LP Campak Anak
LP Campak Anak
LP Campak Anak
Dosen Pembimbing :
Ibu Tunjung SY, Ns., M.Kes.,
Disusun Oleh :
Renate Anna Casimira
D3A2021.072
Puji Syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-
Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan
Penyakit Campak Pada Anak”. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Praktik
Klinik Keperawatan Dasar BLOKPK 018.
Penulisan makalah ini tidak mungkin selesai tanpa adanya dukungan dan
partisipasi dari semua pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih
kepada
1. Ibu Ratna Indriati, A., M.Kes., selaku Ketua STIKES Panti Kosala
2. Ibu Tunjung SY, Ns., M.Kes., Selaku dosen pembimbing
3. Teman teman serta semua pihak yang sudah membantu penulis untuk
menyelesaikan penulisan makalah ini,
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan, maka dari itu kritik dan saran pembaca sangat dibutuhkan untuk
kesempurnaan makalah ini dikesempatan yang akan datang. Atas dan kritik dan saran
pembaca, penulis mengucapkan terimakasih.
Penulis
i
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan pendahuluan ini telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing
ii
DAFTAR ISI
iii
LAPORAN PENDAHULUAN
PENYAKIT CAMPAK PADA ANAK
A. Konsep KDM
1. Definisi
Menurut Vaughans Bennita W. (2013 : 234), Oksigen adalah gas untuk
bertahan hidup yang diedarkan ke sel-sel dalam tubuh melalui sistem
pernapasan dan sistem kardiovaskuler (peredaran darah) Dalam keadaan
normal, proses oksigenasi terjadi tanpa disertai pemikiran serius mengenai
apa yang terjadi. Namun, ketika tubuh kekurangan oksigen seseorang dapat
segera merasakan efeknya.
Menurut Wahit, Lilis dan Joko (2015 : 159), Oksigenasi adalah proses
penambahan O2 ke dalam sistem (Kimia atau fisika) Oksigen (O2) merupakan
gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan
air. akan tetapi, penambah CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan
memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktivias sel.
Hidayat dan Uliyah (2014 : 32) Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan
dasar manusia yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagi organ atau sel.
Kesimpulan yaitu O2 merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak
memiliki bau, O2 di butuhkan oleh tubuh sebagai kebutuhan dasar tubuh untuk
berlangsungnya metabolism sel-sel, ketika seseorang kekurangan O2 maka
seseorang itu segera mendapatkan efeknya.
2. Anatomi Fisiologi
Menurut Wahit, Lilis & Joko (2015),anatomi fisiologi dibagi menjadi 2 yaitu:
a. Saluran Pernapasan Bagian Atas
1) Hidung bagian luar (eksternal)
Bagian hidung yang terlihat. Dibentuk oleh dua tulang nasal dan tulang
rawan. Keduanya dibungkus dan dilapisi oleh kulit dan sebelah
dalamnya terdapat bulu-bulu halus (rambut) yang membantu mencegah
benda-benda asing masuk ke dalam hidung. Kavum nasalis (nasal
cavity) adalah suatu lubang besar yang dipisahkan oleh septum.
2) Faring
Saluran yang terbagi dua untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas
nasofaring dan orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi
menangkap dan menghancurkan kuman patogen yang masuk bersama
udara. Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulang
sfenoidalis dan sebelah dalamnya berhubungan langsung dengan
esofagus. Pada bagian belakang faring dipisankan dari vertebra
servikalis oleh jaringan penghubung, sedangkan dinding depannya
tidak sempurna dan berhubungan dengan hidung. mulut, dan laring.
Faring dibagi ke dalam tiga bagian, nasofaring yang terletak di belakang
1
2
Paru-Paru
(sumber:http://www /search?q=anatomi+paru-paru&tbm)
4) Alveoli Parenkim paru-paru
Alveolus merupakan tempat kantong udara yang berukuran sangat kecil
dan merupakan akhir dari bronkiolus respiratoris sehingga
memungkinkan pertukaran O2 dan CO2. Dinding alveoli tipis, lembap,
setebal selapis sel dan berlekat erat dengan kapiler darah bagian
alveolus, dindingnya terbuka sehingga mempermudah hubunganya
dengan kapiler darah. Pada bagian alveolus inilah terjadi pertukaran
oksigen dan uadara bebas ke sel-sel darah dan CO2, dari sel-sel darah
ke udara bebas.
