Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Bab LL Pidana

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 42

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Tindak Pidana

Tindak pidana menurut beberapa ahli hukum memiliki pengertian

seperti dibawah ini:

Menurut Moeljatno dalam bukunya Asas-asas Hukum Pidana,

menerjemahkan istilah perbuatan pidana adalah Perbuatan yang dilarang

oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang

berupa pidana tertentu, bagi barang siapa melanggar larangan tersebut. Dapat

juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu

aturan dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat bahwa

larangan ditujukan kepada perbuatan, yaitu suatu keadaan atau kejadian yang

ditentukan oleh kelakuan orang. Sedangkan ancaman pidananya ditujukan

kepada orang yang menimbulkan kejadian itu.1

Pengertian tindak pidana menurut Bambang Purnomo dalam bukunya

Asas-Asas Hukum Pidana, yang isinya perbuatan pidana merupakan suatu

istilah yang mengandung suatu pengertian dasar dalam ilmu hukum pidana

sebagai istilah yang dibentuk dengan kesadaran dalam memberikan ciri

tertentu pada peristiwa hukum pidana, perbuatan pidana mempunyai

1
Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hal. 54.
pengertian yang abstrak dari peristiwa-peristiwa konkrit dalam lapangan

hukum pidana, sehingga perbuatan pidana haruslah diberikan arti yang

bersifat ilmiah dan ditentukan dengan jelas untuk dapat memisahkan dengan

istilah yang dipakai sehari-hari dalam kehidupan masyarakat.2

Menurut Lamintang dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pidana

Indonesia, Suatu tindakan melanggar hukum yang telah dilakukan dengan

sengaja oleh seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya

dan yang oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang

dapat dihukum.3

Menurut Wirjono Prodjodikoro dalam bukunya Asas-asas Hukum

Pidana di Indonesia adalah suatu perbuatan yang pelakunya dapat dikenakan

hukuman. Dan pelaku ini dapat dikatakan merupakan subjek tindak pidana.4

Istilah tindak pidana menurut hukum islam sendiri ada dua kata yang

cukup mewakili kata tersebut, yaitu jinayah dan jarimah. Jinayah menurut

istilah adalah hasil perbuatan sesorang yang terbatas pada perbuatan yang

dilarang dan pada umumnya para fuqaha menggunakan istilah tersebut hanya

untuk perbuatan-perbuatan yang mengancam keselamatan jiwa seperti

2
Bambang Purnomo, Asas-asas Hukum Pidana, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), hal. 16.

3
P.A.F. Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia,(Bandung: Sinar Baru,
1994), hal. 172.

4
Wirjono Prodjodikoro, Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia, (Eresco: Bandung, 1986),
hal. 55.
pemukulan dan pembunuhan. Selain itu, para fuqaha memakai istilah

tersebut pada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud

dan qishas.5

Sedangkan jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarangsyarah

yang sanksinya dapat berubah hukuman had atau takzir. Menurut Imam al-

Mawardi jarimah adalah “segala larangan syarah (melakukan hal-hal yang

dilarangdan atau meninggalkan yang diwajibkan) yang diancam dengan

hukuman had atau takzir”.6

Suatu perbuatan dapat dinamai suatu jarimah (tindak pidana, peristiwa

pidana atau delik) apabila perbuatan tersebut mengakibatkan kerugian bagi

orang lain atau masyarakat baik jasad (anggota badan atau jiwa), harta

benda, keamanan, atau aturan masyarakat, nama baik, perasaan atau hal-hal

yang harus dipelihara dan dijunjung tinggi keberadaannya. Artinya, jarimah

adalah dampak dari perilaku tersebut yang menyebabkan kepada pihak lain,

baik berbentuk material (jasad, nyawa atau harta benda) maupun yang

berbentuk non materi atau gabungan nonfisik seperti ketenangan,

ketentraman, harga diri, adat istiadat dan sebagainya.7

B. Unsur-Unsur Tindak Pidana

5
H.A Dzajuli, Fiqh Jinayah (Upaya Menaggulangi Kejahatan Dalam Islam), (Jakarta: P.T
Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 1.
6
Al- Mawardi, al Ahkam al- Sulthaniyah, (Jakarta: Darul Falah,1973), hal . 219.
7
Rahmat Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2000), hal. 17.
Dari beberapa pengertian menurut para ahli hukum jelas bahwa adanya

suatu perbuatan yang melawan hukum memiliki unsur-unsur untuk

mengungkapkan suatu tindak pidana. Menurut Leden Marpaung dalam

bukunya Hukum Pidana Bagian Khusus, membedakan 2 macam unsur yaitu:

1. Unsur Subjektif

Unsur Subjektif adalah unsur-unsur yang melekat pada si pelaku

tindak pidana dalam hal ini termasuk juga sesuatu yang terkandung di

dalam hatinya. Unsur-unsur Subjektif dari suatu tindak pidana adalah :

a. Kesengajaan atau ketidak sangajaan (dolus atau culpa)

b. Maksud pada suatu percobaan

c. Macam-macam maksud seperti yang terdapat di dalam kejahatan–

kejahatan Pembunuhan, Pencurian, Penipuan.

d. Merencanakan terlebih dahulu, Pasal 340 KUHP.

2. Unsur Objektif

Unsur Objektif adalah unsur yang ada hubungan dengan keadaan

tertentu di mana keadaan-keadaan tersebut sesuatu perbuatan telah

dilakukan. Unsur-unsur Objektif dari suatu tindak pidana adalah :

a. Sifat melawan hukum. Misalnya Pasal 338 KUHP.

b. Kausalitas (sebab-akibat) dari pelaku.


c. Kausalitas yaitu hubungan antara sesuatu tindakan sebagai

penyebab dengan sesuatu kenyataan akibat.8

C. Macam-macam Tindak Pidana

Menurut Andi Hamzah dalam bukunya yang berjudul Asas-asa

Hukum Pidana, delik dapat dibedakan menjadi beberapa bagian, diantaranya

sebagai berikut:

1. Delik kejahtaan dan delik pelanggaran ( Misdrijven en oventredingen)

Kejahatan adalah delik-delik yang melanggar kepentingan hukum

dan juga membahayakan secara konkret. Pelanggaran hanya

membahayakan yang abtrak. Secara kuantitatif pembuat Undang-undang

membedakan delik kejahatan dan pelanggaran itu. Untuk mengetahui

lebih jelas yang mana delik kejahatan di dalam KUHP Buku II

sedangkan delik pelanggaran ada di Buku III KUHP.

2. Delik materiel dan formel ( materiele end formele delicten)

Pada delik materil disebutkan adanya akibat tertentu, dengan atau

tanpa menyebut perbuatan tertentu. Pada delik formil, disebut hanya

suatu perbuatan tertentu sebagai dapat dipidana misalnya Pasal 160,

209, 242, 263, 362 KUHP.

3. Delik komisi dan delik omisi (commissiedelicten end omissiedelicten)

8
Leden Marpaung, Hukum Pidana Bagian Khusus, ( Sinar Grafika: Jakarta, 1991), hal. 9.
Delik komisi (delicta commissionis) ialah delik yang dilakukan

dengan perbuatan. Delik omisi (ommissiedelicten) dilakukan dengan

membiarkan atau mengabaikan (nalaten). Delik omisi terbagi menjadi

dua bagian:9

a. Delik omisi murni adalah membiarkan sesuatu yang diperintahkan

seperti pasal 164, 224, 522, 511 KUHP.

b. Delik omisi tidak murni (delicto commissionis per omissionem)

Delik ini terjadi jika oleh Undang-undang tidak dikehendaki suatu

akibat (yang akibat itu dapat ditimbulkan dengan suatu pengabaian).

Seperti Pasal 338 KUHP yang dilakukan dengan jalan tidak

memberi makan.

