Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Waterpas Bab 2

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 39

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2004:400) media merupakan sarana

komunikasi bagi masyarakat bisa berupa koran, majalah, tv, radio siaran, telepon,

internet; yang terletak di antara dua pihak; perantara, penghubung. Menurut

Gerlach & Ely dalam Arsyad (2011:3) media adalah manusia, materi atau

kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh

pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam pengertian ini, guru, buku teks dan

lingkungan sekolah merupakan media. Secara lebih khusus, pengertian media

dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis,

photografis atau elektronis untuk menangkap, memproses dan menyusun kembali

informasi visual atau verbal.

Dan sejumlah pakar membuat pembatasan tentang media, diantaranya yang

dikemukakan oleh Association of Educational and Communication Technology

(AECT) Amerika bahwa media adalah adalah segala bentuk dan saluran yang

digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi (Uno & Lamatenggo,

2011:121). Gagne dan Briggs masih dalam Arsyad (2011:4) secara implisit

mengatakan bahwa media pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan

1
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari antara lain buku,tape

recorder, kaset, video camera, video recorder, film slide (gambar bingkai), foto,

gambar, grafik, televisi dan komputer. Dengan kata lain, media adalah komponen

sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di

lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Jika pesan

terkandung dalam lambang-lambang seperti itu indera yang dilibatkan untuk

menafsirkannya semakin terbatas, yakni indera penglihatan atau indera

pendengaran. Meskipun tingkat partisipasi fisik berkurang keterlibatan imajinatif

semakin bertambah dan berkembang.

Dalam Sanjaya (2012:58) Rossi dan Breidle mengemukakan bahwa media

pembelajaran adalah seluruh alat dan bahan yang dapat dipakai untuk tujuan

pendidikan seperti radio, televisi, buku, koran, majalah dan sebagainya. Menurut

Rossi alat-alat semacam radio televisi jika digunakan dan di program untuk

pendidikan maka merupakan media pembelajaran.

Sehingga dapat disimpulkan media pembelajaran ialah segala sesuatu yang

memiliki fisik kemudian di dalamnya mengandung materi dan tujuan guna

memudahkan serta meningkatkan pemahaman suatu pembelajaran

b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2011:21) media berfungsi untuk tujuan instruksi dimana

informasi yang terdapat dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak

atau mental maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran

dapat terjadi. Sedangkan menurut Sadiman, dkk (2011:170) Fungsi media

pembelajaran adalah untuk menimbulkan gairah belajar, memungkinkan adanya

2
interaksi yang langsung antara peserta didik dengan lingkungan dan kenyataan

yang memungkinkan peserta didik belajar sendiri-sendiri sesuai dengan

kemampuan dan minatnya. Media yang dibuat dari pengembangan materi yang

dikemas lebih menarik membuat peserta didik memiliki gairah dalam belajar,

karena ada sesuatu yang baru mereka lihat selain pada tulisan dan penjelasan

lisan. Media yang biasanya disertai gambaran nyata membuat fungsi otak peserta

didik lebih mudah membayangkan keadaan langsung di lapangan.

Kemp & Dayton mengemukakan dalam Arsyad (2011:19) 3 fungsi utama dari

media:

(1) Memotivasi minat atau tindakan

Untuk memenuhi fungsi motivasi, media pembelajaran dapat direalisasikan

dengan teknik drama atau hiburan. Hasil yang diharapkan adalah melahirkan

minat dan merangsang para siswa atau pendengar untuk bertindak (turut

memikul tanggung jawab, melayani secara sukarela atau memberikan

sumbangan material). Pencapaian tujuan ini akan mempengaruhi sikap, nilai

dan emosi.

(2) Menyajikan informasi

Untuk tujuan informasi, media pembelajaran dapat digunakan dalam rangka

penyajian informasi di hadapan sekelompok siswa. Isi dan bentuk penyajian

bersifat amat umum, berfungsi sebagai pengantar, ringkasan laporan atau

pengetahuan latar belakang. Penyajian dapat pula berbentuk hiburan, drama

atau teknik motivasi. Ketika mendengar atau menonton bahan informasi

para siswa bersifat pasif. Partisipasi yang diharapkan dari siswa hanya

3
terbatas pada persetujuan atau ketidaksetujuan mereka secara mental, atau

terbatas pada perasaan tidak/kurang senang, netral, atau senang.

(3) Memberi instruksi

Media berfungsi untuk tujuan instruksi di mana informasi yang terdapat

dalam media itu harus melibatkan siswa baik dalam benak atau mental

maupun dalam bentuk aktivitas yang nyata sehingga pembelajaran dapat

terjadi. Materi harus dirancang secara lebih sistematis dan psikologis dilihat

dari segi prinsip-prinsip belajar agar dapat menyiapkan instruksi yang

efektif. Disamping memberikan pengalaman yang menyenangkan dan

memenuhi kebutuhan perorangan siswa.

Selain itu masih dalam Arsyad (2011:17) Levie & Lentz menyatakan pendapatnya

bahwa media pembelajaran khususnya media visual memiliki 4 fungsi antara lain:

(1) Fungsi atensi

Fungsi atensi pada media visual merupakan inti yaitu menarik dan

mengarahkan perhatian siswa untuk berkonsentrasi kepada isi pelajaran

yang berkaitan dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks

materi pelajaran.

(2) Fungsi afektif

Fungsi afektif pada media visual dapat terlihat dari tingkat kenikmatan

siswa ketika belajar (atau membaca) teks yang bergambar. Gambar atau

lambang visual dapat menggugah emosi dan sikap siswa, misalnya

informasi yang menyangkut masalah sosial atau ras.

4
(3) Fungsi kognitif

Fungsi kognitif pada media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian

yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar

pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan

yang terkandung dalam gambar.

(4) Fungsi kompensatoris

Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil penelitian

bahwa media visual yang memberikan konteks untuk memahami teks

membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk mengorganisasikan

informasi dalam teks dan mengingatnya kembali. Dengan kata lain, media

pembelajaran berfungsi untuk mengakomodasikan siswa yang lemah dan

lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang disajikan dengan teks

atau disajikan secara verbal.

Sudjana & Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran

dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian

siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. (2) Bahan pembelajaran

akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan

memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. (3) Metode

mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui

penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak

kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran. (4)

Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya

5
mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati,

melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain-lain.

