Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Gigi
SKRIPSI
MEDAN 2021
Tahun 2021
ii
iii
TIM PENGUJI:
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada orangtua
tercinta, Ayahanda Andri.P. dan Ibunda Frida.S., kakak saya Fien, dan adik saya Iren
dan Adis atas doa, semangat, nasehat, serta dukungan baik secara moral maupun
materi kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapat bimbingan dan
bantuan dari banyak pihak. Dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang
tulus, penulis ingin mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Trelia Boel, drg., M.Kes, Sp.RKG (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Cut Nurliza, drg., M.Kes., Sp. KG(K) selaku ketua departemen Ilmu
Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan
juga dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
serta sabar memberikan bimbingan, nasehat, arahan dan semangat kepada
penulis selama penulisan skripsi ini hingga selesai.
3. Yendriwati, drg., M.Kes., Sp.OF selaku penasehat akademik yang telah
banyak memberikan nasehat, motivasi, dan arahan selama penulis menjalani
masa pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
4. Wandania Farahanny, drg., MDSc., Sp.KG(K) dan Fitri Yunita Batubara,
drg.,MDSc.,Sp.KG selaku dosen penguji yang telah memberikan saran,
masukan, dan motivasi kepada penulis selama penulisan skripsi hingga
selesai.
5. Seluruh staf pengajar Departemen Ilmu Konservasi Gigi Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran, bantuan dan
vi
Penulis,
(Melli Fiary P)
NIM: 170600207
vii
HALAMAN
HALAMAN JUDUL................................................................................... i
ABSTRAK ........................................................................................................... ii
viii
ix
xi
Gambar Halaman
xii
1. Alur pikir
2. Alur ekstraksi daun lamtoro
3. Alur penelitian
4. Jadwal penelitian
5. Anggaran penelitian
6. Hasil Scanning Electron Microscope (SEM)
7. Uji Analisis Kappa Statistik
8. Uji Analisis Kruskal-Wallis Test
9. Uji AnalisiS Mann-Whitney Test
10. Surat Komisi Etik
11. Surat Herbarium Tumbuhan
12. Surat Penelitian Laboratorium Tanaman Obat ASPETRI
13. Surat Penelitian Laboratorium Terpadu FMIPA USU
xiii
nm : nanometer
µm : mikrometer
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
dengan membentuk biofilm kemudian menempel pada dinding saluran akar, isthmus,
saluran lateral, ataupun tubulus dentin. Biofilm membantu bakteri untuk berkembang
biak dalam lingkungan yang kurang menguntungkan.4 Smear layer juga dapat
mengganggu efektivitas bahan irigasi saluran akar dan mencegah kontak antara sealer
dengan dinding saluran akar.1,5,6 Selain itu, jika smear layer tidak disingkirkan dapat
menyebabkan mikroleakeage pada apikal dan infeksi ulang karena smear layer
bersifat tidak homogen (dapat hancur) dan menghasilkan rongga yang tidak terisi di
saluran akar.5,32 Hal ini menjadi alasan smear layer harus disingkirkan sebelum
dilakukan obturasi. Namun, tidak semua bagian saluran akar terutama pada sepertiga
apikal mudah dibersihkan karena anatomi pada sepertiga apikal yang kompleks,
banyak terdapat ramifikasi dan lateral kanal, ruangannya sempit, dan
permeabilitasnya rendah sehingga instrumen sulit masuk ke daerah tersebut.4,8
Oleh karena itu, diperlukan bahan irigasi untuk membantu membersihkan daerah
yang sulit terjangkau. Bahan irigasi idealnya harus dapat melarutkan jaringan organik
dan anorganik, memiliki aktivitas antimikroba, melubrikasi instrumentasi, tidak
toksik, tidak merusak dentin, tidak memiliki bau menyengat, harga terjangkau, dan
tersedia secara luas.7,13 Berbagai bahan irigasi tersedia saat ini seperti sodium
hipoklorit (NaOCl), EDTA, MTAD, dan khlorheksidin. Namun, belum ada satu
bahan irigasi yang dapat bertindak secara tunggal sebagai antimikroba, pelarut
jaringan, dan penghilang smear layer sekaligus sehingga penggunaannya perlu
dikombinasi.4,6 Salah satu bahan irigasi yang sering digunakan adalah EDTA
(Ethylene diamine tetra-acetic acid). EDTA merupakan agen pengkelat yang mampu
menyingkirkan komponen anorganik smear layer. Hal ini terjadi karena EDTA
mengambil ion kalsium dari hidroksiapatit dentin, menyebabkan demineralisasi yang
membuat kekerasan mikro dentin berkurang, dentin menjadi lunak sehingga
instrumentasi dinding saluran akar lebih cepat dan mudah.8 Dibandingkan dengan
NaOCl dan khlorheksidin, EDTA memiliki sitotoksisitas yang lebih rendah.7 Efek
EDTA tergantung pada konsentrasi yang digunakan dan lamanya waktu aplikasi pada
dentin. Pembilasan akhir dengan EDTA 17% selama 1 menit dilaporkan efektif dalam
menyingkirkan smear layer.9
Pertiwi dkk (2014) meneliti efek antibakteri ekstrak etanol daun lamtoro
terhadap B.subtilitis dan E.coli didapatkan Konsentrasi Hambat Minimum (KHM)
terhadap B.subtilitis sebesar 10% dengan zona hambat 12,19±0,13 mm dan E.coli
sebesar 20% dengan zona hambat 10,78±0,12 mm.17 Verma et.al (2020) melaporkan
pada konsentrasi 10% ekstrak etanol daun lamtoro dapat menghambat bakteri
Aeromonas hydrophila, Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, Enterococcus
faecalis, Staphylococcus aureus, Vibrio anguillarum, dan Vibrio harveyi dan
menunjukan sensitivitas maksimum pada bakteri E.faecalis dengan zona hambat
11,33±0,33 mm.18
Berdasarkan uraian diatas, ekstrak etanol daun lamtoro diketahui memiliki potensi
sebagai bahan irigasi dilihat dari kandungan dan sifat antibakteri yang dimilikinya.
Penelitian efek antibakteri ekstrak etanol daun lamtoro menunjukan konsentrasi 10%
dan 20% dapat menghambat berbagai bakteri. Namun, pada konsentrasi tersebut
belum diketahui pengaruhnya terhadap penyingkiran smear layer dalam saluran akar.
