Geokimia Iodometri
Geokimia Iodometri
Geokimia Iodometri
PENDAHULUAN
Geokimia adalah cabang ilmu geologi yang berfokus pada studi komposisi
kimia dan distribusi elemen di Bumi, serta bagaimana elemen tersebut berinteraksi
dengan berbagai proses geologi. Kaitan antara geokimia dan geologi sangat erat
karena geokimia memberikan wawasan penting tentang sifat dan evolusi Bumi.
Salah satu tujuan utama geokimia adalah untuk memahami komposisi kimia Bumi,
titrasi, salah satunya adalah titrasi iodometri. Titrasi iodometri adalah metode
analisis kimia yang digunakan untuk menentukan konsentrasi zat oksidator dalam
suatu larutan berdasarkan reaksi redoksnya dengan ion iodida. Metode ini telah
analisis makanan, farmasi, dan industri. Prinsip dasar titrasi iodometri melibatkan
reaksi antara zat oksidator dengan ion iodida yang menghasilkan ion iodin. Reaksi
ini biasanya dilakukan dalam suasana asam, di mana ion iodida (I-) akan teroksidasi
menjadi iodin (I2). Iodin yang terbentuk kemudian dititrasi dengan larutan standar
yang mengandung zat reduktor, biasanya natrium tiosulfat (Na2S2O3). Pada saat
iodin. Reaksi antara iodin dan tiosulfat menghasilkan ion tiosulfat dan mengurangi
iodin menjadi ion iodida. Titik ekivalen, yaitu titik di mana jumlah tiosulfat yang
ditambahkan cukup untuk bereaksi dengan semua iodin yang ada, ditandai oleh
perubahan warna larutan dari kuning ke bening atau biru muda. Titrasi iodometri
1
2
menganalisis berbagai zat oksidator. Selain itu, metode ini memiliki tingkat
ketepatan yang tinggi dan sensitivitas yang baik. Namun, ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan dalam titrasi iodometri. Stabilitas iodida dalam larutan perlu
dijaga agar tidak teroksidasi oleh udara atau cahaya, yang dapat mengurangi
terkalibrasi dengan baik juga penting untuk mendapatkan hasil yang akurat.
1.2.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum ini adalah memahami cara kerja titrasi
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk menentukan hasil standarisasi
penambahan kalium iodida yang nantinya akan membebaskan I2. Kemudian I2 ini
aksi- reaksi kimia alam yang ada di bumi. Geokimia adalah ilmu yang mempelajari
kandungan unsur dan isotop dalam lapisan bumi, terutama yang berhubungan
distribusi dan sifat kimia elemen dan senyawa di dalam kerak Bumi, batuan, air,
dan atmosfer. Disiplin ini berfokus pada studi komposisi kimia dan perubahan
kimia yang terjadi di dalam sistem geologi. Geokimia juga melibatkan pemahaman
tentang siklus biogeokimia, migrasi elemen, dan proses geokimia yang terjadi di
2006).
kimia dalam sampel tersebut. Metode analisis yang umum digunakan meliputi
3
4
Geokimia memiliki aplikasi yang luas dalam pemahaman tentang Bumi dan
Studi geokimia juga membantu dalam memahami sumber daya air bawah tanah dan
2.2 Titrasi
Titrasi merupakan suatu proses analisis dimana suatu volume larutan standar
dikenal. Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui secara
primer dan larutan standar sekunder. Larutan standar primer adalah larutan standar
yang dipersiapkan dengan menimbang dan melarutkan suatu zat tertentu dengan
standar sekunder adalah larutan standar yang dipersiapkan dengan menimbang dan
melarutkan suatu zat tertentu dengan kemurnian relatif rendah sehingga konsentrasi
Titirasi asam-basa merupakan cara yang tepat dan mudah untuk menentukan
jumlah senyawa-senyawa yang bersifat asam dan basa. Kebanyakan asam dan basa
5
organik dan organik dapat dititrasi dalam larutan berair, tetapi sebagian senyawa
itu terutama senyawa organik tidak larut dalam air. Namun demikian umumnya
senyawa organik dapat larut dalam pelarut organik, karena itu senyawa organik itu
dapat ditentukan dengan titrasi asam basa dalam pelarut inert. Untuk menentukan
asam digunakan larutan baku asam kaut misalnya HCl, sedangkan untuk menentuan
basa digunakan larutan basa kuat misalnya NaOH. Titik akhir titrasi biasanya
ditetapkan dengan bantuan perubahan indikator asam basa yang sesuai atau dengan
1990).
