Lakshmi 2014
Lakshmi 2014
Lakshmi 2014
Dosen Pengampu
Oleh:
THP/G
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2014
1. Produk: Minuman Yoghurt Cimory Rasa Aneka Buah
pH
Perubahan warna pada karmin berbanding konstan dengan perubahan pH. Karmin
akan mengendap dari larutan ketika pH produk di bawah batas. Titik dari
pengendapan tergantung dari sejumlah faktor, seperti viskositas, kadar air, dan pH.
Karmin akan berwarna merah pada pH 4,0 dan akan berwarna biru-merah pada pH
10,0.
Panas, cahaya, dan oksigen
Karmin sangat stabil terhadap panas dan cahaya, serta tahan terhadap oksidasi.
SO2
SO2 tidak memutihkan karmin pada level yang biasa ditemukan pada bahan makanan.
Kation
Kation dapat mempengaruhi warna, secara general meningkatkan warna kebiruan
(Hendry dan Houghton, 1996)
Cis-bixin larut dalam sebagian besar pelarut organik polar yang menanamkan
warna oranye tetapi tidak larut dalam minyak sayur. Hal ini memungkinkan mudah
untuk dikonversi ke dalam semua bentuk isomer trans karena ketidakstabilannya pada
bentuk teisolasi dalam larutan. Trans-bixin merupakan isomer yang lebih stabil dan
memiliki sifat yang mirip dengan cis-isomer tetapi menunjukkan warna yang cerah
dalam larutan dan larut dalam minyak sayur (Chowdhury et al., 2010). Meskipun
bixin merupakan bagian dari annatto yang stabil dibandingkan dengan karotenoid
seperti betakaroten, beberapa penelitian menunjukkan bixin juga rentan dalam
pengolahan dan penyimpanan terutama pada suhu tinggi dan cahaya yang mengarah
pada penurunan warna dalam penambahan annato pada makanan. Demikian pula
pengaruh aktivitas air akan mempengaruhi kestabilitas bixin, dimana bixin lebih stabil
aktivitas air menengah dan tinggi (Lakshmi, 2014).
Karoten merupakan karotenoid yang tidak memiliki atom oksigen atau hanya
berupa hidro karbon. Karoten memiliki sifat hidrofobik sehingga sulit larut dalam air
namun dapat larut dalam pelarut non polar. β- karoten menghasilkan warna oranye-
kuning yang memiliki jumlah ikatan rangkap yang sama dengan likopen, namun
mengalami siklisasi sehingga warna yang dihasilkan tidak semerah likopen (Ahmad,
2012).
β- karoten memiliki rumus C40H56 dengan berat molekul yaitu 536,87 gram
-1
mol . Nama lain dari β- karoten adalah 1,1’-(3,7,12,16-tetramethyl-
1,3,5,7,9,11,13,15,17-octadecanonaene-1,18-dyl) bis[2,6,6-trimethylcyclohexene]
(Andreeva, 2011). β- karoten merupakan molekul asimetris, yaitu separuh bagian kiri
merupakan bayangan cermin dari bagian kanannya. β- karoten memiliki 40 atom
karbon, yang terdiri dari delapan unit isoprene dan 11 ikatan rangkap, serta memiliki
dua cincin β-ionion yang terletak di masing-masing satu cincin pada ujung
molekulnya. Rodriguez (2001) mengatakan bahwa β-karoten dengan dua cincin β
merupakan provitamin A dengan aktivitas paling tinggi. Menurut Goulson dan
Warthesen (1999), perbedaan antara satu provitamin A dengan lainnya terletak pada
struktur cincin yang terdapat di kedua sisi rantai alifatik. Β-karoten mempunyai dua
struktur cincin β-ionion, -karoten memiliki satu struktur β-ionion dan sisi lainnya
memiliki struktur -ionion (ikatan rangkap pada posisi 4 dan 5). Aktivitas vitamin A
pada β-karoten adalah sebesar 8,33%. Efisiensi penyerapan dari β-karoten
diperkirakan antara 9-22%.
Kurkumin memiliki sifat tidak stabil terhadap pH. Pada suasana pH 1-7
kurkumin akan berwarna kuning cerah akibat gugus diferuloylmethanes berada dalam
bentuk netral. Pada pH cenderung basa (pH>7,5) warna dari kurkumin akan berubah
menjadi oranye hingga kemerahan (Shishodia et al., 2005). Kurkumin mengandung
molekul asam ferulat yang terikat melalui jembatan metilen pada atom C karbonil.
