Katanya Sahabat
Katanya Sahabat
Katanya Sahabat
Jika akhir tahun merupakan suatu hal yang menyenangkan bagi sebagian orang,
sayangnya aku tidak merasakan hal yang sama. Aku Rizal, aku telah kehilangan seorang
wanita yang selalu ada dalam setiap kegiatanku, seorang wanita yang selalu ada dalam patah
hatiku, dan yang selalu hadir dalam segala kondisiku. Namun sekarang, aku tak tahu kemana
dia pergi. Dia, Putri Amandalia, seorang gadis cantik bak bidadari, memiliki mata yang sayu,
rambut yang sedikit ikal, dan memiliki tahi lalat di tengah keningnya. Kalau kata orang, itu
menandakan Putri seorang yang pintar.
Kita bertemu di SMA, kebetulan kita sama-sama memilih eskul basket. Kita disatukan
karena suatu kejadian saat aku menggendong Putri yang pingsan karena terkena bola basket
hingga pingsan, dan disinilah kisahku dimulai.
Setelah kejadian waktu itu, kita semakin dekat. Hingga kita telah membuat perjanjian
bahwa diantara kita tidak boleh lebih dari sebatas sahabat, atau terjun kejurang gelap bernama
jatuh cinta. Hari-hari selanjutnya kita lewati berdua, dimana kita saling mengenal satu sama
lain. Tak jarang pula aku menjemput putri untuk berbarengan kesekolah, dan hampir 70%
( Tujuh Puluh persen ) waktu istirahatku di sekolah telah aku habiskan untuk berduaan
dengaan dia, Putri.
2019 ( dua ribu sembilan belas ) merupakan kali ketiganya aku patah hati di SMA.
Namun, patah hati kali ini berbeda dengan yang sebelumnya, karena sekarang ada Putri yang
menemani saat aku patah hati.
“Ah elu Zal, gak asik kalo elu galau gini. Lihat nih jam gua detiknya ga bergerak gara-gara
tau elu lagi galau” kata Putri yang menghampiriku, sambil menunjukkan jam tangannya
“Apasih? Itu jam tangan lu emang dari dulu mati kan. Elunya aja yang gak mau ganti baterai,
pakek nyalahin gua lagi” jawabku dengan kesal dan pandangan yang sinis
“Serius amat lu, yaudah nanti temenin gua beli baterai jam ya. Gua traktir bakso Buk Pur
kesukaan lu deh” kata Putri merayuku
Aku menganggukkan kepala seolah mengiyakan.
“Nah gitu dong, gua tunggu depan rumah jam 6 sore ya. Bye !” Kata Putri lalu meninggalkan
kelas. Hal seperti tadi sudah biasa aku hadapi, aku juga sudah biasa jika harus menjadi supir
pribadi Putri dengan sangat ikhlas.
Lima belas bulan telah kami jalani sebagai sahabat. Entah angin dari mana yang
memberikan aku rasa cinta untuk sahabatku sendiri, Putri. Sepulang sekolah, seperti biasa
aku mengantarkan Putri pulang, namun pada hari itu, Kamis 17 Januari 2019 aku merasakan
hal yang berbeda dari biasanya. Berdua dijalan bersama Putri kali ini terasa sangat cepat, aku
tak ingin kehilangannya, dan detak jantungku berdebar lebih kencang. Aku tahu, saat itu aku
melanggar perjanjian. Maaf Putri, sahabatmu ini telah terjun ke jurang gelap yang bernama
jatuh cinta.
Hari-hari setelahnya aku lewati seperti biasa, sampai tibalah saat kelulusan. Awalnya
kelulusan ini berjalan lancar, kami berdua tetap menikmati kelulusan dengan kebahagiaan.
Namun suatu momen yang membuatku tercengang adalah dimana saat Doni datang. Doni
adalah anak kelas IPS yang terkenal dengan fakboynya. Ditengah keramaian kelulusan
datanglah Doni, tanpa basa-basi ia menghampiri Putri.
“Guys, fokus ke gua” kata Doni. Spontan anak-anak kelulusan menoleh.
“Putri, Putri Amandalia. Dimomen bahagia ini aku pengen bilang kalo aku sayang kamu,
kamu mau gak jadi pacar aku?” Kata Doni dengan yakin
Putri terlihat terkejut, aku mengira Putri akan menolaknya. Namun aku salah, Putri jadian
hari itu dengan Doni. Mulutku mematung tak dapat melontarkan kata demi kata, jantungku
tak berdetak selama 2 detik. Aku segera ke kamar mandi, karena aku tak kuat membendung
air mataku, aku berteriak kencang dan tak menyadari apa yang aku katakan waktu itu.
Beberapa hari setelah kejadian itu aku tak pernah melihat Putri, bahkan untuk
memberitahu kabar lewat WA ( WhatsApp ) pun tak pernah. Putri tak biasanya seperti ini,
dan ini pasti karena Doni.