4. Delik selesai dan delik berlanjut (af lopende en voordorende delicten)

Delik selesai adalah delik yang terjadi dengan melakukan suatu atau

beberapa perbuatan tertentu. Delik yang berlangsung terus ialah delik

yang terjadi karena meneruskan keadaan yang dilarang.

5. Delik tunggal dan delik berangkai (enkelvoudige en samengesteede

delicten)

Delik berangkai berarti suatu delik yang dilakukan dengan lebih dari

satu perbuatan untuk terjadinya delik itu. Van Hamel menyebut ini

9
Donny Eka P, dalam https://www.academia.edu/6620198/Resume_ASAS-
ASAS_HUKUM_PIDANA_Karangan_DR._Andi_Hamzah_S.H diakses tanggal 19 mei 2019
sebagai delik kolektif. Contoh yang paling utama ialah delik yang

dilakukan sebagai kebiasaan seperti pasal 296 KUHP.

6. Delik bersahaja dan delik berkualifikasi (eenvoudige en gequalificeerde

delicten)

Delik berkualifikasi adalah bentuk khusus, mempunyai semua unsur

bentuk dasar, tetapi satu atau lebih keadaan yang memperberat

pidanaatau tidak menjadi soal apakah itu merupakan unsur atau tidak

misalnya pencurian dengan membongkar, pembunuhan berencana

(sebagai lawan pembunuhan).

Sebaliknya ialah delik berprivilege (geprivilegieer de delict), bentuk

khusus yang mengakibatkan keadaan-keadaan pengurangan pidana

(tidak menjadi soal apakah itu unsur ataukah tidak), dipidana lebih

ringan dari bentuk dasar, misalnya pembunuhan anak lebih ringan dari

pembunuhan biasa. Perbedaan antara delik bersahaja dan delik

berkualifikasi (termasuk berprivilege) penting dalam mempelajari teori

percobaan objektif dan penyertaan.10

7. Delik sengaja dan delik kelalaian atau culpa (doleuse en culpose

dellicten)

Delik yang dilakukan sengaja dan delik kelalaian penting dalam hal

percobaan, penyertaan, pidana kurungan, pidana perampasan.

10
Donny Eka P, dalam https://www.academia.edu/6620198/Resume_ASAS-
ASAS_HUKUM_PIDANA_Karangan_DR._Andi_Hamzah_S.H diakses tanggal 19 mei 2019
8. Delik politik dan delik komun atau umum (politeeke en commune

delicten)

Delik politik dibagi atas:

a. Yang murni, tujuan politik yang hendak dicapai yang tercantum

didalam bab I buku II, pasal 107. Disini termasuk Landes Verrat

dan Hochverrat. Di dalam komperensi hukum pidana di

Kopenhagen 1935 diberikan definisi tentang delik politik sebagai

berikut: Suatu kejahatan yang menyerang baik organisasi, maupun

fungsi-fungsi negara dan juga hak-hak warga negara yang

bersumber dari situ.

b. Delik politik campuran, setengah delik politik setengah delik

komun (umum).

9. Delik propria dan delik komun (delicta propria en commune deliction)

Delik propia diartikan delik yang hanya dapat dilakukan oleh orang-

orang yang mempunyai kualitas tertentu, seperti delik jabatan, delik

militer, dsb11

D. Pengertian Anak Menurut Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012

Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

11
Donny Eka P, dalam https://www.academia.edu/6620198/Resume_ASAS-
ASAS_HUKUM_PIDANA_Karangan_DR._Andi_Hamzah_S.H diakses tanggal 19 mei 2019
Anak merupakan bagian dari penerus bangsa sebagai salah satu sumber

daya manusia yang merupakan potensi dan penerus cita-cita bangsa, yang

mempunyai peranan penting, memiliki ciri dan sifat khusus yang

memerlukan pembinaan dan perlindungan dalam rangka menjamin

pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan social secara utuh,

selaras, seimbang dan serasi.

Pengertian anak yang terdapat dalam Undang-undang Nomor 3 Tahun

1997 Tentang Pengadilan Anak pasal 1 ayat (1) dan ayat (2) yaitu:12

1. Anak adalah dalam orang yang perkara anak nakal telah mencapai umur

8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan

belum pernah kawin.

2. Anak nakal adalah:

a. Anak yang melakukan tindak pidana atau

b. Anak yang melakukan perbuatan yang dinyatakan terlarang bagi

anak, baik menurut peraturan perundang-undangan maupun

menurut peraturan hukum lain yang hidup dan berlaku dalam

masyarakat bersangkutan.

3. Adapun istilah anak terlantar adalah :

Anak yang berdasarkan penetapan pengadilan ditetapkan sebagai

anak terlantar, atas pertimbangan anak tersebut tidak terpenuhi dengan

12
Salam Faisal, Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2005),
hal .25.
wajar kebutuhannya, baik secara rohaniah, jasmaniah, maupun social

disebabkan:

a. Adanya kesalahan, kelalaian, dan atau ketidakmampuan orang

tua, wali atau orang tua asuhnya atau

b. Statusnya sebagai anak yatim piatu atau tidak ada orang tuanya13

Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 45 Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (selanjutnya disingkat dengan KUH Pidana) yaitu:

Anak yang belum dewasa apabila belum berumur 16 (enam belas)


tahun. Apabila anak yang masih dibawah umur terjerat perkara pidana
hakim dapat memerintahkan supaya anak yang terjerat perkara pidana
dikembalikan kepada orang tuanya, walinya, atau orang tua asuhnya, tanpa
pidana atau memerintahkan supaya diserahkan kepada pemerintah tanpa
pidana atau di pidana pengurangan 1/3 (satu per tiga) dari ancaman
maksimum 15 tahun.14
Pengertian Anak menurut Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak yang berbunyi :

Anak adalah seorang yang belum berusia 18 Tahun termasuk anak


yang masih dalam kandungan.Perlindungan Anak adalah segala kegiatan
untuk menjamin dan melindungi anak hak-haknya agar dapat hidup,
tumbuh berkembang, dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan
harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari
kekerasan dan diskriminasi.
Pengertian anak yang terdapat dalam Pasal 1 ayat (2) Undang- Undang

Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak yaitu :

13
Salam Faisal, Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2005),
hal .25.
14
Salam Faisal, Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2005),
hal. 25.
Anak adalah seseorang orang yang belum mencapai 21 (dua puluh
satu) tahun dan belum pernah nikah. Kesejahteraan anak adalah suatu tata
kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin pertumbuhan dan
perkembangannya dengan wajar baik secara rohani, jasmani, maupun
sosial. 15
Usaha kesejahteraan anak adalah usaha kesejahteraan sosial yang

ditujukan untuk menjamin terwujudnya kesejahteraan anak terutama

terpenuhinya kebutuhan anak. Yang dimaksud dengan undang-undang

kesejahteraan anak meliputi:

1. Usaha kesejahteraan anak terdiri atas usaha pembinaan,

pengembangan,

pencegahan, dan rehabilitasi.

2. Usaha kesejahteraan anak dilakukan oleh pemerintah dan atau

masyarakat.

3. Pemerintah mengadakan pengarahan, bimbingan, bantuan, dan

pengawasan terhadap usaha kesejahteraan anak yang dilakukan oleh

masyarakat.

Pengertian anak yang terdapat dalam Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak Pasal 1 ayat (1) yaitu :

Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun


termasuk anak yang masih dalam kandungan.

15
Ibid., hal. 26.
Ayat 1 : memuat batas antara belum dewasa dengan telah dewasa yaitu

berumur 21 (dua puluh satu) tahun kecuali anak yang sudah kawin sebelum

umur 21 tahun dan pendewasaan

Ayat 2 : menyebutkan bahwa pembubaran perkawinan yang terjadi pada

seseorang sebelum berusia 21 tahun, tidak mempunyai pengaruh terhadap

kedewasaan.16

E. Jenis-jenis pidana anak

Jenis pidana akan dibagi menjadi beberapa jenis diantaranya: 17

a. Pidana penjara adalah berbeda dengan orang dewasa, pidana penjara

bagi anak lamanya satu perdua dari ancaman pidana orang dewasa

atau paling lama 10 tahun . Kecuali pidana mati dan penjara seumur

hidup tidak dapat dijatuhkan terhadap anak, menurut Undang-

Undang No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Anak Pasal 26

adalah:

1) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan terhadap anak nakal

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama

½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana penjara orang

dewasa.

