Makalah Masail Al Fiqhiyyah
Makalah Masail Al Fiqhiyyah
Makalah Masail Al Fiqhiyyah
Dosen Pengampu:
Asrizal, M. H.
Oleh :
Ernawati (18.1070)
Muhammad Ridwan
Susdrajat (18.1072)
Irsal Rasyid
SULTAN ABDURRAHMAN
KEPULAUAUAN RIAU
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang karena anugerah dari-Nya penulis dapat
menyelesaikan makalah dari mata kuliah “Masail Al Fiqhiyyah” yang berjudul
“Konsep Asuransi Dan Bunga Bank”.
Demikian yang dapat saya sampaikan, sebagai penulis saya berharap semoga
makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu,
kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga kami
sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
makalah selanjutnya yang lebih baik lagi. Terima kasih.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................. i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................... ii
A. LATAR BELAKANG.................................................................................... iii
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................ iii
C. TUJUAN....................................................................................................... iii
BAB II PEMBAHASAN............................................................................................1
A. Pengertian Bunga Bank.................................................................................... 1
B. Unsur-unsur Yang Terhindar Dari Riba............................................................. 1
C. Pendapat Yang Mengatakan Bunga Bank Bukan
Riba………………………………………….3
D. Pendapat Yang Mengata kan Bunga Adalah Riba...............................................4
E. Pengertian Asuransi......................................................................................... 6
F. Dasar Hukum Asuransi.....................................................................................6
G. Rukun Dan Syarat Asuransi.............................................................................. 7
H. Manfaat Asuransi............................................................................................. 8
I. Jenis-jenis Asuransi.......................................................................................... 9
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada mulanya riba merupakan suatu tradisi bangsa Arab pada jual beli
maupun pinjaman dimana pembeli atau penjual, yang meminjam atau yang
memeberi pinjaman suatu barang atau jasa dipungut atau memungut nilai
yang jauh lebih dari semula, yakni tambahan (persenan) yang dirasakan
memberatkan.
Namun setelah Islam datang, maka tradisi atau praktek seperti ini tidak
lagi diperbolehkan, dimana oleh Allah SWT menegaskan dengan
mengharamkannya dalam Al-Qur’an (baca ; ayat dan hadist yang melarang
riba), bahkan oleh Allah dan RasulNya akan memusuhi dan memeranginya
apabila tetap melanggarnya, yang demikian itu dimaksudkan untuk
kemaslahatan dan juga kebaikan umat manusia
Sistem bunga yang diterapkan dalam perbankan konvensional telah
mengganggu hati nurani umat Islam di dunia tanpa kecuali umat Islam di
Indonesia. Bunga uang dalam fiqih dikategorikan sebagai riba yang demikian
merupakan sesuatu yang dilarang oleh syariah (haram). Alasan mendasar
inilah yang melatarbelakangi lahirnya lembaga keuangan bebas bunga, salah
satunya adalah Bank Syariah.
Kemajuan teknologi zaman ini membawa banyak sekali perubahan
pada tata kehidupan manusia. Di samping manfaat perubahan yang telah kita
rasakan sekarang ini, juga tidak luput dari bahaya yang menyebabkan
kekhawatiran dan ketidakpastian terhadap keamanan seseorang. Untuk
menghindari dan mencegah
kehawatiran dan ketidakpastian tersebut, maka ada cara yang
dilakukan manusia baik untuk melindung dirinya maupun hartanya dengan
mengasuransikan jiwa dan hartanya kepada perusahaan perasuransian guna
mencari sebuah proteksi keamanan. Seperti perusahaan asuransi sebagai
lembaga yang memprioritaskan keamanan, sebagaimana penjelasan yang
tendapat dalam pasal 1 UU tahun 1992 tentang usaha asuransi menyatakan
bahwa:
“asuransi (pertangungan) adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih
yang mana pihak pemegang mengikatkan diri kepada tertanggung dengan
menerima premi asuransi untuk tertanggung karena kerugian, kerusakan atau
kehilangan keuntungan yang diharapkan atau tanggung jawab hukum kepada
pihak ketiga yang mungkin ada di antara tertanggung yang timbul dari suatu
peristiwa yang tidak pasti atau untuk memberikan sesuatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang ditanggung”.
Negara Indonesia mempunyai legalitas hukum asuransi yang resmi,
seperti diatur dalam Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) dan
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHDper). Dalam pasal 246 kitab
Undang-undang Hukum Dagang disebutkan bahwa:
”asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian dengan mana
seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan
menerima suatu premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena
suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan,
yang mungkin akan diderita karena suatu peristiwa yang tak tertentu.