Kesimpulannya, fungsi media pembelajaran ialah memudahkan kedua belah pihak

baik pendidik maupun peserta didik dalam rangka menarik minat belajar

kemudian mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

c. Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Menurut Gerlach & Ely 1971 dalam Arsyad (2011:12) 3 ciri media pembelajaran,

adalah sebagai berikut:

(1) Ciri Fiksatif (fixative Property)

Kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan dan merekonstruksi

suatu peristiwa atau objek. Suatu peristiwa atau objek dapat diurut dan

disusun kembali dengan media seperti fotografi, video tape, audio tape,

disket komputer dan film. Suatu objek yang telah diambil gambarnya

(direkam) dengan kamera atau video kamera.

(2) Ciri Manipulatif (manipulative Property)

Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil rekaman dapat

menghemat waktu.

(3) Ciri Distributif (distributive Property)

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut

disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang

relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format

media apa saja, ia dapat di reproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan

6
secara bersamaan di berbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang

di suatu tempat. Konsistensi informasi yang telah direkam kan terjamin

sama atau hampir sama dengan aslinya.

Selanjutnya menurut Arsyad (2011:6) ciri-ciri umum yang terkandung

dalam media, antara lain: 1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang

dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras) yaitu suatu benda yang

dapat dilihat, didengar, diraba dengan panca indera. 2) Media pembelajaran

memiliki pengertian nonfisik yang dikenal dengan software (perangkat lunak)

yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam perangkat keras yang merupakan isi

yang ingin disampaikan kepada siswa. 3) Penekanan media pembelajaran terdapat

pada visual dan audio. 4) Media pembelajaran memiliki pengertian alat bantu

pada proses belajar di dalam maupun di luar kelas. 5) Media pembelajaran

digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi guru dengan siswa dalam

proses pembelajaran. 6) Media pembelajaran dapat digunakan secara massal

(misalnya: radio, televisi) kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya, film,

slide, video, OHP) atau perorangan (misalnya: modul, komputer, radio tape atau

kaset, video recorder). 7) Sikap perbuatan, organisasi, strategi dan manajemen

yang berhubungan dengan penerapan suatu ilmu.

d. Klasifikasi Media Pembelajaran

Menurut Smaldino dalam Pujiriyanto (2012:24) mengemukakan bahwa pada

dasarnya ada enam bentuk dasar media, yaitu:

(1) Teks berupa huruf-huruf maupun angka yang disajikan dalam format seperti

buku, poster, tulisan di papan tulis, layar komputer dan sebagainya,

7
(2) Audio meliputi segala sesuatu yang dapat didengar seperti suara orang,

musik, suara mekanis dan sebagainya.

(3) Visual seperti diagram atau poster, gambar di papan tulis, foto, grafik, buku,

kartun dan sebagainya.

(4) Media gerak yang menunjukkan gerakan seperti video, animasi, dan

sebagainya.

(5) Tiruan berupa media tiga dimensi yang bisa disentuh dan dipegang

(6) Orang bisa berupa guru, peserta didik maupun ahli materi.

Pendapat lainnya dikemukakan dalam buku Ega Rima (2016:5) yang membagi

media pembelajaran ke dalam enam jenis sebagai berikut:

(1) Media visual yang merupakan media dengan unsur berupa garis, bentuk,

warna dan tekstur. Media visual ini dapat ditayangkan dalam bentuk gambar

diam maupun gambar bergerak.

(2) Audio visual yang merupakan media dengan unsur gambar dan suara yang

ditayangkan secara bersamaan. Alat yang digunakan dalam penayangan

audio visual ini biasanya adalah mesin proyektor film, tape recorder dan

proyektor visual.

(3) Komputer yang merupakan media dengan beberapa aplikasi menarik di

dalamnya.

(4) Microsoft Power Point yang merupakan media perangkat lunak atau

software yang dapat digunakan untuk perancangan presentasi grafis. Dengan

menggunakan media ini, informasi dapat disampaikan melalui tayangan

slide yang dapat dibuat menarik.

8
(5) Internet yang merupakan media pembelajaran yang memiliki jangkauan luas

sehingga dapat membuka wawasan dan pengetahuan peserta didik untuk

dapat berkembang dengan luar biasa.

(6) Multimedia yang merupakan gabungan dari beberapa elemen informasi

antara lain teks, grafik, gambar, foto, animasi, audio dan video sehingga

mempunyai kemampuan interaktif sebagai media pembelajaran untuk

peserta didik.

Sedangkan klasifikasi media pembelajaran menurut sudut pandang Wina Sanjaya

(2009: 170) dalam Ari Nur (2012: 26) adalah sebagai berikut:

(1) Dilihat dari sifatnya, media dapat dibagi menjadi berikut:

(a) Media auditif, yaitu media yang hanya dapat didengar saja atau media

yang hanya memiliki unsur suara

(b) Media visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, tidak

mengandung unsur suara contohnya film slide, foto, transparasi, gambar

dan lain sebagainya

(c) Media audio visual, yaitu jenis media yang selain mengandung unsur

suara juga mengandung unsur gambar yang bisa dilihat contohnya

rekaman video, film, slide bersuara dan lain sebagainya

(2) Dilihat dari kemampuan jangkauan media, karakteristik media pembelajaran

dibagi menjadi berikut:

(a) Media yang memiliki daya liput yang luas dan serentak seperti radio

dan televisi

9
(b) Media yang memiliki daya liput yang terbatas oleh ruang dan waktu

misalnya film slide, film, video dan lain sebagainya

(3) Dilihat dari cara atau teknik pemakaiannya, media dibagi dalam:

(a) Media yang diproyeksikan seperti film, slide, transparasi dan lain

sebagainya

(b) Media yang tidak diproyeksikan seperti gambar, foto, lukisan dan lain

sebagainya.

e. Kriteria Pemilihan Media

Untuk mendapatkan bentuk media pembelajaran yang baik Lataheru (1992:31)

memiliki beberapa tahapan yang perlu dilakukan antara lain:

(1) Analisis karakteristik siswa, yaitu proses mengidentifikasi/mengenal

identifikasi para siswa secara khusus.

(2) Menentukan tujuan yang akan dicapai, dilihat dari kawasan belajar (domain

of learning) siswa antara lain: (a) Belajar kognitif, termasuk penyesuaian

intelektual dan informasi serta pengetahuan. (b) Belajar afektif, termasuk

sikap, perasaan dan emosi. (c) Belajar psikomotorik, termasuk kecakapan

motoric yang sederhana sampai pada kemampuan fisik yang membutuhkan

koordinasi susunan syaraf otot yang kompleks.

