Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah Pendidikan Pancasila Kemompok 1

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH PENDIDIKAN PANCASILA

“ PANCASILA DALAM ARUS SEJARAH BANGSA INDONESIA”

Disusun Oleh :
Akbar Setiadi (2102010229)
Davana Ilham Valentino (2102010205)
Lia Franita Ashara ( 2102010204)
Puspita Kusuma Wardani (2102010240)
Rizkia Febria Purbaningrum (2102010247)

Dosen Pengampu : Dr. Ana Andriani, M.pd.

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
2021

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................3
PENDAHULUAN................................................................................................................................3
1.2 Latar Belakang Masalah........................................................................................................3
1.3 Rumusan Masalah..................................................................................................................3
1.4 Tujuan....................................................................................................................................3
1.5 Manfaat..................................................................................................................................3
BAB II..................................................................................................................................................4
PEMBAHASAN MASALAH..............................................................................................................4
2.1 Bagaimana Sejarah Pancasila ?..........................................................................................4
A. Periode Pengusulan Pancasila................................................................................................4
B. Periode Perumusan Pancasila.................................................................................................4
C. Periode Pengesahan Pancasila...............................................................................................5
2.2 Pancasila Dalam Kajian Sejarah Indonesia.......................................................................6
A. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia............................................................................6
B. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia......................................................................7
C. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia..............................................................7
D. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa..................................................................................................7
E. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur............................................................................................7
2.3 Bagaimana Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia ?............................................................................................................8
A. Sumber Historis Pancasila.....................................................................................................8
B. Sumber Sosiologis Pancasila.................................................................................................8
C. Sumber Politis Pancasila........................................................................................................8
2.4 Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia untuk Masa
Depan 9
A. Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa....................................................................9
B. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa...................................................................9
BAB III...............................................................................................................................................10
PENUTUPAN....................................................................................................................................10
1. Kesimpulan............................................................................................................................10
2. Saran.......................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................................11

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Memahami arus sejarah bangsa Indonesia, terutama terkait dengan sejarah perumusan
Pancasila. Hal tersebut penting untuk diketahui karena perumusan Pancasila dalam sejarah
bangsa Indonesia mengalami dinamika yang kaya dan penuh tantangan. Perumusan Pancasila
mulai dari sidang BPUPKI sampai pengesahan Pancasila sebagai dasar negara dalam sidang
PPKI, masih mengalami tantangan berupa “amnesia sejarah” (istilah yang dipergunakan
Habibie dalam pidato 1 Juni 2011).

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Pancasila ?


2. Pancasila Dalam Kajian Sejarah Indonesia
3. Bagaimana Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia ?
4. Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia untuk Masa
Depan ?

1.3 Tujuan

1. berkomitmen menjalankan ajaran agama dalam konteks Indonesia yang berdasar pada
Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945
2. memahami kenapa diperlukannya Pancasila dalam kajian sejarah Bangsa Indonesia
3. Mengetahui sumber historis, sosiologis, politis tentang Pancasila dalam kajian sejarah
Bangsa Indonesia

1.4 Manfaat

Sebagai ilmu pengetahuan yang dapat membuat siswa lebih memahami arti dari pancasila
dan sejarahnya. Dapat menghargai perbedaan dalam bermayarakat.

