Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

Fix Fisiologi Mikroba

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

FISIOLOGI MIKROBA

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Mikrobiologi

Dosen Pengampu: Ibu Dwiana Kartika Putri, S.ST., M.Kes.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Diana Resky Syach Putri


2. Iin Syahdila
3. Siti Fatima
4. Hannidayana Saputri
5. Nazma Ainun
6. Suhandi

PROGRAM STUDI S1 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SENTRAL
KOTA PADANGSIDIMPUAN

2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan Rahmat dan

hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini tepat pada

waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan

bagi para pembaca dan juga bagi kami. Kami mengucapkan terima kasih kepada

dosen pengampu yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah

pengetahuan dan wawasan sesuai dengan mata kuliah yang kami tekuni. Kami

juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi

sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,

kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan

makalah ini

Padang Sidempuan, November 2024

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i

DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 1

1.3. Tujuan ..................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN........................................................................................ 3

2.1. Pengertian Fisiologi Mikroba ................................................................. 3

2.2. Pembagian Fisiologi Mikroba ................................................................. 4

2.3. Fermentasi Oleh Mikroba dan Fisiologi ............................................... 13

2.4. Contoh Produk Fermentasi ................................................................... 14

BAB III PENUTUP.............................................................................................. 18

3.1. Kesimpulan ........................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mikroba merupakan organisme berukuran kecil yang sulit untuk dilihat tanpa
menggunakan peralatan bantu. Banyak diantara mikroba yang memiliki kemiripan
bentuk dan sifat sehingga tidak mudah untuk mempelajarinya. Diperlukan ketelitian
dan kesabaran untuk mempelajari mikroba. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
mempelajari mikroba adalah denganmengidentifikasinya. Mikroba memiliki sifat-sifat
pertumbuhan, morfologi, dan sifat fisiologi yang dapat dipelajari dengan melakukan
isolasi terlebih dahulu. Isolasi merupakan suatu metode untuk memisahkan mikroba
tertentu dari populasi campuran sehingga memudahkan proses identifikasi. Salah satu
teknik isolasi ialah isolasi pada cawan agar untuk jenis mikroba yang dapat membentuk
koloni terpisah pada media padat, yaitu bakteri dan kapang.
Definisi fisiologi secara umum memiliki pengertian yaitu mempelajari hal yang
berkaitan dengan kehidupan makhluk hidup walaupun dalam setiap bidang memiliki
pengertian masing-masing. Ilmu fisiologi menggunakan tahapan dan langkah serta
berbagai macam metode untuk dapat mempelajari sebuah sel lalu biomolekul kemudian
organ dan jaringan selain itu fisiologi juga mempelajari organisme dan sebuah sistem
organ secara merata dan keseluruhan untuk menjalankan fungsi fisik serta zat
kimiawinya agar mendukung sebuah kehidupan.
Sel mikroba rata-rata membutuhkan mekanisme genetika untuk bereplikasi dan
beradaptasi terhadap berbagai perubahan di sekitarnya. Proses ini membutuhkan energi
yang dapat diperoleh melalui cahaya (fototrof) dan senyawa kimia (kemotrof0.
Mikroorganisme fototrof dicirikan dengan adanya pigmen tertentu yang
memungkinkannya untuk menggunakan cahaya sebagai sumber energi. Sedangkan
Mikroorganisme kemotrof dapat menggunakan senyawa organik ataupun anorganik
sebagai sumber energi. Energi tersebut diperoleh melalui oksidasi senyawa dan
disimpan di dalam senyawa kaya energi, adenosin trifosfat (ATP).

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan fisiologi mikroba?
2. Apa saja struktur yang menyusun bakteri?
1
3. Bagaimana proses pertumbuhan bakteri?
4. Apa saja nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri?
5. Bagaimana reproduksi bakteri?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan fisiologi mikroba
2. Untuk mengetahui struktur yang menyusun bakteri
3. Untuk mengetahui prosespertumbuhan bakteri
4. Untuk mengetahui nutrisi yang dibutuhkan oleh bakteri
5. Untuk mengetahui reproduksi bakteri

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Fisiolohi Mikroba


Fisiologi bakteri adalah turunan biologi yang mempelajari bagai mana
kehidupan mengidentifikasi kebutuhan, serta menempatkan bakteri dalam pengetahuan.
Fisiologi bakteri akan memungkinkan mengoptimasi analisa kondisi bakteri, tetapi juga
akan mengidentifikasi media yang lebih tepat guna untuk melawan perkembangbiakan
bakteri.
Struktur bakteri terbagi menjadi dua yaitu:
1. Struktur dasar (dimiliki oleh hampir semua jenis bakteri). Meliputi: dinding sel,
membran plasma, sitoplasma, ribosom, DNA, dan granula
2. Struktur tambahan (dimiliki oleh jenis bakteri tertentu). Meliputi kapsul,
flagelum, pilus, fimbria, klorosom, Vakuola gas dan endospore.
Sifat fisiologis yang diperlukan bakteri untuk hidup:
1. Air. Bakteri memerlukan air dalam konsentrasi tinggi disekitarnya karena
diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangbiakan. Air merupakan pengantar
semua bahan gizi yang diperlukan sel dan untuk membuang semua zat yang tak
diperlukan ke luar sel.
2. Garam – garam organik. Diperlukan untuk mempertahankan keadaan koloidal
dan tekanan osmotik di dalam sel, untuk memelihara keseimbangan asam basa
dan berfungsi sebagai bagian enzim atau sebagai aktivator reksi enzim.
3. Mineral. Diperlukan karbon, nitrogen, belerang, fosfat, aktivtor enzim seperti
Mg, Fe, K dan Ca.
4. CO2. Diperlukan dalam proses sintesa dengan timbulnya asimilasi CO 2 di dalam
sel.
5. O2. Berdasarkan keperluan akan oksigen, dalam pertumbuhan bakteri oksigen
sangan penting dalam keperluan oksigennya.
6. Temperatur. Bakteri mempunyai temperature optimum yaitu dimana bakteri
tersebut tumbuh sebaik – baiknya dan batas – batas temperature dimana
pertumbuhan dapat terjadi.
7. pH. Kebanyakan bakteri patogen mempunyai pH optimum 7,2 – 7,6.

