SKRIPSI Fuull
SKRIPSI Fuull
SKRIPSI Fuull
SKRIPSI
Oleh :
RIZKI ROUDHA
1210611004
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
IDENTIFIKASI KARAKTER KUALITATIF ITIK SIKUMBANG JONTI DI
KECAMATAN PAYAKUMBUH TIMUR KOTA PAYAKUMBUH
SKRIPSI
Oleh :
RIZKI ROUDHA
1210611004
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Fakultas
Peternakan Universitas Andalas
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2016
IDENTIFIKASI KARAKTER KUALITATIF ITIK SIKUMBANG JONTI DI
KECAMATAN PAYAKUMBUH TIMUR KOTA PAYAKUMBUH
ABSTRAK
Kata kunci : Identifikasi, Karakter Kualitatif, Itik Sikumbang Jonti, dan Genotip
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada program studi Peternakan
Universitas Andalas.
yang setulusnya kepada Ibu Dr. Ir. Firda Arlina, M.Si selaku pembimbing I dan
ibu Prof. Dr. Ir. Hj.Husmaini MP selaku pembimbing II yang telah memberikan
masukan dan saran dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Sarbaini, M.Sc, Bapak Dr.
rusfidra, S.Pt, MP, dan Ibu Dr. Ir. Sabrina, MP selaku penguji yang telah
memberikan kritikan dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini, serta kepada
Bapak Dekan Fakultas Peternakan, Bapak dan Ibu Dosen, Kepala Bagian
Produksi, serta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ayahanda Idris Lubis S.Pd dan
Ibunda Linda Mora Nst tercinta serta keluarga besar yang telah mencurahkan
oleh karena itu dengan segala keterbatasan dan kekurangan yang ada, penulis
mengharapkan masukan berupa kritik dan saran dari semua pihak lain untuk
kemajuan ilmu pengetahuan khususnya mengenai ilmu bidang peternakan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat pada masa yang akan datang, seiring dengan
Rizki Roudha
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI.......................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................................... 1
4.5 Karakter Eksternal Warna Bulu, Pola Bulu dan Kerlip Itik
Sikumbang Jonti ................................................................... 35
LAMPIRAN .......................................................................................... 45
5. Persentase karakter gen warna bulu, pola warna dan kerlip bulu
itik Sikumbang Jonti di Kecamatan Payakumbuh Timur Kota
Payakumbuh.................................................................................... 35
Plasma nutfah merupakan bahan genetik yang memiliki nilai guna, baik
secara nyata maupun yang masih berupa potensi. Wilayah Indonesia yang
membentang luas dengan kondisi geografis dan ekologi yang bervariasi telah
keanekaragaman plasma nutfah, terbuka peluang yang besar bagi upaya program
setempat (Ismoyowati 2008). Itik merupakan spesies unggas yang potensial untuk
dan sebagai penghasil daging dan telur. Itik memiliki banyak kelebihan
dibandingkan ternak unggas lainnya, diantaranya adalah ternak itik lebih tahan
terhadap penyakit. Selain itu, itik memiliki efesiensi dalam mengubah pakan
Populasi ternak itik yang tinggi dan perannya yang penting bagi kehidupan
peternak sebagai sumber gizi merupakan potensi nasional yang masih dapat
daerah aliran sungai dan daerah yang memiliki rawa-rawa. Hardjosworo (1985)
puluhan sampai ribuan ekor, digembalakan secara berindah-pindah dari satu desa
Jenis itik lokal di Indonesia diberi nama sesuai dengan lokasinya dan
mempunyai ciri-ciri morfologi yang khas, di Pulau Jawa dikenal degan nama itik
Tegal dan itik Magelang yang berada di Provinsi Jawa Tengah, itik Mojosari di
Povinsi Jawa Timur, itik Cihateup di Provinsi Jawa Barat dan itik Turi di Daerah
Sumatera Barat itik yang berkembang sebagai sumber daya genetik adalah itik
salah satu sentra peternakan unggas dengan populasi ternak itik terbesar di
Sumatera Barat. Pada tahun 2014 jumlah populasi ternak itik di Payakumbuh
Payakumbuh Timur yaitu dengan jumlah 35.800 ekor itik. Populasi ternak itik ini
pada tahun 2014, yaitu Kelurahan Payobasung terdapat 3.900 ekor itik dan
Kelurahan Koto Baru 12.500 ekor itik (Disnak Kota Payakumbuh, 2014)
Itik Sikumbang Jonti merupakan itik petelur lokal, yang berasal dari kota
Jonti disebut juga sebagai itik putih oleh penduduk setemput karena warnanya
yang dominan putih dan Itik Sikumbang Jonti termasuk itik petelur yang
produktif. Namun, keberadaannya semakin jarang ditemui, karena digantikan oleh
itik jawa (Mojosari dan Tegal) karena produksi telurnya yang lebih tinggi. Selain
itu penurunan populasi itik Sikumbang Jonti secara drastis dikarenakan desakan
ekonomi peternak sehingga banyak yang menjual itik dalam keadaan produktif.
lancarnya sarana transportasi antar pulau di Indonesia maka sekarang telah banyak
di datangkan itik-itik dari daerah lain ke Sumatera Barat. Hal ini memungkinkan
genetik eksternal merupakan cara dasar untuk menentukan jenis ternak yang
diamati meliputi sifat kualitatif seperti warna bulu, warna kulit badan, warna kulit
kaki (shank), warna paruh dan warna kerabang telur. Minkema (1987)
untuk menentukan suatu bangsa itik karena sifat ini diatur oleh faktor genetik
Sampai saat ini informasi karakteristik genetik itik Sikumbang Jonti belum
kualitatif itik Sikumbang Jonti yang dilihat dari warna bulu bagian-bagian tubuh,
warna kulit badan, warna kulit kaki (shank), warna paruh, kerlip bulu dan warna
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakter genetik warna
Payakumbuh.
