Penuntun Biokimia Dasar
Penuntun Biokimia Dasar
Penuntun Biokimia Dasar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat kehendak dan
rahmatNya sehingga Panduan Praktikum Biokimia Dasar untuk mahasiswa Jurusan
Peternakan Fakultas Peternakan, Universitas Halu Oleo dapat diselesaikan.
Panduan praktikum ini dibuat sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan praktikum
Biokimia Dasar yang merupakan kegiatan penunjang mata kuliah Biokimia Dasar, Jurusan
Peternakan, Universitas Halu Oleo. Panduan praktikum ini diharapkan dapat membantu
mahasiswa dalam mempersiapkan dan melaksanakan praktikum dengan lebih baik, terarah,
dan terencana. Pada setiap topik telah ditetapkan tujuan pelaksanaan praktikum dan semua
kegiatan yang harus dilakukan oleh mahasiswa serta teori singkat untuk memperdalam
pemahaman mahasiswa mengenai materi yang dibahas.
Penyusun meyakini bahwa dalam pembuatan Panduan Praktikum Biokimia Dasar ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penyusun mengharapkan krtik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan modul praktikum ini dimasa yang akan datang.
Akhir kata, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Tim Penyusun
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1. Karbohidrat
Karbohidrat atau disebut juga sakarida didefinisikan sebagai polihidroksi aldehida atau
polihidroksi keton. Golongan senyawa karbohidrat dapat dibagi menjadi 3 subgolongan atas dasar
jumlah satuan dasar yang menyusun. Satuan Dasar yang dimaksud ialah polihidroksi aldehida dan
polihidroksi keton tunggal. Kedua jenis satuan penyusun ini mengandung gugus karboksil. Jika
gugus karboksil itu terdapat pada ujung bangun molekul linier, maka satuan itu dinamakan
aldosa. Jika gugus itu terdapat pada urutan kedua rantai atom C, maka dinamakan ketosa.
Sakarida yang hanya terdiri dari sebuah satuan dasar, maka karbohidrat itu termasuk sub
golongan monosakarida. Sub golongan kedua dinamakan oligosakarida karena mengandung dua
sampai sepuluh satuan dasar, yang terakhir ialah polisakarida, mengandung satuan dasar yang
jumlahnya lebih dari sepuluh. Ikatan antara satuan dasar yang satu terhadap lainnya dinamakan:
Ikatan Glikosidik.
Monosakarida yang paling banyak terdapat di alam ialah yang beratom C3 sampai 6,
terutama atom C5 dan 6 misalnya glukosa, fruktosa, ribose, arabinose, sillosa dan lain – lain.
Golongan oligosakarida yang terdiri dari dua buah satuan disebut juga disakarida, yang terdapat
di alam adalah maltosa, silobinosa, laktosa dan sakarosa.
Golongan polisakarida dibedakan menjadi dua macam atas dasar satuan dasar, panjang
rantai dan derajat percabangannya. Monosakarida ialah karbohidrat yang hanya mengandung satu
jenis satuan dasar (monomer), sedang bila dalam lebih dari satu jenis disebut Heteropoli-sakarida.
Atas dasar fungsinya polisakarida dibagi menjadi polisakarida cadangan misalnya: pati, glikogen
dan polisakarida strukturil yang bertindak sebagai kerangka pada dinding sel dan pelindung,
pengisi antar sel jaringan pengikat misalnnya “khitin, selulose, pektin dan lain – lain.
Beberapa sifat umum dan reaksi karbohidrat antara lain:
1. Asam sulfat pekat dapat menghidrolisa ikatan glikosidik karbohidrat menjadi
monosakarida, selanjutnya mengalami dehidrasi membentuk furfural dan derivat-nya.
Senyawa ini jika di-tambah sulvonated alpha naptol akan menjadi zat yang berwarna ungu.
2. Sakarida yang mempunyai gugus aldehid, mempunyai sifat mereduksi. Sifat ini dapat
diketahui jika ke dalam larutan tersebut ditambahkan larutan ion Cupri dalam suasana
alkalis, kemudian dipanaskan akan terdapat endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Uji
adanya gugus reduksi dapat dilakukan dengan penamabahan larutan yang mengandung ion
Cupri, yaitu larutan: Fehling, Benedict, Barfoed, Luft dan lain – lain. Larutan Barfoed
hanya dapat direduksi oleh monosakarida.