3
2.2. Pembagian Fisiologi Mikroba
Struktur penyusun mikroba antara lain:
a. Dinding sel. Terdiri dari berbagai bentuk dan ukuran tertentu pada sel bakteri.
Dinding sel ditemukan pada semua bakteri hidup bebas kecuali pada
Mycoplasma. Fungsi dinding sel yaitu memberi perlindungan terhadap
protoplasma, berperan penting dalam perkembangbiakan sel, mengatur
pertukaran zat dari luar sel oleh karena itu dinding sel mempengaruhi kegiatan
metabolisme dan melindungi protoplasma dari pengaruh zat-zat racun, sebagai
pertahanan bakteri agar dapat bertahan hidup dalam lingkungannya,
mempertahankan tekanan osmotik bakteri. Tekanan osmotik di dalam bakteri
berkisar antara 5-20 atmosfir.stic, dan terletak diantara kapsula dan membrane
sitoplasma.
b. Membran sel, merupakan bungkus dari protoplasma. Membran sel terletak
didalam dinding sel dan tidak terikat dengan dinding sel. Fungsi membran sel
yaitu transpor bahan makanan secara selektif. Pada spesies aerob merupakan
tempat transport electron dan oksidasi- fosforlasi. Tempat ekspresi bagi
eksoenzim yang hidrolitik. Mengandung enzim dan molekul-molekul yang
berfungsi pada biosintesa DNA. Mengandung reseptor protein untuk system
kemotaktik. Mengatur keluar masuknya zat-zat. Berperan dalam proses
pembelahan sitoplasma menjadi 2 bagian, diikuti dengan pembentukkan dinding
pemisah.
c. Sitoplasma, Merupakan isi sel yang berupa cairan, disebut juga dengan
protoplasma.
d. Ribosom, merupakan suatu partikel sitoplasma. Kumpulan polyribosom
merupakan rantai ribosom yang menempel pada RNA.
e. Granula, berfungsi sebagai tempat penyimpanan cadangan makanan karena
bakteri menyimpan cadangan makanan yang dibutuhkan. Sama seperti ribosom,
granula penyimpanan makanan tersebar pada sitoplasma.
f. Plasmid, Kebanyakan bakteri memiliki plasmid. Plasmid dapat dengan mudah
didapat oleh bakteri.Namun, bakteri juga mudah untuk menghilangkannya.
Plasmid dapat diberikan kepada bakteri lainnya dalam bentuk transfer gen
horizontal.
g. Kapsul atau lapisan lender, Lapisan di luar dinding sel pada jenis bakteri
tertentu.
4
h. Flagel atau bulu cambuk, adalah suatu benang halus yang keluar dari
sitoplasma dan menembus dinding sel yang digunakan bakteri.
i. Pili, adalah benang-benang halus yang menonjol keluar dari dinding sel. pili
mirip dengan flagel tetapi lebih pendek, kaku dan berdiameter lebih kecil dan
tersusun dari protein.
j. Klorosom, Struktur yang berada tepat dibawah membran plasma dan
mengandung pigmen klorofil dan pigmen lainnya untuk proses fotosintesis

Gambar Struktur bakteri

Proses Pertumbuhan Bakteri/Mikroba


Pertumbuhan bakteri adalah reproduksi aseksual, atau pembelahan sel, bakteri
menjadi dua sel anak, dalam proses yang disebut pembelahan biner. Tidak terjadi
mutasi, sel betina yang dihasilkan secara genetis identik dengan sel asli. Maka,
pertumbuhan bakteri terjadi. Kedua sel betina dari divisi tidak harus bertahan. Namun,
jika jumlah yang bertahan melebihi persatuan rata-rata, populasi bakteri mengalami
pertumbuhan eksponensial. Pengukuran kurva pertumbuhan bakteri eksponensial dalam
kultur batch secara tradisional merupakan bagian dari pelatihan semua ahli
mikrobiologi; Cara dasar memerlukan penghitungan bakteri (penghitungan sel) secara
langsung dan individual (mikroskopik, flow cytometry), langsung dan massal
(biomassa), tidak langsung dan individual (penghitungan koloni), atau tidak langsung
dan massal (jumlah yang paling mungkin, kekeruhan, pemanfaatan unsur hara).
Pertumbuhan bakteri (atau mikroorganisme lainnya, seperti protozoa,
mikroalga atau ragi) dalam kultur batch dapat dimodelkan dengan empat fase yang
berbeda: fase lag, fase log atau fase eksponensial, fase diam, dan fase kematian.

