Bab Ii Proposal
Bab Ii Proposal
Bab Ii Proposal
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Media Pembelajaran
a. Pengertian Media Pembelajaran
Kata “Media” berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak
dari “medium”, secara harfiah berarti perantara atau pengantar. National
Education Association (NEA) mendefinisikan media sebagai segala benda
yang dapat dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca atau dibicarakan
beserta instrument yang dipergunakan untuk kegiatan tersebut. Sedangkan
Heinich, dkk (1982) mengartikan istilah media sebagai “the term refer to
anything that carries information between asource and a reveiver”.
Menurut Hamidjojo dalam Latuheru (1993) memberi batasan media
sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk
menyampaikan atau menyebarkan ide, gagasan, atau pendapat sehingga ide,
gagasan atau pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang
dituju.
Menurut (Prawiro, 2012:29) Media Pembelajaran adalah segala
sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan informasi dari berbagai
sumber secara terencana sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif di
mana penerima dapat mengikuti proses pembelajaran secara efisien dan
efektif.
Menurut Heinich, dkk (1985) media pembelajaran adalah media-
media yang membawa pesan-pesan atau informasi yang bertujuan
pembelajaran atau mengandung maksud-maksud pembelajaran.
Menurut Gagne dan Briggs (1975) mengatakan bahwa media
pembelajaran meliputi alat yang secara fisik digunakan untuk
menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiridari antara lain buku, tape
recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide (gambar bingkai),
foto, gambar, grafik, televisi, dan computer.
Menurut Sadiman (2008: 7) media pembelajaran adalah segala sesuatu
yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima
pesan. Dalam hal ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan, perhatian,
dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjalin.
Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa media
pembelajaran adalah alat bantu yang digunakan oleh guru sebagai alat bantu
mengajar. Dalam interaksi pembelajaran, guru menyampaikan pesan ajaran
berupa materi pembelajaran kepada siswa.
Menurut Schramm (dalam Putri, 2011: 20) media pembelajaran adalah
teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan
pembelajaran. Jadi media pembelajaran adalah alat bantu yang dapat
digunakan untuk pembelajaran.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan pengertian
media pembelajaran sebagai alat bantu mengajar untuk menyampaikan
materi agar pesan lebih mudah diterima dan menjadikan siswa lebih
termotivasi dan aktif.
b. Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran
Didalam media pembelajaran terdapat beberapa fungsi dari
penggunaan adanya media didalam kegiatan belajar mengajar. Menurut S.
Gerlach dan P. Ely menjelaskan bahwa fungsi media dalam pembelajaran
dapat:
1) Bersifat Fiksatif
Bersifat Fiksatif, artinya media memiliki kemampuan untuk
menangkap, menyimpan, dan kemudian menampilkan kembali suatu
obyek atau kejadian. Dengan kemampuan ini suatu obyek dan kejadian
dapat digambar, dipotret, direkam, difilmkan, kemudian hasilnya dapat
disimpan dan pada saat diperlukan dapat ditunjukkan dan diamati
kembali, atau dapat ditampilkan kembali.
2) Bersifat Manipulatif
Bersifat Manipulatif artinya menampilkan kembali obyek atau
kejadian dengan berbagai macam perubahan manipulasi sesuai
keperluan, misalnya dirubah : ukurannya, benda yang besar dapat
dikecilkan benda yang kecil dapat dibesarkan, kecepatannya, warnanya,
serta dapat juga diulang-ulang penyaiiannya, sehingga semuanya dapat
diatur untuk dibawa keruangan kelas.
3) Bersifat Distributif
Bersifat Distributif , artinya bahwa dengan menggunakan media dapat
menjangkau sasaran yang lebih luas atau media mampu menjangkau
audien yang besar lumlahnYa dalam satu kali penyalian secara serempak.
misalnya siaran televisi, radio, dan surat kabar.
