Location via proxy:   [ UP ]  
[Report a bug]   [Manage cookies]                

1379-Article Text-4609-1-10-20220804

Unduh sebagai pdf atau txt
Unduh sebagai pdf atau txt
Anda di halaman 1dari 10

FARMASAINKES: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol. 2 No.

1 Agustus 2022
e-ISSN: 2807-114X

FORMULASI SEDIAAN BLUSH ON DALAM BENTUK POWDER DARI


EKSTRAK ETANOL BUNGA ASOKA (Ixora paludosa (Blume) Kurz) SEBAGAI
PEWARNA ALAMI

FORMULATION OF BLUSH ON PREPARATION IN POWDER FORM FROM


ETHANOL EXTRACT OF ASOCA FLOWER (Ixora paludosa (Blume) Kurz) AS
NATURAL DYE

Winda Aulia1, Rafita Yuniarti1*, Gabena Indrayani Dalimunthe1,


Minda Sari Lubis1.
1
Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Nusantara
Al Washliyah, Jl. Garu II A, Medan,20147

Alamat Korespondensi :
Rafita Yuniarti: Program Studi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Muslim Nusantara
Al Washliyah, Jl. Garu II A Medan, 20147
*E-mail: rafitayuniarti@umnaw.ac.id

ABSTRAK
Bunga asoka (Ixora paludosa (Blume) Kurz) memiliki kandungan metabolit sekunder yang
berkhasiat sebagai pewarna. Antosianin merupakan metabolit sekunder yang larut dalam air yang
bertanggung jawab atas warna merah, ungu, biru pada buah, sayur dan bunga sehingga antosianin dapat
menjadi pewarna alami dan dipercaya sebagai antioksidan yang baik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui kandungan senyawa kimia pada ekstrak etanol bunga asoka, mengetahui karakteristik
simplisia bunga asoka mengetahui mutu fisik sediaan blush on ekstrak etanol bunga asoka dan
mengetahui sediaan yang paling disukai berdasarkan uji kesukaan dengan mengisi kuisioner. Metode
penelitian ini dilakukan secara ekperimental, meliputi: penyiapan sampel, karakterisasi simplisia,
pembuatan ekstrak, skrinning fitokimia, pembuatan sediaan, uji iritasi, uji homogenitas, uji stabilitas, uji
oles dan uji hedonik terhadap sediaan yang dibuat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol
bunga asoka mengandung senyawa metabolit sekunder flavonoid, tannin, saponin, dengan karakteristik
simplisia yang diperoleh yaitu kadar air 3,99%, kadar sari larut air 23,08%, kadar sari larut etanol 17,6%,
kadar abu total 0,75%, dan kadar abu tidak larut asam 0,42%. Sediaan yang paling disukai berdasarkan
uji hedonis adalah sediaan dengan konsentrasi 35% serta memiliki mutu fisik yang baik, uji homogenitas
menunjukkan sediaan terdispersi merata, berdasarkan uji pH memenuhi persyaratan pH pada kulit yaitu
pH 4-7, berdasarkan uji stabilitas tidak terdapat perubahan warna, bentuk dan aroma , uji daya oles
sediaan blush on yang baik ditandai dengan warna yang jelas saat di oleskan pada kulit punggung tangan,
dan tidak menimbulkan iritasi pada saat di oleskan.

Kata kunci :Bunga Asoka, ekstrak etanol, Blush On

ABSTRACT

Ashoka flower (Ixora paludosa (Blume) Kurz) contains secondary metabolites that are efficacious as
dyes. Anthocyanins are water-soluble secondary metabolites that are responsible for the red, purple, and
blue colors in fruits, vegetables, and flowers so that anthocyanins can be natural dyes and are believed to
be good antioxidants. The purpose of this study was to determine the content of chemical compounds in
the asoka flower ethanol extract, to determine the characteristics of asoka flower simplicia, to determine
the physical quality of the blush on the preparation of asoka flower ethanol extract, and to determine the
most preferred preparation based on the preference test by filling out a questionnaire. This research
method was carried out experimentally, including: sample preparation, simplicia characterization, extract
manufacture, phytochemical screening, preparations, Irritation test, homogeneity test, stability test, smear