3. Dehidrasi monosakarida keton akan dihasilkan furfural. Peristiwa dehidrasi ketosa menjadi
furfural lebih cepat dibandingkan dengan dehidrasi monosakarida aldosa. Hal ini
disebabkan karena aldosa sebelum dehirasi mengalami transformasi dulu menjadi berwarna
merah muda (Uji Seliwanoff).
4. Jodin dapat diabsorbsi oleh polisakarida hingga menjadi pewarnaan. Dengan amilum akan
memberikan warna biru, dengan glikogen akan memberikan warna coklat, dengan dextrin
akan memberikan warna merah coklat.
5. Polisakarida memiliki gugus reduksi pada ujung rantai saja. Bila mengalami hidrolisa akan
menghasilkan rantai monosakarida yang lebih pendek yang memiliki gugus reduksi.
Hidrolisa amilum menghasilkan dextrin dan akhirnya glukosa, mula – mula dengan jod
berwarna biru akhirnnya tidak terjadi pewarnaan.
2. Protein
Protein merupakan senyawa organik yang tersusun atas monomer asamamino. Dalam
kehidupan, protein merupakan biomolekul yang sangat penting.Fungsinya dalam tubuh
sebagai katalisator mampu mempercepat proses kimiawiyang terjadi dalam tubuh, sehingga
tidak terjadi penggunaan energi yang banyak.Menurut Wane (2011) bahwa protein adalah
senyawaorganik kompleks
dengan berat molekul tinggi, protein merupakan polimer dari momer-monomer asamamino
yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Proteinmengandung molekul
karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulphur serta fosfor. Protein berperan
penting dalam struktur dan fungsi semua selmakhluk hidup dan virus.
Protein merupakan komponen utama dalam semua sel hidup,baik tumbuhan maupun
hewan. Pada sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah
air. Kira-kira lebih dari 50% berat kering sel terdiri atas protein. Protein adalah senyawa
organic kompleks yang terdiri atas unsure-unsur Karbon (50-55%), Hidrogen (± 7%),
Oksigen (±13%), dan Nitrogen (±16%). Banyak pula protein yang mengandung Belerang (S)
dan Fosfor (P) dalam jumlah sedikit (1-2%). Ada beberapa protein lainnya mengandung
unsur logam seperti tembaga dan besi (De man 1997).
Pada uji susunan elementer protein, semua jenis protein tersusun atas unsure-unsur
karbon (C ), hydrogen (H), oksigen (O), dan nitrogen (N). Ada pula protein yang
mengandung sedikit belerang (S) dan fosfor (P). dengan metode pembakaran atau
pengabunan, akan diperoleh unsure-unsur penyusun protein, yaitu C,H, O, dan N.
Pada uji kelarutan protein, protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi dengan larutan
asam maupun basa. Daya larut protein berbeda di dalam air, asam, dan basa. Sebagian ada
yang mudah larut dan ada pula yng sukar larut. Namun, semua protein tidak larut dalam
pelarut lemak seperti eter atau kloroform. Apabila protein dipanaskan atau ditambah etanol
absolute, maka protein akan menggumpal (terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik
mantel air yang melingkup molekul-molekul protein.
Protein dapat memerankan fungsi sebagai bahan struktural karena sepertihalnya
polimer lain, protein memiliki rantai yang panjang dan juga dapatmengalamicross-linkingdan
lain-lain. Selain itu protein juga dapat berperansebagai biokatalis untuk reaksi-reaksi kimia
dalam sistem makhluk hidup.Makromolekul ini mengendalikan jalur dan waktu metabolisme
yang kompleksuntuk menjaga kelangsungan hidup suatu organisme. Suatu sistem
metabolismeakan terganggu apabila biokatalis yang berperan di dalamnya
mengalamikerusakan (Hertadi, 2008).Berdasarkan hal tersebut, mengingat peran protein
sebagai biomolekulyang sangat penting bagi tubuh makhluk hidup, maka dilakukanlah
praktikum iniguna melakukan uji coba terhadap beberapa reaksi yang melibatkan protein.
3. Lipid
Lipida adalah senyawa organik yang tidak larut dalam air, banyak ditemukan dalam sel/
jaringan, larut dalam zat pelarut non polar seperti chloroform, ether dan benzana. Sebagai
penyusun utama lipida adalah trigliserida. Walaupun lipida merupakan satu golongan senyawa
tersendiri akan tetapi sering kali bergabung dengan senyawa lain misalnya karbohidrat dan
protein dengan nama glikolipida dan lipoprotein.