5
Selama fase lag, bakteri menyesuaikan diri dengan kondisi pertumbuhan. Ini
adalah periode di mana bakteri individu sedang jatuh tempo dan belum bisa membelah.
Selama fase lag siklus pertumbuhan bakteri, sintesis RNA, enzim dan molekul lainnya
terjadi. Selama sel fase lag berubah sangat sedikit karena sel tidak segera bereproduksi
di media baru. Periode kecil tanpa pembelahan sel disebut fase lag dan bisa
berlangsung selama 1 jam sampai beberapa hari. Selama sel fase ini tidak aktif.
Fase log (kadang disebut fase logaritmik atau fase eksponensial) adalah periode
yang ditandai dengan penggandaan sel. Jumlah bakteri baru yang muncul per satuan
waktu sebanding dengan populasi sekarang. Jika pertumbuhan tidak terbatas,
penggandaan akan berlanjut pada tingkat yang konstan sehingga jumlah sel dan tingkat
populasi meningkat dua kali lipat dengan setiap periode waktu berturut-turut. Untuk
jenis pertumbuhan eksponensial ini, merencanakan logaritma alami jumlah sel melawan
waktu menghasilkan garis lurus. Kemiringan garis ini adalah tingkat pertumbuhan
spesifik organisme, yang merupakan ukuran jumlah perpecahan per sel per satuan
waktu. Tingkat sebenarnya dari pertumbuhan ini (yaitu kemiringan garis pada gambar)
bergantung pada kondisi pertumbuhan, yang mempengaruhi frekuensi kejadian
pembelahan sel dan probabilitas kedua sel perempuan bertahan. Dalam kondisi
terkendali, cyanobacteria dapat melipatgandakan populasi mereka empat kali sehari dan
kemudian mereka dapat melipatgandakan populasi mereka. Pertumbuhan eksponensial
tidak dapat berlanjut tanpa batas waktu, bagaimanapun, karena medium ini segera habis
nutrisi dan diperkaya dengan limbah.
Fase diam seringkali disebabkan oleh faktor pembatas pertumbuhan seperti
penipisan nutrisi penting, dan / atau pembentukan produk penghambatan seperti asam
organik. Fase stasioner dihasilkan dari situasi di mana tingkat pertumbuhan dan tingkat
kematian sama. Jumlah sel baru yang dibuat dibatasi oleh faktor pertumbuhan dan
sebagai hasilnya laju pertumbuhan sel sesuai dengan tingkat kematian sel. Hasilnya
adalah "halus," bagian linier horisontal dari kurva selama fase diam. Mutasi dapat
terjadi selama fase diam. Menunjukkan bukti bahwa kerusakan DNA bertanggung
jawab atas banyak mutasi yang timbul pada genom fase diam atau bakteri kelaparan.
Spesies oksigen reaktif yang dihasilkan secara endogen tampaknya merupakan sumber
utama kerusakan tersebut.
Pada fase kematian (fase kemunduran), bakteri mati. Hal ini bisa disebabkan oleh
kurangnya nutrisi, suhu lingkungan di atas atau di bawah pita toleransi untuk spesies,
atau kondisi merugikan lainnya.
6
Model pertumbuhan budaya batch dasar ini menarik dan menekankan aspek
pertumbuhan bakteri yang mungkin berbeda dengan pertumbuhan makrofauna. Ini
menekankan klonalitas, pembagian binari aseksual, waktu pengembangan yang singkat
dibandingkan replikasi itu sendiri, tingkat kematian yang tampaknya rendah, kebutuhan
untuk bergerak dari keadaan tidak aktif ke keadaan reproduksi atau kondisi media, dan
akhirnya, kecenderungan strain yang diadaptasi laboratorium untuk membuang nutrisi
mereka Pada kenyataannya, bahkan dalam budaya batch, empat fase tidak didefinisikan
dengan baik.
Pertumbuhan fase eksponensial mereka seringkali tidak pernah merupakan
tingkat yang konstan, namun merupakan tingkat peluruhan perlahan, respons stochastic
konstan terhadap tekanan keduanya. untuk bereproduksi dan menjadi tidak aktif dalam
menghadapi penurunan konsentrasi nutrisi dan meningkatkan konsentrasi limbah.
Menjelang akhir fase logaritmik dari kultur batch, kompetensi untuk transformasi
genetik alami dapat diinduksi. Transformasi genetik alami adalah bentuk transfer DNA
yang tampaknya merupakan adaptasi untuk memperbaiki kerusakan DNA.
Kultur batch adalah metode pertumbuhan laboratorium yang paling umum
dimana pertumbuhan bakteri dipelajari, namun hanya satu dari banyak. Idealnya secara
spasial tidak terstruktur dan terstruktur secara temporal. Kultur bakteri diinkubasi
dalam bejana tertutup dengan batch medium tunggal. Dalam beberapa rezim
eksperimental, beberapa kultur bakteri dilepaskan secara berkala dan ditambahkan ke
media steril segar. Dalam kasus ekstrim, ini mengarah pada pembaharuan nutrisi secara
terus-menerus. Ini adalah chemostat, juga dikenal sebagai budaya kontinyu. Idealnya
secara spasial tidak terstruktur dan temporal tidak terstruktur, dalam keadaan mapan
yang ditentukan oleh tingkat pasokan nutrisi dan pertumbuhan bakteri. Dibandingkan
dengan kultur batch, bakteri dipertahankan dalam fase pertumbuhan eksponensial, dan
tingkat pertumbuhan bakteri diketahui. Perangkat terkait termasuk turbidostats dan
auxostats. Ketika Escherichia coli tumbuh sangat lambat dengan waktu penggandaan 16
jam di dalam chemostat, kebanyakan sel memiliki satu kromosom tunggal.
Pertumbuhan bakteri bisa ditekan dengan bakteriostat, tanpa harus
membunuh bakteri. Dalam situasi sinekologis dan benar-benar alami dimana lebih dari
satu spesies bakteri hadir, pertumbuhan mikroba lebih dinamis dan terus-menerus.
Cairan bukan satu-satunya lingkungan laboratorium untuk pertumbuhan bakteri.
Lingkungan terstruktur secara spasial seperti biofilm atau permukaan agar
menghadirkan model pertumbuhan kompleks tambahan.
7
Nutrisi Yang Dibutuhkan Bakteri
Secara umum, organisme mikroskopis pada tingkatan seluler memiliki
metabolisme seperti pada umumnya sel eukaryotik maupun prokariyotik. Perbedaan
terletak pada cara memperoleh nutrisi, dan cara hidup yang akan berpengaruh terhadap
kemampuan metabolit yang khas untuk setiap jenis mikroba. Lingkungan tempat hidup
(habitat) juga berpengaruh terhadap kemampuan metabolisme suatu mikroba.
1. Suhu berperan penting dalam mengatur jalannya reaksi metabolisme bagi semua
makhluk hidup. Khususnya bagi bakteri, suhu lingkungan yang berada lebih
tinggi dari suhu yang dapat ditoleransi akan menyebabkan denaturasi protein dan
komponen sel esensial lainnya sehingga sel akan mati. Demikian pula bila suhu
lingkungannya berada di bawah batas toleransi, membran sitoplasma tidak akan
berwujud cair sehingga transportasi nutrisi akan terhambat dan proses kehidupan
sel akan terhenti.
Berdasarkan kisaran suhu aktivitasnya, bakteri dibagi menjadi 4 golongan:
 Bakteri psikrofilik, yaitu bakteri yang hidup pada daerah suhu antara 0°– 30 °C,
dengan suhu optimum 15 °C.
 Bakteri mesofilik, yaitu bakteri yang hidup di daerah suhu antara 15° – 55 °C,
dengan suhu optimum 25° – 40 °C.
 Bakteri termofilik, yaitu bakteri yang dapat hidup di daerah suhu tinggi antara
40° – 75 °C, dengan suhu optimum 50 - 65 °C.
 Bakteri hipertermofilik, yaitu bakteri yang hidup pada kisaran suhu 65 - 114 °C,
dengan suhu optimum 88 °C.
2. Keasaman (pH), dilihat dari keasaman lingkungan tempat tinggal bakteri, bakteri
dibagi menjadi asidofilik (lingkungan bersifat asam), neutralofilik (lingkungan
netral), dan alkalofilik (lingkungan bersifat basa).
 Asidofilik adalah Bakteri yang hidup pada pH 1-5 (optimum pada pH 3).
 Neutralofilik adalah Bakteri yang hidup pada pH 5,5-8,5 (optimum pada pH
7,5).
 Alkalofilik adalah Bakteri yang hidup pada pH 9-11 (optimum pada pH 10.5).
3. Kebutuhan Oksigen. Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, bakteri dibagi
menjadi 2 macam, yaitu bakteri aerob dan bakteri anaerob.