111
FARMASAINKES: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol. 2 No. 1 Agustus 2022
e-ISSN: 2807-114X

test, and hedonic test on the preparations made. The results showed that the ethanolic extract of asoka
flowers contained secondary metabolites of flavonoids, tannins, and saponins with simplicia
characteristics were obtained, namely 3.99% water content, 23.08% water soluble extract content, 17.6%
ethanol soluble extract content, and 17.6% ethanol content. Total ash content of 0.75%, acid insoluble ash
content of 0.42% The most preferred preparation based on the hedonic test is the preparation with a
concentration of 35% and has good physical quality. The homogeneity test shows the preparation is
evenly dispersed. The pH test shows it meets the pH requirements of the skin, namely pH 4–7. The
stability test shows there is no change in color, shape, and aroma. The smearing power of a good blush,
which is marked by a clear color when applied to the skin on the back of the hand, and does not cause
irritation when applied.
Keywords: Ashoka flower, ethanol extract, Blush On

PENDAHULUAN
Blush on merupakan salah satu jenis produk kosmetika atau tata rias yang
mengaplikasikan warna pada pipi. Blush on umumnya mengandung pigmen berwarna
merah atau pigmen berwarna merah kecoklatan dengan kandungan yang tinggi. Blush
on dengan kadar rendah dipakai untuk pelembut warna. Kandungan bahan pewarna
sintetis dalam produk-produk kosmetik sangat berbahaya bagi kesehatan kulit. Pewarna
sintetik sering menimbulkan efek samping, sedangkan pewarna alami mempunyai
keunggulan yang tidak kalah dengan pewarna sintetik yaitu intensitas warna yang jauh
lebih rendah dari zat sintetik Pewarna sintetik sering menimbulkan efek samping
dibandingkan dengan pewarna alami yang berasal dari tumbuhan karena pewarna yang
berasal dari tumbuhan memiliki intensitas warna lebih rendah dari pewarna sintetik
(Ramani, 2021). Pengaplikasian zat warna alami bertujuan untuk meminimalkan efek
samping yang ditimbulkan oleh pewarna sintetis, salah satunya pada produk kosmetik.
Bunga asoka adalah semak berbunga asli dari asia dan namanya berasal dari Dewa
orang India. Bunga ini memiliki potensi yang dapat digunakan sebagai pewarna alami
karena memiliki pigmen antosianin. Bunga asoka dapat ditemui dalam berbagai warna
yaitu merah, putih, kuning, orange atau pink (Nursaerah, 2017).
Asoka merupakan salah satu tumbuhan yang mengandung flavonoid, tannin juga
mengandung saponin. Golongan flavonoid yang ada pada bunga asoka salah satunya
yaitu antosianin yang memberikan warna pada tumbuhan. Senyawa antosianin adalah
bentuk glikosida dari senyawa antosianidin dan merupakan bagian dari metabolit
sekunder. Antosianin merupakan senyawa yang baik untuk kesehatan karena memiliki
aktivitas antioksidan (Natalia, 2005).
Berdasarkan penelitian Hidayati (2016), pigmen antosianin bunga asoka yang di
ekstraksi dengan pelarut etanol stabil pada pH 3, dengan lama penyimpanan 1 hari.
Adanya kenaikan pH akan mendegradasi warna dari antosianin yang disebabkan oleh
perubahan kation flavilium yang berwarna menjadi basa karbinol dan akhirnya menjadi
kalkon yang tidak berwarna. Dalam larutan dengan pH rendah konsentrasi pigmen
antosianin akan semakin pekat karena bentuk kation flavium yang berwarna lebih stabil
pada kondisi asam (Putri, 2019).
Berdasarkan senyawa kimia yang dimiliki oleh bunga asoka tersebut dan melihat
potensi yang dimilikinya maka perlu dilakukan suatu inovasi untuk mengembangkan
bunga asoka menjadi suatu produk yang bermanfaat dan bernilai jual tinggi, salah
satunya adalah produk kosmetik dalam bentuk blush on yang mengandung pewarna
alami. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kandungan senyawa kimia pada
ekstrak etanol bunga asoka (Ixora paludosa (Blume) Kurz), mengetahui karakteristik
simplisia bunga Asoka, mengetahui sediaan yang paling disukai berdasarkan uji hedonis
dan mengetahui mutu fisik sediaan blush on ekstrak etanol bunga asoka.