tentang karakter genetik warana bulu tubuh itik Sikumbang Jonti Kecamatan
Itik merupakan salah satu unggas air (waterfowls) yang termasuk ke dalam
kelas Aves, Ordo Anseriformes, Famili Anatidae, Sub Famili Anatinae, Tribus
Anatini, Genus Anas dan Spesies Anas Plathyrynchos (Srigando, 1997). Itik
Eropa (Crawford, 1990). Menurut Hardjosworo (1989) ternak itik berasal dari itik
liar mallard kepala hijau (Anas Plathyrynchos) yang tersebar luas di bagian Utara
bumi. Itik yang dikenal sekarang adalah hasil penjinakan itik liar (Anas Bosca),
dan itik yang dipelihara biasa disebut Anas Domesticus. Pada habitatnya itik liar
lebih sering hidup berpasangan, tetapi setelah jinak sifatnya berubah menjadi suka
Indian Runner. Batty (1985) menyatakan bahwa itik Indian Runner berasal dari
India yang berarti pelari cepat. Menurut Dickinso (1950) bahwa itik Indian
Runner mempunyai tiga varietas utama, yaitu fawn dan putih, putih dan penciled.
Winter dan Funk (1960), menyatakan bahwa itik Indian Runner pertama kali
dibentuk di Belgia dan Belanda, dengan produksi telur berkisar antara 150 - 250
butir/ekor/tahun. Pada saat ini telah diketahui ada tiga jenis itik petelur di
Indonesia yang termasuk bangsa Indian Runner, yaitu itik Tegal, itik Bali, itik
Alabio (Srigandono, 1986). Menurut Samosir (1990) bangsa itik Indian Runner
1. Kepala kecil mungil, mata bersinar terang, terletak dibagian atas dari kepala.
2. Warna bulu kebanyakan merah tua (cokelat), ada juga berwarna lurik cokelat
3. Badan langsing bila dilihat dari depan, mulai dari kepala, leher, badan /
bahwa dilihat dari fenotip itik yang dipelihara di Sumatera Barat seperti itik di
pulau Jawa berdarah Indian Runner, bangsa itik tersebut diberi nama berdasarkan
daerah setempat seperti itik Pitalah, itik Payakumbuh, itik Bayang dan itik
Kamang.
sekurang-kurangnya atas tiga tipe utama yaitu itik Tegal, itik Alabio dan itik Bali
yang dipelihara untuk tujuan produksi telur. Itik asli Indonesia menurut Samosir
(1993) memiliki karakteristik petelur yang baik, terutama dengan bobot badan
yang ideal. Djanah (1989) menyatakan bahwa itik Indonesia disebut juga itik
Bentuk itik Tegal merupakan contoh bangsa India Runner, yaitu dengan
posisi berdiri yang hampir tegak lurus dengan berat standar lebih kurang 1,5 kg.
Warna yang paling umum dijumpai adalah kecokelat-cokelatan atau lurik cokelat,
dengan beberapa variasi warna tertentu. Sebagian besar itik Tegal berwarna
cokelat, sedangkan sebagian kecil lainnya lurik hitam, putih dan sebagainya
(Hardjosworo, 1985).
1. Itik Pitalah
Itik betina dewasa mempunyai warna bulu sangat dominan cokelat gelap dengan
lurik cokelat tua. Sedangkan itik jantan dewasa warna kapala hijau keemasan
dengan warna bulu sangat dominan abu-abu, mulai dari leher sampai ekor, dan
pada bagian bulu di ujung sayap dan ekor berwarna hitam, dengan warna paruh
cokelat.
2. Itik Kamang
Memiliki ciri khusus, ada garis melengkung putih diatas mata ke paruh. Warna
3. Itik Bayang
Memiliki warna bulu kehitaman hampir keseluruhan, dengan lurik kebiruan pada
termasuk itik lokal Sumatera Barat yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
a) Warna bulu putih keabu-abuan, pada jantan dewasa memiliki tanda abu – abu
gelap bagian leher atas sampe kepala, sedangkan pada betina hanya putih polos
c) Pada bagian ujung sayap terdapat bulu-bulu berwarna biru kehitaman yang
e) Bobot badan itik betina yang telah bertelur antara 1,23 – 1,37 kg
irigasinya cukup baik, di daerah aliran sungai dan daerah yang memiliki rawa-
rawa. Pada umumya peternak dalam memelihara itik belum melakukan pencatatan
yang baik, terutama sejarah penyakit dan asal-usul itik yang dipelihara, sehingga
(2010) menyatakan ada tiga faktor utama yang perlu diperhatikan dalam
menentukan sistem pemeliharaan itik yang benar sesuai dengan tahapan sistem
pemeliharaan itik yang sesuai dengan pertumbuhan itik yaitu berdasarkan bahan
dan bentuk kandang, tatalaksana pemeliharaan dan jenis ataupun bahan pakan
a. Sistem ekstensif, dimana pada cara ini tidak ada campur tangan manusia
sebagai pemiliknya. Ternak hanya dilepas begitu saja dan datang sendirinya
b. Sistem semi intensif, pada sistem ini ada campur tangan pemelihara, pada
Tetapi itik masih dilepas hanya tidak sebebas pada sistem pemeliharaan
ekstensif.
c. Sistem intensif, pada sistem ini campur tangan manusia sangat berperan dalam
kehidupan ternak.
sehat maupu sakit dan manajemen usaha direncanakan dengan baik. Pemeliharaan
intensif lebih baik sekali diterapkan selain dalam pembibitan itik sejak menetas
sampai lepas sapih, dan untuk memelihara induk betina petelur. Kandang dalam
secara optimal.
d) Dalam sistem perkandangan yang baik dapat menjamin kesehatan itik yang
hidup didalamnya.
sistem semi intensif dan intensif jumlah itik yang dipelihara tidak terbatas, tetapi
sebaiknya tiap kelompok itik terdiri dari 50 - 100 ekor (Hardjosworo dan
Rukmiasih, 1999).
