Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab I

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 4

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan tanaman diawali dengan perkecambahan benih, dimana

kelangsungan tumbuh-tumbuhan diawali apabila terjadi interaksi antara benih dan

air. Interaksi antara keduanya bergantung juga kepada kemampuan imbibisi air ke

dalam benih. Proses air berimbibisi ke dalam benih yang menentukan kelanjutan

hidup dan produksi tumbuhan. Pada bermacam-macam tanaman yang ada,

tanaman jarak merupakan tanaman yang memiliki nilai ekonomis karena dapat

digunakan sebagai sumber energi alternatif dan memiliki potensi sebagai obat.

Tanaman Jarak yang umum dikenal di Indonesia ada dua macam, yaitu

jarak kepyar dan jarak pagar. Menurut Sinaga (2005) tanaman jarak memiliki

kandungan senyawa kimia atau metabolit sekunder di seluruh bagian tubuhnya

mulai dari akar hingga daun. Minyak tanaman jarak dapat dimanfaatkan sebagai

produk untuk bahan baku cat, tinta, pelumas, bahan pestisida, bahan fungisida,

dan berbagai macam produk lainnya. Produk yang paling sering digunakan dari

minyak jarak pagar yaitu kosmetik, obat-obatan, dan bio-plastik (Jena and Gupta,

2012). Minyak tanaman jarak kepyar (Ricinus communis L.) memenuhi syarat

sebagai pelumas mesin industri (Ditjenbun, 2007).

Tanaman dengan nama latin Ricinus communis L. ini semakin populer

karena tuntutan pemenuhan kebutuhan, akan tetapi tanaman ini kurang diminati

untuk dikembangkan di Indonesia. Data dari BPS (2015), menyebutkan pada

tahun 2012 hingga 2014 produksi tanaman jarak kepyar pada perkebunan skala

kecil mengalami penurunan dari 1,6 ribu ton hingga menjadi 1,4 ribu ton.

1
2

Rendahnya produksi tanaman ini diakibatkan perubahan mutu fisiologis benih

selama masa penyimpanan.

Tingginya kandungan minyak biji jarak mengakibatkan benih tidak dapat

disimpan lama. Kandungan minyak jarak yang tinggi menghasilkan asam lemak

bebas yang terurai dan dapat merusak fungsi enzim dalam proses metabolisme

sehingga benih dengan waktu penyimpanan yang lama mengalami kemunduran

(Indriana, 2016). Hal serupa juga dilaporkan oleh Ginwal dkk (2004) dalam

Bambang dkk (2015) bahwa benih jarak tidak dapat disimpan dalam waktu yang

lama dan daya kecambahnya turun dibawah 50% dalam waktu penyimpanan

selama 15 bulan, dikarenakan kandungan minyaknya yang tinggi.

Invigorasi merupakan salah satu dari beberapa alternatif dalam mengatasi

mutu benih yang rendah dengan cara memberlakukan benih sebelum ditanam.

Invigorasi dilakukan guna sebagai perbaikan fisik, fisiologis, dan biokimia yang

berhubungan dengan kecepatan, keserempakan berkecambah, potensial tumbuh,

serta peningkatan kemampuan berkecambah benih (Sutariati dkk., 2014).

Invigorasi dilakukan guna membantu imbibisi air secara terkontrol ke dalam

benih, sehingga dapat memperbaiki perkecambahan benih. Menurut Lehninger

(1982), apabila jumlah air berlebih akan mengakibatkan konsentrasi enzim rendah

maka dapat mempengaruhi kerja enzim, sebaliknya apabila jumlah air tidak

tersedia maka metabolisme tidak berjalan.

Osmoconditioning merupakan salah satu teknik invigorasi yang sering

digunakan untuk meningkatkan perkecambahan. Menurut Khan (1992),

osmoconditioning merupakan peningkatan fisiologis dan biokimia benih melalui


3

proses imbibisi dengan potensial osmotik rendah, biasanya dapat dilakukan

dengan menggunakan sifat larutan osmotik, seperti polyethylene glycol (PEG).

Jumlah yang masuk ke dalam benih dan jenis larutan yang digunakan menentukan

keberhasilan osmoconditioning.

Polyethylene gyicol (PEG) 6000 sering digunakan dalam

osmoconditioning, senyawa ini digunakan karena bekerja lebih maksimal dalam

mengikat air dibandingkan dengan PEG yang berat molekulnya lebih rendah.

(Novita dan Suwarno, 2014), mengatakan berat molekul dan konsentrasi larutan

PEG mempengaruhi kemampuan dalam mengikat air. Osmoconditioning dengan

polyethylene glycol 6000 telah berhasil dilakukan pada beberapa penelitian

diantaranya benih wortel, jambu mete, dan kedelai (Rusmin, 2004).

Susanti (2014), menambahkan penggunaan PEG 6000 juga efektif untuk

meningkatkan persentase daya kecambah, persentase keserempakan tumbuh, dan

kadar air kecambah benih kenaf. Pada penelitian Ailah (2011) menyatakan bahwa

Interaksi yang efektif pada benih jarak pagar adalah konsentrasi PEG 6000 5 ppm

dan untuk lama perendaman selama 24 jam.

Berdasarkan pernjelasan diatas maka dilakukan penelitian denan judul

“Respon Viabilitas Benih Jarak Kepyar (Ricinus Communis L.) Terhadap

Invigorasi Menggunakan Polyethylene Glycol (PEG) 6000” untuk mengetahui

terkait peningkatan viabilitas benih jarak kepyar.


4

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman

terhadap viabilitas benih jarak kepyar (Ricinus communis L.) ?

2. Bagaimana pengaruh pemberian konsentrasi terhadap viabilitas benih jarak

kepyar (Ricinus communis L.) ?

3. Bagaimana pengaruh lama perendaman terhadap viabilitas benih jarak

kepyar (Ricinus communis L.) ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengkaji pengaruh interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman

terhadap viabilitas benih jarak kepyar (Ricinus communis L.)

2. Mengkaji pengaruh konsentrasi terhadap viabilitas benih jarak kepyar

(Ricinus communis L.)

3. Mengkaji pengaruh lama perendaman terhadap viabilitas benih jarak

kepyar (Ricinus communis L.)

1.4 Hipotesis

1. Diduga terjadi interaksi antara konsentrasi dan lama perendaman terhadap

viabilitas benih jarak kepyar (Ricinus communis L.)

2. Diduga pemberian perlakuan konsentrasi berpengaruh terhadap viabilitas

benih jarak kepyar (Ricinus communis L.)

3. Diduga perlakuan lama perendaman berpengaruh terhadap viabilitas benih

jarak kepyar (Ricinus communis L.)

Anda mungkin juga menyukai