3
BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

2.1 Bagaimana Sejarah Pancasila ?

A. Periode Pengusulan Pancasila

Jauh sebelum periode pengusulan Pancasila, cikal bakal munculnya ideologi bangsa
itu diawali dengan lahirnya rasa nasionalisme yang menjadi pembuka ke pintu gerbang
kemerdekaan bangsa Indonesia. Benih nasionalisme sudah mulai tertanam kuat dalam
gerakan Perhimpoenan Indonesia. Perhimpoenan Indonesia menghimbau agar segenap suku
bangsa bersatu teguh menghadapi penjajahan dan keterjajahan. Kemudian, disusul lahirnya
Soempah Pemoeda 28 Oktober 1928. Kesemuanya itu merupakan modal politik awal yang
sudah dimiliki tokoh-tokoh pergerakan sehingga sidang-sidang maraton BPUPKI yang
difasilitasi Laksamana Maeda, selanjutnya, sidang-sidang BPUPKI berlangsung secara
bertahap dan penuh dengan semangat musyawarah untuk melengkapi goresan sejarah bangsa
Indonesia hingga sampai kepada masa sekarang ini.
Sebagaimana Anda ketahui bahwa salah seorang pengusul calon dasar negara dalam
sidang BPUPKI adalah Ir. Soekarno yang berpidato pada 1 Juni 1945. Sejarah mencatat
bahwa usulan Soekarno inilah yang di kemudian hari diterbitkan oleh Kementerian
Penerangan Republik Indonesia dalam bentuk buku yang berjudul Lahirnya Pancasila (1947),
dari judul buku tersebut menimbulkan kontroversi seputar lahirnya Pancasila. Di satu pihak,
ketika Soekarno masih berkuasa, terjadi semacam pengultusan terhadap Soekarno sehingga 1
Juni selalu dirayakan sebagai hari lahirnya Pancasila. Di lain pihak, ketika pemerintahan
Soekarno jatuh, muncul upaya-upaya “de-Soekarnoisasi” oleh penguasa Orde Baru sehingga
dikesankan seolah-olah Soekarno tidak besar jasanya dalam penggalian dan perumusan
Pancasila. Kemudian, sidang pertama BPUPKI (29 Mei - 1 Juni 1945) ini berhenti untuk
sementara

B. Periode Perumusan Pancasila


Hal terpenting yang mengemuka dalam sidang BPUPKI kedua pada 10 - 16 Juli 1945
adalah disetujuinya naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang kemudian dikenal dengan
nama Piagam Jakarta. Piagam Jakarta itu merupakan naskah awal pernyataan kemerdekaan
Indonesia. Naskah awal “Pembukaan Hukum Dasar” yang dijuluki “Piagam Jakarta” ini di
kemudian hari dijadikan “Pembukaan” UUD 1945, dengan sejumlah perubahan. Ketika para
pemimpin Indonesia sedang sibuk mempersiapkan kemerdekaan menurut skenario Jepang,
terjadinya perubahan peta politik dunia itu ialah takluknya Jepang terhadap Sekutu. Peristiwa
itu ditandai dengan jatuhnya bom atom di kota Hiroshima pada 6 Agustus 1945.

4
Sehari setelah peristiwa itu, 7 Agustus 1945, Pemerintah Pendudukan Jepang di Jakarta
mengeluarkan maklumat yang berisi:
1. pertengahan Agustus 1945 akan dibentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi
Indonesia (PPKI),
2. panitia itu rencananya akan dilantik 18 Agustus 1945 dan mulai bersidang 19
Agustus 1945
3. direncanakan 24 Agustus 1945 Indonesia dimerdekakan.
Esok paginya, 8 Agustus 1945, Sukarno, Hatta, dan Rajiman dipanggil Jenderal Terauchi
(Penguasa Militer Jepang di Kawasan Asia Tenggara) yang berkedudukan di Saigon,
Vietnam (sekarang kota itu bernama Ho Chi Minh). Ketiga tokoh tersebut diberi kewenangan
oleh Terauchi untuk segera membentuk suatu Panitia Persiapan Kemerdekaan bagi Indonesia
sesuai dengan maklumat Pemerintah Jepang 7 Agustus 1945 tadi. Sepulang dari Saigon,
ketiga tokoh tadi membentuk PPKI dengan total anggota 21 orang. Amerika dan sekutu
akhirnya menjatuhkan bom lagi di Nagasaki pada 9 Agustus 1945 yang meluluhlantakkan
kota tersebut sehingga menjadikan kekuatan Jepang semakin lemah, memaksa Jepang
akhirnya menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada 14 Agustus 1945, dengan kosekuensi
menjadikan daerah bekas pendudukan Jepang beralih kepada wilayah perwalian sekutu,
termasuk Indonesia. Dan pada saat itu terjadi kekosongan kekuasaan. Kekosongan itu
dimanfaatkan oleh PPKI untuk melepaskan diri dari bayang-bayang kekuasaan Jepang dan
mempercepat rencana kemerdekaan bangsa Indonesia.