ciri-ciri fenotip seperti warna bulu, warna kulit kaki (shank), bentuk kepala, warna
kerabang telur, dan warna kulit badan (Hutt, 1949). Warwick et al., 1995
pengaruh yang kecil bahkan tidak ada, sehingga variasi sifat kualitatif juga
lebih dan pengelompokan itu berbeda jelas satu sama lainnya, dalam arti luas
Sifat luar yang nampak dengan sedikit atau bahkan tidak ada hubungannya
2. Cacat Genetik
3. Polimorfisme genetik
Kelompok sifat-sifat ini dapat diketahui pada seekor ternak hanya dengan
Sifat kualitatif adalah sifat yang tidak dapat diukur tetapi dapat dibedakan
Hardjosubroto (1994) sifat kualitatif tidak ada hubungannya dengan produksi akan
Bulu merupakan suatu media untuk menjaga suhu tubuh dan melindungi
tubuh dari cidera yang lebih berat, bulu merupakan ciri khusus yang dimiliki
ternak unggas (Jull, 1951). Pola warna pada bulu juga dapat digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan jenis kelamin. Menurut Farner dan King (1972) bulu
unggas dapat dikelompokan menjadi 3 bagian yaitu bulu kontur, bulu plumulae
dan filoplumulae. Bulu kontur adalah bulu penutup tubuh secara keseluruhan, bulu
remiges pada sayap dan bulu retrices pada ekor. Plumulae merupakan bulu yang
berada dibawah bulu kontur yang memiliki tangkai (ranchis) dan bendera yang
bulu pada unggas dibagi menjadi dua yaitu warna yang dihasilkan oleh adanya
pigmen dengan ukuran granul pigmen yang menyusunnya dan warna struktural
(1995), variasi warna bulu merupakan sifat kualitatif yang ekspresinya dikontrol
oleh satu pasang gen atau lebih. Warna bulu pada ternak ungas sebenarnya
bukanlah sifat produksi yang memiiki nilai ekonomis tinggi, tetapi dapat menjadi
sangat penting dalam pemuliaan untuk tujuan tertentu. Pola warna bulu adalah
hasil dari determinasi oleh adanya gen dalam sel bulu yang kemudian di
Menurut Serengat (1989), beberapa variasi warna bulu pada itik lokal
Indonesia adalah pola warna branjangan yaitu itik dengan pola warna cokelat
yang berhiaskan lurik-lurik hitam, pola warna jarakan yaitu pola itik dengan
warna cokelat tua yang berhiaskan lurik-lurik hitam, warna basokan yaitu pola
warna itik ketika masa stater berwarna hitam tetapi setelah masuk masa dewasa
kelamin warna mulai berubah menjadi cokelat tua, pola warna gambiran yaitu
warna hitam dan putih, pola warna lemahan yaitu pola warna itik cokelat keabu-
abuan, pola warna jalen dan putihan yaitu pola warna bulu itik putih mulus akan
tetapi paruh dan kaki berwarna kuning jingga atau kehijauan pola warna pudak
yaitu pola warna bulu itik putih akan tetapi paruh dan kaki berwarna hitam, pola
warna irengan yaitu pola warna bulu itik hitam kelam, pola warna jambul yaitu
pola warna bulu itik yang lebih dominan berwarna hitam serta terdapat jambul
pada kepala.
Menurut Lancester (1990), gen putih resesif (c) yaitu bentuk resesif dari
gen warna (C) ditemukan pada itik. Warna putih pada seluruh tubuh itik
disebabkan oleh gen putih resesif (c), yang dalam keadaan homozigot (cc) secara
penuh mengontrol semua gen warna lain (completely epistasis) dan terletak pada
otosom.
Lancester (1990) juga menyatakan, pola runner adalah variasi warna putih
pada bulu unggas yang berwarna yang ditimbulkan oleh gen dominan tidak penuh
R gen resesif pada sifat ini adalah tipe liar (𝑟 + ). Warna bulu putih (cc) pada itik
kadang-kadang disertai dengan RR. Pola ini dicirikan oleh ulasan warna putih
pada tiga daerah utama yaitu leher bagian atas, permukaan ventral bagian bawah
perut dan bagian sayap (pada bulu primer maupun sekunder). Luasan bulu putih
tersebut sangat bervariasi. Bentuk cincin putih pada leher itik jantan dan itik
betina merupakan salah satu ciri dari penampilan gen runner dalam keadaan
heterozigot.
disebabkan oleh gen extended black (E) yang bersifat dominan terhadap tipe liar
(e+) dan terletak pada otosom. Penampilan gen E dalam keadaan homozigot EE
menyebabkan warna bulu hitam pada seluruh bagian itik, e+e+ adalah tipe liar,
Variasi warna bulu pada itik tipe liar (wild-type) memberikan penampakan
ciri beberapa bangsa (breed) (Lancaster, 1990). Dijelaskan lebih lanjut bahwa
variasi warna bulu yang terjadi disebabkan oleh dua seri alel ganda, yaitu seri
mallard dan seri dark phase. Mutasi yang mungkin terjadi pada kedua alel
restricted (𝑀𝑅 ), mallard (𝑀+ ) dan dusky (𝑚𝑑 ) disebut juga warna bulu seri
mallard ditemukan pada itik domestik. Rangkaian ketiga alel tersebut bersifat
dominan lengkap pada otosom dengan urutan dominasi sebagai berikut : 𝑀𝑅 > 𝑀+
Lancester (1990) menyatakan bahwa pola mallard atau wild-type pada itik
jantan dicirikan dengan kepala dan leher yang berwarna belang hitam kehijauan-
hijauan yang dipisahkan oleh warna merah sampai pada leher dan dibatasi dengn
cincin putih. Punggung dan pinggang berwarna hitam kehijau-hijauan, begitu pula
pada bagian sepanjang punggung diantara bahu. Kaki atas bagian sisi dan perut
pada daerah tersebut. Pola bulu sayap terdapat warna hitam dan putih yang
Dijelaskan lebih lanjut bahwa pada itik betina, warna bagian kepala cokelat
beberapa daerah tertentu. Warna gelap terdapat pula pada bagian belakang paruh
sampai mata, pada belakang leher dan punggung. Bulu sayap pada betina
mengkilap seperti pada jantan. Sayap bagian ventral berwarna putih, bulu primer
Lancaster (1990) menjelaskan bahwa pada warna dusky lebih gelap dan
sederhana (kurang bervariasi) dari pada mallard, sedangkan restricted lebih terang
dan lebih banyak warna bulu putih dari pada mallard. Warna bulu putih pada sifat
restricted selain yang disebutkan pada sifat mallard juga terdapat pada bulu sayap
dorsal. Tabel 1 menjelaskan tentang penampilan warna bulu seri mallard pada
itik.