3. Proses Oksigenasi
Menurut Wahit, Lilis dan Joko (2015 : 172-173), proses oksigenasi terdiri
dari tiga tahap yaitu :
a. Ventilasi
1). Proses Oksigenasi
a). Ventilasi
Merupakan proses keluar dan masuknya oksigen dari atmosfer ke
dalam alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain sebagai berikut.
(1). Adanya perbedaan tekanan antara atmosfer dengan paru,
semakin tinggi tempat maka tekanan udara semakin rendah.
Demikian sebaliknya, semakin rendah tempat, tekanan udara
semakin tinggi.
(2). adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam
melaksanakan ekspansi atau kembang-kempis.
(3). adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli
yang terdiri atas berbagai otot polos yang kerjanya sangat
dipengaruhi oleh sistem saraf otonom terjadinya rangsangan
simpatis dapat menyebabkan relaksasi sehingga dapat terjadi
vasodilatasi kemudian kerja saraf parasimpatis dapat
menyebabkan kontraksi sehingga dapat menyebabkan
vasokontriksi atau proses penyempitan .
(4). Adanya reflek batuk dan muntah.
(5). adanya peran muskulus siliaris sebagai penangkal benda asing
yang mengandung interveron dan dapat mengikat virus.
(6). Pengaruh proses ventilasi selanjutnya adalah compliance dan
recoil. Compliance yaitu kemampuan paru untuk mengembang
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu adanya surfaktan
pada lapisan alveoli yang berfungsi untuk menurunkan
tegangan permukaan dan adanya sisa udara yang
menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan toraks.
Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli dan
disekresi saat kita menarik napas, sedangkan recoil adalah
kemampuan mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya
paru.
(7). Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons, dapat
mempengaruhi proses ventilasi, karena CO2 memiliki
kemampuan merangsang pusat pernapasan. Peningkatan CO2
dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat
pernapasan dan bila PaCO2 kurang dari sama dengan 80
mmHg maka dapat menyebabkan depresi pusat pernapasan.
b). Difusi gas
Merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru
dan CO2 dikapiler dengan alveoli. Proses masuknya, udara yaitu
5
5. Klasifikasi Gangguan
Menurut Wahit, Lilis dan Joko (2015 : 182-184) faktor-faktor yang
mempengaruhi oksigenasi adalah sebagai berikut :
a. Takipnea
Frekuensi pernapasan yang cepat. Biasanya ini terlihat pada kondisi
demam, asidosis metabolik, nyeri, dan pada kasus hiperkupnia atau
hipoksemia. Taikipnea merupakan pernapasan yang memiliki frekuensi
melebihi 24 kali per menit. Proses ini terjadi karena paru dalarn keadaan
ateleltasis atau terjadi emboli.
b. Bradipnea
Bradipnea adalah frekuensi pernapasan yang lambat kurang lebih sepuluah
kali permenit abnormal. Biasanya ini terlihat pada orang yang
menggunakan obat-obat seperti morfrin, pada kasus alkalosis metabolik,
atau peningatan TIK.
c. Hiperventilasi
Hiperventilasi merupakan cara tubuh dalam mengompensasi peningkatan
jumlan oksigen dalam paru agar pernapasan lebih cepat dan dalam. Kondisi
ini terjadi saat kecepatan ventilasi melebihi kebutuhan metabolik untuk
pembuangan CO2. Proses ini ditandai dengan adanya peningkatan denyut
nadi, napas pendek, adanya nyeri dada, menurunnya konsentrasi CO2 dan
lain-lain. Keadaan demikian dapat disebabkan karena adanya infeksi,
ketidakseimbangan asam-basa atau gangguan pisikologis/kecemasan.
d. Hipoventilasi
Hipoventilasi merupakan upaya tubuh untuk mengeluarikan karbon dioksida
dengancukup yang dilakukan pada saat ventilasi alveolar, serta tidak
cukupnya dalam penggunaan oksigen dengan ditandai adanya nyeri
kepala. Penurunan kesadaran, disorientasi atau ketidakseimbangan
8
akibat penyakit sistem saraf, depresi susunan saraf pusat. atau penyakit
radang pada paru. Terjadinya gangguan pertukaran gas ini menunjukkan
penurunan kapasitas difusi, yang antara lain disebabkan oleh menurunnya
luas permukaan difusi, menebalnya membran alveolar kapiler, rasio
ventilasi perfasi tidak baik dan dapit menyebabkan pengangkutan O2 dari
paru ke jaringan terganggu, anemia dengan segala macam bentuknya,
keracunan CO2, dan terganggunya aliran darah. Tanda klinisnya antara lain
dispnea pada usaha napas, napas dengan bibir pada fase ekspirasi yang
panjang, agitasi, lelah, meningkatnya tahanan vaskular paru, menurunnya
saturasi oksigen, meningkatnya PaCO2 dan sianosis.