Untuk memberikan definisi yang jelas tentang lipid sangat sukar, sebab senyawa yang
termasuk lipid tidak mempunyai rumus struktur yang serupa atau mirip. Sifat kimia dan
fungsi biologinya juga berbeda-beda. Walaupun demikian, para ahli biokimia bersepakat
bahwa lemak dan senyawa organik yang kelompok yang disebut lipid (Poedjiadi dan
Supriyanti, 2009).
Asam lemak penyusun lipida ada 2 macam yaitu asam lemak yang jenuh dan asam lemak
tidak jenuh. Asam lemak hewani umumnya mempunyai rantai C jenuh, sedang minyak nabati
umumnya memiliki satu atau lebih ikatan rangkap. Halogen dapat bereaksi cepat dengan atom C
pada rantai yang ikatannya tidak jenuh (peristiwa addisi). Selama penyimpanan lemak atau
minyak mungkin menjadi tengik disebabkan oleh pembentukkan peroksida pada ikatan rangkap
karena dengan oksigen dari udara atau jasad renik.Lipid memerlukan mekanisme pengangkutan
khususagar bersirkulasi dalam darah karena lipid tidak larut dalam air. Lipid dalamsirkulasi
tersusun menjadi partikel-partikel lipoprotein besar dengan berbagaigolongan apolipoprotein.
Apolipoprotein ini membantu kelarutan lipid serta pengangkutannya dari saluran cerna ke
hati, yang memiliki reseptor spesifik untukapolopoprotein (Sacheret al.,2004).
Lipid atau biasa disebut juga dengan lemak terdiri dari berbagai
macam jenis. Menurut struktur kimianya, lemak terdiri dari lemak netral (triglyceride), phosp
holipida,lecithine, dan sphyngomyelineb. Menurut sumbernya (bahanmakanannya), lemak
terdiri dari lemak hewani dan lemak nabati. Menurutkonsistennya, lemak terdiri dari dari
lemak padat (lemak atau gaji) dan lemak cair(minyak). Menurut wujudnya, lemak terdiri dari
lemak tak terlihat (invisible fat )dan lemak terlihat (visible fat). Lemak nabati mengandung
lebih bayak asamlemak tak jenuh yang menyebabkan titik cair yang lebih rendah dan
berbentukcair (minyak), sedangkan lemak hewani mengandung asam lemak jenuh,khususnya
yang mempunyai rantai karbon panjang yang berbentuk padat (Riawan1990).Lipid memiliki
berbagai fungsi di dalam tubuh, diantaranya adalahmenghasilkan energi yang dibutuhkan
tubuh, menghasilkan asam lemak esensial, pelumas di antara persendian, membantu
pengeluaran sisa makanan, dan memberikepuasan cita rasa. Lipid merupakan sumber energi
yang pekat, 1 gram lipidmemberikan 9 gram kalori. Energi yang berlebihan dalam tubuh akan
disimpandalam jaringan adiposa sebagai energi potensial. Lipid adiposa ini tersimpandalam
jaringan di bawah kulit/sub cutaneus tissuessebanyak 50%, sekeliling alattubuh dalam rongga
perut sebanyak 45%, dan dalam jaringan bagian dalamotot/intra muscular tissuessebanyak
5% (Suhardjoet al.2010).
4. Enzim
Seluruh reaksi kimia yang berlangsung di dalam sel memerlukan jasa enzim, enzim
disintesis di dalam sel, namun aktivitasnya tidak selalu di dalam sel. Berbagai reaksi kimia
yang dikendalikan oleh enzim antara lain respirasi, pertumbuhan, perkembangan, kontraksi
otot, fotosintesis, pencernaan, fiksasi nitrogen, pembentukan urin, dan lain-lain (Salisbury,
1995).
Enzim adalah sekelompok protein yang berfungsi sebagai katalisator untuk berbagai
reaksi kimia dalam sistem biologis. Hampir setiap reaksi kimia di dalam sistem biologis
dikatalisis oleh enzim. Sintesis enzim terjadi di dalam sel dan sebagian besar enzim dapat
diekstraksi dari sel tanpa merusak fungsi dari sel tersebut (Poedjiadi, 1994).
Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi
dan dengan demikian mempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim
menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan mempermudah terjadinya
reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis enzim hanya dapat
bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia (Gunam dkk, 2011).