Oleh karena itu, penulis ingin melihat kemampuan daun lamtoro dalam
menyingkirkan smear layer dari saluran akar secara morfologi menggunakan SEM.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
A B
Gambar 2. Penentuan skor Torabinejad. (1) Tidak ada smear layer pada
permukaan saluran akar; seluruh tubulus bersih dan terbuka; (2) Tidak ada
smear layer yang terlihat pada permukaan saluran akar, tetapi tubulus
dentin tertutup sedikit tertutup smear layer(moderate smear layer); (3)
Smear layer melapisi permukaan saluran akar dan tubulus dentin (heavy
smear layer)21
2.4.4 Klorheksidin
Klorheksidin adalah bisbiguanida kationik yang biasa digunakan sebagai larutan
irigasi dan medikamen intrakanal. Konsentrasi yang biasa digunakan untuk saluran
akar yaitu 0,12%-2%. Klorheksidin memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas,
toksisitas rendah, dan larut dalam air. Aktivitas antimikroba klorheksidin berkaitan
dengan kemampuannya untuk menembus dinding sel mikroba dan menyebabkan
koagulasi komponen sitoplasma.4 Klorheksidin juga mampu mencegah kolonisasi
bakteri pada dinding saluran akar untuk waktu yang lama. Namun klorheksidin tidak
memiliki kemampuan untuk melarutkan jaringan nekrotik dan kurang efektif terhadap
bakteri gram negatif. Klorheksidin 2% dapat membunuh B.subtilis dalam waktu 10
menit, dan membunuh mikroorganisme lain dalam waktu 15 menit sampai 2 jam.23
Ia juga tidak mampu menghilangkan smear layer sehingga penggunaannya harus
digabung dengan larutan irigasi lain. NaOCl dan klorheksidin tidak boleh digabung
22,23
karena dapat menyebabkan reaksi pengendapan. Ketika NaOCl dan klorheksidin
dicampur, endapan oranye-coklat terbentuk karena klorinasi nitrogen guanidin oleh
NaOCl. Terlepas dari keyakinan sebelumnya bahwa endapan ini mengandung
Kemudian, teknik irigasi menggunakan brush. Teknik ini sebenarnya tidak secara
langsung digunakan untuk mengirim larutan irigasi ke dalam saluran akar. Alat ini
adalah tambahan yang dirancang untuk debridemen dinding saluran akar atau agitasi
irigasi.22,26
Teknik irigasi manual selanjutnya yaitu manual dynamic agitation dengan gutta
percha. Pada teknik ini, larutan irigasi ditempatkan pada saluran akar kemudian
mastercone gutta perca lancip digerakan ke atas dan ke bawah dalam waktu singkat
hingga 2-3mm. Frekuensi gerakan adalah 100 langkah per 30 detik. Hal ini
menghasilkan efek hidrodinamik yang meningkatkan pertukaran dan pergantian
larutan irigasi. 22,26
gelombang sonik pada frekuensi yang lebih rendah dari irigasi ultrasonik yaitu 1-6
kHz dan menghasilkan tegangan geser yang lebih kecil. Irigasi sonik juga
menghasilkan amplitudo yang lebih tinggi dan gerakan bolak-balik yang lebih besar.
Alat ini terdiri dari beroperasi hingga 10.000 siklus per menit. 22,26
Teknik irigasi selanjutnya yaitu pressure alternation devices yang meliputi sistem
irigasi RinsEndo dan Endovac. EndoVac memiliki tiga komponen yaitu
masterdelivery tip, makrokanula, dan mikrokanula. Selama irigasi, masterdelivery tip
akan mengalirkan larutan irigasi dan menyedot kelebihan irigasi supaya tidak terjadi
luapan. Kemudian kanula di saluran akar secara bersamaan memberikan tekanan
negatif yang menarik irigasi dari saluran akar menuju ke ujung kanula. Teknik ini
terbukti memungkinkan irigasi mencapai sepertiga apikal saluran akar. Sistem
RinsEndo terdiri dari handpiece, kanula dengan lubang keluar 7 mm, dan jarum
suntik yang membawa larutan irigasi. Handpiece ini didukung oleh kompresor udara
dan memiliki kecepatan irigasi 6,2 ml/menit. Selama fase hisap, larutan irigasi
disedot dari saluran akar dan otomatis diganti dengan larutan baru.22,26
Lamtoro dikenal memiliki banyak manfaat sebagai tanaman obat terutama bagian
daun dan buahnya. Pada awalnya, daunnya sering dijadikan pakan ternak karena
memiliki gizi dan protein tinggi yang baik dan juga digunakan sebagai pupuk hijau
dalam pertanian organik karena mengandung banyak nitrogen didalamnya. Seiring
banyaknya penelitian yang ada, daun lamtoro diketahui dapat digunakan sebagai
antibakteri, meredakan bengkak, meredakan diare, obat antidiabetik, antijamur, dan
mampu menyehatkan kulit.24
Hasil skrining fitokimia ekstrak daun lamtoro mengandung flavonoid, saponin,
tanin, alkaloid dan steroid.25 Mekanisme antibakteri yang dimiliki oleh alkaloid
adalah dengan cara menghambat sintesis asam nukleat karena kemampuannya dalam
Smear Layer
Bahan Irigasi Teknik Irigasi
Teknik Irigasi
Manual
Syarat Jenis
Teknik Irigasi
Dengan Mesin
Mampu melarutkan
jaringan organik &
anorganik NaOCl EDTA MTAD Klorheksidin
Antimikroba
Relatif murah Kelebihan: Kelebihan: Kelebihan: Kelebihan:
Tegangan - Antibakteri - Mampu - Antibakteri - Antimikroba
permukaan rendah - Melarutkan melarutkan - Mampu (kecuali bakteri
Tidak toksik jaringan pulpa komponen menghilangkan gram negatif)
Tidak menodai gigi nekrotik dan anorganik smear layer
dan tidak vital smear layer
melemahkan dentin
Kekurangan: Kekurangan: Kekurangan: Kekurangan:
- Tidak mampu - Dapat - Resistensi - Tidak mampu
melarutkan menyebabkan antibiotik melarutkan
komponen perforasi saluran - Dapat menodai jaringan
anorganik akar struktur gigi - Menyebabkan
smear layer pengendapan
Ekstrak daun
lamtoro
BAB 3
BAB 4
METODE PENELITIAN
5. Memiliki panjang gigi yang hampir sama untuk kelompok penelitian (20-25
mm)
6. Tidak ada kalsifikasi saluran akar
(t-1)(r-1) ≥15
Keterangan:
t = jumlah kelompok perlakuan dalam penelitian
r = jumlah replikasi (perlakuan ulang)
Pada penelitian ini digunakan 4 perlakuan yaitu ekstrak etanol daun lamtoro
(Leucaena leucocephala) 10%, 20%, larutan EDTA 17%, serta suspensi Na CMC
0,5% sebagai kontrol negatif. Maka jumlah pengulangan sampel pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
(t-1)(r-1) ≥ 15
(4-1)(r-1) ≥15
(3r-3) ≥15
3r ≥18
r ≥6
Maka jumlah sampel yang digunakan untuk setiap perlakuan adalah 6 buah gigi.