C. Periode Pengesahan Pancasila


Para pemuda sudah mengetahui bahwa Jepang menyerah kepada sekutu sehingga
Jepang tidak memiliki kekuasaan secara politis di wilayah pendudukan, termasuk Indonesia.
Perubahan situasi yang cepat itu menimbulkan kesalahpahaman antara kelompok pemuda
dengan Soekarno dan kawan-kawan sehingga terjadilah penculikan atas diri Soekarno dan M.
Hatta ke Rengas Dengklok. akhirnya dicetuskanlah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia pada
17 Agustus 1945. Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, yakni 18 Agustus 1945, PPKI
bersidang untuk menentukan dan menegaskan posisi bangsa Indonesia dari semula bangsa
terjajah menjadi bangsa yang merdeka. PPKI yang semula merupakan badan buatan
pemerintah Jepang, sejak saat itu dianggap mandiri sebagai badan nasional. Atas prakarsa
Soekarno, anggota PPKI ditambah 6 orang lagi, dengan maksud agar lebih mewakili seluruh
komponen bangsa Indonesia.
Pancasila yang disahkan PPKI ternyata berbeda dengan rumusan Pancasila yang
termaktub dalam Piagam Jakarta. Hal ini terjadi karena adanya tuntutan dari wakil yang
mengatasnamakan masyarakat Indonesia Bagian Timur yang menemui Bung Hatta yang
mempertanyakan 7 kata di belakang kata “Ketuhanan”, yaitu “dengan kewajiban
menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya”. Tuntutan ini ditanggapi secara arif
oleh para pendiri negara sehingga terjadi perubahan yang disepakati, yaitu dihapusnya 7 kata
yang dianggap menjadi hambatan di kemudian hari dan diganti dengan istilah “Yang Maha
Esa”. Setelah kemerdekaan Indonesia diproklamasikan yang kemudian diikuti dengan
pengesahaan Undang-Undang Dasar 1945. Setelah proklamasi Indonesia belanda kemudian
ingin menjajah Indonesia kembali . Tindakan Belanda itu dilakukan dalam bentuk agresi
selama kurang lebih 4 tahun. Oleh karena itu Indonesia Kembali ke bentuk RIS pada 1950.

5
Berdasarkan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 dilaksanakanlah Pemilu yang
pertama pada 1955, untuk memilih Badan Konstituate dan DPR. Badan Konstituante mulai
bersidang di Bandung untuk membuat UUD yang definitif sebagai pengganti UUDS 1950.
Sebagian anggota menghendaki Islam sebagai dasar negara, sementara sebagian yang lain
tetap menghendaki Pancasila sebagai dasar negara. Akhirnya, pada 5 Juli 1959, Presiden
Soekarno mengambil langkah “darurat” dengan mengeluarkan dekrit. Setelah Dekrit Presiden
Soekarno 5 Juli 1959, seharusnya pelaksanaan sistem pemerintahan negara didasarkan pada
Undang-Undang Dasar 1945. Sesudah dikeluarkannya Dekrit 5 Juli 1959 oleh Presiden
Soekarno, terjadi beberapa penyelewengan terhadap UUD 1945. Antara lain, Soekarno
diangkat sebagai presiden seumur hidup melalui TAP No. III/MPRS/1960, kekuasaan
Presiden Soekarno berada di puncak piramida, artinya berada pada posisi tertinggi yang
membawahi ketua MPRS, ketua DPR, dan ketua DPA yang pada waktu itu diangkat
Soekarno sebagai menteri dalam kabinetnya. Pertentangan antarpihak begitu keras, seperti
yang terjadi antara tokoh PKI dengan perwira Angkatan Darat (AD) sehingga terjadilah
penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira AD yang dikenal dengan peristiwa Gerakan
30 September (G30S PKI).
Peristiwa G30S PKI menimbulkan peralihan kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto.
Peralihan kekuasan itu diawali dengan terbitnya Surat Perintah dari Presiden Soekarno
kepada Letnan Jenderal Soeharto, yang di kemudian hari terkenal dengan nama Supersemar.
Surat itu intinya berisi perintah presiden kepada Soeharto agar “mengambil langkah-langkah
pengamanan untuk menyelamatkan keadaan”. Supersemar ini dibuat di Istana Bogor dan
dijemput oleh Basuki Rahmat, Amir Mahmud, dan M. Yusuf. Dengan demikian, status
supersemar menjadi berubah: Mula-mula hanya sebuah surat perintah presiden kemudian
menjadi ketetapan MPRS. Jadi, yang memerintah Soeharto bukan lagi Presiden Soekarno,
melainkan MPRS. Hal ini merupakan fakta sejarah terjadinya peralihan kekuasaan dari
Soekarno ke Soeharto. Setelah menjadi presiden, Soeharto mengeluarkan Inpres No. 12/1968
tentang penulisan dan pembacaan Pancasila sesuai dengan yang tercantum dalam Pembukaan
UUD 1945. Namun, dengan kekuasaan rezim Soeharto yang makin kokoh sehingga tidak ada
yang berani menentang.