8
 Bakteri Aerob. Organisme aerobik atau aerob adalah organisme yang
melakukan metabolisme dengan bantuan oksigen. Aerob, dalam proses dikenal
sebagai respirasi sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi substrat
(sebagai contoh gula dan lemak) untuk memperoleh energi.
MisalnyaNitrosococcus, Nitrosomonas dan Nitrobacter.
 Aerob. Bakteri yang bisa hidup dan tumbuh dalam lingkungan beroksigen.
 Anaerob fakultatif. Bakteri yang dapat tumbuh tanpa oksigen dan bisa
menggunakan oksigen bila tersedia.
 Bakteri Anaerob
 Anaerob obligat. Bakteri yang tidak bisa hidup di lingkungan beroksigen dan
bahkan dirugikan dengan keberadaan oksigen. Bagi bakteri anaerob obligat,
oksigen merupakan racun.
 Aerotoleran. Bakteri yang tidak membutuhkan oksigen dalam pertumbuhannya
tetapi bisa mentoleransi keberadaan oksigen di lingkungannya.
4. Substansi yang Dibutuhkan, bakteri untuk pertumbuhan dan bertahan hidup
memerlukan nutrisi dan sumber energi. Bahan-bahan ini bisa diperoleh dari air,
garam organic, mineral, sumber nitrogen, dan karbon dioksida.
• Air, bakteri membutuhkan air dalam konsentrasi tinggi. Air sebagai pengantar
semua nutrisi yang diperlukan sel. Membuang semua zat yg tidak diperlukan
keluar sel.
• Garam Anorganik, untuk mempertahankan tekanan osmotik sel, memelihara
keseimbangan asam basa, sebagai aktivator reaksi enzim.
• Mineral, Sulfur (belerang) sebagian besar sulfur sebagai H2S. Fosfor-fosfat
(PO4) àdiperlukan sebagai komponen asam nukleat & berupa koenzim.
Aktivator enzim: Mg, Fe, K & Ca.
• Sumber Nitrogen, Nitrogen yang dipakai bakteri, diambil dalam bentukà NO3,
NO2, NH3, N2 & R-NH2(R-radikal organik).
• CO2, Diperlukan dalam proses sintesa dengan timbulnya asimilasi CO2 di
dalam sel.
5. Kelembaban relative, bakteri memerlukan kelembaban relatif (Relative
Humidity, RH) yang cukup tinggi, kira-kira 85%. Kelembaban relatif dapat
didefinisikan sebagai kandungan air yang terdapat di udara. Pengurangan kadar
air dari protoplasma menyebabkan kegiatanmetabolisme terhenti, misalnya pada
proses pembekuan dan pengeringan.
9
Sebagai contoh, bakteri Escherichia coli akan mengalami penurunan daya
tahan dan elastisitas dinding selnya saat RH lingkungan kurang dari 84%. Bakteri
gram positif cenderung hidup pada kelembaban udara yang lebih tinggi
dibandingkan dengan bakteri gram negatif terkait dengan perubahan struktur
membran selnya yang mengandung lipid bilayer.
6. Cahaya, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri.
Secara umum, bakteri dan mikroorganisme lainnya dapat hidup dengan baik pada
paparan cahaya normal. Akan tetapi, paparan cahaya dengan intensitas sinar
ultraviolet (UV) tinggi dapat berakibat fatal bagi pertumbuhan bakteri.
Teknik penggunaan sinar UV, sinar X, dan sinar gamma untuk mensterilkan
suatu lingkungan dari bakteri dan mikroorganisme lainnya dikenal dengan teknik
iradiasi yang mulai berkembang sejak awal abad ke-20. Metode ini telah
diaplikasikan secara luas untuk berbagai keperluan, terutama pada sterilisasi
makanan untuk meningkatkan masa simpan dan daya tahan. Beberapa contoh
bakteri patogen yang mampu dihambat ataupun dihilangkan antara lain
Escherichia coli and Salmonella.
7. Radiasi, pada kekuatan tertentu dapat menyebabkan kelainan dan bahkan dapat
bersifat letal bagi makhluk hidup, terutama bakteri. Sebagai contoh pada manusia,
radiasi dapat menyebabkan penyakit hati akut, katarak, hipertensi, dan bahkan
kanker. Akan tetapi, terdapat kelompok bakteri tertentu yang mampu bertahan
dari paparan radiasi yang sangat tinggi, bahkan ratusan kali lebih besar dari daya
tahan manusia tehadap radiasi, yaitu kelompok Deinococcaceae. Sebagai
perbandingan, manusia pada umumnya tidak dapat bertahan pada paparan radiasi
lebih dari 10 Gray (Gy, 1 Gy = 100 rad), sedangkan bakteri yang termasuk dalam
kelompok ini dapat bertahan hingga 5.000 Gy.
Pada umumnya, paparan energi radiasi dapat menyebabkan mutasi gen dan
putusnya rantai DNA. Apabila terjadi pada intensitas yang tinggi, bakteri dapat
mengalami kematian. Deinococcus radiodurans memiliki kemampuan untuk
bertahan terhadap mekanisme perusakan materi genetik tersebut melalui sistem
adaptasi dan adanya proses perbaikan rantai DNA yang sangat efisien.