Menurut Levie & Lentz, (1982) mengemukakan empat fungsi media
pembelajaran, khususnya media visual terdapat empat fungsi, yaitu:
1) Fungsi Atensi
Fungsi atensi media visual, yaitu untuk menarik dan mengarahkan
perhatian pebelajar untuk konsentrasi kepada isi pelajaran yang berkaitan
dengan makna visual yang ditampilkan atau menyertai teks materi
pelajaran. Sering kali pada awal pelajaran pebelajar tidak tertarik dengan
materi pelajaran atau mata pelajaran itu merupakan salah satu pelajaran
yang tidak disenangi oleh mereka sehingga mereka tidak memperhatikan.
2) Fungsi Afektif
Fungsi afektif media visual dapat dilihat dari antusias siswa ketika
belajar atau saat sedang membaca teks bergambar. Gambar atau media
visual dapat menarik emosi dan sikap siswa, misalnya informasi yang
menyangkut masalah social atau ras.
3) Fungsi Kognitif
Fungsi kognitif media visual terlihat dari temuan-temuan penelitian
yang mengungkapkan bahwa lambang visual atau gambar memperlancar
pencapaian tujuan untuk memahami dan mengingat informasi atau pesan
yang terkandung dalam gambar.
4) Fungsi Kompensatoris
Fungsi kompensatoris media pembelajaran terlihat dari hasil
penelitian bahwa media visual yang memberikan konteks untuk
memahami teks membantu siswa yang lemah dalam membaca untuk
mengorganisasikan informasi teks dan mengingatnya kembali. Dengan
kata lain, media pengajaran berfungsi untuk mengakomodasi pebela.iar
yang lemah dan lambat menerima dan memahami isi pelajaran yang
disajikan dengan teks atau disajikan secara verbal.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut diketahui bahwa media
pembelajaran adalah segala sesuatu baik fisik maupun teknis yang
digunakan dalam proses pembelajaran yang dapat membantu guru untuk
mempermudah penyampaian materi pembelajaran kepada peserta didik
sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai dengan baik.
c. Ciri-Ciri Media Pembelajaran
Menurut Arsyad Azhar (2005: 6–7) ciri-ciri umum yang terkandung
dalam media yaitu :
1) Media pendidikan memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal
sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihat,
didengar, atau diraba dengan panca indera.
2) Media pendidikan memiliki pengertian nonfisik yang dikenal sebagai
software (perangkat lunak) yaitu kandungan pesan yang terdapat dalam
perangkat keras yang merupakan isi yang ingin disampaikan kepada
siswa.
3) Penekanan media pendidikan terdapat pada visual dan audio.
4) Media pendidikan memiliki pangertian alat bantu pada proses belajar
baik di dalam maupun di luar kelas.
5) Media pendidikan digunakan dalam rangka komunikasi dan interaksi
guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
6) Media pendidikan dapat digunakan secara massal (misalnya radio,
televisi), kelompok besar dan kelompok kecil (misalnya film, slide,
video, OHP), atau perorangan (misalnya : modul, komputer, radio
tape/kaset, video recorder).
7) Sikap, perbuatan, organisasi, strategi, dan manajemen yang berhubungan
dengan penerapan suatu ilmu.
Gerlach & Ely yang dikutip Arsyad Azhar (2005: 12), mengemukakan
tiga ciri-ciri dari media pembelajaran antara lain:
1) Ciri Fiksatif (Fixative Property)
Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan,
melestarikan, dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Suatu
peristiwa atau objek dapat diurut dan disusun kembali dengan media
seperti fotografi, video tape, audio tape, disket komputer, dan film.
Dengan ciri fiksatif ini, media memungkinkan suatu rekaman kejadian
atau objek yang terjadi pada satu waktu tertentu ditransportasikan tanpa
mengenal waktu.
2) Ciri Manipulatif (Manipulative Property)
Transformasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media
memiliki ciri manipulatif. Kejadian yang memakan waktu berhari-hari
dapat disajikan kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan
teknik pengambilan gambar time-lapse recording.