6. Pengkajian Keperawatan
Menurut Hidayat dan Uliyah (2015 : 146-147), pengkajian keperawatan
masalah oksigenasi sebagai berikut:
a. Riwayat Keperawatan
Pengkajian riwayat keperawatan pada masalah kebutuhan oksigenasi
meliputi ada atau tidaknya riwayat gangguan pernapasan (gangguan
hidung dan tenggorokan), seperti epitaksis (kondisi akibat luka/kecelakaan,
hipertensi, gangguan pada sistem peredaran darah, dan kanker) dan
keadaan lain yang menyebabkan gangguan pernapasan. Pada tahap
pengkajian keluhan atau gejala, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah
infeksi kronis dari hidung, sakit pada daerah sinus, otitis media, keluhan
nyeri pada tenggorokan, kenaikan suhu tubuh hingga sekitar 38,5oC, sakit
kepala, lemas, sakit perut hingga muntah-muntah (pada anak-anak), faring
berwarna merah, dan adanya edema.
b. Anamesa
Riwayat kesehatan dimulai dari biografi klien, dimana aspek biograi yang
sangat erat hubungannya dengan gangguan oksigen mencakup usia, jenis
kelamin, pekerjaan (terutama yang berhubungan dengan kondisi tempat
kerja) dan tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi
tempat tinggal serta apakah klien tinggal sendiri atau dengan orang lain
nantinya berguna bagi perencanaan pulang.
c. Keluhan Utama
Keluhan Utama akan membantu perawat dalam menentukan prioritas
masalah dan intervensi pada klien. Keluhan utama biasanya muncul pada
gangguan kebutuhan oksigen dan karbon dioksida antara lain : batuk,
peningkatan produksi sputum, dispena, hemoptisis, wheezing, stridor, dan
chest pain.
1). Batuk (Cough)
Batuk merupakan gejala utama pada klien dengan penyakit system
pernafasan. Tanyakan berapa lama klien batuk (misalnya 1 minggu, 3
bulan). Tanyakan juga apakah batuknya timbul pada waktu yang
spesifik (missal pada malam hari atau ketika bangun tidur) dan atau
ada hubungan dengan aktivitas fisik.
10
7. Diagnosa Keperawatan
Menurut Herdman dan Kamitsuru (2018-2020 : 207) dalam Nanda
Internasional Keperawatan pada pasien gangguan oksigenasi yang dapat di
tegakkan gangguan yaitu
Diagnosa 1 : Hambatan pertukaran gas
a. Definisi : Kelebihan atau deficit oksigen dan/atau eliminasi karbon dioksida
pada membran avioler-kapiler.
b. Batasan karakteristik
1). Gas darah abnormal
2). pH arteri abnormal
3). warna kulit abnormal
4). konfungsi
5). penurunan karbon dioksida (CO2)
6). Diafores
7). Dispena
8). Sakit kepala
9). Hiperkapnia
10). Hipoksemia
11). Hipoksia
12). Iritabilitas
13). Napas cuping hidung
14). Gelisah
15). Somnolen
16). Takikardia
17). Gangguan pengelihatan
c. Faktor yang berhubungan
1). Akan dikembangkan
d. Kondisi terkait
1). Perubahan membran kapiler
2). Ketidakseimbangan ventilasi perfusi
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018 : 26) SDKI (Standar Diagnosa
Keperawatan Indonesia) yang dapat ditegakkan yaitu :
1. SDKI : Pola Napas Tidak Efektif,
a. Definisi : Inspirasi dan/atau ekspirasi yang tidak memberikan ventilasi
adekuat.
b. Penyebab :
1). Depresi pusat pernapasan
2). Hambatan upaya napas (mis. Nyeri saat bernapas, kelemahan otot
pernapasan)
3). Deformitas dinding dada
4). Deformitas tulang dada
5). Gangguan neuromuskular
15
8. Perencanaan
Menurut Moorhead et. al., (2018 : 636) NOC (Nursing Outcomes
Classification) yang dapat ditegakkan yaitu:
a) Status pernapasan: pertukaran gas
b) Definisi:pertukaran karbondioksida dan oksigen di alveoli untuk
mempertahankan konsentrasi darah arteri.
