Waham
Waham
Waham
PENDAHULUAN
2.1 Waham
2.1.1 Definisi
Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/ terus
menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan. (Budi Anna Keliat, 2011 : hal. 165).
Waham adalah keyakinan yang salah yang secara kokoh dipertahankan walaupun
tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan realita normal. (Stuart dan
Sunden, 1998).
Waham adalah keyakinan klien yang tidak sesuai dengan kenyataan yang tetap
dipertahankan dan tidak dapat dirubah secara logis oleh orang lain. Keyakinan ini
berasal dari pemikiran klien yang sudah kehilangan kontrol
3. Waham agama
Yaitu memiliki keyakinan terhadap suatu agama secara berlebihan, diucapkan
berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “ Kalau saya mau masuk
surga saya harus menggunakan pakaian serba putih setiap hari.”
4. Waham somatik
Yaitu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang penyakit,
diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai kenyataan. Contohnya “ Saya terkena
penyakit Kanker.” Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata tidak ditemukan tanda-
tanda kanker namun pasien tetap mengatakan ia terserang kanker.
5. Waham nihilistik
Yaitu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucapkan
berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan. Contoh “ Ini kan alam kubur ya,
semua yang ada disini adalah roh-roh.”
2.1.6 Etiologi
Salah satu penyebab dari perubahan proses pikir : waham yaitu Gangguan konsep
diri : harga diri rendah. Harga diri adalah penilaian individu tentang pencapaian diri
dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal diri. Gangguan harga
diri dapat digambarkan sebagai perasaan negatif terhadap diri sendiri, hilang
kepercayaan diri, dan merasa gagal mencapai keinginan.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya waham adalah :
1. Gagal melalui tahapan perkembangan dengan sehat
2. Disingkirkan oleh orang lain dan merasa kesepian
3. Hubungan yang tidak harmonis dengan orang lain
4. Perpisahan dengan orang yang dicintainya
5. Kegagalan yang sering dialami
6. Keturunan, paling sering pada kembar satu telur
7. Sering menggunakan penyelesaian masalah yang tidak sehat,
misalnya menyalahkan orang lain
Waham adalah anggapan tentang orang yang hypersensitif, dan mekanisme ego
spesifik, reaksi formasi dan penyangkalan. Klien dengan waham menggunakan
mekanisme pertahanan reaksi formasi, penyangkalan dan proyeksi. Pada reaksi
formasi, digunakan sebagai pertahanan melawan agresi, kebutuhan, ketergantungan
dan perasaan cinta. Kebutuhan akan ketergantungan ditransformasikan mejadi
kemandirian yang kokoh.
Penyangkalan, digunakan untuk menghindari kesadaran akan kenyataan yang
menyakitkan. Proyeksi digunakan untuk melindungi diri dari mengenal impuls yang
tidak dapat di terima dari dirinya sendiri. Hypersensitifitas dan perasaan inferioritas
telah dihipotesiskan telah menyebabkan reaksi formasi dan proyeksi waham dan
suporioritas.
Waham juga dapat muncul dari hasil pengembangan pikiran rahasia yang
menggunakan fantasi sebagai cara untuk meningkatkan harga diri mereka yang
terluka. (kalpan dan Sadock 1997)
2.1.8 Patofisiologi
1. Fase lack of human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhan – kebutuhan klien baik secara fisik
maupun psikis. Secara fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang –orang
dengan status social dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat miskin
dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya mendorongnya
untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang secara social dan
ekonomi tetapi kesenjangan antara reality dengan self ideal sangat tinggi.
Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan dipandang sebagai seorang yang
dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dan diperhitungkan dalam
kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya pengakuan bahwa ia eksis
di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya penghargaan saat tumbuh
kembang (life span history).
2. Fase lack of self esteem
Tidak adanya pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan antara self
ideal dan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan kebutuhan yang
tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah melampaui kemampuannya.
Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang kaya, menggunakan teknologi
komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi serta memiliki kekuasaan yang
luas, seseorang tetap memasang self ideal yang melebihi lingkungan tersebut.
Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek pendidikan klien, materi,
pengalaman, pengaruh, support system semuanya sangat rendah
3. Fase control internal – eksternal
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa – apa yang ia
katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai dengan
kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu yang sangat
berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk dianggap penting dan
diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya, karena kebutuhan tersebut
belum terpenuhi sejak kecil secara optimal. Lingkungan sekitar klien mencoba
memberikan koreksi bahwa sesuatu yang dinyatakan klien itu tidak benar, tetapi
hal ini tidak dilakukan secara adekuat karena besarnya toleransi dan keinginan
menjaga perasaan, lingkungan hanya menjadi pendengar fasif tetapi tidak mau
konfrontatif berkepanjangan dengan alasan pengakuan klien tidak merugikan
orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap sesuatu
yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya diulang –
ulang. Dari siniah mulai terjadilah kerusakan control diri dan tidak berfungsinya
norma (super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi perasaan dosa saat
berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta menganggap
bahwa semua orang sama yaitu akan memercayai dan mendukungnya. Keyakinan
sering disertai halusinasi pada saat klien menyendiri dari lingkungannya.
Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan menghindari interaksi social
(isolasi social).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya – upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatic masa lalu atau kebutuhan – kebuthan yang
tidak terpenuhi (rantai yang hilang). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan
dosa besar serta ada konsekuensi social.
Proses terjadinya waham menurut Ns. Ali Mustofa dijelaskan dalam pohon
masalah sebagai berikut :
Kerusakan komunikasi verbal risiko tinggi mencederai
diri sendiri, orang lan,
lingkungan
3.4 Fisik
1. Tanda-tanda Vital : TD: 130/80mmHg N: 90x/m S: 36.80C P: 18x/m
2. Ukur : TB: 160cm BB: 66kg
3. Keluhan Fisik
Pasien mengatakan tidak merasakan keluahan fisik
Masalah Keperawatan tidak ada
3.5 Psikososial
1. Genogram
Pasien adalah seorang anak tunggal dan seorang ayah dari dua orang anak.
Setelah sakit, pasien dirawat oleh istri dan anak-anaknya. Dimana pengambilan
keputusan di dalam keluarga saat ini dipegang oleh istri pasien
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
2. Konsep Diri
a. Gambaran Diri
Pasien menyukai seluruh bagian tubuhnya dan tidak ada bagian tubuh
yang tidak disukainya.
b. Identitas
Pasien mengatakan kalau ia adalah seorang laki-laki berumur 47 tahun
dan puas dengan jenis kelamin yang dimilikinya. Pendidikan terakhir
pasien sampai tamat S1 Hukum. Di rumah pasien adalah seorang suami
dan ayah.
c. Peran
Di rumah pasien adalah seorang suami dan ayah.
d. Ideal
Pasien mengatakan ingin cepat pulang dari RSJ dan berkumpul dengan
keluarganya dan ingin bekerja dengan layak seperti orang pada
umumnya.
e. Harga diri
Pasien mengatakan kalau dirinya disayangi oleh keluarganya dan pasien
mengatakan hubungan dengan keluarganya cukup baik
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang berarti adalah keluarga
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/masyarakat
Pasien mengatakan saat dirumah pasien jarang mengikuti kegiatan kelompok
dimasyarakat, pasien juga mengatakan lebih suka berdiam diri dirumah.
diruangan pasien jarang mengikuti aktifitas kelompok seperti penyuluhan,
dan senam.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan mau mengikuti kegiatan masyarakat, pasien
mengatakan malu dengan keadaannya karena, tetangga tau pasien
dirawat di Rumah Sakit Jiwa. Selama diruangan rawatan pasien
berkomunikasi dengan teman-temannya,
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan ia beragama islam dan mengetahui jika melakukan shalat
itu wajib
Masalah keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
Terapi Medik :
1. Haloperidol 5 mg 1-0-1
2. Clozapine 100 mg 0-0-1
3.13Pohon Masalah
Perawat
Prayogae P. Putra
ANALISA DATA
NO DATA DIAGNOSA KEPERAWATAN
DS :
DO :
DS :
DO :
DS :
DO :
DS :
DO :
. .
P: ............................................ P: ............................................ ................................................ ................................................ ...............................
. .
P: ............................................ P: ............................................ ................................................ ................................................ ...............................
Kesan
Perawat : .............................................................................................................................................................................................................................................................
.............................................................................................................................................................................................................................................................................
................
FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien)
A. PROSES KEPERAWATAN.
1. Kondisi Klien:
...........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
2. Diagnosa Keperawatan.
..........................................................................................................................................
3. Tujuan Khusus (TUK)
...........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
4. Tindakan Keperawatan
...........................................................................................................................................
.........................................................................................................................................
2. Evaluasi / validasi
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
3. Kontrak
Topik : ............................................................................................................
Waktu : ...........................................................................................................
Tempat : ...........................................................................................................
b. FASE KERJA
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
...........................................................................................................................................
......................................................................................................................................
c. FASE TERMINASI
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
Evaluasi Subyektif (Klien)
......................................................................................................................................
.....................................................................................................................................
Evaluasi Obyekti (Perawat)
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
2. Rencana Tindak Lanjut
......................................................................................................................................
......................................................................................................................................
3. Kontrak yang akan datang
Topik : ............................................................................................................
Waktu : ...........................................................................................................
Tempat : ...........................................................................................................
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Nama : Ruang :
No Tanggal & jam Implementasi keperawatan Evaluasi