Enzim bekerja pada kisaran suhu tertentu. Suhu rendah mendekati titik beku tidak
merusak enzim, namun enzim tidak dapat bekerja. Dengan kenaikan suhu lingkungan, enzim
mulai bekerja sebagian dan mencapai suhu maksimum pada suhu tertentu. Bila suhu
ditingkatkan terus, jumlah enzim yang aktif akan berkurang karena mengalami denaturasi.
Kecepatan reaksi enzimatik mencapai puncaknya pada suhu optimum.
Pada suhu sangat rendah, aktivitas enzim dapat terhenti secara reversible. Kenaikan
suhu lingkungan akan meningkatkan energi kinetik enzim dan frekuensi tumbukan antara
molekul enzim dan substrat, sehingga enzim menjadi aktif. Pada suhu dimana enzim masih
aktif, umumnya kenaikan suhu 10oC menyebabkan kecepatan reaksi enzimatis bertambah 1,1
hingga 3,0 kali lebih besar. Pada suhu optimum, kecepatan reaksi enzimatis berlangsung
maksimal. Bila suhu ditingkatkan terus, maka enzim akan mengalami denaturasi, sehingga
aktivitas katalitiknya terhenti. Sebagian besar enzim memiliki suhu optimum 30 oC sampai
40oC dan mengalami denaturasi secara irreversible pada pemanasan di atas suhu 60oC.
5. Fitokimia Bahan Pakan
Uji fitokimia digunakan untuk mendeteksi senyawa yang terkandung dalam bahan
pakan berdasarkan golongannya sebagai informasi awal dalam mengetahui golingan senyawa
kimia yang mempunyai aktivitas biologi dari suatu bahan pakan. Uji fitokimia dilakukan
untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang terdapat pada bahan pakan, seperti fenol,
flavonoid, saponin dan tannin.
Pada bahan pakan yang digunakan sebagai bahan pakan ternak, ada beberapa yang
menjadi faktor pembatas dalam pemanfaatannya. Salah satu senyawa yang merupakan
pembatas dalam bahan pakan adalah tannin. Tanin merupakan salah satu senyawa metabolit
sekunder yang terdapat pada tanaman dan disintesis oleh tanaman. Tanin dibagi menjadi dua
kelompok yaitu tanin yang mudah terhidrolisis dan tanin terkondensasi. Tanin dapat dijumpai
pada hampir semua jenis tumbuhan hijau di seluruh dunia baik tumbuhan tingkat tinggi
maupun tingkat rendah dengan kadar dan kualitas yang berbeda-beda (Jayanegara, 2008).
Tanin mengikat protein membentuk senyawa kompleks sehingga kelarutan proteinnya
menurun dan sulit dicerna. Tanin dibedakan menjadi tannin yang terkondensasi yaitu yang
tidak dapat dipecah oleh mikroorganisme rumen dan tannin yang terhidrolisa, yaitu yang
dapat dipecah mikroorganisme rumen.Kedua jenis tanin ini terdapat dalam tumbuhan, tetapi
yang paling dominan terdapat dalam tanaman adalah tanin terkondensasi (Hayati, 2010).
Tanin yang mudah terhidrolisis merupakan polimer gallic atau ellagic acid yang
berikatan ester dengan sebuah molekul gula, sedangkan tanin terhidrolisis merupakan polimer
senyawa flavonoid dengan ikatan karbon-karbon (Jayanegara, 2008).
Kemampuan tanin untuk membentuk kompleks dengan protein berpengaruh negatif
terhadap fermentasi rumen. Tanin dapat berikatan dengan dinding sel mikroorganisme rumen
dan dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme atau aktivitas enzim. Ketersediaan
tanin di sisi lain berdampak positif jika ditambahkan pakan yang tinggi akan protein baik
secara kuantitas maupun kualitas. Hal ini disebabkan protein yang berkualitas tinggi dapat
terlindung oleh tanin dari degradasi mikroorganisme rumen sehingga lebih tersedia pada
saluran pencernaan. Kompleks ikatan tanin dengan protein dapat dilepas pada pH rendah di
abomasum dan protein dapat didegradasi oleh enzim pepsin sehingga asam-asam amino yang
dikandungnya tersedia bagi ternak. Tanin dapat dipakai sebagai antimikroba (bakteri dan
virus). Tanin juga berkhasiat sebagai astringen yang dapat menciutkan selaput lendir
sehingga mempercepat penyembuhan sariawan (Jayanegara, 2008).