Titran atau titer adalah larutan yang digunakan untuk mentitrasi (biasanya
sudah diketahui secara pasti konsentrasinya). Dalam proses titrasi suatu zat
berfungsi sebagai titran dan yang lain sebagai titrat. Titrat adalah larutan yang
dititrasi untuk diketahui konsentrasi komponen tertentu. Titik ekivalen adalah titik
Analit adalah spesies (atom, unsur, ion, gugus, molekul) yang dianalisis atau
Titik akhir titrasi adalah titik pada saat titrasi diakhiri/dihentikan. Dalam
titrasi biasanya diambil sejumlah alikuot tertentu yaitu bagian dari keseluruhan
Kesalahan titrasi merupakan kesalahan yang terjadi bila titik akhir titrasi tidak
tepat sama dengan titik ekivalen (≤ 0,1%), disebabkan ada kelebihan titran,
indikator bereaksi dgn analit, atau indikator bereaksi dgn titran, diatasi dgn titrasi
larutan blanko. Larutan blanko larutan yg terdiri atas semua pereaksi kecuali
titrasi yaitu kurva yang menyatakan hubungan antara –log [H+] atau –log [X-] atau
2.3 Iodometri
Titrasi iodometri adalah salah satu titrasi redoks yang melibatkan iodium.
Titrasi iodium termasuk jenis titrasi tidak langsung yang dapat digunakan untuk
besar dari pada sistem iodium-iodida atau senyaw-senyawa yang bersifat oksidator
dengan iodium (langsung), maka pada iodometri, sampel yang bersifat oksidator
direduksi dengan kalium iodide (KI) berlebih dan akan menghasilkan iodium (I2)
volume natrium trisulfat yang digunakan sebagai titran setara dengan banyanya
KI dalam Susana asam sehingga iod yang dibebskan kemudian di tentukan dengan
7
tembaga (II) sulfat. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada titrasi iodometri adalah:
(1). Pada umumnya oksidasi langsung Pada umumnya oksidasi langsung dengan
iodometri dilakukan untuk bahan-bahan yang potensial oksidasi yang lebih rendah
dari ion dan sebaliknya. (2). Oksidasi oleh oksigen atmosfer pada reaksi oksidasi
dalam medium asam kuat dapat menghasilkan nilai titran yang salah sehingga
medium basa karena reaksi antara iod dengan hidroksida akan menghasilkan ion
hipoiodit dan iodat akan menjadi 2I2-. Dimana 2 mol I akan mengoksidasi parsial
tiosulfat menjadi bentuk dioksidasi yang lebih tinggi seperti SO. Penentuan titik
akhir titrasi adalah dengan indikator kanji konsentrasi 0.5% yang dibuat segar
potensiometri dan amperometri. Warna iod dalam pelarut organik misalnya karbon
merah dari iodin dalam karbon tetraklorida dapat dilihat pada larutan iodin dengan
kepekatan yang sangat rendah, sifat inilah yang dipakai untuk menentukan titik
akhir titrasi dengan hilangnya warna merah ungu pada lapisan karbon tetraklorida.
Selain karbon tetraklorida dapat juga dipakai kloroform sebagai indikator dengan
Iodometri adalah analisis titrimetri yang secara tidak langsung untuk zat yang
seperti oksidator seperti besi (III), tembaga (II) dimana zat ini akan mengoksidasi
iodida yang ditambahkan iodin. Iodin yang terbentuk akan ditentukan dengan
8
larutan baku tiosulfat. kelarutan iodin adalah serupa dengan klorida dan bromida.