16
Salam Faisal, Hukum Acara Peradilan Anak di Indonesia, (Bandung: Mandar Maju, 2005),
hal. 27.
17
Bambang Waluyo, Pidana Dan Pemidanaan, ( Jakarta: Sinar Grafika,2008 ), hal. 27.
2) Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2

huruf a, melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana

mati atau pidana seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat

dijatuhkan kepada anak paling lama 10 (sepuluh) tahun.

3) Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2

huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan

tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara

seumur hidup, maka terhadap anak nakal tersebut hanya dapat

dijatuhkan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat

huruf b.

4) Apabila anak nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2

huruf a,belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan

tindak pidana yang tidak diancam mati atau tidak diancam pidana

penjara seumur hidup, maka terhadap anak nakal tersebut

dijatuhkan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

24.

b. Pidana Kurungan adalah dinyatakan dalam pasal 27 KUHP bahwa

pidana kurungan yang dapat dijatuhkan terhadap anak yang melakukan

tindak pidana paling lama satu perdua dari maksimum ancaman pidana

kurungan bagi orang dewasa.

Pidana denda adalah seperti pidana penjara dan kurungan maka

penjatuhan pidana denda terhadap anak paling banyak juga satu perdua
dari maksimum ancaman pidana denda bagi orang dewasa. Pidana

denda menurut Pasal 28 Undang-Undang No. 11 tahun 2012 Tentang

Sistem Peradilan Pidana Anak:18

1) Pidana denda yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal paling

banyak ½ (satu perdua) dari maksimum ancaman pidana denda

bagi orang dewasa.

2) Apabila pidana denda sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

ternyata tidak dapat dibayar maka diganti dengan wajib latihan

kerja.

3) Wajib latihan kerja sebagai pengganti denda dilakukan paling lama

90 (Sembilan puluh) hari kerja dan lama latihan kerja tidak lebih

dari 4 (empat) jam sehari serta tidak dilakukan pada malam hari.

c. Pidana Kurungan adalah dinyatakan dalam pasal 27 KUHP bahwa

pidana kurungan yang dapat dijatuhkan terhadap anak yang melakukan

tindak pidana paling lama satu perdua dari maksimum ancaman pidana

kurungan bagi orang dewasa.19

d. Pidana bersyarat meliputi :

1) Pidana bersyarat dapat dijatuhkan oleh Hakim, apabila pidana

penjara yang dijatuhkan paling lama dua tahun.

18
Bambang Waluyo, Pidana Dan Pemidanaan, ( Jakarta: Sinar Grafika,2008 ), hal. 28.
19
Bambang Waluyo, Pidana Dan Pemidanaa, ( Jakarta: Sinar Grafika,2008), hal. 29.
2) Dalam putusan pengadilan mengenai pidana bersyarat

sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditentukan syarat umum dan

syarat khusus.

3) Syarat umum adalah bahwa anak Nakal tidak akan melakukan

tindak pidana lagi selama menjalani masa pidana bersyarat.

4) Syarat khusus adalah untuk melakukan atau tidak melakukan hal

tertentu yang ditetapkan dalam putusan Hakim dengan tetap

memperhatikan kebebasan anak.

5) Masa pidana bersyarat bagi syarat khusus lebih pendek dari pada

masa pidana bersyarat bagi syarat umum.

6) Jangka waktu masa pidana bersyarat sebagaimana dimaksud dalam

ayat (1) paling lama tiga tahun.

7) Selama menjalani masa pidana bersyarat, jaksa melakukan

pengawasan, dan Pembimbing Kemasyarakatan melakukan

bimbingan agar Anak Nakal menepati persyratan yang lebih

ditentukan.

8) Anak Nakal yang menjalani pidana bersyarat dibimbing oleh Balai

Permasyarakatan dan berstatus sebagai Klien Pemasyarakatan.

9) Selama Anak Nakal berstatus sebagai Klien Permasyarakatan

dapat mengikuti pendidikan sekolah.20

20
Bambang Waluyo, Pidana Dan Pemidanaa, , ( Jakarta: Sinar Grafika,2008), hal. 30.
Tindakan yang dapat dijatuhkan terhadap anak; Mengembalikan kepada

orang tua, wali, atau orang tua asuh.

a. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan,

dan latihan kerja.

b. Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial

c. Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan

latihan kerja.21

F. Pengertian Pembunuhan dan sanksi

Tindak Pidana Pembunuhan adalah suatu aktifitas yang dilakukan oleh

seseorang dan atau beberapa orang, yang mengakibatkan beberapa orang

meninggal dunia.22 Sedangkan menurut Drs. Rahman Hakim dalam bukunya

“Hukum Pidana Islam” adalah perampasam atau peniadaan nyawa seseorang

oleh orang lain yang mengakibatkan tidak berfungsinya seluruh anggota

badan disebabkan ketiadaan roh sebagai unsur utama untuk menggerakkan

tubuh.23

Pasal 340 KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) berbunyi

Barangsiapa dengan sengaja dan dengan direncanakan lebih dahulu


menghilangkan nyawa orang lain, dihukum

21
Ibid.
22
Zainuddin Ali, Hukum Pidana Islam, (Yogyakarta: Sinar Grafika, 2005), hal. 24.
23
Rahmad Hakim, Hukum Pidana Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2000), hal. 24
karena pembunuhan direncanakan (moord), dengan hukuman mati atau
penjara seumur hidup atau penjara sementara selama-lamanya dua puluh
tahun.
Sama halnya dengan pasal 339, pasal inipun rumusannya sama dengan

pasal 338 KUHP ditambah lagi dalam suatu bagian inti yang menyebabkan

pidananya naik yang disebut delik berkualifikasi, yaitu dipikirkan terdahulu

(metvoor bedachtenrade)24

Menurut Jumhur Fuqaha’ macam-macam pembunuhan dibagi tiga:

Pertama, pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana

perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa disertai dengan niat

untuk membunuh korban.

Kedua, pembunuhan menyerupai sengaja adalah suatu pembunuhan

dimana pelaku sengaja memukul korban dengan tongkat, cambuk, batu,

tangan atau benda lain yang mengakibatkan kematian.

Ketiga pembunuhan karena kesalahan adalah apabila seorang mukallaf

melakukan perbuatan yang dibolehkan untuk dikerjakan seperti

menembak binatang buruan atau membidik suatu sasaran, tetapi kemudian

mengenai orang yang dijamin kealamatannya dan membunuhnya. 25

Pembunuhan dalam garis besar dibagi menjadi dua yaitu sebagai

berikut:

24
Soesilo, KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) & KUHAP (Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana) cet 1 Tahun 2008, hal 110.
25
Djazuli, Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam),( Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hal. 135.
Pertama pembunuhan yang dilarang, yaitu pembunuhan yang

dilakukan melawan hukum.

Kedua pembunuhan dengan hak, yaitu pembunuhan yang dilakukan

dengan tidak melawan hukum, seperti membunuh orang murtad, atau

membunuh seorang algojo yang diberi tugas untuk melakukan hukuman

mati.

Bagi pembunuhan ada beberapa jenis sanksi yaitu hukuman pokok,

hukuman pengganti dan hukuman tambahan.

Hukuman pokok ‫قصاص‬ (qishas) adalah hukuman setimpal yang

dikenakan kepada seseorang yang telah melakukan pembunuhan. Jadi,

dengan (qishas) maka orang yang telah membunuh orang harus dihukum

mati.