Dalam penelitian ini digunakan 24 buah gigi yang dibagi dalam 4 kelompok
perlakuan, masing-masing 6 sampel dengan perincian sebagai berikut:
1. Kelompok I : 6 sampel gigi di irigasi dengan ekstrak etanol daun
lamtoro (Leucaena leucocephala) 10%
2. Kelompok II : 6 sampel gigi di irigasi dengan ekstrak etanol daun
lamtoro (Leucaena leucocephala) 20%
3. Kelompok III : 6 sampel gigi di irigasi dengan larutan EDTA 17%
4. Kelompok IV : 6 sampel gigi di irigasi dengan suspensi Na CMC
0,5% sebagai kontrol negatif.
Variabel bebas:
A B C D
E F G H
A
A A E
A
A A A
Gambar 6 (E) Micromotor, (F) Separating disk, (G)Chisel, (H)Spuit dan jarum 30G
A
A
A
I J
E
E
A
A
A
A
A B C D E
Gambar 8 (A) Daun lamtoro, (B) Etanol 70%, (C) Salin, (D) EDTA 17%, (E)
Aquades
A B C
Gambar 9 (A)Pengumpulan daun lamtoro, (B)Pengeringan daun lamtoro, (C)
B
D E F
Gambar 10 (D) Penghalusan simplisia daun lamtoro, (E)Pelarutan simplisia dalam
B B B
G H I
B B
B
Gambar 11 (G) Hasil maserasi ekstrak daun lamtoro, (H)Penguapan maserat ekstrak
daun lamtoro, (I) Ekstrak kental daun lamtoro
A B C
Gambar 12 (A) Penimbangan Na CMC, (B) Penggerusan Na CMC, (C) Penimbangan
ekstrak daun lamtoro
dijadikan acuan utuk preparasi dengan file S1 dan S2. Preparasi dengan file S1
(purple ring, size 17, tapering 2%-11%) untuk membentuk sepertiga koronal dari
saluran akar, dengan menyikat kearah keluar yang bertujuan memotong dentin
bagian 2/3 koronal secara selektif dan memungkinkan mata pisau bergerak lebih ke
dalam saluran akar (brushing motion), kemudian irigasi kembali. Preparasi kembali
dengan menggunakan file S2 (white ring, size 20, tapering 2%-11%) yang berfungsi
untuk melebarkan 1/3 tengah saluran akar dengan gerakan brushing. Setiap
pergantian file selalu dilakukan konfirmasi apikal patensi dengan k-file #10 dan
diirigasi kembali. Preparasi dengan file F1 (yellow ring, size 20, tapering 7%) sampai
sepanjang kerja dengan teknik up and down, irigasi dan preparasi dengan F2 (red
ring, size 25, tapering 8%) dengan teknik up and down, irigasi dan preparasi dengan
F3 (blue ring, size 30, tapering 9%) dengan teknik up and down dan irigasi kembali
saluran akar. Irigasi final dengan larutan salin 0,9% dan lakukan pengeringan dengan
paper point.
Kelompok II:
Irigasi awal dengan suspensi ekstrak daun lamtoro (Leucaena leucocephala) 20%
sebanyak 3ml selama 60 detik, kemudian lakukanlah preparasi saluran akar dengan
teknik crown-down pressureless menggunakan ProTaper Universal NiTi rotary
instrument Sx sampai dengan file F3. Crown down pressureless diawali dengan file
terbesar Sx/ Gates Gliden Drill untuk preparasi 1/3 koronal dan irigasi dengan ekstrak
20%. Lalu tentukan panjang kerja dengan menggunakanK-file #15 yang dapat
dijadikan acuan utuk preparasi dengan file S1 dan S2. Preparasi dengan file S1
(purple ring, size 17, tapering 2%-11%) untuk membentuk sepertiga koronal dari
saluran akar, dengan menyikat kearah keluar yang bertujuan memotong dentin
bagian 2/3 koronal secara selektif dan memungkinkan mata pisau bergerak lebih ke
dalam saluran akar (brushing motion), kemudian irigasi kembali. Preparasi kembali
dengan menggunakan file S2 (white ring, size 20, tapering 2%-11%) yang berfungsi
untuk melebarkan 1/3 tengah saluran akar dengan gerakan brushing. Setiap
pergantian file selalu dilakukan konfirmasi apikal patensi dengan k-file #10 dan
diirigasi kembali. Preparasi dengan file F1 (yellow ring, size 20, tapering 7%) sampai
sepanjang kerja dengan teknik up and down, irigasi dan preparasi dengan F2 (red
ring, size 25, tapering 8%) dengan teknik up and down, irigasi dan preparasi dengan
F3 (blue ring, size 30, tapering 9%) dengan teknik up and down dan irigasi kembali
saluran akar. Irigasi final dengan larutan salin 0,9% dan lakukan pengeringan dengan
paper point.
Kelompok III:
Irigasi awal dengan EDTA 17% sebanyak 3ml selama 60 detik, kemudian
lakukanlah preparasi saluran akar dengan teknik crown-down pressureless
menggunakan ProTaper Universal NiTi rotary instrument Sx sampai dengan file F3.
Crown down pressureless diawali dengan file terbesar Sx/ Gates Gliden Drill untuk
preparasi 1/3 koronal dan irigasi dengan EDTA 17%. Lalu tentukan panjang kerja
dengan menggunakanK-file #15 yang dapat dijadikan acuan utuk preparasi dengan
file S1 dan S2. Preparasi dengan file S1 (purple ring, size 17, tapering 2%-11%)
untuk membentuk sepertiga koronal dari saluran akar, dengan menyikat kearah
keluar yang bertujuan memotong dentin bagian 2/3 koronal secara selektif dan
memungkinkan mata pisau bergerak lebih ke dalam saluran akar (brushing motion),
kemudian irigasi kembali. Preparasi kembali dengan menggunakan file S2 (white
ring, size 20, tapering 2%-11%) yang berfungsi untuk melebarkan 1/3 tengah saluran
akar dengan gerakan brushing. Setiap pergantian file selalu dilakukan konfirmasi
apikal patensi dengan k-file #10 dan diirigasi kembali. Preparasi dengan file F1
(yellow ring, size 20, tapering 7%) sampai sepanjang kerja dengan teknik up and
down, irigasi dan preparasi dengan F2 (red ring, size 25, tapering 8%) dengan teknik
up and down, irigasi dan preparasi dengan F3 (blue ring, size 30, tapering 9%)
dengan teknik up and down dan irigasi kembali saluran akar. Irigasi final dengan
larutan salin 0,9% dan lakukan pengeringan dengan paper point.
Kelompok IV:
Irigasi awal dengan suspensi Na CMC 0,5% sebanyak 3ml selama 60 detik,
kemudian lakukanlah preparasi saluran akar dengan teknik crown-down pressureless
menggunakan ProTaper Universal NiTi rotary instrument Sx sampai dengan file F3.