Perak merkurium (I), merkurium (II), tembaga (I) dan timbal iodida adalah garam
garamnya yang paling sedikit larut. Reaksi-reaksi ini dapat dipelajari dengan
1. oksigen error, terjadi jika dalam larutan asam, maka oksigen dari udara akan
meningkatnya asam)
2. reaksi iodometri dilakukan dalam suasana asam sedikit basa (pH <8)
3. larutan kanji yang sudah rusak akan memberikan warna violet yang sulit
larutan thiosulfat menjadi belerang, pada suasana basa (pH>9) thio sulfat
3. bila penambahan kanji dilakukan pada awal titrasi dengan I2 akan membentuk
kompleks Iod-amilum sehingga dapt ditambahkan pada awal titrasi. (Nanda Dewi,
2019).
Dalam larutan yang netral, atau sedikit alkalin, oksidasi menjadi sulfat tidak
muncul, terutama jika iodin dipergunakan sebagai titran. Ada dua metode titrasi
Disebut juga sebagai cara iodimetri. Menurut cara ini suatu zat reduksi
dititrasi secara langsung oleh iodium, misal pada titrasi Na2S2O3 oleh I2.
Indikator yang digunakan pada reaksi ini, yaitu larutan kanji. Apabila larutan
thiosulfat ditambahkan pada larutan iodine, hasil akhirnya berupa perubahan wujud
10
dari tak berwarna menjadi berwarna biru. Tetapi apabila larutan iodine ditambahkan
kedalam larutan thiosulfat maka hasil akhirnya berupa perubahan penampakan dari
Disebut juga sebagai iodometri. Dalam hal ini ion iodide sebagai pereduksi
Na2S2O3. Jadi cara iodometri digunakan untuk menentukan zat pengoksidasi, misal
pada penentuan suatu zat oksidator ini (H2O2). Pada oksidator ini ditambahkan
larutan KI dan asam hingga akan terbentuk iodium yang kemudian dititrasi dengan
larutan.
Setelah sangat larut dalam pelarutan yang mengandung ion iodide. Iodium
kalium iodida berlebih dan menitrasi iodin yang dibebaskan. Karena banyak agen
Titrasi dengan arsenik (III) (di atas) membutuhkan sebuah larutan yang sedikit
konsentrasi. Istilah ini berarti banyaknya massa yang terlarut dihitung sebagai berat
(gram) tiap satuan volume (mililiter) atau tiap satuan larutan, sehingga satuan kadar
seperti ini adalah gram/mililiter. Cara ini disebut dengan cara berat/volume atau b/v.
11
Disamping cara ini, ada cara yang menyatakan kadar dengan gram zat terlarut tiap
gram pelarut atau tiap gram larutan yang disebut dengan cara berat/berat atau b/b.
Amilum merupakan indikator yang penting dalam titrasi redoks. Indikator ini
dipakai untuk titrasi redoks yang melibatkan iodin (titrasi iodometri dan iodimetri).