C. Metodologi Praktikum
• Uji Iodium
Alat dan bahan :
1. Plat tetes
2. Pipet
3. Larutan sampel : (glukosa, sukrosa, amilum, jagung, dan dedak)
4. Larutan Iodium encer
Cara kerja :
• Uji Barfoed
Alat dan bahan :
1. Tabung reaksi
2. Alat penangas
3. Pengatur waktu (Timer)
4. Penjepit tabung
5. Pipet tetes
6. Pereaksi Barfoed
8. Larutan sampel : Larutan sampel: glukosa, fruktosa ,sukrosa,, maltosa
(masing dengan konsentrasi 1%), jagung, dedak.
Cara kerja :
1) Sediakan tabung reaksi bersih dan kering
2) Pertama lakukan Uji Benedict dengan menggunakan larutan Glukosa ;
a. Isi tabung dengan 1mL pereaksi Barfoed + 5 tetes glukosa 1%
b. Panaskan tabung dalam penangas air mendidih selama 3 menit
c. Dinginkan tabung tersebut di atas dalam air mengalir (kran) selama 2 menit
d. Tambahkan ke dalam tabung 1mL pereaksi warna phospomolibdat sambil
dikocok perlahan-lahan.
e. Perubahan warna dari hijau kekuning-kuningan menjadi biru tua menunjukkan
hasil yang positif adanya monosakarida, catat hasilnya
3) Lakukan percobaan tersebut di atas dengan menggunakan sampel yang tersedia, catat
hasilnya
• Uji Seliwanoff
Alat dan bahan:
1. Tabung reaksi
2. Alat penangas air atau lampu Bunsen
3. Pengatur waktu
4. Pipet tetes
5. Penjepit tabung
6. Pereaksi Seliwanoff
7. Larutan sampel : Fruktosa, glukosa, sukrosa, amilum (masing-masing
dalam larutan 1%). Dedak, jagung,
Cara kerja :
1) Sediakan Tabung reaksi bersih dan kering ,
2) Pertama lakukan Uji Seliwanoff dengan lar. Fruktosa:
a. Tabung reaksi dengan 3 mL pereaksi Seliwanoff + 10 tetes Fruktosa 1%.
b. Panaskan di atas api (lampu Bunsen) langsung selama 30 detik atau dalam
penangas air mendidih selama 1 menit.
c. Perhatikan warna yang terjadi ,Warna merah menunjukkan bahwa reaksi positif
3) Lakukan Uji Seliwanoff dengan menggunakan larutan sampel yang disediakan.
• Hidrolisis Polisakarida
Alat dan bahan :
1. Tabung reaksi
2. Plat tetes
3. Larutan sampel (dedak, amilum dan jagung)
4. HCl 10%
5. Larutan Iodium encer
6. Pereaksi Uji Barfoed dan Uji Benedict
7. Larutan Na2 SO3 KH
Cara kerja :
1) Siapkan 3 tabung reaksi bersih dan kering,
2) Masukkan ke dalam masing-masing tabung :
a. 10 mL larutan sampel + 1 mL HCL 10%
b. Panaskan dalam penangas air mendidih
3) Lakukan Uji Iodium* pada masing-masing sampel dengan cara :
a. Ambil 1 tetes hidrolisat dan teteskan di atas plat tetes
b. Tambahkan 1 tetes larutan Iodium encer
4) Ulangi Uji Iodium *setiap 3 menit sampai tidak berubah /tetap kuning,atau reaksi
negative (-).
a. Catat waktunya (perubahan dari reaksi positif menjadi negative)!
b. Dinginkan hidrolisat dan netralkan dengan larutan Na 2SO3KH beberapa tetes
atau larutan NaOH 2% dengan menggunakan lakmus sebagai indicator.
c. Hidrolisat di bagi dua : untuk uji Benedict dan Barfoed.
5) Lakukan uji Benedict * pada masing –masing hidrolisat (untuk mengetahui dengan
pasti bahwa sampel sudah mengalami hidrolisis, molekul kompleks menjadi
molekul sederhana).
6) Lakukan uji Barfoed * pada masing-masing hidrolisat (untuk mengetahui apakah
sampel telah terhidrolisis sempurna menjadi monosakarida)
C.2. Protein
Cara kerja :
1. Siapkan 5 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan air suling, HCl 10%,
NaOH 40%, alcohol 96%, dan kloroform sebanyak 1 ml.