Rumus molekul dari kurkumin adalah C 21H20O6 dan memiliki berat berat molekul
368,67 gram mol-1. Titik lebur dari kurkumin adalah sekitar 183°C. Kurkumin bersifat
kurang larut dalam air dan eter namun larut dalam pelarut organik seperti etanol asam
asetat glasial. Di air yang asam, kurkumin hampir tidak larut dalam air sama sekali,
sedangkan di air yang basa kurkumin dapat larut dalam air. Menurut Swastika (2012),
kurkumin dapat dibuat larut dalam air dengan cara membuat kompleks kurkumin
dengan timah (Sn) atau seng (Zn) yang akan menghasilkan warna oranye. Kelarutan
kurkumin tinggi di pelarut organik yang polar dibandingkan dengan pelarut alifatik.
Pigmen kurkumin sangat tidak stabil dalam pelarut netral dan basa. Sekitar
90% kurkumin akan terdegradasi setelah 30 menit berada di 0,1 M buffer fosfat pH
7,2 membentuk produk trans-6-(4’-hidroksi-3’-metoksifenil)-2,4-diokso-5-hexenal
(mayoritas), vanilin, asam ferulat, dan feruloil metan (Koswara, 2009). Kecepatan
degradasi kurkumin meningkat dengan adanya peningkatan pH dari 7,45 hingga
mencapai kecepatan maksimum pada pH 10,2. Di atas pH 10,2 kecepatan degradasi
menurun. Waktu paruh untuk kurkumin hanya 900 jam pada ph 7,45 dan 0,4 jam pada
pH 10,2. Menurut Hendry dan Houghton (1996) kurkumin juga sangat sensitif
terhadap pemaparan cahaya. Untuk meningkatkan kestabilitas kurkumin terhadap
paparan cahaya dapati dilakukan dengan cara penambahan asam seperti asam galat,
sitrat, dan gentisat sebagai penstabil. Penambahan alumunium (Al) juga dapat
meningkatkan stabilitas kurkumin terhadap paparan cahaya dan panas serta
menghambat dekomposisi kurkumin akibat peroksidase.
Pigmen kurkumin relatif tahan terhadap paparan panas. Baines dan Seal (2012)
mengatakan bahwa warna kuning masih dapat bertahan setelah pemanasan pada
temperatur 140° C selama 15 menit. Hal ini yang menyebabkan kurkumin cocok
digunakan untuk produk permen (hard candy). Pada pembuatan permen perlu
diperhatikan kadar SO2 yang digunakan. SO2 yang digunakan tidak boleh melebihi
100 ppm agar warna kuning tidak memudar. Degradasi kurkumin dapat dihambat
dengan penambahan zat-zat antioksidan seperti asam askorbat atau N-asetil-sistein
(Ramdja, 2012).
Pewarna alami karamel berbentuk amorf yang berwarna coklat gelap dan dapat
diperoleh dari pemanasan yang terkontrol terhadap molase, hidrolisa pati, dekstrosa,
gula inverb, laktosa, sirup malt, dan glukosa. Karamel memiliki komposisi sangat
kompleks dan sukar didefinisikan (Koswara, 2009). Koloid jika diencerkan akan
membentuk koloid yang dapat menghantarkan listrik. Karamel memiliki rumus
molekul C125H188O80 dan berwarna coklat kegelapan. Karamel terbentuk dengan
adanya pemanasan gula pada suhu 170° C (338° F). Menurut Golon dan Kuhnert
(2012), struktur dari karamel sangat sulit untuk dipecah menjadi sederhana. Molekul
karbohidrat yang besar dipecah dengan adanya pengaruh dari asam, panas, dan
tekanan. Kemudian, terjadi kondensasi atau polimerisasi dimana gula sederhana
digabungkan menjadi suatu kompleks pewarna yang lebih besar.
Karamel terbentuk dari sukrosa meleleh dan membentuk anhidridad glukosa dan
anhidridad fruktosa (levulosan). Pigmen karamel larut dalam air dan etanol dan
rasanya pahit dengan titik leleh 138° C. pH warna karamel pada minuman bersoda
berkisar antara 2,5-3,5. Karamel dalam bentuk cair untuk penggunaan lain memiliki
pH hingga 5,0. Karamel bubuk memungkinkan memiliki pH sebesar 8,0 (Koswara,
2009). Menurut Golon dan Kuhnert (2012) di bawah pH 2,0 (titik isoelektrik
karamel), karamel bermuatan positif dan akan mengendap. Sehingga, karamel
diupayakan memiliki pH yang lebih tinggi dari pH 2,0 untuk penggunaannya dalam
produk makanan.