Crown down pressureless diawali dengan file terbesar Sx/ Gates Gliden Drill untuk
preparasi 1/3 koronal dan irigasi dengan suspensi Na CMC 0,5%. Lalu tentukan
panjang kerja dengan menggunakan K-file #15 yang dapat dijadikan acuan utuk
preparasi dengan file S1 dan S2. Preparasi dengan file S1 (purple ring, size 17,
tapering 2%-11%) untuk membentuk sepertiga koronal dari saluran akar, dengan
menyikat kearah keluar yang bertujuan memotong dentin bagian 2/3 koronal secara
selektif dan memungkinkan mata pisau bergerak lebih ke dalam saluran akar
(brushing motion), kemudian irigasi kembali. Preparasi kembali dengan
menggunakan file S2 (white ring, size 20, tapering 2%-11%) yang berfungsi untuk
melebarkan 1/3 tengah saluran akar dengan gerakan brushing. Setiap pergantian file
selalu dilakukan konfirmasi apikal patensi dengan k-file #10 dan diirigasi kembali.
Preparasi dengan file F1 (yellow ring, size 20, tapering 7%) sampai sepanjang kerja
dengan teknik up and down, irigasi dan preparasi dengan F2 (red ring, size 25,
tapering 8%) dengan teknik up and down, irigasi dan preparasi dengan F3 (blue ring,
size 30, tapering 9%) dengan teknik up and down dan irigasi kembali saluran akar.
Irigasi final dengan larutan salin 0,9% dan lakukan pengeringan dengan paper point.
pelapisan pada permukaan spesimen yang akan diamati dengan alat Vacuum
Evaporator dan bahan pelapisnya adalah platina emas.
Gambar 26. Hasil SEM perbesaran Gambar 27. Daerah yang dilingkari
30x akan diamati dengan perbesaran
1000x
BAB 5
HASIL PENELITIAN
pergantian file sesuai kelompok perlakuan. Setelah itu, seluruh sampel akan diamati
menggunakan Scanning Electron Microscope (SEM) dengan perbesaran 1000x untuk
melihat kemampuan setiap bahan dalam menyingkirkan smear layer pada daerah
sepertiga apikal akar.
Gambar 30. Hasil SEM dan skor yang diberikan pengamat pada kelompok larutan
ekstrak etanol daun lamtoro 10% (1000x)
Gambar 31. Hasil SEM dan skor yang diberikan pengamat pada kelompok larutan
ekstrak etanol daun lamtoro 20% (1000x)
Gambar 32. Hasil SEM dan skor yang diberikan pengamat pada kelompok larutan
EDTA 17% (1000x)
Gambar 33. Hasil SEM dan skor yang diberikan pengamat pada kelompok suspensi
Na CMC 0,5% (1000x)
antara dua pengamat akan diuji menggunakan Kappa statistik untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan hasil scoring dari dua pengamat.
Tabel 2. Hasil uji Kappa statistik pengaruh bahan irigasi ekstrak etanol daun lamtoro
10% antara pengamat 1 dengan pengamat 2 terhadap smear layer saluran akar gigi.
Measure of
Kappa 1.000 .000 7.348 .000
Agreement
N of Valid Cases 54
Pada tabel 2, hasil uji Kappa statistik diperoleh nilai Kappa= 1.000 yang
menunjukkan tidak terdapat perbedaan perbedaan pengamatan hasil skor diantara
pengamat 1 dan 2, sehingga dapat mengambil hasil skor dari pengamat 1 atau 2. Oleh
karena itu, analisis selanjutnya dipakai hasil skor dari pengamat 1. Hasil skor dari
pengamat 1 diambil nilai meannya dari setiap sampel pada semua kelompok
perlakuan dan nilai mean yang diperoleh dari setiap sampel pada semua kelompok
perlakuan akan dilakukan uji Kruskall Wallis untuk melihat ada tidaknya perbedaan
yang signifikan antara semua kelompok perlakuan terhadap smear layer saluran akar
gigi.
Dari hasil uji analisis Kruskall Wallis diperoleh nilai p<0,05 (p=0,001) yang
menunjukan bahwa ada perbedaan pengaruh bahan irigasi dari ekstrak daun lamtoro
10%, ekstrak daun lamtoro 20%, EDTA 17%, suspensi Na CMC 0,5% terhadap
smear layer saluran akar gigi. Hasil uji Kruskall Wallis yang lengkap dapat dilihat
pada lampiran 8.
N = jumlah sampel
Dari hasil uji Mann-Whitney pada tabel 4, terdapat perbedaan signifikan antara
kelompok yang diirigasi dengan ekstrak daun lamtoro 10% dengan ekstrak daun
lamtoro 20% dalam menyingkirkan smear layer pada sepertiga apikal saluran akar
dengan nilai p<0,05 (p= 0,034). Pada tabel 4 dapat dilihat rata-rata pada ekstrak daun
lamtoro 10% (me=45.00) lebih kecil daripada ekstrak daun lamtoro 20% (me=64.00).
Hal ini menunjukan bahwa ekstrak daun lamtoro 10% lebih baik dalam
menyingkirkan smear layer pada apikal saluran akar gigi.
Kelompok ekstrak daun lamtoro 10% menunjukan adanya perbedaan yang
signifikan dengan kelompok EDTA 17% dengan nilai p<0,05 (p=0,024). Rata-rata
nilai ekstrak daun lamtoro 10% (me=68,83) lebih besar daripada EDTA 17% yang
memiliki rata-rata (me=40.17) yang menunjukan bahwa EDTA 17% lebih baik dalam
menyingkirkan smear layer pada sepertiga apikal saluran akar.
Kelompok ekstrak daun lamtoro 10% dengan suspensi Na CMC 0,5% menunjukan
adanya perbedaan yang signifikan antar kelompok dengan p<0,05 (p=0,002). Dari
hasil nilai rata-rata, kelompok yang diirigasi dengan ekstrak daun lamtoro 10% lebih
baik dalam menyingkirkan smear layer pada sepertiga apikal saluran akar dengan
rata-rata yang lebih rendah (me= 33.50) daripada kelompok yang diiirigasi dengan
suspensi Na CMC 0,5% dengan nilai rata-rata (me=75.50).
Kelompok yang diirigasi dengan ekstrak daun lamtoro 20% menunjukan
perbedaan yang signifikan dengan kelompok yang diirigasi dengan EDTA 17%
dengan p<0,05 (p=0,026). Dilihat dari nilai rata-rata, kelompok ekstrak daun lamtoro
20% memiliki rata-rata (me=72,53), sedangkan kelompok EDTA 17% memiliki rata-
rata (me=36,47). Oleh karena itu, EDTA 17% memiliki kemampuan yang lebih baik
dalam menyingkirkan smear layer sepertiga apikal saluran akar daripada ekstrak daun
lamtoro 20%.