(3) Memilih, merubah/memperbaiki dan merencanakan materi pembelajaran.

(4) Pemanfaatan bahan, yang didasarkan pada prosedur seperti: persiapan

lingkungan belajar, persiapan pendengar (siswa) dan penyajian bahan

pelajaran.

10
(5) Tanggapan (responsi) yang diharapkan dari siswa, dengan cara membangun

peran serta (partisipasi) para siswa dengan membuka kesempatan untuk

memberikan tanggapan.

(6) Evaluasi, termasuk di dalamnya evaluasi proses pembelajaran, evaluasi

pencapaian siswa terhadap materi pelajaran yang disampaikan dan evaluasi

media dan metode yang digunakan.

Kemudian menurut Jamal (2013:326), pertimbangan yang perlu

diperhatikan ketika memilih media pembelajaran, yakni: 1) Tujuan pembelajaran

yang hendak dicapai. 2) Metode pembelajaran yang digunakan. 3) Karakteristik

materi ajar. 4) Kegunaan media pembelajaran. 5) Kemampuan pendidik dalam

mengoperasikan media. 6) Efektivitas media yang dipakai dibandingkan dengan

media yang lain.

2. Video Pembelajaran

a. Definisi Video Pembelajaran

Media video atau yang kerap disebut media audio-visual ialah media yang

di dalamnya terdapat unsur audio yang dapat dilihat dan digabungkan dengan

unsur visual yang dapat dilihat. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(2001:1261) video adalah bagian yang memancarkan gambar pada pesawat

telivisi; rekaman gambar hidup atau program televisi untuk ditayangkan.

Sedangkan menurut Sianipar (2008:1) Video merupakan rangkaian dari

banyak frame (bingkai) gambar yang dijalankan dengan cepat. Masing-masing

bingkai merupakan tahap-tahap (sekuen) dari suatu gerakan. Mata kita tidak akan

dapat menangkap perbedaan (titik jeda perpindahan) antara frame jika rangkaian

11
tersebut diputar dengan kecepatan di atas 20 frame/detuk. Otak kita akan

menangkapnya sebagai ilusi gerak.

Arsyad (2011:49) Video dapat mengambarkan suatu objek yang bergerak

bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan film dan

video melukiskan gambar hidup dan suara memberinya daya tarik tersendiri.

Kedua jenis media ini pada umumnya digunakan untuk tujuan-tujuan hiburan,

dokumentasi dan pendidikan. Mereka dapat menyajikan informasi, memaparkan

proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan

keterampilan,menyingkat atau memperpanjang waktu dan mempengaruhi sikap.

Sedangkan media video pembelajaran menurut Cheppy Riyana (2007)

merupakan media yang menyajikan audio dan visual yang berisi pesan-pesan

pembelajaran baik yang berisi konsep, prinsip, prosedur, teori aplikasi

pengetahuan untuk membantu pemahaman terhadap suatu materi pembelajaran.

b. Karakteristik Video dalam Pembelajaran

Menurut Smaldino, Lowther dan Russell (2011: 407-408) video sebagai

salah satu sarana yang dirancang untuk memproduksi gambar realistik dari dunia

di sekitar kita, kita cenderung lupa bahwa atribut mendasar dari video adalah

kemampuan merekayasa perspektif ruang dan waktu.

(1) Rekayasa waktu

Video memungkinkan kita untuk meningkatkan atau mengurangi waktu

yang dibutuhkan untuk mengamati sebuah kejadian. Misal, mungkin butuh

waktu yang sangat lama bagi para siswa untuk sebenar-benarnya mengamati

pembagunan jalan tol, tetapi menyunting video dengan cermat dari berbagai

12
kegiatan berbeda-beda bisa menata ulang pentingnya kejadian tersebut

dalam beberapa menit saja.

(a) Kompresi waktu

Video bisa mengkompresi waktu yang dibutuhkan untuk mengamati

sebuah kejadian. Misal, sebuah bunga bisa terlihat mengembang

dihadapan mata kita atau bintang-bintang bisa menggores di sepanjang

langit pada malam hari. Teknik ini dikenal dengan time lapse atau

„selang waktu‟.

(b) Perluasan waktu

Waktu juga bisa diperluas dengan video melalui sebuah teknik yang

disebut slow motion atau „gerak lambat‟. Beberapa kejadian terjadi

terlalu cepat untuk dilihat. Dengan memvideo kejadian semacam itu

pada kecepatan sangat tinggi dan kemudian memproyeksikan gambar

tersebut pada kecepatan normal, kita bisa mengamati apa yang sedang

terjadi.

(2) Rekayasa Tempat

Video memungkinkan kita untuk melihat fenomena baik dalam

makrokosmos maupun mikrokosmos, yaitu pada kisaran yang sangat dekat

atau jarak yang sangat jauh. Siswa bisa melihat bumi dari pesawat ulang alik

(pandangan makro). Di titik ekstrem lainnya, mereka bisa melihat

pembelahan sel dalam mikroskop (pandangan mikro).

(3) Animasi

13
Waktu dan tempat bisa juga direkayasa dengan animasi. Ini merupakan

teknik yang mengambil untung dari persistensi penglihatan untuk

memberikan gerakan pada objek tak beranimasi. Terdapat beberapa teknik

untuk memperoleh animasi, tetapi pada dasarnya animasi dibuat dari

serangkaian foto, gambar, atau gambar komputer, oleh pemindahan-

pemindahan kecil dari benda atau gambar.

Cheppy Riana (2007:8-11) mengemukakan, untuk menghasilkan video

pembelajaran yang mampu meningkatkan motivasi dan efektivitas penggunanya

maka pengembangan video pembelajran harus memperhatikan karakteristik dan

kriterianya. Karakteristik video pembelajaran yaitu:

(1) Clarity of message (kejelasan pesan)

Dengan media video siswa dapat memahami pesan pembelajaran secara

lebih bermakna dan informasi dapat diterima secara utuh sehingga dengan

sendirinya informasi akan tersimpan dalam memori jangka panjang dan

bersifat retensi.

(2) Stand alone (berdiri sendiri)

Video yang dikembangkan tidak bergantung pada bahan ajar lain atau tidak

harus digunakan bersama-sama dengan bahan ajar lain.