- Karamel tahan asam, karamel yang digunakan untuk mewarnai minuman yang
mengandung CO2 dan bersifat asam. Karamel ini berbentuk cairan.
- Karamel untuk roti, berbentuk cairan. Digunakan untuk produk biskuit, cake, dan
roti.
- Karamel kering digunakan untuk campuran dalam bentuk kering atau untuk
produk cair dalam jumlah banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Nawari. 2012. Kuning Merah Karotenoid. Bogor:Seafast Institut Pertanian Bogor.
Andreeva, A dan Apostolova Velitchkova. 2011.Temperature Dependence Of Carotenoids.
Journal of Agricultural and Food Chemistry. Vol.78 No.3. (253-258).
Baines, David dan Richard Seal. 2012. Natural Food Additives, Ingredients and Flavourings.
Cambridge: Woodhead Publishing.
Chowdhury, A.I., Asheequl Alem Rena, dan Husna Parvin. Preparation of Edible Grade Dye
and Pigments from Natural Sources Bixa orellanae L. Journal of Basic & Applied
Sciences. Vol.10. No.4. (7-15).
Femelia, Welly. 2009. Analisa Penggunaan Zat Warna pada Keripik Balado yang
Diproduksi di Kecamatan Payakumbuh Barat. Medan: Universitas Sumatera Utara.
Giridhar, P, Akshatha Venugopulan, dan R.Parimalan. 2013. A Review on Annatto Dye
Extraction. Analysis and Processing—A Food Technology Perspective. Journal of
Scientific Research & Reports. Vol.3 No.2. (327-348).
Golon, Agnieszka dan Nikolai Kuhnert. 2012. Unraveling the Chemical Composition of
Caramel. Journal Agricultural Food Chemistry. Vol 2 No. 1 (2-5).
Goulson, M.J. dan J.J. Wathersen. 1999. Stability and Antioxidant Activity of Beta Carotene
in Conventional and High Oleic Canola Oil. Journal of Food Science. Vol.64 No. 6.
(996-999).
Hendry, G.A.F dan J.D. Houghton. 1996. Natural Food Colorants. Glasgow: Blackie
Academic & Professional.
Koswara, Sutrisno. 2009. Pewarna Alami: Produksi dan Penggunaannya. eBookPangan.com.
Kurniawati, Pipit T, H.Soetjipto, dan Leenawati Limantara. 2007. Aktivitas Antioksidan dan
Antibakteri Pigmen Bixin Selaput Biji Kesumba. Salatiga: Satya Wacana Christian
University.
Lakshmi, Chaitanya G. 2014. Food Coloring: The Natural Way. Journal of Chemical
Sciences. Vol.4 No.2. (87-96).
Ramdja, Dedi. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan, Karamel. Bogor: Seafast Institut
Pertanian Bogor.
Rodriguez, Delia Amaya. 2001. A Guide to Carotenoid Analysis in Foods. Washington: One
Thomas Circle.
Satriyanto, Budi, Simon B. Widjanarko, dan Yunianta. 2012. Stabilitas Warna Ekstrak Buah
Merah (Pandanus conoideus) Terhadap Pemanasan Sebagai Sumber Potensial Pigmen
Alami. Jurnal Teknologi Pertanian. Vol.13 No.3 (157-168).
Shisodia, S, Sethi S, dan Aggarwal BB. 2005. Curcumin: Getting Back to The Roots. Annals
New York Academy of Science. 1056: 206-217.
Susilawati, Samsu Udayana Nurdin, dan Riska Fitriani T. 2008. Pengaruh Konsentrasi Gum
Arab dan Minyak Kedelai Terhadap Konsentrasi β- Karoten, Stabilitas dan Sifat
Organoleptik Sari Wortel (Daucus carota L.). Jurnal Teknologi Pertanian Vol.5 No.2
(613-614).
Swastika, Rani. 2012. Pewarna Alami untuk Pangan, Kuning Kunyit. Bogor: Seafast Institut
Pertanian Bogor.