B. RUMUSAN MASALAH
PEMBAHASAN
1. Praktek pembungaan uang saat ini telah memenuhi kriteria riba yang
terjadi pada zaman Rasulullah, yaitu Riba Nasi’ah. Dengan demikian,
praktek pembungaan uang ini termasuk salah satu bentuk Riba, dan Riba
Haram Hukumnya;Praktek Penggunaan tersebut hukumnya adalah haram,
baik di lakukan oleh Bank, Asuransi, Pasar Modal, Pegadaian, Koperasi,
dan Lembaga Keuangan lainnya maupun dilakukan oleh individu.
E. Pengertian Asuransi
Kata asuransi berasal dari bahasa Inggris, insurance yang menurut
Echols dan Shadilly memaknai dengan (a) asuransi dan (b) jaminan.1 Menurut
1
Hasan Ali, Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam, (Jakarta: Kencana, 2004), 57.
Muhammad Muslehuddin asuransi adalah persiapan yang dibuat oleh
sekelompok orang yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai
sesuatu sesuatu yang tidak dapat diduga. Apabila kerugian itu menimpa salah
seorang dari mereka yang menjadi anggota perkumpulan tersebut, maka
kerugian tersebut akan ditanggung bersama.2 Istilah asuransi, menurut
pengertian ekonomi menunjukkan suatu aransemen ekonomi yang
menghilangkan atau mengurangi akibat-akibat yang merugikan di masa akan
datang kerena berbagai kemungkinan sejauh menyangkut kekayaan
(vermoegen) seorang individu. Kemungkinan-kemungkinan tersebut
harus bersifat tidak tetap (casual) bagi individu yang dipengaruhinya,
sehingga setiap kejadian merupakan peristiwa yang tak terduga. Asuransi
membagi rata segala akibat yang merugikan atas serangkaian kasus yang
terancam oleh bahaya yang sama namun belum benar-benar terjadi.3
3. Pekerjaan
Dalam pekerjaan mensyaratkan berupa perdagangan. Pelaku niaga
diberi kebebasan melakukan perniagaan tanpa dibatasi waktu. Apabila
mereka sepakat untuk persyaratan tertentu untuk menjamin keuntungan
dan mempertinggi produktivitas, maka tidaklah salah asalkan persyaratan
itu sesuai dengan ketentuan syariat.8
4. Keuntungan
Dalam keuntungan disyaratkan khusus dua orang untuk bekerjasama
dan dijelaskan secara rinci. Prosentase keuntungan yang akan dibagi
antara pemilik modal dan pengelola harus dijelaskan dan ditentukan
misalnya sepertiga atau satu perdua. Persentase keuntungan sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak.9
6
Ibid., 140.
7
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Media Pratama, 2000), 178.
8
Abdurrahman al- Jaziri, Al-Fiqhu Ala Al-Madzhabil Arba’ah Jilid II, (Mesir: Maktabah Tijariyah Al-
Kubro, 578 H), 35.
9
Ibid., 46.
10
Ibid., 42
H. Manfaat Asuransi
Dengan berbagai macam asuransi yang berkembang, kita harus
memanfaatkan asuransi tersebut karena asuransi bermanfaat untuk peserta,
antara lain:
1. Tumbuhnya rasa persaudaraan dan sepenanggungan di antara anggota.
2. Implementasi dari anjuran Rasulullah SAW agar umat Islam saling tolong
menolong.
3. Jauh dari bentuk-bentuk muamalat yang dilarang syariat.
4. Secara umum memberikan perlindungan-perlindungan dari resiko
kerugian yang diderita satu pihak.
5. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan
pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang
memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.
6. Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya dengan
jumlah tertentu dan tidak perlu mengganti sendiri kerugian yang timbul
yang jumlahnya tidak pasti.
7. Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar pada pihak asuransi akan
dikembalikan saat terjadi peristiwa atau berhentinya akad. 11
11
Ahmad Istianto, Asuransi Syariah, dalam: http://syariah99.blogspot.com/2013/06/asuransisyariah.html,
dikutip pada tanggal 11 Juli 2013.
5. Bank- bank Islam di Indonesia menyediakan asuransi sebagai mitra usaha
untuk perlindungan terhadap berbagai asset dan pembiayaan-pembiayaan
yang diberikan kepada nasabah. 12
I. Jenis-jenis Asuransi
Asuransi ada banyak jenisnya, akan tetapi secara garis besar asuransi
dibedakan dalam dua jenis:
1. Asuransi Jiwa / Life Insurance.
Asuransi jiwa (life insurance) terdiri dari bermacam-mcam jenis sesuai
dengan resiko dan tujuan yang di tanggung oleh pemegang polis. Asuransi
jiwa dibagi menjadi asuransi jiwa untuk individu, asuransi jiwa untuk
group (kumpulan), asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, dan dana
pensiun.