(3) User friendly (bersahabat/akrab dengan pemakainya)

Media video menggunakan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, dan

menggunakan bahasa yang umum. Paparan informasi yang tampil bersifat

membantu dan bersahabat dengan pemakainya, termasuk kemudahan

pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan keinginan.

14
(4) Representasi Isi

Materi harus benar-benar represetatif, misalnya materi simulasi atau

demonstrasi. Pada dasarnya materi pelajaran baik sosial maupun sains dapat

dibuat menjadi media video.

(5) Visualisasi dengan media

Materi dikemas secara multimedia terdapat didalamnya teks, animasi, sound

dan video sesuai tuntutan materi. Materi-materi yang digunakan bersifat

aplikatif, berproses, sulit terjangkau berbahaya apabila langsung

dipraktikkan, memiliki tingkat keakurasian tinggi.

(6) Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi

Tampilan berupa grafis media video dibuat dengan teknologi rekayasa

digital dengan resolusi tinggi tetapi support untuk setiap speech sistem

komputer.

(7) Dapat digunakan secara klasikal atau individual

Video pembelajaran dapat digunakan oleh para siswa secara individual,

tidak hanya dalam setting sekolah, tetapi juga di rumah. Dapat pula

digunakan secara klasikal dengan jumlah siswa maksimal 50 orang bisa

dapat dipandu oleh guru atau cukup mendengarkan uraian narasi dan narator

yang telah tersedia dalam program

c. Kelebihan Video dalam Pembelajaran

Menurut Arsyad (2011:49) keuntungan film dan video ialah:

15
(1) Film dan video dapat melengkapi pengalaman-pengalaman dasar dari siswa

ketika mereka membaca, berdiskusi, berpraktik dan lain-lain. Film

merupakan pengganti alam sekitar dan bahkan dapat menunjukkan objek

yang secara normal tidak dapat dilihat, seperti cara kerja jantung ketika

berdenyut.

(2) Film dan video dapat menggambarkan suatu proses secara tepat yang dapat

diaksikan secara berulang-ulang jika dipandang perlu. Misalnya, langkah-

langkah dan cara yang benar dalam berwudhu.

(3) Di samping mendorong dan meningkatkan motivasi, film dan video

menanamkan sikap dan segi-segi afektif lainnya. Misalnya, film kesehatan

yang menyajikan proses berjangkitnya penyakit diare atau eltor dapat

membuat siswa sadar terhadap pentingnya kebersihan makanan dan

lingkungan.

(4) Film dan video yang mengandung nilai-nilai positif dapat mengundang

pemikiran dan pembahasan dalam kelompok siswa. Bahkan, film dan video

seperti slogan yang sering didengar, dapat membawa dunia ke dalam kelas.

(5) Film dan video dapat menyajikan peristiwa yang berbahaya bila dilihat

secara langsung seperti lahar gunung berapi atau perilaku binatang buas.

(6) Film dan video dapat ditunjukkan kepada kelompok besar atau kelompok

kecil, kelompok yang heterogen maupun perorangan.

(7) Dengan kemampuan dan teknik pengambilan gambar frame demi frame,

film yang dalam kecepatan normal memakan waktu satu minggu dapat

ditampilkan dalam satua atau dua menit. Misalnya, bagaimana kejadian

16
mekarnya kembang mulai dari lahirnya kuncup bunga hingga kuncup itu

mekar.

17
Dalam buku Sadiman dkk (2002:74) Kelebihan video ialah:

(1) Dapat menarik perhatian untuk periode-periode yang singkat dari

rangsangan luar lainnya.

(2) Dengan alat perekam pita video sejumlah besar penonton dapat meperoleh

informasi dari ahli-ahli/spesialis.

(3) Demonstrasi yang sulit bisa diperisapkan dan direkam sebelumnya,

sehingga pada waktu mengajar guru bisa memusatkan perhatian pada

penyajiannya.

(4) Menghemat waktu dan rekaman dapat diputar berulang-ulang.

(5) Kamera TV bisa mengamati lebih dekat objek yang lagi bergerak atau objek

yang berbahaya seperti harimau.

(6) Keras lemah suara yang ada bisa diatur dan disesuaikan bila akan disisipi

komentar yang akan didengar.

(7) Gambar proyeksi biasa di-“beku”-kan untuk diamati dengan seksama. Guru

bisa mengatur di mana dia akan menghentikan gerakan gambar tersebut.

Kontrol sepenuhnya di tangan guru.

(8) Ruangan tak perlu digelapkan untuk menyajikannya.

3. Mata Pelajaran Dasar-Dasar Konstruksi dan Teknik Pengukuran

Tanah

a. Deskripsi Dasar-Dasar Konstruksi dan Teknik Pengukuran Tanah

Dasar-Dasar Konstruksi dan Teknik Pengukuran Tanah ialah mata pelajaran

yang ada dalam Kurikulum 2013 Revisi. Mata pelajaran ini merupakan gabungan

dari dua mata pelajaran yakni ilmu bahan dasar konstruksi bangunan dan ilmu

18
ukur tanah yang didapatkan di kelas X. Dalam pembahasan skripsi ini akan

mengkhususkan membahas tentang teknik pengukuran tanah. Kegiatan

pengukuran tanah diantaranya penggunaan matematika praktis terutama

trigonometri dan koordinat, penggunaan (berbagai jenis) alat ukur, hitungan data

ukur dan penyajian hasil ukur. Hasil akhir dari pekerjaan ukur tanah adalah

sebuah peta.

b. Kompetensi Dasar-Dasar Konstruksi dan Teknik Pengukuran Tanah

Dalam mata pelajaran ini kompetensi dasar yang dikembangkan dibagi menjadi

dua konsentrasi yakni Dasar-Dasar Konstruksi dan Teknik Pengukuran Tanah:

19
Tabel 1. Kompetensi Dasar-Dasar Konstruksi dan Teknik Pengukuran Tanah

Dasar-Dasar Konstruksi Teknik Pengukuran Tanah


(1) Melaksnakan K3LH pada pekerjaan bangunan (14) Melaksanakan pengukuran sesuai
dengan prinsip-prinsip ukur tanah
(2) Menyajikan jenis-jenis konstruksi/bangunan (15) Melaksanakan keselamatan dan
(bangunan gedung, jalan, jembatan, dan irigasi) kesehatan kerja serta lingkungan hidup
K3LH

(3) Mempresentasikan spesifikasi dan (16) Mengoperasi-kan peralatan survey


karakteristik kayu dan pemetaan
(4) Mempresentasikan spesifikasi dan (17) Melaksanakan pekerjaan survey
karakteristik beton. dan pemetaan sederhana