No Indicator 1 2 3 4 5
1 Dispnea saat istirahat
2 Dyspnea saat aktivitas ringan
3 Sianosis
4 Mengantuk
5 Gangguan kesadaran
Keterangan :
1). Deviasi berat dari kisaran normal
2). Deviasi cukup berat dari kisaran normal
3). Deviasi sedang dari kisaran normal
4). Deviasi ringan dari kisaran normal
5). Tidak ada deviasi
Menurut Bulechek et. al., (2018 : 186) NIC (Nursing Interventrons
Classification) yang dapat ditegakkan yaitu:
a) NIC 1 : Manajemen jalan nafas
1) Monitor status pernapasan dan oksigenasi
2) Posisikan untuk meringankan jalan nafas
3) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
4) Gunakan teknik yang menyenangkan untuk memotivasi bernafas
dalam pada anak-anak.
5) Lakukan fisioterapi dada sebagaimana mestinya
6) Buang skret dengan memotivasi pasien untuk melakukan
batuk/menyedot lendir.
7) Motivasi pasien untuk bernafas pelan, dalam, berputar dan batuk.
8) Kelola pengobatan aerosol
9) Kelola nebulizer atau oksigen yang dilembabkan
10) Kelola udara atau oksigen yang dilembabkan
b) NIC 2 : Fisioterapi dada
1) Monitor status respirasi pasien
2) Memposisikan segmen para yang akan dilakukan fisioterapi dada
3) Lakukan fisioterapi dada minimal 2 jam setelah makan
18
B. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Campak merupakan penyakit infeksi disebabkan oleh virus dan sangat
menular. Pada tahun 1963 belum adanya vaksinasi yang meluas sehingga
epidemi terjadi setiap 2-3 tahun dan menyebabkan 2,6 juta kematian setiap
tahun. Pada tahun 2018 dilaporkan lebih dari 140.000 orang meninggal karena
campak terutama anak-anak di bawah usia 5 tahun, meskipun vaksin sudah
tersedia secara aman dan efektif (World Health Organization, 2019).
2. Penyebab
Virus campak merupakan spesies virus RNA berantai tunggal negatif,
berselubung, tidak bersegmen, termasuk dalam genus Morbillivirus di famili
Paramyxoviridae. Memiliki genom sekitar 16.000 nukleotida yang
mengkodekan enam protein struktural, nukleoprotein, fosfoprotein,
hemaglutinin, matriks, fusi, dan dua protein non-struktural V dan C yang
dikodekan dalam fosfoprotein gen. Protein hemaglutinin merupakan salah satu
dari dua glikoprotein trans membran pada permukaan virion dan berikatan
dengan reseptor seluler seperti limfosit, monosit, makrofag, sel dendritik, dan
nectin-4. Kekebalan tubuh disebabkan oleh penetralan antibodi IgG terhadap
protein haemaglutinin yang menghalangi pengikatan ke sel inang Reseptor.
Protein fusi, virus kedua glikoprotein yang terpapar permukaan virus. Protein
fusi bertugas untuk fusi amplop virus dengan sel inang membran,
ribonukleoprotein virus masuk ke dalam sitoplasma (Moss, 2017).
3. Patofisiologis
Menurut Maryati Sutarno & Noka Ayu Putri Liana (2019), virus campak
menular melalui droplet atau partikel aerosol pada mulanya menginfeksi
limfosit, sel dendritik, dan makrofag alveolar di saluran pernapasan. Selama
masa inkubasi, virus bereplikasi dan menyebar. Mulanya menyebar ke
jaringan limfoid kemudian disebarluaskan ke seluruh aliran darah oleh limfosit
yang terinfeksi. Sel dendritik yang terinfeksi dan limfosit mentransfer virus
campak ke sel epitel saluran pernapasan menggunakan reseptor nectin-4.