2. Tambahkan 2 ml albumin (putih telur) pada setiap tabung.
3. Masing-masing tabung dihomogenkan dengan cara digocok, dan diamati sifat
kelarutannya.
• Uji Biuret
Alat dan Bahan :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung
3. Larutan albumin
4. Saliva
5. Larutan pati
6. Air suling (Aquades)
7. NaOH 40%
8. CuSO4
Cara kerja :
1. Siapkan 4 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan larutan albumin, saliva,
larutan pati, dan aquadest sebanyak 2 ml.
2. Tambahkan 2 ml NaOH 10% dan 1 tetes CuSO4pada setiap tabung.
3. Amati perubahan warna pada masing-masing tabung. Bila belum terbentuk warna
lembayung, CuSO4 ditambahkan lagi sebanyak 10 tetes
Cara kerja :
Cara Kerja :
1. Masukan 1 ml larutan albumin di dalam tabung reaksi, lalu tambahkan
1 ml NaOH 10%, kemudian panaskan.
2. Perhatikan bau amoniak yang terjadi dan diuji dengan kertas lakmus
merah yang telah dibasahi dengan aquades.
3. Terbantuknya bau amoia menunjukkan adanya N.
c. Uji unsur atom S
1. Masukkan 1 ml larutan albumin di dalam tabung reaksi, lalu tambahkan
1 ml NaOH 10%, lalu kemudian dipanaskan
2. Tambahkan 4 tetes larutan Pb asetat 5% pada tabung reaksi.
3. Bila larutan menghitam, berarti Pbs terbantuk, kemudian menmbahkan
4 tetes HCl pekat dengan hati-hati.
C.3. Lipid
Cara Kerja :
1) Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering. Berturut-turut diisidengan air
suling, alkohol 96%, eter, kloroform, dan larutan Na2CO30,5% sebanyak 1 ml.
2) Ditambahkan pada setiap tabung 2 tetes minyak kelapa murni.
3) Dikocok sampai homogen, lalu dibiarkan beberapa saat.
4) Diamati sifat kelarutannya.
5) Diulangi percobaan dengan mengganti minyak kelapa murni denganminyak kelapa
curah.
Cara Kerja :
1) Disiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering.
Tabung 1 : diisi 2 ml air dan 2 tetes minyak kelapa murni.
Tabung 2 : diisi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa murni, dan 2
teteslarutan Na2CO30,5%.
Tabung 3 : diisi 2 ml air, 2 tetes minyak kelapa murni, dan 2
teteslarutan sabun.
Tabung 4 : diisi 2 ml larutan protein 2% dan 2 tetes minyak
kelapamurni.
Tabung 5 : diisi 2 ml larutan empedu encer dan 2 tetes minyak
kelapamurni.
2) Dikocok setiap tabung dengan kuat, lalu dibiarkan beberapa saat.
3) Diamati terjadinya pembentukan emulsi.
4) Diulangi percobaan dengan mengganti minyak kelapa murni denganminyak
kelapa curah.
3. Uji Keasaman Minyak
Alat dan Bahan :
1. Porselin tetes
2. Pipet tetes
3. Sikat tabung
4. Minyakkelapa (murni dan curah)
5. Minyakkelapa tengik
6. Kertaslakmus merahatau biru
7. Sabuncair
8. Tissue roll
Cara Kerja :
1) Diteteskan sedikit minyak kelapa murni pada porselin tetes.
2) Diuji dengan kertas lakmus.
3) Diamati perubahan warna yang terjadi pada kertas lakmus.
4) Diulangi percobaan dengan menggunakan minyak kelapa curah
laludiulangi lagi dengan menggunakan minyak kelapa tengik.
4. Uji Penyabunan Minyak
Alat dan Bahan :
1. Erlenmayer
2. Tabung reaksi
3. Alat pemanas
4. Spatula
5. Neraca analitik
6. Alat pengocok
7. Sikat tabung
8. Minyakkelapa murni
9. Alkohol 95%
10. NaOH
11. Larutan deterjen
12. Asam asetat encer5M,
13. Larutan CaCl2 5%
14. Larutan MgSO4 5%
15. Larutan Pb-asetat 5%
16. Sabuncair
17. Tissue roll.
a. Hidrolisis Minyak Kelapa
Cara Kerja :
1) Dimasukkan 5 ml minyak kelapa murni ke dalam tabung reaksi.