(5) Mempresentasikan spesifikasi dan (18) Melaksanakan pengukuran


karakteristik baja dengan alat sipat datar (leveling) dan
alat sipat ruang (theodolit).
(6) Melaksanakan pekerjaan konstruksi beton (19) Melakukan perawatan dan
pengecekan alat jenis optik.
(7) Melaksanakan pekerjaan konstruksi baja (20) Melakukan pengecekan kebenaran
data pengukuran

(8) Melaksanakan pekerjaan konstruksi kayu (21) Melakukan pengukuran dan


pematokan (staking out) sesuai gambar
kerja konstruksi
(9) Melaksanakan pekerjaan konstruksi tanah (22) Membuat laporan hasil
pengukuran
(10) Melaksanakan pekerjaan konstruksi batu (23) Memperbaiki hasil pengukuran
berupa gambar kerja untuk pekerjaan
konstruksi
(11) Mempresentasikan jenis-jenis alat berat pada
pekerjaan konstruksi.

(12) Merencanakan penggunaan material dan alat


untuk pekerjaan konstruksi.

(13) Melakukan perbaikan hasil pekerjaan


konstruksi

20
c. Pengukuran Sipat Datar

Russel & Paul (2000: 93) Sipat datar adalah istilah umum untuk yang

manapun dari berbagai proses dengan mana elevasi titik atau beda elevasi

ditentukan. Sipat datar adalah pekerjaan sangat penting dalam menghasilkan data

untuk pemetaan, rancangan rekayasa, dan konstruksi. Hasil sipat datar dipakai

untuk (a) merancang jalan raya, jalan baja, dan saluran-saluran yang mempunyai

garis gradien paling sesuai dengan topografi yang ada; (b) merencanakan proyek-

proyek konstruksi menurut elevasi terencana; (c) menghitung volume pekerjaan

tanah; (d) menyelidiki ciri-ciri aliran di suatu wilayah, dan (e) mengembangkan

peta-peta yang menunjukkan bentuk tanah secara umum.

Terdapat beberapa macam istilah dasar yang terdapat dalam sipat datar yang dapat

didefinisikan sebagai berikut:

(1) Garis vertikal : sebuah garis yang berhimpit dengan gaya berat seperti

ditunjukkan oleh sebuah garis unting-unting.

(2) Permukaan datar : sebuah permukaan melengkung yang pada tiap titiknya

tegak lurus pada garis unting-unting (arah pada mana gaya berat bekerja).

Bentuk permukaan-permukaan datar mendekati sebuah sferoid.

(3) Garis datar : sebuah garis di permukaan datar – karenanya sebuah garis

lengkung

(4) Bidang horisontal : sebuah bidang datar tegak lurus arah gaya berat. Dalam

pengukuran tanah datar, sebuah bidang datar tegak lurus garis unting-unting.

(5) Garis horizontal : sebuah garis pada bidang horizontal tegak lurus arah

vertikal

21
(6) Datum : sembarang permukaan datar yang dipakai sebagai acuan elevasi

(sebagai contoh permukaan laut pukul rata atau Mean Sea Level).

Gambar 1. Istilah Istilah Sipat Datar


(Sumber: Slamet Basuki, 2016)

Istilah sipat datar di sini berarti konsep penentuan beda tinggi antara dua

titik atau lebih dengan garis bidik mendatar/ horizontal yang diarahkan pada

rambu-rambu yang berdiri tegak atau vertikal. Sedangkan alat ukurnya dinamakan

penyipat datar atau waterpass. (Slamet Basuki, 2016: 140) Sipat datar bertujuan

menentukan beda tinggi antara titik-titik di atas permukaan bumi secara teliti.

Tinggi suatu obyek di atas permukaan bumi ditentukan dari suatu bidang

referensi, yaitu bidang yang ketinggiannya dianggap nol. Dalam geodesi, bidang

ini disebut bidang geoid, yaitu bidang equipotensial yang berimpit dengan

permukaan air laut rata-rata (mean sea level). Bidang equipotensial juga disebut

bidang nivo. Bidang-bidang ini selalu tegak lurus dengan arah gaya berat di mana

saja di permukaan bumi. (Slamet Basuki, 2016: 139)

22
Gambar 2. Bidang Referensi Ketinggian
(Sumber: Russel & Paul, 2000)

Dalam Modul Praktek Ukur Tanah Politeknik Negeri Kupang (2011: 47) Sipat

datar adalah suatu cara penentuan tinggi relatif dari beberapa titik di atas atau di

bawah suatu bidang acuan, yang disebut datum. Pada kenyataannya pengukuran

beda tinggi dengan alat sipat datar tersebut, adalah menentukan jarak dari titik

tersebut dengan garis penyipat datar alat yang ditempatkan di atas statif.

Gambar 3. Datum
(Sumber: Modul Praktek Ukur Tanah, 2011)

23
Dapat dilihat pada gambar datum diatas,

Tinggi titik A di atas datum adalah : 1.500 – 0.750 = 0.750 m

Tinggi titik C adalah : 1.500 – 1.050 = 0.450 m, di atas datum.

Datum di sini diambil bidang khayal mendatar yang melalui patok B.

Sehingga dapat disimpulkan sipat datar adalah sebuah konsep yang dapat

menghasilkan data beda tinggi dengan cara mendirikan dua rambu-rambu yang

berdiri tegak vertikal kemudian ditengah-tengahnya didirikan alat ukur penyipat

datar yang akan menghasilkan garis bidikan mendatar/horizontal.

d. Pesawat Penyipat Datar

Alat ukur sipat datar terbagi menjadi 3 tipe :

1) Dumpy Level / Semua bagian tetap

Wongsotjitro (1977: 134) Semua bagian tetap, nivo di atas teropong,

teropong hanya dapat diputar dengan sumbu kesatu sebagai sumbu putar.

Pada alat penyipat datar ini terdapat tiga garis penting yakni garis arah nivo,

garis bidik dan sumbu kesatu, sedang sekrup-sekrup yang ada yakni sekrup

koreksi nivo (a), sekrup koreksi diafragma (b), sekrup penggerak teropong

(c) yang umumnya tidak ada, dan tiga sekrup penyetel. Misalkan sekrup c

tidak ada. Maka menurut syarat utama harus dibuat garis bidik sejajar

dengan garis arah nivo. Bila hal ini telah dicapai, maka garis arah nivo harus

dibuat tegak lurus ada sumbu kesatu untuk memenuhi syarat kedua. Karena

sumbu kesatu tidak dapat dirobah, maka untuk membuat garis arah nivo.