Kelompok yang diirigasi dengan ekstrak daun lamtoro 20% menunujukan
perbedaan yang signifikan dengan kelompok yang diirigasi dengan suspensi Na CMC
0,5% dengan p<0,05 (p=0,002). Kelompok ekstrak daun lamtoro 20% memiliki nilai
rata-rata (me=43.00), sedangkan suspensi Na CMC 0,5% memiliki nilai rata-rata
(me=66.00). Hal ini menunjukan bahwa ekstrak daun lamtoro 20% lebih baik dalam
menyingkirkan smear layer sepertiga apikal saluran akar dibandingkan dengan
suspensi Na CMC 0,5%.
Pada kelompok yang diirigasi dengan EDTA 17% juga menunjukan perbedaan
yang signifikan dengan kelompok yang diiirgasi dengan suspensi Na CMC 0,5%
dengan p<0,05 (p=0,001). Dilihat dari nilai rata-ratanya, kelompok EDTA 17%
memiliki nilai lebih rendah (me=32.00 daripada kelompok suspensi Na CMC 0,5%
dengan nilai rata-rata (me=77.00). Hal ini dikarenakan pada kelompok suspensi Na
CMC 0,5% memiliki nilai scoring yang sama atau tidak memiliki variasi (skor 3).
Oleh karena itu, EDTA 17% lebih baik dalam menyingkirkan smear layer sepertiga
apikal saluran akar daripada suspensi Na CMC 0,5%.
BAB 6
PEMBAHASAN
Instrumen yang digunakan untuk preparasi saluran akar pada penelitian ini
adalah Protaper Nity Rotary Instrument . Kekakuan instrumen berperan penting
dalam membentuk daerah sepertiga koronal, tengah, dan apikal saluran akar.
Instumen yang terbuat dari nikel titanium memiliki elastisitas yang lebih baik dari
stainless steel sehingga memungkinkan untuk digunakan pada daerah yang
melengkung dengan gaya lateral yang lebih kecil.38 Keuntungan dari Protaper Nity
Rotary Instrument yaitu desainnya memungkinkan operator untuk membuat bentuk
runcing yang seragam di kanal yang sulit secara anatomis atau melengkung secara
signifikan sehingga membantu preparasi sepertiga apikal saluran akar secara
optimal.39 Ukuran jarum yang digunakan adalah 30G dengan desain jarum two-side
vented. Desain jarum ini terbuka di lateralnya dan tertutup di ujungnya yang akan
mengurangi risiko tekanan tinggi saat irigasi dan membelokkan irigasi ke arah lateral
sehingga tidak terjadi ekstrusi larutan irigasi melalui foramen apikal. Ukuran jarum
yang biasa digunakan adalah 27-30G, tetapi pemilihan jarum 30G dikarenakan
memiliki diameter yang lebih kecil sehingga laju alirnya menjadi lebih kecil dan
4,46
mencegah terjadinya ekstrusi ke apikal. Kedalaman penetrasi jarum yang
direkomendasikan untuk jarum berujung tertutup adalah 1 mm dari panjang kerja
atau setidaknya berada di sepertiga apikal untuk mencegah terjadinya ekstrusi ke
apikal.46
Untuk dapat membersihkan saluran akar, suatu bahan irigasi harus berkontak
dengan dinding dentin dan debris. Keintiman kontak antara dentin dengan bahan
irigasi berkaitan dengan tegangan permukaannya. Semakin rendah tegangan
permukaannya maka semakin intim kontak bahan irigasi dengan dentin. Semakin
kental viskositas suatu bahan, maka semakin tinggi tegangan permukaannya.
Tegangan permukaan akan mengatur kemampuan suatu larutan untuk dapat
berpenetrasi ke dalam saluran akar utama, lateral, dan juga tubulus dentin.36 Pada
penelitian ini, bagian apikal dipreparasi sampai dengan file F3 (size 30, tapering 9%)
yang menghasilkan diameter akhir saluran akar lebih besar daripada diameter jarum
yang digunakan sehingga jarum dapat masuk hingga ke apikal saluran akar yang
membuat pendistribusian bahan irigasi dapat semaksimal mungkin dan meningkatkan
kontaknya dengan dinding saluran akar sehingga proses pembersihan saluran akar
dapat terjadi
Berdasarkan hasil penelitian, smear layer masih telihat pada semua kelompok
dengan skor yang berbeda-beda. Semakin kecil skor yang dihasilkan maka semakin
baik kemampuannya dalam menyingkirkan smear layer. Dari hasil uji Kruskall
Wallis terdapat perbedaan yang signifikan antar kelompok dengan p<0,05 (p=0,001).
Untuk melihat kemampuan setiap kelompok dalam menyingkirkan smear layer pada
sepertiga apikal akar dapat dilihat dari nilai rata-rata skor setiap kelompok. Pada tabel
3, nilai rata rata ekstrak etanol daun lamtoro 10% yaitu 92.33, ekstrak etanol daun
lamtoro 20% yaitu 124.53, EDTA 17% yaitu 53.64, dan suspensi Na CMC 0,5%
yaitu 163.50. Berdasarkan hasil penelitan, EDTA 17% merupakan bahan irigasi
paling baik dalam menyingkirkan smear layer, yang kedua ekstrak etanol daun
lamtoro 10%, ketiga ekstrak etanol daun lamtoro 20%., dan yang terakhir suspensi Na
CMC 0,5%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa penelitian terdahulu yang menguji
kemampuan EDTA 17% dengan ekstrak tanaman dalam membersihkan smear layer
saluran akar. Jenarthanan dkk (2017) dengan membandingkan EDTA 17%, Triphala,
dan G.chamomile dan didapatkan bahwa EDTA memiliki kemampuan yang paling
baik dalam membersihkan smear layer pada sepertiga koronal, tengah, dan apikal
saluran akar.46 Ali dkk (2019) juga membandingkan EDTA 17% dengan ekstrak teh
hijau 10% dengan rebusan serai dan dilaporkan bahwa EDTA 17% lebih baik dalam
membersihkan smear layer, tetapi memiliki efek erosi yang paling tinggi
dibandingkan kelompok lainnya.47 Namun berbeda dengan hasil penelitian Nirawati
dkk (2019) yang meneliti kemampuan EDTA 17% dengan ekstrak kulit nanas 6,25%
yang melaporkan bahwa ekstrak kulit nanas 6,25% lebih baik dalam membersihkan
smear layer pada sepertiga apikal saluran akar karena viskositasnya lebih rendah
sehingga tegangan permukaannya lebih rendah daripada EDTA 17% dan dapat
berpenetrasi lebih baik dalam saluran akar.45 Kemampuan EDTA dalam
membersihkan smear layer berkaitan dengan kemampuannya yang dapat melarutkan
ion kalsium (Ca2+) dari hidroksiapatit dentin sehingga terjadi demineralisasi yang
membuat kekerasan dentin berkurang dan menjadi lunak. Hal ini membuat
instrumentasi dinding saluran akar menjadi lebih mudah terutama pada daerah yang
