Laporan - Rahmat Dwi Febriyanto - B1 - BD7
Laporan - Rahmat Dwi Febriyanto - B1 - BD7
Laporan - Rahmat Dwi Febriyanto - B1 - BD7
BIOLOGI
PENGAMATAN KEANEKARAGAMAN
HAYATI PADA EKOSISTEM PERAIRAN
19
Nama Rahmat Dwi Febriyanto
NIM 215100200111003
Jurusan Keteknikan Pertanian
Kelas B
Kelompok B1
3. Parameter apa saja yang dapat mempengaruhi viabilitas/kemampuan hidup dari organisme
yang terdapat pada sampel perairan? Jelaskan!
Parameter yang dapat mempengaruhi viabilitas/kemampuan hidup dari organisme
yang terdapat pada sampel perairan antara lain: DO atau oksigen terlarut, suhu perairan,
Tingkat keasaman, Salinitas dan kekeruhan perairan. DO atau oksigen terlarut merupakan
hal nomor satu yang mempengaruhi viabilitas karena setiap kehidupan organisme yang
bergantung pada perairan, semakin besar kadar DO maka semakin kecil tingkat
pencemaran. Suhu perairan juga sangat mempengaruhi kemampuan hidup organisme
4. Berdasarkan cara pengumpulannya, sampel dibagi menjadi dua macam, yaitu sampel
individu(discrete) dan campuran (composite). Jelaskan mengenai perbedaan kedua jenis
sampel tersebut!
Sampel individu merupakan sampel yang hanya mewakili satu kondisi. Sedangkan
untuk sampel campuran merupakan gabungan dari berbagai macam sampel yang
mewakili berbagai kondisi. Pengambilan sampel komposit diselidiki secara signifikan
untuk mengurangi jumlah sampel yang harus dianalisis, sehingga mempercepat proses.
Pengambilan sampel individu hanya dapat dilakukan apabila kondisi lokasi pengambilan
sampel diasumsikan homogen atau konstan. Pengambilan sampel biasa dilakukan dengan
mengumpulkan sampel individual pada interval waktu yang teratur (Brewer, 2016).
Sampel
Diamati
Hasil
Hasil
Dikalibrasi DO meter
Hasil
Sampel
Digambar
Hasil
No sampel pH DO
1 8,17 1,33
2 8,25 2,92
3 7,89 2,57
4 8,32 0,74
Gambarkan jumlah dan bentuk morfologi dari sampel limbah cair yang diamati!
Sampel 1 Sampel 2
Sampel 1 Sampel 2
Sampel 3 Sampel 4
1. Jelaskan mengenai perbedaan karakteristik fisik dari setiap sampel limbah cair yang
diamati! Hubungkan antara parameter fisik tersebut dengan asal sampel cair
Pada praktikum kali ini digunakan empat sampel limbah cair, yaitu air sungai, air
selokan, air kolam, dan air danau. Keempat sampel tersebut termasuk kedalam jenis
perairan darat dengan air tawar. Meskipun berasal dari jenis yang sama, namun organisme
dan karakteristik air tersebut berbeda – beda. Selain itu, digunakan tiga jenis parameter
pada praktikum kali ini, diantaranya adalah parameter fisika, kimia, dan biologi.
Parameter fisika adalah parameter yang diamati akibat adanya perubahan fisika dan dapat
dilihat secara langsung. Contohnya adalah warna, suhu, kekeruhan, dan bau. Jika ditinjau
dari parameter fisika, keempat sampel tersebut memiliki perbedaan yang berasal dari
daerah pengambilan, suhu, warna, kekeruhan, dan bau. Keempat sampel tersebut
diletakkan pada gelas beker dengan jumlah yang sama.
Pada gelas beker pertama, sampel cair pertama yang digunakan berupa air sungai.
Setelah dilakukan pengamatan pada sampel pertama didapatkan hasil berdasarkan
parameter fisik yaitu dilihat dari bau, warna, suhu dan kekeruhan. Pada sampel air sungai,
diketahui bahwa sampel berwarna kecoklatan. Warna kecoklatan tersebut bisa disebabkan
oleh limbah ataupun tanah yang terbawa air karena curah hujan. Sampel mengeluarkan
bau yang kurang sedap dengan cukup kuat. Bau pada sampel disebabkan oleh
mikroorganisme yang ada pada sampel. Suhu sampel detelah diukur adalah 28 oC. Suhu
tersebut masih dalam batas normal, akan tetapi semakin besar suhu perairan maka perairan
tersebut semakin terindikasi adanya akitvitas mikroorganisme. Sampel memiliki tingkat
kekeruhan yang tinggi. Dilihat dari karater fisik sampel yang telah diperoleh melalui
pengamatan menggunakan pendekatan parameter fisik, maka sampel air sungai tersebut
menunjukkan indikasi bahwa air sungai tersebut telah tercemar limbah (Adrianto, 2018).