Restricted
Putih Ada Putih Ada Ada
(MR)
Mallard
Putih Ada Berwarna Ada Ada
(M+)
Dusky Tidak
Berwarna Tidak Ada Berwarna Tidak Ada
(md) Ada
Warna kerabang telur ada yang putih dan ada yang biru. Warna kerabang
telur sebagian besar tergantung pada produksi pigmen oleh bangsa itik tertentu,
dan biasanya warna kerabang telur tidak dipengaruhi oleh faktor makanan itik.
Kerabang telur ditentukan oleh faktor genetik yaitu adanya zat warna phorpyrin.
Warna kerabang telur tidak selalu berhubungan dengan kualitas kerabang telur.
Karena kecepatan kerusakan kerabang telur tidak tergantung pada warna kerabang
telur tertentu baik pada kerabang warna biru maupun pada kerabang berwarna
Shank pada ternak unggas air telah berkembang menjadi organ tubuh yang
berfungsi untuk berenang, ini disebabkan pada kaki itik terdapat selaput pada
ketiga jari yang berfungsi sebagai pengayuh (Jull, 1951). Keragaman warna kulit
kaki (shank) dipengaruhi oleh pigmen karotenoids, melanin dan xantofil yang
muncul secara genetik dari dalam tubuh ternak, terjadinya berbagai kombinasi
pada kaki itik (Mahfudz et al.2004). Warna kulit kaki (shank) juga ada yang hitam
dan ada yang putih / kuning. Warna kulit hitam itu disebabkan karena warna kulit
putih yang dimiliki dipengaruhi oleh adanya melanin pada lapisan kulit
epidermal. Warna kulit putih dan kuning terutama karena kurangnya kadar
melanin pada lapisan epidermis, yang disebabkan oleh aksi gen lain yang bersifat
membran sensitif didalamnya yang berguna sebagai alat untuk mencari makanan
dalam air atau alat penyaring air (Jull, 1951). Wulandari (2005) menyatakan
bahwa warna kulit paruh itik dipengaruhi oleh gen derminal melanin (id*) yang
menyebabkan warna hitam pada paruh. Sedangkan warna kuning pada paruh
Pigmen utama dalam kulit pada dasarnya adalah melanin dan xantofil.
warna biru dan hitam pada kulit (Hutt, 1949). Kemudian Lucas (1972)
chesnut. Warna kuning pada lemak tubuh, telur, kulit termasuk paruh dan shank
tidak diproduksi oleh sel tubuh unggas sendiri seperti halnya pada melanin,
Hutt (1949) menyatakan bahwa gen warna kulit putih (W+) bersifat
dominan terhadap warna kulit kuning (w) dan terletak pada autosom. Penampilan
gen W+ dan w dapat optimal jika didukung melanin dan xantofil dalam jumlah
yang cukup. Pigmen melanin dalam dermis disebabkan oleh gen id+ yang
diwariskan secara sex-linked . Gen id+ bersifat resesif terhadap Id (inhibitor bagi
melanin dermal). Kombinasi gen-gen tersebut dan kehadiran pigmen dalam kulit
berbeda dengan daerah atau Negara lain, seperti misalnya di Inggris, konsumen
lebih menyukai unggas yang warna kulitnya putih, sedangkan di Amerika lebih
berdasarkan warna shank dan paruh. Warna shank dan paruh saling berhubungan.
Variasi warna kulit termasuk shank dan paruh ditentukan tiga faktor utama, yaitu
struktur kulit, pigmen yang terkandung dalam kulit dan faktor genetik.
III. MATERI DAN METODE
kelamin 156 ekor dan itik Sikumbang Jonti jantan 50 dewasa kelamin,
itik untuk karakteristik fenotip adalah 100-300 ekor pada itik betina dan 10-30
ekor pada itik jantan. Pengambilan sampel sebanyak 206 dari total populasi
Timur. Peralatan yang digunakan untuk karakteristik sifat kualitatif adalah kertas
kuisioner, perlengkapan alat tulis, tali rafia untuk memberi tanda pada itik, kamera
digital.
sampling yaitu peternak yang ada memelihara itik Sikumbang Jonti di Kelurahan
Payobasung dan Kelurahan Koto Baru yang memiliki populasi itik Sikumbang
dengan mengamati secara langsung sifat-sifat kualitatif pada itik Sikumbang Jonti
(c)
dileher.
7 3
9 4
Keterangan :
memudahkan pengamatan
3) Mengamati itik dari warna bulu kepala, leher, sayap, punggung, dada,
ekor, dan paha. Kemudian lihat pola bulu, kerlip bulu, dan corak bulu
warna kulit badan, warna paruh dan warna kerabang telur dari itik
5) Itik yang sudah diteliti diberi tanda pada bagian sayap dengan cat semprot,
𝑋𝑖
P= x 100%
𝑁
Keterangan :
terdiri dari 14 kelurahan dengan luas wilayah 2273,0237 km2 dengan jumlah
sentra populasi ternak itik terbanyak yaitu di Kelurahan Payobasuang dengan luas
wilayah 427,0552 km2 sedangkan jumlah penduduknya mencapai 1.934 jiwa dan
Kelurahan Koto Baru dengan luas wilayah 183,2903 km2 serta jumlah
bukit-bukit dan sungai-sungai yang terletak dengan ketinggian 513 meter dari
Suhu rata-rata berkisar antara 260C dengan kelembapan udara 45% hingga
50%. Murtidjo (1988) menjelaskan, suhu minimum untuk beternak itik yaitu 180C
dan suhu maksimum 320C. Hal ini menunjukkan bahwa untuk suhu udara yang
beternak itik. Kelurahan Payobasuang dan Kelurahan Koto Baru juga merupakan
Payobasung dan Kelurahan Koto Baru bersifat semi intensif. Pada pagi hari ternak
itik dilepaskan untuk digembalakan ke sawah untuk memakan sisa padi hasil
panen (Gambar 3), selanjutnya ternak itik dibiarkan di pekarangan kandang yang
telah diberi pagar dan dimasukkan kembali pada sore hari (Gambar 4). Tujuan
diterapkan pemeliharaan semi intensif adalah agar ternak itik dapat bergerak
bebas, kandang tidak becek pada musim hujan dan bulu ternak itik terlihat bersih.