2.2 Pancasila Dalam Kajian Sejarah Indonesia

A. Pancasila sebagai Identitas Bangsa Indonesia


Kebudayaan bangsa Indonesia merupakan hasil inkulturasi, yaitu proses perpaduan
berbagai elemen budaya dalam kehidupan masyarakat sehingga menjadikan masyarakat
berkembang secara dinamis. Pemaparan tentang Pancasila sebagai identitas bangsa atau juga
disebut sebagai jati diri bangsa Indonesia dapat ditemukan dalam berbagai literatur, baik
dalam bentuk bahasan sejarah bangsa Indonesia maupun dalam bentuk bahasan tentang
pemerintahan di Indonesia.
As’ad Ali dalam buku Negara Pancasila; Jalan Kemashlahatan Berbangsa mengatakan
bahwa Pancasila sebagai identitas kultural dapat ditelusuri dari kehidupan agama yang
berlaku dalam masyarakat Indonesia. Karena tradisi dan kultur bangsa Indonesia dapat
diitelusuri melalui peran agama-agama besar, seperti: peradaban Hindu, Buddha, Islam, dan

6
Kristen. Agama-agama tersebut menyumbang dan menyempurnakan konstruksi nilai, norma,
tradisi, dan kebiasaan-kebiasaan yang berkembang dalam masyarakat.

B. Pancasila sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia


Pancasila disebut juga sebagai kepribadian bangsa Indonesia, artinya nilai-nilai
ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diwujudkan dalam sikap
mental dan tingkah laku serta amal perbuatan. Sikap mental, tingkah laku dan perbuatan
bangsa Indonesia mempunyai ciri khas, artinya dapat dibedakan dengan bangsa lain.
Proses akulturasi dan inkulturasi ikut memengaruhi kepribadian bangsa Indonesia dengan
berbagai variasi yang sangat beragam. Kendatipun demikian, kepribadian bangsa Indonesia
sendiri sudah terbentuk sejak lama sehingga sejarah mencatat kejayaan di zaman Majapahit,
Sriwijaya, Mataram, dan lain-lain yang memperlihatkan keunggulan peradaban di masa itu.
Nilai spiritual, sistem perekonomian, politik, budaya merupakan contoh keunggulan yang
berakar dari kepribadian masyarakat Indonesia sendiri

C. Pancasila sebagai Pandangan Hidup bangsa Indonesia


Pancasila dikatakan sebagai pandangan hidup bangsa, artinya nilai-nilai ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan diyakini kebenarannya, kebaikannya,
keindahannya, dan kegunaannya oleh bangsa Indonesia yang dijadikan sebagai pedoman
kehidupan bermasyarakat dan berbangsa dan menimbulkan tekad yang kuat untuk
mengamalkannya dalam kehidupan nyata. Nilai-nilai Pancasila melekat dalam kehidupan
masyarakat dan dijadikan norma dalam bersikap dan bertindak. Ketika Pancasila berfungsi
sebagai pandangan hidup bangsa Indonesia, maka seluruh nilai Pancasila dimanifestasi ke
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

D. Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa


Sebagaimana dikatakan von Savigny bahwa setiap bangsa mempunyai jiwanya masing-
masing, yang dinamakan volkgeist (jiwa rakyat atau jiwa bangsa). Pancasila sebagai jiwa
bangsa lahir bersamaan dengan lahirnya bangsa Indonesia. Pancasila telah ada sejak dahulu
kala bersamaan dengan adanya bangsa Indonesia.