sempit dan memfasilitasi pembuangan smear layer. Namun, EDTA hanya bisa
membersihkan komponen anorganik smear layer dan tidak dapat melarutkan
komponen organiknya. Selain itu, Morgental (2013) melaporkan bahwa EDTA tidak
memiliki efek antibakteri saat digunakan sebagai bahan irigasi saluran akar.8,41
Untuk membantu membersihkan komponen organik smear layer, EDTA perlu
dikombinasi dengan bahan irigasi lainnya seperti NaOCl.9,22 Penggunaan 10 ml
EDTA 17% diikuti 10ml 5,25% NaOCl sebagai irigasi final menghasilkan kebersihan
saluran akar yang efektif.6 NaOCl dapat melarutkan komponen organik smear layer
karena adanya ion hipoklorit yang bertanggung jawab atas aksi pelarutan jaringan
yang lebih kuat. Selain itu, NaOCl memiliki efek antibakteri karena menghasilkan
asam hipoklorit yang memiliki efek bakterisidal kuat yang dapat menembus membran
bakteri.7 Namun, kombinasi EDTA dan NaOCl dapat menyebabkan penurunan
kekerasan dentin seiring waktu aplikasi karena NaOCl dapat mengoksidasi matriks
organik dan mendenaturasi kolagen, sedangkan EDTA mendemineralisasi komponen
anorganik dentin. Saito dkk (2008) menyatakan bahwa waktu aplikasi EDTA 17%
selama 1 menit lebih efektif dibandingkan dengan 15 detik dan 30 detik dalam
menghilangkan smear layer saluran akar.40 Cruz-Filho dkk menyatakan bahwa EDTA
17% dapat menyebabkan penurunan kekerasan mikro dentin setelah satu menit dan
terus menurun seiring waktu kontaknya.34 Calt dan Spencer juga menyatakan bahwa
semakin lama waktu aplikasi dentin dengan EDTA dapat menyebabkan kehilangan
lebih banyak ion kalsium (Ca2+) dari dentin dan menyebabkan terjadinya erosi
tubulus dentin.37 Hal ini dapat menyebabkan dentin menjadi lemah dan terjadi
perforasi selama instrumentasi saluran akar.9 Oleh karena itu, pada penelitian ini
waktu kontak larutan irigasi setiap pergantian file adalah 1 menit.
Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol daun lamtoro memiliki kemampuan
dalam menyingkirkan smear layer pada sepertiga apikal saluran akar karena terdapat
perbedaan yang signifikan antara ekstrak daun lamtoro 10% dan 20% dengan kontrol
negatifnya yaitu suspensi Na CMC 0,5% dengan nilai p<0,05 (p=0,001). Berdasarkan
uji statistik dengan uji Mann-Whittney didapatkan bahwa ekstrak etanol daun lamtoro
10% dengan ekstrak etanol daun lamtoro 20% memiliki perbedaan yang signifikan
dengan p<0,05 (p=0,034). Nilai rata-rata ekstrak etanol daun lamtoro 10% lebih
rendah (me=45.00) daripada nilai rata-rata ekstrak daun lamtoro 20% (me=64.00)
sehingga dapat disimpulkan bahwa ekstrak etanol daun lamtoro 10% lebih baik dalam
menyingkirkan smear layer pada sepertiga apikal akar. Hal ini terjadi karena ekstrak
etanol daun lamtoro 20% memiliki viskositas yang kebih kental daripada ekstrak
etanol 10% sehingga tegangan permukaannya menjadi lebih tinggi sehingga tidak
dapat berpenetrasi dengan baik dalam saluran akar walaupun terdapat ruangan yang
cukup untuk mengeluarkan smear layer dari saluran akar.
Kemampuan ekstrak daun lamtoro dalam menyingkirkan smear layer disebabkan
oleh adanya saponin yang ditandai dengan munculnya buih saat dikocok
menggunakan air. Saponin berperan sebagai surfaktan atau deterjen yang dapat
menurunkan tegangan permukaan.16 Saponin terdiri dari gugus non polar (hidrofobik)
yang dapat mengikat smear layer organik, sedangkan gugus polar (hidrofilik) yang
dapat mengikat smear layer anorganik. Gugus non polar (hidrofobik) dalam saponin
akan mengikat lemak kemudian membentuk emulsi stabil yang dapat terbawa oleh air
sehingga dapat menghilangkan smear layer organik, sedangkan gugus polarnya
(hidrofilik) membersihkan smear layer anorganik dengan cara mengikat Ca2+ dari
dinding saluran akar yang mengandung hidroksiapatit.43 Gugus polar lebih dominan
dalam surfaktan sehingga molekul-molekul surfaktan lebih mudah diabsorbsi oleh air
menyebabkan tegangan permukaan menjadi lebih rendah dan dinding saluran akar
menjadi basah.35
Pada penelitian ini, proses penyingkiran smear layer pada saluran akar yang
dilakukan oleh ekstrak etanol daun lamtoro dilakukan dengan cara melarutkan smear
layer. Proses ini terjadi karena surfaktan yang berasal dari saponin akan menurunkan
energi pembatas yang membatasi dua cairan yang tidak saling larut, yaitu
menurunkan gaya kohesi (yang membuat dua zat tidak saling terikat) dan
meningkatkan gaya adhesi (yang membuat dua zat saling berikatan) sehingga
tegangan permukaan menurun. Kemudian gugus non polarnya akan berikatan dengan
lemak atau kotoran sehingga saponin bergerak mengelilingi smear layer membentuk
cincin misel, sedangkan gugus polar akan menarik air. Setelah itu, proses
pembersihan terjadi dengan cara menyerap smear layer ke dalam pusat misel yang
menyebabkan kotoran berubah menjadi zat yang mudah larut dalam air lalu kotoran
terlepas dari bahan dan terdispersi ke dalam air.45,48
Kemampuan saponin dalam membersihkan smear layer pada saluran akar dapat
dilihat dari penelitian yang dilakukan oleh Wibowo (2019) yang membandingkan
ekstrak etanol buah lerak 25% dengan kombinasi NaOCl 2,5% dan asam sitrat 10%.
Berdasarkan hasil penelitian, kandungan saponin dalam ekstrak etanol buah lerak
25% lebih efektif dalam mengangkat smear layer pada sepertiga apikal saluran akar
dibandingkan kombinasi NaOCl 2,5% dan asam sitrat 10%.42 Penelitian yang
dilakukan oleh Sakinah dkk (2015) untuk melihat kebersihan saluran akar
menggunakan 0,002% saponin ekstrak kulit manggis dan NaOCl 2,5% didapatkan
bahwa 0,002% saponin ekstrak kulit manggis lebih baik dalam menyingkirkan smear
layer pada sepertiga saluran akar daripada NaOCl 2,5%.43
Suspensi Na CMC 0,5% berperan sebagai kontrol negatif pada penelitian ini.