21
6. Penatalaksanaan
a) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan pasien campak terdiri dari terapi suportif untuk
memperbaiki atau mencegah dehidrasi dan defisiensi nutrisi, penyediaan
vitamin A, pengenalan dan pengobatan infeksi bakteri sekunder (Moss,
2017). Vitamin A harus diberikan pada kasus akut. Vitamin A dosis oral
harus diberikan segera setelah diagnosis dan diulang keesokan harinya
1) 50.000 IU pada bayi < 6 bulan
2) 100.000 IU untuk bayi usia 6-11 bulan
3) 200.000 IU untuk anak 12 bulan
Jika anak memiliki tanda-tanda oftalmik klinis defisiensi vitamin A
seperti: bintik bitot, berikan dosis ketiga dalam waktu 4-6 minggu kemudian.
Kasus berat campak, seperti pneumonia berat, dehidrasi atau kejang,
memerlukan perawatan khusus (antibiotik, rehidrasi, antikonvulsan). Kasus
campak yang tidak dirawat di rumah sakit harus diisolasi di rumah sampai
empat hari setelah onset ruam (World Health Organization, 2018).
b) Penatalaksanaan Keperawatan
Penyakit campak merupakan penyakit yang mudah sekali menular.
Selain it sering menyebabkan kematian jika mengenai anak yang keadaan
girinya bunik sehingga mudah sekali mendapatkan komplikasi terutama
bronkopneumonia Pasien campak dengan broskopimonia perlu dirawat di
rumah saka karena memerikan perawatan yang yang memadai (kadang
perlu infase atau oksigen). Masalah yang perlu diperhatikan ialah
kebutuhan nutrisi, gangguan sahu tubuh, gangguan rasa aman yaman,
risiko terjadinya komplikasi.
7. Komplikasi
Pada anak yang sehat dan gizinya cukup, campak jarang berakibat serius.
Beberapa komplikasi yang bisa menyertai campak:
f) Infeksi bakteri : Pneumonia dan Infeksi selinga tengah
g) Kadang terjadi trombositopenia (penurunan jumlah trombosit), sehingga
penderita mudah memar dan mudah mengalami perdarahan
h) Ensefalitis (infeksi otak) terjadi pada 1 dan 1,000-2.000 kasus.
DAFTAR PUSTAKA
Alimul, Hidayat Aziz dan Musrifatul Uliyah. 2015. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia
Pendekatan Kulikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Surabaya : Health Books
Publishing.
Hasan R.2015. Buku Kulish 2 thu Kesehatan Anak Jakarta Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Fakultas Universitas Indonesia.
Hidayat, Aziz All A. 2018. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak Jakarta: Salemba
Medika
Maryati Sutarno, & Noka Ayu Putri Liana. (2019). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
Dengan Kejadian Campak. Jurnal Antara Keperawatan, 2(2), 44–50.
https://doi.org/10.37063/antaraperawat.v2i2.76
Moorheat, Sue, et al. 2018. Nursing Interventions Classification (NIC). Edisi VII. Ahli
Bahasa Intansari Nurjannah, SKp., MNSc.,PhD. Elsevier Singapore.
Moorheat, Sue, et al. 2018. Nursing Outcomes Classification (NOC). Edisi VII. Ahli
Bahasa Intansari Nurjannah, SKp., MNSc.,PhD. Elsevier Singapore.
Iqbal, Mubarak Wahit, Lilis Indrawati dan Joko Susanto. 2015. Buku Ajar Ilmu
Keperawatan Dasar Buku 2. Jakarta : Salemba Merdeka.
Rodolfh.D. 2016. Buku Ajar Padian Rodolfh Edisi 20 Volum 1. Jakarta EGC Santosa
B. 2015. Pandian Diagnosa Keperawatan Nanda 2018. Jakarta: Prima Medika.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2018 SDKI Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. 2018 SIKI Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. 2018 SLKI Standar Luaran Keperawatan Indonesia.
Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia.
Vita, Andina Susanto dan Yuni Fitriana. 2017. Kebutuhan Dasar Manusia Teori dan
Aplikasi dalam Praktik Keperawatan Profesional. Yogyakarta : Pustaka Baru
Press.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta: EGC
Zuriati, Melti Suriya, Yuanita Ananda. 2017. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Medikal
Bedah Sistem Respirasi Aplikasi Nanda NIC & NOC. Padang : Sinar Ultima Indah
23