24
Gambar 4. Dumpy Level
(Sumber: Wongsotjitro, 1977)

2) Tilting Level

Alat sipat datar ini dapat disebut juga sebagai tipe semua tetap dengan skrup

ungkit. Sekrup pengungkit ini digunakan dalam kaitannya dengan

mengetengahkan gelembung nivo tabung yang terletak sejajar dengan

teropong. Dengan demikian pengungkitan ini akan mengubah kedudukan

gelembung nivo sekaligus menggerakkan posisi teropong pada kedudukan

mendatar. Perbedaan dengan dumpy level adalah teleskopnya tidak dapat

bergerak sejajar dengan plat paralel diatasnya, namun teleskopnya dapat

diungkit naik turun terhadap sendinya. Tilting level juga memiliki dua nivo

yaitu nivo kotak dan nivo tabung. Alat ini memungkinkan teleskop untuk

secara efektif membalik 180° tanpa memutar kepala.

25
Gambar 5. Tilting Level
(Sumber: https://www.apiroter.com/products/tsi/tl.html)

3) Automatic Level

Disebut dengan automatic level karena apabila sumbu I telah vertikal atau

mendekati vertikal (dengan kemiringan terbatas) garis bidik akan mendatar

secara otomatis. Hal ini disebabkan adanya bandul/kompensator yang

berguna untuk mengatur suatu vertikal dengan bidang horizontal secara

26
otomatis, maka dalam tipe ini tidak lagi ditemukan nivo tabung (Basuki,

2016: 141)

Gambar 6. Automatic Level


(Sumber: https://www.engineersupply.com/Topcon-24x-Automatic-Level-AT-B4.aspx

e. Teknik Penyipatan Datar

Menurut Frick (1984: 23) penentuan selisih tinggi antara dua titik dapat

dilakukan dengan tiga cara penempatan alat penyipat datar tergantung pada

keadaan lapangan. Pada cara pertama ditempatkan alat penyipat datar di atas

salah satu titik, misalnya di atas titik B seperti terlihat pada gambar 7 mengukur

tinggi garis bidik J, yaitu jarak dari titik B sampai titik di tengah teropong.

Pembacaan rambu ukur, yang didirikan pada titik A menjadi misalnya R. Maka

perbedaan tingginya titik A dan titik B menjadi h = R – J.

Gambar 7. Cara Pertama Penempatan Alat


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Pada cara kedua seperti gambar 8, ditempatkan alat penyipat datar antara kedua

titik sedemikian rupa, sehingga jarak dari alat penyipat datar ke kedua rambu ukur

masing-masing hampir sama, tanpa memperhatikan apakah alat penyipat datar

diletakkan pada garis lurus antara dua titik itu. Kemudian pada titik A kita

27
membaca nilai R (pembacaan belakang) dan tanpa mengubah pendirian alat

penyipat datar, kita baca nilai V (pembacaan muka) pada mistar yang didirikan

pada titik B. Maka selisih tingginya titik A dan titik B menjadi h = R – V.

Gambar 8. Cara Kedua Penempatan Alat

ada cara ketiga menurut gambar 9, tidak mungkin kita menempatkan alat

penyipat datar pada/ di atas titik A atau B, maupun di antaranya. Kita harus

menempatkan alat penyipat datar di sebelah kanan titik B. Pembacaan rambu ukur

dilakukan pada titik A (R) dan pada titik B (V) maka selisih tingginya titik A dan

titik B menjadi juga h = R – V.

Gambar 9. Cara Ketiga Penempatan Alat

28
f. Jenis-Jenis Pengukuran Sipat Datar

Terdapat empat jenis pengukuran sipat datar yang umum dilakukan dengan

masing-masing tujuan yang berbeda pula.

(1) Sipat datar memanjang

Tujuan pengukuran ini umumnya untuk mengetahui ketinggian di titik-titik

yang dilewatinya dan biasanya diperlukan sebagai kerangka vertikal bagi

suatu daerah pemetaan. Hasil akhir pekerjaan ini adalah data ketinggian dari

pilar-pilar sepanjang jalur pengukuran yang bersangkutan. Yaitu semua titik

yang ditempati oleh rambu ukur tersebut.

(2) Sipat datar resiprokal

Kelainan pada sipat datar ini adalah pemanfaatan konstruksi serta tugas nivo

yang dilengkapi dengan skala pembaca bagi pengungkitan yang dilakukan

terhadap nivo tersebut. Sehingga dapat dilakukan pengukuran beda tinggi

antara 2 titik yang tidak dapat dilewati pengukur seperti halnya sipat datar

memanjang, maka hasil akhirnya adalah data ketinggiandari kedua titik

tersebut.

(3) Sipat datar profil

Tujuan pengukuran ini umumnya adalah untuk mengetahui profil dari suatu

trace baik jalan ataupun saluran, sehingga selanjutnya dapat diperhitungkan

banyaknya galian dan timbunan yang perlu dilakukan pada pekerjaan

konstruksi. Pelaksanaan pekerjaan ini umumnya dilakukan dalam 2 bagian

yang disebut sebagai sipat datar profil memanjang dan melintang. Hasil

29
akhir pengukuran ini adalah gambaran (profil) kedua jenis pengukuran

tersebut dalam arah potongan tegaknya.

(4) Sipat datar luas

Pada jenis pengukuran sipat datar ini yang paling diperlukan adalah

penggambaran profil dari suatu daerah pemetaan yang dilakukan dengan

mengambil ketinggian titik-titik detail di daerah tersebut dan dinyatakan

sebagai wakil dari ketinggiannya. Sehingga dengan melakukan interpolasi di

antara ketinggian yang ada, maka dapat ditarik garis-garis konturnya di atas

peta daerah pengukuran tersebut (Sinaga, 1997:112).

g. Sipat Datar Memanjang

Pengukuran sipat datar memanjang dapat dilakukan apabila jarak antar titik

kontrol pemetaan menjadi demikian besar, sehingga rambu ukur tidak dapat

terbaca dengan sekali mendirikan pesawat penyipat datar. Maka solusi yang

ditempuh ialah membagi jarak antar titik menjadi jarak bidik yang lebih kecil.