Pada gelas beker kedua, sampel cair kedua yang digunakan yaitu air kolam.
Umumnya air kolam merupakan air yang kualitasnya lumayan terjaga. Setelah
dilakukan pengamatan pada sampel kedua yaitu air kolam, maka didapatkan hasil bahwa
sampel berwarna bening. Warna sampel yang bening menunjukkan bahwa sampel tidak
tercampur dengan banyak materi yang dapat mengubah warna sampel termasuk
mikroorganisme seperti alga dan fitoplankton. Saat dicium, sampel tidak menunjukan
adanya bau. Hal ini menunjukkan bahwa minimnya aktivitas mikroorganisme dalam
sampel. Saat diukur suhunya, didapatkan suhu air kolam sebesar 27oC, lebih rendah dari
suhu sampel pertama yang berarti aktivitas mikroorganisme dalam sampel lebih sedikit.
Saat dilihat kekeruhannya, sampel idak keruh tetapi bening. Hal ini menunjukkan bahwa
sampel tidak mengandung limbah pencemar (Talita, 2016).
Pada gelas beker ketiga, diisi oleh sampel cair berupa air danau. Pada hasil pengamatan
sampel ketiga, diketahui bahwa warna sampel air danau yaitu kehijauan. Warna kehijauan
yang ditunjukkan merupakan indikasi banyaknya mikroorganisme berupa fitoplankton
dan alga dalam sampel tersebut. Saat dicium, sampel tersebut mengeluarkan bau yang
tidak terlalu kuat, ini menunjukkan bahwa terdapat aktivitas pembusukan oleh
mikroorganisme dalam jumlah yang tidak terlalu banyak. Saat diukur suhunya, sampel
2. Sampel air limbah diteliti berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi. Jelaskan
mengenai analisis air limbah yang berkaitan dengan parameter fisik dan kimia!
Pada praktikum kali ini digunakan empat sampel limbah cair, yaitu air sungai, air
selokan, air kolam, dan air danau. Keempat sampel tersebut termasuk kedalam jenis
perairan darat dengan air tawar. Meskipun berasal dari jenis yang sama, namun organisme
dan karakteristik air tersebut berbeda – beda. Selain itu, digunakan tiga jenis parameter
pada praktikum kali ini, diantaranya adalah parameter fisika, kimia, dan biologi.
Parameter fisika adalah parameter yang diamati akibat adanya perubahan fisika dan dapat
dilihat secara langsung. Contohnya adalah warna, suhu, kekeruhan, dan bau. Jika ditinjau
dari parameter fisika, keempat sampel tersebut memiliki perbedaan yang berasal dari
daerah pengambilan, suhu, warna, kekeruhan, dan bau. Jika ditinjau dari parameter kimia
maka aspek yang digunakan sebagai standar adalah kadar pH dan DO dalam sampel.
Pada pengamatan sampel pertama yaitu air sungai menunjukkan bau yang cukup
menyengat, warna kecoklatan, sedikit keruh dan suhu sbesar 28 oC. Sementara itu, kadar
pH sampel air sungai adalah sebesar 8,17 dan kadar DO nya sebesar 1,33. Hal tersebut
menunjukkan jika air sungai tersebut bersifat basa dengan kadar oksigen yang tidak terlalu
tinggi dan terindikasi telah tercemar (Nadhiroh,2014). Pada pengamatan sampel kedua
yaitu air kolam tidak mengeluarkan bau, berwarna bening , sedikit keruh dan suhu sqbesar
28 oC. Sementara itu, kadar pH sampel air sungai adalah sebesar 8,25 dan kadar DO nya
sebesar 2,91. Hal tersebut menunjukkan jika air kolam tersebut bersifat basa dengan kadar
oksigen yang cukup tinggi dan minimnya indikasi bahwa sampel tercemar.
Pada pengamatan sampel ketiga yaitu air danau menunjukkan bau yang tidak terlalu
kuat, berwarna kehijauan, sedikit keruh dan suhu sbesar 28 oC. Sementara itu, kadar pH
sampel air sungai adalah sebesar 8,89 dan kadar DO nya sebesar 2,57. Hal tersebut
menunjukkan jika air kominfo ngai tersebut bersifat basa dengan kadar oksigen yang tidak
terlalu tinggi dan terindikasi telah tercemar. Pada pengamatan sampel terakhir yaitu air
selokan mengeluarkan bau yang kuat, berwana putih keabu-abuan, keruh dan suhu
3. Sampel air limbah diteliti berdasarkan parameter fisik, kimia dan biologi. Jelaskan
mengenai analisis air limbah yang berkaitan dengan parameter biologi!