3) Ciri Distributif
Ciri Distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian
ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut
disajikan kepada sejumlah besar siswa dengan dengan stimulus
pengalaman yang relatif sama mengenai kejadian itu. Sekali informasi
direkam dalam format media apa saja, ia dapat diproduksi seberapa
kalipun dan siap digunakan secara bersamaan di berbagai tempat atau
digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat. Konsistensi informasi
yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama dengan aslinya.
2. Media Explosion Box
a. Pengertian Explosion Box
Menurut (Sipnaturi & Farida, 2020) Explosion Box atau yang biasa
disebut kotak kejutan adalah media grafika berjenis visual. Explosion Box
merupakan sebuah kotak persegi berbentuk kado yang dibuat dengan bahan
kertas yang visualnya dikreasikan untuk membuat bagian dalam box
dipenuhi berbagai konstruksi menarik saat penutupnya dibuka. Selama ini
ada beberapa macam Explosion Box yang telah diciptakan berdasarkan
kreatifitas masing-masing orang. Luasnya kreatifitas inilah yang menjadi
asal mula munculnya ide untuk menggunakan Explosion Box sebagai media
ajar.
Explosion Box merupakan sebuah kotak seperti kado yang terbuat dari
kertas yang jika di buka berisi berbagai kejutan kreatif berbagai bentuk
ungkapan melalui kreatifitas. Explosion Box ini memiliki beberapa macam,
masing- masing orang memiliki cara sendiri dalam menyalurkan kreatifitas
mereka. Hal inilah yang membuat Explosion Box bisa di kreasikan menjadi
media pembelajaran. Explosion Box ini di variasi dengan materi materi
pembelajaran dan games edukasi. Explosion Box ini terdiri dari beberapa
bagian yaitu materi sistem pencernaan, games puzzle sistem pencernaan,
panduan praktikum, dan games ular tangga yang bisa dimainkan di dalam
kelompok. (Waladiyah,2018)
Menurut (Bluemel, 2012) Media pembelajaran Explosion Box
bertujuan untuk membantu siswa memahami suatu materi pelajaran dengan
cara yang lebih menyenangkan, memberi variasi kegiatan pembelajaran agar
tidak membosankan, mengajak siswa untuk lebih banyak melakukan
kegiatan lain tidak hanyak mendengarkan guru melainkan juga mengamati,
melakukan, mempresentasika, selain itu media pembelajaran Explosion Box
ini juga akan memperjelas makna suatu materi pelajaran dengan visual.
Explosion Box atau biasa disebut kotak ledakan merupakan sebuah
kotak yang berbentuk seperti kado yang terbuat dari kertas, terdiri dari
empat bagian dan apabila di buka berisi berbagai kejutan kreatif. Didalam
media Explosion Box memuat gambar-gambar dan penjelasan yang
ditempelkan pada masing-masing bagian pada kotak. Media Explosion Box
yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebuah kotak yang di
dalamnya berisikan penjelasan serta gambar-gambar tentang materi gaya
dan perubahannya.
b. Kelebihan dan Kekurangan Explosion Box
Pada dasarnya setiap media pembelajaran ada kelebihan dan
kekurangan. Kelebihan apabila menggunakan media Explosion Box sebagai
media bantu dalam pelajaran yaitu:
1) Media Explosion Box mampu membuat peserta didik menjadi
semangat dan antusias untuk belajar.
2) Media Explosion Box dapat memudahkan peserta didik menangkap
materi sebab penyuguhan materi yang sederhana dan padat makna
tapi unik dan menarik. Media yang bersifat interaktif juga
mempengaruhi antusias belajar peserta didik sehingga menghidupkan
suasana kegiatan pembelajaran.
Adapun Menurut Melkis & Charisma (2017) menyatakan bahwa
adapun kekurangan media pembelajaran Explosion Box yaitu:
1) Proses pembuatan Explosion Box membutuhkan waktu yang cukup
lama, dan rumit karena perlu adanya pemikiran, perhitungan,
pematangan konsep, dan kreatifitas tinggi dalam memvisualisasikan
desain yang telah dibuat sehingga dapat ditarik, dilipat, digerakkan,
dibuka, dan ditutup.