Payobasung dan Kelurahan Koto Baru dilakukan dua kali sehari yaitu pada pagi
hari dan sore hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Ranto dan Sitanggang (2010)
yang menyatakan bahwa dalam pemberian pakan ternak itik pada sistem
pemeliharaan semi intensif diberikan dua kali dalam satu hari yaitu pada pagi dan
sore hari. Penggunaan bahan pakan untuk itik lokal di Kecamatan Payakumbuh
Timur Kota Payakumbuh masih terlihat variasi jenis bahan pakannya, seperti
dedak padi, jagung, nasi sisa, sayur, dan bekicot. Menurut Murtidjo (1988)
protein ternak.
Kelurahan Koto Baru yaitu kandang terbuka atau kandang yang berlantaikan
Kandang dengan sistem terbuka berlantai tanah dan dibatasi pagar keliling.
Hal ini sesuai dengan pendapat Windhyarti (2002) bahwa lantai kandang yang
terbuka dapat berupa tanah biasa, anyaman bambu, hamparan batu-batu atau
plester semen.
4.3 Warna Bagian-Bagian Bulu Tubuh Itik Sikumbang Jonti
memiliki warna bulu tubuh relatif seragam. Hasil pengamatan terhadap warna
bagian-bagian bulu tubuh itik Sikumbang Jonti jantan dan betina di Kecamatan
Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.
a. Putih kehitaman 15 30
d. Hitam 27 54
Jumlah 50 100
a. Putih Polos 20 40
Jumlah 50 100
b. Putih kecokelatan 18 36
Jumlah 50 100
a. Putih polos 20 40
c. Cokelat 18 36
Jumlah 50 100
5. Warna bulu sayap
primer a. Hijau 32 64
b. Ungu kehijauan 18 36
Jumlah 50 100
b. Hitam 41 62
Jumlah 50 100
Jumlah 50 100
Pada Tabel 3 di atas dapat dilihat bahwa itik Sikumbang Jonti jantan di
kepala didominasi oleh hitam sebanyak 54%. Pada warna bulu bagian leher
didominasi oleh putih polos sebanyak 40%, warna bulu bagian dada didominasi
oleh warna putih polos sebanyak 64%. Warna putih polos pada bulu bagian dada
itik Sikumbang Jonti jantan diduga karena terkait dengan pola dusky (md) dimana
pada pola dusky ini tidak ada warna merah (cokelat) pada bagian dada itik.
Warna bulu bagian punggung itik Sikumbang Jonti jantan didominasi oleh
warna putih polos sebanyak 40%. Sedangkan pada bulu bagian sayap didominasi
oleh warna hijau sebanyak 64%, warna hijau yang terdapat pada bagian sayap itik
Sikumbang Jonti jantan diduga karena terkait dengan pola mallard (M+), dimana
pada pola ini terdapat kilauan pada bulu sayap, permukaan sayap bagian ventral
putih dan ujung sayap berwarna, seperti yang dinyatakan oleh Lancester (1990)
bahwa pola mallard atau wild-type pada itik jantan yang dicirikan dengan pola
bulu sayap terdapatnya warna hitam dan putih yang memantulkan cahaya hijau
kebiru-biruan. Pada warna bulu bagian ekor itik Sikumbang Jonti jantan
didominasi oleh warna hitam sebanyak 62%. Sedangkan warna bulu bagian paha
didominasi oleh warna putih polos sebanyak 71,15%. Warna bulu putih yang
terdapat pada bagian kepala itik Sikumbang Jonti betina ini diduga karena terkait
dengan pola dusky (md), dimana pada pola dusky (md) tidak adanya belang
b. Cokelat 45 28.85
Warna bulu leher pada seluruh itik Sikumbang Jonti betina memiliki
warna putih polos 100%, demikian pula warna bulu bagian dada didominasi oleh
warna putih polos sebanyak 71,15%, warna bulu bagian punggung didominasi
oleh warna putih polos sebanyak 71,15%. Sedangkan warna bulu bagian sayap
didominasi oleh warna hijau sebanyak 76,92%. Warna hijau pada bagian ujung
sayap primer diduga terkait dengan pola mallard (M+) dimana pada pola mallard
(M+) terdapat kilauan pada bulu sayap, permukaan sayap bagian ventral putih dan
ujung sayap berwarna. Kemudian warna bulu bagian ekor didominasi oleh warna
putih kecokelatan sebanyak 55.13%, sedangkan warna bulu bagian paha itik
Dari Tabel 3 dan 4 terlihat bahwa warna keseluruhan itik Sikumbang Jonti
lebih didominasi warna bulu putih dengan ujung sayap primer hijau, namun pada
itik Sikumbang Jonti jantan terlihat pada bagian kepalanya dominan warna hitam.