Selain diamati berdasarklan parameter fisik dan kimia, pengamatan sampel air juga
dilakukan dengan parameter biologi untuk dapat melihat mikroorganisme apa yang hidup
pada tiap-tiap sampel. Pengamatan berdasarkan parameter biologi dilakukan dengan
menggunakan mikroskop dengan perbesaran 400x.
Setelah dilakukan pengamatan pada sampel pertama yaitu air sungai, ditemukan dua
jenis mikroorganisme pada air sungai, ganggang hijau Spirogyra singularis dengan bentuk
silinder memanjang dan diameter yang relative kecil. Ganggang ini merupakan makanan
alami ikan-ikan kecil di sungai (Putri, A., dan Dwi Puryanti. 2014).
Selain itu terlihat sebuah zooplankton dari filum Rotifera yang berwarna kecoklatan
dan Rotifera dalam ekosistem air tawar berguna sebagai makanan bagi ikan dan organisme
tingkat selanjutnya (Rahayu dkk, 2013). Pada sampel kedua yaitu air kolam, ditemukan
mikroorganisme bersel tunggal, berukuran kecil, berbentuk bulat, dan berwarna hijau.
Setelah diidentifikasi, ganggang hijau tersebut merupakan Chlorella sp. yang merupakan
mikroorganisme fotosintetik dan juga makanan bagi ikan-ikan kecil.
Pada sampel ketiga yaitu air danau, ditemukan mikroorganisme yaitu Euglena sp. dan
koloni Volvox globator. Euglena sp di dalam air danau berperan sebagai penghasil dan
penyerap karbondioksida di dalam air. Alga jenis ini mengandung klorofil, sehingga dapat
melakukan fotosintesis. Bentuk Euglena sp lonjong dan memanjang. Sedangkan untuk
Volvox globator, warnanya hijau dengan bentuk bulat kecil. Alga ini berperan sebagai
penghasil dan memiliki klorofil, sehingga dapat melakukan fotosintesis. Pada sampel
keempat yaitu air selokan, ditemukan sebuah mikroorganisme berwarna merah dan
berbentuk kapsul lonjong. Mikroorganisme tersebut setelah diidentifikasi merupakan
bakteri E.coli yang merupakan koliform dan indikator adanya pencemaran (Anyanwu,
2011).
4. Organisme apa saja yang mungkin terdapat pada setiap sampel cair? Jelaskan alasan anda!
Pada setiap sampel cair dimungkinkan terdapat berbagai organisme yang hidup
didalamnya. Hal ini dapat diidentifikasi dari parameter fisika, kimia dan biologi. Pada
sampel air yang tercemar umumnya lebih banyak mikroorganisme yang ada. Pada sampel
air sungai terdapat mirkoorganisme berupa ganggang hijau Spirogyra singularis dan
Rotifera. Pada sampel air kolam terdapat mikroorganisme berupa Chlorella sp. Pada
sampel air danau yang berwarna kehijauan terdapat mikroorganisme berupa Euglena sp.
dan koloni Volvox globator. Pada sampel keempat yaitu air selokan terdapat
mikroorganisme yaitu bakteri E.coli (Sophiah, 2012).
6. Bagaimana hubungan antara bentuk dan morfologi organisme yang ditemukan pada sampel
air limbah dengan parameter fisik dan kimia sampel? Mengapa demikian?
7. Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi bervariasinya organisme pada setiap sampel cair
hasil pengamatan anda!
Pada keempat sampel yang telah diamati terdapat beberapa faktor yang menyebabkan
bervariasinya organisme pada tiap-tiap sampel. Faktor-faktor tersebut antara lain; Yang
pertama adalah Tingkat pencemaran. Perbedaan tingkat pencemaran menyebabkan
variasi makhluk hidup pada masing-masing sampel. Hal ini dikarenakan organisme
memiliki daya adaptasi yang berbeda-beda terhadap tingkat pencemaran tertentu.Yang
kedua adalah Sinar matahari. Sampel dengan absorbs sinar matahari yang tinggi
umumnya lebih banyak terdapat organisme fotosintetik dari sampel yang memiliki
absorbsi sinar matahari yang rendah. Yang ketiga adalah Arus perairan, pada perairan
berarus tenang, umunya memiliki tingkat variasi organisme yang lebih tinggi. Yang
Keragaman hayati ekosistem adalah variasi suatu jenis organisme dalam suayulingkungan
tertentu (ekosistem). Keanekaragaman hayati ekosistem perairan adalah berbagai organisme
yang terdapat pada ekosistem perairan. Untuk mempertahankan keanekaragaman hayati
ekosistem perairan, maka kondisi dan kualitas ekosistem harus dijaga agar dapat berfungsi
dengan baik. Untuk menentukan kualitas dan kondisi ekosistem perairan, dapat dilakukan
melalui pengamatan dan uji dengan menggunakan tiga parameter yaitu parameter kimiawi,
fisik dan biologi. Parameter fisik merupakan parameter yang mengukur perubahan fisik air
dan dapat diamati secara langsung. Seperti suhu, bau, warna dan kekeruhan air. Parameter
kimia adalah parameter yang digunakan untuk mengukur perubahan sifat kimiawi air dan
diukur dengan bantuan alat tertentu. Hal yang diukur dalam parameter kimia antara lain
adalah kadar pH dan DO atau kelarutan oksigen. Sementara itu parameter biologi adalah
parameter yang didasarkan pada pengamatan biologis pada air dan diamati menggunakan
mikroskop dengan perbesaran tertentu.