112
FARMASAINKES: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol. 2 No. 1 Agustus 2022
e-ISSN: 2807-114X

METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmasi Terpadu Universitas Muslim
Nusantara Alwasliyah Medan Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2021 sampai
dengan bulan Maret 2022.

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah batang pengaduk, spatula, kaca
arloji, cawan porselin, gelas kimia, gelas ukur, hot plate, lumpang dan alu, pipet tetes,
corong, timbangan analitik, stopwatch, saringan, wadah kaca, beaker gelas, Erlenmeyer
250mL, tabung reaksi, rak tabung, cawan krus, tanur, desikator, rotary
evaporator(Eyela), waterbath, azeotrop, ayakan mess 100.

Bahan
Bahan digunakan yaitu Toluene(JT Baker), aquadest, kloroform(Sigma Aldrich),
etanol 96%, asam klorida(Smartlab), KI, raksa(II) klorida, bismut(II)nitrat, asam nitrat,
alfa-naftol, asam sulfat, asam asetat anhidrat, amil alcohol(Merck), serbuk Mg(Merck),
n-heksan(Merck), ekstrak etanol bunga asoka, talkum, kaolin, zink oksid, paraffin liq,
nipagin, parfum, kertas saring, aluminium foil, pH universal, kertas saring bebas abu,
tissue, kain flannel

Sampel
Sampel berasal dari tumbuhan Bunga Asoka (Ixora paludosa (Blume) Kurz) yang
diperoleh dari Jl Garu III Medan Amplas, Kota Medan.

Metode
Metode yang digunakan adalah karakterisasi simplisia, pembuatan ekstrak etanol bunga
asoka, skrinning fitokimia, pembuatan sediaan selanjutnya dilakukan uji mutu fisik
sediaan yang meliputi uji iritasi, uji homogenitas,uji stabilitas, uji oles dan uji hedonik
sediaan blush on

Karakterisasi Simplisia
Penetapan Kadar Air
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode Azeotropi. Alat terdiri dari labu alas bulat
500 mL, alat penampung dan pendingin, tabung penyambung dan penerima 10 mL.
Cara kerja
a. Penjenuhan toluene
Sebanyak 200 mL toluen dan 2 mL aquades dimasukkan ke dalam labu alas
bulat, dipasang alat penampung dan pendingin, kemudian didestilasi selama 2 jam.
Destilasi dihentikan dan dibiarkan dingin selama 30 menit, kemudian volume air dalam
tabung penerima dibaca dengan ketelitian 0,05mL.
b. Penetapan kadar air simplisia
Sebanyak 5 g serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, dimasukkan ke
dalam labu yang berisi toluen jenuh tersebut, lalu dipanaskan hati-hati selama 15 menit.
Setelah toluen mendidih, kecepatan tetesan diatur 2 tetes untuk tiap detik sampai
sebagian besar air terdestilasi, kemudian kecepatan destilasi dinaikkan sampai 4 tetes
tiap detik. Setelah semua air terdestilasi, bagian dalam pendingin dibilas dengan
toluen.Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan

113
FARMASAINKES: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol. 2 No. 1 Agustus 2022
e-ISSN: 2807-114X

mendingin pada suhu kamar. Setelah air dan toluen memisah sempurna, volume air
dibaca dengan ketelitian 0,05mL. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai dengan
kandungan air yang terdapat dalam bahan yang diperiksa.Kadar air dihitung dalam
persen (v/b) (Depkes RI, 1995).

Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Air


Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi dengan 100 mL kloroforom P (2,5mL
kloroforom dalam 1000 mL aquadest) selama 24 jam menggunakan labu bersumbat
sambil sekali-sekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian didiamkan. Disaring
cepat, 20 mL filtrat diuapkan dalam cawan dangkal berdasar rata (yang telah ditara) di
atas penangas air hingga kering, sisa dipanaskan pada suhu 105°C hingga bobot tetap.
Kadar dihitung dalam persen terhadap bahan yang telah dikeringkan di udara (Depkes,
1989).