biru pekat. Pembentukan warna ini sangat sensitif dan dapat terjadi walaupun iodin
Amilum mudah terdegradasi, sehingga larutan amilum yang baru harus selalu
disiapkan untuk setiap titrasi atau larutan tersebut ditambah pengawet seperti HgI2
(~1 mg/100 mL) atau timol. Amilum juga dapat terhidrolisis menjadi glukosa yang
menyebabkan kesalahan pada titrasi redoks dengan indikator amilum ini. Pada
titrasi yang ditandai dengan warna larutan menjadi kuning muda (awalnya kuning
kecokelatan karena adanya I2 dalam jumlah banyak). Hal ini perlu dilakukan karena
terabsorbsi oleh amilum jika amilum ditambahkan pada awal titrasi. Alasan kedua
adalah biasanya iodometri dilakukan pada media asam kuat yang dapat
untuk menunjukan titik akhir titrasi yang ditandai dengan perubahan warna dari
biru menjadi tidak berwarna. Larutan indikator amilum ditambahkan pada saat akan
menjelang titik akhir dititrasi, karena jika indikator amilum ditambahkan diawal
akan membentuk iod-amilum memiliki warna biru kompleks yang sulit dititrasi
Pemberian indikator amilum ini bertujuan untuk memperjelas titik akhir dari
titrasi. Pemakaian indikator amilum dapat memberikan warna biru gelap dari
komplek iodin-amilum sehingga indikator ini bertindak sebagai suatu tes yang amat
sensitif untuk iodin. Penambahan indikator amilum harus menunggu hingga titrasi
mendeteksi sempurna, hal ini disebabkan bila pemberian indikator terlalu awal
maka ikatan antara ion dan amilum sangat kuat, amilum akan membungkus iod
sehingga iod sukar lepas, akibatnya warna biru sukar hilang dan titik akhir titrasi
tidak kelihatan tajam lagi. Titik akhir titrasi dinyatakan dengan hilangnya warna
biru dari larutan yang dititrasi. Iodin sebenarnya dapat bertindak sebagai indikator
bagi dirinya sendiri. Iodin juga dapat memberikan warna ungu atau violet untuk
zatzat pelarut seperti CCl4 dan kloroform sehingga kondisi ini dapat dipergunakan
yang sama dengan berat molekulnya (248,17) maka dari segi ketelitian
13
bersifat tidak stabil pada keadaan biasa (pada saat penimbangan). Kestabilan larutan
mudah dipengaruhi oleh pH rendah, sinar matahari dan adanya bakteri yang
paling baik bila mempunyai pH antara 9-10. Cahaya dapat mempengaruhi larutan
ini, oleh karena itu larutan ini harus disimpan di botol yang berwarna gelap dan
tertutup rapat agar cahaya tidak dapat menembus botol dan kestabilan larutan tidak
murni, tetapi karena kandungan air kristalnya tidak selalu tetap, maka garam ini
bukanlah zat standar primer. Standarisasi larutan tiosulfat dapat dilakukan dengan
zat standar primer seperti garam kalium iodat (KIO3), garam kalium bromat
Sedangkan larutan standar primer yang digunakan dalam percobaan ini yaitu
larutan K2Cr2O7 karena larutan kalium bikromat merupakan suatu zat pengoksidasi
yang cukup kuat, sangat stabil dan memiliki derajat kemurnian yang tinggi dan
titran, karena Na2S2O3 bukan larutan standar primer sehingga harus distandarisasi
oleh K2Cr2O7 atau dengan KIO3. Selanjutnya fungsi K2Cr2O7 yaitu sebagai larutan
standar primer untuk menstandarisasi larutan natrium tiosulfat dan sebagai pereaksi
2.7 Larutan KI
zat pereduksi, yakni membebaskan iod dari iodida sehingga terbentuk I2. Pada
proses iodometri ini, sampel yang bersifat oksidator direduksi dengan KI berlebih
dan akan menghasilkan I2 yang selanjutnya dititrasi dengan larutan baku natrium
sebagai agen pengoksidasi pada saat dititrasi karena mengalami reduksi menjadi I–
yakni membebaskan iod dari iodida yang berfungsi sebagai agen pengoksidasi pada
warna ini menunjukkan adanya reaksi antara KI dengan larutan CuSO4. Fungsi dari
asam, bisa menggunakan H2SO4 atau HCl. Fungsi penambahan asam sulfat (H2SO4)
suasana asam, sebab larutan yang terdiri dari kalium iodat dan kalium iodida berada
Dalam proses titrasi ini, penambahan asam sulfat menghasilkan kondisi asam dalam
larutan vitamin C saat proses titrasi terjadi dengan solusi dari iodium standar
Walaupun dalam prosesnya mudah, namun ada beberapa kelebihan dan juga
kekurangan dari metode titrasi iodimetri yaitu sebagai berikut (Yeniza, 20) :
2.9.1 Kelebihan
1. Reaksi berlangsung lebih cepat karena titer dan titran langsung bereaksi
3. Warna titik akhir lebih mudah diamati yaitu dari tidak berwarna (bening)
lainnya. Hal ini menjadikan metode ini sangat fleksibel dan dapat digunakan
6. Tingkat deteksi yang baik: Metode iodometri memiliki tingkat deteksi yang
baik terhadap senyawa yang dititrasi. Perubahan warna yang terjadi ketika
16
titik ekivalen.