Dalam skripsi Anggini Winandra (2017: 52) Seperti halnya pengukuran jarak dan

sudut, pengukuran beda tinggi juga tidak cukup dilakukan dengan sekali jalan,

tetapi dibuat pengukuran pergi-pulang, yang pelaksanaanya dapat dilakukan

dalam satu hari (dinamakan seksi), serta dimulai dan di akhiri pada titik tetap.

Gabungan dari beberapa seksi disebut trayek. Seksi dilakukan dalam satu hari

dengan jarak 1 – 2 km. Sedangkan jarak trayek tergantung pada proyek pekerjaan

yang dilakukan, contoh proyek jalan 30 km maka itu adalah satu trayek yang

30
harus diselesaikan. Sehingga seberapa besar jauh trayek tergantung pada proyek

yang dilaksanakan.

Gambar 10. Pengukuran Sipat Datar Memanjang


(Sumber: Dokumen Pribadi)

Keterangan gambar :

A dan B : titik yang akan dicari beda tingginya

1,2,3,4.... : titik titik bantu pengukuran

Bt m1, m2... : bacaan benang tengah muka pada titik 1, 2 dan seterusnya

Bt b1, b2.... : bacaan benang tengah belakang pada titik 1,2 dan seterusnya.

Gambar 10 menjelaskan bahwa, A dan B adalah titik yang ditentukan beda

tingginya. Karena jarak yang cukup jauh maka dibuat beberapa slag. Beda

tingginya adalah kumulatif dari beda tinggi setiap slag, yaitu:

⅀ ⅀ ⅀

Keterangan:

⅀ 𝑚 : jumlah pembacaan rambu belakang

⅀ : jumlah pembacaan rambu muka

ΔH : beda tinggi setiap slag

Selain menggunakan pengukuran pergi – pulang, pengukuran waterpas

memanjang terkadang dilakukan dua kali berdiri alat pada setiap pengukuran beda

tinggi setiap slag atau disebut double stand. Tetapi cara double stand tidak

31
dianjurkan. Persamaan pada pengukuran beda tinggi pergi dan pulang adalah

sebagai berikut:

⅀ ⅀

Maksud dari persamaan tersebut dimisalkan dengan contoh, jika Σ = -5

maka pada Σ = -5 , karena jika dijumlahkan hasilnya harus nol.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

(1) Penelitian yang dilakukan oleh Imam Mustholiq (2007) pada jurnalnya yang

mengembangkan media pembelajaran interaktif berbasis multimedia pada

mata kuliah dasar listrik memiliki tujuan mengembangkan media

pembelajaran interaktif berbasis multimedia mata kuliah Dasar Listrik serta

mendapatkan unjuk kerja hasil pengembangan media pembelajaran

interaktif berbasis multimedia pada mata kuliah Dasar Listrik. Pada

penelitian ini disimpulkan media pembelajaran interaktif berbasis

multimedia mata kuliah Dasar Listrik memiliki unjuk kerja yang baik.

Dinyatakan baik dapat dilihat dari hasil penilaian keseluruhan oleh ahli

media, ahli materi serta mahasiswa dengan skor rata-rata adalah 3,18 atau

secara presentase sebesar 79,71%.

(2) Muhammad Munir (2013) dalam jurnalnya menjelaskan tentang

pengembangan media pembelajaran pengolah angka (spreadsheet) berbasis

video screencast. Penelitian yang menggunakan pendekatan penelitian

pengembangan (Research and Development) ini terdiri dari: (1)

Preparation: mempersiapkan alat dan materi yang dibutuhkan, (2)

Recording:memilih area capture, record mode screencast, serta pengaturan


32
audio pada recording device, (3) Editing: menambahkan elemen drawing,

callout, mengedit timeline, menambah efek zoom, efek animasi dan

menambah audio yang mendukung untuk pendahuluan, backsound serta

naarasi, (4) Publishing: mempublish video yang telah diedit menjadi satu

kesatuan, mengkonversi format video menjadi mp4 dengan Format Factory

(5) Finishing: membuat quiz kemudian menggabungkan vide serta quiz

menjadi satu kesatuan media dengan ekstensi .exe. Pelaksanaan penelitian

media pembelajaran ini telah berjalan sesuai dengan rencana dan ketika

media dijalankan muncul menu auto play untuk memilih screencast.exe.

Untuk menu utama terdapat lima tombol yang meliputi tombol Video 1,

Video 2, Video 3, Quiz, Author, serta tombol Exit.

(3) Suyitno, Iis Widianto, dan Suryaneta binti Masrul (2018) dalam jurnal

berjudul Development Of Learning Media For The Course Of Two-Stroke

Gasoline Motors To Improve Students Learning Outcomes. Kesimpulan dari

penelitian tentang media pembelajaran ini dikategorikan layak sebagai

media pembelajaran dilihat dari hasil validasi oleh ahli media dan ahli

materi. Sedangkan hasil dari T-Test dengan taraf kesalahan 5%

menunjukkan bahwa media pelajaran ini mampu meningkatkan pemahaman

mahasiswa Pendidikan Teknik Otomotif Fakultas Keguruan dan Ilmu

Kependidikan Semester 2 Universitas Muhammadiyah Purworejo. Media

pembelajaran ini dapat digunakan dalam pembelajaran sebagai media untuk

meningkatkan hasil belajar dalam uji coba kelompok besar dengan jumlah

20 siswa.

33
(4) Anggini Winandra (2017) dengan judul skripsi pengembangan media

pembelajaran beda tinggi menggunakan App Inventor pada mata kuliah

Geomatika I menghasilkan media pembelajaran yang memiliki delapan

komponen utama (home), silabus, mind mapping, materi, about, help, dan

exit (keluar). Hasil penilaian media pembelajaran termasuk dalam kriteria

“sangat layak” oleh ahli materi dengan presentase kelayakan sebesar 89,3%

dan masuk kriteria ”layak” oleh ahli media dengan presentase kelayakan

sebesar 81,67% sehingga media pembelajaran layak digunakan dan

disebarluaskan sebagai mdia pembelajaran mahasiswa yang bisa digunakan

secara langsung di dalam ruang kelas atau belajar mandiri di mana saja

kapan saja.