Penetapan Kadar Sari Larut Dalam Etanol


Sebanyak 5 g serbuk simplisia dimaserasi selama 24 jam dengan 100 mL etanol (96%)
dalam labu tersumbat sambil berkali-kali dikocok selama 6 jam pertama dan kemudian
dibiarkan selama 18 jam. Kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan
etanol, kemudian diuapkan 20 mL filtrat hingga kering dalam cawan penguap berdasar
rata yang telah ditara, dipanaskan sisa pada suhu 105ºC hingga bobot tetap. Kadar
dalam persen sari yang larut dalam etanol 96% dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan di udara (Ditjen POM, 1979).

Penetapan Kadar Abu Total


Sebanyak 2 g serbuk dimasukkan kedalam krus porselin yang telah dipijarkan dan ditara
kemudian krus dipijarkan perlahan-lahan hingga arang habis, pemijaran dilakukan pada
suhu 500-600°C selama 3 jam kemudiaan didinginkan dan ditimbang hingga diperoleh
bobot tetap. Kadar abu dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan (Ditjen POM,
1979).

Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam


Abu yang diperoleh pada penetapan kadar abu total, didinginkan dengan 25 mL asam
klorida encer selama 5 menit, sebagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan,
disaring melalui kertas saring bebas abu, kemudian dicuci dengan air panas, residu
dengan kertas saring dipijarkan sampai bobot tetap, kemudiaan didinginkan dan
ditimbang. Kadar abu tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang telah
dikeringkan diudara (Ditjen POM, 1979).

Ekstraksi
Pembuatan ekstrak etanol bunga asoka dilakukan secara maserasi dengan pelarut etanol
96%. Sebanyak 10 bagian simplisia dimasukkan dalam bejana, tuang dengan 75 bagian
etanol 96% tutup dan diamkan selama 5 hari terlindung dari cahaya sambil sesekali
diaduk. Saring lalu diperas, cuci ampas dengan etanol 96% secukupnya hingga
diperoleh 100 bagian. Pindahkan kedalam bejana tertutup, dibiarkan ditempat sejuk
terlindung dari cahaya selama 2 hari kemudian disaring. Maserat lalu dipekatkan dengan
Rotary evaporator pada suhu tidak lebih dari 50°C hingga diperoleh ekstrak kental
(Ditjen POM, 1979).

114
FARMASAINKES: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol. 2 No. 1 Agustus 2022
e-ISSN: 2807-114X

Uji penapisan Fitokimia


Ekstrak bunga asoka yang diperoleh kemudian diuji menggunakan reaksi warna
terhadap adanya senyawa flavonoid, saponin, alkaloid, tannin, steroid/triterpenoid dan
glikosida.
Formula Sediaan Blush On
Formula sediaan blush on dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1.Formula Sediaan Blush On
Formula (gram)
Komposisi
1 2 3 4 5 6
Ekstrak Etanol Bunga
0 2 2,5 3 3,5 4
Asoka (EEBA)
Zink oksida 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7 0,7
Kaolin 1 1 1 1 1 1
Parafin liquid 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75
Dimetikon 10 10 10 10 10 10
Nipagin 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18 0,18
Oleum rosae 3tts 3tts 3tts 3tts 3tts 3tts
Talkum ad 10 ad 10 ad 10 ad 10 ad 10 ad 10

Keterangan:
Formula 1 = Tanpa EEBA (blanko)
Formula 2 = EEBA 20%
Formula 3 = EEBA 25%
Formula 4 = EEBA 30%
Formula 5 = EEBA 35%
Formula 6 = EEBA 40%

Prosedur Pembuatan Blush On


Zink oksida diayak dengan menggunakan ayakan mesh 100 dan di timbang. Zink
oksida yang telah diayak kemudian ditambahkan kaolin dan nipagin masing-masing
digerus homogen dalam lumpang (Massa 1). Ekstrak etanol bunga asoka digerus dengan
paraffin liquid dalam lumpang dan ditambahkan talkum sedikit demi sedikit digerus
hingga homogen kemudian ditambahkan dimetikon (Massa 2). Kemudian massa 1 dan
massa 2 digabung digerus kembali hingga homogen. Setelah itu diayak dengan ayakan
mesh 100 dan ditambahkan oleum rosae hingga tercampur rata kemudian masukkan ke
dalam wadah (Ramani, 2021).