Reproduksi Bakteri
Bakteri dapat berkembang biak secara vegetatif (aseksual) maupun generatif
(seksual), adapun penjelasan lebih lanjutnya yaitu:
10
a. Reproduksi Bakteri Dengan Cara Seksual
Bakteri yang berkembang biak degan cara ini mempunyai ciri, yakni terjadinya
penggabungan gen dari antar bekteri, ini akan meningkatkan keanekaragaman jenis
bakteri karena muncul variasi baru dari menyatunya kedua gen dari bakteri itu. Mutasi
merupakan akibta dari reproduksi, bakteri akan mengalami perubahan genetik. Banyak
kasus dari mutasi yang menyebabkan bakteri mengalami kekebalan pada antibiotik.
Perkembang biakan dengan cara seksual memakan waktu lebih lama akan tetapi
hasil dari reproduksi jenis ini akan menghasilkan jenis baru yang lebih kuat dibanding
induknya. Berikut ialah penyatuan genetik pada reproduksi seksual yang dapat
diperoleh degan cara:
 Transformasi, Dengan metode ini bakteri akan mengambil fragment DNA
bakteri lain dari lingkungan lalu merekontruksi dengan DNA ia dia miliki.
Bakteri rekombinan yang terbentuk selanjutnya akan melakukan reproduksi
dengan cara saeksual utnuk mengahsilkan spesies bakteri yang sejenis.
 Transduksi, Rekomendasi genetik yang diperantai oleh bakteriofage virus, virus
bakteriofage ialah kelompok virus yang menyerang baktero. Virus jenis ini
meminjam tubuh bkateri untuk melakukan perkembang biakan. Virus ini
membawa DNA dari bakteri yang sebelumnya sudah diinfeksi kedalam tubuh
bakteri lain. Fragmen DNA antar bakteri selanjutnya akan menyatu sehingga akan
membentuk bakteri rekombinan.
 Konjugasi, melibatkan dua sel bakteri yang dengan langsung akan melakukan
tranfer genetik. Teknik jenis ini pertama kali dikenalkan oleh Lederberg dan
Tatum pada bakteri E.COli Plasmid merupakan DNA ekstra yang dimiliki oleh
beberapa jenis bakteri. Pertukaran akan melalui jembatan konjungan yang
dibentuk oleh bakteri konjungna yang menembus sel bakteri penerima atau F-.
Pili akan ditarik kembali setelah plasmid sudah selesai ditransfer. Sebelum itu
terjadi, bakteri donor atau F+ akan menggandakan plasmid sehingga terbentuk
dua plasmid yakni asli dan replika. Plasmid replika akan ditransfer pada bakteri
recipient atau F- sehingga bakteri penerima sekarang bermutasi mempunyai
kombinasi gen dari bakteri F+.

