Soal Dan Lembar Jawab
Soal Dan Lembar Jawab
Soal Dan Lembar Jawab
NIM : 210500375
Kelas :2
Instruksi:
1. Kerjakanlah pada lembar jawab, dibawah ini setelah soal yang tertera.
2. Kumpulkan dengan merubah nama File menjadi Nama_NIM_Kelas
3. Kumpulkanlah dalam bentuk PDF melalui link berikut ini:
https://drive.google.com/drive/folders/1m0rAqwj8_MsdjKZr9zsSB9Q0pqmgjd-b?
usp=sharing
1. Buatlah rencana penelitian saudara (poin singkat saja) dengan sistematika yaitu dmulai
dari judul kemudian langsung tinjauan pustaka sampai defini operasional.
JUDUL : SKRINING FITOKIMIA DAN PENGUKURAN UJI FENOLIK TOTAL
FRAKSI AIR EKSTRAK BIJI PEPAYA
TINJAUAN PUSTAKA:
A. Telaah Pustaka
1. Sistematika Tanaman
a. Klasifikasi Carica papaya L
Klasifikasi papaya menurut Integrated Taxonomic Information System (2011) adalah
sebagai berikut :
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl.Brawijaya No. 99 Tamantirto Yogyakarta Telp.0274 4342288
Kelas : Magnoliosida
Sub Kelas : Dilleniidae
Famili : Caricaceae
Genus : Carica
Spesies : Carica papaya L
b. Nama Daerah
Tanaman papaya (Carica papaya L) mempunyai nama daerah yang berbeda-beda, dalam
bahasa jawa disebut “kates” dan bahasa sunda disebut “gedang”. Nama daerah lain dari
pepaya yaitu peute, betik, ralempaya, punti kayu (Sumatra), pisang malaka, bandas,
manjan (Kalimantan), kalajawa, padu (Nusa Tenggara), kapalay, kaliki, unti jawa
( Sulawesi). Nama asing pepaya antara lain papaya (Inggris) dan fan mu gua (Cina)
(Herbie, 2015).
c. Kandungan Metabolit Sekunder Biji Pepaya
Bahan alam mengandung senyawa metabolit sekunder yang memiliki potensi sebagai
antibakteri. Metabolit sekunder adalah hasil dari proses metabolisme sekunder yang
terjadi pada setiap organisme. Biasanya, organisme menghasilkan berbagai macam
senyawa metabolit sekunder yang berbeda-beda. Bahkan, mungkin satu jenis senyawa
metabolit sekunder hanya ditemukan pada satu spesies di dalam suatu kerajaan
(kingdom). Senyawa-senyawa ini juga tidak selalu dihasilkan oleh organisme tersebut,
melainkan hanya pada saat dibutuhkan atau pada fase-fase tertentu (6)
Menurut penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sylvia (2017), diketahui bahwa biji
pepaya mengandung senyawa flavonoid, saponin, tanin, dan alkaloid. Berdasarkan
hasil uji fitokimia yang dilakukan oleh penulis, terungkap bahwa biji buah pepaya
mengandung alkaloid, flavonoid, tanin, fenol, dan kuinon. Beberapa kandungan dari biji
buah pepaya (Carica papaya Linn) yang memiliki potensi sebagai zat antibakteri adalah
sebagai berikut:
a. Flavonoid
Flavanoid memiliki kemampuan sebagai antibakteri dengan cara menghalangi
pembentukan asam nukleat bakteri dan mengurangi gerakan bakteri. Flavonoid bekerja
dengan cara mengganggu pengikatan hidrogen pada asam nukleat, mengganggu proses
sintesis DNA dan RNA. Selain itu, flavanoid juga dapat menghambat pertumbuhan
bakteri dengan mengganggu stabilitas membran sel dan proses metabolisme energi.