2) Pembuatan yang rumit mengakibatkan kesulitan apabila harus
memproduksi massal.
3) Bahan yang terbuat dari kertas membuat media mudah rentan rusak
sehingga pengguna dihimbau untuk hati-hati.
3. Pemahaman Belajar
Pemahaman berasal dari kata “Faham” yang memiliki arti tanggap,
mengerti benar, pandangan, ajaran. Pengertian tentang pemahaman yaitu
kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan.
Pemahaman merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa
kemampuan memahami atau mengerti tentang isi pelajaran yang dipelajari
tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkanya dengan isi pelajaran
lainnya. Peserta didik dapat dikatakan memiliki pemahaman yang baik, ketika
mereka mampu menghubungkan pengetahuan yang baru dengan pengetahuan
lama yang telah mereka terima. Kemampuan peserta didik menjawab test
sumatif atau formatif dari guru menggunakan kata-kata sendiri adalah satu
teknik untuk mengidentifikasi pemahaman peserta didik terhadap suatu materi.
Menurut Widiasworo (2017: 81) Pemahaman merupakan kemampuan
untuk menghubungkan atau mengasosiasikan informasi-informasi yang
dipelajari menjadi “satu gambar” yang utuh di otak kita”. Bisa juga dikatakan
bahwa pemahaman merupakan kemampuan untuk menghubungkan atau
mengasosiasikan informasi-informasi lain yang sudah tersimpan dalam data
base di otak kita sebelumnya. Peserta didik dianggap sudah memahami sesuatu
jika peserta didik tersebut dapat melihat dari berbagai sisi dan mampu untuk
mengasosiasikan pengetahuan yang telah didapat dengan pengetahuan barunya
tersebut. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sudijono (2011: 50) bahwa
Pemahaman (Comprehension) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti
atau memahami sesuatu dan setelah itu diketahui dan di ingat.
Pengertian Pemahaman siswa adalah kemampuan untuk menangkap
makna dan arti dari bahan yang dipelajari (Winkel, 1996). Menurut Bloom
dalam Winkel (1996) pemahaman termasuk dalam klasifikasi ranah kognitif
level 2 setelah pengetahuan. Pengertian pemahaman siswa dapat diurai dari
kata “faham” yang memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran.
Disini ada pengertian tentang pemahaman yaitu: kemampuan memahami arti
suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas atau
merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi dari pada
pengetahuan. Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah
kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi. pelajaran
yang dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkannya
dengan isi pelajaran lainnya. Pemahaman ini dapat dibagi 3 kategori yaitu :
1. Tingkat Redah: Pemahaman terjemah mulai dari terjemahan dalam arti
sebenarnya semisal, Bahasa asing dan Bahasa Indonesia
2. Tingkat Menengah: Pemahaman yang memiliki penafsiran, yakni
menghubungkan bagian-bagian terdahulu dengan diketahui beberapa bagian
dari grafik dengan kejadian atau peristiwa.
3. Tingkat Tinggi: Pemahaman ekstrapolasi dengan ekstrapolasi yang
diharapkan seseorang mampu melihat di balik, yang tertulis dapat membuat
ramalan konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu atau
masalahnya. Untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap pelajaran yang
disampaikan guru dalam proses belajar-mengajar, maka diperlukan adanya
penyusunan item tes pemahaman. Adanya sebagian item pemahaman dapat
diberikan dalam bentuk gambar, denah, diagram, dan grafik, sedangkan bentuk
dalam tes objektif biasanya digunakan tipe pilihan ganda dan tipe benar-salah.
4. Pembelajaran IPA
a. Pengertian Pembelajaran IPA
Ilmu Pengetahuan Alam merupakan makna alam dan berbagai
fenomenanya/perilaku/karakteristik yang dikemas menjadi sekumpulan teori
maupun konsep melalui serangkaian proses ilmiah yang dilakukan manusia.