Sedangkan itik Sikumbang Jonti betina warna kepala didominasi warna putih
polos. Ciri khas itik ini terdapat pada warna ujung sayap primer yang berwarna
hijau mengkilap layaknya kumbang (Gambar 8). Hal tidak jauh berbeda dengan
yang dijelaskan oleh Charlly (2014) bahwa itik Payakumbuh jantan memiliki
kepala hitam, bagian leher, dada dan paha berwarna putih kecokelatan, ujung
sayap dan ekor berwarna hitam, sedangkan itik Payakumbuh betina lebih
didominasi warna bulu putih dengan ujung sayap berwarna cokelat tua.
berdasarkan hasil pengamatan Charlly (2014), bahwa itik Pitalah betina memiliki
warna kepala dan leher hitam kecokelatan dengan warna bulu lebih dominan
cokelat tua lurik cokelat kehitaman, sedangkan itik jantan memiliki tanda-tanda
warna bulu kepala dan leher hitam kehijauan, dengan bulu sangat dominan cokelat
keabu-abuan dan ujung sayap dan ekor berwarna hitam. Kemudian itik Kamang
yang juga merupakan itik lokal Sumatera Barat memiliki warna bulu yang
dominan putih dan cokelat muda beralis putih diatas mata dengan ujung sayap
berwarna cokelat tua, bulu badan berwarna putih cokelat muda dengan ujung
corak dan warna bulu, pola dan warna bulu sangat berperan dalam penentuan
kemurnian suatu bangsa atau breed. Adanya berbagai variasi warna dan corak
bulu disebabkan oleh peran aktif berbagai gen, kemudian gen-gen yang
penentu warna belang, kombinasi warna, intensitas warna dan pemudaran warna.
Gambar 8. Sayap Primer Itik Sikumbang Jonti Berwarna Hijau
perbedaan warna bulu pada itik dikontrol oleh beberapa gen (polygens)
(Suparyanto, 2003). Gen-gen yang mengubah sifat bulu tertentu diduga gen
resesif otosomal, baik yang dihasilkan oleh salah satu gen atau kedua-duanya
seperti white primeries (w) dan Runner (R), sedangkan dilusi khaki (d) mengubah
warna hitam menjadi coklat, pola Runner (R) secara lokal (spot) akan meniadakan
pigmen pada leher, sayap dan perut, serta biru keabuan (Bl) dapat mengurangi
putih hingga coklat untuk ayam, sedangkan untuk unggas air adalah biru
hijau kebiruan (100%) (Gambar 10). Sifat ini diturunkan dengan berbagai faktor
pola dan gen yang mempengaruhinya. Pigmen yang bertanggung jawab terhadap
warna kerabang telur itik menjadi hijau kebiruan adalah biliverdin khususnya zick
warna itik yang ada di Jawa. Hal ini diduga adanya kedekatan genetik antara itik
lokal Sumatera Barat dengan itik Jawa. Kerabang telur itik Jawa secara umum
bahwa itik Alabio dan Mojosari mempunyai kerabang telur berwarna hijau
kebiruan. Warna kerabang diduga berhubungan antara lain dengan umur dan
pigmen yang dihasilkan oleh bangsa unggas yang berbeda. Sementara itu,
perbedaan intensitas warna kerabang antara lain erat kaitannya dengan faktor
uraian diatas, intensitas warna kerabang tidak bisa dijadikan identitas dan
4.5 Karakter Eksternal Warna Bulu, Pola Bulu dan Kerlip Bulu Itik
Sikumbang Jonti
Fenotip warna bulu itik Sikumbang Jonti dalam penelitian ini terdiri atas
warna putih seluruh badan kecuali bagian kepala itik jantan berwarna hitam
sebagai pembeda antara itik jantan dan betina, warna bulu ekor putih kecoklatan
pada betina, sedangkan pada jantan bulu ekor berwarna hitam dan sayap kedua
jenis kelamin itik tersebut berwarna hijau. Karakter warna bulu dan pola warna
Tabel 5. Persentase karakter gen warna bulu, pola warna dan kerlip bulu itik
Sikumbang Jonti di Kecamatan Payakumbuh Timur Kota
Payakumbuh
Jumlah Persentase
Karakter Eksternal Fenotip Gen
(ekor) Fenotip
Berwarna C 37 17.96%
Dusky md 20 9.71%
Keemasan S- 37 17.96%
sebanyak 82,04%. Warna bulu putih dikontrol oleh gen c resesif terhadap warna
bulu berwarna yang dikontrol oleh gen C. Persentase gen warna bulu berwarna
hanya 17,96%. Tingginya jumlah persentase gen warna bulu putih yang resesif
akibat dari gen warna bulu putih yang mengalami completely epistasis dimana
dalam keadaan homozigot resesif (cc) secara penuh mengontrol semua gen warna
Fox dan Smyth (1984) berpendapat bahwa gen pembawa sifat bulu putih
heterozigot. Pengaruh lain yang memberikan warna bulu putih adalah gen c
resesif (Lancester, 1993). Gen c ini akan efektif bila dalam kondisi pasangan alel
Pola warna bulu itik Sikumbang Jonti pada Tabel 5 didominasi oleh pola
runner sebanyak 100%. Pola runner dikontrol oleh gen R yang bersifat dominan
tidak penuh terhadap alel gen r+ yang mengontrol pola liar. Berdasarkan hukum
Mendel untuk persilangan monohybrid dengan aksi gen yang kodominan dengan
adalah 1:2:1. Warna bulu putih (cc) pada itik biasanya juga disertai dengan RR.
Pola runner ini dicirikan oleh ulasan warna putih pada tiga daerah utama yaitu
leher bagian atas, permukaan ventral bagian bawah perut dan bagian sayap (pada
bulu primer maupun sekunder). Bentuk cincin putih pada leher itik jantan dan itik
betina merupakan salah satu ciri dari penampilan gen runner dalam keadaan
heterozigot.