Evaluasi Sediaan Blush On Ekstrak Etanol Bunga Asoka


1. Uji Iritasi
Iritasi dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu iritasi primer yang akan segera
timbul sesaat setelah terjadi pelekatan atau penyentuhan pada kulit, dan iritasi sekunder
yang reaksinya baru timbul beberapa jam setelah penyentuhan atau pelekatan pada kulit
(Ditjen POM, 1985).
Teknik yang digunakan pada uji iritasi ini adalah uji tempel terbuka (open
patch) pada lengan bawah bagian dalam. Uji tempel terbuka dilakukan dengan
mengoleskan sediaan yangdibuat pada lokasi lekatan dengan luas tertentu (2,5x2,5 cm),

115
FARMASAINKES: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol. 2 No. 1 Agustus 2022
e-ISSN: 2807-114X

dibiarkan terbuka dan diamati apa yang terjadi. Uji ini dilakukan sebanyak 3 kali sehari
selama dua hari berturut-turut (Tranggono dan Latifah, 2007).
2. Uji Homogenitas
Warna pada blush on harus terdispersi secara homogen dalam dasar blush on.
Tidak boleh ditemukan adanya lapisan warna atau ketidak sempurnaan pada dispersi
blush on yang menyebabkan pulverisasi yang jelek atau pengeluaran warna.
Keseragaman pada blush on dapat dengan mudah diperiksa dengan menyebarkannya
pada kertas putih dan diuji pada kaca pembesar. Jika menyebar secara merata maka
warna akan rata (Depkes RI, 1995)
3. Uji Oles
Uji oles dilakukan terhadap sediaan masing-masing dengan cara dioleskan lima
kali pada punggung tangan dan diamati warnanya apakah mampu menempel dengan
baik atau tidak (Wasitaatmadja, 1997).
4. Uji pH
Pengukuran derajat keasaman dilakukan dengan cara memasukkan pH
universal ke dalam sediaan blush on, sejumlah 1gram sediaan dilarutkan dalam air
dengan volume 10 mL, kemudian diukur derajat keasamannya menggunakan pH-
universal. Syarat pH sediaan blush on yang baik sesuai dengan pH kulit secara umum
adalah 4 -7 (Ditjen POM, 1985).
5. Uji Kesukaan (Hedonik)
20 responden diminta untuk memberikan tanggapan kesukaannya terhadap
sediaan blush on dengan mengisi angket. Uji tingkat kesukaan dikelompokkan menjadi
lima tingkat, yaitu sangat tidak suka, tidak suka, kurang suka, suka, sangat suka
(Ramani, 2021).
6. Uji Stabilitas
Uji stabilitas meliputi parameter organoleptik yaitu dilakukan pengamatan
terhadap adanya perubahan bentuk, warna, dan bau dari sediaan blush on dilakukan
terhadap masing-masing sediaan selama penyimpanan dengan metode cycling test
menggunakan 3 siklus yaitu penyimpanan pada suhu ruangan 26°C , penyimpanan pada
suhu 5°C dan suhu oven 40°C selama 2 kali 24 jam (Anvisa, 2005).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi dan Pemeriksaan Karakterisasi Simplisia
Bunga asoka di ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi dengan pelarut
etanol 96%, dan dilakukan pengadukan sesekali. Kemudian hasil maserasi diuapkan
pelarutnya dengan menggunakan rotary evaporator pada suhu 50°C hingga didapatkan
ekstrak kental bunga asoka sebanyak 108,0 g (Rendemen 10,8%). Hasil karakterisasi
simplisia dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2.Hasil karakterisasi simplisia bunga Asoka (Ixora paludosa (Blume) Kurz)
Hasil Pemeriksaan
No Pengujian MMI (%)
(%)
1 Kadar air 3,99 <10
2 Kadar sari larut air 23,08 >21
3 Kadar sari larut etanol 17,6 >16
4 Kadar abu total 0,75 <4
5 Kadar abu tidak larut asam 0,42 <0,7