(5) Nita Dwi Wahyuni (2015) dari hasil keseluruhan penelitian pengembangan

ini dapat disimpulkan bahwa hasil analisis data yang diperoleh dari hasil uji

coba media video pembelajaran pada mata pelajaran produktif kompetensi

dasar menjelaskan teknik pengoperasian pesawat penyipat datar (PPD)

untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas X Geomatika SMK Negeri 1

Nganjuk secara umum dapat dikategorikan baik, dan layak dalam proses

belajar mengajar. Dalam pengembangan (R&D) terdapat langkah-langkah

validasi ahli materi yang menunjukkan presentase 96,66% yang

menunjukkan materi video pembelajaran baik, validasi ahli media 100%

yang menunjukkan desain media baik, dan uji validitas lapangan atau kelas

untuk mengetahui tingkat keberhasilan media yang dikembangkan sehingga

media yang dikembangkan lebih rinci dan sesuai dengan kebutuhan

34
lapangan. Dan hasil belajar siswa mengalami peningkatan setelah

menggunakan media video pembelajaran pengoperasian pesawat penyipat

datar (PPD), sehingga media video pembelajaran ini dapat digunakan atau

dimanfaatkan sebagai media pembelajaran yang dapat menunjang proses

belajar mengajar.

C. Kerangka Berpikir

Perkembangan Pendidikan di Indonesia dituntut untuk dapat mengikuti

perkembangan jaman, untuk itu perlu adanya pembaharuan sistem pendidikan

guna meningkatkan mutu pendidikan, relevansi pendidikan dan perubahan

kurikulum agar perkembangan pendidikan dapat mengikuti perkembangan jaman.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dirasa kurang efektif untuk masa

sekarang, sehingga diperbaharui dengan Kurikulum 2013.

Proses belajar mengajar bersifat satu arah yang terdapat pada kurikulum

sebelumnya dinilai perlu diadakan perubahan. Sebelumnya, guru atau tenaga

pendidik yang menjadi aktor utama dalam proses belajar mengajar akan bertugas

memberi tahu kepada peserta didik tentang materi pembelajaran dan peserta didik

bertugas menerima informasi. Konsep ini sangat kurang dalam mendorong

keingintahuan peserta didik yang mengakibatkan minimnya pengetahuan dan

kenalaran dalam memahami suatu permasalahan. Kurikulum 2013 sendiri

menghendaki pembelajaran yang terpusat kepada peserta didik yang menuntut

keaktifan dalam pembelajaran, sehingga peserta didik mampu melakukan

observasi, bertanya, mengumpulkan informasi, menganalisis dan

mengkomunikasikan.

35
Mata pelajaran baru yang ada di Kurikulum 2013 Edisi Revisi ialah Dasar

Konstruksi dan Teknik Pengukuran Tanah, mata pelajaran ini menggabungkan

dua mata pelajaran. Penggabungan ini dirancang untuk mendukung semua

kompetensi agar dapat saling berintegrasi. Namun pada penerapannya, belum

sepenuhnya berhasil karena guru belum berhasil menarik minat siswa, dan siswa

belum dapat berkonsentrasi penuh dalam menjalankan dasar konsep Kurikulum

2013 Edisi Revisi. Ditambah lagi mata pelajaran khususnya Teknik Pengukuran

Tanah yang membutuhkan waktu praktek lebih agar semakin meningkatkan skill

peserta didik malah semakin berkurang karena penggabungan dua mata pelajaran

ini.

Media pembelajaran berupa video diharapkan mampu menarik perhatian

dan motivasi siswa untuk memahami materi yang disampaikan. Video

pembelajaran pun diharapkan dapat membantu siswa untuk paham gambaran awal

mengenai mata pelajaran yang akan dipelajari. Upaya pengembangan video ini

disesuaikan dengan minat siswa masa kini yang gemar mengakses sosial media

yang memiliki output yang berupa media visual maupun audio visual.

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan produk berupa media

pembelajaran video demonstrasi untuk mata pelajaran Dasar Konstruksi Dan

Teknik Pengukuran Tanah dengan kompetensi dasar melaksanakan pengukuran

dengan alat sipat datar (leveling). Video demonstrasi ini dibuat dan dikembangkan

untuk menunjang demonstrasi yang dilakukan oleh guru sehingga semua siswa

dapat melihat dengan jelas cara mengukur sipat datar memanjang. Video

demonstrasi ini dimaksudkan untuk meningkatkan keingintahuan siswa untuk

36
mempelajari materi serta mempermudah siswa dalam belajar secara mandiri.

Sifatnya yang menghilangkan keterbatasan waktu, membuat video dapat

digunakan sewaktu-waktu tanpa arahan guru.

Hasil penelitian ini berupa produk yakni video demonstrasi. Produk yang

dihasilkan kemudian divalidasi oleh ahli materi dan ahli media untuk diuji

kelayakannya. Setelah dilakukan validasi, maka akan ada revisi sesuai dengan

arahan para ahli hingga mencapai persetujuan. Tahap selanjutnya ialah

menampilkan produk kepada tenaga pendidik dan menanyakan pendapat tentang

tingkat kebermanfaatan produk ini dalam pembelajaran. Setelah media layak

secara presentase, selanjutnya produk siap untuk digunakan tenaga pengajar dan

peserta didik. Berdasarkan uraian di atas skema keranga pikir digambarkan seperti

pada gambar 11.

D. Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

(1) Bagaimanakah tahap pendefinisian dalam penelitian pengembangan video

pembelajaran untuk pengukuran sipat datar memanjang menggunakan

pesawat penyipat datar bagi siswa kelas X Desain Permodelan dan

Informasi Bangunan SMK Negeri 3 Yogyakarta?

(2) Bagaimanakah tahap perancangan dalam penelitian pengembangan video

pembelajaran untuk pengukuran sipat datar memanjang menggunakan

pesawat penyipat datar bagi siswa kelas X Desain Permodelan dan

Informasi Bangunan SMK Negeri 3 Yogyakarta?

37
(3) Bagaimanakah tahap pengembangan dalam penelitian pengembangan video

pembelajaran untuk pengukuran sipat datar memanjang menggunakan

pesawat penyipat datar bagi siswa kelas X Desain Permodelan dan

Informasi Bangunan SMK Negeri 3 Yogyakarta?

(4) Bagaimanakah tahap penyebaram dalam penelitian pengembangan video

pembelajaran untuk pengukuran sipat datar memanjang menggunakan

pesawat penyipat datar bagi siswa kelas X Desain Permodelan dan

Informasi Bangunan SMK Negeri 3 Yogyakarta?

38
Gambar 11. Alur Skema Kerangka Berpikir
(Sumber: Dokumen Pribadi)

39

Anda mungkin juga menyukai