Penggunaan NaCMC dilakukan karena ekstrak daun lamtoro mengandung zat aktif
berupa alkaloid dan steroid yang tidak dapat larut dalam air/aquades sehingga
29
diperlukan bahan yang dapat mengikat zat tersebut agar dapat larut dalam air.
Suspensi Na CMC 0,5% tidak memiliki efek pembersih dalam menyingkirkan smear
layer karena pada kelompok ini tidak terdapat ekstrak daun lamtoro yang
mengandung zat aktif yang dapat menyingkirkan smear layer.
Dari hasil penelitian ini, ekstrak etanol daun lamtoro memiliki kemampuan
dalam menyingkirkan smear layer, tetapi belum dapat menyamakan kemampuan
EDTA yang umumnya digunakan sebagai bahan irigasi. Hal ini dapat disebabkan
karena ekstrak etanol daun lamtoro memiliki viskositas yang lebih kental daripada
EDTA 17% yang membuat laju alirnya menjadi lambat dan juga sulit untuk keluar
dari jarum irigasi sehingga ekstrak etanol daun lamtoro tidak maksimal dalam
membersihkan smear layer pada sepertiga apikal saluran akar.
BAB 7
7.1 Kesimpulan
Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun lamtoro 10% dan 20%
memiliki kemampuan dalam menyingkirkan smear layer pada sepertiga saluran
apikal akar gigi yang dibuktikan dengan perbandingan dengan kelompok kontrol
suspensi Na CMC 0,5%. Berdasarkan hasil penelitian ekstrak daun lamtoro 10 %
memiliki kemampuan lebih baik dalam menyingkirkan smear layer dibandingkan
ekstrak daun 20% karena memiliki tegangan permukaan yang lebih rendah.
Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan EDTA 17% sebagai bahan irigasi yang
paling baik dalam menyingkirkan smear layer pada sepertiga apikal saluran akar.
Oleh karena itu, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa ekstrak daun lamtoro 10% dan 20% dapat menyingkirkan smear layer pada
sepertiga apikal saluran akar, tetapi tidak dapat menggantikan EDTA 17% yang
merupakan bahan paling sering digunakan dalam kedokteran gigi untuk
menyingkirkan smear layer.
7.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan ekstrak etanol daun lamtoro
untuk mencari konsentrasi yang lebih efektif dalam menyingkirkan smear layer.
2. Perlu dilakukan uji toksisitas untuk melihat pengaruh daun lamtoro terhadap
saluran akar.
3. Penelitian selanjutnya diharapkan melihat pengaruh ekstrak etanol daun lamtoro
terhadap erosi dentin.
DAFTAR PUSTAKA
17. Pertiwi M, Soetjipto H, Hartini S. Isolasi Saponin Daun Petai Cina (Leucaena
leucocephala (Lam) De Wit) dan Aplikasinya Sebagai Pembusa Alami Serta
Agensia Antibakteri Dalam Shampo. SNKPK-VI UNS 2014: 1-14.
18. Verma VK, Malik S. Determination of Total Phenolic, Flavonoid Content and
Antioxidant Activity of Leucaena leucocephala Extract. WJPR 2020; 9(13):
876-86.
19. Winter. Root Canal Irrigants and Disinfectants. AAE. 2011: 2-5.
20. Wintarsih O, Partosoedamo M, Santoso P. Kebocoran Apikal pada Irigasi
dengan EDTA Lebih Kecil Dibandingkan yang Tanpa EDTA (A Comparative
Study Of Apical Leakage On Irrigation Using And Without EDTA). J. PDGI
2009; 58(2):14-9.
21. Torabinejad M, et.al. A New Solution for The Removal of The Smear Layer.
J Endodo 2003; 29(3): 170-6.
22. Grossman LI. Grossman’s Endodontic Practice. 13th ed. India: Wolters
Kluwer, 2014: 327-36.
23. Mulyawati E. Peran Bahan Disinfeksi Pada Perawatan Saluran Akar. Maj Ked
Gi 2011; 18(2): 205-9.
24. Rivai H. Petai Cina (Leucaena Leucocephala):Penggunaan Tradisional,
Fitokimia, dan Aktivitas Farmakologi. Sleman: Deepublis. 2021:1,2,9,81.
25. Suparmo O, et.al. Antibacterial Activities Of Leave Extracts As Bactericides
For Soaking Of Skin Or Hide. IOP Conf. Ser: Earth Environ Sci 141 2018: 2-
9.
26. Pasricha SK, Makkar S, Gupta P. Pressure Alteration Techniques in
Endodontics: A Review of Literature. J Clin Diagnostic Research 2015; 9(3):
1-6.
27. Abdullah A, Mohammed A. Scanning Electron Microscopy (SEM): A
Review. Conference Paper 2019: 1-8.
28. Kanan M. Scanning Electron Microscopy: Principle, Components, and
Applications In: Subramanian,et.al. Fundamental and Applications of
Nanotechnology: 81-90.
29. Saidi N, Binawati, Murniana, Mustanir. Analisis Metabolit Sekunder. Ed.1.
Aceh: Syiah Kuala University Press. 2018: 23.
30. Utami PR, Chairani, Ilhamdi. Interaksi Ekstrak Etanol Daun Petai Cina
(Leucaena leucocephala folium) dan Lidah Buaya (Aloe vera L) Menghambat
Pertumbuhan Staphyloccous aureus Secara Invitro. Jurnal Kesehatan Perintis
2019; 6(2): 186-92.
31. Madduluri S, Rao KB, Sitaram B. In Vitro Evaluation of Antibacterial
Activity of Five Indigenous Plants Extract Againts Five Bacterial Pathogens
of Human. Int J Pharm Pharm Sci 2013; 5(4): 679-84.
32. Dua M, Dua D, Uppin VM. Evaluation of The Effect of Duration of
Application of Smear Layer in Removing Intracanal Smear Layer: SEM
Study. Saudi Endod J 2015; 5(1): 26-32.
33. Jhajharia K, Parolia A, Vikram SK, Mehta LK. Biofilm Endodontics: A
Review. JISPCD 2015; 5(1): 1-12.