116
FARMASAINKES: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol. 2 No. 1 Agustus 2022
e-ISSN: 2807-114X

Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan karakteristik simplisia bunga asoka


dimana pada Tabel 2 dapat terlihat bahwa kadar abu total 0,75%. pemeriksaan kadar
abu total dilakukan untuk mengetahui kadar senyawa anorganik dalam simplisia. kadar
abu larut tidak larut asam dilakukan untuk mengetahui zat yang terkandung dalam
sampel yang tahan terhadap asam (Depkes RI,1995) dan didapatkan hasil 0,42%, kadar
sari larut etanol dan larut air dilakukan sebagai perkiraan kasar kandungan senyawa-
senyawa aktif yang bersifat larut air dan senyawa aktif yang bersifat larut etanol (
Depkes RI, 1995) dan didapatkan hasil kadar sari larut etanol 17,6%, kadar sari larut air
23,08%, pemeriksaan kadar air dilakukan untuk mengetahui kadar air yang terkandung
di dalam simplisia. Persyaratan kadar air simplisia umumnya tidak lebih dari 10%,
karena jumlah air yang tinggi dapat menjadi media pertumbuhan bakteri dan jamur yang
dapat merusak senyawa yang terkandung di dalam simplisia. Pada pemeriksaan kadar
air didapatkan hasil 3,99%. Berdasarkan data tersebut, karakterisasi simplisia bunga
asoka memenuhi syarat.

Skrining Fitokimia
Uji skrinning fitokimia dilakukan untuk mengetahui golongan senyawa kimia
yang terkandung dalam bahan. Hasil skrinning fitokimia ekstrak etanol bunga asoka
dapat dilihat pada tabel 3.
Table 3.Skrining fitokimia ekstrak etanol bunga Asoka (Ixora paludosa (Blume) Kurz)

No Pemeriksaan Hasil +/-


1 Alkaloid -
Mayer Larutan kuning
Bouchardat Larutan coklat
Dragendrof Endapan jingga
2 Flavonoid Warna jingga pada +
lapisan alcohol
3 Tannin Hijau kehitaman +
4 Steroid Warna hijua -
5 Saponin Buih 2-3 cm +
6 Glikosida Tidak ada cincin ungu -
Keterangan
(+) : Mengandung senyawa
(-) : Tidak mengandung senyawa

Pada penapisan fitokimia yang dilakukan terhadap sampel simplisia bunga


asoka. Dapat dilihat pada Tabel 3 hasil pemeriksaan penapisan fitokimia dapat terlihat
bahwa pada ekstrak etanol bunga asoka terdeteksi golongan senyawa metabolit
sekunder flavonoid, saponin, tannin. Skrinning fitokimia merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi kandungan senyawa metabolit sekunder
suatu bahan alam (Depkes RI, 1995).

117
FARMASAINKES: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol. 2 No. 1 Agustus 2022
e-ISSN: 2807-114X

Uji Stabilitas
Hasil pengamatan stabilitas sediaan blush on 3 siklus penyimpanan dapat dilihat
pada tabel 5.
Tabel 5. Data pengamatan perubahan bentuk, warna, dan bau sediaan blush on dalam
bentuk powder menggunakan ekstrak etanol bunga asoka (Ixora paludosa
(Blume) Kurz)

Lama pengamatan (Hari)