E. Pancasila sebagai Perjanjian Luhur


Perjanjian luhur, artinya nilai-nilai Pancasila sebagai jiwa bangsa dan kepribadian bangsa
disepakati oleh para pendiri negara (political consensus) sebagai dasar negara Indonesia
(Bakry, 1994: 161). Kesepakatan para pendiri negara tentang Pancasila sebagai dasar negara
merupakan bukti bahwa pilihan yang diambil pada waktu itu merupakan sesuatu yang tepat.

7
2.3 Bagaimana Sumber Historis, Sosiologis, Politis Tentang Pancasila Dalam Kajian
Sejarah Bangsa Indonesia ?

A. Sumber Historis Pancasila


Nilai-nilai Pancasila sudah ada dalam adat istiadat, kebudayaan, dan agama yang
berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia sejak zaman kerajaan dahulu. Dalam
Encyclopedia of Philosophy disebutkan beberapa unsur yang ada dalam agama, seperti
kepercayaan kepada kekuatan supranatural, perbedaan antara yang sakral dan yang profan,
tindakan ritual pada objek sakral, sembahyang atau doa sebagai bentuk komunikasi kepada
Tuhan,

B. Sumber Sosiologis Pancasila


Nilai-nilai Pancasila (ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, keadilan) secara
sosiologis telah ada dalam masyarakat Indonesia sejak dahulu hingga sekarang. Salah satu
nilai yang dapat ditemukan dalam masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu hingga sekarang
adalah nilai gotong royong. Gotong royong juga tercermin pada sistem perpajakan di
Indonesia. Hal ini disebabkan karena masyarakat secara bersama-sama mengumpulkan iuran
melalui pembayaran pajak yang dimaksudkan untuk pelaksanaan pembangunan.
Contohnya organisasi sosial masyarakat berbasis kepemudaan atau Karang Taruna
tentunya merupakan salah satu wadah bagi pemuda untuk dapat berpartisipasi (civic
engagement) sebagai warga negara dalam melayani masyarakat (service learning) untuk
meningkatkan kepedulian dan tanggung jawab sosial mereka. Karena pada dasarnya Karang
Taruna mampu menjadi agen perubah pemberdaya masyarakat untuk membangkitkan energi,
inspirasi, antusiasme masyarakat, termasuk mengaktifkan, menstimulasi dan
mengembangkan motivasi warga untuk bertindak (Arief & Adi, 2014)
Sebagai contoh pemberdayaan yang dilakukan oleh Karang Taruna Nagasari sangat
bervariasi dan beranekaragam. Meskipun tidak dapat mengandalkan dana lebih untuk setiap
kegiatan dan implementasi program, Karang Taruna Nagasari tetap berkomitmen dengan
berdikari dan mengandalkan swadaya dari masyarakat serta bantuan dari desa. Beberapa
program tersebut diantaranya telah memberdayakan banyak pemuda serta Febri Fajar
Pratama dan Rahmat | Peran karang taruna dalam mewujudkan masyarakat yang mengalami
permasalahan sosial seperti pengangguran, pengamen jalanan, putus sekolah, preman,
kemiskinan dan lain sebagainya dengan cara membuka berbagai lapangan pekerjaan

C. Sumber Politis Pancasila


Sebagaimana diketahui bahwa nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila
bersumber dan digali dari local wisdom, budaya, dan pengalaman bangsa Indonesia, termasuk
pengalaman dalam berhubungan dengan bangsa-bangsa lain. Nilai-nilai Pancasila, misalnya
nilai kerakyatan dapat ditemukan dalam suasana kehidupan pedesaan yang pola kehidupan
bersama yang bersatu dan demokratis yang dijiwai oleh semangat kekeluargaan sebagaimana
tercermin dalam sila keempat Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan.