Pada Tabel 5 penampilan seri mallard yang disebabkan oleh gen restricted
(MR), mallard (M+) dan dusky (md) pada itik Sikumbang Jonti di Kecamatan
dan 9.71%. Rangkaian ketiga alel tersebut bersifat dominan lengkap pada autosom
dengan urutan dominasi adalah MR > M+ > md. Lancaster (1990) menjelaskan
bahwa pada warna dusky lebih gelap dan sederhana (kurang bervariasi) dari pada
mallard, sedangkan restricted lebih terang dan lebih banyak warna bulu putih dari
pada mallard. Warna bulu putih pada sifat restricted selain yang disebutkan pada
Pada Tabel 5 dapat terlihat juga bahwa itik Sikumbang Jonti di Kecamatan
oleh gen s resesif terhadap kerlip keemasan yang dikontrol oleh alel gen S. Kerlip
bulu keperakan dapat ditemukan pada itik yang memiliki warna bulu tubuh putih,
lurik hitam dan putih. Sedangkan kerlip bulu keemasan dapat ditemukan pada itik
yang memiliki warna bulu tubuh hitam, cokelat, lurik hitam dan cokelat.
relatif sama, yaitu itik dipelihara di kandang yang dilengkapi tempat umbaran luas
dan terbuka, dan ada juga kandang yang dibuat dekat dengan persawahan dan
lebih optimal. Hal ini sesuai dengan penelitian Sopiyana et al. (2006), bahwa itik
damiaking yang dipelihara di sekitar pesisir dengan intensitas sinar matahari yang
4.6 Karakter Warna Kulit Kaki (Shank) dan Warna Paruh Itik
Sikumbang Jonti
Hasil pengamatan terhadap warna kulit kaki (shank) itik jantan dan betina
pada Tabel 6.
Tabel 6. Persentase pola warna kulit kaki (shank) itik Sikumbang Jonti di
Kecamatan Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh
Jantan Betina
Warna kulit kaki (Shank) Genotip
n=50 n=156
Dari Tabel 6 terlihat warna kulit kaki (shank) pada itik Sikumbang Jonti
jantan dan betina didominasi oleh warna hitam berulas putih (Gambar 10)
sebanyak 82% dan 87,18%, sisanya pada itik Sikumbang Jonti jantan terdapat
warna kulit kaki (shank) dengan warna kuning (Gambar 11) hanya 18%.
Sedangkan pada itik betina sisanya terdapat pula warna kuning sebanyak 7,69%
dan kuning berulas hitam (Gambar 12) sebanyak 5.13%. Bila dibandingkan
dengan warna kulit kaki (shank) itik Payakumbuh jantan maupun betina yang
diamati oleh Charlly (2014) maka hasilnya tidak jauh berbeda yaitu berwarna
hitam.
melanin dan xantophil yang muncul secara genetik dari dalam tubuh ternak,
menyebabkan warna yang berbeda-beda pada kaki itik (Mahfudz et al., 2004).
Gambar 10. Shank Warna Hitam Berulas Putih Gambar 11. Shank Warna Kuning
Hasil pengamatan warna paruh itik Sikumbang Jonti jantan dan betina di
Pada Tabel 7 terlihat warna paruh pada kedua jenis kelamin itik
Sikumbang Jonti didominasi oleh warna hitam berulas putih (Gambar 13), pada
itik Sikumbang Jonti jantan terdapat sebanyak 82% dan itik Sikumbang Jonti
betina 87,18%, sisanya hitam berulas kuning pada itik Sikumbang Jonti jantan
hanya 18% dan itik Sikumbang Jonti betina hanya 12,82%. Mendominasinya
warna hitam berulas putih pada paruh itik Sikumbang Jonti di Kecamatan
Payakumbuh Kota Payakumbuh menjadi hal yang sama pada pengamatan Charlly
(2104) bahwa itik Payakumbuh jantan maupun betina memiliki warna paruh
hitam.
Gambar 13. Paruh Warna Hitam Berulas Putih Gambar 14. Paruh Warna Hitam
Berulas Kuning
Sumber : Dokumen Hasil Penelitian Roudha (2016)
Dominasi warna hitam pada warna paruh dan kulit kaki (shank) itik
Sikumbang Jonti diduga karena adanya kedekatan genetik dengan itik Jawa seperti
yang dijelaskan oleh Wulandari et al., (2005) bahwa itik Ciheteup mempunyai
paruh dan shank berwarna hitam mirip dengan warna paruh dan shank itik Tegal
xanthophil kedalam jaringan kulit, paruh, shank, sehingga warna kuning tidak
muncul (Hardjosubroto, 2001). Selain itu, yang menyebabkan warna kuning pada
paruh, dan shank adalah salah satu pasang gen warna kuning (w) dan xanthopyll
atau karotenoid dalam pakan (Suparyanto, 2005). Warna kuning pada paruh dan
shank disebabkan oleh adanya lemak atau pigmen lipokrom pada lapisan
epidermis, sementara pigmen hitam atau melanin tidak terdapat pada epidermis
dan dermis (Smyth, 1993), dan dipengaruhi oleh gen Id (inhibitor dermal
bahwa sifat fenotip seperti warna bulu, paruh dan shank sepenuhnya dikontrol
Hasil pengamatan terhadap warna kulit badan itik Sikumbang Jonti jantan
putih (100%). Smyth (1993) mengidentifikasikan bahwa warna kulit pada unggas
diantaranya abu-abu dan putih. Fenotipik warna kulit putih dengan sandi genetik
bahwa itik Sikumbang Jonti masih sedarah dengan itik Indian runner. Itik Indian
(W) dan inhibitor dermal melanin (Id) seluruhnya bersifat dominan homozigot,
sedangkan warna fibromelanin adalah resesif (fm+). Menurut Subowo (1995) dan
Mahfudz et al. (2004) selama masih ada faktor penghambat warna hitam pada
jaringan kulit terhadap penyebaran melanin maka kulit akan berwarna putih.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
2. Warna kulit kaki (shank) dan paruh itik Sikumbang Jonti jantan dan betina
berwarna hitam beruas putih dengan genotip W+W+ id+id+ EE dan warna
kulit badan itik Sikumbang Jonti adalah putih (W+). Warna kerabang telur itik
3. Karakter warna bulu itik Sikumbang Jonti adalah putih (cc), pola warna itik
Sikumbang Jonti termasuk pada tipe pola runner. Pada kriteria pola mallard
itik Sikumbang Jonti juga termasuk pada tipe restricted (MR), mallard (M+)
dan dusky (md). Itik Sikumbang Jonti memiliki kerlip bulu dominan
keperakan (s).