Hukuman pengganti ‫دياد‬ (diat) adalah harta yang wajib dibayar dan

diberikan oleh pembunuh kepada wali atau ahli waris si korban, sebagai

ganti rugi disebabkan pembunuhan yang dilakukan oleh pembunuh ke

korbannya.

Hukuman tambahan (kafarah) adalah denda yang wajib dibayar karena

melanggar suatu ketentuan syara’ (yang mengakibatkan dosa), dengan

tujuan untuk menghapuskan/menutupi dosa tersebut sehingga tidak ada

lagi pengaruhnya, baik di dunia maupun di akhirat.

Menurut Jumhur Fuqaha’ macam-macam pembunuhan dibagi tiga:


Pertama pembunuhan sengaja adalah suatu pembunuhan dimana

perbuatan yang mengakibatkan hilangnya nyawa disertai dengan niat

untuk membunuh korban.

Kedua pembunuhan menyerupai sengaja adalah suatu pembunuhan

dimana pelaku sengaja memukul korban dengan tongkat, cambuk, batu,

tangan atau benda lain yang mengakibatkan kematian.26

Ketiga pembunuhan karena kesalahan adalah apabila seorang mukallaf

melakukan perbuatan yang dibolehkan untuk dikerjakan seperti

menembak binatang buruan atau membidik suatu sasaran, tetapi kemudian

mengenai orang yang dijamin kealamatannya dan membunuhnya Menurut

pengertian syara’ qisas ialah balasan (pemberian hukuman) yang diberikan

kepada pelaku pembunuhan sesuai dengan perbuatan atau pelanggaran

yang telah dilakukan. Jinayat yaitu penyerangan terhadap manusia. Jinayat

dibagi dua yaitu penyerangan terhadap jiwa (pembunuhan); dan

penyerangan terhadap organ tubuh. Pembunuhan sendiri diklasifikasi

menjadi empat jenis di antaranya:

a. Pembunuhan sengaja;

b. Pembunuhan seperti disengaja;

c. Pembunuhan tidak sengaja;

d. Pembunuhan karena ketidak sengajaan.

26
Djazuli, Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), ( Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hal. 135.
Hukuman qisas dapat diganti apabila dimaafkan oleh keluarga

korban maka diganti hukumannya dengan diyat, yaitu denda darah dalam

bentuk penyerahan seratus ekor unta kepada kerabat yang terbunuh.

Hukuman ini tidak dapat dilakukan bersamaan kecuali pelaku telah

membunuh sebanyak dua kali dalam satu waktu atau satu kejadian. Namun

apabila hukuman ini juga dimaafkan oleh keluarga korban maka

hukumannya adalah ta‘zir, yaitu hukuman yang diterima oleh Imam atau

Negara melalui badan legislatifnya, yang beratnya tidak sama dengan yang

ditetapkan oleh Allah.27

Bentuk-bentuk tindak pidana atau jarimah diantarnya dibagi

menjadi beberapa kelompok:

1. Dilihat dari pelaksanaannya, Aspek yang ditonjolkan

dari jarimah ini adalah bagaimana pelaku dalam

melaksanakan jarimah tersebut, ada dua hal yang dapat dilihat

dalam aspek ini yaitu jarimah yang dilaksanakan dengan

melakukan perbuatan yang dilarang atau pelaku tidak

melaksanakan perbuatan yang diperintahkan, kalau jarimah yang

dilakukan adalah yang dilarang maka jarimah tersebut

disebut dengan jarimah ijabiyah, tapi bila jarimah yang dilakukan

27
Djazuli, Fiqih Jinayah (Upaya Menanggulangi Kejahatan Dalam Islam), ( Jakarta: Sinar
Grafika, 2004), hal. 135.
adalah dengan tidak melaksanakan apa yang diperintahkan

maka jarimah tersebut disebut jarimah salabiyah. 28

2. Dilihat dari niatnya, Jarimah ini dilihat dari niat dalam

melaksanakan jarimah, jarimah ini terbagi dua bagian. Pertama

jarimah yang disengaja (Jaraim al-maksudah) yaitu jarimahyang

disengaja dengan niat dan bahkan direncanakan. Kedua

jarimah yang tidak disengaja (Jaraim ghairu maksudah) yaitu

jarimah yang dapat terjadi karena kekeliruan dan kelalaian.

3. Dilihat dari obyeknya, Aspek ini dapat dilihat dari aspek korban.

Jika yang menjadi korban itu perseorangan disebut

dengan jarimah perseorangan, tapi jika yang menjadi korban

adalah masyarakat maka disebut jarimah masyarakat.

4. Dilihat dari motifnya, Aspek ini dilihat dari tujuan yang hendak

dicapai dalam melaksanakan jarimah seperti jarimah politik

yaitu jarimah yang dilakukan dengan maksud politis,

dan jarimah biasa yaitu jarimah yang tidak bermuatan politis.

5. Dilihat dari bobot hukumannya, Para ulama membagi masalah

pidana atau jarimah kedalam tiga bagian :

a. Hudud yaitu jarimah yang diancamkan hukuman hadd, yaitu

hukuman yang telah ditentukan macam dan jumlahnya dan

28
Ahmad Hanafi, M.A, Azas-azas Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: P.T. Bulan Bintang, 2005),
hal. 6.
menjadi hak Tuhan, artinya hukuman tersebut tidak

mempunyai batas terendah atau batas tertinggi, hak Tuhan

adalah hukuman tersebut tidak bisa dihapuskan baik oleh

perseorangan atau masyarakat yang diwakili oleh

negara. Jariamah hudud ada tujuh, yaitu : zina, qadzaf

(menuduh orang lain zina), minum-minuman keras, mencuri,

haribah (pembegalan atau perampokan)

b. Qisas- Diyat adalah perbuatan- perbuatan yang diancam

hukuman yang telah ditentukan batasnya dan tidak mempunyai

batas terendah atau tertinggi. Tetapi menjadi hak perseorangan

dengan pengertian bahwa si korban dapat memaafkan si

pembuat, dan apabila dimaafkan hukuman tersebut menjadi

hapus .29

c. Ta’zir yaitu perbuatan pidana yang hukumannya tidak

disyari’atkan oleh syara dengan hukuman tertentu.30

Selain itu dapat dikemukakan bahwa menentukan adanya unsur ini

adalah adanya keadaan hati untuk melakukan pembunuhan, walupun

keputusan untuk membunuh, dekat dengan pelaksanaanya.

29
Ahmad Hanafi, M.A, Azas-azas Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: P.T. Bulan Bintang, 2005),
hal. 6.
30
Ahmad Hanafi, M.A, Azas-azas Hukum Pidana Islam, ( Jakarta: P.T. Bulan Bintang, 2005),
hal. 7
Dalam menguraikan unsur-unsur perbutan pidana diambil sebagai

pendirian, bahwa meskipun unsur melawan hukum tidak dirumusakan

dalam rumusan delik, namun itu merupakan rumusan mutlak baginya,

sehingga manakala tidak disebut dengan nyata dalam sifat melawan hukum

tersebut dianggap dengan diam selalu ada. Sebab justru karena ada adanya

sifat itulah maka perbuatan dilarang dan diancam dengan pidana.