2) Ditambahkan 1,5 gram NaOH dan 25 ml alkohol 95%.
3) Dipanaskan sampai mendidih selama 15 menit.
4) Untuk mengetahui apakah reaksi penyabunan telah sempurna,diambil 3
tetes larutan, kemudian dilarutkan dalam air. Bila larut,maka
menunjukkan hidrolisis sempurna.
5) Didinginkan, lalu ditambahkan 75 ml air dan dipanaskan sampaisemua
sabun larut.
b. Uji Sifat-Sifat Sabun
Cara Kerja :
1) Diambil 6 ml larutan sabun dengan pipet ukur, lalu dinetralkandengan
asam asetat encer.
2) Dilarutkan sabun yang telah netral dibagi menjadi tiga bagian,masing-
masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi.
3) Ke dalam tabung 1, 2, dan 3 berturut-turut ditambahkan CaCl2 5%,MgSO4
5%, dan Pb-asetat 5% sebanyak 5 ml.
4) Dilakukanpengocokan dengan kuat.
5) Diamati dan dicatat perubahan yang terjadi.
6) Diulangi percobaan menggunakan deterjen, lalu dibandingkanhasilnya.
C.4. Ezim
1. Tabung reaksi,
2. Penjepit tabung reaksi,
3. Rak tabung reaksi,
4. Pipet ukur,
5. Gelas ukur,
6. Alat pemanas.
7. Aquades,
8. HCl 0,4%,
9. Na2CO3,
10. Amilum,
11. Saliva,
12. Yodium
13. Benedict.
HASIL PENGAMATAN
KARBOHIDRAT
1. Uji Molisch
Bahan Hasil pengamatan Keterangan
Dedak
Jagung
Glukosa
Fruktosa
Maltose
Sukrosa
Laktosa
Amilum
2. Uji Iodium
Dedak
Jagung
Glukosa
Fruktosa
Maltose
Sukrosa
Laktosa
Amilum
3. Uji Benedict
Bahan Hasil pengamatan Keterangan
Dedak
Jagung
Glukosa
Fruktosa
Maltose
Sukrosa
Laktosa
Amilum
4. Uji Barfoed
Bahan Hasil pengamatan Keterangan
Dedak
Jagung
Glukosa
Fruktosa
Maltose
Sukrosa
Laktosa
Amilum
5.Uji Seliwalnof
Bahan Hasil pengamatan Keterangan
Dedak
Jagung
Glukosa
Fruktosa
Maltose
Sukrosa
Laktosa
Amilum
Amilum 9 Menit
Jagung 12 Menit
Dedak 18 Menit
2. PROTEIN
1. Uji Biuret
No. Sampel NaOH 10% CuSO4 Koagulasi
1 Putih telur
2 Saliva
3 Aquades
4 Pati
3. Uji atom S
No. Sampel Warna Hitam Bau Belerang
1 Gelatin
2 Albumin
4. Uji N
No. Sampel Hasil
1 Gelatin
2 Albumin
3. LIPID
1. Uji Kelarutan Lipid
Minyak Kelapa
Bahan
Murni (Bimoli) Curah
Air suling
Alkohol 96%
Eter
Kloroform
Na2CO3
2. Uji Pembentukan Emulsi
4. ENZIM
1. Pengaruh Suhu
No Perlakuan Bahan Hasil Denaturasi
1 Es Amilum
+
2 Suhu Kamar
1 ml Saliva
3 37oC – 40oC +
Iodium
4 75oC – 80oC
+
5 Air Mendidih Benedict
2. Pengaruh pH
No Larutan Bahan Hasil Denaturasi
1 2 ml Hcl 0,4% 2 ml amilum + saliva
2 2 ml Aquades +
3 2 ml Na2CO3 Yodium + Benedict
Format Laporan:
1. Pendahuluan
a. Latar belakang
2. Tujuan dan Manfaat
3. Metode Praktikum
a. Alat dan Bahan
b. Cara Kerja
4. Hasil Praktikum
a. Tabel/Hasil Pengamatan/foto
b. Pembahasan (literatur jurnal dan buku, minimal 10 tahun terakhir)
c. Kesimpulan dan Saran
5. Daftar Pustaka
6. Lampiran (Jurnal/Buku yang dipakai dan Stabilo kalimat yang dikutip)