Lampiran 1
Alur Pikir
4. Selama instrumentasi mekanis akan terbentuk smear layer. Smear layer terdiri
dari komponen organik dan anorganik. Smear layer memiliki dua bagian yaitu
lapisan superfisial yang menutupi permukaan dentin dan smear plug yang
menutupi tubulus dentin. Ketebalan smear layer bervariasi tergantung pada
anatomi saluran akar, sifat jaringan dentin, teknik persiapan yang digunakan,
jumlah dan jenis larutan irigasi, serta teknik irigasi. Ada beberapa alasan smear
layer harus disingkirkan dari saluran akar:
Irigasi saluran akar dilakukan untuk membersihkan smear layer yang tidak dapat
dibersihkan dengan instrumentasi mekanis. Tujuan irigasi saluran akar meliputi
tujuan mekanis, kimiawi,dan bilogis. Syarat ideal bahan irigasi yaitu:
Rumusan Masalah:
Tujuan Penelitian:
Judul Penelitian:
Lampiran 2
Alur Ekstraksi Daun Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam) de Wit)
Daun dicuci
Maserat I
Lampiran 3
Alur Penelitian
Preparasi saluran akar menggunakan Protaper Universal Niti Rotary Instrument dan
irigasi sesuai kelompok perlakuan
Sampel akar diukur dari cementoenamel junction dari arah bukolingual sampai ke
ujung apeks
Sampel akan di bur dengan separating disk dan dibelah dengan menggunakan chisel
Data pemotretan
Analisa data
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
67
Lampiran 4
Anggaran Penelitian
1. Kertas perkamen Rp 4.000
2. Set infus Rp 10.000
3. K-file #10, #15 Rp 100.000
4. Separating disk Rp 80.000
5. Protaper Niti Instrument 4 set @Rp 800.000 Rp 3.200.000
6. Spuit 3 ml Rp 12.000
7. Jarum two side-vented 30G 4 set @Rp 50.000 Rp 200.000
8. Biaya SEM 24 sampel @Rp 150.000 Rp 3.600.000
9. Daun lamtoro 2kg Rp 10.000
10. Etanol 70% @3 liter Rp 57.000
11. Na CMC Rp 25.000
12. Akuades Rp 15.000
13. Botol coklat Rp 20.000
14. Larutan EDTA 17% Rp 110.000
15. Larutan salin Rp 18.000
16. Absorbent Paper Points Rp 45.000
17. Bais Rp 50.000
18. Biaya pembuatan ekstrak Rp 300.000
Total Rp 7.856.000
Lampiran 5
Jadwal Penelitian
Kegiatan Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli
1. Penentuan masalah
dan survei ke
laboratorium
2. Penyusunan proposal
3. Ujian proposal
4. Perbaikan proposal
5. Pengambilan data
6. Analisis statistik
7. Penyusunan laporan
9. Perbaikan
11. Perbaikan
Lampiran 6
Hasil Scanning Electron Microscope (SEM)
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Sampel 2
Sampel 3
Sampel 4
Sampel 5
Sampel 6
Lampiran 7
Uji Kappa
1. Ekstrak 10%
Crosstabs
Cases
pengamat 1 ekstrak 10 *
54 100.0% 0 0.0% 54 100.0%
pengamat 2 ekstrak 10
2 3
Count 42 0 42
2 % within pengamat 2
100.0% 0.0% 100.0%
ekstrak 10
Pengamat 2 ekstrak
10
Count 0 12 12
3 % within pengamat 2
0.0% 100.0% 100.0%
ekstrak 10
Count 42 12 54
Total % within pengamat 2
77.8% 22.2% 100.0%
ekstrak 10
Symmetric Measures
Measure of
Kappa 1.000 .000 7.348 .000
Agreement
N of Valid Cases 54
2. Ekstrak 20%
Crosstabs
Cases
pengamat 2 ekstrak 20 *
54 100.0% 0 0.0% 54 100.0%
pengamat 1 ekstrak 20
2 3
Count 23 0 23
2 % within pengamat 2
100.0% 0.0% 100.0%
ekstrak 20
pengamat 2 ekstrak
20 Count 0 31 31
3 % within pengamat 2
0.0% 100.0% 100.0%
ekstrak 20
Count 23 31 54
Total % within pengamat 2
42.6% 57.4% 100.0%
ekstrak 20
Symmetric Measures
Measure of
Kappa 1.000 .000 7.348 .000
Agreement
N of Valid Cases 54
3. EDTA
Crosstabs
Cases
pengamat 2 edta *
54 100.0% 0 0.0% 54 100.0%
pengamat 1 edta
1 2 3
Count 33 0 0 33
1
% within pengamat 2 edta 100.0% 0.0% 0.0% 100.0%
Count 0 12 0 12
pengamat 2 edta 2
% within pengamat 2 edta 0.0% 100.0% 0.0% 100.0%
Count 0 0 9 9
3
% within pengamat 2 edta 0.0% 0.0% 100.0% 100.0%
Count 33 12 9 54
Total
% within pengamat 2 edta 61.1% 22.2% 16.7% 100.0%
Symmetric Measures
Measure of
Kappa 1.000 .000 9.908 .000
Agreement
N of Valid Cases 54
4. NaCMC
Crosstabs
Cases
pengamat 2 NaCMC *
54 100.0% 0 0.0% 54 100.0%
pengamat 1 NaCMC
pengamat 1 Total
NaCMC
Count 54 54
pengamat 2
3
NaCMC % within pengamat 2
100.0% 100.0%
NaCMC
Count 54 54
Total % within pengamat 2
100.0% 100.0%
NaCMC
Symmetric Measures
Value
Measure of
Kappa .a
Agreement
N of Valid Cases 54
UNIVARIAT
Frequencies
Statistics
Valid 54 54 54 54
N
Missing 0 0 0 0
Frequency Table
ekstrak 10
ekstrak 20
EDTA 17%
NaCMC
LAMPIRAN 8
NPar Tests
Descriptive Statistics
Kruskal-Wallis Test
Ranks
kelompok N Mean
Rank
Total 216
Test Statisticsa,b
kebersihan
smear layer
Chi-Square 108.761
df 3
LAMPIRAN 9
Mann-Whitney Test
Ranks
Test Statisticsa
Mann-Whitney U 945.000
Wilcoxon W 2430.000
Z -3.718
Descriptive Statistics
Mann-Whitney Test
Ranks
Test Statisticsa
Mann-Whitney U 684.000
Wilcoxon W 2169.000
Z -5.192
Descriptive Statistics
Mann-Whitney Test
Ranks
Test Statisticsa
kebersihan
smear layer
Mann-Whitney U 324.000
Wilcoxon W 1809.000
Z -8.252
Descriptive Statistics
Mann-Whitney Test
Ranks
Test Statisticsa
Mann-Whitney U 484.500
Wilcoxon W 1969.500
Z -6.352
Mann-Whitney Test
Ranks
Test Statisticsa
kebersihan
smear layer
Mann-Whitney U 837.000
Wilcoxon W 2322.000
Z -5.381
Mann-Whitney Test
Ranks
kelompok N Mean Sum of
Rank Ranks
Test Statisticsa
kebersihan
smear layer
Mann-Whitney U 243.000
Wilcoxon W 1728.000
Z -8.499
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12