Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                
0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
16 tayangan4 halaman

Bab 1

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1/ 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perkecambahan merupakan salah satu fase yang penting pada

pertumbuhan suatu tanaman. Fase perkecambahan merupakan fase waktu

mulai terbentuknya organ tanaman, seperti mulai dari akar, batang, dan daun

untuk pertama kalinya. Fase kecambah sangat aktif menumbuhkan tunas–

tunas yang baru. Proses perkecambahan merupakan tahap awal dari proses

terbentuknya individu baru pada tumbuhan berbiji (Mudiana, 2006).

Terjadinya proses perkecambahan pada suatu tanaman dipengaruhi

oleh beberapa faktor, seperti kelembaban, oksigen, suhu, dan cahaya, serta

media semai. Diantara faktor-faktor tanah tersebut, menurut Murnianti dan

Malria (2006), media tanam merupakan faktor yang paling berpengaruh

terhadap perkecambahan. Wuson (2001) dalam Murnianti dan Suminar

(2006) menyatakan bahwa substrat perkecambahan dapat menyebabkan benih

menjadi dorman, tetapi dapat juga memperpendek waktu perkecambahan.

Media tanam memegang peran penting bagi pertumbuhan tanaman.

Media tanam yang digunakan harus sesuai dengan jenis tanaman yang akan

ditanam, sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Secara umum, media

tanam harus dapat menjaga kelembaban daerah di sekitar akar, menyediakan

cukup udara, dan dapat menyediakan unsur hara bagi tanaman (Dalimoenthe,

2013).

1
2

Media tanam penting untuk perkecambahan tanaman, karena

merupakan tempat benih tumbuh dan berkembang. Selama ini media tanam

yang biasa digunakan adalah tanah dengan campuran beberapa bahan yang

lain, seperti kompos, pupuk kandang, sekam, pasir, arang, atau dari bahan

lainnya. Formulasi campuran media tanam yang sesuai dapat mendukung

pertumbuhan tanaman, termasuk pada fase perkecambahan. Media tanam

yang cocok untuk persemaian benih dapat mendukung pertumbuhan bibit

yang optimal. Dengan bibit yang baik diharapkan dapat memperoleh

pertumbuhan tanaman yang baik pula (Kamil, 1979 dalam Anisa, 2011).

Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) merupakan salah satu komoditas

tanaman sayuran yang sangat penting khususnya bagi penduduk Indonesia,

karena Indonesia sangat terkenal dengan masakan yang berbumbu pedas.

Pada umumnya cabai rawit (Capsicum frutescens L.) digunakan sebagai

bumbu masak maupun sebagai penyedap, industri makanan, dan sebagai

bahan obat-obatan. Cabai rawit (Capsicum frutescens L.) umumnya di

pasarkan dalam keadaan segar, kering atau olahaan. Selain itu cabai rawit

(Capsicum frutescens L.) mempunyai peluang untuk diekspor ke luar negeri,

sehingga dapat menaikkan pendapatan petani (Prajnanta, 1999 dalam

Supriangga, 2011).

Untuk mendapatkan produksi yang maksimal perlu disiapkan bibit

yang baik dan berasal dari benih yang baik. Benih yang baik memiliki

viabilitas daya hidup, daya tumbuh/daya kecambah yang baik. Semakin baik

viabilitasnya, persentase perkecambahan/daya kecambah makin besar.


3

Benih cabai, termasuk cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

sesungguhnya dapat tumbuh dengan baik pada berbagai media tanam. Namun

demikian perlu dilakukan penelitian untuk mendapatkan jenis media tanam

yang sesuai untuk perkecambahan dan pertumbuhan bibit, sehingga bukan

hanya mendukung pertumbuhannya, tetapi juga menjamin akar tidak rusak

pada saat bibit dipindahkan ke media tanam di lahan (pot) (Anisa, 2011).

Menurut Murniati dan Suminar (2006,) dalam Rusmin (2014) arang

sekam bersifat porus dan tidak dapat menggumpal/memadat, sehingga akar

tanaman dapat tumbuh dengan baik dan sempurna. Pasir bersifat porus,

sehingga cepat kering, namun memudahkan proses pengangkatan bibit

tanaman. Sekam mentah sebagai media tanam berperan penting untuk

perbaikan struktur tanah, membuat sistem aerasi dan drainase media tanam

menjadi lebih baik. Tanah kompos baik untuk meningkatkan daya

berkecambah benih maupun pertumbuhan kecambah mengkudu. Hasil

penelitian Bajang, Rumambi, Kaunang, dan Rustandi (2015) menunjukkan

bahwa penggunaan media tanam yang berbeda pada perkecambahan shorgum

memberikan hasil perkecambahan yang berbeda.

B. Rumusan Permasalahan

Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai

berikut:

1. Bagaimana pertumbuhan kecambah cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

pada berbagai media perkecambahan?


4

2. Mendapatkan jenis media perkecambahan apa yang paling baik untuk

pertumbuhan kecambah cabai rawit (Capsicum frutescens L.)?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1. Mengetahui pertumbuhan kecambah cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

pada berbagai media perkecambahan.

2. Mendapatkan jenis media perkecambahan yang paling baik untuk

pertumbuhan cabai rawit (Capsicum frutescens L.)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian adalah sebagai :

1. Memberi informasi tentang pertumbuhan kecambah cabai rawit

(Capsicum frutescens L.) pada berbagai media perkecambahan

2. Memberi informasi kepada masyarakat tentang jenis media

perkecambahan yang paling baik untuk pertumbuhan kecambah cabai

rawit (Capsicum frutescens L.)

Anda mungkin juga menyukai