Pada praktikum kali ini digunakan empat sampel limbah cair, yaitu air sungai, air selokan,
air kolam, dan air danau. Keempat sampel tersebut termasuk kedalam jenis perairan darat
dengan air tawar. Setelah dilakukan pengamatan yang didasarkan pada tiga parameter
tersebut, didapatkan kesimpulan bahwa sampel air kolam merupakan sampel dengan tingkat
pencemaran yang terendah. Hal ini dibuktikan dengan warna bening dan tidak munculnya
bau pada air kolam yang menandakan minimnya aktivitas pembusukan oleh organisme, serta
tingginya kadar oksigen pada sampel air kolam menunjukkan kualitaas perairan yang baik.
Sedangkan untuk sampel dengan tingkat pencemaran tertinggi adalah air selokan.
Terdapatnya pathogen penyebab penyakit seperti E.coli merupakan bukti adanya pencemaran
akibat limbah organic, bau yang menyengat dan warna keabu-abuan juga menunjukkan
tingginya tingkat pencemaran pada air selokan. Hal ini didukung dengan pH air selokan yang
cenderung paling rendah dan DO yang rendah juga menunjukkan kualitas perairan yang
buruk.
Brewer, Roger. 2017. A Critical Review of Discrete and Composite Sample Data Reliability
Part 2—Implications. Soil and Sediment Contamination Journal. NewYork :
Fordham University 26(1) : 23-44.
Chandra, Budiman. 2017. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Tesis. Jakarta: EGC.
Rushayati, Siti. 2011. Mengenal Keanekaragaman Hayati. Jakarta : Grasindo
Sulistyorini, I. S., Edwin, M., dan A. S. Arung. 2016. Analisis Kualitas Air pada Sumber Mata
Air di Kecamatan Karangan dan Kaliorang Kabupaten Kutai Timur. Jurnal Hutan
Tropis. 4(1): 64-76.
Adrianto, Rizki. 2018. Pemantauan Jumlah Bakteri Coliform di Perairan Sungai Provinsi
Lampung. Bandar Lampung : Balai Riset dan Standardisasi Industri Bandar
Lampung.
Barus, T. A. 2020. Limnologi. Makassar: Nas Media Pustaka.
Jatmiko, Agus. 2007. Hubungan Kualitas Air Selokan Ngenden Desa Gumpang Kartasura
Sukoharjo dengan Air Sumur Penduduk Sekitar. Surakarta : FMIPA Universitas
Sebelas Maret.
Kurniawan, A. 2018. Ekologi Sistem Akuatik : Fundamen dalam Pemanfaatan dan
Pelestarian Lingkungan Perairan. Malang: UB Press.
Nadhiroh, Yusmita, dkk. 2014. Analisis Kualitas Air Sungai Pakis Akibat Limbah Pabrik
Gula Pakis Baru di Kecamatan Tayu Kabupaten Pati. Surakarta : Fakultas Geografi
Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Putri, A., dan Dwi Puryanti. 2014. Profil Pencemaran Air Sungai Siak Kota Pekanbaru dari
Tinjauan Fisis dan Kimia. Jurnal Fisika Unand. 3(3): 191-197.
Rahayu, S., Tri R. S., dan Masnur T. 2013. Struktur Komunitas Zooplankton di Muara Sungai
Mewapah Kabupaten Pontianak Berdasarkan Pasang Surut Air Laut. Jurnal
Protobiont. 2(2): 49-55
Sopiah, N., Adi M., dan Sindi S. 2012. Pengaruh Kelimpahan Sel Mikroalgae Air Tawar
(Chlorella sp.) Terhadap Penambatan Karbondioksida. Jurnal Teknik Lingkungan
BPPT. 14(1): 1-6.
Suprihatin dan O. Suparno. 2013. Teknologi Proses Pengolahan Air untuk Mahasiswa dan
Praktisi Industri. Bogor: IPB Press.
Talita, Shallicah, dkk. 2016. Studi Kualitas Bakteriologis Air Kolam Renang dan Faktor –
Faktor yang Mempengaruhinya di Kolam Renang Kota Semarang. Semarang : FKM
Universitas Diponegoro.