Pada Asuransi Jiwa, Polis diterbitkan untuk jangka waktu lama, atau
beberapa tahun bahkan untuk jangka waktu seumur hidup. Risiko yang
ditanggung pada asuransi jiwa adalah kematian akibat sakit / kecelakaan,
sakit (rawat jalan /rawat inap, cacat total dan tetap) dan Dana pensiun.
Dilihat dari segi keuntungan finansial asuransi jiwa individu memiliki dua
keuntungan yaitu sebagai produk tabungan, jika perjanjian berakhir
apabila pemegang rekening meninggal, ahli waris menerima dana yang
tercantum dalam rekening. Yang kedua sebagai produk asuransi, dimana
jika pemegang polis meninggal dunia ahli waris mendapat jaminan penuh
dana yang tercantum dalam kontrak asuransi.
12
Warkum Sumitro, Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga Terkait (BMUI dan Takaful)
di Indonesia, (Jakarta, PT. Raja Grafindo Persada, 1996), 175.
a Kehilangan/kerusakan barang
b Hutang yang ditimbulkan akibat penjualan produk/barang/proses yang
menyertainya.
c Kebakaran Gedung / Rumah
d Kerusakan Gedung/Rumah akibat banjir/gempabumi.
e Tuntutan ganti rugi akibat mal praktek bagi dokter.
f Hilang/rusaknya kargo
g Pencurian
h Kerugian pinjaman. 13
13
Hasan Ali, Asuransi dalam Persektif , 125.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Metode istinbat hukum bayani yang ditempuh oleh jumhur ulama telah
menghasilkan hukum haramnya bunga bank. Namun pada saat yang sama
tampak bahwa mereka telah mengabaikan beberapa kaidah dalam metode
tersebut yang jika diterapkan, justru memberikan hasil istinbat yang
sebaliknya. Di antaranya adalah kaidah kebahasaan (al-qa ’idah allughawiyah)
yang berkenaan dengan takhsis al- ‘amm dan mutlaq muqayyad. Akan tetapi
penekanan mereka yang berlebihan pada makna tersuqat (mafhum) dari Q.S. 2:
279 yang menyatakan bahwa hanya harta pokok yang boleh dipungut dari
debitur, membuat mereka tidak bisa bergeming dari pandangan bahwa bunga
ekuivalen dengan riba. Karakter metode istinbat bayani yang cenderung hanya
memperhatikan makna teks dari uspek kebahasaan dan mengabaikan
background sosial historis ketika suatu ayat diturunkan tentu saja ikut
bertanggung jawab dalam membentuk opini mereka ini.
Secara umum Ulama membagi riba itu menjadi dua macam saja, yaitu
riba nasi’ah’ danriba fadil, sedangkan riba yad dan Riba qardi termasuk ke
dalam riba nasi’ah danriba fadhl. Barang-barang yang berlaku riba padanya
ialah emas,perak, dan makanan yang mengeyangkan atau yang berguna untuk
yang mengenyangkan, misalnya garam. Jual beli barang tersebut, kalau sama
jenisnya seperti emas dan dengan emas, gadum dengan gadum, diperlukan
tiga syarat: (1) tunai, (2) serah terima, dan (3) sama timbangannya. Kalau
jenisnya berlianan, tetapi ‘ilat ribanya satu, seperti emas dengan perak, boleh
tidak sama tibangannya, tetapi mesti tunai dan timbang terima. Kalau jenis
dan ‘ilat ribanya berlainan seperti perak dengan beras, boleh dijial bagaimana
saja seperti barang-barang yang lain; berarti tidak diperlukan suatu syarat dari
yang tiga itu.
Riba (termasuk bunga bank) adalah termasuk dosa besar. Baik
pemberi, penulis dan dua saksi riba adalah sama dalam dosa dan maksiat
denganpemakan riba. Tidak boleh bagi seorang Muslim mengokohkan
transaksi riba. Dianjurkan (bahkan wajib) bagi kaum Muslimin untuk
mendirikan bank Islam sesuai dengan syari’at agama, dan menghindarkan dari
segala macam bentuk/praktek riba.
B. SARAN
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan makalah ini masih
jauh dari sempurna dan tidak menutup kemungkinan adanya kekurangan dan
kesalahan. Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pemakalah dan seluruh
pembaca. Maka dari itu saya mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk kemajuan dan kesempurnaan di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA