Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Makalah KLP 2 PKLK

Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Unduh sebagai docx, pdf, atau txt
Anda di halaman 1dari 18

PASAR KEUANGAN DAN LEMBAGA

KEUANGAN

Oleh :
Kelompok 2
Ni Putu Lia Enjalina (09 / 2002612011160)
Ni Putu Sri Deari (15 / 2002612011166)
Ni Komang Atika Wicahyani (16 / 2002612011167)
Ni Made Mita Cahyani (34 / 2002612011185)
Sinta Sudhynti (37 / 2002612011188)
Dewa A. Agness Sugitarina Oka (38 / 2002612011189)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan yang maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik
dan benar, serta tepat waktunya, dalam rangka memenuhi tugas dalam mengikuti
proses perkuliahan manajemen keuangan, Fakultas Ekonomi, Jurusan manajemen,
Universitas Mahasarswati.
Dalam makalahi ni kami membahas tentang “Pengertian leasing, Jenis
leasing, Kegiatan leasing, Pihak yang terlibat dalam leasing, Mekanisme dalam
leasing dan Perkembangan leasing di Indonesia” Dalam penyusunan makalah ini
penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan
sebab pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis terbatas, cukup banyak
tantangan dan hambatan yang penulis temukan dalam menyusun makalah ini.
Akhir kata, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
danbagi pembaca pada umumnya.

Gianyar,Februari 2022
Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantari..............................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah......................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................2
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengerian Leassing....................................................................................3
2.2 Jenis Leasing..............................................................................................3
2.3 Kegiatan Leasing ........................................................................................5
2.4 Pihak Yang Terlibat Dalam Leasing..........................................................6
2.5 Mekanisme Dalam Leasing ......................................................................7
2.6 Perkembangan Leasing di Indonesia.........................................................10
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan................................................................................................14
3.2 Referensi....................................................................................................15

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tidak dapat disangkal, kebutuhan akan sesuatu dari tahun ke tahun meningkat,
demi terwujudnya kebutuhan tersebut diperlukan biaya atau modal dalam bentuk
moneter (uang) ataupun berupa barang. Hal ini merupakan peluang besar bagi
pelaku usaha di bidang leasing (pembiayaan) secara kredit kepada masyarakat
yang membutuhkan. Dengan proses yang mudah serta menggiurkan, banyak
masyarakat yang ”bermain” dalam hal ini. Tak dipungkiri hampir seluruh lapisan
masyarakat pernah berurusan dalam leasing khususnya dalam pengadaan
kendaraan bermotor atau barang-barang lain.

Leasing atau sewa-guna-usaha adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan


dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunakan oleh suatu
perusahaan untuk jangka waktu tertentu, berdasarkan pembayaran-pembayaran
secara berkala disertai dengan hak pilih bagi perusahaan tersebut untuk membeli
barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu
leasing berdasarkan nilai sisa uang yang telah disepakati bersama. Dengan
melakukan leasing perusahaan dapat memperoleh barang modal dengan jalan
sewa beli untuk dapat langsung digunakan berproduksi, yang dapat diangsur
setiap bulan, triwulan atau enam bulan sekali kepada pihak lessor.

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas,
maka permasalahan yang akan dibahas adalah
1. Pengertian Leassing
2. Jenis Leassing
3. Kegiatan Leassing
4. Pihak yang terlibat dalam leasing
5. Mekanisme dalam leasing
6. Perkembangan leasing di Indonesia

1
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang ada, tujuan dari peembuatan makalah
ini adalah
1. Untuk mengetahui tentang Pengertian Leassing
2. Untuk mengetahui Jenis Leassing
3. Untuk mengetahui Kegiatan Leassing
4. Untuk mengetahui Pihak yang terlibat dalam leasing
5. Untuk mengetahui Mekanisme dalam leasing
6. Untuk mengetahui leasing di Indonesia

1.4 Manfaat Penelitian


1. Bagi penulis
Penelitian ini sebagai aplikasi dari teori-teori yang diperoleh selama
perkuliahan ke dalam perusahaan atau lembaga
2. Bagi pembaca
Penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan teori untuk melakukan
penelitian lanjutan serta menambah wawasan pembaca mengenai strategi
tataletak

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Leassing

Pengertian leasing secara umum adalah suatu bentuk kegiatan pembiayaan alat
atau barang modal berupa hak opsi atau tanpa hak opsi yang dimanfaatkan untuk
nasabah dalam kurun waktu tertentu, yang mana pembayarannya dilakukan secara
dicicil atau angsuran. Beberapa ahli berpendapat bahwa pengertian leasing adalah
suatu bentuk perjanjian yang dilakukan oleh para pemilik aktiva atau barang
dengan nasabahnya. Dalam hal ini, pemilik aktiva akan disebut sebagai lessor dan
pemilik nasabah akan disebut lesseee.

Nantinya, pihak lessor akan menyediakan barang atau modal yang dibutuhkan
oleh pihak lesseee untuk operasional produksi. Sebagai imbalannya, maka pihak
lesseee haru melakukan pembayaran kepada lessor dalam secara dicicil.
Sedangkan berdasarkan Keputusan Kementerian Keuangan No.
1169/KMK.01/1991, pengertian leasing atau sewa guna usaha adalah suatu
aktivitas pembayaran berbentuk penyediaan barang modal untuk sewa guna usaha,
hak opsi atau hak tanpa opsi yang dimanfaatkan oleh nasabah dalam kurun waktu
tertentu berdasarkan pembayaran yang dilakukan secara angsuran.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka leasing memiliki delapan elemen utama,


yaitu pembiayaan perusahaan, pembiayaan perusahaan, penyediaan barang-barang
modal, pembayaran jangka waktu tertentu, adanya nilai sisa yang disepakati,
adanya hak pilih, pembayaran secara berkala, adanya pihak lessor, dan adanya
pihak lesseee.

2.2 Jenis- Jenis Leassing


Leasing bisa dibedakan menjadi lima jenis dalam proses penerapannya. Kelima
jenis leasing tersebut adalah sebagai berikut.

1. Capital Lease

Capital lease adalah jenis perusahaan leasing yang berasal dari suatu lembaga
keuangan. Jenis leasing ini pada umumnya bisa melayani pihak nasabah yang
memerlukan kebebasan dalam hal menentukan barang atau modal dengan
spesifikasi tertentu.

3
Dalam penerapannya, pihak lessor akan memberikan dana untuk membayar
barang yang diperlukan kepada pihak supplier, lantas akan diserahkan pada pihak
lesseee. Nantinya, pihak lessor akan memperoleh imbalan berupa nasabah dalam
bentuk pembayaran secara angsuran dalam periode waktu tertentu sesuai dengan
kesepakatan bersama.

2. Operating Lease

Operating lease adalah suatu jenis perusahaan leasing yang mana pihak lessor
akan membeli barang untuk disewakan kepada nasabahnya dalam kurun waktu
tertentu. Untuk hal ini, pihak nasabah hanya perlu membayar biaya rental barang
saja, untuk harga barang dan biaya lainnya nanti akan ditanggung oleh pihak
lessor.

3. Sales Type Lease

Sales Type Lease atau lease penjualan merupakan jenis leasing yang biasanya
dikerjakan oleh perusahaan industri yang melakukan penjualan lease barang dari
hasil produknya. Terdapat dua jenis pendapatan yang dapat diakui, yaitu
pendapatan dari hasil jual barang, dan pendapatan dari bunga pembelanjaan
selama kurun waktu lease.

4. Leverage Lease

Leverage lease merupakan jenis perusahaan leasing yang melibatkan pihak ketiga.
Artinya, pihak lessor tidak membayar objek leasing sebanyak 100 %, tapi hanya
sekitar 20% hingga 40% saja. Sisanya nanti akan ditanggung oleh pihak ketiga
tersebut.

5. Cross Border Lease

Cross border lease adalah jenis perusahaan leasing yang dikerjakan antar negara.
Artinya, pihak lessor dan lesseee tidak ada di dalam satu negara yang sama,
namun berada di dua negara yang beda. Biasanya, jenis leasing ini hanya
melakukan leasing pada barang yang memiliki nominal sangat besar, seperti
produk pesawat terbang Airbus atau boeing.

4
2.3 Kegiatan Leassing

1. Finance Lease
Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai finance lease, jika memenuhi
kriteria berikut:

■ Lessee memiliki hak opsi untuk membeli aktiva yang di sew guna usaha
pada akhir masa sewa guna usaha, dengan harga yang telah disetujui
bersama pada saat dimulai perjanjian sewa guna usaha.
■ Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh lessee ditambah
dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan barang modal
yang di-leasing-kan serta bunganya, sebagai keuntungan lessor (full
payout lease).
■ Masa sewa guna usaha ditetapkan sekurang kurangnya 2 tahun untuk
barang modal golongan I, 3 tahun untuk barang modal golongan II dan III,
dan 7 tahun untuk golongan bangunan.

2. Operating Lease
Kegiatan sewa guna usaha digolongkan sebagai operating lease, jika memenuhi
kriteria berikut:

■ Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha
pertama, tidak dapat menutupi harga perolehan barang modal yang di-
leasing-kan ditambah keuntungan yang diperhitungkan oleh lessor (non
full payout lease).
■ Perjanjian sewa guna usaha tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi
bagi lessee.

5
2.4 Pihak yang terlibat dalam leassing
Terdapat beberapa pelaku yang terlibat dalam sebuah transaksi leasing, yaitu
sebagai berikut
A. Lessor 
Lessor adalah perusahaan pembiayaan atau perusahaan leasing atau dalam
hal ini adalah pihak yang memiliki hak kepemilikan atas barang sehingga
disebut pula sebagai pihak yang menyewakan barang (dapat terdiri dari
beberapa perusahaan) atau yang dikenal pula sebagai investor. Lessor
dalam financial lease bertujuan untuk mendapatkan kembali biaya yang
telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang modal dengan
mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor
bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta
pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan serta
pengoperasian barang modal tersebut.
B. Lessee 
Lessee adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan barang
modal dengan pembiayaan dari lessor atau sebagai pihak yang mengajukan
permohonan pembiayaan secara leasing kepada lessor untuk memperoleh
barang modal (membeli atau menyewa) yang diinginkan sehingga
dikatakan pula bahwa lessee adalah pihak yang menikmati barang tersebut
dengan membayar sewa dan mempunyai hak opsi. Lessee dalam financial
lease bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang atau peralatan
dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak,
lessee memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee
memiliki hak untuk membeli barang yang dilease dengan harga
berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lessee dapat memenuhi
kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan alat
tersebut tanpa risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
C. Supplier 
Supplier adalah produsen atau pedagang yang menyediakan barang yang
akan dileasing sesuai perjanjian antara lessor dengan lessee dan dalam hal

6
ini supplier juga dapat bertindak sebagai lessor. Supplier juga dapat
dikatakan sebagai penjual dan pemilik barang yang disewakan. Dalam
mekanisme financial lease, supplier langsung menyerahkan barang kepada
lessee tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan
pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease, supplier menjual
barangnya langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan kedua belah pihak, yaitu secara tunai atau berkala.
D. Bank 
Bank adalah kreditor atau disebut juga Debt-Holders atau Loan
Participants dalam transaksi leasing. Dalam suatu perjanjian atau kontrak
leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat secara langsung dalam
kontrak tersebut, namun pihak bank memegang peranan dalam hal
penyediaan dana kepada lessor, terutama dalam mekanisme leverage lease
di mana sumber dana pembiayaan lessor diperoleh melalui kredit bank.
Pihak supplier dalam hal ini tidak tertutup kemungkinan menerima kredit
dari bank, untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual
sebagai objek leasing kepada lessee atau lessor.
E. Asuransi 
Asuransi adalah perusahaan yang akan menanggung risiko terhadap
perjanjian antar lessor dengan lessee. Dalam hal ini lessee dikenakan biaya
asuransi dan apabila terjadi sesuatu, maka perusahaan akan menanggung
resiko sebesar sesuai dengan perjanjian terhadap barang yang
dileasingkan.

2.5 Mekanisme Dalam Leassing


Seperti apa yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa para pihak dalam perjanjian
leasing adalah lessor, lessee, supplier ,dan asuransi. Tapi dalam penjelasan
mekanisme leasing ini, hanya akan dipergunakan 3 pihak saja tanpa pihak
asuransi. Seperti yang kita ketahui sebelumnya, lessor hanyalah pemilik barang
secara hukum, sedangkan lessee adalah pihak yang memperoleh manfaat secara
ekonomis atas sebuah barang modal yang diperjanjikan dalam perjanjian leasing.

7
Dan supplier penyedia kebutuhan barang modal yang ditentukan dalam perjanjian
leasing. Dan dalam hal ini, mekanisme yang dipelajari adalah mekanisme yang
terjadi dalam Leasing finansial, yang lebih merepresentasikan dari arti perjanjian
leasing, dengan cara pembiayaan, atau lebih dikenal dengan sewa guna usaha.
Dalam hal ini kita mencoba memahami tahapan-tahapan dalam pelaksanaan usaha
leasing dalam kenyataannya :

1. Pada langkah awalnya adalah calon lessee melakukan negosiasi dengan


supplier akan kebutuhan barang modalnya, dalam negosiasi ini , lessee
bisa bersepakat akan harga, jenis barang, tipe dan masalah garansi dan hal-
hal yang berhubungan dengan barang modal tersebut. Maka pada langkah
awalnya kita mendatangi penyedia barang modal (supplier) untuk
mengechek barang modal, tahapan ini disebut tahapan Negosiasi.
2. Setelah adanya pemberitahuan dari lessee akan adanya kesepakatan, maka
supplier (dealer, distributor) barang yang dibutuhkan meminta kepada
lessor suatu surat pesanan (surat pesanan dalam hal Purchase order), yang
mana selanjutnya yang akan memesan dan membeli adalah lessor, dan
nantinya barang itu akan dimiliki oleh lessor.
3. Lessee disini bukanlah sebagai pemilik barang, tapi lessee adalah pihak
yang nantinya menyewa barang yang dimiliki lessor untuk digunakan
dalam modal usaha berupa barang, yang nantinya tertuang dalam
perjanjian leasing. Selanjutnya setelah barang di tangan lessee segala
resiko dan perawatan, asuransi, dan hal-hal lainnya telah menjadi tanggung
jawab lessee.
4. Setelah terjadi kesepakatan spesifikasi barang antara lessee dan supplier,
maka supplier meminta surat pemesanan kepada lessor, selanjutnya antara
lessor dan supplier akan terjadi perjanjian jual beli yang nantinya barang
tersebut akan dibeli dan dimiliki oleh lessor. Maka selanjutnya
kepemilikan barang adalah lessor.
5. Setelah barang modal dimiliki oleh lessor, maka langkah selanjutnya
adalah perjanjian Leasing antara lessor dan lessee. Yaitu kontrak yang
dilakukan lessor dan lessee sebagai landasan hukum atas perjanjian leasing

8
yang telah disepakati bersama. Jadi dalam hal ini telah terjadi 2 perjanjian
yang dilakukan lessor, yaitu perjanjian jual beli dengan supplier, dan
selanjutnya perjanjian leasing dengan lessee.
6. Pada hal sebelumnya, harga barang modal yang telah disepakati antara
lessee dan supplier dan telah disepakati, itulah harga yang nantinya akan
dibayar oleh lessor kepada supplier sebagai penyedia pembiayaan atas
modal barang yang dibutuhkan lessee.
7. Dalam perjanjian leasing ini, para pihak baik lessor maupun lessee akan
menentukan pembayaran rental atas barang modal yang telah dibiayai oleh
lessor. Pembayaran ini dilakukan berdasarkan bulanan, perempat bulan,
ataupun pertengah tahunan atas penggunaan barang selama masa
perjanjian leasing.
8. Didalam perjanjian leasing antara lessor dan lessee, harus ditentukan
besaran nilai sisa (residual Value) akan barang modal usaha tersebut.
9. Dalam menentukan jangka waktu leasing , biasanya para pihak tidak asal
dalam menentukan jangka waktu leasing, para pihak mempunyai
pertimbangan dalam menentukan jangka waktu. Pertimbangan yang
dilakukan untuk menentukan jangka waktu perjanjian leasing biasanya
ditentukan dengan mengacu pada hal :
a. Masa manfaat penggunaan barang tersebut sesuai dengan umur rata-rata
barang tersebut.
b. Lokasi dimana barang ditempatkan.
c. Pertimbangan keadaan cash flow daripada lessee.
10. Dan hal yang paling membedakan adalah dalam ketentuan nilai sisa
(residual value), yang dimana berdasar nilai sisa yang telah disetujui
bersama dalam perjanjian leasing, (biasanya nilai sisa minimal adalah 10%
dari harga barang) maka lessee diberikan/mempunyai hak untuk memilih
(opsi) antara membeli barang tersebut, atau mengembalikannya pada
lessor.

9
2.6 Perkembangan Leassing di Indonesia
Perkembangan leasing di Indonesia terjadi sejak munculnya bussiness leasing
pada tahun 1973. Dan kemudian leasing mulai diatur sejak tahun 1974, yaitu
dengan dikeluarkannya SK bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian
dan Menteri Perdagangan Republik Indonesia.
No.KEP/122/MK/IV/2/1974; No. 30/Kpb/ I/1974; tanggal 7 Pebruari 1974,
mengatur tentang Perijinan Usaha Leasing. Dimana menurut SK tersebut yang
dapat melakukan usaha leasing adalah Lembaga Keuangan yang dimaksud dalam
SK Menteri Keuangan No.Kep.38/MK/IV/1/1972 dan Badan Usaha lain non
lembaga keuangan yang bergerak dalam bidang leasing, termasuk subsidiary dari
suatu lembaga keuangan, perwakilan tunggal (pasal 1). Pada tahun yang sama
diterbitkan SK Menteri Keuangan Republik Indonesia No.Kep.649/MK/5/1974
tanggal 7 Pebruari 1974, yang menegaskan tentang Surat Keputusan Bersama
tentang aturan perijinan usaha leasing yang terdiri 8 pasal. Kemudian diterbitkan
SK Menteri Keuangan No.Kep.650/MK/IV/1974, tentang perpajakan atau yang
bersangkutan dengan perpajakan, SK Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.125/KMK.013/ 1988 tentang ketentuan dan tatacara Pelaksanaan lembaga
pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan No. 961/ KMK.04/1983 tentang
tarip penyusutan digolongkan menjadi beberapa golongan.

Perkembangan leasing yang didukung dengan peraturan-peraturan tersebut sangat


mendukung perkembangan leasing di Indonesia. Tidak dapat kita pungkiri
walaupun sangat pesat dan dapat mengikuti perkembangan dalam pembiayaan-
pembiayaan perusahaan khususnya dibidang ekonomi. Leasing dapat maju dan
berkembang seiring dan sejalan dengan unsur-unsur lain yang mempengaruhi
pesatnya perkembangan perekonomian di Indonesia. Dan lebih mengesankan
karena leasing merupakan salah satu alternatif yang sangat relevan bagi
perusahaan, baik dipandang dari segi pendanaan, pengoperasian, fleksibilitas atau
bahkan sampai pengaruhnya dalam perbaikan neraca. Karena kenyataannya yang
diterapkan dalam leasing bukan hanya sekedar operating lease yaitu sewa
menyewa biasa akan tetapi lebih ditujukan pada operasional leasing sebagai
capital lease.

10
Perusahaan leasing di Indonesia sudah cukup banyak, walaupun masih dalam taraf
Peges. Dan jenis-jenis barang yang dibiayai leasing makin banyak yang pada
mulanya hanya pembiayaan di bidang transportasi, sekarang telah berkembang
pada sektor industri, konstruksi, pertanian dan lebih banyak pada sektor yang lain.
Hal ini menandakan leasing semakin dimengerti oleh masyarakat khususnya
usahawan Peges. Kesadaran masyarakat untuk membuka leasing karena adanya
dorongan pemerintah yang melakukan deregulasi adanya kemudahan bagi
perusahaan- perusahaan asing yang dapat menamankan modalnya di Indonesia.
Serta didukung adanya era globalisasi, makin memudahkan komunikasi. Karena
informasi dari hasil komunikasi sangat memacu pertumbuhan ekonomi suatu
bangsa khususnya bangsa Indonesia. Karena dengan cepat dan tepatnya suatu
informasi akan memudahkan bagi para pengusaha untuk menjual barangnya baik
ke dalam maupun ke luar, sehingga akan mendorong tingkat produktivitas, yang
akhirnya memerlukan modal untuk meningkatkan hasil produksinya. Sehingga
dengan adanya perusahaan leasing dapat membantu mereka yang mempunyai
tingkat produktivitas tinggi akan tetapi tidak memiliki cukup dana untuk
menyediakan aktiva yang akan diguna untuk proses produksinya. Karena dengan
cara menyewa produsen memerlukan dana yang lebih kecil, apabila dibandingkan
dengan harus membeli untuk menyediakan aktiva tersebut. Maka jalan satu-
satunya untuk memperoleh dana secara cepat adalah leasing.

Tetapi dengan hal tersebut mengakibatkan kesalahan dalam penafsiran leasing,


yang hanya dianggap sebagai sumber pembiayaan sama dengan mencari pinjaman
pada bank. Padahal fungsi leas ing tidak hanya sekedar memberikan pembiayaan,
akan tetapi leasing dapat merupakan sarana untuk menunjang kemajuan usaha,
misalnya dalam pola peningkatan efisiensi barang modal, menggunakan tax
benefit yang ada untuk membuat efisiensi permodalan usaha, karena menurut SK
Menteri Keuangan No. 650, pengerahan atas jasa yang dilakukan perusahaan
leasing tidak termasuk utang pajak penjualan. Oleh karena itu perusahaan leasing
jangan dipandang hanya sekedar alternatif pencarian pembiayaan saja, akan tetapi
merupakan lembaga yang lebih canggih.

Dalam perkembangannya perusahaan leasing di Indonesia makin tahun makin


berkembang, hal ini dapat dilihat semakin banyaknya perusahaan leasing yang ada

11
Indonesia yaitu dari hanya 3 buah perusahaan tahun 1975 menjadi 17 pada tahun
1982, meningkat 47 tahun 1984 dan menjadi 83 tahun 1987 dan akhimya pada
tahun 1990 menjadi 112 perusahaan leasing.

Dunia bussines leasing mengalami persaingan yang hebat pada tahun 1989, hal ini
dikarenakan adanya kelonggaran perijinan membuka perusahaan leasing oleh
pemerintah. Sehingga mulai tahun ini sesama perusahaan leasing saling bersaing
untuk merebut pasaran. Kalau pada tahun- tahun sebelumnya leasing tidak perlu
dipromosikan akan tetapi mulai tahun ini mulai dipromosikan, sehingga mereka
kini tidak lagi memburu profit tetapi memburu asset. Hal ini dapat ditengarai
adanya peningkatan asset dari tahun ke tahun, pada 1986 penerimaan asset dari
seluruh perusahaan termasuk leasing Rp. 1.197.197.043.530 sedangkan tahun
1987 menjadi Rp. 1.625.888.153.797 yang berarti ada tingkat kenaikan 35% dan
tahun 1988 Rp. 1.750.643.326.292,- yang berarti meningkat sebesar 7%. Kalau
dibandingkan kenaikan tahun 1987 dan tahun 1988, maka pada penurunan dari
25% menjadi 7,7%. Akan tetapi hal ini disebabkan karena kurangnya komunikasi
antara perusahaan leasing dan pemerintah serta kemalasan perusahaan leasing
untuk memberikan laporan.

Tahun 1988 merupakan tahun penurunan perusahaan leasing. Akan tetapi pada
tahun ini banyak perusahaan baru yang mengajukan perijinan untuk membuka
perusahaan leasing. Dan pada tahun 1988 sampai 1989 merupakan tahun promosi
perusahaan leasing atau semacamnya, walaupun tujuannya untuk meningkatkan
assetnya belum tercapai pada tahun 1990 perusahaan leasing menurunkan suku
bunganya. Tujuan perusahaan leasing untuk meningkatkan assetnya adalah agar
dapat memperoleh pinjaman atau kerjasama. Hal ini disebabkan karena adanya
persaingan yang ketat, sehingga perusahaan leasing dituntut untuk menambah
pembiayaannya, karena perusahaan leasing merupakan perusahaan padat modal.