Setiap perbuatan pasti memiliki sanksi dan dasar hukumnya, dasar

hukum memutuskan suatu perkara didalam al-Qur’an sebagai berikut:

Surat Shaad Ayat 26:

‫اْل َ ْر ضِ ف َ ا ْح كُ ْم ب َ ي َْن‬ َ ‫ي َ ا َد ا ُو و دُ إ ِن َّا َج َع لْ ن َ ا‬


ْ ‫ك َخ ل ِ ي ف َ ة ً ف ِ ي‬

َّ ‫س ب ِ ي ِل‬
‫َّللا ِ ۚ إ ِ َّن‬ ِ ُ ‫ق َو ََل ت َ ت َّب ِ ع ِ الْ ه َ َو ٰى ف َ ي‬
َ َّ ‫ض ل‬
َ ‫ك َع ْن‬ ِّ ‫ال ن َّاسِ ب ِ الْ َح‬

‫ش ِد ي دٌ ب ِ َم ا ن َ سُوا ي َ ْو َم‬
َ ‫ب‬ َّ ‫س ب ِ ي ِل‬
ٌ ‫َّللا ِ ل َ ه ُ ْم َع َذ ا‬ َ ُّ ‫ض ل‬
َ ‫ون َع ْن‬ َ ‫ال َّ ِذ‬
ِ َ ‫ين ي‬

َ ‫الْ ِح‬
ِ‫س ا ب‬
“Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah

(penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara

manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu,

karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya


orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang

berat, karena mereka melupakan hari perhitungan”. (QS. Shaad : 26)31

َ ِ ‫ْن أ َ ْج ِل ٰ َذ ل‬
‫ك َك ت َ بْ ن َ ا َع ل َ ىٰ ب َ ن ِ ي إ ِ ْس َر ا ئ ِ ي َل أ َن َّه ُ َم ْن ق َ ت َ َل ن َ فْ سًا‬

َ َّ ‫اْل َ ْر ضِ ف َ َك أ َن َّ َم ا ق َ ت َ َل ال ن‬
‫اس َج ِم ي عًا‬ َ َ ‫ب ِ َغ يْرِ ن َ فْ سٍ أ َ ْو ف‬
ْ ‫س ا ٍد ف ِ ي‬

َ َّ ‫َو َم ْن أ َ ْح ي َ ا ه َ ا ف َ َك أ َن َّ َم ا أ َ ْح ي َ ا ال ن‬
‫اس َج ِم ي عًا ۚ َو ل َ ق َ ْد َج ا َء تْ ه ُ ْم‬

ِ‫اْل َ ْر ض‬ َ ِ ‫ُر سُ ل ُن َ ا ب ِ الْ ب َ ي ِّ ن َ ا تِ ث ُ َّم إ ِ َّن َك ث ِ ي ًر ا ِم نْ ه ُ ْم ب َ ْع َد ٰ َذ ل‬


ْ ‫ك ف ِي‬

َ ُ ‫ل َ ُم ْس رِ ف‬
‫ون‬

“Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil,

bahwa: barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena

orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat

kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh

manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan

seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan

manusia semuanya. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka

rasul-rasul Kami dengan (membawa) keterangan-keterangan yang

31
Al-Qur’an Terjemahan Jabal, Al Qur’an terjemah untuk WanitaI, (Bandung: Penerbit Jabal,
tidak ada tahun), hal. 454.
jelas, kemudian banyak diantara mereka sesudah itu sungguh-sungguh

melampaui batas dalam berbuat kerusakan dimuka bumi.”32

G. Asas – asas Pengadilan Anak

Dalam UU No. 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

memiliki bebrapa Asas diantaranya sebagai berikut:33

1. Perlindungan

Pelindungan meliputi kegiatan yang bersifat langsung dan

tidak langsung dari tindakan yang membahayakan Anak secara fisik

dan/atau psikis.

2. Keadilan

Keadilan adalah bahwa setiap penyelesaian perkara Anak harus

mencerminkan rasa keadilan bagi Anak.

3. Non diskriminasi

Non diskriminasi adalah tidak adanya perlakuan yang berbeda

didasarkan pada suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,

budaya dan bahasa, status hukum Anak, urutan kelahiran Anak, serta

kondisi fisik dan/atau mental. Kaitannya dengan Anak sebagai pelaku

tindak pidana persetubuhan terhadap anak, perlakukan terhadap anak

32
Al-Qur’an Terjemahan Jabal, Al Qur’an terjemah untuk WanitaI, (Bandung: Penerbit Jabal,
tidak ada tahun)
33
https://peduliwni.kemlu.go.id/app/download/referensi/UU_no_11_th_20121.pdf.html
diakses tanggal 19 mei 2019.
sebagi pelaku tindak pidana dan anak sebagai korban, harus

diperlakukan tanpa adanya diskriminasi. Baik anak sebagai pelaku

ataupun anak sebagai korban tindak pidana harus mendapatkan

perlindungan.34

4. Kepentingan terbaik bagi anak

Kepentingan terbaik bagi Anak adalah segala pengambilan

keputusan harus selalu mempertimbangkan kelangsungan hidup dan

tumbuh kembang Anak. Setiap keputusan yang diambil terhadap anak

yang berada pada proses peradilan harus merupakan suatu kepentingan

terbaik bagi anak yang disesuaikan dengan kebutuhan anak.

5. Penghargaan terhadap pendapat anak

Penghargaan terhadap pendapat Anak adalah penghormatan

atas hak Anak untuk berpartisipasi dan menyatakan pendapatnya

dalam pengambilan keputusan, terutama jika menyangkut hal yang

memengaruhi kehidupan Anak. Anak sebagai pelaku tindak pidana

harus diberikan kesempatan dalam berpendapat sebagai bentuk

tanggung jawab anak atas segala perbuatan yang telah dilakukannya.

6. Kelangsungan hidup dalam tumbuh kembang anak

34
https://peduliwni.kemlu.go.id/app/download/referensi/UU_no_11_th_20121.pdf.html
diakses tanggal 19 mei 2019.
Kelangsungan hidup dan tumbuh kembang Anak adalah hak

asasi yang paling mendasar bagi Anak yang dilindungi oleh negara,

pemerintah, masyarakat, keluarga, dan orang tua.

7. Pembinaan dan pembimbingan anak

Pembinaan adalah kegiatan untuk meningkatkan kualitas,

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan

perilaku, pelatihan keterampilan, profesional, serta kesehatan jasmani

dan rohani Anak baik di dalam maupun di luar proses peradilan

pidana. Pembimbingan adalah pemberian tuntunan untuk

meningkatkan kualitas ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa,

intelektual, sikap dan perilaku, pelatihan keterampilan, profesional,

serta kesehatan jasmani dan rohani Anak.35

8. Proporsional

Proporsional adalah segala perlakuan terhadap Anak harus

memperhatikan batas keperluan, umur, dan kondisi Anak. Penangana

kasus anak sebagai pelaku tindak pidana berdasarkan Undang-Undang

SPPA, erat berkaitan dengan berat ringannya perbuatan, keadaan

pribadi Anak, atau keadaan pada waktu dilakukan perbuatan atau yang

35
https://peduliwni.kemlu.go.id/app/download/referensi/UU_no_11_th_20121.pdf.html
diakses tanggal 19 mei 2019
terjadi kemudian dapat dijadikan dasar pertimbangan aparat penegak

hukum dalam penanganan kasus Anak sebagai pelaku tindak pidana.

9. Perampasan kemerdekaan dan pemidanaan sebagai upaya terakhir

(ultimum remedium)

Perampasan kemerdekaan merupakan upaya terakhir adalah

pada dasarnya Anak tidak dapat dirampas kemerdekaannya, kecuali

terpaksa guna kepentingan penyelesaian perkara. Pasal 3 Huruf g

Undang-Undang SPPA menyatakan bahwa perampasan kemerdekaan

dan pemidanaan tersebut disamping sebagai upaya terakhir harus

dilakukan dalam waktu yang paling singkat.36

10. Penghindaran pembalasan

Penghindaran pembalasan adalah prinsip menjauhkan upaya

pembalasan dalam proses peradilan pidana. Anak sebagai pelaku

tindak pidana dalam mempertanggungjawabkan perbuatannya

dihadapan hukum didasarkan pada Undang Undang Nomor 11 tahun

2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak (Undang-Undang SPPA).