b. Tanin
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl.Brawijaya No. 99 Tamantirto Yogyakarta Telp.0274 4342288
Tanin adalah senyawa metabolit sekunder yang ditemukan dalam tanaman dan
dihasilkan oleh tanaman itu sendiri. Senyawa ini memiliki berat molekul berkisar antara
500 hingga 3000 dan mengandung banyak gugus hidroksi fenolik. Gugus-gugus ini
memungkinkan tanin untuk membentuk ikatan silang yang efektif dengan berbagai
molekul lain seperti polisakarida, asam amino, asam lemak, dan asam nukleat. (7) Tanin
adalah senyawa fenol yang menghambat pertumbuhan bakteri dengan dua mekanisme
utama denaturasi protein dan pengurangan tegangan permukaan. Ini mengakibatkan
peningkatan permeabilitas bakteri. Perubahan dan peningkatan permeabilitas sel bakteri
menghambat pertumbuhan sel, yang pada akhirnya dapat menyebabkan kematian sel.
(8)
c. Alkaloid
Alkaloid merupakan kelompok terbesar dari zat-zat tumbuhan sekunder. Alkaloid
memiliki sifat antibakteri yang diduga bekerja dengan cara mengganggu komponen
peptidoglikan dalam sel bakteri, mengakibatkan ketidakmampuan pembentukan
lapisan dinding sel secara utuh dan akhirnya menyebabkan kematian sel (Saifudin,
2014).
d. Fenol
Aktivitas antioksidan dapat terjadi karena efek merusak membran sel oleh senyawa
fenol, yang mengubah permeabilitas sel dan dapat menghambat pertumbuhan atau
menyebabkan kematian sel. Fenol juga dapat menyebabkan denaturasi protein sel dan
kontraksi dinding sel, sehingga dapat memperlisis dinding sel jamur. Lebih lanjut,
senyawa fenol dapat berikatan dengan gugus sulfhidril dari protein fungi melalui gugus
hidroksinya, yang mengubah konformasi protein pada membran sel target (Kumalasari,
2015).
e. Kuinon
Kuinon adalah senyawa berwarna dengan struktur kromofor dasar mirip dengan
benzokuinon, yang terdiri dari dua gugus karbonil yang terkonjugasi dengan dua ikatan
rangkap. Senyawa kuinon yang ada sebagai glikosida mungkin kurang larut dalam air,
namun umumnya lebih mudah larut dalam lemak dan dapat terdeteksi dalam
tumbuhan bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil (9). Kuinon memiliki
kemampuan untuk menghambat respirasi sel. Selain itu, kuinon dapat berperan sebagai
akseptor elektron dalam rantai respirasi, yang dapat menghasilkan radikal bebas dan
merusak mitokondria. Aktivitas kuinon ini menyebabkan respirasi yang tahan terhadap
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl.Brawijaya No. 99 Tamantirto Yogyakarta Telp.0274 4342288
Berikut ini merupakan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi yaitu :
1. Jenis pelarut, salah satu faktor penting yang harus diperhatikan karena dapat
mempengaruhi senyawa yang ingin di ekstrak, kecepatan ekstraksi serta jumlah zat terlarut
yang terekstrak.
2. Suhu, dapat mempengaruhi proses ekstraksi dimana jika terjadi pemanasan dengan suhu
tinggi dapat merusak senyawa-senyawa yang tidak tahan panas serta jika terjadi kenaikan
suhu dapat menyebabkan peningkatan jumlah zat terlarut kedalam pelarut.
3. Rasio antara bahan baku dan pelarut, jika rasio pelarut-bahan baku besar maka akan
menyebabkan semakin banyak senyawa terlarut sehingga mengakibatkan meningkatnya
laju ekstraksi.
4. Ukuran partikel, jika ukuran partikel semakin kecil maka laju ekstraksi meningkat.
Sehingga semakin kecil ukuran partikel bahan baku maka dapat menghasilkan rendemen
ekstrak yang semakin besar.
5. Pengadukan, bertujuan untuk mempercepat reaksi antara pelarut dengan zat terlarut.
6. Lama waktu ekstraksi, dapat mempengaruhproses ekstraksi sebab jika waktu perendaman
ekstrak semakin lama maka akan menghasilkan ekstrak yang lebih banyak, sebab kontak
yang terjadi diantara zat terlarut dengan pelarut akan lebih lama.