Pengamatan Sediaan
1 2 3 4 5 6
1 S S S S S S
2 S S S S S S
Bentuk 3 S S S S S S
Sediaan 4 S S S S S S
5 S S S S S S
6 S S S S S S
1 P P P P P P
2 B B B B B B
Warna 3 Pi Pi Pi Pi Pi Pi
4 Bs Bs Bs Bs Bs Bs
5 R R R R R R
6 W W W W W W
1 Bk Bk Bk Bk Bk Bk
2 Bk Bk Bk Bk Bk Bk
3 Bk Bk Bk Bk Bk Bk
Bau
4 Bk Bk Bk Bk Bk Bk
5 Bk Bk Bk Bk Bk Bk
6 Bk Bk Bk Bk Bk Bk
Keterangan :
Formula 1 : Tanpa EEBA (blanko) S : Serbuk
Formula 2 : EEBA 20% P : putih
Formula 3 : EEBA 25% B : Bluse
Formula 4 : EEBA 30% P : Pink
Formula 5 : EEBA 35% Bs : Ballet Slipper
Formula 6 : EEBA 40% R : rose
Bk: bau khas W : Water melon

Orientasi blush on dibuat dengan berbagai konsentrasi yang berbeda diantaranya


(20; 25; 30; 35; dan 40%). Kemudian dilakukan evaluasi terhadap basis blush on
meliputi uji iritasi, uji homogenitas, uji pH, uji oles, uji hedonik dan uji stabilitas. Uji
iritasi dilakukan untuk mengetahui sensitifitas dari kulit. Berdasarkan hasil uji iritasi
yang dilakukan pada responden menunjukkan bahwa sediaan blush on tidak
menyebabkan iritasi. Hal ini ditandai dengan tidak ditemukannya reaksi gatal, ruam
merah, dan bengkak pada responden (Tranggono dan Latifah, 2007).

118
FARMASAINKES: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol. 2 No. 1 Agustus 2022
e-ISSN: 2807-114X

Pemeriksaan homogenitas dilakukan untuk mengetahui serbuk terdispersi merata


dan tidak ada gumpalan kasar (Depkes RI, 1995). Hasil pemeriksaan homogenity warna
menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat terdispersi merata dan tidak ada warna yang
berbeda atau tidak merata pada saat di taburkan pada kertas putih dan tidak terdapat
butiran- butiran kasar pada saat diletakkan di atas kaca arloji.
Uji oles dilakukan untuk memastikan bahwa sediaan memiliki daya oles yang
baik sehingga mudah diaplikasikan pada pipi (Wasitaatmadja, 1997). Berdasarkan uji
oles diperoleh hasil bahwa sediaan yang menghasilkan pemolesan yang baik adalah
sediaan pada konsentrasi 35%, konsentrasi 40%. Hal ini ditandai dengan pemolesan
sediaan telah memberikan warna yang jelas saat dipoleskan pada kulit punggung tangan.
Pada sediaan dengan konsetrasi 20; 25 dan 30% memberikan warna yang kurang jelas.
Hal ini disebabkan tingkat zat warna ektrak bunga asoka yang cukup rendah pada
konsentrasi 20; 25; dan 30%.
Uji pH dilakukan untuk mengetahui nilai pH dari sediaan blush on yang dibuat.
Tujuan pengukuran pH adalah untuk mengontrol tingkat hidrasidan sifat reologi produk
pada tahap manufaktur yang berbeda Pada pengujian pH didapatkan pH normal mulai
dari blanko, konsentrasi 20%, konsentrasi 25%, konsentrasi 30%, konsentrasi 35% dan
konsentrasi 40% dengan pH yang dihasilkan adalah pH 5. Dan memenuhi syarat pH
kulit yaitu pH 4-7 (Ditjen POM, 1985).
Berdasarkan Data dan perhitungan tingkat kesukaan diamati secara visual
langsung dari berbagai formula, dapat dilihat sediaan yang paling disukai berdasarkan
warna yaitu pada konsentrasi 35%, Sediaan yang paling banyak disukai berdasarkan
aroma tidak semua responden menyukai aroma sediaan yang menggunakan minyak
mawar. Sediaan yang paling disukai berdasarkan bentuk yaitu semua Formula sama-
sama disukai karena memiliki nilai rentang yang sama. Dapat disimpulkan bahwa uji
hedonik untuk warna sediaan blush on yang paling banyak disukai adalah sediaan pada
konsentrasi 35%.
Berdasarkan hasil uji stabilitas sediaan blush on menunjukkan bahwa seluruh
sediaan yang dibuat tetap stabil selama penyimpanan pada suhu kamar, suhu lemari
pendingin, dan suhu panas (oven) selama 2 kali 24 jam pengamatan. Parameter yang
diamati dalam uji kestabilan fisik ini meliputi perubahan bentuk, warna dan bau sediaan.
Dari hasil pengamatan bentuk, warna dan aroma didapatkan hasil bahwa seluruh sediaan
blush on yang dibuat tidak terjadi perubahan bentuk dari bentuk awal pembuatan
sampai akhir pengamatan. Blush on dengan konsentrasi ekstrak bunga asoka 20%
memberikan warna bluse, konsentrasi 25% memberikan warna pink, konsentrasi 30%
memberikan warna ballet slipper, konsentrasi 35% memberikan warna rose, dan
konsentrasi 40% memberikan warna watermelon. Sedangkan bau yang dihasilkan dari
seluruh sediaan blush on adalah bau khas dari parfum. Bau sediaan tetap stabil dalam 3
siklus penyimpanan. Tujuan dilakukannya uji stabilitas untuk mengetahui kestabilan
sediaan pada saat penyimpanan dengan metode cycling test yang menggunakan 3 suhu
ruangan yaitu suhu ruangan, lemari pendingin, dan suhu panas atau oven (Anvisa,2005).

Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian ini senyawa kimia yang terkandung pada ekstrak
etanol bunga asoka (Ixora paludosa (Blume) Kurz) adalah, flavonoid, tannin dan
saponin. Karakterisasi simplisia yang diperoleh yaitu kadar air 3,99%, kadar sari larut
air 23,08%, kadar sari larut etanol 17,6%, kadar abu total 0,75%, kadar abu tidak larut
asam 0,42% . Ekstrak etanol bunga asoka (Ixora paludosa (Blume) memiliki formula

119
FARMASAINKES: Jurnal Farmasi, Sains, dan Kesehatan Vol. 2 No. 1 Agustus 2022
e-ISSN: 2807-114X

terbaik sebagai sediaan blush on pada konsentrasi 35% berdasarkan uji hedonis , dan
memiliki mutu fisik yang baik berdasarkan uji homogenitas, pH, stabilitas, uji daya
oles, serta tidak menimbulkan iritasi.
DAFTAR PUSTAKA
Anvisa. (2005). Cosmetic Products Stability Guide, Edisi Kesatu. Brasilia: National
Health Survailance Agency Press. Hal.18, 22.
Departemen kesehatan RI. (1989). Materia Medika Indonesia Edisi V. Jakarta:
Direktorat Jedral Pengawasan Obat dan Makanan. Hal. 194-197.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (1995). Farmakope Indonesia Edisi IV.
Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal.1033.
Ditjen POM. (1985). Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta: Departemen
Kesehatan RI. Halaman 29, 32-36.
Ditjen POM. (1979). Farmakope Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal: 31.
Nursaerah. (2017). Potensi Bunga Asoka Sebagai Bahan Pewarna Alami Makanan.
Skripsi. Yogyakarta: Universitas Gadja Mada. Fakultas Biologi.
Putri., Elditna.J. (2019). Stabilitas Ekstrak Etanol Bunga Asoka ( Ixora javanica)
Berdasarkan Variasi pH Selama Masa Penyimpanan. Jurnal Riset Kimia. Palu:
Universitas Tadulako.
Ramani, S., Cahaya, H., & Kurniawati, N. (2021).Formulasi Sediaan Blush on Ekstrak
Kayu Secang (Caesalpiinia Sappan L) Sebagai Pewarna Alami Dalam Bentuk
Powder. Jurnal Farmamedika. Bogor: Sekolah Tinggi Teknologi Industri
Farmasi Bogor.
Natalia, D. 2005. Pengaruh Penggunaan Berbagai Jenis Pelarut Organik Terhadap Total
Antosianin dari Ekstrak Pigmen Alami Buah Arben (Rubusidaeus (Linn.).
Skripsi. Jatinangor: Universitas Padjadjaran.
Tranggono, R.I., Latifah, F. (2007).Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik.
Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Halaman 11-12, 23-28, 167..
Wasitaatmadja.(1997). Penuntun Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas Indonesia

120

Anda mungkin juga menyukai