11
b. Reproduksi Bakteri Dengan Cara Aseksual
Reproduksi jenis ini tidak terjadi penyatuan gen, perkembang biakan jenis ini
akan berlangsung sangat cepat, dalam hitungan satu jam maka akan dihasilkan jutaan
bakteri. Berikut jenis-jenis reproduksi aseksual:
 Membelah Diri atau Pembelahan Biner, Pada umumnya bakteri akan
melakukan teknik jenis ini, membelah diri akan berjalan dengan cepat karena
tidak melalui tahapan pembelahan seperti pada sel hewan atau pada tumbuhan.
Dengan teknik ini bakteri akan menggandakan DNA-nya dengan menyematkan di
membran sel. Setelah terbentuknya DNA replika maka bakteri akan membagi
tubuhnya menjadi dua sel dan akan terbentuk dua sel anakan yang mempunyai
DNA identik dnegan induknya. Setiap anakn sel akan melakukan pembelahan
lagi dalam waktu 20 sampai 30 menit, sehingga dengan begitu akan dapat
dihasilkan jutaan bakteri dalam waktu 10 jam, tentu saja dengan lingkungan yang
mendukung.
 Fragmentasi, Dilingkungan yang tidak baik bakteri akan membentuk tubuh
gonidia yang isinya ialah fragmen atau potongan DNA dan protoplasma sel
bakteri. Setelah lingkungannya kembali normal maka masing-masing gonidia
akan tumbuh menjadi sel bakteri yang utuh kembali dengan mereplikasi ulang
DNA untuk melengkpai fragmen DNA-nya.
 Budding atau Tunas, Dalam beberapa kasus, bakteri dapat membuat tonjolan
dari dirinya yang disebut tunas. Sel induk yang ada pada bakteri akan membuat
replika DNA yang akan diberikan pada tunas. Replika DNA akan ditransfer ke
dalam tubuh tunas yang msih menempel pada tubuh induk. Sel anak dari
pertunasan mempunyai DNA yang sama persis dengan induknya dan akan
mengalami perkembangan yang sama.
 Endospora, Dengan teknik ini, bakteri akan meng-copy DAN lalu
membungkusnya dengan dinding yang amat kuat. Endospora akan tetap di dalam
tubuh induk sel bakteri. Hanya beberapa bakteri yang dapat bereproduksi dengan
endospora. Teknik ini dilakukan jika terjadi perubahan lingkungan yang buruk
untuk pertumbuhan bakteri, Jiak cuaca buruk maka induk bakteri akan mati dan
endospora akan terlepas lalu keluar. DInding dari endospora tahan dengan panas
sehingga ia tahan akan kondisi yang ekstrim. Hingga lingkungan akan kembali
normal, endospora akan menetas dan membentuk bakteri yang baru.

12
2.3. Fermentasi Oleh Mikroba dan Fisiologi
Fermentasi adalah proses pemecahan senyawa kompleks menjadi senyawa yang lebih
sederhana dengan bantuan enzim mikroorganisme. Umumnya proses fermentasi dibedakan
atas fermentasi substrat padat (solid substrate fermentation) jika substratnya padat (daging,
beras, dan lain-lain), dan fermentasi substrat cair (liquid substrate fermentation) jika
substratnya cair (air kelapa, susu, sari buah, dan lain-lain). Penamaan proses fermentasi
didasarkan atas nama hasil akhir yang diperoleh melalui proses fermentasi, misalnya
fermentasi tempe berarti hasil akhirnya tempe. Jadi, suatu proses fermentasi dinamakan
sesuai hasil akhir yang diperoleh melalui proses fermentasi bukan berdasarkan substrat yang
digunakan pada proses fermentasi.

Fermentasi ditinjau dari segi biokimia merupakan metabolisme secara anaerob


(tidak membutuhkan oksigen) yang menggunakan senyawa organik (gula atau
molekul organik lain) baik sebagai donor maupun akseptor elektron. Energi ATP
dihasilkan melalui fosforilasi pada tingkat substrat. Beberapa bakteri yang bersifat
fakultatif anaerob dapat melakukan proses fermentasi apabila tidak tersedia O2 yang
berfungsi sebagai akseptor elektron terakhir. Namun, apabila terdapat oksigen,
proses respirasi dapat dilakukan kembali oleh bakteri tersebut. Sementara itu,
fermentasi menurut istilah industri mikrobiologi, merupakan proses mikroba apapun
dalam skala besar tanpa memperhatikan proses biokimia yang terjadi pada mikroba
tersebut.
Peran mikroorganisme sangat penting dalam proses fermentasi.
Mikroorganisme tertentu memiliki enzim-enzim yang berguna dalam proses
fermentasi. Setiap mikroorganisme menghasilkan produk akhir fermentasi yang
berbeda-beda. Perbedaan tersebut dapat berupa hasil produk kimianya maupun hasil
produk komersialnya (tempe, tape, dan lain-lain). Perbedaan proses fermentasi dari
mikroba tertentu dapat bermanfaat sebagai penciri identifikasi dari mikroba tersebut.
Contoh produk kimia yang dihasilkan dari proses fermentasi di antaranya asam
laktat (Streptococcus, Lactobacillus), alkohol (Zymomonas, Saccharomyces), asam
propionat (Propionibacterium), 2,3-butanediol (Enterobacter, Serratia, Bacillus),
dan asam butirat (Clostridium). Contoh produk komersial yang dihasilkan dari
beberapa jenis mikroba di antaranya tempe (Rhizopus oryzae), tape
(Chlamydomucor oryzae, Endomycopsis burtonii), dan cider/sari buah
(Saccharomyces cerevisiae).
13
2.4. Contoh Produk Fermentasi
2.4.1. Tempe