Undang-Undang SPPA menegaskan bahwa penyelesaian kasus anak

yang diduga ataupun sebagai pelaku tindak pidana tidak hanya melalui

proses peradian yang apabila terbukti secara sah dan meyakinkan

36
https://peduliwni.kemlu.go.id/app/download/referensi/UU_no_11_th_20121.pdf.html
diakses tanggal 19 mei 2019
berakhir pada penjatuhan sanksi. Khusus terhadap Anak sebagai

pelaku tindak pidana, sebelum masuk pada proses peradilan para

penegak hukum, keluarga, dan masyarakat dalam rangka penghindaran

pembalasan wajib mengupayakan proses penyelesaian di luar jalur

pengadilan, yakni melalui diversi berdasarkan pendekatan keadilan

restoratif.37

H. Sanksi Pidana Anak menurut Hukum Islam/ Hukum Jinayah

Hukum Islam dalam sanksi pidana pembunuhan termasuk dalam

Jinayah. Secara bahasa kata jinaayaat adalah bentuk jama’ dari kata jinayah

yang berasal dari janaa dzanba yajniihi jinaayatan yang berarti melakukan

dosa. Sekalipun isim mashdar (kata dasar), kata jinaayah dijama’kan karena

ia mencakup banyak jenis perbuatan dosa. Kadang-kadang ia mengenai jiwa

dan anggota badan, baik disengaja ataupun tidak. Menurut istilah syar’i, kata

jinaayah berarti menganiaya badan sehingga pelakunya wajib dijatuhi

hukuman qishash atau membayar denda.38

Tujuan disyari’atkannya adalah dalam rangka untuk memelihara akal,

jiwa, harta dan keturunan. Ruang lingkupnya meliputi berbagai tindak

kejahatan kriminal, seperti : Pencurian, perzinahan, homoseksual, menuduh

37
https://peduliwni.kemlu.go.id/app/download/referensi/UU_no_11_th_20121.pdf.html
diakses tanggal 19 mei 2019
38
Ahmad Jazuli, fiqh jinayah, Cetakan I, (Jakarta: PT RajaGrafindo persada,1999), hal. 1
seseorang berbuat zina, minum khamar, membunuh atau melukai orang lain,

merusak harta orang dan melakukan gerakan kekacauan dan lain sebagainya.

Di kalangan fuqaha’, perkataan jinayah berarti perbuatan – perbuatan yang

terlarang menurut syara’. Selain itu, terdapat fuqaha' yang membatasi istilah

jinayah kepada perbuatan-perbuatan yang diancam dengan hukuman hudud

dan qishash –tidak termasuk perbuatan-perbuatan yang diancam dengan

hukuman ta’zir. Istilah lain yang sepadan dengan istilah jinayah adalah

jarimah, yaitu larangan – larangan syara’ yang diancam Allah dengan

hukuman had atau ta’zir.39

Dasar hukum yang digunakan dalam hukum Jinayah sebagai berikut:

‫ص ا صِ َح ي َ ا ة ٌ ي َ ا أ ُو ل ِ ي ْاْل َ لْ ب َ ا بِ ل َ عَ ل َّكُ ْم‬


َ ِ ‫َو ل َ كُ ْم ف ِ ي ا لْ ق‬

َ ُ ‫ت َ ت َّق‬
‫ون‬
Artinya: “Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup

bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa”. (Q. S. Al-

Baqarah ayat 179)40

39
Ahmad Jazuli, fiqh jinayah, Cetakan I, (Jakarta: PT RajaGrafindo persada,1999), hal. 2
40
Al-Qur’an Terjemahan Jabal, Al Qur’an terjemah untuk WanitaI, (Bandung: Penerbit Jabal,
tidak ada tahun), hal. 27.
ْ ‫َّللا ُ َو ََل ت َ ت َّب ِ ْع أ َ ْه َو ا َء ه ُ ْم َو‬
‫اح َذ ْر ه ُ ْم‬ َّ ‫اح كُ ْم ب َ يْ ن َ ه ُ ْم ب ِ َم ا أ َنْ َز َل‬
ْ ‫َو أ َ ِن‬

َّ ‫ع نْ ب َ ْع ضِ َم ا أ َنْ َز َل‬
‫َّللا ُ إ ِل َ يْ َك ۖ ف َ إ ِنْ ت َ َو ل َّ ْو ا ف َ ا ْع ل َ ْم‬ َ ‫أ َنْ ي َ فْ ت ِ ن ُو َك‬

ِ ُ ‫َّللا ُ أ َنْ ي‬
‫ص ي ب َ ه ُ ْم ب ِ ب َ عْ ضِ ذُ ن ُو ب ِ هِ ْم ۗ َو إ ِ َّن َك ث ِ ي ًر ا ِم َن‬ َّ ُ‫أ َن َّ َم ا ي ُرِ ي د‬

ِ ‫ال ن َّا سِ ل َ ف َ ا‬
َ ُ‫س ق‬
‫ون‬

Artinya: “dan hendaklah kamu memutuskan perkara di antara mereka

menurut apa yang diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa

nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka

tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yang telah diturunkan Allah

kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yang telah diturunkan Allah),

maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan

menimpakan mushibah kepada mereka disebabkan sebahagian dosa-dosa

mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang

fasik”. (Q. S. Al-Maidah Ayat 49)41

‫ش َج َر ب َ يْ ن َ ه ُ ْم ث ُ َّم‬ َ ُ ‫ف َ ََل َو َر ب ِّ َك ََل ي ُ ْؤ ِم ن‬


َ ‫ون َح ت َّىٰ ي ُ َح ِّك ُم و َك ف ِ ي َم ا‬

ْ َ ‫س ل ِّ ُم وا ت‬
‫س ل ِ ي ًم ا‬ َ ُ ‫ض يْ تَ َو ي‬ ِ ُ ‫ََل ي َ ِج دُوا ف ِ ي أ َنْ ف‬
َ َ ‫س هِ ْم َح َر ًج ا ِم َّم ا ق‬

41
Al-Qur’an Terjemahan Jabal, Al Qur’an terjemah untuk WanitaI, (Bandung: Penerbit Jabal,
tidak ada tahun), hal. 116.
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman

hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka

perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu

keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima

dengan sepenuhnya”. (Q. S. An-Nisa’ Ayat 65)42

1. Hal- hal yang dapat mempengaruhi hukuman. Hukuman dapat

dihapuskan apabila:

a. Pelaku meninggal dunia, kecuali untuk hukuman yang berupa denda,

diyat, dan perampasan harta.

b. Hilangnya anggota badan, yang harus dikenai hukuman. Maka

hukumannya dipindah kepada hukuman diyat dalam kasus jarimah

qishas.

c. Tobat dalam kasus jarimah wirabah, ulil amri dapat menjatuhkan

hukuman takzir bila kemaslahatannya umum menghendakinya.

d. Perdamaian dalam kasus jarimah qishas dan diyat. Dalam hal ini ulil

amri bisa menjatuhkan hukuman takzir apabila kemaslahatan

menghendakinya. .43

e. Pemaafan dalam kasus qishas dan diyat serta dalam kasus jarimah

takzir yang berkaitan dengan hak adami

42
Al-Qur’an Terjemahan Jabal, Al Qur’an terjemah untuk WanitaI, (Bandung: Penerbit Jabal,
tidak ada tahun), hal. 88.
43
Dzajuli, Fiqh Jinayah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1997), hal. 33.
f. Diwarisinya qishas. Dalam hal ini pun ulil amri dapat menjatuhkan

hukuman takzir, seperti ayah membunuh ayahnya.