7. Stabilitas larutan iodin: Larutan iodin dapat disimpan dalam waktu yang
relatif lama dan tetap stabil jika ditempatkan dalam botol kaca coklat yang
rutin di laboratorium.
titrasi lainnya, reaksi reduksi iodin oleh senyawa yang dititrasi cenderung
2.9.2 Kekurangan
reduksi iodin. Beberapa senyawa atau elemen tertentu dalam sampel dapat
berinteraksi dengan iodin atau senyawa iodida, mengubah hasil analisis yang
akurat.
2. Pengaruh kelebihan zat reduktor: Jika terdapat kelebihan zat reduktor dalam
sampel, hal ini dapat menyebabkan terbentuknya ion iodida yang berlebihan,
mengganggu titrasi dengan iodin. Hal ini dapat menghasilkan nilai yang
3. Waktu reaksi yang lambat: Reaksi reduksi iodin oleh senyawa yang dititrasi
dapat membutuhkan waktu yang cukup lama untuk mencapai titik ekivalen.
17
memberikan hasil yang cukup akurat untuk analisis kualitatif, tetapi mungkin
kurang akurat untuk penentuan kuantitatif. Hal ini disebabkan oleh perubahan
warna yang sulit untuk diamati dengan ketepatan tinggi, serta sensitivitas
1. Aquades
4. Sampel Cu2+
5. Amilium
1. Gelas Kimia
2. Labu Ukur
3. Buret
5. Sendok Tanduk
6. Batang Pengaduk
7. Elenmeyer
8. Labu Semprot
9. Corong
11. Bulb
18
19
terjadi perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna. Ulangi standarisasi
dilanjutkan sampai terjadi perubahan warna dari biru menjadi tidak berwarna.
1. Standarisasi 1 7,4
2. Standarisasi 2 5,4
1. Sampel 1 7,2
2. Sampel 2 7,4
4.2 Perhitungan
10 x 105
= = 106, 0625 g/Mr
6,4
20
21
= 7.352,925 %
4.3 Pembahasan
mL H2SO4 2N dan 1 gr kalium iodida, alam titrasi iodometri, iodida (I-) digunakan
sebagai reduktor untuk mereduksi iodin (I2) yang dihasilkan oleh suatu oksidator.
Pada titrasi odometri, biasanya ditambahkan zat tertentu untuk mempercepat reaksi
antara iodida dan oksidator. Larutan Kalium Iodida pada praktikum in di timbang
Kemudian dilakukan Tahap Homogen dengan larutan H2SO4 dengan kalium iodida,
Pada titrasi iodometri, larutan Na2S2O3 digunakan sebagai titran (larutan yang
23
ditambahkan secara bertahap) untuk mengoksidasi ion iodida (I-) menjadi ion iodin
pengoksidator dan mengoksidasi ion iodin (I2) menjadi ion iodat (IO3-)
Perubahan warna dari larutan menjadi kuning terjadi karena pembentukan ion iodat
(IO3-) yang berwarna kuning. Kehadiran 1 gram kalium iodida (KIO3) dalam larutan
iodometri berperan sebagai sumber ion iodida (I-) yang akan dioksidasi.
Pada awal titrasi, ketika ion iodida masih berlimpah, larutan akan memiliki
warna coklat karena adanya ion iodin (I2) yang dihasilkan dari reaksi antara ion
iodida (I-) dan Na2S2O3. Namun, ketika titrasi berlangsung dan ion iodida hampir
habis teroksidasi, larutan akan berubah menjadi kuning akibat pembentukan ion
iodat (IO3-).