8
2.4 Esensi dan Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa Indonesia untuk Masa
Depan

A. Essensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa


Pancasila pada hakikatnya merupakan Philosofische Grondslag dan Weltanschauung.
Pancasila dikatakan sebagai dasar filsafat negara (Philosofische Grondslag) karena
mengandung unsur-unsur sebagai berikut: alasan filosofis berdirinya suatu negara; setiap
produk hukum di Indonesia harus berdasarkan nilai Pancasila. Pancasila sebagai pandangan
hidup bangsa (Weltanschauung) mengandung unsur-unsur sebagai berikut: nilai-nilai agama,
budaya, dan adat istiadat.

B. Urgensi Pancasila dalam Kajian Sejarah Bangsa


Hasil Survei yang dilakukan KOMPAS yang dirilis pada 1 Juni 2008 menunjukkan
bahwa pengetahuan masyarakat tentang Pancasila merosot secara tajam, yaitu 48,4%
responden berusia 17 sampai 29 tahun tidak mampu menyebutkan silai-sila Pancasila secara
benar dan lengkap. 42,7% salah menyebut sila-sila Pancasila, lebih parah lagi, 60%
responden berusia 46 tahun ke atas salah menyebutkan sila-sila Pancasila.
Selain data tersebut, pentingnya Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia dikarenakan
hal-hal berikut: pengidentikan Pancasila dengan ideologi lain, penyalahgunaan Pancasila
sebagai alat justifikasi kekuasaan rezim tertentu, melemahnya pemahaman dan pelaksanaan
nilai Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

9
BAB III

PENUTUPAN

1. Kesimpulan

Dinamika Pancasila dalam sejarah bangsa Indonesia memperlihatkan adanya pasang


surut dalam pemahaman dan pelaksanaan nilai-nilai Pancasila. Misalnya pada masa
pemerintahan presiden Soekarno, terutama pada 1960- an NASAKOM lebih populer
daripada Pancasila. Pada zaman pemerintahan presiden Soeharto, Pancasila dijadikan
pembenar kekuasaan melalui penataran P-4 sehingga pasca turunnya Soeharto ada
kalangan yang mengidentikkan Pancasila dengan P-4. Pada masa pemerintahan era 67
reformasi, ada kecenderungan para penguasa tidak respek terhadap Pancasila, seolah-olah
Pancasila ditinggalkan.
Salah satu tantangan terhadap Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara
adalah meletakkan nilai-nilai Pancasila tidak dalam posisi sebenarnya sehingga nilai-nilai
Pancasila menyimpang dari kenyataan hidup berbangsa dan bernegara. Salah satu
contohnya, pengangkatan presiden seumur hidup oleh MPRS dalam TAP
No.III/MPRS/1960 Tentang Pengangkatan Soekarno sebagai Presiden Seumur Hidup. Hal
tersebut bertentangan dengan pasal 7 Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan
bahwa, ”Presiden dan wakil presiden memangku jabatan selama lima (5) tahun,
sesudahnya dapat dipilih kembali”. Pasal ini menunjukkan bahwa pengangkatan presiden
seharusnya dilakukan secara periodik dan ada batas waktu lima tahun.
Dalam penerapan nilai-nilai Pancasila siswa di Madrasah Ibtidaiyah Modern Satu
Atap Al-Azhary sudah menerapkan kerjasama dengan baik, salah satunya diadakan
program yang ada di sekolah misalnya kegiatan pramuka, kegiatan outbond, karyawisata,
dan berkebun. Program kegiatan tersebut sudah dilaksanakan dengan baik dan dapat
menanamkan kerjasama siswa. Kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama akan
menumbuhkan motivasi pada siswa. Daryanto (2017: 31) menjelaskan bahwa kerjasama
akan membangun motivasi para peserta didik, mereka dapat lebih bergairah untuk belajar,
karena mereka dapat mengaktualisasi diri, ketika motivasi itu berkembang dan motivasi
yang terbangun secara internal, akan memberikan satu kekuatan yang meningkatkan
tujuan dari maksud pembelajaran tersebut.

2. Saran
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan
dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya.
Penulis banyak berharap kepada para pembaca memberikan kritik dan saran yang
membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis dan para pembaca.

10
DAFTAR PUSTAKA

PDF BAB 2 Pendidikan Pancasila


https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/article/view/19192
http://dwijainspira.id/index.php/DI/article/view/21

11

Anda mungkin juga menyukai