g. Kadaluarsa. Menurut Imam Syafi’I dan Ahmad didalam hudud tidak

ada kedaluarsa. Sedangkan dalam jarimah takzir mereka

membolehkan adanya kadaluarsa bila ulil amri mengganggap adanya

kemaslahatan umum. Sedangkan menurut madzab hanafi dalam

kasus jarimah bisa diterima adanya kadaluarsa. Adapun dalam

jarimah qishas, diyat, dan jarimah qadzaf tidak diterima adanya

kedaluarsa. Dalam hal ini diterimanya kadaluarsa dalam jarimah

takzir, itu bilamana pembuktiannya melalui persaksian dan para

saksinya tidak memberikan persaksiannya dalam waktu 6 bulan

setelah kasus terjadi

2. Hukuman bagi pelaku pembunuhan ditinjau dari hukum islam

Pembunuhan di zaman sekarang semakin banyak terjadi dikalangan

masyarakat, baik pelakunya anak-anak maupun orang dewasa. Para

pelaku melakukan hal tersebut ada yang secara sengaja maupun tidak

sengaja harus mendapatkan hukuman yang setimpal agar tidak terjadi

lagi kasus yang sama. Dalil yang melarang seseorang membunuh orang

lain sudah ditegaskan ancaman dan sanksinya bagi pelaku. Allah SWT,

berfirman dalam surat an- Nisa’ ayat 93:


‫َو َم ْن ي َ قْ ت ُ ْل ُم ْؤ ِم ن ًا ُم ت َ َع ِّم دًا ف َ َج َز ا ُؤ ه ُ َج ه َ ن َّ ُم َخ ا ل ِ دًا ف ِ ي ه َ ا‬

ِ ‫ع ل َ يْ هِ َو ل َ َع ن َ ه ُ َو أ َ َع دَّ ل َ ه ُ َع َذ ا ب ًا َع‬
‫ظ ي ًم ا‬ َّ ‫ب‬
َ ُ ‫َّللا‬ ِ ‫َو َغ‬
َ ‫ض‬

“Dan barangsiapa yang membunuh seorang mukmin dengan

sengaja maka balasannya ialah Jahannam, kekal ia di dalamnya

dan Allah murka kepadanya, dan mengutukinya serta menyediakan

azab yang besar baginya”.44

Hukuman yang dijatuhkan untuk masing-masing pembunuhan juga

berbeda-beda:

a. Hukuman pembunuhan secara sengaja

Hukuman pokoknya adalah Qishas atau hukuman yang setimpal.

Yang dimaksud hukuman yang setimpal adalah perbuatan yang

mengakibatkan kematian maka balasannya juga kematian. Hal ini

berdasarkan Firman Allah SWT pada Q.S Al- Baqarah ayat 178-179:

‫ص ف ِي‬ َ ِ ‫ع ل َ يْ كُ ُم الْ ق‬
ُ ‫صا‬ َ ‫ب‬ َ ‫ي َ ا أ َي ُّ ه َ ا ال َّ ِذ‬
َ ِ ‫ين آ َم ن ُوا كُ ت‬

ۚ ٰ‫اْل ُنْ ث َ ى‬
ْ ِ ‫اْل ُنْ ث َ ىٰ ب‬
ْ ‫الْ ق َ تْ ل َ ى ۖ الْ ُح ُّر ب ِ الْ ُح ِّر َو الْ َع بْ دُ ب ِ الْ َع بْ ِد َو‬

‫ف َو أ َ َد ا ٌء‬
ِ ‫ع ب ِ الْ َم ْع ُر و‬
ٌ ‫ي ٌء ف َ ا ت ِّ ب َ ا‬ َ ِ‫ي ل َ ه ُ ِم ْن أ َ ِخ ي ه‬
ْ ‫ش‬ ُ ‫ف َ َم ْن‬
َ ِ‫ع ف‬

44
Kutbuddin Aibak, Kajian Fiqh Kontemporer, (Depok Sleman Yogyakarta: Kalimedia,
2017), hal. 150
‫يف ِم ْن َر ب ِّ كُ ْم َو َر ْح َم ة ٌ ۗ ف َ َم ِن‬ َ ِ ‫س ا ٍن ۗ ٰ َذ ل‬
ٌ ِ ‫ك ت َ ْخ ف‬ َ ‫إ ِل َ يْ هِ ب ِ إ ِ ْح‬

‫ب أ َ ل ِ ي ٌم‬ َ ِ ‫ا ْع ت َ َد ٰى ب َ ْع َد ٰ َذ ل‬
ٌ ‫ك ف َ ل َ ه ُ َع َذ ا‬

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash

berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh; orang merdeka

dengan orang merdeka, hamba dengan hamba, dan wanita

dengan wanita. Maka barangsiapa yang mendapat suatu

pemaafan dari saudaranya, hendaklah (yang memaafkan)

mengikuti dengan cara yang baik, dan hendaklah (yang diberi

maaf) membayar (diat) kepada yang memberi maaf dengan cara

yang baik (pula). Yang demikian itu adalah suatu keringanan

dari Tuhan kamu dan suatu rahmat. Barangsiapa yang

melampaui batas sesudah itu, maka baginya siksa yang sangat

pedih.” ( Q. S. Al – Baqarah ayat 178)45

ْ ‫ص اصِ َح ي َ ا ة ٌ ي َ ا أ ُو ل ِ ي‬
‫اْل َ لْ ب َ ا بِ ل َ َع ل َّكُ ْم ت َ ت َّق ُو َن‬ َ ِ ‫َو ل َ كُ ْم ف ِ ي الْ ق‬

45
Al-Qur’an Terjemahan Jabal, Al Qur’an terjemah untuk WanitaI, (Bandung: Penerbit Jabal,
tidak ada tahun), hal. 27.
Artinya: “Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan)

hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu

bertakwa.” (Q.S. Al – Baqarah ayat 179)46

Apabila qishas tidak dilaksankan baik karena tidak memenuhi

syarat-syarat pelaksanaannya maupun mendapatkan maaf dari

keluarga korban maka hukuman penggantinya dengan membayar

diyat sebesar 100 (seratus) unta kepada keluarga korban.47 Hal ini

sesuai dengan Hadist Nabi Muhammad SAW kepada penduduk

yaman :

‫أَ َّن َمن ا ْعتَبُط مؤمناقتال عن بينة فا نه قود اَل ان تر ضى‬

‫(وراه‬.... ‫اولياء القتول وان فى النفس الدية ما ئة من اَل بل‬

)‫ ابن حبا ن و احمد‬,‫ ابن خز يمه‬,‫ النسا ئ‬,‫ابود ود‬


Artinya: “ Sesungguhnya barang siapa yang membunuh seorang

mukmin tanpa alasan yang sah dan ada saksi, ia harus diqishash

kecuali apabila keluarga korban merelakan (memaafkannya) dan

sesungguhnya dalam menghilangkan nyawa harus membayar diyat

berupa seratus ekor unta”. (H.R. Abu Daud, Al- Nasa’I, Ibnu

Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Ahmad)

46
Ibid.
47
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2002), hal. 25
Walaupun sudah ada pengganti hukuman diyat dalam

pelaksanaannya diserahkan kembali kepada keluarga korban, apakah

akan menuntut hukuman diyat itu atau tidak, namun pelaku akan

tetap dikenai hukuman tambahan atau kifarat yang merupakan hak

dari Allah SWT.48

Bentuk hukuman kifarat yang pertama adalah memerdekakan

hamba sahaya dan apabila tidak melakukan maka wajib

menggantinya dengan berpuasa dua bulan berturut-turut dan

hukuman yang kedua adalah kehilangan hak mewarisi dari yang

dibunuhnya. Sesuai dengan hadist Nabi:49

‫شي ٌء (وراه النسا ئ و الدا ر‬


ْ ‫ليس للق تل من المير اث‬

) ‫قطنى‬
Artinya: “ Si pembunuh tidak boleh mewarisi harta orang yang

dibunuhnya”. (H.R An- Nasa’I dan Daruquthni)

b. Hukuman pembunuhan semi sengaja

Hukuman pokoknya adalah diyat mughalladzah artinya diperberat.