Perubahan warna ini penting dalam titrasi iodometri karena dapat digunakan
sebagai indikator visual untuk menentukan titik ekivalen, yaitu titik ketika jumlah
larutan Na2S2O3 yang ditambahkan sudah cukup untuk mengoksidasi semua ion
Amilum dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion iodin (I2) yang dihasilkan
selama reaksi titrasi, membentuk kompleks biru yang larut dalam air. Ketika larutan
iodin (I2) hadir, amilum akan bereaksi dengan iodin membentuk senyawa kompleks
adalah adanya interaksi antara amilum dengan ion iodin. Ketika amilum bereaksi
dengan iodin, struktur heliks amilum berubah, dan amilum membentuk kompleks
dengan iodin yang membentuk ikatan hidrogen. Ini menghasilkan kompleks biru
sebagai indikator untuk menentukan titik akhir titrasi iodometri. Ketika jumlah
Na2S2O3 yang ditambahkan sudah cukup untuk mengoksidasi semua ion iodida
menjadi ion iodat, jumlah iodin yang tersisa dalam larutan berkurang drastis,
sehingga kompleks biru amilum-iodin menjadi kurang terbentuk dan warna larutan
25
biru memberikan informasi visual yang jelas tentang titik akhir titrasi, memudahkan
dalam menentukan volume larutan titran yang diperlukan untuk mencapai titik
ekivalen.
Pada titrasi iodometri, ketika larutan iodin (I2) hadir, perubahan warna
menjadi biru terjadi karena terbentuknya kompleks biru antara iodin dan amilum.
Namun, perubahan warna kembali menjadi tidak berwarna atau pucat setelah titik
akhir titrasi, di mana semua ion iodida (I-) telah dioksidasi oleh larutan Na2S2O3.
Perubahan warna kembali menjadi tidak berwarna atau pucat setelah titik
akhir titrasi terjadi karena hilangnya iodin (I2) dalam larutan. Larutan Na2S2O3
bertindak sebagai agen reduktor yang mengoksidasi iodin menjadi ion iodida (I-)
yang tidak berwarna. Setelah jumlah Na2S2O3 yang cukup ditambahkan untuk
mengoksidasi semua ion iodida, tidak ada iodin yang tersisa dalam larutan.
tidak lagi terbentuk, dan amilum kembali ke struktur semula. Akibatnya, larutan
26
yang sebelumnya berwarna biru kembali menjadi tidak berwarna atau pucat setelah
Perubahan warna kembali menjadi tidak berwarna atau pucat setelah titik
akhir titrasi ini digunakan sebagai indikator visual bahwa titrasi telah mencapai titik
ekivalen, di mana semua ion iodida telah teroksidasi dan larutan Na2S2O3 yang
mL H2SO4 2N dan 1 gr kalium iodida, alam titrasi iodometri, iodida (I-) digunakan
sebagai reduktor untuk mereduksi iodin (I2) yang dihasilkan oleh suatu oksidator.
Pada titrasi odometri, biasanya ditambahkan zat tertentu untuk mempercepat reaksi
antara iodida dan oksidator. Larutan Kalium Iodida pada praktikum in di timbang
Kemudian dilakukan Tahap Homogen dengan larutan H2SO4 dengan kalium iodida,
Perubahan warna dari larutan menjadi kuning terjadi karena pembentukan ion
iodat (IO3-) yang berwarna kuning. Kehadiran 1 gram kalium iodida (KIO3) dalam
larutan iodometri berperan sebagai sumber ion iodida (I-) yang akan dioksidasi.
28
ion iodat (IO3-) yang berwarna kuning. Kehadiran 1 gram kalium iodida (KIO3)
dalam larutan iodometri berperan sebagai sumber ion iodida (I-) yang akan
dioksidasi.