Setelah tahun 1989 dimana perusahaan leasing berlomba-lomba untuk


meningkatkan assetnya, karena banyaknya perusahaan leasing dan guncangan
perekonomian, sehingga mereka dituntut untuk trampil lebih besar, sehat dan kuat
schingga mereka mendapat kepercayaan. Oleh sebab itu mereka bergabung
menjadi group-group, sehingga muncul group-group perusahaan leasing di

12
Indonesia. Pengelompokkan perusahaan ini tidak saja terjadi pada perusahaan
leasing akan tetapi juga pada jenis perusahaan lain. Pengaruh dari group ini sangat
besar terhadap perekonomian di Indonesia, tidak saja pada kredibilitasnya akan
tetapi juga pengaruhnya terhadap penguasaan pasar. Group-group ini yang
sekarang dikenal masyarakat sebagai konglomerat konglomerat. Maka pada akhir
tahun 1990, karena kepercayaan masyarakat dan kekuatan group-group tersebut,
maka perusahaan leasing tidak lagi berburu asset akan tetapi kembali pada
tujuannya semula untuk memperoleh profit, walaupun persaingan antar
perusahaan masih sangat ketat, sehingga terjadi penurunan suku bunga pada tahun
1990.

Pada tahun 1991 telah terjadi perubahan dalam tubuh perusahaan perusahaan
leasing, karena adanya pengetatan uang sehingga kredit-kredit yang telah
ditandatangi terpaksa ditunda, apalagi didukung adanya kenaikan suku bunga,
maka perusahaan leasing agar dapat memperoleh kredit baik dari dalam atau luar
negeri untuk membiayai perusahaannya, maka mereka melakukan penggabungan
perusahaan. Sehingga sampai saat ini masih terjadi peleburan peleburan
perusahaan leasing agar mereka menjadi lebih besar. Tampaknya perusahaan
leasing mengalami kemajuan pesat, dengan semakin besarnya perusahaan leasing,
akan tetapi disisi lain merupakan kendala bagi perusahaan-perusahaan kecil yang
ingin memanfaatkan sumber pembiayaan dari perusahaan leasing. Dengan
semakin besarnya perusahaan leasing, memungkinkan ruang geraknya lebih maju
dan mulai mengarah pada pasar luar negeri.

marilah kita coba untuk memperkenalkan dulu apa leasing itu kepada masyarakat,
karena istilah leasing ini juga belum banyak dikenal oleh masyarakat luas.
Sehingga walaupun Pegem dan Pegel belum dapat berbaur dengan Peges dalam
usaha leasing, semoga suatu saat nanti ada kesempatan bagi Pegem kebawah
untuk menikmati fasilitas leasing

13
BAB III
KESIMPULAN

Dari materi leassing yang telah dipaparkan dapat disimpulkan bahwa Jenis
usaha leasing ini sesungguhnya sangat berguna bagi para pengusaha yang dalam
prakteknya masih mulai membangun sebuah bisnis, dan belum cukup memiliki modal
usaha dalam bentuk barang, yang dimana untuk mendapatkan modal barang itu
nantinya dapat diusahakan untuk menjalankan bisnis. Karena leasing mulai berkembang,
dan telah banyak dipakai oleh pengusaha maupun perusahaan, apabila leasing ini jika
dilaksanakan dengan baik sesuai dengan mekanisme yang berlaku maka system leasing
memberikan peluang menarik bagi pengusaha ataupun perusahaan dari segi
pembiayaan dan lebih fleksibel dalam penentuan perjanjian di dalam leasing.

14
BAB IV
REFERENSI

https://www.kajianpustaka.com/2020/12/leasing-sewa-guna-usaha.html
https://www.kreditpedia.net/leasing-arti-dan-ruang-lingkup-kegiatan-usahanya/
https://accurate.id/akuntansi/pengertian-leasing/
https://www.kajianpustaka.com/2020/12/leasing-sewa-guna-usaha.html
https://www.kajianpustaka.com/2020/12/leasing-sewa-guna-usaha.html

15

Anda mungkin juga menyukai