Dasar hukumannya adalah:

48
Adami Chazawi, … hal. 26
49
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2002), hal. 27
ْ ْ‫أَل إن دية الخطإ و شبه العمد مائة من اإلبل منها أر‬
‫بعون‬

‫فى بطو نها أوَلدها (أخرجه أبو داودو النسا ئي وابن ماخه‬

)‫وصححه ابن حبا ن‬


Artinya: “ Ingatlah, sesungguhnya diyat kekeliruan dan menyerupai

sengaja yaitu pembunuhan dengan cambuk dan tongkat adalah

seratus ekor unta, diantara empat puluh ekor yang didalam perutnya

ada anaknya (sedang bunting)”. (H.R Abu Daud, Al- Nasa’I, Ibnu

Majah dan dishahihkan oleh Ibnu Hibban)

Perbedaan antara diyat pembunuhan sengaja dan tidak sengaja

terletak pada pembebanan dan waktu pembayarannya. Pada

pembunuhan sengaja diyat dipikul sendiri oleh pelaku dan

pembayaran secara tunai , sedangkan pada pembunuhan semi

sengaja, diyat dibebankan kepada keluarga pelaku atau aqillah dan

pembayarannya dapat diangsur selama tiga tahun. 50

Hukuman kifarat pembunuhan semi sengaja memerdekakan

hamba sahaya apabila tidak dapat terlaksana maka dapat

menggantinya dengan berpuasa selama dua bulan secara berturut-

turut. Jika hukuman diyat gugur karena adanya pengampunan maka

50
Adami Chazawi, Kejahatan Terhadap Tubuh dan Nyawa, (Jakarta: PT Grafindo Persada,
2002), hal. 27
pelaku akan dikenakan hukuiman takzir yang akan diserahkan kepada

hakim yang berwenang sesuai dengan perbuatan pelaku. Hukuman

tambahan pembunuhan semi sengaja sama dengan pembunuhan

sengaja yaitu tidak dapat mewarisi dari orang yang dibunuhnya.

c. Hukuman pembunuhan karena kesalahan

Hukuman pokoknya adalah diyat mukhaffafah yang artinya

diperingan. Keringanan tersebut dapat dilihat dari tiga aspek yaitu:

a. Kewajiban pembayaran dibebankan kepada keluarga atau aqilah

b. Pembayaran dapat diangsur selama 3 (tiga) tahun

c. Komposisi pemabayaran diyat dibagi dalam 5 ( lima) kelompok

yaitu:

1) 20 ekor anak sapi betina, berusia 1 -2 tahun

2) 20 ekor sapi betina yang sudah besar

3) 20 ekor sapi jantan yang sudah besar

4) 20 ekor unta yang masih kecil, berusia 3 -4 tahun

5) 20 ekor unta yang sudah besar, berusia 4-5 tahun

Hukuman pokok lainnya dengan memerdekakan hamba sahaya dan

apabila tidak terlaksana menggantinya dengan berpuasa dua bulan

berturut –turut. Hukuman tambahannya tidak dapat mewarisi orang

yang dibunuhnya.51

51
Ibid.
I. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan juga tidak terlepas dari hasil penelitian-

penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan

kajian. Tujuannya untuk memastikan ke orisinilitas dari hasil penelitian ini

serta sebagai salah satu kebutuhan ilmiah yang berguna untuk memberikan

batasan dan kejelasan informasi yang telah diperoleh. Adapun hasil-hasil

penelitian yang dijadikan perbandingan tidak terlepas dari topic penelitian

yaitu tentang “Penerapan Sanksi Pidana Anak Yang Mengakibatkan

Kematian Di Tinjau dari Hukum Positif dan Hukum Islam (Studi Kasus

Perkara No. 7/Pid. Sus-anak/2018/PN/Tlg Di Pengadilan Negeri

Tulungagung)” diantaranya sebagai berikut:

Pertama, Skripsi oleh Lilik Siyaga (2013) dengan judul Tindak Pidana

Terhadap Nyawa Manusia Yang Dilakukan Oleh Anak (Tinjauan Yuridis

Terhadap Putusan Pidana Nomo: 5/ Pid.Sus/ 2011/ PN.Pwt) UIN Jenderal

Soedierman Purwokerto. Di dalam Skripsi ini membahas mengenai tindak

pidana yang dilakukan oleh anak yang menganilis dari putusan pengadilan.52

Kedua, Skripsi oleh Hamro Maulidiyah (2015) dengan judul Alasan

Hapusnya Hukuman Pembunuhan Menurut Fiqh Jinayah dan Hukum

Pidana Indonesia UIN Sunan Kalijaga Yogtakarta. Di dalam skripsi ini

52
Lilik Siyaga, Tindak Pidana Terhadap Nyawa Manusia Yang Dilakukan Oleh Anak
(Tinjauan Yuridis Terhadap Putusan Pidana Nomo: 5/ Pid.Sus/ 2011/ PN.Pwt) UIN Jenderal
Soedierman Purwokerto, (Purwokerto: UIN Jenderal Soedirman, 2013),
http://fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/PEMBUNUHAN%20OLEH%20ANAK.pdf, diakses pada
tanggal 27 November 2018 pukul 13.40 WIB.
membahas mengenai hukuman pembunuhan dapat hapus karena beberapa

alasan yang di tinjau dari fiqh jinayah dan hukum pidana Indonesia.53

Ketiga, Skripsi oleh Niken Candra Lupita (2017) dengan judul

Analisis Kriminologis Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Anak ( Studi

Kasus di Polres Lampung Selatan) Universitas Lampung. Di dalam skripsi

ini membahas mengenai pembunuhan yang di lakukan oleh anak di

Lampung Selatan .54

J. Kerangka Berpikir Teoritis

Menurut Sugyono, paradigma penelitian dalam hal ini diartikan

sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan

diteliti yang sekaligus mencerminkan jenis dan rumusan masalah yang perlu

dijawab melalui penelitian, teori yang digunakan untuk merumuskan

hipotesis, jenis dan jumlah hipotesis dan teknik analisis yang akan

digunakan.55

53
Hamro Maulidiyah, Alasan Hapusnya Hukuman Pembunuhan Menurut Fiqh Jinayah dan
Hukum Pidana Indonesia UIN Sunan Kalijaga Yogtakarta, (Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga, 2015),
http://digilib.uin-suka.ac.id/19078/1/BAB%20I%2C%20V%2C%20DAFTAR%20PUSTAKA.pdf,
diakses pada tanggal 27 November 2018 pukul 13.45 WIB.
54
Niken Candra Lupita, Analisis Kriminologis Pembunuhan Yang Dilakukan Oleh Anak (
Studi Kasus di Polres Lampung Selatan) Universitas Lampung , (Lampung: Universitas Lampung,
2017), jurnal.fh.unila.ac.id/index.php/pidana/article/download/1069/886, diakses pada tanggal 27
November 2018 pukul 14.00 WIB.
55
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, kualitatif dan R&D),
(Bandung: Alfabeta: 2016), hal. 68.
Lebih mudahnya untuk dipahami , bahwa paradigma penelitian ini

adalah pijakan untuk memmbantu peneliti menggali data lapangan agar

peneliti tidak membuat persepsi sendiri. Paradigma penelitian berisi skema

tentang konsep dan teori yang digunakan sebagai pijakan dalam menggali data

dilapangan dan dijelaskan dalam bentuk deskripsi.

Dalam meneliti sebuah studi kasus ada beberapa komponen yang

harus kita perhatikan untuk terselenggaranya penelitian tersebut. Maka dari itu

peneliti melakukan analisis terhadap putusan yang berhubungan dengan

hukuman yang diputuskan oleh hakim kepada pelaku pembunuhan dan

mewawancara hakim yang memberikan putusan. Agar peneliti mendapatkan

hasil penelitian dari dua sisi yang saling berhubungan dengan jududl yang

telah dipilih oleh peneliti.

Anda mungkin juga menyukai