Pada awal titrasi, ketika ion iodida masih berlimpah, larutan akan memiliki
warna coklat karena adanya ion iodin (I2) yang dihasilkan dari reaksi antara ion
iodida (I-) dan Na2S2O3. Namun, ketika titrasi berlangsung dan ion iodida hampir
habis teroksidasi, larutan akan berubah menjadi kuning akibat pembentukan ion
iodat (IO3-).
Perubahan warna ini penting dalam titrasi iodometri karena dapat digunakan
sebagai indikator visual untuk menentukan titik ekivalen, yaitu titik ketika jumlah
larutan Na2S2O3 yang ditambahkan sudah cukup untuk mengoksidasi semua ion
Amilum dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion iodin (I2) yang dihasilkan
selama reaksi titrasi, membentuk kompleks biru yang larut dalam air. Ketika larutan
iodin (I2) hadir, amilum akan bereaksi dengan iodin membentuk senyawa kompleks
Perubahan warna kembali menjadi tidak berwarna atau pucat setelah titik
akhir titrasi ini digunakan sebagai indikator visual bahwa titrasi telah mencapai titik
ekivalen, di mana semua ion iodida telah teroksidasi dan larutan Na2S2O3 yang
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapatkan dalam praktikum kali ini yaitu hasil
standasasi pertama didapatkan volume sebesar 7,4 ml, selanjutnya pada standarisasi
kedua didapatkan volume sebesar 5,4 ml, sehingga standarisasi larutan rata – rata
yang didapatkan sebesar 6,4 ml. Untuk penentuan kadar sampel Cu2+ dapat
mengukur jumlah ion dalam sampel. Salah satu metode titrimetri yang umum
adalah titrasi redoks. Kita dapat menggunakan larutan standar yang mengandung
sampel Cu2+ dengan menggunakan larutan tersebut. Perubahan warna atau titik
akhir titrasi akan menunjukkan selesainya reaksi, dan dari volume larutan standar
yang digunakan.
5.2 Saran
30
31
Alauhdin, M. 2020. Buku Ajar Kimia Analitik Dasar. Semarang: Unnes Press.
Asip, Faisal dan Thomas Okta. 2013. Adsorbsi H2S Pada Gas Alam Menggunakan
Membran Keramik dengan Metode Titrasi Iodometri. Jurnal Teknik
Kimia. Vol. 19 No. 4: 22-28.
Dennis., dkk (2018). Titrasi Iodometri dalam sampel Buah-buahan. Jurnal analisis.
4 (3): 111-120.
Maria, Ade Ulfa. 2015. Penetapan Kadar Klorin (Cl2) Pada Beras Menggunakan
Metode Iodometri. Jurnal Kesehatan Holistik. Vol. 9 No. 4: 197-200.
Nanda Dewi, Mareidha. (2019). Jurnal Praktikum Titrasi Iodometri Iodimetri dan
Aplikasinya pada Penentuan Kadar Asam Askorbat dalam Vitamin C.
Universitas Negeri Surabaya
Ngibad, Khoirul., M. Sugging Pradana., dan Inggrid Retno Y. 2019. Effect of Starch
and Sulfuric Acid on Determination of Vitamin C in Papaya Fruit Using
Iodimetri. Indonesian Journal of Medical Laboratory Science and
Technology. Vol. 1 No. 1: 15-21.
32
33
Sunardi. 2006. Unsur Kimia, Deskripsi dan Pemanfaatannya. Jakarta: CV. Yarama
Widya.
Underwood, A.L. JR. (2002). Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Terjemahan
dari Quantitative Analysis Sixth Editon, oleh Aloysius Handyana
Pudjaatmaka. Erlangga. Jakarta.
Yeniza. dan Anjar Purba Asmara. 2019. Penentuan Bilangan Peroksida Minyak
N
35
Natrium Tiosulfat
(Na2S2O3)
Hasil
Sampel Cu2+
Hasil
36
Lampiran 2. Dokumentasi
I
40
41
42
43