Tempe merupakan salah satu makanan tradisional yang berada di


Indonesia. Tempe merupakan salah satu makanan hasil fermentasi. Bahan baku
tempe umumnya berasal dari kacang kedelai. Tahap pertama yang dilakukan
dalam pembuatan tempe adalah proses perendaman dan pengulitan biji kacang
kedelai, setelah itu dikukus setengah matang. Kacang kedelai tersebut kemudian
diinokulasikan dengan kapang dari jenis Rhizopus. Setelah satu hingga dua hari
dilakukan proses inkubasi di tempat yang hangat, kacang kedelai akan saling
berlekatan karena terjalin oleh benang – benang miselium yang dihasilkan oleh
kapang Rhizopus. Tempe umumnya memiliki kandungan protein 40% dari berat
kering. Oleh karena itu, tempe dapat menjadi makanan bernutrisi pengganti
bahan daging sebagai makanan.
Usar atau ragi tempe merupakan kultur yang sering digunakan dalam
proses pembuatan tempe. Pembuatan usar masih sering dilakukan secara
tradisional, yaitu dengan membuat adonan usar yang dibungkus dengan daun
waru (Hibiscus tiliaceus). Mikroorganisme yang digunakan dalam pembuatan
usar atau ragi tempe yaitu kapang dari jenis Rhizopus. Ditemukan juga beberapa
jenis bakteri pada tempe, namun biasanya keberadaan bakteri tersebut
merugikan karena menimbulkan bau yang tidak enak pada tempe. Selain itu,
komposisi usar juga masih sedikit diketahui.
Secara ringkas ada tiga tahap utama pembuatan tempe, yaitu tahap
persiapan substrat (kacang kedelai), tahap persiapan suspensi spora, dan tahap
inokulasi. Tahap persiapan substrat adalah tahap penanganan terhadap kacang
kedelai yang telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya. Tahap selanjutnya,
adalah pembuatan suspensi spora, dalam hal ini spora berasal dari Rhizopus
oryzae. Tahap terakhir adalah tahap pencampuran kacang kedelai dengan usar
atau suspensi spora Rhizopus oryzae saja. Selanjutnya, campuran tadi
diinkubasi selama 1 – 2 hari pada suhu sekitar 28 – 30 °C.

2.4.2. Feremntasi Tape


Fermentasi tape merupakan salah satu jenis fermentasi yang juga
umum ditemukan di Indonesia. Ada dua jenis fermentasi tape yaitu fermentasi

14
tape singkong dan fermentasi tape ketan. Fermentasi tape singkong memakai
substrat yang berasal dari singkong, sedangkan fermentasi tape ketan memakai
substrat yang berasal dari biji serealia (padi). Proses fermentasi tape secara
biokimia memiliki dua tahapan utama, yaitu tahap perombakan pati menjadi
gula sederhana melalui enzim amilase yang diproduksi kapang dan tahap
perombakan gula menjadi asam dan alkohol melalui khamir tertentu
seperti Saccharomyces sp. Mikroorganisme yang biasa digunakan dalam
proses fermentasi tape ada beberapa jenis, di antaranya Chlamydomucor
oryzae, Endomycopsis burtonii, Mucor indicus, dan Saccharomyces sp.
Tahap pembentukan tape singkong ada beberapa langkah. Langkah
pertama umbi dikupas, dipotong, dicuci, dan dikukus sampai tiga perempat
masak. Setelah dingin, potongan umbi tersebut dicampur dengan ragi tape.
Langkah terakhir adalah kultur tadi diinkubasi selama 48 jam pada suhu 28 –
30°C.
Tahap pembentukan tape ketan ada beberapa langkah pula. Langkah
pertama adalah dengan mencuci 100 gram serealia, kemudian di-aron dengan
60 – 70 ml air, dikukus selama 20 menit, dan didinginkan. Selanjutnya biji
serealia diinokulasi dengan ragi tape yang sudah dihaluskan sebanyak 0,1 %
(b/b). Lalu adonan dimasukkan ke dalam erlenmeyer dan ditutup. Langkah
terakhir adalah adonan tadi diinkubasi selama 48 jam pada suhu 28 – 30°C.