Dua minggu berlalu, sampai sekarang pun Putri belum mengabariku, dan chat yang aku
kirimkan dua hari lalu belum terbaca olehnya. Aku merasa sangat kehilangan sosok Putri,
baiklah aku memutuskan untuk menghampiri kerumahnya.
“Tok Tok Tok” aku mengetuk pintu rumah Putri
“Putri...Putri...Putri...” aku memanggil Putri dari depan pintu rumahnya yang tertutup
Tak lama kemudian keluarlah Ibunya Putri
“Ada apa nak?” tanya Ibunya Putri
“Putrinya ada bu?” tanyaku
“Putri gak bilang ke kamu kalo dia pergi ke rumah temannya di Surabaya seminggu lalu?”
tanya Ibunya Putri
“Maaf bu, saya gak tau kalau Putrinya ke Surabaya, karena akhir-akhir ini saya sudah jarang
komunikasi sama Putri” kataku dengan sedikit bingung
“Yaudah nanti ibu coba telepon Putri ya Nak Rizal”
“Baik bu, maaf mengganggu” kataku lalu bergegas pergi
Aku tak menyangka jika Putri pergi ke Surabaya tanpa memberitahu kepadaku, aku yakin ini
semua karena Doni. Aku bergegas menelepon Doni
“Tutttt...tuttttt...tutttt” dering Handphoneku
“Woy Don, lu apain Putri?” tanyaku dengan nada tinggi
“Gua? Gua udah putus sama Putri dimalam kita jadian. Lagian gua juga ga ngapa-ngapain”
jawab Doni dengan nada sedikit bingung. Mendengar respon Doni yang terlihat kebingungan,
aku merasa ada yang salah dengan Putri. Aku terus berusaha menelepon dan mengirimkan
pesan lewat WA ( WhatsApp ) tapi sayangnya Putri tidak menerima teleponku bahkan pesan
yang aku kirimkan tidak dibaca, meski dia sedang online.
Tiga bulan telah berlalu, sampai sekarang aku belum mendapatkan kabar dari Putri.
Menurutku, Putri adalah pengghosting yang handal, dia terlihat seperti orang yang
berpengalaman.
Seperti biasanya aku pergi membeli bakso di warung Buk Pur, bakso kesukaanku.
Namun ada yang berbeda hari ini, hari ini aku melihat Putri yang duduk di salah satu meja
disana.
“Putri” kataku dengan keras, sambil berjalan menuju salah satu meja disana
Putri terlihat panik dan kebingungan.
“Aku duduk disini ya” kataku
Putri mengangguk, seolah mengiyakan aku duduk didepannya. Lima menit kami diam tak ada
yang memulai percakapan, bagaikan orang asing yang tak pernah bertemu. Setelahnya, aku
memutuskan untuk memulai pembicaraan.
“Udah lama ya kita gak ketemu” kataku
“Iya” sautnya
“Kamu diapain sama Doni sampai-sampai kamu pergi ke Surabaya tanpa ngabarin aku?”
tanyaku dengan serius
“Doni? Serius lu nanya gitu?” kata Putri dengan nada tinggi “Gua pergi ke Surabaya dan
ninggalin semuanya itu karena elu, karena kita yang udah gak sejalan lagi” terusnya
“Gara-gara gua? Emangnya gua ada salah apa sama lu Put?” tanyaku dengan bingung
“Gua tahu kalo elu suka sama gua! Sesaat setelah gua ditembak sama Doni lu pergi ke kamar
mandi kan? Itu gua ngikutin lu, dan gua dengar semua kata-kata elu yang bilang “Gua ga
suka kalau lu jadian sama Doni, gua mau kalau lu jadian sama gua Put” itu kan kata-kata
yang elu bilang?” Kata Putri dengan kesal, matanya mulai merah dan membendung air mata
“Maaf, gua ga sadar kalo waktu itu gua bilang gitu. Maaf juga kalau gua udah ngelanggar
perjanjian kita, tapi kita masih bisa temenan kan?” kataku dengan halus
Putri meninggalkan meja tanpa menjawab pertanyaanku, Putri meninggalkan aku dengan air
mata yang menetes dan membasahi kedua belah pipinya. Aku pun ikut pergi setelahnya.
Mulai dari kejadian di warung Buk Pur, aku pun tahu apa yang terjadi jika aku
mencintai seorang sahabat sendiri. Mulai saat ini aku memutuskan untuk melupakan Putri
dan tidak lagi mengganggunya, lebih baik aku fokus dengan kehidupan aku sendiri.
Biodata Narasi
Nama : Rizal Wahyu Pratama
Tempat/ tanggal lahir : Tabanan, 18 April 2005
Alamat domisili : Kerambitan, Tabanan, Bali
Motto hidup : Jangan pernah berfikir memiliki banyak waktu untuk bertindak
Prestasi : Juara Puisi dan Juara Videografi disekolah SMA
Nama sapaan : Rizal
Pengalaman : Mengikuti organisasi OSIS
Instagram : @_izalpra