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl.Brawijaya No. 99 Tamantirto Yogyakarta Telp.0274 4342288
Menurut metode ekstraksi dengan atau tanpa proses pemanasan, dapat dibagi menjadi
2 jenis yaitu ekstraksi dingin dan ekstraksi panas.
a. Metode Ekstraksi
Menurut Depkes RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi diantaranya :
1) Cara Dingin
a) Maserasi
Maserasi merupakan metode ekstraksi simplisia dimana bahan tumbuhan direndam
dalam pelarut pada suhu ruangan dengan beberapa kali pengadukan atau pengocokan.
b) Perkolasi
Perkolasi adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut segar secara terus-menerus
hingga semua bahan ekstraksi larut sempurna, dan biasanya dilakukan pada suhu
ruangan.
2) Cara Panas
a) Refluks
Refluks adalah proses ekstraksi menggunakan pelarut pada suhu titik didihnya selama
periode waktu tertentu dengan jumlah pelarut yang terbatas tetapi relatif stabil, serta
dengan pendinginan yang efektif.
b) Soxhlet
Soxhlet adalah metode ekstraksi yang menggunakan pelarut yang terus-menerus
diganti, biasanya dilakukan menggunakan perangkat khusus untuk ekstraksi
berkelanjutan dengan jumlah pelarut yang relatif stabil, serta dengan sistem
pendinginan balik yang efektif.
c) Digesti
Digesti adalah maserasi kinetic pada temperature yang lebih tinggi dari temperature
ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperature 40-50 derajat celcius.
d) Infus
Infus adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperature penangas air bejana infus
tercelup dalam penangas air mendidih, temperature 96-98 derajat celcius selama 15-20
menit.
e) Dekokta
Dekokta adalah infus pada waktu yang lebih lama dan temperature sampai titik didih
air dengan waktu 30 menit.
3. Pelarut
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl.Brawijaya No. 99 Tamantirto Yogyakarta Telp.0274 4342288
Pemilihan pelarut penyari harus dipertimbangkan banyak faktor, cairan penyari yang
baik harus memenuhi beberapa kriteria, antara lain murah dan mudah diperoleh, stabil
secara fisik dan kimia, bereaksi netral, selektif dalam menarik zat berkhasiat yang
diinginkan, mampu mencegah kontaminasi mikroba, serta tidak mudah terbakar.
Pelarut yang digunakan dalam penelitian ini adalah buthanol, n-heksan, etil asetat, dan
air.
Faktor yang mempengaruhi daya larut adalah polaritas dari pelarut tersebut. Nilai
polaritas dan nilai konstanta dielektrik pelarut merupakan salah satu indicator
kelarutan dari pelarut. Polaritas pelarut dan nilai konstanta dielektrik dari beberapa zat
pelarut dapat dilihat pada tabel berikut ini .
Tabel ()Nilai Konstanta Dielektrik
1,890 Petroleum
ringan
2,023 sikloheksan
2,238 Karbon
tetraklrorida
trikoloroetilen
2,284 Diklorometan
4,806 Kloroform
4,340 Etileter
6,020 Etilasetat
20,700 Aseton
24,300 Etanol
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl.Brawijaya No. 99 Tamantirto Yogyakarta Telp.0274 4342288
33,620 Methanol
80,37 Air
menggunakan dua macam pelarut yang tidak saling bercampur. Pelarut yang umumnya
dipakai untuk fraksinasi adalah n-heksan, methanol, dan etil asetat. untuk menarik
lemak dan senyawa non polar digunakan n-heksan, etil asetat untuk menarik senyawa
semi polar, sedangkan etil methanol digunakan untuk menarik senyawa Tyang bersifat
polar. Dari proses ini dapat diduga sifat kepolaran dari senyawa yang akan dipisahkan.