2.4.3. Cider
Cider merupakan minuman hasil fermentasi sari buah dan mengandung
alkohol berkisar 6,5 – 8,0 persen. Mikroba yang berperan dalam fermentasi
cider umumnya adalah khamir atau ragi dari marga Saccharomyces,
Candida dan Hansenula, atau dari jenis bekteri yaitu Acetobacter xylinum.
Jumlah starter yang ditambahkan sekitar 2 – 20 persen dari volume sari buah.
Sementara itu, lama fermentasi tergantung dari jenis khamir yang dipakai,
kadar awal gula dan kadar alkohol yang diinginkan. Selama fermentasi terjadi
proses perombakan gula menjadi alkohol, dan hasil sampingnya dapat berupa
asam asetat, asam laktat dan aldehida.
Pembuatan fermentasi cider dapat terbagi menjadi dua tahapan utama,
yaitu tahap pembuatan starter dan tahap pembuatan cider. Pembuatan starter
memiliki beberapa tahapan. Langkah pertama, buah yang akan digunakan
15
diblender kemudian ditambah air (1 – 2 kali volume sari buah) dan gula (15 –
20 % dari volume akhir). Kemudian, 100 ml larutan sari buah dipisahkan ke
dalam erlenmeyer 100 ml dan yang lain dimasukkan ke dalam erlenmeyer
yang lebih besar. Selanjutnya semua sari buah di pasteurisasi. Sementara itu,
suspensi Saccharomyces cerevisiae dibuat. Selanjutnya, diinokulasikan 1 ml
suspensi spora ke dalam 100 ml larutan sari buah tadi. Langkah terakhir
adalah dengan mengambil 30 ml sari buah yang telah diinokulasi dan
dimasukkan ke dalam tabung fermentasi kemudian diinkubasi pada suhu
tertentu. Pembuatan starter berfungsi untuk mengontrol dan memprediksi hasil
fermentasi. Selain itu, pembuatan starter berfungsi untuk mengurangi
kegagalan yang mungkin terjadi pada proses fermentasi. Pembuatan starter
juga untuk mengadaptasikan bakteri terhadap medium substrat dan untuk
menginhibisi organisme yang tidak diinginkan.
Tahap kedua adalah tahap pembuatan cider. Langkah pertama adalah
melakukan pemeriksaan kadar alkohol dari larutan sari buah yang dibuat
starter. Cara memeriksanya adalah beberapa mililiter larutan diambil,
didihkan, kemudian dicatat suhu didihnya. Selanjutnya, dilakukan hal yang
sama pada air. Kemudian, dihitung selisih dari kedua suhu yang didapat dan
ditentukan kadar alkohol dengan tabel Steinkraus. Langkah kedua starter
diinokulasikan ke dalam sari buah sebanyak 1% (v/v), kemudian mulut
erlenmeyer ditutup dengan sumbat yang telah diberi selang dan ujung selang
yang lainnya dicelupkan ke dalam bak yang berisi air. Langkah ketiga sari
buah tadi diinkubasi pada suhu 28 – 30°C selama 7 – 14 hari. Langkah
keempat adalah pemeriksaan kadar alkohol lagi seperti pada langkah pertama,
kemudian dilakukan penghitungan kadar alkohol:
ta = |tjuice – takuades (sebelum fermentasi)|
tb = |tjuice – takuades (sesudah fermentasi)|
Kadar alkohol yang terbentuk:
(tb – ta) = Δt
Selanjutnya, selisih suhu yang didapat dikonversikan dengan
menggunakan Tabel Steinkraus.

16
2.4.4. Yoghurt
Yoghurt adalah bahan makanan yang berasal dari susu yang
merupakan hasil pemeraman susu dalam bentuk mirip bubur atau es krim yang
mempunyai rasa agak asam sebagai hasil fermentasi oleh bakteri-bakteri
tertentu. Akhir-akhir ini ditemukan pula bahwa yoghurt dapat pula dibuat dari
susu skim, full krim, atau bahkan dari kacang kedelai (disebut Soyghurt).
Prinsip pembuatan yoghurt adalah fermentasi susu dengan cara penambahan
bakteri-bakteri Lactobacillus bulgaris dan Streptoccus thermophillus. Dengan
fermentasi tersebut, rasa yoghurt akan menjadi asam karena adanya perubahan
laktosa menjadi asam laktat.
Langkah pertama dalam pembuatan yoghurt yaitu susu murni
disiapkan kemudian diencerkan dengan air hangat dan dipanaskan hingga
mendidih. Langkah kedua susu tersebut didinginkan hingga mencapai 45°C.
Langkah ketiga susu tersebut ditambahkan bakteri starter yoghurt. Langkah
kelima susu yang sudah dicampurkan starter dimasukkan ke dalam botol steril
atau gelas plastik. Selanjutnya, diinkubasikan selama 12 – 14 jam pada suhu
ruang.
Yoghurt memiliki beberapa manfaat penting. Beberapa manfaat dari
yoghurt yaitu membantu kelancaran pencernaan, mencegah keropos gigi, dan
mengobati sakit tenggorokan. Probiotik dalam yoghurt dapat meningkatkan
gerak peristaltik sistem pencernaan dengan merangsang produksi musin yang
memisahkan nutrisi untuk perbaikan jaringan. Bakteri dalam usus juga
membantu dalam memproduksi vitamin B untuk meningkatkan efisiensi
sistem saraf .

17
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
 Mikroba merupakan organisme berukuran kecil yang sulit untuk dilihat tanpa
menggunakan peralatan bantu
 Fisiologi bakteri adalah turunan biologi yang mempelajari bagai mana
kehidupan mengidentifikasi kebutuhan
 Penyusun struktur bakteri diantaranya plasmid, sentriol, kapsul atau lapisan
lender, flagel atau bulu cambuk, pili, kromosom.
 Pertumbuhan bakteri adalah reproduksi aseksual, atau pembelahan sel, bakteri
menjadi dua sel anak, dalam proses yang disebut pembelahan biner

18
DAFTAR PUSTAKA

Bridges BA, Foster PL, Timms AR (2001). Effect of endogenous carotenoids on "adaptive"
mutation in Escherichia coli FC40. Mutat. Res. 473 (1): 109–19.
Brock, T.D., Madigan, M.T, Martiko, J.M., Parker, J. 1994. Biology of Mikroorganisms. 7th
ed. Prentice-Hall International.
Campbell, N.A., Reece, J.B., Urry, L.A., Cain., M.L., Wasserman, S.A., Minorsky, P.V.,
Jackson, R.B. 2010. Biologi. 8th ed. Erlangga.
Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar Mikrobiologi. Djambatan: Jakarta.
Jawetz, Melnick, Adelberg. 2001. Medical Microbiology, 22th Edition. Appleton & Lange.
Madigan, M.T., Martinko, J.M., Stahl, D.A., Clark, D.P. 2012. Brock Biology of
Microorganisms.13th ed. Pearson Education, Inc.
Pelczar dan Chan. 2010. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI Press.
Werkman, Wilson. 1951. Bacterial Physiology. Academic Press Inc. New York.

19

Anda mungkin juga menyukai