Menurut Abdullah Aly (2008: 18) menjelaskan bahwa IPA merupakan
suatu pengetahuan teoritis yang diperoleh/disusun dengan cara yang
khas/khusus, yaitu melakukan observasi eksperimentasi, penyimpulan,
penyusunan teori, eksperimentasi, observasi dan demikian seterusnya kait-
mengkait antara cara yang satu dengan yang lain.
Menurut Rom Harre (Hendro Darmodjo & Jenny R. E. Kaligis, 1993:
4), Science is a collection of well attested theories which explain the
patterns and regularities among carefully studied phenomena. Bila
diterjemahkan artinya sebagai berikut: IPA adalah kumpulan teori yang
telah diuji kebenarannya yang menjelaskan tentang pola-pola keteraturan
dari gejala alam yang diamati secara seksama. Pendapat Harre ini memuat
dua hal yang penting yaitu Pertama, bahwa IPA suatu kumpulan
pengetahuan yang berupa teori-teori. Kedua, bahwa teori-teori itu berfungsi
untuk menjelaskan gejala alam. Ilmu Pengetahuan Alam mempunyai objek
dan permasalahan jelas yaitu berobjek benda-benda alam dan
mengungkapkan misteri (gejala-gejala) alam yang disusun secara sistematis
yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan yang dilakukan oleh
manusia. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Powler (Usman Samatowa,
2006: 2), IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala-gejala alam
dan kebendaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum
yang berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimen.
Menurut Sri Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus
melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru
dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada
anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari,
menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai
pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Menurut De
Vito, et al.
(Usman Samatowa, 2006: 146), pembelajaran IPA yang baik harus
mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa,
membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di
lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan
menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat
diperlukan untuk dipelajari.
Menurut Samatowa (2010: 2) mengemukakan bahwa pembelajaran
IPA di sekolah dasar hendaknya membuka kesempatan untuk memupuk rasa
ingin tahu siswa secara alamiah. Dengan begitu, pembelajaran IPA dapat
membantu siswa mengembangkan kemampuan bertanya, mencari jawaban
atas suatu permasalahan berdasarkan bukti, serta mengembangkan cara
berpikir ilmiah.
Menurut Cullingford (dalam R. Rohandi, 2009: 118), pembelajaran
IPA seharusnya memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan sikap ingin tahu dan berbagai penjelasan logis. Hal ini
penting agar siswa tidak hanya diberikan teori saja tanpa mengetahui proses
lahirnya teori tersebut. Dengan demikian, siswa tidak sekedar menghafal
melainkan memahami teori. Selain itu, pembelajaran tersebut dapat
mendorong siswa untuk mengekspresikan kreativitasnya, mengembangkan
cara berpikir logis, dan kemampuan untuk membangkitkan penjelasan
ilmiah.
Permasalahan
Media yang digunakan dalam pembelajaran kelas IV di SD Negeri Randusari
hanya menggunakan buku pelajaran dari sekolah serta hanya menggunakan
media IT seperti video youtube dan Power Point
Tindak Lanjut
Pembaharuan proses pembelajaran melalui pemanfaatan media pembelajaran
Solusi
Pengembangan media pembelajaran
Penyelesaian
Pengembangan media pembelajaran Explosion Box mata pelajaran IPA materi
gaya dan perubahannya
Hasil
Sebagai inovasi baru serta untuk meningkatkan pemahaman belajar siswa pada
mata pelajaran IPA
D. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan kerangka berpikir, maka peneliti mengajukan beberapa
pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kelayakan media Explosion Box berdasarkan kualitas yang ada
dalam media Explosion Box?
2. Bagaimana efektifitas produk berdasarkan kualitas yang ada dalam media
Explosion Box yang dikembangkan bedasarkan respon siswa dan guru?
3. Bagaimana keefektifan media Explosion Box Sebagai Inovasi Baru untuk
Meningkatkan Pemahaman Belajar Siswa Kelas IV pada Mata Pelajaran IPA di
SD Negeri Randusari Yogyakarta?