Sebagimana diketahui bahwa senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut
yang non polar, dan seterusnya.
5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi lapis tipis (KLT) adalah metode untuk memisahkan senyawa dari
campurannya dengan menggunakan dua fase: fase diam dan fase gerak. Fase diam yang
digunakan adalah silika gel, sementara fase geraknya adalah asam asetat glasial. Fase
gerak, yang dikenal sebagai pelarut pengembang, bergerak sepanjang fase diam karena
kapilaritas pada pengembangan ke atas (ascending) atau karena gravitasi pada
pengembangan ke bawah (descending). Kromatografi lapis tipis lebih mudah dan lebih
murah dibandingkan dengan kromatografi kolom. Peralatan yang digunakan dalam
kromatografi lapis tipis juga lebih sederhana, sehingga hampir semua laboratorium
dapat melakukannya kapan saja dengan tepat.
Berikut adalah beberapa keuntungan lain dari kromatografi lapis tipis:
1. Kromatografi lapis tipis sering digunakan untuk tujuan analisis.
2. Komponen-komponen yang dipisahkan dapat diidentifikasi
menggunakan pereaksi warna, fluoresensi, atau dengan radiasi sinar ultraviolet.
3. Elusi dapat dilakukan secara ascending (menaik), descending (menurun), atau dalam
bentuk elusi 2 dimensi.
4. Ketepatan penentuan kadar lebih baik karena komponen yang ingin ditentukan
berupa bercak yang tidak bergerak.
6. Fenolik Total
Fenolik adalah zat atau senyawa yang berada didalam tanaman, senyawa fenolik
sendiri merupakan salah satu kelompok metabolit sekunder yang terbesar di tanaman.
Manfaat senyawa fenolik sendiri beragam diantaranya sebagai antioksidan, antibakteri,
antiseptic dan lain sebagainya.
Metode Folin-Ciocalteu merupakan metode yang sering digunakan dalam penentuan
fenolik total, karena hasil cepat dan sederhana yang dinyatakan sebagai massa
ekuivalen dari asam galat tiap sampel. Penggunaan asam galat sebagai pembanding
dalam metode Folin-Ciocalteu yaitu asam galat merupakan salah satu senyawa dalam
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl.Brawijaya No. 99 Tamantirto Yogyakarta Telp.0274 4342288
Kerangka Teori
Biji
Buah
Batang
Ekstraksi
Konvensional Modern
Air Skrinning
Fraksinasi Kualitatif
Butanol Fitokimia
Metanol
Pengukuran
Etil Kuantitatif kadar fenolik
Asetat total
Kerangka Konsep
= Variabel Bebas
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER
TAHUN AKADEMIK 2023/2024
UNIVERSITAS ALMA ATA YOGYAKARTA
Jl.Brawijaya No. 99 Tamantirto Yogyakarta Telp.0274 4342288
= Variabel Terikat
Hipotesis
H : Fraksi air ekstrak etanol biji papaya (Carica papaya L.) tidak memiliki
0 kandungan fenolik
H : Fraksi air ekstrak etanol biji papaya (Carica papaya L.) memiliki
1 kandungan fenolik
METODE PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
2. Waktu Penelitian
D. Variabel Penelitian
1. Variable Bebas
2. Variable terikat
Skrining fitokimia dan kadar fenolik total dari fraksi air ekstrak etanol
biji papaya (Carica papaya L)
3. Variable Terkendali
maksimum.
Skrining Menentukan ada Panca indera Ada Nominal
fitokimia tidaknya suatu tidaknya
senyawa endapan
metabolit dan
sekunder pada perubahan
suatu tumbuhan warna
sehingga dapat
mengetahui
senyawa yang
terkandung pada
tanaman yang
diteliti
2. Kendala apa yang saudara hadapi saat menyusun rencana penelitian tersebut?
Jawab : saat penyusunan kerangka konsep dan teori serta materi dalam tinjauan pustaka
apa saja yang harus di masukkan, kemudian pada definisi operasional bingung untuk
memasukkan kategori skala