 0 0 1 1 1 1 0 19 Cukup
31 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 21 Cukup
32 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 1 0 19 Cukup
33 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 13 Kurang
34 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 21 Cukup
35 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 21 Cukup
36 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 0 21 Cukup
37 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 0 19 Cukup
38 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 14 Kurang
39 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 15 Kurang
40 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 0 0 0 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 13 Kurang
41 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 15 Kurang
42 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 16 Kurang
43 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 20 Cukup
44 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 0 1 0 0 0 0 15 Kurang
45 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 23 Baik
46 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 18 Cukup
47 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 0 1 0 1 1 1 0 24 Baik
48 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 22 Cukup
49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 1 20 Cukup
50 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0 24 Baik
51 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 18 Cukup
52 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 20 Cukup
53 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0 0 0 1 22 Cukup
54 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 19 Cukup
55 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 0 18 Cukup
56 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 1 19 Cukup
57 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 23 Baik
58 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 20 Cukup
59 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 23 Baik
60 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 24 Baik
61 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 20 Cukup
62 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 1 0 1 1 1 0 1 0 19 Cukup
63 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 1 0 0 20 Cukup
64 1 0 0 0 1 0 1 1 0 1 1 0 0 1 0 0 1 0 1 0 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 15 Kurang
65 1 1 1 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 0 0 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0 0 14 Kurang
66 1 1 1 1 1 0 0 0 1 1 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 16 Kurang
67 1 1 0 0 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 3 Kurang
68 1 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 20 Cukup
69 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 23 Baik
70 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 0 20 Cukup
71 1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 0 18 Cukup
72 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 1 0 15 Kurang
73 1 1 1 1 0 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 0 0 1 1 15 Kurang
74 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 20 Cukup
75 1 1 1 1 1 0 0 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 1 0 0 1 0 16 Kurang
76 1 1 1 0 0 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 1 1 0 0 0 15 Kurang
77 1 1 1 0 0 1 0 1 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1 1 1 0 0 0 1 1 0 1 0 0 0 12 Kurang
78 1 1 1 1 0 1 1 0 1 0 1 1 0 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 16 Kurang
79 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 0 0 1 1 1 0 0 1 1 0 20 Cukup
BIODATA

Nama : Tomi Jeremies Hulu

Tempat/tanggal lahir : Ombolata/ 06 Juli 1998

Agama : Kristen Protestan

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat : Desa Ombolata, Kecamatan Alasa, Kabupaten


Nias Utara

Riwayat Pendidikan :

1. 2004 s/d 2010 : SD Negeri 071150 Ombolata Kecamatan Alasa


Kabupaten Nias Utara
2. 2010 s/d 2013 : SMP Negeri 1 Alasa
3. 2013 s/d 2016 : SMA Negeri 1 Alasa
4. 2016 s/d sekarang : Poltekkes Kemenkes Medan Prodi D-III
Keperawatan Gunungsitoli

Anda mungkin juga menyukai