2. Saran
Dinas Peternakan Payakumbuh dan kesadaran peternak itu sendiri untuk tidak
Badan Pusat Statistik Kota Payakumbuh, 2016. Sumber Dinas Tanaman Pangan,
Perkebunan dan Kehutanan.
Batty, J. 1985. Domesticated Ducks and Geese. 2𝑛𝑑 ed. Francier Suppliers. Ltd,
England.
Bonnet, L. 1975. Practical Duck Keeping. Malihi Breeding Project Inc. Manila.
Charrly, CA. 2004. Keragaman Sifat Kualitatif Itik Lokal di Usaha Pembibitan
“Er” di Koto Baru Payobasung Kecamatan Payakumbuh Timur Kota
Payakumbuh. Fakultas Peternakan Universitas Andalas, Padang.
Farner, D.S dan J.R. King., 1972. Avian Biology. Academic Press, New York.
Hutt, F.B. 1949. Genetic of the Fowl, Mc – Grow – Hill Book Company Inc, New
York, Taronto, London.
Ismoyowti., 2008. Kajian Deteksi Produksi Telur Itik Tegal melalui Polimorfisme
Protein Darah (Detection of Egg Porduction of Tegal duck by Blood
Polymorphism). Jurnal Animal Production. Fakultas Peternakan,
Universitas Jendral Soedirman, Purwokerto.
Jull, M.A., 1951. Poultry Husbandry. 3𝑟𝑑 Edition. Mc Graw – Hill Company Inc,
New York.
Kurniawan, Ida H.S, Hadiatmi dan Asadi. 2004. Katalog Data Paspor Plasma
Nutfah Tanaman Pangan. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan
Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian. Bogor.
Lancester, F.M. 1990. Mutation and Major Variant in Domistic Ducks, in Poultry
Breeding and Genetics. Crowford, R.D 1990. Elsevier Science Publisher.
B.V. Amsterdam.
Murtidjo, B.A 1988. Seri Budi Daya Mengelola Itik. Cetakan ke Sebelas. Kansius,
Yogyakarta.
Nishida, T., K. Kondo, S.S. Mansjoer dan H. Martojo. 1980. Morphological and
Genetical Studies in Indonesia Native Fowl. The Origin and Phylogeny of
Indonesia Native Livestock. Res. Report I:47-70.
Ranto dan M. Sitanggang. 2005. Panduan Lengkap Beternak Itik PT. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Smyth, J.R. 1993. Gnetic of Plumage, Skin and Eye Pigmentation, in Poultry
Breeding an Genetics. Cowford, R.D. (Ed). Elsvier Science Publishers,
B.V. Amsterdam.
Standfield, W.D. 1983. Theory and Problems of Genetics. 2𝑛𝑑 . ed. Mc. Graw Hill
Company Inc. New York.
Subowo. 1995. Biologi Sel. Cetakan ke-3. Penerbit PT. Angkasa, Bandung.
Sulandri, S., M.S.A Zein, Sri Paryanti, T. Sartika, J.H.P. Sidadolog, M. Astuti, T.
Widjastuti, E. Sujana, S. Darana, I. Herawati, I. Wayan & T. Wibawan.
2007. Keanekaragaman Sumber Dya Hayati Ayam Lokal Indonesia.
Manfaat dan Potensi. Pusat Penelitian Biologi LIPI, Jakarta.
Sopiyana, S., A.R. Setioko dan M.E. Yusnandar. 2006. Identifikasi Sifat-Sifat
Kualitatif dan Ukuran Tubuh pada Itik Tegal, Itik Magelang, dan Itik
Demiaking. Prosiding Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi dalam
Mendukung Usaha Ternak Unggas Berdaya Saing. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Peternakan. Badan Penelitian dan Pengembangan
Petanian.
Warwick, E. J. J. M. Astuti dan W. Hardjosubroto. 1995. Pemuliaan Ternak.
Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Washburn, K.W. 1993. Genetics Variation Inegy Composition. In: Poultry and
Genetic. R.D. Crawford (Ed). Depertement of Animals and Poultry
Science, University Of Saskatchehan, Skotlandia.
Windhyarti, SA. 2002. Beternak Itik Tanpa Air. Penebar Swadaya. Jakarta
Wulandri, W.A. 2005. Kajian Karakteristik Biologis Itik Ciheteup. Tesis. Sekolah
pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
800
%= = 16 %
50
2700
%= = 54%
50
1200
%= = 24%
50
1800
%= = 26%
50
12300
%= 156
= 78,85%
4500
%= = 28,85%
156
15600
%= = 100%
156
11100
%= = 78,85%
156
b. Putih kecokelatan sebanyak 45 ekor
45
% = 156 × 100%
4500
%= = 28,85%
156
4.2. Warna bulu punggung itik Sikumbang Jonti betina
12000
%= = 76,92%
156
500
% = 156 = 3.2%
3100
%= = 19,88%
156
8600
%= = 55,13%
156
7000
%= = 44,87%.
156
7.2. Warna bulu paha itik Sikumbang Jonti betina
15600
%= = 100%
156
3. Persentase Sifat Kualitatif Warna Kerabang Telur Itik Sikumbang Jonti
betina di Kecamatan Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh
15600
%= = 100%
156
3700
%= = 17,96%
206
20600
%= = 100%
206
2000
%= = 9,71%
206
16900
%= = 82,04%
206
13600
%= = 87,18%
156
1200
%= = 7,69%
156
13600
%= = 87,18%
156
2000
%= = 12,82%
156
6. PersentaseWarna Kulit Badan Itik Sikumbang Jonti di Kecamatan
Payakumbuh Timur Kota Payakumbuh
20600
%= 206
RIWAYAT HIDUP
Rantauprapat dan tamat pada tahun 2006, pada tahun yang sama melanjutkan
Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 1 Rantau Selatan dan tamat pada
tahun 2009, kemudian melanjutkan di SMA Negeri 1 Rantau Selatan dan tamat
pada tahun 2012. Pada tahun 2012 dinyatakan lulus sebagai salah satu mahasiswa
(Kuliah Kerja Nyata) di Nagari Koto Baru, Kecamatan Sungai Tarab, Kabupaten